bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 disiplin ... › bitstream › 123456789...bab ii...

40
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan kajian teori meliputi Disiplin Belajar, Hasil Belajar dan Kerangka Berfikir: 2.1.1 Disiplin Belajar 2.1.1.1 Pengertian Disiplin Isitilah disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjukkan kegiatan pembelajaran. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar dibawah pengawasan seseorang pemimpin (Tu’u, 2004) Disiplin merupakan hal yang penting dalam setiap usaha manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Masalah disiplin lebih terkait dengan tingkah laku dan mental seseorang dalam kemampuannya menyesuaikan dengan tuntutan nilai-nilai yang berlaku didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dimana mereka tinggal (Rachman, 1999). Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan dapat berlangsung dengan tepat waktu tetapi kadang tidak. Kegiatan yang dilaksanakan secara tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu sehingga akan menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepat waktu itulah yang disebut disiplin

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan kajian

    teori meliputi Disiplin Belajar, Hasil Belajar dan Kerangka Berfikir:

    2.1.1 Disiplin Belajar

    2.1.1.1 Pengertian Disiplin

    Isitilah disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang

    menunjukkan kegiatan pembelajaran. Istilah tersebut sangat dekat

    dengan istilah dalam bahasa Inggris disciple yang berarti mengikuti

    orang untuk belajar dibawah pengawasan seseorang pemimpin (Tu’u,

    2004)

    Disiplin merupakan hal yang penting dalam setiap usaha

    manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Masalah disiplin lebih terkait

    dengan tingkah laku dan mental seseorang dalam kemampuannya

    menyesuaikan dengan tuntutan nilai-nilai yang berlaku didalam

    lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dimana mereka tinggal

    (Rachman, 1999). Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

    aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan dapat berlangsung dengan

    tepat waktu tetapi kadang tidak. Kegiatan yang dilaksanakan secara

    tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu sehingga akan

    menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan

    kegiatan secara teratur dan tepat waktu itulah yang disebut disiplin

  • 8

    dalam kehidupan sehari-hari. Sependapat dengan Loso (2007) disiplin

    sangat diperlukan dimanapun, karena dengan disiplin maka

    kehidupan akan menjadi teratur dan tertata dengan baik.

    Berdasarkan pengertian disiplin dari beberapa pendapat di atas

    dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah sikap /

    tingkah laku seseorang yang patuh terhadap aturan yang berlaku atau

    suatu kebiasaan seseorang melakukan kegiatan secara teratur dan tepat

    waktu.

    Menurut Asy Mas’udi (2000) disiplin adalah kesadaran untuk

    melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan

    peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa

    paksaan dari siapa pun. Sedangkan menurut Prijodarminto (dalam

    Tu’u, 2004) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk

    melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai

    ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan. Sejalan

    dengan pernyataan Maman Rachman (dalam Tu’u, 2004) disiplin

    sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau

    masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap

    peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang

    muncul dari dalam hatinya.

    Berdasarkan pengertian disiplin dari beberapa ahli di atas dapat

    disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang

  • 9

    yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku yang muncul

    dari kesadaran dirinya tanpa ada paksaan dari pihak lain.

    Menurut Slameto (1998) disiplin merupakan suatu sikap yang

    menunjukkan kesediaan untuk menepati atau memenuhi atau

    mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah-kaidah

    yang berlaku. Disiplin bukanlah suatu yang dibawa sejak awal, tetapi

    merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan.

    Widi Raharjo (2003) berpendapat apabila individu atau peserta didik

    berperilaku disiplin atau bersedia menaati segala peraturan (tata tertib)

    yang ada dalam kegiatan belajar, merupakan suatu modal dasar yang

    sangat berharga atau bermakna sekali dalam menunjang tercapainya

    tujuan kegiatan pembelajaran. Ditambahkan oleh Tu’u (2004) yang

    mengatakan bahwa orang yang belajar dengan disiplin akan

    mendorong seseorang untuk bertanggung jawab dalam belajar.

    Seseorang berusaha menata dirinya terbiasa dengan hidup tertib dan

    teratur serta untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

    Menurut Dolet (2002) disiplin diartikan sebagai konsistensi

    dan konsekuensi seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan

    yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai dalam waktu dan

    proses pelaksanaan suatu kegiatan. Sejalan dengan pengertian tersebut

    Maman Rachman (dalam Tu’u, 2004) menyatakan bahwa pada

    hakekatnya disiplin adalah pernyataan sikap mental individu maupun

    masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang

  • 10

    didukung oleh kesadaran untuk terjadinya keseimbangan

    melaksanakan tugas dan kewajiban dalam rangka mencapai tujuan.

    Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang disiplin maka

    dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah tingkah laku yang

    menunjukkan kesediaan untuk mematuhi peraturan, konsisten

    terhadap apa yang dilakukan untuk tercapainya tujuan yang didukung

    oleh kesadaran dalam melaksanakan tugas dan kewajiban secara

    seimbang.

    2.1.1.2 Pengertian Belajar

    Menurut Morgan (dalam Prasetyo, 2010) mengatakan bahwa

    belajar adalah tiap perubahan yang relatif menetap dalam perilaku

    yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. Hal ini

    ditegaskan oleh Gagne (dalam Hamalik, 2002) yang mengatakan

    bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi rangsang/stimulus bersama

    dengan isi ingatan mempengaruhi belajar sedemikian rupa sehingga

    kinerja / performace berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi

    itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Menurut Thorndike

    (dalam Prasetyo, 2010) belajar adalah membentuk asosiasi-asosiasi

    antara perangsang yang mengenai organisme melalui sistem susunan

    saraf dan reaksi yang diberikan oleh organisme itu terhadap

    perangsang tadi.

    Menurut Skinner yang di kutip oleh Prasetyo (2010) dalam

    bukunya yang berjudul belajar dan pembelajaran, bahwa belajar

  • 11

    merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta

    melalui proses tingkah laku. Proses belajar tidak sama dengan

    perbuatan (performance) juga tidaklah sama dengan kematangan yaitu

    dimana suatu fungsi berada dalam keadaan siap pakai. Tetapi langkah

    dalam proses belajar memang membutuhkan kematangan dan usaha

    untuk meningkatkan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

    pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.

    Dari uraian pengertian belajar menurut para ahli di atas dapat

    diperoleh kesimpulan bahwa belajar mengandung unsur-unsur sebagai

    berikut : belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku, belajar

    merupakan perubahan tingkah laku melalui pelatihan dan pengalaman,

    belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan

    menjadi bagian diri siswa atau terinternalisasi dalam diri siswa.

    Selanjutnya menurut Sudjana (2008), belajar merupakan suatu

    proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

    Menurut Winkel (2004), menjelaskan bahwa belajar adalah suatu

    aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

    dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

    pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan

    tersebut bersifat relatif konstan, tetap dan berbekas. Hal ini di pertegas

    dengan pernyataan Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha

    yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

  • 12

    laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

    dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Dari berbagai macam pendapat di atas dapatlah disimpulkan

    bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang

    yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman dalam interaksi

    dengan lingkungan yang berupa perubahan dalam pengetahuan,

    ketrampilan dan nilai sikap.

    Bloom dalam Sardiman A.M (2001) mengatakan belajar

    adalah berubah, artinya suatu usaha mengubah tingkah laku, belajar

    akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

    Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu

    pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap,

    pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya

    menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi

    seseorang.

    Selanjutnya Bloom dalam Sardiman A.M (2001)

    mengklasifikasikan tujuan dari belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah

    kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, dengan penjelasan

    sebagai berikut :

    1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

    meliputi aspek-aspek pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi,

    analisis, dan evaluasi disebut kognitif tingkat tinggi

  • 13

    2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang meliputi aspek-aspek

    penerimaan, tanggapan, keyakinan, dan organisasi.

    3. Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan ketrampilan dan

    kemampuan bertindak meliputi aspek-aspek gerakan reflek,

    ketrampilan gerakan dasar, keharmonisan atau ketetapan dan

    gerakan ketrampilan komplek.

    Purwanto (2003) mengambil pendapat dari Witherington

    mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam

    kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada

    reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan atau suatu

    pengertian. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena

    belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik psikis

    maupun fisik, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan,

    kebiasaan maupun sikap.

    Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

    belajar merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang

    akibat dari pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif

    (sikap), dan psikomotorik (ketrampilan).

    2.1.1.3 Pengertian Disiplin Belajar

    Disiplin belajar banyak digunakan oleh guru untuk

    mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar

    tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal. Menurut

    Yamin (2011) disiplin belajar mencakup setiap macam pengaruh

  • 14

    yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat

    memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya

    dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang

    mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.

    Lebih lanjut Yamin (2011) menyatakan disiplin belajar

    timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa

    yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan

    individu dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi

    tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang

    dimilikinya.

    Menurut Wikipedia (dalam Yamin, 2011) disiplin belajar

    merupakan bentuk pelatihan yang menghasilkan suatu karakter atau

    perilaku khusus yang menghasilkan perkembangan moral, fisik dan

    mental untuk tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat Agus

    (dalam Natra Saintifika, 2011) disiplin belajar adalah predisposisi

    (kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata

    tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri

    terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang

    mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab

    terhadap tugas dan kewajiban. Menurut Kartono (dalam Cicik,

    2010) disiplin belajar adalah kepatuhan siswa dalam mengikuti

    proses belajar mengajar, ketaatan siswa dalam menaati jam belajar

    dengan serangkaian kegiatan misalnya mencatat, memperhatikan,

  • 15

    membaca, membawa buku dan peralatan sekolah, agar senantiasa

    dapat mengalami perubahan perilakunya sebagai hasil

    pergaulannya setelah berinteraksi dengan lingkungannya.

