bab ii kajian pustaka 2.1.1 2.1.1.1 pengertian...

18
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Sedangkan menurut Gagne (Slameto, 2003: 13), belajar adalah proses untuk memperoleh motivasi dalam penggetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Menurut Harold (Suprijono, A. 2011: 2), berpendapat bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Selanjutnya Cronbach (Suprijono, A. 2011: 2) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengamatan. Sementara menurut Travers (Suprijono, A. 2011: 2) berpendapat bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar menurut Cronbrach, Suprijono, Gagne adalah perubahan tingkah laku. Belajar dipahami sebagai proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak salah, karena berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman atau latihan. 2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Slameto (2003: 54), adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yang meliputi: 1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi:

Upload: vunhan

Post on 21-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,

2003: 2). Sedangkan menurut Gagne (Slameto, 2003: 13), belajar adalah proses

untuk memperoleh motivasi dalam penggetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan

tingkah laku.

Menurut Harold (Suprijono, A. 2011: 2), berpendapat bahwa belajar

adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan

mengikuti arah tertentu. Selanjutnya Cronbach (Suprijono, A. 2011: 2)

mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari

pengamatan. Sementara menurut Travers (Suprijono, A. 2011: 2) berpendapat

bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

Belajar menurut Cronbrach, Suprijono, Gagne adalah perubahan tingkah

laku. Belajar dipahami sebagai proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa

menjadi bisa. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah

usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak salah,

karena berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman atau

latihan.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003: 54), adapun faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yang meliputi:

1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

8

a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar.

b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat, dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir.

c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar, dan haus.

2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut faktor ekstern, yang meliputi: a. Faktor keluarga.

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.

b. Faktor sekolah Meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.

c. Faktor masyarakat Meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat

dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas

belajar siswa memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga

lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit menangkap

mata pelajaran. Dalam keadaan dimana siswa dapat belajar sebagaimana

mestinya, itulah yang disebut belajar.

2.1.1.3 Hasil Belajar

Menurut Gagne (Suprijono, A. 2011: 5), hasil belajar itu meliputi:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kohnitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

9

5. Sikap adalah kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Sedangkan menurut Bloom (Suprijono, A. 2011: 6), mengatakan bahwa

hasil belajar mencakup:

1. Kemampuan kognitif, yang meliputi pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, mengorganisasikan, merencanakan, menilai.

2. Kemampuan afektif, yang meliputi sikap menerima, memberikan, organisasi.

3. Kemampuan psikomotorik, yang meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Menurut Anastari (1982: 22) mengatakan bahwa tes adalah alat untuk

memperoleh data tentang perilaku individu. Di dalam tes terdapat sekumpulan

pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan

memberikan informasi mengenai aspek tertentu berdasarkan jawaban yang

diberika individu

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja

(Suprijono, A. 2011: 7).

Dari beberapa pendapat di atas hasil belajar merujuk pada kemampuan dari

beberapa aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar

dapat diartikan sebagai perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang baik

kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan kognitif

berhubungan dengan pengetahuan ingatan, kemampuan afektif berhubungan

dengan sikap dan kemampuan psikomotorik berhubungan dengan keterampilan.

Perubahan kemampuan-kemampuan dalam hasil belajar dalam hal ini adalah

perubahan ke arah yang lebih baik (perubahan progresif). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

baik. Hasil belajar dalam kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik merupakan

perubahan peserta didik setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Untuk

mengukur hasil belajar maka guru tes. Teknik tes meliputi tes pilihan ganda, tes

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

10

tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Sedangkan tekhnik non tes meliputi

pengamatan atau observasi, angket, jurnal, portofolio dan wawancara. Guru dapat

mengetahui hasil belajar siswa dapat dalam bentuk nilai.

