bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1. mata ......8 bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori...

25
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1. Pengertian IPA IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulan hasil), menurut Sutrisno (2007). Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2012) IPA mempelajari tentang alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera. Oleh karena itu IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Permendiknas No 22 tahun 2006 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Menurut Samatowa dalam sugiyono (2013) IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science. Natural yang dimaksudkan berhubungan dengan alam atau bersangkutan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    2.1.1. Mata Pelajaran IPA

    2.1.1.1. Pengertian IPA

    IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui

    pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang

    benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan

    kesimpulan yang betul (truth). IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia

    memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar),

    dan produk (kesimpulan hasil), menurut Sutrisno (2007).

    Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2012) IPA mempelajari tentang alam

    semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar

    angkasa, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak dapat diamati oleh

    indera. Oleh karena itu IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup

    maupun benda mati yang diamati.

    Permendiknas No 22 tahun 2006 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan

    dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

    penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

    prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

    diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri

    dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

    dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

    pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

    memahami alam sekitar secara ilmiah.

    Menurut Samatowa dalam sugiyono (2013) IPA merupakan bagian dari ilmu

    pengetahuan atau sains yang berasal dari terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris

    yaitu natural science. Natural yang dimaksudkan berhubungan dengan alam atau

    bersangkutan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA

  • 9

    dapat diartikan yaitu sebagai ilmu pengetahuan tentang alam. Ilmu yang mempelajari

    peristiwa yang terjadi di alam.

    Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang

    mempelajari tentang alam, yang dapat dipelajari dengan cara pengalaman belajar

    secara langsung dan berfikir secara ilmiah. IPA merupakan penemuan dengan fakta-

    fakta dan konsep-konsep dengan cara pengamatan secara langsung.

    2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran IPA

    Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran IPA

    (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:

    1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

    keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

    hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

    masyarakat.

    4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan.

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

    melestarikan lingkungan alam.

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

    sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

    untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    2.1.1.3. Ruang Lingkup IPA

    Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA

    meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

    1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

    interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  • 10

    2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

    3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan

    pesawat sederhana.

    4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

    langit lainnya.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD

    adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya,

    serta bumi dan alam semesta.

    2.1.2. Pembelajaran Kooperatif

    2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Isjoni (2009) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif berasal dari

    kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan

    saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

    Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa

    untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang

    mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik, menurut Nur dalam

    Isjoni (2009).

    Menurut Agus Suprijono (2009) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang

    lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih

    dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

    Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif

    dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam

    kelompok kecil, menurut Effandi Zakaria dalam Isjoni, (2009).

    Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut, maka

    yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

    menekankan pembelajaran secara berkelompok, yang dimana setiap individu

    mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk mencapai

  • 11

    tujuan bersama. Di dalam bekerja kelompok siswa harus bisa mengatasi masalah

    yang ditemukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

    2.1.2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Agus Suprijono (2009), langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

    sebagai berikut:

    Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.

    Fase-fase Perilaku Guru

    Fase 1: Present goals and set

    Menyampaikan tujuan dan

    mempersiapkan peserta didik.

    Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

    mempersiapkan peserta didik siap belajar.

    Fase 2: Present information.

    Menyajikan informasi

    Guru menyajikan informasi atau materi

    kepada siswa dengan jalan demonstrasi

    atau melalui bahan bacaan.

    Fase 3: Organize students into learning

    teams

    Mengorganisir peserta didik ke dalam

    tim-tim belajar.

    Memberikan penjelasan kepada peserta

    didik tentang tata cara pembentukan tim

    belajar dan membantu kelompok

    melalukan transisi yang efisien.

    Fase 4: Assist team work and study

    Membantu kerja tim dan belajar

    Membantu tim-tim belajar selama peserta

    didik mengerjakan tugasnya.

    Fase 5: Test on the materials

    Mengevaluasi

    Menguji pengetahuan peserta didik

    mengenai berbagai materi pembelajaran

    atau kelompok-kelompok

    mempersentasikan hasil kerjanya.

    Fase 6: Provide recognition

    Memberikan pengakuan atau

    penghargaan.

    Mempersiapkan cara untuk mengakui

    usaha dan prestasi individu maupun

    kelompok.

    2.1.2.3. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

    Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009),

    yaitu sebagai berikut.

    1. Setiap anggota memiliki peran.

    2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

    3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-

    teman sekelompoknya.

  • 12

    4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

    kelompok.

    5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

    2.1.2.4. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

    Roger dan David dalam Anita Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua kerja

    kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal,

    ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

    1. Saling Ketergantungan Positif.

    Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas

    sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya

    sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

    2. Tanggung Jawab Perseorangan.

    Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola

    penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning,

    setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

    3. Tatap Muka.

    Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.

    Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk

    kelompok yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala

    akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

    4. Komunikasi Antar anggota.

    Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

    keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,

    pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa

    mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

    5. Evaluasi Proses Kelompok.

    Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi

    proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa

    bekerjasama dengan lebih efektif.

  • 13

    2.1.2.5. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif

    Menurut pendapat Nurhadi dkk. (2004) pembelajaran kooperatif menuntut

    guru untuk berperan aktif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru

    dalam pembelajaran kooperatif tersebut dikemukakan sebagai berikut ini: (1)

    Merumuskan tujuan pembelajaran; (2) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok

    belajar; (3) Menentukan tempat duduk siswa; (4) Merancang bahan untuk

    meningkatkan saling ketergantungan positif; (5) Menentukan peran siswa untuk

    menunjang saling ketergantungan positif; (6) Menjelaskan tugas akademik; (7)

    Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama; (8)

    Menyusun akuntabilitas individual; (9) Menyusun kerja sama antar kelompok; (10)

    Menjelaskan kriteria keberhasilan; (11) Menjelaskan perilaku yang diharap; (12)

    Memantau perilaku siswa; (13) Memberikan bantuan pada siswa dalam

    menyelesaikan tugas; (14) Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan

    bekerja sama; (15) Menutup pelajaran; (16) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil

    belajar siswa; (17) Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.

    2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)

    2.1.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)

    Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-

    koleganya di Universitas Jhon Hopkin. Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

    Division (STAD) adalah model pembelajaran yang paling sederhana, merupakan

    model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang pembelajaran

    kooperatif.

    Slavin (dalam Nur Asma, 2008) menyatakan bahwa Kooperatif Tipe Student

    Teams Achievement Division (STAD) adalah: Pembelajaran dimana siswa di

    tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang

    merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam

    setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau

    variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

  • 14

    Rusman (2010) dalam pembelajaran model Student Teams Achievement

    Division (STAD), siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4-6 orang

    yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu

    pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota

    kelompok itu bisa menguasai pembelajaran tersebut.

    Menurut Kunandar (2009) menyatakan bahwa Kooperatif Tipe Student Teams

    Achievement Division (STAD) adalah: Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi

    beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap

    kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,

    maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja

    akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya

    jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas

    penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi

    tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

    Menurut Iskandar (2009) Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

    (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan

    dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu: presentasi

    kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu. Selain itu

    Slavin (dalam Wina, 2008) mengemukakan dua alasan bahwa : model Pembelajaran

    STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan bentuk pembelajaran yang

    dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama: beberapa penelitian

    membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil

    belajar dan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan

    hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta

    dapat meningkatkan harga diri. Kedua: pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan

    kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan

    pengetahuan dengan keterampilan.

  • 15

    Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

    Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini adalah model yang

    menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan

    membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal

    melalui kerja tim atau kelompok. Mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

    mencapai suatu tujuan yang diharapkan sebagai pedoman dalam pembelajaran.

    2.1.3.2. Manfaat Menggunakan Model Kooperatif Tipe (STAD)

    Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

    Division STAD adalah Model STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang

    dikembangkan berdasarkan teori psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang

    muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih dari pada

    individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan

    positif satu dengan lainnya, mengurangi ketersaingan dan kesendirian, membangun

    hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Model STAD ini

    mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa

    bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-

    temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok

    yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat

    kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum

    sehingga termotivasi untuk belajar.

    Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu

    dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan

    konsep dan keterampilan, ketergantungan positif, pemprosesan kelompok, dan

    kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan

    kesadaran akan perbedaan.

    2.1.3.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    Suatu model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan. Demikian

    pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD juga mempunyai kelebihan dan

    kelemahan.

  • 16

    1. Kelebihan STAD

    Menurut Ibrahim dkk (2000) adalah sebagai berikut: (a) Dapat memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan siswa lain; (b) Siswa dapat

    menguasai pelajaran yang disampaikan; (c) Dalam proses belajar mengajar siswa

    saling ketergantungan positif; (d) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

    Menurut Anonim (2010) kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe Student

    Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut: (1) Siswa bekerja sama

    dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, sehingga

    meningkatkan jiwa sosial masing-masing siswa; (2) Siswa aktif saling membantu dan

    memotivasi semangat untuk berhasil bersama; (3) Semua siswa aktif berperan sebagai

    tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, sehingga setiap siswa

    mampu mengembangkan pemahaman dan penguasaan materi yang bersifat kognitif,

    psikomotoris, maupun afektif; (4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan

    kemampuan mereka dalam berpendapat.

    Menurut Yurisa (2010), kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai

    berikut: (a) Meningkatkan kecakapan individu; (b) Meningkatkan kecakapan

    kelompok; (c) Meningkatkan komitmen; (d) Menghilangkan prasangka buruk

    terhadap teman sebaya; (e) Tidak bersifat kompetitif; (f) Tidak memiliki rasa

    dendam.Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

    Roestiyah (2001), yaitu: (1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; (2) Dapat

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan

    mengenai suatu masalah; (3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan

    mengajarkan keterampilan berdiskusi; (4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih

    memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya; (5) Para siswa

    lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi;

    (6) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa

    menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

  • 17

    2. Kekurangan STAD

    Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan atau keunggulan

    juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Menurut Dess (1991) mengemukakan 4

    kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut: (a)

    Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan

    pembelajaran kooperatif; (b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru

    sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif; (c)

    Membutuhkan waktu yang lama untuk murid sehingga sulit mencapai target

    kurikulum; (d) Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.

    2.1.3.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe STAD

    Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

    terdiri lima komponen utama, yaitu menyampaikan tujuan belajar, menyajikan

    informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,

    Membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi/kuis, dan penghargaan

    kelompok. Menurut Ibrahim, (2000) Keenam langkah ini jika dilaksanakan maka

    akan terdapat siklus yang tetap dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Student

    Team Achievement Division (STAD) yaitu:

    a. Menyampaikan tujuan belajar dan memotivasi siswa.

    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

    tersebut dan memotivasi siswa belajar.

    b. Menyajikan informasi.

    Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau melalui

    bahan bacaan.

    c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok-kelompok

    belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

    d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

    Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan

    tugas mereka.

    http://hayardin-blog.blogspot.com/2013/02/kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

  • 18

    e. Kuis/Evaluasi.

    Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau tiap-tiap

    kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

    f. Memberikan penghargaan.

    Guru menentukan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar

    individu maupun kelompok.

    Menurut Nurasman (2006), menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran

    kooperatif tipe STAD terdiri dari enam tahap:

    1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.

    Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar

    jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif.

    Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal

    4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada: (a) Kemampuan akademik

    (pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik (skor awal)

    sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap

    kelompok terdiri dari siswa dengan siswa tingkat prestasi seimbang, (b) Jenis

    kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.

    2. Penyajian materi pelajaran ditekankan pada hal berikut:

    (a) Pendahuluan, (b) Pengembangan, (c) Praktek terkendali

    3. Kegiatan kelompok.

    Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagian bahan yang akan

    dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih

    kooperatif.

    4. Evaluasi.

    Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah

    siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok.

  • 19

    5. Penghargaan individu dan kelompok.

    Dari hasil penilaian perkembangan maka penghargaan pada prestasi kelompok

    diberikan dalam ketingkatan penghargaan atau persyaratan pemberian

    penghargaan.

    6. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok.

    Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi

    sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok

    agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

    Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan langkah-langkah STAD yaitu

    sebagai berikut:

    1. Menyampaikan tujuan belajar.

    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan

    dibahas.

    2. Menyajikan informasi.

    Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan cara

    mendemonstrasikan atau melalui bacaan yang dibahas.

    3. Mengorganisir peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar.

    Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang beranggota 4-5 secara heterogen

    (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

    4. Kuis (Quizzes).

    Untuk mengetahui tingkat pemahaman materi tersebut, siswa diberi kuis. Kuis

    adalah tes yang dikerjakan siswa dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

    keberhasilan siswa saat belajar kelompok.

    5. Evaluasi.

    Menguji pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran yang telah

    disampaikan.

    6. Penghargaan kelompok.

    Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing anggota

    kelompok. Penghargaan dibagi manjadi tiga golongan, yaitu penghargaan dengan

  • 20

    sebutan tim yang baik, tim yang baik sekali, dan tim yang istimewa. Predikat ini

    diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok

    diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok

    sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

    2.1.3.5. Standar Sintaks Proses

    Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Kegiatan Awal

    a. Salam dan berdoa.

    b. Absensi.

    c. Memeriksa kesiapan siswa.

    Apersepsi : Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.

    d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

    2. Kegiatan Inti

    a. Eksplorasi

    1. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.

    2. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang

    disampaikan.

    3. Siswa dibimbing guru untuk menyebutkan contoh-contoh yang berkaitan

    dengan materi.

    4. Siswa melihat video yang ditayangkan oleh guru.

    b. Elaborasi

    1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok.

    2. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menggunakan STAD.

    3. Siswa diberikan LKS pada masing-masing kelompok.

    4. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

    5. Guru membimbing siswa apabila ada hal yang tidak dipahami siswa

    mengenai materi selama kegiatan diskusi berlangsung.

    6. Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan

    kelas.

  • 21

    c. Konfirmasi

    1. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil kerja kelompok.

    2. Guru memberikan penegasan tentang hasil yang dicapai masing masing

    kelompok.

    3. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman

    dengan memberikan penguatan.

    4. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

    5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

    3. Kegiatan Akhir

    a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

    b. Guru memberikan kuis/memberikan pertanyaan kepada siswa, dan siswa

    tidak boleh saling memberitahu satu sama lain.

    c. Guru memberikan skor atau penilaian kepada setiap individu.

    d. Guru memberikan penghargaan berupa bintang kepada kelompok yang

    mencapai skor tertinggi.

    e. Salam penutup.

    2.1.4. Media Pembelajaran

    2.1.4.1. Pengertian Media

    Menurut Wina Sanjaya (2010) secara umum media merupakan kata jamak

    dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai

    kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet

    atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan dalam bidang pengajaran

    atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media

    pembelajaran.

    Arsyad (2002) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa latin medius

    yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa

    arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan.

    Sedangkan menurut Andreas (2002) menyatakan bahwa media diartikan sebagai segala

    sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa belajar.

  • 22

    Komunikasi dan siswa yang belajar (learners) merupakan dua aspek yang pokok.

    Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar dapat

    dikategorikan sebagai media.

    Menurut Miarso (2004) Berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala

    sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,

    perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya

    proses belajar.

    Dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu untuk menyampaikan

    pesan yang dapat digunakan saat proses pembelajaran di sekolah. Media itu sendiri

    dapat berupa penyampaian materi yang dapat disampaikan untuk perantara dengan

    siswa. Media digunakan untuk mempermudah pembelajaran berlangsung. Media dapat

    digunakan untuk menyalurkan perasaan, pikiran dan perhatian anak sehingga anak

    dapat mengikuti proses belajar dan mengajar di sekolah.

    2.1.4.2. Jenis Media Pembelajaran

    Menurut Hamdani (2011) media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga,

    yaitu media visual, media audio, dan media audiovisual. Media visual adalah media

    yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Media visual terdiri

    atas media yang tidak dapat diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media

    yang diproyeksikan bisa berupa gambar diam atau bergerak. Adapun media yang tidak

    dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar

    manusia, binatang, tempat atau objek lain yang ada kaitannya dengan bahan atau isi

    pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah

    media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada

    layar. Sedangkan menurut Herry (2007) menyatakan ada tiga jenis media pembelajaran

    yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru di

    sekolah, yaitu: (1) Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan

    menggunakan indra penglihatan terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projekted

    visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (nonprojekted visual), (2) Media

    audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat

  • 23

    merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan para siswa untuk

    mempelajari bahan ajar dan jenisnya, (3) Media audiovisual merupakan kombinasi dari

    media audio dan media audio visual atau media pandang dengar.

    Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli jenis media pembelajaran adalah

    menggunakan suara, gambar dan gerak yang dapat saling berkaitan satu dengan yang

    lainnya. Dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran untuk menggunakan

    media pembelajaran tersebut.

    2.1.4.3. Karakteristik Media Audiovisual

    Teknologi audiovisual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi

    yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan

    pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audiovisual jelas bercirikan

    pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor flim, tape

    recorder, dan proyektor visual yang lebar. Pembelajaran melalui audiovisual adalah

    produksi dan penggunaan materi yang penerapannya melalui pandangan dan

    pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-

    simbol yang serupa, Menurut Arsyad (2002). Karakteristik atau ciri-ciri utama

    teknologi media audiovisual adalah sebagai berikut: (1) Mereka biasanya bersifat

    linier; (2) Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis; (3) Mereka digunakan

    dengan cara yang telah diterapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya; (4)

    Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak; (5)

    Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis bahaviorisme dan kognitif; (6)

    Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid

    yang rendah.

    Dapat disimpulkan dari uraian di atas yaitu ciri dari audiovisual adalah murid

    terlibat interaktif dalam pembelajaran dan dapat membangun psikologis murid. Cara

    penyajiannya dengan cara menggunakan suara dan gambar.

  • 24

    2.1.4.4. Karakteristik Video

    Karakteristik video banyak kemiripannya dengan media flim, diantaranya

    adalah: (1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu; (2) Video dapat diulang bila

    perlu untuk menambah kejelasan; (3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah

    diingat; (4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa; (5) Mengembangkan

    imajinasi pesan peserta didik; (6) Mempelajari hal-hal yang abstrak dan memberikan

    gambaran yang lebih realistik; (7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang; (8)

    Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, maupun menunjukkan

    rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa; (9)

    Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang

    pandai; (10) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar; (11) Dengan video

    penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

    2.1.4.5. Manfaat Video

    Menurut Daryanto (1993) mengungkapkan beberapa manfaat dari video,

    antara lain: (a) Video dapat merekam peristiwa yang terjadi secara cepat dan praktis

    dan dapat menampilkan tayangan atau hasil pengambilan flim secara cepat pula tanpa

    proses lebih lanjut, (b) Video dapat memperbesar atau memperkecil ukuran dan

    waktu dari suatu proses, (c) Video dapat diputar ulang, (d) Kaset flim sangat

    berukuran praktis, (e) Video dapat diambil ditelevisi yang besar maupun kecil, (f)

    Kaset video dapat digerakkan dengan putaran lambat dan cepat.

    Dapat disimpulkan dari uraian di atas yaitu video adalah pesawat yang dapat

    menampilkan gambar-gambar serta adanya suara. Video dapat digunakan dengan cara

    memperbesar/memperkecil gambar sesuai dengan yang kita inginkan. Dalam video

    dapat dengan praktis digunakan dalam bentuk kaset flim.

    2.1.5. Belajar

    2.1.5.1. Pengertian Belajar

    Menurut Siddiq (2008) belajar merupakan suatu aktivitas yang disengaja

    dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar siswa

  • 25

    yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu

    itu, atau siswa yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

    Menurut Susilo (2009) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau

    memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar adalah

    merupakan proses, satu kegiatan dan buku suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

    hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami. Hasil belajar

    bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan perilaku.

    Menurut Clifford T. Morgan dalam Kurnia (2007) merumuskan belajar sebagai

    perubahan tingkah laku karena pengalaman, sehingga memungkinkan seseorang

    menghadapi situasi selanjutnya dengan cara yang berbeda-beda. Sementara Winkel

    dalam Kurnia (2007) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental

    pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan

    lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan

    dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, psikomotorik.

    Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2013) berpendapat bahwa belajar pada

    dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman.

    Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap,

    pengetahuan, dan pemahaman. Oleh sebab itu, belajar disarankan pada tujuan, proses

    berbuat melalui berbagai pengalaman.

    Dapat disimpulkan peneliti bahwa belajar adalah mencari pengetahuan dengan

    pengalaman langsung, baik yang disengaja maupun tanpa disengaja oleh diri sendiri.

    Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman-pengalaman

    yang diperoleh melalui lingkungan di sekitarnya.

    2.1.6. Hasil Belajar

    2.1.6.1. Pengertian Hasil belajar

    Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan

    keterampilan. Menurut Gagne, (Agus Suprijono), hasil belajar berupa:

    1. Informasi verbal yaitu kapibilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

    bahasa, baik lisan maupun tertulis.

  • 26

    2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan

    lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengembangkan

    prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan melakukan aktivitas

    kognitif bersifat khas.

    3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

    kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

    dalam memecahkan masalah.

    4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

    dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

    5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

    terhadap objek tersebut.

    Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009), hasil belajar mencakup

    kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

    knowledge (pengatahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

    meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

    menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

    membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

    Sedangkan menurut Rusman (2012) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman

    yang diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar

    tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan

    kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam

    keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

    Hamalik (2006) berpendapat bahwa hasil belajar adalah apabila seseorang telah

    belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak

    tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

    Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

    kemampuan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar. Belajar merupakan

    perubahan tingkah laku dari yang belum paham menjadi paham melalui keterampilan

  • 27

    dan kecerdasan yang dimiliki siswa. Perubahan tingkah laku siswa yaitu dengan

    mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

    2.1.6.2. Tipe Kegiatan Belajar

    Johon Travers dalam Agus Suprijono (2009) menggolongkan kegiatan belajar

    menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan dan belajar memecahkan masalah.

    Secara ekletis, kategori kegiatan belajar yang bermacam-macam tersebut dapat

    dirangkum menjadi tipe kegiatan belajar:

    1. Keterampilan

    Kegiatan belajar keterampilan berfokus pada pengalaman belajar melalui

    gerak yang dilakukan peserta didik. Kegiatan belajar ini merupakan panduan gerak

    stimulus dan respon yang tergabung dalam situasi belajar.

    2. Pengetahuan

    Kegiatan belajar pengetahuan merupakan dasar bagi semua kegiatan belajar.

    Kegiatan belajar pengetahuan termasuk ranah kognitif. Ranah ini mencakup

    pemahaman terhadap suatu pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan

    keterampilan berfikir.

    3. Informasi

    Kegiatan belajar informasi adalah kegiatan peserta didik memahami simbol,

    seperti kata istilah, pengertian, dan peraturan. Kegiatan belajar informasi

    wujudnya berupa hafalan. Peserta didik mengenali, mengulang dan mengingat

    fakta atau pengetahuan yang dipelajari.

    4. Konsep

    Kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi logika atau

    membuat generalisasi dari fakta ke konsep. Konsep atau kata kunci adalah variabel

    yang mempunyai variasi nilai. Dengan belajar konsep, peserta didik dapat

    memahami dan membedakan benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam

    lingkungan sekitar.

  • 28

    5. Sikap

    Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan belajar afektif.

    Sikap diartikan sebagi pola tindakan peserta didik dalam merespon stimulus

    tertentu. Sikap berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat dan

    prasangka. Dalam kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu peserta

    didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.

    6. Pemecahan masalah

    Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan kegiatan belajar dalam

    usaha mengembangkan kemampuan berfikir. Berfikir adalah aktivitas kognitif

    tingkat tinggi. Berfikir melibatkan asimilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan

    dan struktur kognitif atau skema kognitif yang dimiliki peserta didik untuk

    memecahkan masalah persoalan. Dalam kegiatan belajar memecahkan masalah

    peserta didik terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai

    dan kegiatan untuk melaksanakan tugas.

    2.1.7. Hubungan Antara Model Kooperatif Tipe (STAD) Berbantuan

    Audiovisual

    Model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan

    dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik digunakan untuk guru yang

    batu mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. Kooperatif tipe STAD

    juga merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Model

    dikembangkan oleh Robert Slavin merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif

    yang paling sederhana. Guru menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD juga

    mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru

    kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Sedangkan

    menurut Wina Sanjaya (2010) secara umum media merupakan kata jamak dari

    medium yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai

    kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaikan pesan, media pengantar

    magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan dalam bidang

  • 29

    pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media

    pembelajaran.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya hasil belajar

    dalam pembelajaran model penemuan model kooperatif tipe STAD tersebut maka

    hasil belajar siswa akan menjadi optimal dan akan berhasil pula pelajaran itu. Dengan

    adanya hasil belajar yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan

    berpengaruh tinggi pula. Jadi penggunaan media pembelajaran audiovisual akan

    senantiasa menentukan intensitas hasil belajar siswa. Hasil ini akan dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

    A. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praminah (2012) yang berjudul: Upaya

    Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

    (Cooperative Learning) Tipe STAD tentang Pemeliharan Panca Indra Bagi Siswa

    Kelas IV SD Kepohkencono 01 Semester I Tahun 2011/2012. Penelitian ini

    didesain dalam dua siklus. Prosedur dalam setiap siklus mencakup tahap-tahap:

    perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Keefektifan

    tindakan pada setiap siklus diukur dari hasil observasi dan tes. Data hasil observasi

    dideskripsikan, diinterprestasikan, kemudian direfleksi untuk menentukan tindakan

    perbaikan pada siklus berikutnya. Sementara itu data hasil tes dianalisis dengan

    cara mendeskripsikan nilai tes antar siklus hingga hasilnya dapat mencapai batas

    tuntas sesuai dengan indikator kinerja, yaitu minimal 80% siswa dapat mengikuti

    pembelajaran dengan baik dan memperoleh nilai ≥ 75. Penelitian tindakan kelas

    yang dilakukan sebanyak dua siklus diperoleh hasil bahwa rerata hasil observasi

    terhadap aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76 % pada siklus II meningkat

    menjadi sebesar 91%. Rerata hasil ulangan siswa pada kondisi awal 54 tingkat

    ketuntasan klasikal 32%. Pada siklus I nilai rerata 73 tingkat ketuntasan klasikal

    63%. Pada siklus II, nilai rerata 81, tingkat ketuntasan klasikal 89%. Berdasarkan

    tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

  • 30

    belajar siswa di kelas IV SD Negeri Kepohkencono 01 Kecamatan Pucakwangi

    Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini diharapkan

    dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahan pertimbangan guru khususnya

    pada mata pelajaran IPA bahwa pembelajaran model pembelajaran kooperatif Tipe

    STAD perlu dikembangkan dan diterapkan, karena pembelajaran tersebut dapat

    meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

    B. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seno (2012) berjudul: Upaya Meningkatkan

    Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD (Student Team

    Achievement Divisions) Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan

    Trangkil Kabupaten Pati pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. penelitian

    ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran STAD dapat

    meningkatkan prestasi hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Kertomulyo 02

    Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian

    ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah

    model PTK dari Kurt Lewin yang mencakup empat kegiatan utama yang ada pada

    setiap siklus adalah: (1) menyusun rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan

    tindakan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). PTK

    ini menggunakan 2 siklus. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas IV SD

    Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati sebanyak 37 siswa Teknik

    pengumpulan data dengan teknik tes dan teknik observasi. Adapun instrumen

    penelitiannya dengan menggunakan butir-butir soal dan lembar observasi. Teknik

    analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang meliputi jumlah, mean,

    skor minimal-maksimal, persentase, dan grafik/diagram. Hasil analisis data

    penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA dengan

    menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini terlihat pada rata-rata kelas

    pada kondisi awal (pra siklus) 47,60, pada siklus I naik menjadi 66,40. Ini berarti

    terjadi peningkatan sebesar 18,80 atau 39,49%. Sedangkan rata-rata kelas pada

    siklus II naik menjadi 73,20. Ini juga terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24%. Begitu

    juga pada ketuntasan belajar, pada kondisi awal 20%, pada siklus I 60%, pada

  • 31

    siklus II 80%. Skor minimal pada kondisi awal 30, pada siklus I naik menjadi 40,

    dan pada siklus II juga naik menjadi 50. Sedangkan skor maksimal pada kondisi

    awal 80, pada siklus I naik menjadi 90, dan pada siklus II naik menjadi 100.

    Berdasarkan dari hasil penelitian ini disarankan bahwa model pembelajaran

    STAD perlu disosialisasikan kepada guru dan diterapkannya dalam pembelajaran

    IPA terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini lanjut perlu

    dilakukan sebagai pengembangan diri sendiri sehingga dapat mengembangkan

    penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas.

    2.3. Kerangka Pikir

    Dari hasil penelitian kajian teori dan hasil belajar dapat dibuat kerangka pikir

    yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian yaitu dengan kondisi awal

    siswa merasa jenuh dengan pembelajaran IPA kelas 5 tentang hasil belajar siswa

    masih kurang. Melihat kenyataan tersebut guru akan memberikan tindakan dengan

    melakukan pembelajaran model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

    Divisions (STAD) yang menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif,

    efektip, inovatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya hasil belajar

    diharapkan dapat meningkat. Dalam bentuk skema, kerangka pikir sebagai berikut:

    Kondisi

    awal

    Hasil Belajar Meningkat

    Pemantapan

    Penerapan model pembelajaran kooperatif

    tipe STAD dengan Hasil Belajar

    Aktivitas siswa Menyajikan Belajar kelompok Kuis

    Penghargaan kelompok

    Pembelajaran

    konvensional ciri-

    cirinya:

    Ceramah Penghafalan Teache Centered

    Hasil Belajar Siswa

    Rendah

    Penerapan model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD berbantuan

    media hasil belajar ciri-cirinya:

    Bekerja sama dengan siswa Memberi motivasi pada saat

    pelajaran

    Siswa menjadi aktif.

    Hasil Belajar Lebih Meningkat

  • 32

    2.4. Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pikir, hipotesis tindakan ini dirumuskan sebagai berikut.

    Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

    dengan berbantuan Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa

    kelas 5 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II

    tahun pelajaran 2013-2014.