    Berdasarkan pengertian disiplin belajar dari beberapa ahli

    di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin

    belajar adalah kepatuhan siswa dalam mengikuti proses

    pembelajaran, ketaatan siswa pada tata tertib dan ketaatan siswa

    dalam menaati jam belajar yang menunjukkan kesadaran akan

    tanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban.

    Menurut Arikunto (1990) dalam penelitian mengenai

    kedisiplinan membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: 1)

    perilaku kedisiplinan di dalam kelas, 2) perilaku kedisiplinan di

    luar kelas di lingkungan sekolah, dan 3) perilaku kedsiplinan di

    rumah. Tu’u (2004) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah

    (belajar) mengemukakan bahwa indikator yang menunjukkan

    pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi

    mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat

    mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar,

    perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri saat

    belajar di kelas. Sedangkan menurut Sofchah Sulistyowati dalam

    Deni Krisyanto (2010) menyebutkan agar seorang pelajar dapat

    belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin

    dalam hal-hal sebagai berikut: disiplin dalam menepati jadwal

  • 16

    belajar, disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan

    menunda-nunda waktu belajar, disiplin terhadap diri sendiri untuk

    dapat menumbuhkan kemauan dan semangat belajar baik di

    sekolah seperti menaati tata tertib, maupun disiplin di rumah seperti

    teratur dalam belajar, disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar

    selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan bergizi

    serta berolahraga secara teratur.

    Dengan memperhatikan pendapat para ahli diatas maka

    dapat disimpulkan bahwa pengertian disiplin belajar adalah

    kepatuhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas,

    ketaatan siswa pada tata tertib sekolah/kelas dan ketaatan siswa

    dalam menaati jam belajar di rumah, dengan serangkaian kegiatan

    mencatat, memperhatikan, membaca, membawa buku dan peralatan

    sekolah, agar senantiasa dapat mengalami perubahan perilaku

    sebagai hasil pengalamannya setelah berinteraksi dengan

    lingkungan. Salah satu prinsip yang harus dipenuhi dalam kegiatan

    belajar adalah disiplin belajar, baik disiplin yang berlangsung di

    rumah, di dalam kelas maupun di luar kelas.

    Mengacu pada berbagai pendapat di atas, maka disiplin

    belajar siswa dalam penelitian ini mencakup :

    a. Perilaku kedisiplinan belajar di dalam kelas, dengan indikator

    sebagai berikut :

  • 17

    1. memperhatikan guru pada saat menjelaskan pelajaran

    (mencatat, memperhatikan, membaca buku pelajaran)

    2. mengerjakan tugas yang diberikan guru

    3. membawa peralatan belajar (buku tulis, alat tulis, buku

    paket)

    4. absensi (kehadiran di sekolah/kelas)

    b. Perilaku kedisiplinan belajar di luar kelas di lingkungan sekolah

    dengan indikator : memanfaatkan waktu luang / istirahat untuk

    belajar (membaca buku di perpustakaan, berdiskusi/bertanya

    dengan teman tentang pelajaran yang kurang dipahami).

    c. Perilaku kedisiplinan belajar di rumah, dengan indikator sebagai

    berikut :

    1. memiliki jadwal belajar

    2. mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru

    2.1.1.4 Fungsi Disiplin Belajar

    Disiplin belajar sangat penting bagi setiap siswa. Disiplin

    belajar akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan mengenai

    cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah

    pembentukan watak yang baik. Fungsi disiplin belajar menurut

    Tulus Tu’u (2004) adalah :

    1. Menciptakan lingkungan yang kondusif

    Disiplin berfungsi mendukung terlaksananya proses dan

    kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh

  • 18

    bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang

    kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

    2. Membangun kepribadian

    Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi

    oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-

    masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan

    kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin

    seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang

    berlaku dan kebiasan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya

    serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

    3. Melatih kepribadian

    Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan

    berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan

    kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan

    dilatih.

    4. Pemaksaan

    Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan

    tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang

    disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa

    harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.

    5. Hukuman

    Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau

    hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.

  • 19

    6. Menata kehidupan bersama

    Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa

    dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan

    mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan

    merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi

    baik dan lancar.

    Menurut Gie (1995) menyatakan fungsi disiplin belajar

    adalah sebagai berikut :

    1. Usaha untuk menentukan prioritas garis kebijaksanaan sebagai

    pedoman untuk melaksanakan berbagai aktivitas selanjutnya

    2. Sebagai usaha untuk penciptaan sistem belajar siswa

    3. Penilaian usaha-usaha untuk mengatasi efisien dan afektifitas

    kegiatan belajar yang telah ditentukan

    Menurut Yamin (2011) menegakkan disiplin belajar tidak

    bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta

    didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang

    lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya.

