bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

13
! BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Menurut Baharudin dan Esa nur Wahyuni (2007: 11) belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak lahir sampai akhir hayat. Menurut Slameto (2003: 2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperolaeh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Syaiful Sagala (2005: 11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Suryabrata dan Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala menegaskan bahwa belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Bruner dalam S. Nasution (2008: 9) menyatakan bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni: 1. Informasi Dalam tiap pembelajaran, dieproleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperluas dan memperdalamnya, dan ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah seseorang ketahui sebelumnya. 2. Transformasi Informasi yang telah didapat harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.

Upload: phungtuyen

Post on 24-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

!�

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar

Menurut Baharudin dan Esa nur Wahyuni (2007: 11) belajar merupakan proses

manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar

dimulai sejak lahir sampai akhir hayat.

Menurut Slameto (2003: 2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperolaeh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Syaiful Sagala (2005: 11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan

yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit

maupun implisit (tersembunyi). Suryabrata dan Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful

Sagala menegaskan bahwa belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk

mencapai tujuan.

Bruner dalam S. Nasution (2008: 9) menyatakan bahwa dalam proses belajar

dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni:

1. Informasi

Dalam tiap pembelajaran, dieproleh sejumlah informasi, ada yang

menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperluas dan

memperdalamnya, dan ada pula informasi yang bertentangan dengan apa

yang telah seseorang ketahui sebelumnya.

2. Transformasi

Informasi yang telah didapat harus dianalisis, diubah atau

ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat

digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat

diperlukan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

"�

3. Evaluasi

Kemudian informasi tersebut akan dinilai sampai manakah

pengetahuan yang seseorang peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan

untuk memahami gejala-gejala lain.

Gagne dalam Kokom Komalasari (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai

suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan

manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni

peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).

Sunaryo dalam Kokom Komalasari (2010: 2) menyatakan bahwa belajar

merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat atau menghasilkan suatu

perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan.

Dari kajian-kajian tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat proses perubahan tingkah laku

yang relatif mantap karena adanya latihan dan perolehan pengalaman, yang

diarahkan pada tujuan mengubah tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan

berbuat pada individu yang belajar.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2001: 155), menyatakan bahwa hasil belajar

tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat

diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan.

Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan

yang lebih baik dibandingkan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Menurut Nana Sudjana (1990: 22) pada dasarnya hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman

belajar.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

#�

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analitis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi

dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular.( menghubungkan, mengamati ).

Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap

perubahan dalam diri sesoeorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri

perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah: (1) perubahan terjadi secara

sadar; (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; (3) perubahan dalam

belajar bersifat positif dan aktif; (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara;

(5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan (6) perubahan mencakup seluruh

aspek tingkah laku.

Menurut Agus Suprijono (2011: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,nilai-

nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan.

Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5) menyatakan bahwa hasil belajar berupa

(1) informasi verbal, (2) ketrampilan intelektual, (strategi Kognitif0, (4) ketrampilan

motorik, dan (5) sikap. Sementara menurut Lindgren dan Agus Suprijono (2011: 7) hasil

pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Dari pengertian beberapa hasil belajar oleh para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan pengertian hasil belajar, yaitu sesuatu yang digunakan guru untuk menilai

hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswanya dengan adanya perubahan tingkah

laku pada siswa. Hasil belajar yang baik diindikasikan dengan tingkah laku yang lebih

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

$�

baik daripada tingkah laku sebelum melakukan kegiatan belajar, bersifat kontinu, dan

tidak hanya bertahan sementara.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Perolehan hasil belajar antar siswa tidak sama karena banyak faktor yang

mempengaruhi proses belajar. Secara garis besar faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan fisiologis dan

psikologis:

1. Keadaan fisiologis meliputi panca indera dan kondisi jasmani yang

melatar belakangi aktivitas belajar seperti gizi yang cukup dan lain-lain.

Menurut Syah (2005: 146) panca indera yang dominan adalah indera

pendengaran dan penglihatan. Daya pendengaran dan penglihatan yang

rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap

item-item informasi yang bersifat echoic dan iconic (gema dan citra).

3. Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa meliputi: 1)

kecerdasan/bakat, 2) motivasi, 3) perhatian, 4) berpikir, 5) ingatan/lupa,

dan sebagainya. (Mappa, 1994: 36).

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa). Yaitu keadaan/kondisi lingkungan di

sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan non sosial.

1. Lingkungan sosial meliputi lingkungan sekolah seperti guru, para staf

administrasi dan teman-teman sekelas dan lingkungan sosial siswa

seperti masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan serta

lingkungan keluarga.

2. Lingkungan non sosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah

tempat keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan

waktu belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approcah to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

%�

Siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal bila seorang guru tepat

dalam menerapkan metode mengajar. Untuk itu diperlukan suatu metode

pembelajaran yang inovatif dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa yaitu

metode demonstrasi. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih

metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa

tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Menurut Slameto (2003: 96)

Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.

Dari penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal yaitu faktor yang berasal

dari dalam diri siswa seperti keadaan fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor

eksternal meliputi lingkungan sosial dan non sosial. Penerapan metode

pembelajaran yang tepat juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Sedangkan

faktor pendekatan belajar adalah faktor di dalamnya terdapat startegi

pembelajaran.

2.1.4 Metode Demonstrasi

Metode berasal dari bahasa latin “ methodos ” yang berarti jalan yang harus di

lalui. Menurut Nana Sudjana (2002 : 260) metode adalah cara yang digunakan guru

dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya mengadakan

pelajaran, oleh karena itu perana metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan

proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Sukartiaso dalam Moedjiono dan Dimyati

(1995: 45) metode adalah cara untuk melakukan sesuatu atau cara untuk mencapai suatu

tujuan.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 14) metode demonstrasi adalah metode

yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau kerja suatu benda yang

berkenaan dengan bahan pelajaran. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2000: 33)

metode demonstrasi adalah metode cara mengajar dengan cara memperagakan barang,

kejadian, aturan atau urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui

penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan/materi yang sedang

disajikan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

�&�

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa metode adalah suatu

cara yang di gunakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dalam kegiatan

pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang ingin di

capai. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan memperagakan suatu

kejadian, baik secara langsung ataupun menggunakan alat peraga.

Menurut Devi (2010: 8) metode demonstrasi adalah metode yang

digunakan untuk membelajarkan siswa dengan cara menceritakan dan

memperagakan suatu kegiatan-kegiatan suatu langkah-langkah pengerjaan

sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang dipergakan kepada siswa.

Berdasarkan tujuannya demonstrasi dapat dibagi menjadi dua:

1) Demonstrasi proses yaitu metode yang mengajak siswa memahami

langkah demi langkah suatu proses.

2) Demonstrasi hasil yaitu metode untuk memperlihatkan/memperagakan

hasil dari sebuah proses.

Setelah mengikuti demonstrasi siswa akan memperoleh pengalaman

belajar langsung dengan melihat, melakukan, dan merasakan sendiri.

Menurut Sumantri dalam Roestiyah (2001: 82) metode demonstrasi adalah

cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada

peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik

dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh

guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan.

Menurut Roestiyah (2001: 83) menyatakan bahwa metode demonstrasi

adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan,

memperlihatkan suatu proses.

Menurut Devi (2010: 9) metode demonstrasi mempunyai keunggulan dan

kelemahan.

� Keunggulan metode demonstrasi :

1) Tidak banyak memerlukan peralatan laboratorium.

2) Penggunaan bahan praktikum tidak boros.

3) Pengembangan konsep terarah.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

���

4) Konsep yang dipelajari akan lebih mudah diingat karena siswa melihat

fakta-fakta secara langsung.

� Kelemahan metode demonstrasi :

1) Kalau siswa sama sekali tidak diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-

hal yang akan terjadi pada kegiatan demonstrasi, maka materi yang

didemonstrasikan hanya akan berupa tontonan.

2) Kalau sajian demonstrasi tidak dapat dilihat oleh semua siswa, materi ajar

tentu saja tidak dapat terserap dengan baik.

3) Siswa tidak terlatih dalam ketrampilan penggunaan alat.

4) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di

samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa

mengambil waktu atau jam lain dalam pembelajaran.

Dari kajian-kajian tentang metode demonstrasi yang telah dijelaskan, maka

dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu cara dalam

pembelajaran yang memperagakan/mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau

benda dalam bentuk nyata atau tiruan untuk mengajak siswa memahami langkah-

langkah suatu proses. Melalui demonstrasi ini siswa akan mampu berpikir kritis

dan kreatif sejak dini. Dengan demikian, di akhir kegiatan siswa diharapkan dapat

menemukan sendiri konsep mengenai materi-materi yang diajarkan berdasarkan

konsep dan cara mereka sendiri, yang mereka temukan melalui demonstrasi yang

telah dilihat dan diperagakan.

2.1.5 Hakikat Pembelajaran IPA

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap

ilmiah. Menurut Donosepoetro dalam Trianto (2010: 137) IPA dipandang pula sebagi

proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan

ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan

pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan

yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk

penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah

metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang

lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

���

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2010: 142) hakikat IPA mesti tercermin

dalam tujuan pendidikan dan metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian,

pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan dengan

memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan

hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan

sosial manusia.

Menurut Depdiknas (2006: 47) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan

dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,

serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari.

Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum

sebagaimana termaktub dalam taksonomi Bloom bahwa:

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan

utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan

dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat

memahami dan memperdalam lebih lanjtu, dan melihat adanya keterangan serta

keteraturannya. Di samping hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula

memberikan ketrampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif),

pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi. Menurut Laksmi dalam Trianto (2010:

142) di dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan karena ciri-ciri

tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya.

Dari uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat

memberikan antara lain sebagai berikut:

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

���

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep,

fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan

antara sains dan teknologi.

3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan

masalah, dan melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur terbuka,

benar, dan dapat bekerja sama.

5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk

menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan

keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

(Depdiknas, 2003: 2).

Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA

lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan proses, hingga siswa dapat

menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah

siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar fisika

hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan

suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Menurut

Nur dan Wikandari dan Nur dalam Trianto (2010: 143) guru hanya memberi

tangga yang mebantu siswa untuk mencaapi tingkat pemahaman yang lebih tinggi,

namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut.

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA Harsono (1993) diterapkan

dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan

pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian ala, bahan, atau media belajar

yang lain seta peranan guru sebagi fasilitator yang mempersiapkan lingkungan

dan memungkinkan siswa dapat meperoleh berbagi pengalaman belajar. Implikasi

teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut: (1) memusatkan

perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

� �

Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan

anak sehingga samapai pada jawaban tersebut, (2) mengutamakan peran siswa

dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.oleh karena

itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan

secara langsung dengan dunia fisik, (3) memaklumi akan adanya perbedaan

individual dalam hal kemajuan perkembangan.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan Mulyo, S.Pd, program PJJ FKIP UKSW

dengan judul “Upaya peningkatan hasil belajar IPA menggunakan metode demonstrasi di

SD Negeri Karang Anom 02 Kec. Kandeman Kab. Batang semester I Tahun pelajaran

2010/2011”, hipotesis tindakan dalam penelitian tersebut yang menyatakan bahwa

pembelajaran dengan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar

IPA siswa kelas II SD Negeri Karang Anom 02 semester I tahun pelajaran 2010/2011

ternyata didukung oleh kebenaran empirik yang berupa hasil tindakan kelas dalam dua

siklus. Hasil penelitian siklus I dan siklus II dengan penggunaan metode demonstrasi

dalam pembelajaran lebih maksimal, maka hasil belajar siswa dapat meningkat. Terbukti

dalam penelitian di SD Negeri Karang Anom 02 pada kelas II nilai rata-rata hasil belajar

siswa apabila penyampaian materi tanpa menggunakan metode demonstrasi adalah

27,78% dan nilai rata-rata belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi pada

siklus I adalah 55, 56% tuntas, tidak tuntas 44,44% dengan jumlah nilai 1088, rata-rata

60,44%. Pada siklus II 80% tuntas, tidak tuntas 20% dengan jumlah nilai 1455, rata-rata

80,83.

Penelitian yang dilakukan oleh Darsim, Program PJJ PGSD FKIP UKSW tahun

2010 dengan judul “ Upaya peningkatan hasil belajar IPA tentang sifat-sifat cahaya

dengan metode demonstrasi di SD negeri Kalisalak UPK Kebasun Banyumas”, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam materi pokok sifat-sifat cahaya. Hal itu dapat

dilihat dari hasil belajar siswa pada tes pembelajaran siklus I dan

siklus II. Rata-rata nilai siswa saat kondisi awal adalah 55, 76. Saat

siklus I rata-rata nilainya meningkat sebanyak 75, 45 dan saat siklus II

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

�!�

rata-rata nilai siswa menjadi 85, 45 dan perbandingan ketuntasan

siswa dari siklus I dan siklus II adalah sebanyak 53%.

2. Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA sangat

berpengaruh bagi hasil belajar siswa dan nilai siswa sudah memenuhi

KKM yang ditentukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2009), Program PJJ FKIP-PGSD

UKSW dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

IPA tentang Periskop Melalui Metode Demonstrasi di SD Negeri Ngablak 02 Semester II

Tahun Pelajaran 2008/2009”, menyimpulkan bahwa metode demonstrasi berhasil

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Ngablak 02. Hasil belajar siswa

pada saat belum dilakukan tindakan adalah 75% siswa memperoleh nilai di bawah KKM

65 dan 25% memperoleh nilai memenuhi KKM. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I,

hasil belajar siswa meningkat menjadi 60% memperoleh nilai memenuhi KKM.

Sedangkan pada siklus perbaikan yaitu siklus II, hasil belajar siswa meningkat lagi

menjadi 90% siswa memperoleh nilai memenuhi KKM 65.

.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi sangat efektif

untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA. Hal itu disebabkan oleh aktifitas

siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan pendapat, menemukan

sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percobaan-percobaan, kerjasama,

menghargai pendapat sesama teman dalam berkelompok dan sebagainya.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh kerangka

pikir bahwa kondisi awal pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Kopeng 01 kec. Getasan

Kab. Semarang Semester II tahun pelajaran 2011/2012 lebih banyak berpusat kepada

guru, guru lebih banyak berceramah. Siswa hanya sebagai pendengar, kondisi seperti ini

mengakibatkan siswa merasa bosan dan

enggan belajar IPA. Akibatnya hasil belajar IPA siswa tidak maksimal. Ini terbukti

dengan nilai pretest IPA siswa yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

mendapatkan nilai di bawah KKM 70. Dengan kondisi awal seperti ini kemudian peneliti

akan melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasinya. Peneliti akan menerapkan

metode demonstrasi dlam proses pembelajaran IPA.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

�"�

Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti, diharapkan mencapai kondisi akhir,

yaitu hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kopeng 01 Kec. Getasan Kab. Semarang

semsetr II tahun pelajaran 2011/2012 dapat meningkat. Melalui metode demonstrasi,

diharapkan siswa lebih senang dan tertarik untuk belajar IPA.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka pikir yang

disajikan pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

'�������� ���

�������

'�����������

(����

� ����� � �����

� ������)���� ������� �

��� ���������*+,-�

+���.������

/����������������� ��������

����� ��''� �#&�

� � ������ ������

��� ������������� �

����������

��� ���������*+,�

.������*�

/����� �������� ���� �� � ������

����������

.������**�

/����������������� ��� �� ����

� ���������������� ��������� �������������

������������ �������������������� �� ���������

''� ��0�#&-�

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1051/3/T1_292008547_BAB II.pdf · ... belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai

�#�

2.4 Hipotesa Tindakan penelitian

Berdasarkan uraian dalam landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut: jika pembelajaran

dengan metode demonstrasi diterapkan dalam mata pelajaran IPA, maka dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 01 Kec. Getasan Kab.

Semarang semester II tahun pelajaran 2011/2012.