bab ii baru

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Abrasi 2.1.1 Definisi Abrasi Abrasi adalah kerusakan yang dapat mengikis lapisan luar gigi. Kadang-kadang juga memengaruhi bagian-bagian yang lebih dalam dari gigi. Abrasi gigi disebabkan oleh sesuatu yang menggosok atau adanya gesekan terhadap gigi. Menyikat terlalu keras adalah penyebab umum dari abrasi. Tusuk gigi atau cengkeraman gigi palsu sebagian juga dapat menyebabkan abrasi (Tarigan S, 2013). Abrasi adalah hilangnya struktur gigi secara patologis akibat dari keausan mekanis yang abnormal. Berbagai hal dapat menyebabkan abrasi, tetapi bentuk yang paling umum adalah’’ abrasi sikat gigi’’ yang membuat lekuk berbentuk’’ V’’ dibagian servikal dari permukaan vasial suatu gigi. Daerah abrasi biasanya mengkilat dan kuning karena dentin yang terbuka sering kali bagian yang terdalam dari alur peka terhadap ujung sonde. Sebagai tambahan pada kepekaan dentin, maka 3

Upload: kurnia-p-andani

Post on 01-May-2017

241 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II BARU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abrasi

2.1.1 Definisi Abrasi

Abrasi adalah kerusakan yang dapat mengikis lapisan luar gigi. Kadang-

kadang juga memengaruhi bagian-bagian yang lebih dalam dari gigi. Abrasi gigi

disebabkan oleh sesuatu yang menggosok atau adanya gesekan terhadap gigi.

Menyikat terlalu keras adalah penyebab umum dari abrasi. Tusuk gigi atau

cengkeraman gigi palsu sebagian juga dapat menyebabkan abrasi (Tarigan S,

2013).

Abrasi adalah hilangnya struktur gigi secara patologis akibat dari keausan

mekanis yang abnormal. Berbagai hal dapat menyebabkan abrasi, tetapi bentuk

yang paling umum adalah’’ abrasi sikat gigi’’ yang membuat lekuk berbentuk’’

V’’ dibagian servikal dari permukaan vasial suatu gigi. Daerah abrasi biasanya

mengkilat dan kuning karena dentin yang terbuka sering kali bagian yang

terdalam dari alur peka terhadap ujung sonde. Sebagai tambahan pada kepekaan

dentin, maka komplikasi –komplikasi abrasi pada akhirnya adalah terbukanya atau

patahnya gigi (Langlais, 2000).

2.2 Erosi

2.2.1 Definisi Erosi

Erosi gigi merupakan proses demineralisasi yang memengaruhi jaringan

keras gigi seperti email dan dentin. Proses ini menyebabkan hilangnya struktur

gigi secara perlahan-lahan yang dikarenakan oleh asam. Erosi gigi bersifat

ireversibel (Tarigan S, 2013).

3

Page 2: BAB II BARU

4

Faktor penyebab erosi gigi adalah asam yang berasal dari faktor luar

maupun faktor dalam. Asam itu dapat berasal dari makanan atau minuman asam,

polusi udara yang berasal dari industri-industri kimia, akibat gangguan

pencernaan atau dapat juga sebagai hasil metabolisme sisa makanan oleh kuman.

Jenis-jenis Erosi dibagi menjadi empat, yaitu (Tarigan S, 2013) :

a. Erosi dari Diet

- Mengkonsumsi makanan atau minuman yang asam dengan pH

yang rendah.

- Pemakaian obat asam dalam waktu yang lama.

1. Apabia mengnyah aspirin dan vitamin C.

2. Erosi iatrogen yaitu erosi yang timbul karena obat cair

mengandung besi yang asam.

3. Berkumur dengan perhidrol dan menyikat gigi dengan gel

fluoride yang asam.

b. Erosi terkait pekerjaan

- Misalnya pekerja pabrik dengan konsentrasi asam yang tinggi

seperti pabrik seng elekrolis. Lamanya terkena uadara dan

terbentuknya mulut menyebabkan uap asam masuk ke dalam

rongga mulut dan menyebabkan erosi.

c. Erosi endogen

- Serdawa dari asam lambung dan muntah menyebabkan erosi yang

luas pada penderita. Hal ini sering terjadi pada alkoholisme,

bulimia, dan anoreksia nervosa.

d. Erosi idiopatik

Page 3: BAB II BARU

5

- Merupakan erosi dimana penyebabnya tidak diketahui yang

biasanya terjadipada orang bulimian (karena terus muntah).

Penelitian menunjukkan bahwa:

1. Kasar asam sitrun meningkat di dalam ludah yang

dirangsang.