2.1.2 Kepemimpinan

2.1.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Menurut Asmara (Zazin, N. 2011: 198), mengatakan bahwa

kepemimpinan adalah kegiatan atau tindakan dalam mempengaruhi serta

menggerakkan orang-orang mencapai tujuan. Sedangkan Shared Goal, Hemhiel &

Coons (Zazin, N. 2011: 198), berpendapat kepemimpinan adalah sikap pribadi,

yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Selanjutnya Rauch & Behlin (Zazin, N. 2011: 199), mengatakan kepemimpinan

adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk

mencapai tujuan bersama.

Selanjutnya menurut Sumanto (Zazin, N. 2011: 199), kepemimpinan

adalah tindakan atau tingkah laku di antara individu-individu dan kelompok-

kelompok yang menyebabkan mereka bergerak ke arah tercapainya tujuan-tujuan

pendidikan yang menambahkan penerimaan bersama bagi mereka . Sedangkan

menurut Jacobs & Jacques (Zazin, N. 2011: 198) mengatakan kepemimpinan

adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama

dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan

Menurut pengertian para ahli kepemimpinan merujuk pada aktifitas

mempengaruhi orang lain. Di sini orang lain tersebut dipengaruhi untuk bergerak

ke arah tercapainya tujuan. Berdasar pengertian dari beberapa ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses komunikasi untuk mengarahkan

dan mempengaruhi pelaksanaan aktifitas kelompok sehingga membuat

anggotanya mengikuti dan menaatinya agar tercapai tujuan bersama.

2.1.2.2 Unsur-unsur Kepemimpinan

Menurut Husna Asmara (1982: 5), dalam suatu kelompok manusia biasanya

menempatkan seseorang yang patut untuk ditokohkan, dan menempatkannya pula

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

11

pada suatu kedudukan yang terhormat, mereka itulah yang dikenal sebagai

pemimpin. Orang yang dapat digolongkan sebagai pemimpin adalah:

1. Orang yang mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungannya atau di sekelilingnya.

2. Orang yang dapat mempengaruhi orang lain, bekerja dengan penuh tanggung jawab.

3. Orang berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha mempengaruhi orang lain agar orang lain mau bekerja

dengan penuh rasa tanggung jawab, pemimpin diharapkan memiliki beberapa

kelebihan dan kemampuan. Menurut Husna Asmara (1982: 6), kelebihan dan

kemampuan itu adalah:

1. Kelebihan dan kemampuan dalam penggunaan pikiran dalam mengendalikan organisasi atau kelompok kerja yang ia pimpin.

2. Kelebihan dalam kepribadian yang unik di antaranya semangat, keuletan, keberanian, bijaksana dan berlaku adil, percaya diri sendiri, ramah tamah, stabil dalam emosi, jujur, rendah hati, sederhana, dan disiplin.

3. Kelebihan dalam pengetahuan, (terutama merumuskan tujuan dan menuangkannya dalam perencanaan yang diwujudkan dalam pengambilan keputusan).

Menurut pendapat para ahli, seorang pemimpin mempunyai 3 kelebihan

dan kemampuan. Dari beberapa kemampuan tersebut jelas bahwa kemampuan

dalam mempengaruhi orang lain ditentukan oleh berbagai aspek yang harus

diperhitungkan secara keseluruhan dan terpadu. Keberhasilan pemimpin tidak

hanya dilihat dari kepribadiannya saja tetapi dari perwujudan sifat kepribadian

tersebut yang direalisasikan dalam tindakan kepemimpinannya yang ditandai oleh

kemampuan-kemampuan tersebut. Maka dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa kelebihan dan kemampuan dalam memimpin adalah mampu

berkomunikasi dengan baik dan berlaku atau bersikap adil, serta percaya diri. Di

sini pemimpin harus mempunyai kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

dengan anggotanya dan berlaku adil dalam memimpin anggotanya, adil dalam

memimpin aktifitas kelompk, serta mempunyai rasa percaya diri.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

12

2.1.3 Pembelajaran IPA dengan Metode Jigsaw di SD

2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang

lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang

lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tidak

sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar

pembelajran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan (Suprijono, A. 2011: 46).

Menurut Roger dan David Johnson (Suprijono, A. 2011: 58) mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Kooperatif Learning, untuk itu

harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

a. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung jawab perseorangan. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

c. Tatap muka. Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

d. Komunikasi antar anggota. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi proses kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

13

Pendapat Roger dan David Jhonson (Lie, A. 2008: 31) mengatakan bahwa

tidak semua kerja kelompok dapat dikatakan kooperatf learning. Karena dalam

kooperatif learning terdapat lima unsur yang harus dipenuhi. Ada unsur-unsur

dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Berdasarkan kajian teori diatas model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan mengutamakan

kerjasama antar anggota kelompok. Dalam model pembelajaran kooperatif

masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya

sendiri.

2.1.3.2 Metode Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson

dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan

teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, R. 2008: 13).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode

Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,

menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Dalam metode jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang

pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, R.

2008: 13).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6

orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

14

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,

R. 2008: 13).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan

demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A. 2008: 28).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu

untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik

pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali

pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain

tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal

dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang

beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli

yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan

kepada anggota kelompok asal.

Berdasar kajian teori di atas, metode pembelajaran jigsaw adalah tipe

pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok. Dalam jigsaw terdapat

kelompok asal dan kelompok ahli. Siswa dalam kelompok ahli bertugas

menyampaikan materi kepada anggota lainnya.

2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Jigsaw

Menurut Isjoni (2009: 63), kelebihan dan kekurangan pembelajaran

kooperatif Jigsaw adalah sebagai berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

15

Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsaw antrara lain:

1. Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap proses belajarnya.

2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis 3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang

dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok tersebut.

4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw juga ada

kekurangannya yaitu:

1. Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain

2. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing

metode mempunyai kelemahan dan kelebihan. Begitu juga dengan metode

pembelajaran jigsaw juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Salah satu

kelemahan jigsaw adalah membutuhkan waktu yang lama selain itu guru dituntut

mempunyai kemampuan yang lebih. Tetapi disisi lain jigsaw memiliki kelebihan

siswa menjadi lebih aktif dan kritis.

2.1.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai

berikut (Arends, R. 2008: 14):

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

16

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw (Arends, R. 2008: 14)

adalah sebagai berikut :

- Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

- Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2011: 89), langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw adalah sebagai berikut:

- Guru mengenalkan topik yang akan dibahas. - Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok

kecil. Jumlah kelompok tergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Kelompok-kelompok ini disebut kelompok asal.

- Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru.

- Sesi berikutnya, guru membuat kelompok ahli.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

17

- Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.

- Setelah itu mereka kembali ke tim asal untuk menyampaikan hasil diskusi dengan tim ahli.

- Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

jigsaw ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan diantaranya kegiatan

pembagian siswa dalam kelompok ahli dan kelompok asal, selain itu juga jumlah

siswa perlu diperhatikan. Kelompok dibagi sesuai dengan jumlah materi yang

akan didiskusikan. Pada akhir pembelajaran guru tetap memberikan kesimpulan

dari keseluruhan topik yang dibahas. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas

tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat ditarik

kesimpulan bahwa dalam metode jigsaw jumlah anggota dibatasi 5 orang saja.

Kelima anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Kelima anggota

ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya guru akan mengevaluasi

mereka mengenai seluruh bagian pelajaran.

2.1.4 Penerapan Metode Jigsaw dalam Proses Belajar Mengajar

Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang dikemas berdasar

prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3

tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) yaitu: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan

inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut. Sebelum kegiatan dilaksanakan, langkah

awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan

atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

18

disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan (Permendiknas No 41,

2007).

(1) Kegiatan Pendahuluan

(2) Kegiatan inti

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran (Permendiknas No 41, 2007).

(3) Kegiatan Akhir

Sesuai Permendiknas No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti

merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan

pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan

sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman

atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut

(Permendiknas No 41, 2007).

1) Rencana Pembelajaran (Persiapan), meliputi :

Sebelum guru melaksanakan pembelajaran melalui metode jigsaw

guru wajib membuat:

a. Merumuskan indikator yang akan dicapai.

b. Merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran jigsaw

dalam pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP.

c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

d. Membuat lembar observasi siswa dan guru untuk melihat kondisi

pembelajaran saat tindakan berlangsung.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

19

e. Membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat hasil yang telah

dilakukan.

f. Membuat lembar obseravsi kepemimpinan untuk melihat hasil

yang telah dilakukan.

2) Pelaksanaan, meliputi :

1) Kegiatan awal

(1) Membuka pelajaran dengan salam

(2) Melakukan absensi siswa

(3) Melakukan appersepsi dan motivasi

2) Kegiatan inti

a. Eksplorasi:

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan

dalam tentang topik/ tema materi IPA tentang sifat-sifat cahaya

2. Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA

tentang cahaya

3. Membagi siswa menjadi kelompok asal dan kelompok ahli

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

20

4. Meminta siswa yang telah dibagi menjadi menjadi tim ahli

melakukan diskusi

5. Meminta siswa dalam tih ahli menyampaikan hasil diskusi tentang

sifat-sifat cahaya kepada tim asal

6. Meminta siswa membuka buku dalam melakukan diskusi tentang

sifat-sifat cahaya dengan bimbingan guru

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Meminta siswa menulis laporan tentang sifat-sifat cahaya yang

telah mereka diskusikan

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum

dimengerti

2. Meminta siswa menulis rangkuman dari hasil diskusi tentang sifat-

sifat cahaya

3. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang mereka

kerjakan

4. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpatisipasi aktif.

3) Kegiatan akhir

(1) Menyimpulkan hasil pelajaran

(2) Melakukan evaluasi akhir pertemuan

(3) Melakukan refleksi

2.1.5 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kata IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris Natural

Science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut

dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

21

atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Iskandar, S. 1997: 2).

Menurut Webster’s (Iskandar, S. 1997: 2), menyatakan bahwa ilmu

pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.

Sedangkan Purnell’s (Iskandar, S. 1997: 2), berpendapat bahwa ilmu pengetahuan

alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara

observasi dan eksperimen sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-

aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa.

Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan tentang kejadian-kejadian

bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi. Definisi

lain menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam ialah susunan teratur pengetahuan yang

diperoleh manusia, termasuk cara-cara mengambangkan pengetahuan itu secara

kriteria (ukuran). Ada pula yang mendefiniskan Ilmu Pengetahuan Alam ialah apa

yang dilakukan oleh ahli-ahli IPA (Iskandar, S. 1997: 14).

Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan

Marten (Iskandar, S. 1997: 15) sebagai berikut:

1. Mengamati apa yang terjadi 2. Mencoba memahami apa yang diamati 3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang

akan terjadi 4. Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk

melihat apakah ramalan tersebut benar

Dari beberapa teori pengertian diatas bahwa pengertian IPA merujuk pada

ilmu tentang alam. IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau

disusun dengan cara yang khas atau khusus, eksperimentasi, observasi dan

demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

2.2 Kajian Penelitian Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan yang mendekati judul penelitian ini

adalah hasil penelitian Laila Mardhiyah Tahun 2009 dengan judul ”Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa KelasV Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di SDN Purworejo Kec. Suruh Kab.

Semarang Semester 1 Tahun Ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

22

Laila Mardhiyah disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas V SDN Purworejo semester 1

tahun ajaran 2009/2010. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil

siklus I dengan rata-rata kelas sebesar 75,81 persen. Setelah diadakan tindak

lanjut meningkat menjadi 76,96 persen dan pada siklus II rata-rata menjadi 77,22.

Ketuntasan belajar yang diperoleh setelah tindakan adalah 100%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Laila Mardhiyah tentang

penggunaan metode jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar didapatkan

kesimpulan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V. Didapat hasil pada siklus I

dengan rata-rata kelas sebesar 75,81 persen dan pada siklus II rata-rata menjadi

77,22. Dengan menggunakan metode jigsaw siswa dituntut untuk aktif dalam

proses pembelajaran, karena dalam jigsaw siswa berdiskusi secara kelompok

dengan pokok bahasan atau materi yang berbeda antara siswa yang satu dengan

siswa yang lain. Siswa dituntut untuk menguasai materi dengan baik sehingga

ketika mengerjakan soal siswa sudah memahami materi dengan baik. Maka hasil

atau nilai yang diperoleh siswa akan meningkat. Maka dapat diambil kesimpulan

bahwa metode jigsaw efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain itu hasil penelitian lain yang relevan dan mendekati judul penelitian

ini adalah hasil penelitian Kunthi Karmiyani tahun 2008 dengan judul

”Kepemimpinan Siswa dengan Metode Kooperatif Learning Tipe Learning

Together Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 7D SMP Islam Karang Ploso”.

Dari penelitian yang dilakukan Kunthi Karmiyati dapat disimpulkan bahwa

siswa kelas 7D SMP Islam Karang Ploso mempunyai tingkat kepemimpinan yang

Berdasarkan hasil penelitian Kunthi Karmiyani disimpulkan bahwa metode

pembelajaran kooperatif tipe together learning dapat meningkatkan hasil belajar

matematika kelas 7D SMP Islam Karang Ploso. Setelah dilakukan kegiatan

pembelajaran diperoleh hasil bahwa sebesar 71,42% dari total keseluruhan siswa

telah dinyatakan tuntas dalam mengikuti pembelajaran matematika materi

aritmatika sosial dan prosentase rata-rata kepemimpinan siswa mencapai 73,95%.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

23

baik dan siswa kelas 7D SMP Islam Karang Ploso telah tuntas dalam mengikuti

pembelajaran dengan metode kooperatif jigsaw tipe together learning.

Berdasarkan hasil penelitian dari Laila Mardiyanti tentang peningkatan hasil

belajar melalui metode kooperatif tipe jigsaw dan penelitian dari Kunthii

Karmiyanti tentang kepemimpinan siswa melalui metode kooperatif learning tipe

together learning menyatakan kesimpulan bahwa metode kooperatif learning tipe

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu metode kooperatif

learning tipe together learning dapat meningkatkan kepemimpinan siswa. Maka

dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kepemimpinan siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Mengapa metode pembelajaran jigsaw dijadikan salah satu metode

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar, karena metode ini

diyakini dapat membuat siswa aktif dan mudah memahami materi. Dalam jigsaw

siswa terlibat aktif dalam diskusi, maka mereka akan mudah dalam memahami

materi. Ketika siswa paham maka hasil belajar siswa pun menjadi lebih baik.

Metode pembelajaran jigsaw juga dijadikan salah satu metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap kepemimpinan siswa. Dalam

metode jigsaw siswa akan bekerja secara kelompok dengan teman lainnya. Akan

terbentuk tim ahli dan tim asal, siswa dalam tim ahli bertanggung jawab

menyampaikan hasil diskusi kepada siswa dalam tim asal, mereka bertanggung

jawab memimpin jalannya diskusi. Dengan melalui metode jigsaw siswa belajar

membentuk sikap kepeminpinan.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis

penelitian tindakan kelas dirumuskan sebagai berikut:

1. Diduga, apabila dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan

metode jigsaw sebagai pendukung pembelajaran, maka dapat

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang cahaya bagi siswa

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/908/3/T1_292008169_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar dan Faktor-faktor yang

24

kelas V SDN 1 Mungseng Kecamatan Temanggung Kabupaten

Temanggung tahun pelajaran 2011/2012.

2. Diduga, apabila dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan

metode jigsaw sebagai pendukung pembelajaran, maka dapat

meningkatkan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng

Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung.