bab i.docx

Upload: farida

Post on 07-Jan-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosa. Spondilitis tuberkulosa dikenal juga sebagai penyakit Pott atau paraplegi Poot. Penyakit ini merupakan penyebab paraplegia terbanyak setelah trauma, dan banyak dijumpai di Negara berkembang.Tuberkulosis tulang dan sendi 50% merupakan spondilitis tuberkulosa. Pada negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus terjadi pada usia dibawah usia 20 tahun. Sedangkan pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia yang lebih tua. Meskipun perbandingan antara pria dan wanita hampir sama, namun biasanya pria lebih sering terkena dibanding wanita yaitu 1,5:2,1. Di Indonesia tercatat 70% spondilitis tuberkulosis dari seluruh tuberkulosis tulang yang terbanyak di daerah Ujung Pandang. Umumnya penyakit ini menyerang orang-orang yang berada dalam keadaan sosial ekonomi rendah (Admin, 2008, http:/www.medicine and lunex.com diperoleh tanggal 22 juli 2008).Seseorang yang menderita spondilitis akan mengalami kelemahan bahkan kelumpuhan atau paling kurang mengalami kelemahan tulang, dimana dampak tersebut akan mempengaruhi aktifitas klien, baik sebagai individu maupun masyarakat..Perawat berperan penting dalam mengidentifikasikan masalah-masalah dan mampu mengambil keputusan secara kritis menangani masalah tersebut serta mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal.Penulis tertarik menyusun laporan kasus mengenai asuhan keperawatan dengan gangguan sistem muskuloskletal : spondilitis tuberkulosisi di Ruang Saraf (L) RSUD Dr. Soedarso Pontianak dari data tersebut diatas untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang bertujuan untuk mencegah, meningkatkan dan mempertahankan stasus kesehatan klien.B. Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah :1. Memperoleh suatu gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien dengan spondilitis tuberkulosis.2. Mengaplikasikan teori kedalam praktek serta menetapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sisitem muskuloskletal : spondilitis tuberkulosis.3. Menerapakan keperawatan dengan pendekatan dan memperoleh pengalaman yang nyata mengenai pelaksanaan proses keprawatan klien dengan spondilitis tuberkulosis.C. Ruang Lingkup PenulisanKarena luasnya permasalahan yanga ada dan keterbatasan waktu, maka dalam pembuatan laporan kasus ini penulis membatasi lingkup permasalahan yaitu : Asuahan Keperwatan pada klien dengan gangguan muskuloskeletal : spondilitis tuberkulosis khususnya pada Ny. M di Ruang Saraf (L) Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso Pontianak.

BAB IILANDASAN TEORITIS

Penulisan pada Bab ini menguraikan tentang konsep dasar yang terdiri dari anatomi fisiologi tulang belakang, saraf-saraf spinal, konsep dasar spondilitis TB serta asuhan keperawatan pada klien dengan spondilitis TB.A. Anatomi Fisiologi Tulang BelakangMedulla spinalis dikelompokan dan dinamai sesuia dengan daerah yang ditempatinya diantaranya tujuh vertebra servikalis, dua belas vertebra torakalis, lima vertebra sakralis, lima vertebra lumbalis dan empat vertebra koksigues. Dari medulla spinalis ini keluar (dan masuk) saraf spinal melalui foramen intervertebralis diantaranya 8 dari servikalis, 12 dari torakalis, 5 dari lumbal, 5 dari sacral dan 1 dari koksigeus.1. Kolumna vertebralisKolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah stuktur lentur yang terbentuk oleh sejumlah tulang yang disebut dengan ruas tulang belakang dimana berhubungan kokoh satu sama lain, tetapi tetap dapat menghasilkan gerakan terbatas satu sama lain.. Diantara tiap dua ruas tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 sentimeter. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang (Price C. Evelyn, 2002, hlm 56 dan Watson Roger, 2002, hlm 156).Kolumna vertebralis merupakan tulang yang tidak beraturan dan bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama, hanya ada perbedaannya sedikit tergantung pada kerja yang di tanganinya.

Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian yaitu :a. Badan Ruas, merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat terletak disebelah depanb. Lengkungan Ruas, bagian ini melingkari dan melindungi lubang ruas tulang belakang, terletak disebelah belakang, pada bagian ini dapat beberapa benjolan, yaitu :1) Prosesus spinosus / taju duri, terdapat di tengah-tengah lengkungan ruas menonjol kebelakang.2) Prosesus tranversum / taju sayap, terdapat disamping kiri dan kanan lengkung ruas.3) Prosesus artikulasi / taju penyendi, membantu persedian dengan ruas tulang belakangRuas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut dengan cakram antara ruas sehingga tulang belakang bisa tegak dan membungkuk, disamping itu disebelah depan dan di belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang (Syaifudin, 1997, hlm 21).Bagian dari ruas tulang belakang meliputi :a. Vetebra servikalis (tulang leher) ada 7 ruasKetujuh vertebra servikalis merupakan vertebra terkecil dan dapat dengan mudah dikenali karena proseksus tranversusnya mengandung foramina untuk tempat lewatnya arteri vertebralis.Ruas pertama vertebra servikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala untuk menganguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoid (aksis) yang memungkinkan kepala untuk berputar kekiri dan kekanan.Ruas ketujuh mempunyai taju yan disebut prosesus Prominan.b. Vertebra torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruasKedua belas vertebra torakalis lebih besar dari vertebra servikalis dan ukurannya semakin besar dari atas ke bawah, pada bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri, dan kanan membentuk persendian dari tulang iga.c. Vertebra lumbalis (tulang pinggang) terdiri dari 5 ruasKelima vertebra lumbalis merupakan vertebra paling besar dan tidak mempunyai segi untuk berartikulasi dengan iga. Prosesus spinosusnya besar dan kuat dan merupakan perlekatan otot. d. Vertebra sakralis (tulang kelangkangan) terdiri dari 5 ruasKelima vertebralis sakralis bergabung menjadi satu tulang besar yang disebut sacrum. Di samping kiri dan kanannya terdapat lubang-lubang kecil 5 buah yang disebut foramen sakralis. Os sacrum menjadi dinding bagian tulang belakang dari rongga panggul.e. Vertebra koksigilis (tulang ekor) terdiri dari 4 ruasTulang koksiges merupakan tulang kecil berbentuk segitiga yang terdiri dari ronnga panggul, dapat bergerak sedikit karena membentuk persendiaan dengan sakrum (Watson Roger, 2002, hlm 158-163 dan Syaifuddin, 1997, hlm 21-22).2. Saraf-Saraf SpinalMedula spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui foramina intervertebralis (lubang pada tulang bertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan dengan foramina intervertebralis tempat keluarnya saraf-saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang keluar diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dalam medulla spinal keluar 31 pasang saraf, tediri dari :a. Servikal : 8 pasangb. Torakal : 12 pasangc. Lumbal : 5 pasangd. Sakral : 5 pasange. Koksigial : 1 pasangPada semua saraf spinal tersebar ke segmen-segmen tubuh tertentu keculi bagian torakal, saraf-saraf spinal bagian ventral ini saling terjalin sehingga menbentuk jalinan saraf yang disebut pleksus. Dengan demikian pleksus yang terbentuk adalah :a. Pleksus servikalis. Dibentuk oleh cabang-cabang saraf servikal yang pertama (C1-C4), cabang ini berkerja sama dengan nervus vagus dan nervus assesoris yang menpersarafi otot-otot leher dan bahu, dan juga menpersarafi nervus frenikus yang menpersarafi diagframa.b. Pleksus brakialis. Dibentuk dari segmen servikal 4 sampai torakal kesatu yang menpersarafi ekstermitas atas. Cabang-cabangnya pada lengan yang penting adalah : 1) Saraf radial, terletak di sekeliling humerus bagian belakang dan sisi terluar lengan bawah dimana menspersarafi otot-otot ekstensi siku, pergelangan tangan, dan tangan. Cedera saraf radial dapat mengakibatkan wrist-droop, yaitu suatu keadaan di man sendi fleksi tidak dapat di ekstensikan.2) Saraf ulnar dan medial masing-maisng terletak di sisi dalam dan pada pertengahan dan menpersarafi otot-otot fleksor pergelangan tangan dan tangan. Cedera pada daerah tersebut dapat menyebabkan hiperekstensi dan tangan seperti mencakar (claw-like)3) Saraf terkecil keempat, yaitu saraf muskulokutaneus mempersarafi fleksor sendi siku bisep.c. Saraf saraf torakal tidak membentuk pleksus tetapi keluar dari ruang interkosta sebagai saraf interkostalis. Saraf-saraf ini mempersarafi otot-otot abdomen, otot dada, dan kulit dada.d. Pleksus lumbalis, saraf lumbal ke-1 dan ke-2 membentuk nervus genitofemoralis yang mengurus persarafan kulit daerah genetalia dan paha. Saraf L2-L4 membentuk obturatorius yang mensarafi otot obturator dan abductor paha bagian sensori mensarafi persendian paha. e. Pleksus sakralis, dari L4 sampai S5 yang mensarafi otot-otot dan kulit tubuh bagian dan ekstermitas bawah. Saraf utama dari pleksus adalah saraf iskiadiskus/siatik, saraf terbesar dalam tubuh. saraf iskiadikus/siatik menembus bokong dan turun kebawah melalui bagian belakang paha mempersarafi otot pada daerah tersebut.Saraf ini membagi daerah di atas lutut menjadi dua cabang-cabang utama, yaitu :1) Saraf peroneal, yang mempersarafi otot kaki bagian depan.2) Saraf tibial, yang mempersarafi otot kaki bagian belakang.f. Pleksus koksigealis, dengan cabang-cabang saraf dari sakralis bagian bawah, membentuk pleksus kecil kedua di belakang rongga panggul, yang menyuplai otot dan kulit di daerah tersebut, misalnya ruang pelvik mempersarafi otot dan kulit pada daerah tersebut, misalnya otot-otot perineum, spingter eksternal anus, kulit, dan jaringan-jaringan lain genetalia eksternal dan perineum.