2. Ludah lebih mukus.

3. Daerah sekeliling erosi ber-pH rendah.

2.2.3 Etiologi Erosi

a. Ekstrinsik

Erosi disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi asam yang terlalu

banyak. Seperti minum jus jeruk, minuman asam, terlalu banyak, makan buah

jeruk, apel asam atau yoghurt. Minuman asam di bawah pH normal rongga mulut

dapat menyebabkan demineralisasi gigi. Gula pada makanan dan minuman dapat

diubh menjadi asam yang kemudian akan mengerosi gigi (Tarigan S, 2013).

Saliva bekerja sebagai buffer, mengatur pH rongga mulut ketika asam

dikonsumsi. Asam-asam yang dapat melarutkan email gigi adalah asam yang

pHnya kurang dari 5,5. Ketika, pH saliva turun di bawah batas normal, email

kehilangan kalsium yang dapat menyebabkan tergoresnya lapisan luar email yang

beerlanjut ke dekalsifikasi email oleh asam. Asam sitrat merupakan komponen

yang bersifat paling erosif pada makanan dan minuman, karena dapat

digabungkan dengan kalsium sitrat yang dapat merusak email. Meskipun begitu,

apliaksi asam lemah berulang-ulang dan teratur di daerah itu. Hilangnya gigi

karena erosi dipercepat oleh atrisi dan abrisi. Penyikatan gigi setelah aplikasi

asam secara signifikan meningkatkan hilangnya jaringam gigi (Tarigan S, 2013).

b. Instrinsik

Page 4: BAB II BARU

6

Erosi insrinsik disebut juga perimolisis, di mana asam lambung

berkontak dengan permukaan gigi. Biasanya terjadi pada orang dengan penyakit

anoreksia, bulimia, dan refluks gastrofaringeal yang disebabkan oleh produksi

asam yang berlebihan (Tarigan S, 2013).

2.3 Atrisi

2.3.1 Definisi Atrisi

Atrisi gigi adalah kehilangan permukaan gigi yang disebabkan oleh kontak

gigi-gelisi pada saat menggigit dan mengunyah. Secara umum, atrisi gigi adalah

suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan hilangnya suatu substansi gigi secara

bertahap pada permukaan oklusal dan proksimal gigi karena proses mekanis yang

terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan. Atrisi gigi ini dapat terjadi pada

insisal, oklusal dan proksimal dari gigi (Tarigan S, 2013). Atrisi dibagi atas 3

kategori (Pindborg, 1970 dalam Koerniati, 2006):

a. Atrisi Fisiologi merupakan keausan gigi yang dialami oleh semua

individu dan hal ini dianggap normal.

b. Atrisi intensif merupakan keausan gigi yang ekstrim atau berlebihan,

oleh karena itu beberapa sebab misalnya bruxism, kebiasaan makanan

yang keras atau kasar.

c. Atrisi patologis merupakan keausan satu gigi atau sekelompok gigi

yang letaknya tidak normal.

2.4 Gambaran Klinis Abrasi, Atrisi dan Erosi

1. Gambaran klinis abrasi sebagai berikut :

a. Biasanya terdapat pada daerah servikal gigi.

b. Lesi cenderung melebar daripada dalam.

c. Gigi yang sering terkena P dan C.

Page 5: BAB II BARU

7

2. Gambaran klinis atrisi, sebagai berikut :

a. Kerusakan yang terjadi sesuai dengan permukaan gigi yang berkontak

saat pemakaian.

b. Permukaan enamel yang rata dengan dentin.

c. Kemungkinan terjadinya fraktur pada tonjol gigi atau restorasi.

3. Gambaran klinis erosi, sebagai berikut :

a. Bentuk lesi cekung yang luas dan permukaan enamel yang licin.

b. Permukaan oklusal yang melekuk (insisal yang beralur) dengan

permukaan dentin yang terbuka.

c. Meningkatnya translusensi pada insisal

d. Permukaan restorasi amalgam yang bersih dan tidak terdapat tarnish

e. Rusaknya karakteristik enamel pada gigi anak- anak.

f. Sering ditemui enamel “cuff” atau ceruk pada permukaan servikal.

g. Terbukanya pulpa pada gigi desidui.

2.5 Mekanisme Terjadinya Keausan Gigi

Hilangnya substansi gigi seperti atrisi, erosi, abrasi, merupakan problem

dalam bidang kedokteran gigi sejak lama. Seringkali sulit untuk menentukan

secara pasti penyebab atrisi, erosi, atau abrasi karena manifestasi kerusakan

jaringannya sama, yaitu adanya proses keausan pada bagian oklusal gigi.

Dibutuhkan kejelian secara umum meliputi riwayat penyakit penderita, secara

umum, pekerjaan penderita, kebiasaan mengkonsumsi makanan dan kebiasaan

buruk seperti bruxism (kerot), menggigit-gigit pensil dan lain-lain (Glinka, 2008).