    Apabila kebebasan peserta didik terlampau dikurangi, dikekang

    dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami

    prustasi dan kecemasan.

    Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    fungsi disiplin belajar adalah menciptakan lingkungan belajar yang

    kondusif, membangun kepribadian, melatih kepribadian,

  • 20

    pemaksaan, hukuman dan menata kehidupan bersama sehingga

    mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran yang efisien dan

    efektif.

    2.1.1.5 Tujuan Disiplin Belajar

    Disiplin belajar dapat dikatakan sebagai sarana yang dapat

    digunakan seseorang untuk mengikuti ajaran dari guru/pendidik.

    Tujuan disiplin belajar adalah untuk mengembangkan kontrol diri

    dan pengarahan diri sehingga siswa dapat mengarahkan diri tanpa

    terpengaruh dari orang lain (Charles Schaefer dalam Ari, 2010).

    Menurut Mulyasa (2003) disiplin belajar bertujuan untuk

    membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta

    mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha

    menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan

    pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang

    telah ditetapkan. Selanjutnya Gie (1995) menyatakan bahwa

    dengan adanya disiplin belajar, seorang siswa dapat menciptakan

    kemampuan untuk bekerja sama dan belajar secara teratur, serta

    dapat membentuk mental dan watak, karena dengan mental dan

    watak yang baik akan dihasilkan pribadi yang tekun. Selain itu

    Hasanah (dalam Aning, 2009) juga menyatakan bahwa disiplin

    belajar bertujuan untuk mengontrol dan memperbaiki sikap diri

    dalam melakukan kegiatan belajar, melatih siswa agar mampu

  • 21

    mandiri dan bertanggungjawab, serta dapat meletakkan dasar

    mental yang kuat dalam kegiatan belajar.

    Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

    bahwa tujuan disiplin belajar adalah untuk memperbaiki sikap diri

    dalam melakukan kegiatan belajar yang mandiri dan

    bertanggungjawab, serta dapat meletakkan dasar mental yang kuat

    dalam kegiatan belajar, mengembangkan kontrol dan mengarahkan

    diri tanpa terpengaruh dari orang lain.

    2.1.1.6 Faktor-faktor yang Membentuk Disiplin Belajar

    Menurut Rachman (1999) perilaku disiplin tidak akan

    tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri,

    latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin

    belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai

    kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa

    sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman

    disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan

    keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan

    mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan

    terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu. Hukuman sebagai

    upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah

    sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

    Hukuman juga mempunyai fungsi untuk menghalangi pengulangan

    dari tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik

  • 22

    anak, dan memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak

    diterima masyarakat (Hurlok, 1999).

    Menurut Tu’u (2004) ada empat faktor dominan yang

    membentuk disiplin belajar yaitu:

    a) Kesadaran diri

    Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin belajar penting

    bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri

    menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin

    belajar yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat

    pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan

    disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.

    b) Pengikutan dan ketaatan

    Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-

    peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai

    kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh

    kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

    c) Alat pendidikan

    Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan

    membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang

    ditentukan atau diajarkan.

    d) Hukuman

    Seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan

    karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadarn diri,

  • 23

    kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan

    menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga

    orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

    Lebih lanjut Tu’u (2004) menambahkan faktor-faktor lain

    dalam membentuk disiplin belajar yaitu:

    a. Teladan

    Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru

    oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa

    yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik

    dan patut ditiru) dari pada dengan apa yang mereka dengar.

    Karena itu contoh dan teladan disiplin dari kepala sekolah, guru-

    guru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin

    para siswa.

    b. Lingkungan berdisiplin

    Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam

    pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang

    belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang

    berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.

    c. Latihan berdisiplin

    Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan

    kebiasaan artinya melakukan disiplin secara berulang-ulang dan

    membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari.

  • 24

    Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    disiplin belajar tidak terbentuk secara mudah / instan melainkan

    banyak faktor-faktor yang membentuk disiplin belajar terutama

    dari lingkungan sekitar dan di dukung oleh kemauan dari diri

    sendiri untuk latihan disiplin untuk mencapai hasil belajar yang

    optimal.

    2.1.2. Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Djamarah (2000), hasil belajar adalah prestasi

    dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik

    secara individu maupun kelompok. Hasil belajar tidak akan

    pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk

    menghasilkan sebuah hasil dibutuhkan perjuangan dan

    pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan,

    sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme

    dirilah yang mampu untuk mencapainya.

    Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil

    belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

    diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,

    hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan

    bukti dari usaha yang telah dilakukan (Dimyati dan Mujiono,

    2006). Lebih lanjut Hamalik (2002) menyatakan bahwa hasil

    belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada

    diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan

  • 25

    pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan dapat diartikan

    terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

    dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu

    menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan.

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) dampak

    pembelajaran adalah hasil belajar yang dapat diukur seperti

    tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan

    meloncat setelah latihan. Hasil belajar adalah kemampuan yang

    diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran.

    Hasil belajar sering digunakan dalam arti yang sangat luas yakni

    untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai

    oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan

    rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung,

    tes akhir semester dan sebagainya.

    Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan

    bahwa hasil belajar merupakan prestasi dari suatu kegiatan yang

    dikerjakan oleh individu yang berupa perubahan pengetahuan,

    sikap, dan ketrampilan yang dapat diamati dan diukur.

    Menurut Sudjana (2008) hasil belajar adalah perubahan

    tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan

    psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pembelajaran,

    sedangkan menurut Dede Rosyada (2004) hasil belajar adalah

    mengembangkan berbagai metode untuk mencatat dan

  • 26

    memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-

    informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses

    penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi

    yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji

    bersama. Sejalan dengan pendapat diatas hasil belajar

    merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia

    melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia

    menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat

    (Tabrani, 2000).

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

    bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dalam

    bentuk kognitif setelah melalui proses mengkaji dan membahas

    pelajaran yang diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar.

    Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

    yang dicapai oleh siswa dalam aspek kognitif setelah melakukan

    kegiatan belajar mengajar yang ditunjukkan oleh nilai ulangan

    mid semester ganjil siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga Tahun

    Ajaran 2012/2013.

    2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Menurut Dalyono dalam Deni (2010) berhasil tidaknya

    seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu :

    a. Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)

  • 27

    1. Kesehatan

    Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya

    terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak

    selalu sehat, sakit kepala, demam, pilek batuk dan

    sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk

    belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa)

    kurang baik.

    2. Intelegensi dan Bakat

    Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya

    terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai

    intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar

    dan hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga besar

    pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Jika

    seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya

    ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan

    lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memilki

    intelegensi tinggi saja atau bakat saja.

    3. Minat dan Motivasi

    Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan

    juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar

    disebabkan beberapa hal, antara lain karena keinginan yang

    kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan

    yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu

  • 28

    pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat,

    akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-

    sungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi berbeda

    dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau

    pendorong.

    4. Cara Belajar

    Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil

    belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor

    fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memeproleh

    hasil yang kurang.

    b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)

    1. Keluarga

    Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya tehadap

    keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya

    pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.

    2. Sekolah

    Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat

    keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya,

    kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan

    fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan sebagainya,

    semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar.

  • 29

    3. Masyarakat

    Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila

    sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari

    orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya,

    rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan

    mendorong anak giat belajar.

    4. Lingkungan sekitar

    Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat

    mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan,

    bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan

    sebagainya semua ini akan mempengaruhi kegairahan

    belajar.

    Menurut Suryabrata (1984) hasil belajar yang dicapai oleh

    siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari

    dalam diri siswa maupun luar diri siswa. Ada tiga faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar yaitu:

    1. Faktor psikis

    a. Kecerdasan

    Siswa yang memiliki kecerdasan tinggi cenderung memiliki

    prestasi yang tinggi, maka hasil belajarpun akan tinggi pula

    b. Motivasi belajar

    Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi

    cenderung ingin mendapat prestasi/hasil yang tinggi

  • 30

    dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki motivasi

    belajar

    c. Disiplin belajar

    Siswa yang memiliki disiplin diri dalam belajar memiliki

    hasil belajar yang baik dibandingkan siswa yang tidak

    mendisiplinkan dirinya dalam belajar

    d. Konsentrasi

    Siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang baik memilik

    prestasi tinggi maka hasil belajarpun akan tinggi pula

    dibanding siswa yang tidak konsentrasi dalam belajar

    e. Bakat dan minat

    Siswa yang memiliki minat yang tinggi pada pelajaran

    tertentu memiliki nilai yang tinggi dipelajaran yang mereka

    sukai

    f. Percaya diri

    Siswa yang percaya diri akan kemampuan dirinya memilik

    hasil belajar yang baik dibandingkan dengan siswa yang

    tidak percaya diri

    2. Faktor fisik

    a. Panca indera yang baik

    Panca indera yang baik terutama pada mata dan telinga

    merupakan gerbang masuknya pengaruh dalam individu

  • 31

    b. Kesehatan

    Siswa yang kesehatannya baik dapat menangkap pelajaran

    dengan baik pula dibandingkan siswa yang mengalami tidak

    enak badan

    3. Faktor lingkungan

    a. Alat-alat untuk belajar

    Siswa yang terpenuhi perlengkapan belajarnya memiliki

    prestasi yang baik, dibanding siswa yang tidak terpenuhi

    alat belajarnya

    b. Suasana

    Suasana yang mendukung dalam belajar, membuat siswa

    dapat berkosentrasi dengan baik, dibanding ada

    gangguannya

    c. Waktu

    Waktu untuk belajar tidak ditentukan pagi, sktu untuk

    belajar tiang maupun malam. Waktu untuk belajar

    tergantung pada kemampuan anak untuk memahami materi

    yang dipelajarinya

    Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi

    hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut

    dijelaskan sebagai berikut :