B. Konsep Dasar Spondilitis1. PengertianTuberculosis tulang belakang atau disebut juga spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulose yang bersifat kronik destruktif oleh mikrobakterium tuberkulosa ( Rasjad Chairuddin, 2003, hlm 144 ).Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit neurologis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8-L3 dan paling jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga jarang menyerang arkus vertebra (Mansjoer, 2000).Spondilitis tuberculosis disebut juga penyakit pott. Spondilitis ini sering ditemukan pada vertebra T8 - L3 dan paling jarang pada vertebra C1 C2 ( Sjam Suhidayat, 1997, hlm 1226 ).Spondilitis tuberkulosa ialah suatu bentuk infeksi tuberculosis ektrapulmoner yang mengenai tulang belakang (vertebra). Infeksi mulai dari korpus vertebra menjalar ke diskus intervertebralis dan kemudiaan mencapai alat-alat dan jaringan di dekatnya ( http:/www.dokterfoto.com diperoleh tanggal 22 juli 2008 ).2. EtiologiTuberculosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosa ditempat lain ditubuh, 90-95 % disebabkan oleh mikrobakteriumtuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin dan oleh mikrobakterium atipik (Admin, 2008, http:/medicine and lunex.com diperoleh tanggal 22 juli 2008).3. PatofisiologiSpondilitis tuberkulosa merupakan kelanjutan dari penyebaran kuman tuberkulosa yang sudah bermukim ditubuh, misalnya di paru atau kelenjar getah bening. Penyebaran itu menyebar melalui darah arteri vertebralis. Kuman tuberkulosa pertama bersarang di korpus vertebra. Infeksi berawal dari bagian sentral, bagian depan, atau epifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan pada kortek epifise, diskus intervertebralis dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada bagian korpus ini akan menyebabkan terjadinya kiposis yang dikenal sebagai gibbus. Berbeda dengan infeksi lain yang cenderung menetap pada vertebra yang bersangkutan, tuberkulosis akan terus menghancurkan vertebra di dekatnya. Kemudian eksudat menyebar kedepan, dibawah ligamentum longitudinal anterior dan mendesak aliran darah vertebra di dekatnya. Eksudat ini dapat menembus ligamentum dan berekspansi keberbagai arah disepanjang ligamen yang lemah. Sebagai proses kelanjutan dapat berkembang abses yang pada mulanya merupakan tempat hancurnya jaringan yang terkena proses tuberkulosa. Semakin hancur maka terjadilah abses yang pada permulaan merusak ke anterior dan ke samping korpus vertebra. Kemudian dapat terjadi perluasan ke bawah atau merusak ke posterior di sela subdural. Abses pada daerah ini dapat menekan medulla spinalis sehingga timbul paraplegia (http:/www.dokterfoto.com diperoleh tanggal 22 juli 2008).Perjalanan penyakit ini terbagi menjadi 5 stadium, yaitu:a. Stadium ImplantasiSetelah bakteri berada di dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6 8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak-anak umumnya pada daerah sentral vertebra. b. Stadium destruksi awalSetelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.c. Stadium destruksi lanjutPada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang terjadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus invertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.d. Stadium gangguan neurologisGangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu:- Derajat I : Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensori.- Derajat II : Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya.- Derajat III : Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.- Derajat IV : Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan miksi. Tuberkolosis paraplegia atau pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat tegantung dari keadaan penyakitnya. Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari abses paraventebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.e. Stadium deformitas residualStadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang massif disebelah depan (Rasjad Chairuddin, 2003, hlm 146).4. Manifestasi KlinisSecara klinis gejala tuberculosis tulang belakang hampir sama dengan tuberculosis pada umumnya, yaitu :a. Badan lemah / lesub. Nafsu makan berkurangc. Berat badan menurund. Suhu sedikit meningkat ( subfebris) terutama pada malam harie. Sakit pada punggung (Rajad Chairuddin, 2003, hlm 146) Adapun tanda-tanda spondilitis tulang belakang dengan tuberculosis adalah sebagai berikut:a. Pada leher, jika mengenai vertebra servikal penderita tidak suka memutar kepalanya dan duduk dengan meletakan dagu ditangannya. Dia akan merasa nyeri pada leher atau pundanya. Jika