bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 problem based … · 2019. 12. 4. · 6 bab ii kajian...

14
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Problem Based Learning dengan Langkah Polya 2.1.1.1 Pengertian Problem Based Learning Problem Based Learning atau yang lebih dikenal dengan PBL adalah suatu model pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui stimulus dalam belajar. Menurut Rusman (2012:241) problem based learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) belajar dimulai dengan suatu permasalahan, 2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata peserta didik, 3) mengorganisasikan pelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, 4) memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada peserta didik dalam mengalami secara langsung proses belajara mereka sendiri, 5) menggunakan kelompok kecil, dan 6) menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance). Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan berkesinambungan. Menurut Slameto (2011:7) model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hosnan (2014:295) mengemukakan bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Problem Based Learning dengan Langkah Polya

    2.1.1.1 Pengertian Problem Based Learning

    Problem Based Learning atau yang lebih dikenal dengan PBL adalah suatu

    model pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik dengan

    masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui

    stimulus dalam belajar. Menurut Rusman (2012:241) problem based learning

    memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) belajar dimulai dengan

    suatu permasalahan, 2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan

    berhubungan dengan dunia nyata peserta didik, 3) mengorganisasikan pelajaran di

    seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, 4) memberikan tanggung

    jawab sepenuhnya kepada peserta didik dalam mengalami secara langsung proses

    belajara mereka sendiri, 5) menggunakan kelompok kecil, dan 6) menuntut

    peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam

    bentuk produk atau kinerja (performance). Dengan demikian, siswa diharapkan

    memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam

    masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan

    berkesinambungan.

    Menurut Slameto (2011:7) model Problem Based Learning merupakan model

    pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk

    menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan

    aktual siswa untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hosnan

    (2014:295) mengemukakan bahwa model Problem Based Learning merupakan

    model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah

    autentik sehingga siswa dapat menyusun sendiri, menumbuhkembangkan

    keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan

    meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

  • 7

    Menurut Amir (2008:21) Problem Based Learning adalah lingkungan belajar

    yang di dalamnya menggunakan masalah yaitu sebelum belajar mempelajari suatu

    hal, mereka diharuskan mengidentifikasi masalah, baik yang dihadapi secara nyata

    maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga siswa

    menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan

    masalah tersebut. Sani, Ridwan (2013:138-146) mengemukakan Problem based

    learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara

    menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

    memfasilitasi penyelidikan, membuka dialog.

    Arends dalam Trianto (2011:68) menjelaskan bahwa pembelajaran

    berdasarkan masalah merupakan pembelajaran dimana siswa mengerjakan

    permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka

    sendiri, mengembangkan inkuiri dan kemampuan berpikir tingkat tinggi,

    mengembangkan kemandirian, dan rasa percaya diri. Menurut Sanjaya (2009:214)

    bahwa PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

    menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

    Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan Problem Based Learning

    merupakan model pembelajaran yang menyajikan masalah untuk dipecahkan

    siswa baik secara individu ataupun kelompok dengan memahami konsep dari

    masalah yang ada agar dapat memahami esensi dari materi dan merangsang

    pemikiran kritis siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang mereka

    pahami.

    2.1.1.2 Karakteristik Problem Based Learning

    Karakteristik Problem Based Learning menurut Arends dalam Trianto

    (2011:93) adalah sebagai berikut : (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah (2)

    Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu (3) Penyelidikan autentik (4)

    Menghasilkan produk dan memamerkannya (4) Kolaborasi.

    Menurut Amir (2009:12) karakteristik model Problem Based Learning (PBL)

    antara lain: 1) pembelajaran diawali dengan pemberian masalah, 2) siswa

  • 8

    berkelompok secara aktif merumuskan masalah, 3) mempelajari dan mencari

    sendiri materi yang berhubungan dengan masalah serta melaporkan solusinya.

    Setiap model mempunyai kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan model

    PBL juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model PBL menurut

    Sanjaya (2009:220-221) antara lain:

    1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami

    pelajaran

    2) PBL dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan

    untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa

    3) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

    4) Melalui PBL bisa memperlihatkan kepada siswa setiap mata pelajaran,

    pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus

    dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau

    buku-buku saja

    5) PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa

    6) PBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis

    7) PBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata

    8) PBL dapat mengembangkan minat siswa untuk belajar secara terus-

    menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

    Sedangkan kelemahan dari model PBL antara lain:

    1) Siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa

    masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

    merasa enggan untuk mencoba

    2) Keberhasilan model pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup

    waktu untuk persiapan

    3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

    masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa

    yang ingin mereka pelajari.

    Sanjaya (2009:220-221)

  • 9

    2.1.1.3 Langkah-langkah Problem Based Learning

    Langkah-langkah Problem Based Learning menurut Sugiyanto (2008:140-

    141) ada 5 tahapan yang harus dilakukan dalam PBL, yaitu: 1) Memberikan

    orientasi tentang permasalahannya kepada siswa. 2) Mengorganisasikan siswa

    untuk meneliti. 3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok. 4)

    Mengembangkan dan mempresentasikan hasil. 5) Menganalisis dan mengevaluasi

    proses mengatasi masalah.

    Endang (2011:221) menyebutkan ada 4 langkah dalam proses pembelajaran

    berbasis masalah yaitu: (1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian

    memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan (2) guru menjelaskan prosedur

    yang harus dilakukan dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pemecahan

    masalah (3) guru membantu siswa menyusun laporan hasil pemecahan masalah

    yang sistematis (4) guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi

    proses-proses yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Sintak atau langkah-

    langkah pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) disajikan

    dalam tabel berikut:

    Tabel 3

    Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning

    Tahap Aktivitas Guru

    Tahap I

    Orientasi siswa pada masalah

    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

    memotivasi siswa untuk terlibat pada

    aktivitas pemecahan masalah

    Tahap II

    Mengorganisasi siswa untuk belajar

    Guru membantu siswa untuk

    mendefinisikan dan mengorganisasikan

    tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan

    masalah

    Tahap III

    Membimbing penyelidikan individual

    maupun kelompok

    Guru mendorong siswa untuk mendapatkan

    informasi yang tepat agar mendapat solusi

    intuk memecahkan masalah

    Tahap IV

    Mengembangkan dan menyajikan hasil

    Guru membantu siswa dalam

    merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil

    yang tepat seperti laporan dan membantu

    mereka untuk berbagi tugas dengan

    temannya

    Tahap V

    Menganalisis dan mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Guru membantu siswa untuk melakukan

    refleksi atau evaluasi terhadap terhadap

    proses yang telah mereka lalui.

  • 10

    Tabel 3 menunjukkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru

    menggunakan model Problem Based Learning. Ada 5 langkah dari model

    Problem Based Learning yang digunakan dalam pembelajaran yaitu; orientasi

    masalah, organisasi belajar, penyelidikan, pengembangan dan penyajian hasil,

    analisis dan evaluasi.

    2.1.1.4 Pemecahan Masalah Matematika Menurut Polya

    Menurut Hudojo dalam Aisyah, dkk. (2007:5-3), pemecahan masalah pada

    dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan

    masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah

    baginya. Menyelesaikan suatu masalah merupakan proses untuk menerima

    tantangan dalam menjawab masalah. Suatu masalah memuat tantangan yang tidak

    dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang telah diketahui oleh pelaku

    sehingga dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan masalah

    tersebut dari proses pemecahan masalah rutin biasa. Pemecahan masalah

    merupakan salah satu topik yang penting dalam mempelajari matematika.

    Matematika pada dasarnya searti dengan pemecahan masalah yaitu mengerjakan

    soal cerita, membuat pola, menafsirkan gambar atau bangun, membentuk

    konstruksi geometri, membuktikan teorema dan lain sebagainya.

    Menurut George Polya dalam Simanullang, dkk. (2008:9-8) bahwa untuk

    mempermudah memahami dan menyelesaikan suatu masalah, terlebih dahulu

    masalah tersebut disusun menjadi masalah-masalah sederhana, lalu dianalisis

    (mencari semua kemungkinan langkah-langkah yang akan ditempuh), kemudian

    dilanjutkan dengan proses sintesis (memeriksa kebenaran setiap langkah yang

    dilakukan). Pada tingkatan masalah tertentu, langkah-langkah Polya di atas dapat

    disederhanakan menjadi empat langkah yaitu memahami masalah, membuat

    rencana penyelesaian, melaksanakan rencana dan melihat kembali.

    2.1.1.5 Langkah-langkah Teori Polya

  • 11

    Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (Nuralam, 2009) yakni

    memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan

    melakukan pengecekan kembali semua langkah yang telah dikerjakan. Pada fase

    memahami masalah siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah dengan benar

    tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, selanjutnya siswa

    harus mampu menyusun rencana atau strategi. Penyelesaian masalah dalam fase

    ini sangat tergantung pada pengalaman siswa yang kreatif dalam menyusun

    penyelesaian suatu masalah. Langkah selanjutnya adalah siswa mampu

    menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap

    tepat. Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut Polya adalah

    melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan, mulai dari fase pertama hingga

    hingga fase ketiga. Kesalahan yang tidak perlu teijadi dapat dikoreksi kembali

    dengan model seperti ini, sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang benar-

    benar sesuai dengan masalah yang diberikan

    Langkah-langkah Polya meliputi: memahami masalah dalam bentuk yang

    lebih jelas, menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional, menyusun

    hipotesis-hipotesis kerja dan prosedur kerja yang perkirakan baik, hipotesis dan

    melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya, mengecek kembali hasil yang sudah

    diperoleh. Langkah-langkah Polya pada dasarnya adalah belajar metode-metode

    ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, dan teratur secara teliti. Tujuanya

    adalah untuk memperoleh kemampuan kecakapan kognitif untuk memecahkan

    masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Secara garis besar, langkah pemecahan

    masalah dengan polya disajikan dalam gambar berikut;

    Memahami masalah

    Merencanakan penyelesaian

    Melaksanakan rencana

    Mengecek kembali

  • 12

    Gambar 1. Langkah-langkah pemecahan masalah dengan teori polya

    2.1.1.6 Problem Based Learning terintegrasi langkah teori polya

    Pembelajaran matematika menggunakan model Problem Based Learning

    (PBL) terintegrasi langkah teori polya diharapkan dapat meningkatkan hasil

    belajar siswa. Sintak pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terintegrasi

    langkah teori polya :

    Tabel 4

    Sintak pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) terintegrasi langkah

    teori polya

    Tahap Kegiatan pembelajaran dengan teori

    polya

    Orientasi siswa pada masalah

    Siswa mulai terlibat dalam aktivitas

    memecahkan masalah. Pada tahap ini,

    langkah pemecahan masalah yang pertama

    adalah memahami masalah dengan

    megumpulkan semua data atau informasi

    yang ada

    Mengorganisasi siswa untuk belajar

    Setelah memahami masalah, siswa mulai

    berpikir menyusun rencana untuk

    menyelesaikan masalah yang ada

    Membimbing penyelidikan individual

    maupun kelompok

    Siswa melaksanakan rencana yang telah

    disusun dengan memasukkan data atau

    informasi yang telah diperoleh pada tahap

    pertama kedalam perencanaan

    penyelesaian

    Mengembangkan dan menyajikan hasil

    Setelah siswa mendapat jawaban atas

    permasalah yang mereka pecahkan, siswa

    mengecek kembali hasil yang didapat

    mulai dari tahap pertama sampai ketiga

    untuk memastikan tidak ada kekeliruan

    Menganalisis dan mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Jawaban beserta langkah pemecahan

    masalah didiskusikan dengan kelas

    2.1.2 Hasil belajar Matematika

    2.1.2.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

    Menurut Karso (2014:1.40) Matematika merupakan suatu ilmu yang

    berhubungan dengan penelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur dan hubungan

    diantar hal-hal itu. Pendapat lain dalam Karso (2014:1.40) diantaranya Kline

    (1973) mengatakan bahwa matematika itu bukan pengettahuan sendiri yang dapat

  • 13

    sempurna karena dirinya sendiri. Tapi beradanya itu terutama untuk membantu

    manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan

    alam. Reys (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan

    hubungan, suatu jalan/pola pikir, suatu seni bahasa/suatu alat.

    Strategi pemahaman Matematika di SD tak lepas dari adanya peran teori-teori

    belajar yang dapat disesuaikan dengan pemahaman dan kemampuan anak. Tujuan

    akhir dari matematika adalah pemahaman terhadap konsep-konsep matematika

    yang relatif abstrak. Menurut teori Piaget, kemampuan siswa SD belum sampai

    pada tahap berfikir abstrak atau formal, mereka masih berada pada tingkat operasi

    konkret. Maka dari itu, pembelajaran matematika di SD menggunakan sifat

    matematika yang abstrak namun tetap memperhatikan karakteristik matematika

    antara lain sebagai berikut: (1) pembelajaran matematika adalah bertahap, mulai

    dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih sukar dan mulai dari konkret ke

    semi konkret dan berakhir ke abstrak (2) pembelajaran matematika mengikuti

    metode spiral, yaitu menggunakan bahan yang belum dipelajari atau telah

    dipelajari dan saling dikaitkan (3) pembelajaran matematika menekankan pada

    pola pendekatan induktif, dari khusus ke umum (4) pembelajaran matematika

    menganut kebenaran konsistensi.

    2.1.2.2 Tujuan Matematika Sekolah Dasar

    Gagne dalam Herman Hudoyo (2003:36) mengatakan bahwa dalam belajar

    matematika ada 2 hal yang dapat diperoleh siswa, yaitu obyek langsung dan

    obyek tak langsung. Obyek langsung yang dimaksud adalah berupa fakta,

    ketrampilan, konsep dan aturan. Sedangkan obyek tidak langsung adalah antara

    lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap

    positif terhadap matematika. Pembelajaran matematika di sekolah yang pada

    awalnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dan sebagai dasar

    untuk mempelajari ilmu yang lain, kini bergeser pada empat tujuan utama yaitu:

    (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan (2)

    mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, instuisi dan

    penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu,

  • 14

    prediksi dan dugaan serta mencoba (3) mengembangkan kemampuan

    memecahkan masalah (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi

    atau mengkomunikasikan gagasan.

    2.1.2.3 Definisi Hasil Belajar

    Nana Sudjana (2005;5) mengemukakan bahwa pengertian belajar adalah suatu

    proses yang ditandai dengan adanya perubahan positif pada diri seseorang.

    Perubahan itu dapat ditunjukkan sebagai bentuk dari hasil belajar. Perubahan yang

    nampak dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap, kecakapan, tingkah laku,

    keterampilan atau kebiasaan lain yang menjadi positif dialami oleh individu yang

    belajar. Prestasi siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang diperolehnya di

    sekolah. Hasil belajar dari tes atau ulangan harian dikelas dapat dijadikan sebagai

    data kognitif siswa yang diakumulasikan untuk dapat menentukan prestasi yang

    diperoleh siswa disekolah. Interaksi antara guru dan siswa dikelas dalam

    pembelajaran merupakan proses menambah pengetahuan secara langsung.

    Dimyati dan Mujiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

    suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terutama terjadi karena berkat

    evaluasi guru. Selain itu juga menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan hasil

    dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Oleh karena itu, siswa

    yang mendapat hasil yang baik dikelas menunjukkan bahwa pembelajaran yang

    dilakukan sudah berhasil.

    Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

    keseluruhan aktivitas yang dilakukan dan terjadinya perubahan perilaku dalam

    ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga terjadi peningkatan dari segala

    ranah. Dalam peelitian ini untuk melihat hasil belajar atau ketercapaian proses

    pembelajaran hanya dilihat dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif, hasil

    belajar dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa dari tes yang diberikan guru

    setelah proses pembelajaran.

    2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  • 15

    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa (Rusman:2012) antara

    lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa faktor fisiologi dan

    faktor psikologi. Faktor fisiologi yaitu kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang

    prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani

    dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima

    materi pelajaran. Faktor psikologi meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat,

    bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik. Faktor eksternal

    yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi

    lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor instrumental adalah faktor yang

    keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

    diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untk

    tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental

    ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

    2.1.2.5 Pengukuran Hasil Belajar

    Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran, guru

    perlu mengadakan tes formatif setiap menyajikan suatu bahasan materi kepada

    siswa. Penelitian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

    menguasai pembelajaran khususnya mencapai tujuan yang diinginkan. Hal

    tersebut adalah hal yang digunakan untuk memberikan umpan balik kepada guru

    dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program

    remidial atau pengayaan bagi siswa. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar

    dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran.

    2.2 Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan

    Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Problem Based Learning

    dan Teori Polya efektif meningkatkan hasil belajar siswa, penelitian tersebut

    antara lain:

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dyah Wahyuningtyas dengan

    tujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas III

    SDN 01 Alastuwo pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bentuk soal

  • 16

    cerita melalui metode polya Tahun Pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa

    penelitian ini memperoleh hasil bahwa Penggunaan metode polya sangat

    membantu dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Suasana belajar yang

    ditimbulkan dalam pembelajaran lebih menantang siswa untuk memecahkan

    masalah dan rasa tanggng jawab dalam setiap siswa sehingga meminimalisasi rasa

    bosan dan jenuh dalam belajar menghitung. Selain itu, melalui metode polya

    dapat meningkatkan hasil belajar penjumlahan dan pengurangan pada soal cerita

    dengan hasil rata – rata nilai siklus I putaran I 70 dengan prosentase 45,83% dari

    24 siswa baru 11 siswa yang memenuhi target, pada siklus I putaran II dengan

    hasil rata – rata nilai 72,92 dengan prosentase 54,17% dari 24 siswa baru 13 siswa

    yang memenuhi target dan siklus II putaran I rata – rata nilai 76,25 dengan

    prosentase 62,50% dari 24 siswa baru 15 siswa yang sudah target, dan siklus II

    putaran II rata – rata nilai 79,17 dengan prosentase 75% dari 24 siswa maka 19

    siswa sudah mencapai ketuntasan minimal 75.

    Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Alim dan Novisita Ratu dengan

    judul penelitian Peningkatan Hasil belajar matematika siswa kelas IV dengan

    metode problem based learning dan teori dienes. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa dalam pembelajaran menggunakan PBL dengan teori dienes siswa menjadi

    aktif dan terlibat dalam pemecahan masalah kelompok. Peningkatan hasil belajar

    dari 73,94 menjadi 85 setelah menggunakan metode metode problem based

    learning dengan teori dienes.

    2.3 Kerangka Pikir

    Kegiatan belajar mengajar dikelas berlangsung kurang efektif, pada saat

    proses pemecahan masalah siswa hanya mengacu pada hasil akhir dan belum

    memperhatikan proses pemecahan masalah. Hal ini seringkali membuat hasil

    akhir siswa keliru, selain itu siswa cenderung hanya fokus pada contoh yang

    diberikan guru sehingga jika ada soal berbeda siswa tidak dapat memecahkannya.

    Aktivitas yang kurang dalam pembelajaran dikarenakan pembelajaran hanya

    terpusat kepada guru meskipun guru sudah mencoba beberapaa model

    pembelajaran namun model pembelajaran itu kurang efektif didalam

  • 17

    meningkatklan aktivitas kemampuan pemecahan masalah yang berdampak pada

    hasil belajar siswa. Metode ceramah merupakan metode yang seringkali

    digunakan guru didalam proses pembelajaran, dengan metode ceramah pola

    pembelajaran yang berpusat pada guru mengurangi aktivitas siswa untuk lebih

    aktif sedangkan siswa dituntut untuk menguasai materi, penugasan, dan lain

    sebagainya.

    Salah satu alternatif untuk memperbaiki pembelajaran tersebut adalah dengan

    menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning terintegrasi langkah

    teori polya, model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang

    berbasis masalah. Siswa dibimbing oleh guru untuk memecahkan masalah dengan

    penyelidikan sendiri. Integrasi dari teori polya digunakan saat siswa melakukan

    proses pemecahan masalah. Siswa dalam memecahkan masalah menggunakan 4

    langkah teori polya sehingga siswa benar-benar memahami apa yang menjadi

    masalah. Hasil yang diharapkan yaitu, meningkatnya hasil belajar siswa yang di

    dukung dengan kemampuan pemecahan masalah.

  • 18

    Adapun kerangka pikir penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

    Kondisi

    awal

    Guru

    Guru belum menerapkan

    model pembelajaran yang

    mengacu pada pemecahan

    masalah beberapa model

    pembelajaran yang

    digunakan lebih berpusat

    kepada guru dan

    kebanyakan sumber belajar

    hanya terpaku kepada guru.

    Siswa

    Kemampuan pemecahan msalah

    siswa rendah, kebanyakan siswa

    terbiasa dengan pembelajaran

    yang konvensional. Kebanyakan

    siswa hanya mengikuti contoh

    yang diberikan guru, sehingga

    jika ada soal yang berbeda belum

    dapat mencari solusi pemecahan

    masalah dan berakibat pada

    rendahnya hasil belajar

    Tindakan

    Penerapan model Problem

    Based Learning terintegrasi

    langkah teori polya dalam

    pembelajaran matematika

    yang mengacu pada

    pemecahan masalah sehingga

    meningkatkan hasil belajar

    siswa

    Kondisi

    akhir

    Hasil belajar siswa kelas

    5 SDN Sidorejo Lor 05

    Salatiga meningkat

    SIKLUS I

    Langkah-langkah model Problem

    Based Learning:

    1. Orientasi pada masalah

    2. Mengorganisasi belajar

    3. Membimbing penyelidikan

    4. Mengembangkan dan menyajikan

    hasil

    5. menganalisis dan evaluasi

    Pemecahan masalah dengan teori

    polya:

    1. Memahami masalah 2. Merencanakan penyelesaian 3. Melaksanakan rencana 4. Mengecek kembali

    SIKLUS II Langkah-langkah model Problem

    Based Learning:

    1. Orientasi pada masalah

    2. Mengorganisasi belajar

    3. Membimbing penyelidikan

    4. Mengembangkan dan menyajikan

    hasil

    5. menganalisis dan evaluasi

    Pemecahan masalah dengan teori

    polya:

    1. Memahami masalah 2. Merencanakan penyelesaia 3. Melaksanakan rencana 4. Mengecek kembali

  • 19

    2.4 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kerangka pikir yang ada, hipotesis yang ditemukan dalam

    penelitan ini adalah melalui model Problem Based Learning (PBL) terintegrasi

    langkah teori polya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5

    SDN Sidorejo Lor 05 Salatiga semester II tahun pelajaran 2017/2018.

    BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Kajian Teori2.1.1 Problem Based Learning dengan Langkah Polya2.1.1.1 Pengertian Problem Based Learning