  • 32

    a) Faktor-faktor intern

    Faktor intern adalah yang berasal dari diri siswa. Faktor

    intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmani,

    faktor psikologis dan faktor kelelahan.

    1. Faktor jasmaniah

    Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti

    dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

    bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang

    sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses

    belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang

    terganggu.

    Kedua cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang

    menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna

    mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah

    kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi

    maka belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia

    disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat

    bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecacatan itu.

    2. Faktor psikologis

    Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke

    dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.

    Faktor-faktor itu adalah: Pertama inteligensi yaitu

    kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

  • 33

    dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

    mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

    Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi,

    jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau

    sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan

    yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

    beberapa kegiatan. Keempat bakat yaitu kemampuan

    untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi

    menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.

    Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar

    dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk

    berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam

    kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan

    seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk

    memberi respon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut

    sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar

    terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

    3. Faktor kelelahan

    Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk

    dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam

    yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat

    praktis).

  • 34

    Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya

    tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan

    jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa

    pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak lancar

    pada bagian-bagian tertentu.

    Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

    kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk

    menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa

    pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkosentrasi,

    seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

    Kelelahan rohani dapat menjadi terus-menerus karena

    memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat,

    menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada

    variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan

    tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

    b) Faktor-faktor eksteren

    Faktor eksteren adalah faktor yang berasal dari luar

    siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah,

    dan faktor masyarakat, yaitu dengan penjelasan sebagai

    berikut:

    1. Faktor keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

    keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara

  • 35

    anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

    ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada

    dirumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu

    yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab itu orang

    tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing,

    memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang

    baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan

    dukungan material yang cukup.

    2. Faktor sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini

    mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru

    dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

    sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

    keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

    Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar

    memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah

    harus menciptakan suasana yang kondusif bagi

    pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di

    sekolah berjalan dengan baik, kurikulum yang sesuai,

    kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode

    pembelajaran yang sesuai, pemberian tugas rumah, dan

    sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan

    sekolah dan sarana yang lainnya.

  • 36

    3. Faktor masyarakat

    Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga

    berpengaruh tehadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini

    karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama

    kegiatan siswa dalam masyarakat yaitu misalnya siswa

    ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan

    sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu,

    lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur

    waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio,

    bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain.

    Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman

    bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam

    jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang

    baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri

    siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang

    tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok,

    keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, dan lain-

    lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan

    masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil

    belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang

    yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan

  • 37

    mempunyai kebiasaan yang baik akan berpengaruh jelek

    kepada siswa yang tinggal disitu.

    Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

    bahwa ada dua faktor yaitu faktor intern dan eksteren

    yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi:

    faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor

    eksteren meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan

    masyarakat.

    Salah satu faktor psikologis/psikis yang

    mempengaruhi hasil belajar adalah disiplin belajar. Oleh

    karena itu untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa

    dituntut untuk memiliki kedisiplinan belajar yang baik.

    Siswa yang memiliki disiplin belajar yang baik/tinggi

    akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula.

    2.1.2.2 Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar

    Menurut Slameto dalam jurnal pengembangan

    pendidikan yang berjudul “Disiplin Dalam Pendidikan” (1998)

    menyatakan bahwa betapa pentingnya disiplin belajar dalam

    pendidikan. Di satu pihak sebagai salah satu tujuan pendidikan, di

    lain pihak juga sekaligus sebagai perilaku yang menjadi syarat

    berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Disiplin

    bukan pembawaan dari lahir, tetapi hasil didikan termasuk di

    sekolah. Bagaimana terbentuknya disiplin di pengaruhi oleh

  • 38

    banyak faktor tetapi guru merupakan faktor penentu baik disiplin

    kelompok/kelas maupun disiplin dari siswa. Dalam mengajar guru

    menerapkan prinsip-prinsip disiplin demi keberhasilan pengajaran

    dan siswa bertanggungjawab untuk menjalankan kewajibannya.

    Pada umumnya, para siswa yang hasil belajar di kelasnya

    baik itu karena waktu dalam kehidupan sehari-harinya

    tertata/terjadwal, dan mereka menghargai waktu untuk belajar.

    Bermain untuk mereka itu adalah hal yang penting, akan tetapi

    belajar itu juga perlu. Mereka dapat mengontrol waktu atau paling

    tidak ada orang yang membantu mengontrol waktu anak untuk

    bermain.

    Pada saat pelajaran di kelas, anak-anak yang disiplinlah

    yang memperoleh nilai tinggi saat ulangan. Mereka

    memperhatikan penjelasan guru, dan mengikuti pelajaran dengan

    konsentrasi tinggi sehingga apa yang disampaikan dapat terekam

    diotaknya. Berbeda dengan anak yang tidak disiplin, yaitu yang

    tidak memperhatikan saat pelajaran berlangsung, mereka

    cenderung mendapat nilai rendah saat ulangan.

    Belajar harus dengan disiplin, karena disiplin adalah

    kunci sukses. Siswa yang ingin hasil belajarnya tinggi harus

    mempunyai disiplin belajar yang tinggi, karena ini merupakan

    sikap yang membuat siswa senantiasa mempunyai kedisiplinan,

    kegairahan, dan tanggung jawab dalam belajar, tanpa sikap seperti

  • 39

    ini siswa tidak mampu mengatasi berbagai hambatan dan

    kesulitan (Ardani, 2006).

    Disiplin belajar yang efisien harus memperhatikan

    hukum-hukum yang berlaku dalam belajar. Peningkatan mutu

    akademik khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya

    menjadi tuntutan masyarakat masa kini dan yang akan datang.

    Salah satu faktor yang menentukan meningkatnya mutu akademik

    atau hasil belajar adalah upaya menegakkan disiplin belajar

    (Leny, 2011).

    Dengan disiplin belajar, rasa malas dapat teratasi

    sehingga siswa akan belajar sesuai harapan-harapan yang

    terbentuk dari masyarakat. Kedisiplinan belajar pada siswa ikut

    memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya.

    Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat

    belajar dengan baik, terarah dan teratur sehingga dimungkinkan

    akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula.

    Apabila individu atau peserta didik bertingkah laku

    disiplin atau bersedia menaati segala peraturan atau tata tertib

    dalam kegiatan belajar, maka ini merupakan suatu modal dasar

    yang sangat berharga atau bermakna dalam menunjang

    tercapainya kegiatan pembelajaran. Siswa yang memiliki disiplin

    belajar yang tinggi akan dapat belajar dengan baik, terarah dan

    teratur sehingga dimungkinkan akan mendapatkan hasil belajar

  • 40

    yang baik pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Walgito (dalam

    Leny, 2011) sekalipun mempunyai rencana belajar yang baik,

    akan tetapi tinggal rencana kalau tidak ada disiplin belajar maka

    tidak akan berpengaruh terhadap prestasinya.

    Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka

    dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar merupakan jembatan

    untuk menuju kesuksesan terutama di sekolah. Disiplin belajar

    akan menghasilkan prestasi yang baik dengan bentuk hasil

    penilaian tertinggi yang merupakan kebanggaan bagi setiap anak

    didik di sekolah.

    2.1.3 Pengertian PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)

    Menurut KTSP PKn 2006 dalam Ine (2010) pendidikan

    kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada

    pembentukan warganegara yang mampu melaksanakan hak-hak

    dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang

    cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila

    dan UUD 1945. Sedangkan menurut Haris Bakti (dalam Nita,

    2012 ) pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang

    digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan

    melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya

    Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk

    perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai

  • 41

    individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk

    ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

    PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

    bagi kehidupan bangsa dan negara ini. PKn penting karena dapat

    digunakan untuk membina generasi penerus bangsa/anak-anak

    bangsa sehingga mereka sadar terhadap hak dan kewajiban dalam

    hidup berbangsa agar dapat menjadi warganegara yang dapat

    diandalkan senantiasa oleh negara. Demikian juga bagi negara

    Indonesia pada masa lalu dan sekarang, PKn menjadi sarana

    untuk menanamkan hal yang terkait dengan ideologi negara baik

    melalui jalur formal (sekolah) ataupun nonformal (Rahardja,

    2002).

    Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, PKn

    memiliki peran untuk membangun watak dan sikap untuk

    terwujudnya tujuan bangsa dan negara. Dewasa ini pendidikan

    menghadapi berbagai masalah yang amat komplek, salah satu

    diantaranya menurunnya tatakrama kehidupan dalam praktek

    kehidupan di sekolah yang menimbulkan kerisauan masyarakat.

    Hal itu antara lain semakin maraknya penyimpangan norma sosial

    kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk perlakuan siswa

    yang kurang hormat kepada guru dan staf sekolah, kurang disiplin

    dan tidak taat pada tata tertib yang ada.

  • 42

    2.1.3.1 Tujuan PKn

    Tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu

    mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan

    melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektual, serta

    berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya

    (Depdiknas dalam Ine, 2010).

    Virene Irida dalam seminar dan lokakarya “Pembaharuan

    Kurikulum Program Studi S1 PPKn” (dalam Rusti, 2012)

    mengungkapkan mata pelajaran PKn memiliki tujuan untuk

    mengembangkan kompetensi berikut:

    1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif,

    sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan.

    2. Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan

    berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab.

    3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan

    norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan

    bernegara.

    Sedangkan berdasarkan Kurikulum tahun 2006 (BNSP,

    2006), mata pelajaran kewarganegaraan mempunyai tujuan

    sebagai berikut:

    1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan

    kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana

    kewarganegaraan.

  • 43

    2. Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan

    berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab,

    bertindak tegas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

    bernegara serta anti korupsi.

    3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan

    norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat

    dan bernegara.

    4. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

    diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia.

    5. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa dalam percaturan dunia

    secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

    teknologi informasi dan komunikasi.

    Dari uraian diatas maka PKn dalam konteks pendidikan

    formal di sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan

    kemampuan intelektual, mengembangkan watak dan

    kepribadian yang baik serta ketrampilan berpartisipasi dalam

    kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari peserta

    didik demi terwujudnya tujuan bangsa dan negara.

    2.2 Penelitian Yang Relevan

    Hasil penelitian Benu Feby Yessica (2010) tentang

    “Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Prestasi belajar

    siswa kelas IV SD Negeri 12 Salatiga semester II tahun pelajaran

    2009/2010 “menyimpulkan bahwa: ada hubungan yang positif dan

  • 44

    signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar artinya

    semakin tinggi disiplin belajar siswa maka akan semakin tinggi

    pula prestasi belajarnya, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi

    sebesar 0,253 dan taraf signifikan 0,000.

    Hasil penelitian Ari Kiswanto (2011) tentang “Hubungan

    antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

    SMA Kristen Satya Wacana Semester I Tahun 2011/2012”

    menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan

    antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, yang ditunjukkan

    oleh koefisien korelasi sebesar 0,532 dan taraf signifikan 0,000.

    Hasil penelitian Aning Ervitasari (2009) tentang

    “Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar

    Siswa SD Kutilang Semarang semester I Tahun 2008/2009”

    menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara

    disiplin belajar dengan prestasi belajar, yang ditunjukkan oleh

    koefisien korelasi sebesar 0,124 dan taraf signifikan 0,000.

    Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

    tersebut ditemukan bahwa ada hubungan antara disiplin belajar

    dengan prestasi belajar siswa khususnya untuk siswa SD dan SMA.

    Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan subyek siswa SMK

    PGRI 2 Salatiga khususnya untuk mata pelajaran PKn apakah ada

    hubungan antara disiplin belajar dengan hasil belajar siswa.

  • 45

    2.3 Kerangka Berpikir

    Disiplin belajar sangat penting bagi setiap siswa.

    Berdisiplin akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan

    mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke

    arah pembentukan watak yang baik serta pencapaian hasil belajar

    yang baik. Apabila disiplin belajar sudah dimiliki oleh setiap siswa

    maka tidak akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran,

    karena dengan disiplin belajar siswa memiliki persiapan saat akan

    mengikuti proses pembelajaran. Lain halnya jika siswa tidak

    memiliki disiplin belajar, seperti tidak belajar ketika akan

    menghadapi ulangan, lalai mengerjakan PR akan kesulitan dalam

    mengikuti proses pembelajaran.

    Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang

    tinggi / optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik intern

    maupun eksteren. Salah satu faktor intern adalah disiplin belajar

    Disiplin belajar adalah sikap siswa dalam kegiatan belajar

    yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan dalam

    menaati peraturan baik di dalam kelas, di luar kelas di lingkungan

    sekolah maupun di rumah. Dengan disiplin belajar, rasa malas

    dapat teratasi sehingga siswa akan belajar sesuai dengan yang

    diharapkan. Kedisiplinan belajar akan berpengaruh terhadap hasil

    belajar yang dicapainya diantaranya dalam ranah kognitif. Siswa

    yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat belajar

  • 46

    dengan baik, terarah dan teratur sehingga dimungkinkan akan

    memperoleh hasil belajar yang baik/tinggi pula.

    Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik suatu kerangka

    berpikir, dengan bagan sebagai berikut :

    Gambar 4.1

    2.4 Hipotesis

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran diatas

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan yang positif

    signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar pada mata

    pelajaran PKn siswa kelas X di SMK PGRI 2 Salatiga semester

    ganjil tahun ajaran 2012/2013.

    Disiplin Belajar (X)

    1. Disiplin di dalam kelas

    2. Disiplin diluar kelas di

    lingkungan sekolah

    3. Disiplin di rumah

    Hasil Belajar (Y)

    Kognitif