bab ii kajian pustaka 2.1.1 2.1.1.1 pengertian...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003: 2). Sedangkan menurut Gagne (Slameto, 2003: 13), belajar adalah proses
untuk memperoleh motivasi dalam penggetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku.
Menurut Harold (Suprijono, A. 2011: 2), berpendapat bahwa belajar
adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu. Selanjutnya Cronbach (Suprijono, A. 2011: 2)
mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengamatan. Sementara menurut Travers (Suprijono, A. 2011: 2) berpendapat
bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Belajar menurut Cronbrach, Suprijono, Gagne adalah perubahan tingkah
laku. Belajar dipahami sebagai proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa
menjadi bisa. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak salah,
karena berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman atau
latihan.
2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2003: 54), adapun faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yang meliputi:
1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi:
8
a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar.
b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat, dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir.
c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar, dan haus.
2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut faktor ekstern, yang meliputi: a. Faktor keluarga.
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.
b. Faktor sekolah Meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.
c. Faktor masyarakat Meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat
dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas
belajar siswa memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga
lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit menangkap
mata pelajaran. Dalam keadaan dimana siswa dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut belajar.
2.1.1.3 Hasil Belajar
Menurut Gagne (Suprijono, A. 2011: 5), hasil belajar itu meliputi:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kohnitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.
9
5. Sikap adalah kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Sedangkan menurut Bloom (Suprijono, A. 2011: 6), mengatakan bahwa
hasil belajar mencakup:
1. Kemampuan kognitif, yang meliputi pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, mengorganisasikan, merencanakan, menilai.
2. Kemampuan afektif, yang meliputi sikap menerima, memberikan, organisasi.
3. Kemampuan psikomotorik, yang meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Menurut Anastari (1982: 22) mengatakan bahwa tes adalah alat untuk
memperoleh data tentang perilaku individu. Di dalam tes terdapat sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan
memberikan informasi mengenai aspek tertentu berdasarkan jawaban yang
diberika individu
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja
(Suprijono, A. 2011: 7).
Dari beberapa pendapat di atas hasil belajar merujuk pada kemampuan dari
beberapa aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar
dapat diartikan sebagai perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang baik
kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan kognitif
berhubungan dengan pengetahuan ingatan, kemampuan afektif berhubungan
dengan sikap dan kemampuan psikomotorik berhubungan dengan keterampilan.
Perubahan kemampuan-kemampuan dalam hasil belajar dalam hal ini adalah
perubahan ke arah yang lebih baik (perubahan progresif). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
baik. Hasil belajar dalam kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik merupakan
perubahan peserta didik setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Untuk
mengukur hasil belajar maka guru tes. Teknik tes meliputi tes pilihan ganda, tes
10
tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Sedangkan tekhnik non tes meliputi
pengamatan atau observasi, angket, jurnal, portofolio dan wawancara. Guru dapat
mengetahui hasil belajar siswa dapat dalam bentuk nilai.
2.1.2 Kepemimpinan
2.1.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Menurut Asmara (Zazin, N. 2011: 198), mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah kegiatan atau tindakan dalam mempengaruhi serta
menggerakkan orang-orang mencapai tujuan. Sedangkan Shared Goal, Hemhiel &
Coons (Zazin, N. 2011: 198), berpendapat kepemimpinan adalah sikap pribadi,
yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Selanjutnya Rauch & Behlin (Zazin, N. 2011: 199), mengatakan kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk
mencapai tujuan bersama.
Selanjutnya menurut Sumanto (Zazin, N. 2011: 199), kepemimpinan
adalah tindakan atau tingkah laku di antara individu-individu dan kelompok-
kelompok yang menyebabkan mereka bergerak ke arah tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan yang menambahkan penerimaan bersama bagi mereka . Sedangkan
menurut Jacobs & Jacques (Zazin, N. 2011: 198) mengatakan kepemimpinan
adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama
dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan
Menurut pengertian para ahli kepemimpinan merujuk pada aktifitas
mempengaruhi orang lain. Di sini orang lain tersebut dipengaruhi untuk bergerak
ke arah tercapainya tujuan. Berdasar pengertian dari beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses komunikasi untuk mengarahkan
dan mempengaruhi pelaksanaan aktifitas kelompok sehingga membuat
anggotanya mengikuti dan menaatinya agar tercapai tujuan bersama.