terjadi abses, pembengkakan dengan fluktasi yang ringan akan tampak pada sisi yang sama pada leher di belakang otot sternomastoid atau tonjolan pada bagian belakang mulut (faring).b. Pada punggung bawah sampai iga terakhir (region torakalis). Dengan adanya penyakit pada region ini, penderita memiliki punggung yang besar. Dalam gerakan memutar dia lebih sering menggerakan kakinya daripada mengayun punggungnya. Saat memungut sesuatu dari lantai dia menukuk lutut sementara punggungnya tetap lurus. Kemudian akan terdapat pembengkakan atau lekukan yang nyata pada tulang belakang (gibus) diperlihatkan dengan korpus yang terlipat.c. Jika abses ini menjalar menuju dada bagian kanan dan kiri serta akan muncul sebagai pembengkakan yang lunak pada dinding dada (abses dingin yang sama dapat menyebabkantuberkulosis kelenjar getah bening interkosta). Jika menuju ke punggung dapat menekan serabut saraf spinal menyebabkan paralisis.d. Saat tulang belakang yang terkena lebih rendah dari dada (region lumbal), dimana juga berada di bawah serabut saraf spinal, pus juga dapat menjalar pada otot sebagaimana pada tingkat yang lebih tinggi. Jika ini terjadi akan tampak sebagai pembengkakan lunak atas atau bawah ligamentum pada lipatan paha atau di bawah tetap pada sisi dalam dari paha (abses psoas). Pada keadaan yang jarang pus dapat berjalan menuju pelvis dan mencapai permukaan belakang sendi panggul.e. Pada pasien-pasien dengan malnutrisi akan didapatkan demam (kadang-kadang demam tinggi), kehilangan berat badan dan kehilangan nafsu makan. Di beberapa negara Afrika juga didapati pembesaran kelenjar getah bening, tuberkel subkutan, pembesaran hati dan limpa.f. Pada penyakit-penyakit yang lanjut mungkin tidak hanya terdapat gibus (angulasi dari tulang belakang), juga dapat kelemahan dari anggota badan bawah dan paralisis (paraplegi) akibat tekanan pada serabut saraf spinal atau pembuluh darah (http:/www.dokterfoto.com diperoleh tanggal 22 juli 2008).5. Komplikasia. Paraplegi pott, menekan medulla spinalisb. ImmobilisasiKomplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Potts paraplegia yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus maupun sequester, atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan bila muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis.Mielografi dan MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab paraplegi ini. Paraplegi yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun sequester membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis dan saraf.Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold abscess.6. Pemeriksan Penunjang1) Pemeriksaan Laboratoriuma. Peningkatan laju endapan darah (LED) dan mungkin disertai mikrobakteriumb. Uji mantoux positifc. Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikrobakteriumd. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limpe regionale. Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel2) Pemeriksaan Radiologisa. Foto thoraks untuk melihat adanya tuberculosis paru.b. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada di korpus tersebut.c. Pemeriksaan mieleografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang.d. Foto CT Scan dapat memberikan gambaran tulangsecara lebih detail dari lesi, skelerosisi, kolap diskus dan gangguan sirkumferensi tulang.e. Pemeriksaan MRI mengevaluasi infeksi diskus intervetebra dan osteomielitis tulang belakang dan adanya menunjukan penekanan saraf (Rasjad Chairuddin, 2003, hlm 146-147 dan Admin, 2008, http:/medice and lunex.com diperoleh tanggal 22 juli 2008).7. Penatalaksaan atau PengobatanPada prinsipnya pengobatan tuberculosis tulang belakang harus dilakukan segera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.Pengobatan terdiri atas:a. Terapi Konservatif berupa:1) Tirah baring2) Memperbaiki keadaan umum penderita3) Pasang brance pada penderita, baik yang di operasi ataupun yang tidak di operasi.4) Pemberian obat anti tuberkulosaObat-obat yang diberikan terdiri atas:- Isonikotinik hidrosit (inti) dengan dosis oral 5 mg/kg BB perhari dengan dosis maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg BB.- Asam paraamino salsilat. Dosis oral 8-12 mg/kg BB- Etambutol. Dosis oral 15-25 mg/kg BB perhari- Rifamfisin. Dosis oral 10 mg/kg BB diberikan pada anak-anak, pada orang dewasa 300-400 mg perharib. Terapi Operatif Walaupun pengobatan kemotherapi merupakan pengobatan utama bagi penderita tuberculosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam beberapa hal yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia, dan kifosis (Rasjad Chairuddin, 2003, hlm 147-148).

IV. RENCANA KEPERAWATAN

NoDiagnosaTujuanImplementasiRasional

1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisikSetelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang dengan kriteria hasil: tanda vital dalam rentang normal tidak ada ekspresi nyeri verbal atau non verbal tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot

Kaji keluhan nyeri dg menggunakan skala nyeri Atur posisi sesuai kebutuhan klien untuk mengurangi nyeri Kurangi rangsangan Pemberian obat analgetik sesuai dengan program Ciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur Berikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi Pantau suhu tubuh. Berikan kompres hangat saat demam timbul.

Mengkaji skala nyeri untuk mengetahui seberapa nyeri yg di alami klien Posisi yg sesuai akan mengurangi nyeri pd klien Rangsangan akan dpt membuat nyeri lebih terasa Obat anelgetik dibuat untuk mengurangi rasa nyeri Lingkungan yg nyaman akan membuat klien terasa lebih nyaman Sentuhan terapeutik dapat mengurangi rasa nyeri Demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsi oksigen terjadi (terutama saat demam dan menggigil) yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.

2.Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi dengan nilai laboratorium dalam rentang normal. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti meninggikan kepala tempat tidur selama pasien makan atau selama pemberian makanan lewat selang NGT. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.

Menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi. Menurunkan resiko regurgitasi dan atau terjadinya aspirasi. Meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan. Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATANTglDxImplementasiEvaluasi

18/03/13I Mengkaji keluhan nyeri dg menggunakan skala nyeri Mengatur posisi sesuai kebutuhan klien untuk mengurangi nyeri Mengurangi rangsangan Memberikan obat analgetik sesuai dengan program Menciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur Memberikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi Memantau suhu tubuh. Berikan kompres hangat saat demam timbul.

S: Tn. B mengatakan nyeri di bagian dada kanan, kalau bernafas terasa sakit.- keluarga mengatakan ps. Sering panas pada jam 03.00 wib dan kemudian panas turun kembaliO: - k/u sedang- T: 36,20c- RR: 18x/m- Ps. Nampak memegang dadanya- Pernafasan dalam dan lambat- Ps. Tampak gelisahA: CKRP: therapi dilanjutkan

II Mengkaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi. Menjaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti meninggikan kepala tempat tidur selama pasien makan atau selama pemberian makanan lewat selang NGT. Menganjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien. Memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.

S: Tn. B mengatakan kurang nafsu makan dan minumO: - turgor kulit kurang- Bibir pucat- Ps. Tampak lemasA: CKRP: therapi dilanjutkan

19/03/13I Mengkaji keluhan nyeri dg menggunakan skala nyeri Mengatur posisi sesuai kebutuhan klien untuk mengurangi nyeri Mengurangi rangsangan Memberikan obat analgetik sesuai dengan program Menciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur Memberikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi Memantau suhu tubuh. Berikan kompres hangat saat demam timbul.

S: Tn. B mengatakan masih nyeri di bagian dada kanan, kalau bernafas terasa sakit.- keluarga mengatakan ps. masih panas pada jam 03.00 wib dan kemudian panas turun kembaliO: - k/u sedang- T: 36,20c- RR: 18x/m- Ps. Nampak memegang dadanya- Pernafasan dalam dan lambat- Ps. Tampak gelisahA: CKRP: therapi dilanjutkan

II Mengkaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi. Menjaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti meninggikan kepala tempat tidur selama pasien makan atau selama pemberian makanan lewat selang NGT. Menganjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien. Memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.S: Tn. B mengatakan masih belum selera makan dan minum- Keluarga mengatakan ps. Makan kalau di paksa karena minum obatO: - turgor kulit kurang- Bibir pucat- Ps. Tampak lemasA: CKRP: therapi dilanjutkan

20/03/13I Mengkaji keluhan nyeri dg menggunakan skala nyeri Mengatur posisi sesuai kebutuhan klien untuk mengurangi nyeri Mengurangi rangsangan Memberikan obat analgetik sesuai dengan program Menciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur Memberikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi Memantau suhu tubuh. Berikan kompres hangat saat demam timbul.

S: Tn. B mengatakan masih nyeri di bagian dada kanan, kalau bernafas terasa sakit.- keluarga mengatakan ps. masih panas pada jam 03.00 wib dan kemudian panas turun kembaliO: - k/u sedang- T: 36,20c- RR: 18x/m- Ps. Nampak memegang dadanya- Pernafasan dalam dan lambat- Ps. Tampak gelisahA: CKRP: therapi dilanjutkan

II Mengkaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi. Menjaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti meninggikan kepala tempat tidur selama pasien makan atau selama pemberian makanan lewat selang NGT. Menganjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien. Memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.S: Tn. B mengatakan masih belum selera makan dan minum- Keluarga mengatakan ps. Makan kalau di paksa karena minum obatO: - turgor kulit kurang- Bibir pucat- Ps. Tampak lemasA: CKRP: therapi dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 251.Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.Johnson & Mass. 2008. Nursing Outcomes Classifications. 2nd edition. New York: Mosby-Year Book incMcCloskey & Bulechek. 2008. Nursing Interventions Classifications. 4th edition. New York: Mosby-Year Book incNANDA. 2009-2011. Nursing Diagnosis: Definitions and classification. Philadelphia, USA