Page 6: BAB II BARU

8

Grossman dalam Ganss (2006), membedakan penyebab atrisi, erosi, dan

abrasi sebagai berikut : atrisi dan abrasi terjadi akibat faktor fisik dalam kategori

mekanis yang berhubungan dengan pemakaian. Sedangkan penyebab terjadinya

erosi adalah bahan kimia.

Selama proses mastikasi, gigi pada mandibula dan maxilla bergesekan

secara terus-menerus dan berhadapan dengan partikel makanan yang keras di

dalam mulut, sehingga menyebabkan lapisan email terkikis (Glinka, 2008).

Erosi gigi dan karies gigi mempunyai kesamaan dalam jenis kerusakannya

yaitu terjadinya proses demineralisasi jaringan keras yang disebabkan oleh asam.

Namun demikian, asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

gigi. Erosi gigi berasal dari asam yang bukan sebagai hasil fermentasi bakteri,

sedangkan karies gigi berasal dari asam yang merupakan hasil fermentasi

karbohidrat oleh bakteri kariogenik dalam mulut. Erosi terjadi secara merata di

permukaan gigi, hal ini mungkin karena larutnya elemen anorganik email gigi

secara kronis (Glinka, 2008).

Proses erosi gigi dimulai dari adanya pelepasan kalsium email gigi, bila

hal ini terus berlanjut maka akan menyebabkan kehilangan sebagian elemen email

dan apabila telah sampai ke dentin maka penderita akan merasa ngilu (Glinka,

2008).

Reaksi kimia terlepasnya kalsium dari email gigi pada medium yang

bersifat asam, yaitu pada pH 4,5-6 merupakan reaksi orde nol. Adapun pengaruh

pH terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan bahwa semakin kecil atau semakin

asam suatu media maka semakin cepat laju reaksi terlepasnya kalsium dari

permukaan email gigi. Reaksi kimia terlepasnya kalsium dari email gigi dalam

suasana asam ditunjukkan dengan persamaan reaksi berikut:

Ca10(PO4)6F2 Ca10(PO4)6F2 + 2n H+ N Ca2+ + Ca10 – nH20 – 2n(PO4)6F2

Page 7: BAB II BARU

9

Demineralisasi yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan

terjadinya porositas pada permukaan email (Glinka, 2008).

2.6 Pencegahan dan Perawatan Atrisi, Abrasi dan Erosi

2.6.1 Abrasi

a. Perawatan

Untuk gigi abrasi tergantung oleh parahnya kerusakan gigi, yaitu :

1. Kerusakan gigi sudah melibatkan permukaan yang lebih dalam (gigi

sudah kehilangan semua email dengan dentin terbuka) hal pertama

yang perlu dilakukan adalah menghilangkan faktor yang menjadi

penyebab gigi abrasi dan sebaiknya dilakukan penambalan gigi

supaya tidak terasa ngilu.

2. Kerusakan gigi masih ringan cukup dengan menghilangkan faktor

atau mengubah kebiasaan yang menjadi penyebab gigi abrasi

(Nugroho, 2000).

b. Pencegahan

1. Gunakan sikat gigi lembut dan pasta gigi rendah abrasivitas.

2. Jangan menggosok gigi segera setelah makan, makanan yang

bersifat asam, karena mudah mengikis gigi.

3. Berkumur dengan air adalah lebih baik dari pada menyikat gigi

segera seteah makan atau minum yang bersifat asam (Tarigan S,

2013).

2.6.2 Erosi

a. Perawatan

1. Remineralisasi

Perawatan untuk gigi yang gerkena efek erosi sebaiknya dimulai

dengan menstimulasi stabilitas permukaan gigi diserati

remineralisasi. Pengontrolan sensitivitas gigi akibat erosi dan

kelarutan email yang telah berkurang dapat dibantu dengan pasta

gigi berfluor dan varnis fluor. Produk lain yang mengandung

Page 8: BAB II BARU

10

amorphous calcium phospate dapat mempercepat remineralisasi dan

meningkatkan ketahanan terhadap demineralisasi (Tarigan S, 2013).

2. Retorasi

Mempertahankan fungsi estetis dari gigi permanen. Erosi yang

disebabkan oleh mengunyah atau mengisap permen asam biasanya

berefek pada permukaan oklusal dari gigi posterior. Gigi yang telah

erosi harus direstorasi untuk mempertahankan dimensi vertikal dan

lebar mesio-distal gigi, mengurangi sensitivitas simtomatik, dan

menjaga pulpa gigi supaya tetap vital (Tarigan S, 2013).

b. Pencegahan

1. mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang terlalu asam.

2. Mengkonsumsi minuman asam dengan cepat, mengggunakan pipet

dan jangan dikumur-kumur pada rongga mulut, misalnya susu, air,

teh dan kopi aman dikonsumsi asal tidak ditambah gula.