2.1.2.2 Unsur-unsur Kepemimpinan
Menurut Husna Asmara (1982: 5), dalam suatu kelompok manusia biasanya
menempatkan seseorang yang patut untuk ditokohkan, dan menempatkannya pula
11
pada suatu kedudukan yang terhormat, mereka itulah yang dikenal sebagai
pemimpin. Orang yang dapat digolongkan sebagai pemimpin adalah:
1. Orang yang mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungannya atau di sekelilingnya.
2. Orang yang dapat mempengaruhi orang lain, bekerja dengan penuh tanggung jawab.
3. Orang berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha mempengaruhi orang lain agar orang lain mau bekerja
dengan penuh rasa tanggung jawab, pemimpin diharapkan memiliki beberapa
kelebihan dan kemampuan. Menurut Husna Asmara (1982: 6), kelebihan dan
kemampuan itu adalah:
1. Kelebihan dan kemampuan dalam penggunaan pikiran dalam mengendalikan organisasi atau kelompok kerja yang ia pimpin.
2. Kelebihan dalam kepribadian yang unik di antaranya semangat, keuletan, keberanian, bijaksana dan berlaku adil, percaya diri sendiri, ramah tamah, stabil dalam emosi, jujur, rendah hati, sederhana, dan disiplin.
3. Kelebihan dalam pengetahuan, (terutama merumuskan tujuan dan menuangkannya dalam perencanaan yang diwujudkan dalam pengambilan keputusan).
Menurut pendapat para ahli, seorang pemimpin mempunyai 3 kelebihan
dan kemampuan. Dari beberapa kemampuan tersebut jelas bahwa kemampuan
dalam mempengaruhi orang lain ditentukan oleh berbagai aspek yang harus
diperhitungkan secara keseluruhan dan terpadu. Keberhasilan pemimpin tidak
hanya dilihat dari kepribadiannya saja tetapi dari perwujudan sifat kepribadian
tersebut yang direalisasikan dalam tindakan kepemimpinannya yang ditandai oleh
kemampuan-kemampuan tersebut. Maka dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kelebihan dan kemampuan dalam memimpin adalah mampu
berkomunikasi dengan baik dan berlaku atau bersikap adil, serta percaya diri. Di
sini pemimpin harus mempunyai kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
dengan anggotanya dan berlaku adil dalam memimpin anggotanya, adil dalam
memimpin aktifitas kelompk, serta mempunyai rasa percaya diri.
12
2.1.3 Pembelajaran IPA dengan Metode Jigsaw di SD
2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tidak
sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar
pembelajran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan (Suprijono, A. 2011: 46).
Menurut Roger dan David Johnson (Suprijono, A. 2011: 58) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Kooperatif Learning, untuk itu
harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
a. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap muka. Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d. Komunikasi antar anggota. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi proses kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
13
Pendapat Roger dan David Jhonson (Lie, A. 2008: 31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok dapat dikatakan kooperatf learning. Karena dalam
kooperatif learning terdapat lima unsur yang harus dipenuhi. Ada unsur-unsur
dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Berdasarkan kajian teori diatas model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan mengutamakan
kerjasama antar anggota kelompok. Dalam model pembelajaran kooperatif
masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri.
2.1.3.2 Metode Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, R. 2008: 13).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode
Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,
menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam metode jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, R.
2008: 13).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6
orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari
14
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,
R. 2008: 13).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A. 2008: 28).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.
Berdasar kajian teori di atas, metode pembelajaran jigsaw adalah tipe
pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok. Dalam jigsaw terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli. Siswa dalam kelompok ahli bertugas
menyampaikan materi kepada anggota lainnya.
2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Jigsaw
Menurut Isjoni (2009: 63), kelebihan dan kekurangan pembelajaran
kooperatif Jigsaw adalah sebagai berikut:
15
Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsaw antrara lain:
1. Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap proses belajarnya.
2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis 3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang
dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok tersebut.
4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw juga ada
kekurangannya yaitu:
1. Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain
2. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda
Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing
metode mempunyai kelemahan dan kelebihan. Begitu juga dengan metode
pembelajaran jigsaw juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Salah satu
kelemahan jigsaw adalah membutuhkan waktu yang lama selain itu guru dituntut
mempunyai kemampuan yang lebih. Tetapi disisi lain jigsaw memiliki kelebihan
siswa menjadi lebih aktif dan kritis.
