bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 belajar dan...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Ahmadi (2007). Belajar adalah “Proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan pelatihan”. Artinya dalam proses belajar yang
diharapkan dari tujuan yang akan dicapai adalah perubahan tingkah laku siswa,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap bahkan meliputi
aspek pribadi.
Pengertian belajar oleh Slameto (2003: 2) dalam bukunya Belajar dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya “Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar menurut Djamarah (2006) adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan
meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Menurut Sunarto (2009) dikemukakan beberapa pengertian belajar oleh
beberapa ahli, yaitu yang pertama oleh Sardiman (2003) “Belajar adalah
memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Sardiman (2003) selanjutnya menyatakan bahwa “Belajar adalah mengamati,
membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti
petunjuk/arahan”.
Hakim (2005) belajar suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia,
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan lain.
8
Morgan (2009) menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar
apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Belajar adalah perubahan tingkah laku;
b. Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena
pertumbuhan;
c. Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada waktu yang
cukup lama.
Belajar terdiri dari input kemudian proses (belajar) dan menghasilkan output
(hasil belajar) dapat dijelaskan bahwa proses belajar yang biasa akan
menghasilkan output atau hasil belajar yang biasa pula, jadi faktor-faktor yang
memepengaruhi belajar juga akan mempengaruhi atau berdampak pada hasil
belajar. Berikut dijelaskan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor belajar digolongkan menjadi 2
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar dan faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar individu. Dalam faktor intern terdapat faktor jasmaniah yang meliputi
kesehatan, cacat tubuh, kemudian faktor psikologis yang meliputi inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, dan yang terakhir adalah
faktor kelelahan. Selain faktor intern juga terdapat faktor ekstern diantaranya
adalah Faktor Keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu yang dilakukan dengan
melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang harus sejalan dengan
proses jiwa untuk mendapatkan suatu perubahan. Perubahan sebagai hasil dari
proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang dan menambah pengalaman.
2.1.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Subiyanto (2008), hasil belajar adalah sesuatu yang digunakan
untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu
9
tertentu. Menurut Sutrisno (2008), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) adalah kemampuan-kemampuan
yang domiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar menurut pandangan Hamalik (2009) hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut. ”.
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa
tersebut mengalami atau melakukan soatu proses aktivitas belajar dalam waktu
jangka waktu yang tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar itu merupakan
kecakapan aktual (actual Ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial
(potential ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki
individu untuk mencapai prestasi.
Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi dan tes. Evaluasi
pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang
dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggara
pendidikan (UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). Ulangan adalah proses
yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara
berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik.
Menurut Lina (2009) hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah
dicapai oleh seseorang. Hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Jadi hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya.
Menurut Adinova (2010), “dalam belajar terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan agar prestasi belajar dapat dicapai dengan baik, yaitu: (1) belajar
dengan teratur, (2) disiplin, (3) konsentrasi, (4) pengaturan waktu.
Fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar mencakup tujuan umum dan khusus,
tujuan penilaian antara lain sebagai berikut: (a) Tujuan umum penilaian hasil
belajar meliputi :, (1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik, (2)
10
Memperbaiki proses pembelajaran, (3) Sebagai bahan penyusunan laporan
kemajuan belajar siswa. (b) Tujuan khusus penilaian hasil belajar meliputi : (1)
Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, (2) Mendiagnosis kesulitan
belajar siswa, (3) Memberikan umpan balik/perbaikan dalam proses belajar
mengajar, (4) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami
diri serta merangsang untuk usaha perbaikan.c. Fungsi penilaian hasil belajar
antara lain : (1) bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, (2)
umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar, (3) meningkatkan
motivasi belajar siswa, dan (4)evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
Dilihat dari tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar, maka dalam
pelaksanan penilaianya guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian hasil
belajar agar mendapatkan hasil yang maksimal. Prinsip-prinsip penilaian hasil
belajar itu sebagai berikut (Sudjana, 2006) (a) Valid/sahih artinya penilaian hasil
belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan
dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar
kelulusan. Penilaian valid adalah menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi, (b) Obyektif
artinya penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh
subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial ekonomi, budaya,
bahasa, gender, dan hubungan emosional, (c) Transparan/terbuka artinya
penilaian hasil belajar oleh pendidik dalam prosedur penilaian, kriteria penilaian,
dan dasar pengambilan keputusan hasil belajar dapat diketahui secara umum
baik oleh peserta didik, instansi terkait, maupun masyarakat.
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan
melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar. Untuk selanjutnya yang dimaksud hasil belajar
dalam penelitian ini adalah hasil tes yang diambil dari mata pelajaran IPA kelas
IV di SD N 02 Karangrejo dan SD N Kecis Kec. Selomerto Kab. Wonosobo
pada pokok bahasan energi panas dan energi bunyi.
11
Pengertian hasil belajar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah nilai tes yang mengukur kemampuan kognitif siswa. Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah bukti usaha yang dicapai
yang berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam memahami
serta menyelesaikan permasalahan dan juga kemampuan yang dimiliki seseorang
setelah menerima pengalaman belajarnya.
1.1.2 Metode Eksperimen
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002) adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri
sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode
eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses
sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik
kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.
Menurut Roestiyah (2001) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar,
di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Palendeng (2003) metode eksperimen adalah metode yang sesuai
untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan
kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas
secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep
dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam
kehidupannya.
Dari Kajian teori diatas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
adalah suatu metode yang melibatkan secata langsung peserta didik/siswa.
Dimana siswa melakukan eksperimen sendiri atas suatu permasalahan yang kan
dipecahkan sendiri oleh siswa, sehingga siswa akan lebih mudah mengingat apa
yang telah ditemukannya.
12
Alasan menggunakan metode eksperimen menurut Sumantri (2001) adalah
sebagai berikut:
1. Metode eksperimen diberikan untuk membri kesempatan kepada peserta
didik agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tantang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
2. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah.
Adapun tujuan dari metode eksperimen (Djamarah 2002: 81) adalah:
a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data
yang diperoleh.
b. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaan.
c. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui
percobaan.
1.1.2.1 Kelebihan metode eksperimen
Anita (2010), menyatakan bahwa kelebihan dari metode eksperimen
adalah sebagai berikut;
Kelebihan metode eksperimen:
1. Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasrkan percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau
buku.
2. Peserta didik aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang
diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.
3. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berfikir ilmiah.
4. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis,
dan menghilangkan verbalisme.
5. Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertahan lama dalam
ingatan.
13
Menurut Roestiyah (2001), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
dalam penggunaan metode eksperimen bisa lebih efektif dan efisien:
1. Dalam eksperimen, setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan/materi percobaan harus cukup bagi setiap siswa.
2. Agar eksperimen tidak gagal dan sisw menemukan bukti yang
menyakinkan maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan
harus baik dan bersih.
3. Dalam eksperimen, siswa perlu teliti dan konsentrasi dalm mengamati
proses percobaan, maka perlu adanya wktu tang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari.
4. Siswa dalam melakukan eksperimen adalah dalam tarf belajar dan berlatih,
maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping
memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan juga kematangan
jiwa dan sikap perlu diperhitunhgkan oleh guru dalam memilih obyek
eksperimen.
Langkah-langkah metode eksperimen menurut Roestiyah (2001) adalah:
a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.
b) Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat atau bahan-bahan yang
akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan
ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa.
Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen.
d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian
siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya
jawab.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003)
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
14
1. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang
didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi
ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi IPA yang
akan dipelajari.
2. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.
Siswa diharapkan mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
3. Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara bedasarkan
hasil pengamatannya.
4. Verifikasi, Kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang
telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok, siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat
dilaporkan hasilnya.
5. Aplikasi konsep, setelah siswa menemukan dan merumuskan konsep,
hasilnya diaplikasikan di dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan
pemantapan konsep yang telah dipelajari.
6. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa
untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa
mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam
kehidupannya. Dengan kata lain siswa mamiliki kemampuan untuk menjelaskan,
menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan
pokok bahasan.
Maka langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode eksperimen
yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Menerangkan metode eksperimen.
2. Membicarakan terlebih dahulu permasalahan atau materi yang akan
dipelajari.
3. Sebelum eksperimen dilaksanakan, terlebih dahulu guru harus menetapkan:
a) Alat apa yang digunakan, b) Langkah-langkah eksperimen/ percobaan
yang ditempuh, c) Hasil percobaan yang harus dicatat
4. Siswa membuat hipotesis.
15
5. Percobaan awal yang dilakukan oleh guru, siswa mengamati.
6. Siswa mengambil kesimpulan
7. Semua siswa melakukan percobaan ulang dalam kelompok untuk menguji
ulang kebenaran kesimpulan sementara.
8. Membuat laporan eksperimen.
9. Melakukan evaluasi dengan diskusi
10. Melaksanakan tes untuk mengevaluasi pemahaman.
1.1.3 Keaktifan Belajar
Pengertian Keaktifan Belajar
Menurut Pertiwi (2007), keaktifan adalah usaha seseorang untuk
melakukan sesuat keinginan yang sesuai dengan keinginannya yang dilakukan
secara rutin dan terprogram. Dalam hal ini keaktifan bagi siswa diharapkan
mampu menjalankan kegiatan dengan aktif sehingga pada akhirnya hasil yang
diperoleh manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang rutin
mengikuti kegiatan sekolah.
Swasono (2011) mengungkapkan aspek keaktifan siswa, yaitu sebagai
berikut:
1. Aktivitas visual (Visual activities)
Membaca dan menyimak materi yang disampaikan oleh pengajar
2. Aktivitas oral (Oral activites)
Bertanya, memberi saran, menanggapi, mengeluarkan pendapat, dan
mengutarakan gagasan
3. Aktivitas mendengarkan (Listening activities)
Mendengarkan uraian, percakapan, diskusi dan pidato
4. Aktivitas menulis (Writing activities)
Menulis ceritera, karangan, laporan, tes, dan menyalin materi Drawing
activities misalnya menggambar, membuat grafik, peta diagram dan pola
5. Aktivitas motorik (Motor activities).
16
Keikutsertaan siswa ketika kegiatan praktikum dan melakukan percobaan.
Swasono (2011) mengklasifikasikan aspek keaktifan belajar siswa atas delapan
kelompok, yaitu :
1. Kegiatan visual : seperti membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : seperti mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan : seperti mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan dan diskusi kelompok.
4. Kegiatan-kegiatan menulis : seperti menulis cerita, menulis laporan, menulis
karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket
5. Kegiatan-kegiatan mengambar : seperti menggambar, membuat grafik, chart,
diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik : seperti menyiapkan alat-alat percobaan, melakukan
percobaan
7. Kegiatan mental : seperti merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah,
menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat
keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional : seperti minat, membedakan, berani, tenang, dan
lain-lain.
Swasono (2011) menyebutkan faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa yaitu :
1. Motivasi, jika siswa dimotivasi dalam kegiatan pembelajaran maka mereka
akan berperan aktif dalam kegiatn pembelajaran yang berlangsung.
2. Penjelasan tujuan instruksional dari guru
3. Penjelasan kompetensi belajar dari guru kepada siswa
4. Stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari)
5. Petunjuk dari guru kepada siswa cara mempelajarinya
6. Insiatif guru dalam memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran
17
7. Umpan balik atau feedback, umpan balik atau feedback dari guru maupun
siswa lain didalam kelas akan membuat siswa lebih aktif kegiatan pembelajaran
8. Tes atau mengerjakan lembar kerja siswa, dengan adanya tes atau lembar kerja
siswa, kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati keaktifan siswa yaitu:
1. Menjawab pertanyaan guru maupun teman sekelasnya
2. Mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran
3. Menyelesaikan tugas kelompok
4. Berdiskusi
5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati keaktifan siswa dengan
indikator yaitu :
1. Perhatian siswa terhadap pelajaran
- Dapat menjawab pertanyaan tentang materi yang dibahas
- Tidak melakukan aktivitas di luar pembelajaran
- Tidak berbicara tentang hal di luar pembelajaran
2. Ketertarikan terhadap materi
- Mengajukan pertanyaan seputar topik
- Mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran
- Mengungkapkan ide seputar teori pembelajaran
3. Mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik
- Menjawab sesuai dengan topik
- Menjawab dengan cepat dan benar
2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian Suparyanti (2010) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Siswa dengan menggunakan Metode Eksperimen pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas V SD Negeri Bawang I Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang”, Penelitian dilaksanakan dengan lembar observasi dan tes
ketuntasan belajar, pada siklus I rata-rata 62,8 (58% tuntas dan 42% belum
tuntas) dan pada siklus II rata-rata 80,8 (92% tuntas dan 8% belum tuntas). Jadi
18
kesimpulan yang diperoleh adalah pembelajaran melalui metode eksperimen
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Suprianti (2008) yang berjudul
“Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Pembelajaran IPA Kelas V SD N 02 Lumajang”, bahwa hasil observasi
awal menunjukkan kemampuan siswa rendah rata-rata 59,9. Diberikan tindakan
pada siklus I dan II dengan menggunakan metode eksperimen dan dari setiap
siklus diberi Lembar Kerja Siswa berupa laporan hasil kegiatan. Rata-rata nilai
pada siklus I adalah 74,75 dan pada siklus II mencapai 81,50. Dari prestasi
belajar yang dicapai siswa pada siklus I yang memenuhi ketuntasan individu
terdapat 9 siswa (45%) yang tuntas dan memenuhu ketuntasan individu, 11
siswa (55%) belum memnuhi kriteria ketuntasan individu. Pada siklus II ada 4
siswa (20%) yang belum mencapai ketuntasan individu dan yang telah mencapai
ketuntasan individu 16 siswa (80%) menurut ketuntasan kelas sudah dinyatakan
tuntas dan dapat memotivasi siswa untuk belajar. Suasana menjadi
menyenangkan dan siswa menjadi lebih antusias dalam menerima pelajaran.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Suprianti tersebut telah terbukti
menguatkan teori bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar.
Adinova (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan
hasil belajar siswa menggunakan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA
kelas V SD Negeri Tegaron 01 Tahun Pelajaran 2009/2010” memperoleh hasil
peningkatan prestasi belajar peserta didik yang signifikan. Dari siklus I kondisi
awal (pre test) dengan rata-rata nilai 55,5 dan setelah mendapatkan perlakuan
dengan hasil (pos test) rata-rata nilai 65,0. Selanjutnya pada siklus II rata-rata
nilai 80,0 dengan pencapaian ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
Sumarsono (2008) melakukan penelitian dengan judul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Keaktifan melalui metode eksperimen
dalam pada siswa SD Al Muayyad Surakarta menunjukkan bahwa penerapan
19
metode eksperimen pada siswa mampu meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa dalam belajar. Dampak lebih lanjut adalah adanya peningkatan
hasil belajar di atas batas ketuntasan minimal 65 dengan rata-rata hasil belajar
mencapai 78,5.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriharyono (2006) dengan judul
Penerapan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen pada Pembelajaran IPA di
SD Kartika Surabaya untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa juga menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen mampu meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, terutama siswa menjadi tidak malu untuk
menyampaikan hal yang belum dipahami kepada kelompoknya. Hal tersebut
membawa dampak pada peningkatan hasil belajar yang diperoleh individu
maupun kelompok.
2.3. Kerangka Berpikir
Untuk memperoleh ketrampilan dan ilmu pendidikan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk
membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai
faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, metode belajar, serta sarana
dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah.
Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-
konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki
keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar,
serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang yang dihadapi. Pembelajaran IPA adalah
pembelajaran yang tidak menuntut hafalan, tetapi pengajaran yang banyak
memberikan latihan untuk mengembangkan cara berfikir yang sehat dan masuk
akal berdasarkan kaidah-kaidah IPA. Guru perlu menciptakan pembelajaran
yang mengacu kearah pemecahan masalah aktual yang dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Agar proses belajar mengajar dapat menciptakan suasana
20
yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang berkembang secara
dinamis kearah positif. Maka diperlukan pemilihan metode yang tepat, berbagai
metode yang dpat digunakan dalam pengajaran IPA salah satu metode yang
sesuai dan dapat menunjang keterampilan proses adalah metode eksperimen.
Kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen memberikan kesempatan
pada siswa untuk menemukan konsep sendiri melalui observasi dengan daya
nalar, daya pikir dan kreatifitas. Dengan adanya hal tersebut keaktifan siswa
prestasi belajar akan mengalami peningkatan.
Dengan menggunakan metode eksperimen ini selain guru menjelaskan
materi, disini siswa juga akan dibuat aktif belajar, dalam metode eksperimen ini
selain guru menjelaskan materi disini siswa juga akan dibuat aktif belajar yaitu
dengan cara pemanfaatan metode eksperimen anak juga terlibat serta anak diberi
masalah untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya. Dengan menggunakan
metode eksperimen dapat meningkatkan minat serta semangat belajar pada
siswa. Sehingga dalam pembelajaran tidak hanya monoton didalam kelas saja,
tetapi dengan siswa yang dibimbing guru dapat belajar langsung pada obyek
sehingga siswa benar – benar dapat memiliki pengalaman belajar yang baru,
sehingga hasil belajar siswa juga menjadi optimal.
2.4 Hipotesis penelitian
Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Penggunaan metode
eksperimen diduga berpengaruh meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa kelas IV SD N 02
Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran
2011/2012”