3. Makanan penutup sebaiknya makanan yang bersifat netral seperti

susu dan keju.

4. Hindari menggosok gigi langsung setelah mengkonsumsi asam

karena asam membuat permukaan gigi menjadi lunak sesaat.

Sebaiknya kumur-kumur dengan air putih dulu dan dilanjutkan

dengan sikat gigi 3 jam kemudian.

5. Menggosok gigi paling sedikit 2 kali sehari mengggunakan pasta

gigi berfluor.

6. Mengunyah permen karet bebas gula untuk menstimulasi aliran

saliva (Tarigan S, 2013).

2.6.3 Atrisi

a. Perawatan

1. Perawatan gigi dan mulut lakukan pemeriksaan secara berkala

kedokteran gigi, minimal 6 bulan sekali.

2. Crown / jaket gigi (Nugroho, 2000).

Page 9: BAB II BARU

11

2.7 Senile Atropi

Atropi merupakan atropi yang secara fisiologis terjadi di usia tua. Secara

teoritis atropi merupakan suatu perubahanku anti tatif yaitu berkurangnya jumlah

sel-sel yang mengakibatkan ukuran jaringan atau organ jd berkurang. Atrofi yang

terjadi pada suatu alat tubuh menyebabkan alat tubuh mengecil. Dengan perkataan

lain alat tubuh tersebut melisut. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel

sel spesifik, yaitu sel sel parenchym yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut

mengecil. Jadi, bukan mengenai sel sel jaringan ikat atau stroma alat tubuh

tersebut. Stroma tampaknya bertambah yang sebenarnya hanya relatif, karena

stroma tetap (Harry, 2000 ).

2.7.1 Proses Terjadinya Senile Atropi Pada Jaringan Lunak Mulut

a. Kelenjar saliva

Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan

suatu keadaan normal pada proses penuaan manusia. Manula

mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirehat, saat

berbicara, maupun saat makan. Keadaan ini disebabkan oleh adanya

perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur

yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya

sedikit (Abidin, 2011).

Xerostomia merupakan simtom, bukan suatu penyakit. Salah satu

penyebab xerostomia adalah kelainan dalam produksi saliva, adanya

penyumbatan atau gangguan pada kelenjar saliva sehingga menghambat

pengaliran saliva ke rongga mulut, Sjogren’sSyndrome dan efek negatif

dari radioterapi akibat pengobatan kanker. Selain itu, penyakit-penyakit

sistemis yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan

untuk perawatannya dapat menyebabkan xerostomia pada manula.

Xerostomia adalah salah satu faktor yang penyebab berkurangnya

sensitifitas taste buds, pasien tidak dapat memakai gigitiruan sebagian /

Page 10: BAB II BARU

12

gigitiruan penuh, serta mengakibatkan sensasi mulut terbakar pada manula

(Abidin, 2011).

Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan

perlindungan untuk jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi,

penurunan aliran saliva akan mempersulit fungsi bicara dan penelanan,

serta menaikkan jumlah karies gigi, dan meningkatkan kerentanan mukosa

terhadap trauma mekanis dan infeksi microbial (Abidin, 2011).

b. Lidah dan pengecapan

Orang tua biasanya mengeluh tidak adanya rasa makanan, ini dapat

disebabkan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat

berkurangnya jumlah pengecap pada lidah. Permukaan lidah ditutupi oleh

banyak papilla pengecap dimana terdapat empat tipe papilla yaitu papilla

filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliate. Sebagian papilla

pengecap terletak dilidah dan beberapa ditemukan pada palatum,

epiglottis, laring dan faring. Pada manusia terdapat sekitar 10,000 putik

kecap, dan jumlahnya berkurang secara drastis dengan bertambahnya usia.

Kesulitan untuk menelan (Dysphagia) biasanya muncul pada

manula dan perlu di berikan perhatian karena populasi manula semakin

meningkat setiap tahun. Dalam system pencernaan, terdapat beberapa fase

penting yang berkait erat dengan rongga mulut yaitu pengunyahan,

pergerakan lidah dan kebolehan membuka serta menutup mulut (bibir).

Sistem pencernaan di rongga mulut menunjukkan penurunan fungsi

dengan meningkatnya umur. Robbins dkk (cit. Al-Drees) menyatakan

bahwa fungsi penelanan (berkaitan dengan tekanan) menurun dengan

meningkatnya umur sehingga manula terpaksa bekerja lebih keras untuk

menghasilkan efek tekanan yang adekuat dan dapat menelan makanan,

seterusnya akan meningkatkan resiko untuk berkembangnya dysphagia.

Page 11: BAB II BARU

13

Fungsi penelanan pasti akan mengalami penurunan pada manula

walaupun mempunyai rongga mulut yang sehat. Aksi pergerakan lidah

akan berubah dengan meningkatnya umur. Perubahan yang terjadi adalah

perlambatan dalam mencapai tekanan otot dan pergerakan yang efektif

pada lidah, gangguan pada ketepatan waktu kontraksi otot lidah sehingga

menganggu fungsi pencernaan di rongga mulut secara keseluruhannya (Al-

Drees, 2010).

Akibat gangguan pada sistem pencernaan dan kehilangan sensori

pengecapan sehingga menyebabkan kehilangan selera makan, manula

kehilangan berat badan merupakan keadaan umum yang sering terjadi

(Abidin, 2011).

c. Ligamen periodontal

Komponen jaringan ikat pada ligamen periodontal juga mengalami

perubahan akibat usia. Komponen serabut dan sel menurun sementara

struktur ligamen menjadi lebih tidak teratur. Perubahan lain pada struktur

ini termasuk penurunan kepadatan sel dan aktivitas mitosis, penurunan

produksi matriks organik, dan hilangnya asam mukopolisakarida.

Namun penemuan lebih lanjut tentang efek dari usia pada lebar

ligamen periodontal ternyata bertentangan. Beberapa penelitian

melaporkan peningkatan sejalan dengan usia sementara yang lain

melaporkan penurunan. Bagaimanapun, sekarang telah dipastikan bahwa

lebar dari ligamen periodontal berhubungan dengan fungsi yang

dibutuhkan oleh gigi. Faktor perbedaan beban oklusal mungkin merupakan

penyebab hasil penelitian yang saling bertentangan ini. Oleh sebab itu,

semakin sedikit gigi yang masih ada akan semakin besar proporsi beban

oklusalnya. Hal ini akan mengakibatkan melebarnya ligamen periodontal

dan meningkatnya mobilitas gigi. Pada keadaan seperti ini, gigi yang

goyang tidak mesti mempunyai pognosis yang buruk. Juga telah

dilaporkan bahwa tekanan pengunyahan menurun sejalan dengan usia,

Page 12: BAB II BARU

14

yang ikut berpengaruh pada penurunan lebar ligamen periodontal (Barnes

dkk, 2006).

2.8 Macam-Macam Atropi

Atropi dibagi menjadi beberapa macam diantaranya(Harry, 2000):

1. Atrofi setempat

Atrofi setempat dapat terjadi akibat keadaan keadaan tertentu.

2. Atrofi inaktivitas

Terjadi akibat inaktivitas alat tubuh atau jaringan misalnya

inaktivitas otot otot mengakibatkan otot otot tersebut mengecil. Atrofi ini

disebut juga atrofi neurotrofik.

3. Atrofi desakan

Atrofi ini terjadi akibat desakan yang terus menerus atau desakan

yang lama dan mengenai suatu lat tubuh atau jaringan.

4. Atrofi endokrin

Atrofi endokrin terjadi pada alat tubuh yang aktivitasnya

bergantungkepada rangsang hormon tertentu. Atrofi ini akan terjadi

apabila hormon tersebut berkurang atauterhenti sama sekali.

2.9 Degenarasi Pulpa

Degenerasi pulpa jarang ditemukan, biasanya terdapat pada gigi orang

dewasa. Penyebabnya adalah iritasi ringan yang persisten sewaktu muda.

Degenerasi pulpa tidak selalu berhubungan dengan infeksi atau karies walaupun

kadang-kadang terjadi pada gigi yang telah ditumpat. Keadaan ini biasanya

asimtomatis, gigi tidak mengalami perubahan warna dan pulpa dapat bereaksi

terhadap tes termal maupun elektrik. Namun, jika degenerasi pulpa total, misalnya

Page 13: BAB II BARU

15

akibat trauma atau infeksi, gigi dapat berubah warna dan tidak memberikan

resspons terhadap rangsangan (Rasinta, 2004). Macam-macam degenerasi pulpa

(Rasinta, 2004):

1. Degenerasi hialain

Terjadi penebalan jaringan ikat pulpa karena penempelan karbohidrat.

2. Degenerasi amiloid

Terlihat gumpalan-gumpalan sel pada pulpa.

3. Degenerasi kapur

Terjadinya mineralisasi pada pulpa sehingga dapat terbentuk dentikel.

Mineralisasi ini dapat terjadi pada jaringan saraf, jaringan ikat, terutama

pada saluran akar. Dentikel terbagi menjadi 2 (Rasinta, 2004):

a) Dentikel asli, biasa terbentuk pada saluran akar pada masa

pembentukan gigi.

b) Dentikel palsu, terbentuk pada kamar pulpa karena degenersi sel pulpa

setelah pembentukan akar sempurna. Dentikel palsu ini terbagi lagi

menjadi dentikel bebas yang tidak ada hubungannya dengan dinding

kamar pulpa, dan dentikel lekat yang melekat pada dinding kamar

pulpa.

Dentikel ditemukan baik pada gigi susu maupun permanen. Pada

orang muda ditemukan dentikel antara 30-60%, sedangkan pada umur

di atas 50 tahun, 90%. Jika dentikel terjadi bersamaan dengan

pembentukan jaringan saraf pulpa, rasa sakit yang neuritis dapat timbul

(Rasinta, 2004). Macam:

1. Degenerasi kalsifik.

Pada degenerasi kalsifik, sebagian jaringan pulpa

digantikan oleh bahan mengapur, yaitu terbentuk batu pulpa atau

dentikel. Kalsifikasi ini dapat terjadi baik di dalam kamar pulpa

ataupun saluran akar, tapi umumnya dijimpai pada kamar pulpa.

Bahan mengapur mempunyai struktur berlamina seperti kulit

bawang, dan terletak tidak terikat di dalam badan pulpa. Dentikel

Page 14: BAB II BARU

16

atau batu pulpa demikian dapat menjadi cukup besar untuk

memberikan suatu bekas pada kavitas pulpa bila massa mengapur

tersebut dihilangkan. Paa jenis kalsifikasi lain, bahan mengapur

terikat pada dinding kavitas pulpa dan merupakan suatu bagian

utuh darinya. Tidak selalu mungkin untuk membedakan satu jenis

dari jenis lain pada radiograf (Louis dkk., 1995).

Di duga bahwa batu pulpa dijumpai pada lebih dari 60%

gigi orang dewasa. Batu pulpa dianggap sebagai pengerasan yag

tidak berbahaya, meskipun rasa sakit yang menyebar (referred

pain) pad beberapa pasien dianggap berasal dari kalsifikasi ini

pada pulpa (Louis dkk., 1995).

2. Degenerasi atrofik.

Pada jenis degenerasi atrofik ini, yang diamati secara

histopatologis pada pulpa orang tua, dijumpai lebih sedikit sel-sel

stelat, dan cairan interselular meningkat. Jaringan pulpa kurang

sensitif daripada normal. Yang disebut atrofi retikular, adalah suatu

artifak yang dihasilkan oleh penundaan bahan fiksatif dalam

mencapai pulpa dan hendaknya tidak dikelirukan dengan

degenerasi atrofik (Louis dkk., 1995).

3. Degenerasi fibrus.

Bentuk degenerasi pulpa ini ditandai denganpergantian

elemen selular oleh jaringan penghubung fibrus. Pada pengambilan

dari saluran akar, pulpa demikian mempunyai penampilan khusus

serabut keras. Penyakit ini tidak menyebabkan gejala khusus untuk

membantu dalam diagnosis klinis (Louis dkk., 1995).

2.10 Faktor yang Mempengaruhi Senile Atropi

Page 15: BAB II BARU

17

Proses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan system

penawaran racun yang semakin berubah seiring berjalannya usia. Factor yang

mempengaruhi proses penuaan ada 3, yaitu (Barnes, 2006):

1. Faktor genetic

a. Penuaan dini

b. Resiko penyakit

c. Intelegensia

d. Pharmakogenik

e. Warnakulit

f. Tipe/kepribadian seseorang

2. Faktor endogenic

a. Perubahan structural dan penurunan fungsional

b. Kemampuan/skill menurun

c. Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D

3. Factor eksogenik (factor lingkungan dan gayahidup)

a. Diet/asupan zat gizi

b. Merokok

c. Obat

d. Penyinaran ultra violet

e. Polusi

Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa faktor lain yang mempercepat/

memperlambat proses aging, yaitu:

1. Radikal-radikal bebas

Molekul-molekul terdiri dari atom dan elektron, dan electron biasanya

berpasangan.Terdapat kondisi dimana terdapat molekul-molekul yang mempunyai

elektron yang tidak berpasangan, maka molekul-molekul inilah yang dikenal

sebagai radikal bebas. Elektron yang tidak mempunyai pasangan akan mencari

elektron lain untuk dijadikan pasangan, maka radikal bebas ini akan menyerang

molekul terdekat untuk mendapatkan elektron. Dengan demikian ia menyebabkan

Page 16: BAB II BARU

18

kehancuran molekul lain. Bila menimpa DNA, terutama pada mitokondria di

dalam sel-sel, radikal itu menyebabkan mutasi-mutasi yang dapat memacu sel-sel

berlaku secara menyimpang. Lama kelamaan kerusakan karena radikal bebas ini

membuat tubuh menua dan mendapat berbagai penyakit (Dewi, 2002).

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya radikal bebas,

antaranya adalah sinar matahari, zat kimia, zat pengawet, pewarna dan pelezat

makanan, polusi udara, dan pengobatan dengan sinar ultra violet jangka panjang.

Radikal bebas juga digenerasi dari tubuh manusia. Contohnya radikal bebas yang

tercipta sepanjang proses produksi energi oleh mitokondria yang menggunakan

oksigen sebagai bahan utamanya. Akhir dari proses metabolik tersebut akan

menghasilkan radikal bebas yang akan merusak sel-sel tubuh seterusnya

menyebabkan penuaan (Dewi, 2002).

2. Antioksidan

Antioksi dan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebuah elektron

yang diperlukan radikal bebas, tanpa menjadikan dirinya berbahaya. Secara

kimiawi antioksidan dirancang untuk menawarkan radikal bebas yang merusak,

menghentikan serangan radikal bebas sehingga degenerasi dihambat atau proses

penuaan diperlambat. Antara antioksidan yang terdapat dalam makanan yang

dapat menunda proses penuaan mencakup Vitamin B, Vitamin E, Vitamin C, Beta

Karoten, Khromium, Selenium,Kalsium, Zinc, Magnesium, danKoenzim Q-10.

Semuanya mempunyai cara kerja dan efek yang berbeda. \

Asam folat (vitamin B) yang terdapat pada sayuran hijau (dolasin), sangat

berperan dalam proses anti tua, mencegah kemerosotan fungsi mental dan

menghentikan kanker, yang lebih penting lagi dapat menyelamatkan kerusakan

arteri yang memicu serangan jantung dan stroke dengan merangsang enzim-enzim

untuk metabolisme homosistein sehingga dapat mencegah penyumbatan arteri.

Vitamin E merupakan vitamin larut terhadap lemak yang berfungsi dalam

menghambat aterosklerosis.

Page 17: BAB II BARU

19

Vitamin E mempunyai peran dalam menghambat aterosklerosis dengan

memang kasoksidasi kolesterol LDL. Dengan demikian dapat mencegah

timbulnya kerusakan arteri dan timbulnya penyakit jantung. Vitamin C pula

merupakan salah satu bentuk vaksinasi melawan kanker, terutama kanker

lambung, esofagus, rongga mulut dan kemungkinan mulut rahim, rektum dan

payudara.

Vitamin C juga dapat membantu menyelamatkan arteri dengan mendorong

naiknya kolesterol HDL sehingga menghambat penyumbatan arteri, mencegah

penyakit asma dan bronchitis kronis serta mencegah katarak. Umumnya untuk

rongga mulut, vitamin C melawan penyakit periodontal yaitu gingiva mudah

berdarah dan sariawan (Dewi, 2002).

2.11 Proses Aging dan Perubahan Terjadi Pada TMJ

2.11.1 Proses Penuaan Terhadap Tempuro Mandibula Joint

Lansia adalah kelompok lanjut usia yang mengalami proses menua yang

terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari.

Proses menua dapat didefinisikan sebagai suatu proses menghilangnya secara

perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan mengalami infeksi dan

tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya (Dimitroulis, 1998).

Proses menua merupakan proses alamiah yang terjadi secara terus –

menerus dalam kehidupan yang ditandai adanya perubahan anatomik,fisiologik,

dan biomekanik dalam sel tubuh, sehingga mempengaruhi fungsi sel dan organ

tubuh. Proses menua akan menyebabkan temporo mandibula joint mengalami

keadaan sebagai berikut:

1. Terjadi kemunduran biologis , yang akan mengakibatkan gangguan yaitu

mulut mulai mengendor, dan kehilangan gigi.

Page 18: BAB II BARU

20

2. Terjadi kemunduran kemampuan kognitif , misalnya penurunan fungsi

stogmatonathi sehingga mengakibatkan daya mengunyah tidak baik

(Dimitroulis, 1998).

Gangguan temporomandibular adalah istilah yang dipakai untuk

sekelompok gangguan yang mengganggu sendi temporomandibular, otot

pengunyah, dan struktur terkait yang mengakibatkan gejala umum berupa nyeri

dan keterbatasan membuka mulut. Biasanya pada praktek umum (general

practitioner) pasien dengan gangguan ini mengeluhkan gejala yang persisten atau

nyeri wajah yang kronik. Biasanya nyeri pada gangguan temporomandibular

disertai suara click pada sendi rahang dan keterbatasan membuka mulut

(Dimitroulis, 1998).

Sekitar 60-70% populasi lansia mempunyai setidaknya satu gejala

gangguan temporomadibular .Tetapi, hanya seperempatnya yang menyadari

adanya gangguan tersebut. Lebih jauh lagi, hanya 5% dari kelompok orang

dengan satu atau dua gejala gangguan temporomandibular yang pergi ke dokter.

Kelainan ini paling banyak dialami perempuan (1:4), dan sering terjadi pada awal

masa dewasa (Dimitroulis, 1998).

2.11.2 Etiologi gangguan temporomandibular joint yang terjadi pada lansia.

Persendian pada temperomandibular ini sama seperti persendian di daerah

tubuh lainnya, dimana dapat juga terjadi hal-hal seperti osteoarthritis, rheumatoid

arthritis dan jenis-jenis inflamasi lainnya didaerah persendian ini yang akan

menimbulkan sensasi nyeri juga. Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa

nyeri akibat inflamasi yang diakibatkan gesekan ujung-ujung tulang penyusun

sendi. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis (RA)

merupakan suatu penyakit autoimun dengan karakteristik sinovitis erosif simetris

sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik hilang timbul dan

apabila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan persendian dan deformitas

sendi progresif yang berakhir pada disabilitas (Dimitroulis, 1998).

Page 19: BAB II BARU

21

2.11.3 Faktor Risiko Gangguan Temporomandibular

Kelainan TMJ paling sering pada wanita dengan usia berkisar 30-50 tahun.

Faktor resiko lain:

Jaw clenching

Teeth grinding (bruxism)

Rheumatoid arthritis

Fibromialgia

Trauma wajah dan rahang

Kelainan congenital pada tulang wajah (Dimitroulis, 1998).

2.12 Teori Proses Menua

Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai proses menua(Mayfirra ,

2008), antara lain

1 . Teori stochastik

Proses menua disebabkan oleh penimbunan sisa-sisa dari lingkungan,

contohnya adalah mutasi somatik yang disebabkan oleh radiasi dan

kemungkinan bahan-bahan radioaktif yang tertimbun. Hal ini dapat

menyebabkan kesalahan sintesis protein, kegagalan fungsi dan berakhir

kematian(Mayfirra , 2008)

2 . Teori cross linking

Adanya saling silang antara kolagen dan elastin yang menyebabkan

serabut tersebut kurang lentur, lebih rapuh, mudah terkoyak dan akhirnya

degenerasi. Keadaan ini menyebabkan sistem vital tubuh mengalami

kemunduran fungsional dan meyebabkan gejala penuaan(Mayfirra ,

2008)

3 . Teori neuroendokrin

Page 20: BAB II BARU

22

Teori ini menempatkan hormon sebagai pusat dari proses menua. Proses

menua tergantung peranan kelenjar hypofisis yang mengeluarkan hormon

DECO ( decreasing Oxygen Consumption) yang menstimulir

pengurangan konsumsi oksigen dan mengurangi usaha hormon tiroid

proses menua(Mayfirra , 2008).

4 . Teori imunologi

Kapasita fungsional sistem imun menyebabkan kemunduran dengan

bertambahnya umur, mereduksinya fungsi sel limfosit dan turunnya

resistensi terhadap infeksi penyakit(Mayfirra , 2008)

5 . Teori nutritional component

Kekurangan makanan menyebabkan perubahan fisiologis dan anatomis

yang selanjutnya menyebabkan kerusakan dan terbatasnya regenerasi sel

sehingga terjadi proses menua(Mayfirra , 2008).

6 . Teori sintesa protein

Proses ini disebabkan karena ganggua mekanisme sintesa protein,

dipengaruhi oleh aktivitas enzim. Perubahan akivitas enzim

menyebabkan gangguan sintesa protein sehingga terbentuk protein

abnormal(Mayfirra , 2008)

7 . Teori radikal bebas

Radikal bebas bersifat sangat reaktif ini dapat merusak komponen sel dan

inti sel sehingga terjadi degenerasi(Mayfirra , 2008)

2.13 Penuaan Jaringan Rongga Mulut

2.13.1 Definisi Penuaan

Page 21: BAB II BARU

23

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,2000)

2.12.2 faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan rongga mulut

Faktor- faktor yang mempengaruhi proses menua

Proses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan sistem

penawaran racun yang semakin berubah seiiring dengan berjalannya usia.

Faktor yang mempercepat proses penuaan :

1. Faktor genetik

Secara genetik, perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X.

Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga perempuan

berumur lebih panjang daripada laki – laki. Disamping itu juga ditemukan gen

khusus yang bertanggung jawab mengaktualkan proses penuaan. Bagi individu

yang mengemban gen tersebut, cenderung cepat menjadi tua (berusia 30-an

tampak seperti usia 80-an). Kelainan ini dikenal sebagai Sindrom Werner

(Damayanti, 2009).

2. Faktor endogenik

Perubahan stuktural dan fungsional

Kemampuan / skill menurun

Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D (Damayanti, 2009).

3. Faktor eksogenik (factor lingkungan dan gaya hidup)

Diet / asupan zat gizi . Contohnya seperti kekurangan protein yang dapat

menyebabkan degenerasi jaringan ikat gingiva, membran periodontal

Page 22: BAB II BARU

24

dan mukosa. Kekurangan protein juga dikaitkan dengan percepatan

kemuduran tulang alveolus.

Merokok

Obat

Penyinaran Ultra violet

Polusi (Damayanti, 2009).