2.1.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai
berikut (Arends, R. 2008: 14):
16
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw (Arends, R. 2008: 14)
adalah sebagai berikut :
- Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
- Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2011: 89), langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw adalah sebagai berikut:
- Guru mengenalkan topik yang akan dibahas. - Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
kecil. Jumlah kelompok tergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Kelompok-kelompok ini disebut kelompok asal.
- Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru.
- Sesi berikutnya, guru membuat kelompok ahli.
17
- Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.
- Setelah itu mereka kembali ke tim asal untuk menyampaikan hasil diskusi dengan tim ahli.
- Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan diantaranya kegiatan
pembagian siswa dalam kelompok ahli dan kelompok asal, selain itu juga jumlah
siswa perlu diperhatikan. Kelompok dibagi sesuai dengan jumlah materi yang
akan didiskusikan. Pada akhir pembelajaran guru tetap memberikan kesimpulan
dari keseluruhan topik yang dibahas. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas
tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam metode jigsaw jumlah anggota dibatasi 5 orang saja.
Kelima anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Kelima anggota
ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya guru akan mengevaluasi
mereka mengenai seluruh bagian pelajaran.
2.1.4 Penerapan Metode Jigsaw dalam Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang dikemas berdasar
prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3
tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) yaitu: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan
inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut. Sebelum kegiatan dilaksanakan, langkah
awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
18
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan (Permendiknas No 41,
2007).
(1) Kegiatan Pendahuluan
(2) Kegiatan inti
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran (Permendiknas No 41, 2007).
(3) Kegiatan Akhir
Sesuai Permendiknas No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman
atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut
(Permendiknas No 41, 2007).
1) Rencana Pembelajaran (Persiapan), meliputi :
Sebelum guru melaksanakan pembelajaran melalui metode jigsaw
guru wajib membuat:
a. Merumuskan indikator yang akan dicapai.
b. Merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran jigsaw
dalam pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP.
c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
d. Membuat lembar observasi siswa dan guru untuk melihat kondisi
pembelajaran saat tindakan berlangsung.
19
e. Membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat hasil yang telah
dilakukan.
f. Membuat lembar obseravsi kepemimpinan untuk melihat hasil
yang telah dilakukan.
2) Pelaksanaan, meliputi :
1) Kegiatan awal
(1) Membuka pelajaran dengan salam
(2) Melakukan absensi siswa
(3) Melakukan appersepsi dan motivasi
2) Kegiatan inti
a. Eksplorasi:
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik/ tema materi IPA tentang sifat-sifat cahaya
2. Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA
tentang cahaya
3. Membagi siswa menjadi kelompok asal dan kelompok ahli
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
20
4. Meminta siswa yang telah dibagi menjadi menjadi tim ahli
melakukan diskusi
5. Meminta siswa dalam tih ahli menyampaikan hasil diskusi tentang
sifat-sifat cahaya kepada tim asal
6. Meminta siswa membuka buku dalam melakukan diskusi tentang
sifat-sifat cahaya dengan bimbingan guru
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1. Meminta siswa menulis laporan tentang sifat-sifat cahaya yang
telah mereka diskusikan
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1. Meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum
dimengerti
2. Meminta siswa menulis rangkuman dari hasil diskusi tentang sifat-
sifat cahaya
3. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang mereka
kerjakan
4. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpatisipasi aktif.
3) Kegiatan akhir
(1) Menyimpulkan hasil pelajaran
(2) Melakukan evaluasi akhir pertemuan
(3) Melakukan refleksi
2.1.5 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kata IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris Natural
Science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut
dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam
21
atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Iskandar, S. 1997: 2).
Menurut Webster’s (Iskandar, S. 1997: 2), menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.
Sedangkan Purnell’s (Iskandar, S. 1997: 2), berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara
observasi dan eksperimen sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-
aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan tentang kejadian-kejadian
bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi. Definisi
lain menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam ialah susunan teratur pengetahuan yang
diperoleh manusia, termasuk cara-cara mengambangkan pengetahuan itu secara
kriteria (ukuran). Ada pula yang mendefiniskan Ilmu Pengetahuan Alam ialah apa
yang dilakukan oleh ahli-ahli IPA (Iskandar, S. 1997: 14).
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan
Marten (Iskandar, S. 1997: 15) sebagai berikut:
1. Mengamati apa yang terjadi 2. Mencoba memahami apa yang diamati 3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang
akan terjadi 4. Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk
melihat apakah ramalan tersebut benar
Dari beberapa teori pengertian diatas bahwa pengertian IPA merujuk pada
ilmu tentang alam. IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
2.2 Kajian Penelitian Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan yang mendekati judul penelitian ini
adalah hasil penelitian Laila Mardhiyah Tahun 2009 dengan judul ”Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa KelasV Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di SDN Purworejo Kec. Suruh Kab.
Semarang Semester 1 Tahun Ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian
22
Laila Mardhiyah disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas V SDN Purworejo semester 1
tahun ajaran 2009/2010. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil
siklus I dengan rata-rata kelas sebesar 75,81 persen. Setelah diadakan tindak
lanjut meningkat menjadi 76,96 persen dan pada siklus II rata-rata menjadi 77,22.
Ketuntasan belajar yang diperoleh setelah tindakan adalah 100%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Laila Mardhiyah tentang
penggunaan metode jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar didapatkan
kesimpulan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V. Didapat hasil pada siklus I
dengan rata-rata kelas sebesar 75,81 persen dan pada siklus II rata-rata menjadi
77,22. Dengan menggunakan metode jigsaw siswa dituntut untuk aktif dalam
proses pembelajaran, karena dalam jigsaw siswa berdiskusi secara kelompok
dengan pokok bahasan atau materi yang berbeda antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain. Siswa dituntut untuk menguasai materi dengan baik sehingga
ketika mengerjakan soal siswa sudah memahami materi dengan baik. Maka hasil
atau nilai yang diperoleh siswa akan meningkat. Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa metode jigsaw efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain itu hasil penelitian lain yang relevan dan mendekati judul penelitian
ini adalah hasil penelitian Kunthi Karmiyani tahun 2008 dengan judul
”Kepemimpinan Siswa dengan Metode Kooperatif Learning Tipe Learning
Together Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 7D SMP Islam Karang Ploso”.
Dari penelitian yang dilakukan Kunthi Karmiyati dapat disimpulkan bahwa
siswa kelas 7D SMP Islam Karang Ploso mempunyai tingkat kepemimpinan yang
Berdasarkan hasil penelitian Kunthi Karmiyani disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif tipe together learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika kelas 7D SMP Islam Karang Ploso. Setelah dilakukan kegiatan
pembelajaran diperoleh hasil bahwa sebesar 71,42% dari total keseluruhan siswa
telah dinyatakan tuntas dalam mengikuti pembelajaran matematika materi
aritmatika sosial dan prosentase rata-rata kepemimpinan siswa mencapai 73,95%.
23
baik dan siswa kelas 7D SMP Islam Karang Ploso telah tuntas dalam mengikuti
pembelajaran dengan metode kooperatif jigsaw tipe together learning.
Berdasarkan hasil penelitian dari Laila Mardiyanti tentang peningkatan hasil
belajar melalui metode kooperatif tipe jigsaw dan penelitian dari Kunthii
Karmiyanti tentang kepemimpinan siswa melalui metode kooperatif learning tipe
together learning menyatakan kesimpulan bahwa metode kooperatif learning tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu metode kooperatif
learning tipe together learning dapat meningkatkan kepemimpinan siswa. Maka
dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kepemimpinan siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Mengapa metode pembelajaran jigsaw dijadikan salah satu metode
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar, karena metode ini
diyakini dapat membuat siswa aktif dan mudah memahami materi. Dalam jigsaw
siswa terlibat aktif dalam diskusi, maka mereka akan mudah dalam memahami
materi. Ketika siswa paham maka hasil belajar siswa pun menjadi lebih baik.
Metode pembelajaran jigsaw juga dijadikan salah satu metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap kepemimpinan siswa. Dalam
metode jigsaw siswa akan bekerja secara kelompok dengan teman lainnya. Akan
terbentuk tim ahli dan tim asal, siswa dalam tim ahli bertanggung jawab
menyampaikan hasil diskusi kepada siswa dalam tim asal, mereka bertanggung
jawab memimpin jalannya diskusi. Dengan melalui metode jigsaw siswa belajar
membentuk sikap kepeminpinan.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis
penelitian tindakan kelas dirumuskan sebagai berikut:
1. Diduga, apabila dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan
metode jigsaw sebagai pendukung pembelajaran, maka dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang cahaya bagi siswa
24
kelas V SDN 1 Mungseng Kecamatan Temanggung Kabupaten
Temanggung tahun pelajaran 2011/2012.
2. Diduga, apabila dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan
metode jigsaw sebagai pendukung pembelajaran, maka dapat
meningkatkan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng
Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung.