bab i utek anggi neww

81
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendo, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur- struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005). Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh

Upload: yan-eshad

Post on 19-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Utek Anggi Neww

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan

bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem

muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot

rangka, tendo, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan

struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal

dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut

timbul primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari

bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda

utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman ,

yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat

(Price, Wilson, 2005).

Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah

radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen

infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi

atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan

kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002).

Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi

piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau

Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada

tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan 1

Page 2: BAB I Utek Anggi Neww

2

jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis

adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang

tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli

orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat

dengan hilangnya jaringan lunak. Oleh karena itu penulis mengangkat kasus ini

agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien osteomilitis untuk

mengatasi agar tidak terjadinya infeksi lebih lajut dan tidak terjadi komplikasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien

osteomilitisdengan menerapkan asuhan keperawatansecara benar, tepat dan

sesuai dengan standar keperawatan secara professional.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data pada klien

osteomilitis

b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data.

c. Mampu menbuat perencanaan pada klien osteomilitis

d. Mampu memberikan implementasi berdasarkan rencana yang sudah

disusun.

e. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien

osteomilitis

f. Mampu mendokumentasikan tindakan yang dilakukan pada klien

osteomilitis

Page 3: BAB I Utek Anggi Neww

3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar

1. Definisi

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum

dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh)

atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2010:257).

Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri

piogenik (Overdoff, 2010: 571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis

adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium

dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi

tulang. Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang. Osteomyelitis akut adalah

infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma

tulang, biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, staphylococcus aureus, atau

streptococcus pyogenes (Tucker, 2010:429).

Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan

tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh

bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut

dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal

yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari

osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 2011:1200)

3

Page 4: BAB I Utek Anggi Neww

4

2. Etiologi

Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%).

Organisme penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan

pneumococcus. Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang

berhubungan dengan keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat

menyebabkan atau memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan

sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang

bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka

tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan traumatik

osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua

karena factor  penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami

infeksi melalui 3 cara:

1. Aliran darah

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain

ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada

anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani

dianalisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan terhadap

infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi

jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada

perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.

Page 5: BAB I Utek Anggi Neww

5

2. Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang

terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang

menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama

pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang

setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di

daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau

kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah

atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi,

bisa menyebar ke tulang tengkorak.

3. Anatomi Fisiologi

Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran,

tapi mereka masih punya stuktur yang sama. Lapisan yang paling luar di

sebut periosteum dimana terdapat pembuluh darah saraf. Lapisan dibawah

periosterium mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang

sharfeyks, yang masuk ketulang di sebut korteks. Karena itu korteks

sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun

solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut

sistem Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut lamellae,

ruangan sempit antara lamellae disebut lakunae (didalamnya terdapat

osteosit) dan kanalikuli. Tiap sepanjang tulang panjang dan didalamnya

Page 6: BAB I Utek Anggi Neww

6

terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui kanal

Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang

dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang

merupakan akhir akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya Trabekulae

(batang) dari tulang. Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga

disebut tulang spon yang didalamnya terdapat bone marrow yang

membentuk sel-sel darah merah yang memproduksi sel darah merah

melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas

sel-sel lunak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat

Embolism Syndrom (FES).

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu :

1. Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada dibawah

tulang baru.

2. Osteosit adalah oateoblast yang ada pada matriks.

3. Osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel

tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-

elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh

benang kolagen, protein, krbohidrat, mineral, dan substansi dasar

(gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan

sampah metabolisme antara tulang dengan pembuluh darah. Selain itu,

didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat)

yang menyebabkan tulang keras. Sedangkan aliran darah dalam tulang

antara 200-400 ml/menit melalui proses vaskularisasi tulang

Page 7: BAB I Utek Anggi Neww

7

Tulang panjang adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana

ujungnya bundar dan sering menahan beban berat. Tulang panjang terdiri

atas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis

(ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi

kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung dan

mempermudah pergerakkan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin.

Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan

struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang

panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah

pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan

penutup tulang sedangkan rongga medula (marrow) adalah pusat dari

diafisis.

( Black, J.M, et al, 2010)

4. Klasifikasi

1) Osteomyelitis Akut

Dua kategori primer dari osteomyelitis akut yaitu osteomyelitis

hematogen dan osteomyelitis direct/ eksogen.

a. Osteomyelitis hematogen merupakan infeksi yang disebabkan oleh

penyebaran bakteri melalui darah. Terjadi 20% menyerang anak-anak

pada tulang panjang. Pada dewasa terutama pada pengguna obat

narkotika suntikan biasanya menyerang tulang punggung. Infeksi

biasanya hanya mengenai satu tulang dan sering mengenai tulang

kering (tibia), tulang paha (femur), tulang pangkal lengan (humerus).

Page 8: BAB I Utek Anggi Neww

8

b. Osteomyelitis direct disebabkan oleh kontak langsung jaringan dan

bakteri selama trauma atau pembedahan.

2) Osteomyelitis Subakut

Dibandingkan dengan osteomyelitis hematogenous akut,

osteomyelitis subakut memiliki onset yang lebih mendadak dan kurang

memiliki gejala yang jelas, sehingga membuat diagnosis menjadi sulit.

Osteomyelitis subakut ini cukup sering ditemukan. Jones et al

melaporkan bahwa 35% pasien mereka dengan infeksi tulang memiliki

osteomyelitis subakut.

3) Osteomyelitis Kronik

Osteomyelitis akut yang tidak diterapi secara adekuat, akan

berkembang menjadi osteomyelitis kronik. Osteomyelitis subakut dan

kronik biasanya terjadi pada dewasa. Umumnya, infeksi tulang ini

merupakan sekunder dari luka terbuka, sangat sering berupa luka terbuka

pada tulang dan sekitar jaringan lunak

5. Patofisiologi

Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.

Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus,

dan pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin

terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui

infeksi didekatnya atau secara langsung selama pembedahan. Reaksi

inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus

mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan

Page 9: BAB I Utek Anggi Neww

9

abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan

tulang baru dibawah perioteum yang diterangkan diatas dan disekitar

jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus

keluar.

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi

tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada

Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.

Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram

negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi

dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan-stadium 1) dan sering

berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi

awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah

pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat

penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,

peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada

pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan

nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan

medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah

periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.

Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan

membentuk abses tulang.

Page 10: BAB I Utek Anggi Neww

10

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang

lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses

yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati

(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak

dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan

lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi

sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun

sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses

kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis.

(Overdoff, 2002:541, Kapita Selekta Kedoktran 2010)

Page 11: BAB I Utek Anggi Neww

11

6. Woc

7. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis osteomielitis berkembang secara progenesis penyakit,

antaralain :

1. Osteomyelitis akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada

keadaan ini, mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakteri pada

kulit dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan

pada daerah infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi

anggota gerak yang bersangkutan. Gejala umum timbul akibat

bakteremia dan septikemia yang berupa panas tinggi, malaise, serta

nafsu makan berkurang. Pada orang dewasa, lokasi infeksi biasanya

pada daerah torakolumbal yang terjadi akibat torako sintesis atau

prosedur urologis dan dapat ditemukan adanya riwayat diabetes

Page 12: BAB I Utek Anggi Neww

12

mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan

imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat tentang hal tersebut perlu

ditanyakan.

2. Osteomielitis hematogen subakut. Gambaran klinis yang dapat

ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan, dan

dapat pula lansia menjadi pincang. Terdapat nyeri pada area sekitar

sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu

tubuh lansia biasanya normal. Pada pemerikasaan laboratorium,

leukosit umumnya normal, tetapi laju endap darah meningkat. Pada

foto rontgen, biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama

pada aderah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang pada

daerah diafisis tulang panjang.

3. Osteomielitis kronis. Sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar

dari luka sinus setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan

kadang-kadang disertai demam dan nyeri local yang hilang timbul di

daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan

adanya sinus, fistel, atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan.

Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui

kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada

lansia.

8. Komplikasi

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi

yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat

Page 13: BAB I Utek Anggi Neww

13

mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat

mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena

infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan

ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah

sebagai berikut:

1. Abses Tulang

2. Bakteremia

3. Fraktur Patologis

4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)

5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.

6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

9. Penatalaksanaan Medis

Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai

kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita

1. penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.

2. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.

3. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam

4. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.

5. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah

6. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan

antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan

jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta

ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya

menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.

Page 14: BAB I Utek Anggi Neww

14

7. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi

hambatan aliran pembuluh balik.

8. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B, dan C

10. Pemeriksaan Diagnostik

1. Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif dapat

memperlihatkan peradangan di tulang (MRI)

2. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap

dan laju endap darah yang mengisyaratkan adanya infeksi yang

sedang berlangsung.

Neutrofil meningkat (N: 2,2 - 7,5 109/L). LED meningkat (N: 1-10

mm/jam.

3. Aspirasi untuk memperoleh pus dari subkutis, subperiost atau fokus

radang di metafisis

4. Complement Reactive Protein (CRP) meningkat (N:<5 mg/L). CRP dan

LED yang tinggi sering dijumpai pada awal infeksi.

5. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan

diikuti dengan uji sensitivitas.

6. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan

infeksi oleh bakteri Salmonella.

7. Pemeriksaan Biopsi tulang.

Page 15: BAB I Utek Anggi Neww

15

Merupakan pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan

laboratorium, dalam hal ini yang diambil adalah sumsum tulang pada

daerah yang dicurigai.

8. Pemeriksaan Rontgen

Mungkin belum ditemukan tanda peradangan tulang yang jelas, atau

hanya terlihat tanda-tanda kerusakan tulang yang lokal dan dikelilingi

daerah yang kurang Calcium (zat kapur)

9. CT Scan dan MRI

Seperti pada pemeriksaan rontgen, terlihat gambaran kerusakan tulang,

dan mungkin terlihat proses kerusakan mulai di daerah jaringan lunak

sekitar tulang. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan

infeksi dari kelainan tulang. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan

menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah,

nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri.

Page 16: BAB I Utek Anggi Neww

16

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

1) Identitas Klien

Nama :

Umur :

No. MR :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Agama :

Alamat :

Tanggal Masuk :

Tanggal Pengkajian :

2) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien pernah menderita penyakit yang mungkin sehubungan

dengan Osteomielitis seperti trauma, luka terbuka, tindakan operasi

khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi, kecelakaan yang mungkin

berhubungan dengan tulang.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Biasanya klien mengeluhkan nyeri konstan pada daerah infeksi atau

nyeri tekan atau lokal, terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang

bersangkutan, biasanya sedikit pembengkakan, terdapat nyeri pada area

sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan.

Page 17: BAB I Utek Anggi Neww

17

Osteomielitis kronis. Sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar

dari luka sinus setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan

kadang-kadang disertai demam dan nyeri local yang hilang timbul di

daerah anggota gerak tertentu.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya tidak ada keluarga mempunyai penyakit yang sama

sepertiklien karea osteomielitis bukan merupakan penyakit keturunan.

3) Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Biasanya tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak

ada penonjolan tidak ada sakit kepala).

b. Leher: Biasanya tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,

reflex menelan ada).

c. Wajah: Biasanya terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi

atau bentuk.

d. Mata: Biasanya tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis

(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan).

Klien osteomielitis yang desertai adanya malnutrisi lama biasanya

mengalami konjungtiva anemis, biasanya tidak ada gangguan

mengangkat kelopak mata, pupil isokor.

e. Telinga : Biasanya tes bisik atau Weber masih dalam keadaan

normal, tidak ada lesi atau nyeri tekan.

f. Hidung : Biasanya tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping

hidung.

Page 18: BAB I Utek Anggi Neww

18

g. Mulut : Biasanya tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi

perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

h. Abdomen :

I : Biasanya bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

P : Biasanya turgor baik, hepar tidak teraba

P : Biasanya suara timpani, ada pantulan gelombang cairan.

A : Peristaltik usus normal (20 kali/menit).

i. Status mental : status mental tidak mengalami perubahan.

j. Urinaria: Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah,

karakteristik dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak

mengalami kelainan pada system ini.

k. Genitalia : Biasanya tidak ada hernia, tidak ada kesulitan defekasi.

l. Sistem Integumen : Biasanya Kerusakan integritas jaringan pada kulit

karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan

bening berbau khas.

m. Ekstremitas: Biasanya pada osteomielitis hematogen akut akan

ditemukan gangguan pergerakan sendi karena pembengkakan sendi

dan gangguan bertambah berat bila terjadi spasme local. Gangguan

pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi

sendi (arteritis septik). Secara umum, klien osteomielitis kronis

menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus

atau cairan bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi

Page 19: BAB I Utek Anggi Neww

19

dan proses supurasi. Biasanya terdapat adalah adanya gangguan/

keterbatasan gerak sendi pada osteomielitis akut.

4) Data Aktivitas Sehari – Hari

a. Pola nutrisi dan metabolisme:

Biasanya klien osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C,

dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang.

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan

penyebab masalah muskuloskletal dan mengantisipasi komplikasi

dari nutrisi yang tidak adekuat, terauma kalsium atau protein.

Masalah nyeri pada osteomielitis menebabkan klien kadang mual

atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

b. Pola eliminasi:

Biasanya tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji

frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih,

dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.

c. Pola tidur dan istirahat.

Biasanya semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan

adalah lama tidur, suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta

penggunaan obat tidur.

Page 20: BAB I Utek Anggi Neww

20

5) Riwayat psikososial

Biasanya pasien sering kali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak

dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah

sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan

khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injuri biologi

(bakteri)

2) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan

abses tulang

3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan

rentang gerak.

4) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

5) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi

penyakit dan pengobatan.

6) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan proses pembedahan,

deformitas, bau dari adanya luka.

Page 21: BAB I Utek Anggi Neww

21

3. Intervensi Keperawatan

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan

Kriteria

Hasil

Intervensi

KeperawatanRasional

1 1. Gangguan

rasa nyaman

nyeri

berhubungan

dengan agen

injuri biologi

(bakteri)

Tujuan:

Setelah

diberikan

intervensi

2x24 jam

diharapkan

nyeri

berkurang

atau hilang

Kriteria

Hasil :

- Nyeri

berkurang /

hilang

- Skala nyeri

0-4

- Klien tidak

tampak

meringis

1. Kaji karakteristik

nyeri, lokasi,

skala, dan

intensitas nyeri

2. Pertahankan

imobilisasi

1. Tingkat dan

intensitas nyeri

merupakan data

dasar yang

dibutuhkan

perawat sebagai

pedoman

pengambilan

intervensi,

2. membantu

meringankan

tugas tulang

dalam

mempertahankan

postur tubuh

sehingga tidak

terjadi kekakuan

daerah sekitar

Page 22: BAB I Utek Anggi Neww

22

lagi

- Gerakan

melokalisir 

nyeri (-)

3. Tinggikan

ekstrimitas yang

nyeri

4. Ajarkan teknik

relaksasi (nafas

dalam)

5. Pertahankan

posisi tepat pada

ekstremitas yang

dijahit.

6. Pantau tanda –

tanda vital seperti

tekanan darah,

nadi, pernafasan,

3. Peninggian

ekstrimitas dapat

membantu

meningkatkan

aliran balik vena

yang

menyebabkan

pembengkakan

berkurang

4. Teknik relaksasi

(nafas dalam )

dapat membantu

menurunkan

tingkat

ketegangan

5. Menurunkan

spasme otot dan

tegangan pada

jaringan sekitar.

6. Memudahkan

dalam

melakukan

tindakan

Page 23: BAB I Utek Anggi Neww

23

suhu.

7. Anjurkan klien

untuk beristirahat

8. Kolaborasi

pemberian

analgesik

sesuai program

terapi

7. Dengan istirahat

dapat

menurunkan

nyeri

8. Analgesik

berfungsi untuk

melakukan

hambatan pada

sensor  nyeri

2 Resiko

terhadap

perluasan

infeksi

berhubungan

dengan

pembentukan

abses tulang

Tujuan:

Setelah

diberikan

intervensi 2

x 24 jam

diharapkan

tidak terjadi

perluasan

pada infeksi

dan infeksi

dapat

teratasi

Kriteria

1. Observasi tanda –

tanda vital seperti

tekanan darah,

nadi, pernafasan,

suhu.

2. Pertahankan

teknik aseptic

bila mengganti

balutan/ merawat

luka

3. Inspeksi balutan

dan luka,

perhatikan

1. Peningkatan

suhu dapat

menunjukkan

terjadinya

infeksi.

2. Meminimalkan

kesempatan

introduksi

bakteri

3. Deteksi dini

terjadinya

infeksi

Page 24: BAB I Utek Anggi Neww

24

Hasil :

- Tidak ada

tanda –

tanda

infeksi

- Suhu tubuh

tetap

normal

- Tidak ada

pus yang

keluar

- Luka

terlihat

kering

karakteristik

drainase.

4. Tutup balutan

dengan

menggunakan

balutan yang

bersih & steril

5. Berikan antibiotic

sesuai indikasi.

memberikan

kesempatan

untuk intervensi

tepat waktu dan

mencegah

komplikasi

lebih serius.

4. Mencegah

kontaminasi

5. Antibiotik

berfungsi untuk

mencegah

infeksi lebih

lanjut.

3 Gangguan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan nyeri

dan

keterbatasan

Tujuan :

Setelah

dilakukan pe

rawatan,

klien dapat

melakukan

1. Lakukan

imobilisasi

dengan

bidai pada daerah

yang mengalami

kerusakan.

1. Imobilisasi

dapat

mengurangi

pergerakan

daerah cedera

sehingga tidak

Page 25: BAB I Utek Anggi Neww

25

rentang gerak. mobilisasi

dengan atau

tanpa

bantuan

perawat

Kriteria

hasil:

- Klien

dapatmelak

ukan ROM

aktif

- Klien

dapat berpi-

ndah

dengan bant

-uan alat

2. Ajarkan

pengguaaan alat

bantu berpindah

3. Jelaskan pada

klien tentang

pentingnya

pembatasan

aktivitas

4. Latihan ROM

aktif dan

perpindahan

maksimal 2 kali

dalam sehari

terjadi

kerusakan yang

2. Klien mungkin

baru mengenal

dan tidak dapat

menggunakan

alat bantu

mobilitas seperti

kruk atau

walker

3. Klien mungkin

tidak mengerti

mengenai tujuan

pembatasan

gerak, sehingga

perawat harus

memberikan

penyuluhan

4. Latihan ROM

dapat mencegah

penurunan masa

otot, kontraktur

dan peningkatan

Page 26: BAB I Utek Anggi Neww

26

5. Anjurkan 

partisipasi aktif

sesuai

kemampuan

dalam kegiatan

sehari-hari

vaskularisasi.

Sehingga tidak

timbul

komplikasi

5. Partisipasi aktif

dapat membantu

pemulihan

kesehatan dan

melatih

kekuatan otot,

sehingga

diharapkan

klien dapat

mempertahanka

n kekuatannya

4 Hipertermi

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan :

Setelah

dilakukan pe

rawatan,

klien tidak

mengalami

hipertermi

Kriteria

1. Pantau  suhu

tubuh setiap 2

jam, warna kulit,

TD, nadi dan

pernapasan,

hidrasi (turgor

dan kelembapan

kulit

1. Memberikan

dasar untuk

deteksi hati.

Page 27: BAB I Utek Anggi Neww

27

hasil:

- Klien tidak

mengalami

dehidrasi

lebih lanjut

- suhu tubuh

normal

- Tidak mual

2. Lepaskan pakaian

yang berlebihan

3. Lakukan kompres

dingin atau

kantong es untuk

menurunkan

kenaikan suhu

tubuh.

4. Motivasi asupan

cairan

2. Pakaian yang

tidak berlebihan

dapat menguragi

peningkatan suhu

tubuh dan dapat

memberikan rasa

nyaman

3. Menurunkan

panas melalui

proses konduksi

serta evaporasi,

dan

meningkatkan

kenyaman pasien.

4. Memperbaiki

kehilangan cairan

akibat perspirasi

serta febris dan

meningkatkan

tingkat

kenyamanan

pasien.

Page 28: BAB I Utek Anggi Neww

28

5. Beriakan obat

antipiretik sesuai

dengan anjuran

5. Antipiretik

membantu

mengontrol

peningkatan suhu

tubuh

5. Ansietas

berhubungan

dengan kurang

pengetahuan

tentang

kondisi

penyakit dan

pengobatan.

Tujuan :

Setelah

dilakukan

perawatan,

ansietas

berkurang

atau hilang

Kriteria

hasil:

- Ekspresi

wajah

relaks

- Cemas dan

rasa takut

hilang atau

berkurang

1. Jelaskan tujuan

pengobatan pada

pasien

2. Kaji patologi

masalah individu.

3. Kaji ulang tanda /

gejala yang

memerlukan

evaluasi medik

cepat, contoh

nyeri dada tiba-

1. Mengorientasi

program

pengobatan.

Membantu

menyadarkan

klien untuk

memperoleh

kontrol

2. Informasi

menurunkan

takut karena

ketidaktahuan.

3. Memberikan

pengetahuan

dasar untuk

pemahaman

kondisi dinamik.

Page 29: BAB I Utek Anggi Neww

29

tiba, dispnea,

distres

pernapasan

lanjut.

4. Kaji ulang

praktik kesehatan

yang baik,

istirahat.

Kolaborasi

5. Gunakan obat

sedatif sesuai

dengan anjuran

4. Mempertahankan

kesehatan umum

meningkatkan

penyembuhan

dan dapat

mencegah

kekambuhan.

5. Banyak pasien

yang

membutuhkan

obat penenang

untuk mengontrol

ansietasnya

6. Gangguan

gambaran diri

berhubungan

dengan proses

pembedahan,

Tujuan :

Setelah

dilakukan pe

rawatan,

diharapkan

1. Kaji perubahan

persepsi dan

hubungannya

dengan

ketidakmampuan

1. Menentukan

bantuan individu

dalam menyusun

rencana

perawatan

Page 30: BAB I Utek Anggi Neww

30

deformitas,

bau dari

adanya luka.

gambaran

diri

meningkat

Kriteria

hasil:

- Klien dapat

beradaptasi

dengan baik

- Klien

mampu

mengungka

pkan

perasaanny

a.

- Klien

mampu

menyatakan

penerimaan

diri

2. Ingatkan kembali

realitas bahwa

klien masih dapat

menggunakan sisi

yang sakit dan

belajar

mengontrol sisi

yang sehat

3. Bersama klien

mencari lateratif

koping yang

positif.

4. Bantu dan

anjurkan

perawatan yang

baik dan

memperbaiki

kebiasaan.

2. Memantu klien

menerima bagian

tubuh yang sakit

untuk merasakan

harapan dan

mulai menerima

situasi baru.

3. Dukungan

perawat kepada

klien

meningkatkan

rasa percaya diri

4. Membantu

meningkatkan

perasaan diri dan

mengontrol lebih

dari satu area

kehidupan.

Page 31: BAB I Utek Anggi Neww

31

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Tn. M

Umur : 47 Tahun

No. Rekam Medik : 62.65.72

Agama : Islam

Pekerjaan : Sopir

Pendidikan : Tamat SD

Suku Bangsa : Minang

Jenis Kelamin : Laki – laki

Alamat : Nag III koto JR Turawan Kec. Batu Sangkar

Tanggal Masuk : 30 Maret 2013

Diagnosa Medik : Osteomilietis

Tanggal Operasi : 4 Maret 2013

Tanggal Pengkajian : 09 Maret 2013

Sumber Informasi : Klien dan keluarga klien.

Ruang Rawat : Bangsal Trauma Center RSUP. Dr. M. Djamil

Padang

Page 32: BAB I Utek Anggi Neww

32

Penanggung Jawab

Nama : Ny. N

Hubungan : Istri

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan klien mengalami kecelakaan pada tahun 1999,

klien mengatakan, klien mengatakan sering terjadi infeksi pada bekas

luka jahitan, pada tahun 2001 klien mengatakan dipasang pen pada

bagian tibia fibula, setelah pemasangan pen klien mengatakan sering

terjadi infeksi dan akhirnya pen dilepas, klien mengatakan klien datang

kerumah sakit karena terjadinya infeksi kembali dan pada hari kamis

tanggal 4 Maret 2013 klien dilakukan kembali.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan nyeri pada bagian luka jahitan, klien mengatakan

kaki bagian luka jahitan kadang terasa seperti ditusuk – tusuk, klien

mengatakan jika kaki diluruskan sakit, klien mengatakan luka kadang

tersa gatal – gatal, klien mengatakan kadang klien merasa putus asa

karena sudah lama belum sembuh.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang

sama seperti klien, klien mengatakan tidak ada keluarga mempunyai

riwayat hipertensi, riwayat diabetes milietus, riwayat penyakit jantung,

riwayat asma tidak ada.

Page 33: BAB I Utek Anggi Neww

33

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

GCS : 15, E4 V5 M6

2) Tanda – tanda vital

Tekanan Darah : 150/90 mmHg.

Nadi : 90 kali/ menit

Pernafasan : 24 kali/menit

Suhu : 36,1 0C

b. Kepala

1) Rambut

Keadaan rambut bersih, rambut tidak rontok, rambut berwarna

hitam, tidak ada hematoma dan luka operasi.

2) Wajah

Wajah tidak terlihat pucat

3) Mata

Mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak

anemis , tampak lingkar hitam pada mata.

4) Hidung

Hidung simetris kiri dan kanan, klien tidak menggunakan alat bantu

pernafasan,tidak tampak adanya polip, tidak ada sekret dan darah

5) Mulut dan tenggorokan

Mulut tidak berbau, tidak terdapat karies pada gigi, tonsil tidak

mengalami perdangan.

Page 34: BAB I Utek Anggi Neww

34

c. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tyroid

d. Dada / thorak

I : Rongga dada simetris kiri dan kanan, pernafasan menggunakan

perut, tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

P : Fremitus kiri sama dengan kanan.

P : Sonor

A : Suara nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan seperti whezzing

dan ronkhi.

e. Jantung

I : Ictus cordis tidak terlihat

P : Ictus cordis tidak teraba

P : Sonor

A : Irama jantung teratur, kekuatan kuat.

f. Abdomen

I : Pertu tidak acites, tidak ada bekas jahitan dan operasi

A : Bising usu normal 7 kali / menit.

P : Tympani

P : Tidak ada nyeri tekan

g. Genitalia

Klien tidak terpasang kateter, tidak nyeri pada alatvital, urine berwarna

jernih, bau khas.

Page 35: BAB I Utek Anggi Neww

35

h. Ekstremitas

Kiri atas : Tampak sedikit edema, terpasang pump

Kiri bawah : Tidak tampak edema

Kanan atas : Tidak tampak edema

Kanan bawah: Tampak edema, tampak sedikit pus dan darah, tampak

Jahitan, adanya nyeri tekan.

Kekuatan otot :

5 5 5 5 5 5

5 5 5 3 3 3

i. Sistem Integumen

Turgor kulit tampak kering, kulit berwarna sawo matang.

4. Pola Kebiasaan Sehari - Hari

No Pola Kebiasaan Sehari hari Sehat Sakit

1.

2.

Nutrisi :

Makan

Minum

Eliminasi

BAB : Frekuensi

Waktu

Warna

BAK : Frekuensi

3 – 4 kali sehari

7 -8 gelas sehari

Lembek

1 – 2 kali di pagi

hari

Kekuningan

5 – 6 kali sehari

3 kali sehari

6 – 7 gelas sehari

Lembek

Tidak menentu

Kekuningan

4 - 5 kali sehari

Page 36: BAB I Utek Anggi Neww

36

3.

4.

Warna

Bau

Tidur/istirahat

Siang

Malam

Aktivitas :

Mandi

Menggunakan Pakaian

Jernih

Khas

1 – 2 jam

6 - 7 jam

Mandiri

Mandiri

Jernih

Khas

1 jam

6 jam

Mandiri

Mandiri

5. Data Psikososial

Klien mengatakan sudah mulai putus asa dengan penyakitnya karena

sudah bertahun – tahun tidak kunjung sembuh, klien mengatakan selalu

mendapatkan dukungan dari keluarga terutama istrinya.

6. Data Spiritual

Klien mengatakan sewaktu sehat klien melaksanakan ibadahnya dengan

rajin, tetapi saat klien sakit klien jarang melakukan ibadah.

7. Data Sosisal Ekonomi

Klien merupakan dari keluarga sederhana dan cara pembayaran

pengobatan dari Jamkesmas.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Radiologi

b. Pemeriksaan Laboratorium

Nama : Tn. M No. RM : 62.65.72

Umur : 47 Tahun Tanggal : 5 Maret 2013

Page 37: BAB I Utek Anggi Neww

37

Parameter Hasil Satuan Remarks Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin

Leukosit

11,6

18,6

g/dl

103 /mm3

Rendah

Tinggi

13,00 – 16.00

5,00 – 10,00

9. Pengobatan

Ceftriaxone 2 x 500 g

Page 38: BAB I Utek Anggi Neww

38

ANALISA DATA

Nama : Tn. M

Tanggal : 9 Maret 2013

NO. DATA MASALAH ETIOLOGI

1. Ds :

-Klien mengatakan luka kadang terasa

gatal

-Klien mengatakan sebelumnya

pernah mengalami infeksi saat

pemasangan pen

-Klien mengatakan sebelumnya sudah

dilakukan prosedur bedah

Do :

-Tampak pus dan darah pada luka

jahitan

-Tampak kemerahan pada daerah

sekitar luka jahitan

-Tampak sedikit edema

-Leukosit : 18,6

-Aroma terasa sedikit berbau

-Luka jahitan sepanjang 25 cm

Infeksi Pembentukan

abses tulang

Page 39: BAB I Utek Anggi Neww

39

2. Ds.

-Klien mengatakan nyeri pada luka

jahitan

-Klien mengatakan luka kadang

seperti ditusuk – tusuk

-Klien mengatakan jika kaki

diluruskan terasa sakit

Do :

-Klien tampak meringis

-Skala nyeri 4

- Intensitas nyeri sedang

-Tampak jahitan sepanjang 26 cm

-Bagian nyeri di tibia fibula

-Tekanan Darah : 150/90 mmHg.

Nadi : 90 kali/ menit

Pernafasan : 24 kali/menit

Suhu : 36,1 0C

Gangguan rasa

nyama nyeri

Agen cidera

biologis

3. Ds :

-Klien mengatakan sudah 4 kali

dilakukan pembedahan

-Klien mengatakan sudah putus asa

dengan penyakitnya.

Gangguan

gambaran diri

Pembedahan

Page 40: BAB I Utek Anggi Neww

40

Do :

-Klien tampak sedikit sedih

-Klien tampak sedikit mengeluh

-Klien banyak bicara

B. Diagnosa Keperawatan

No

.

Diagnosa

Keperawatan

Tanggal

ditegakkan

Tanda

Tangan

Tanggal

Teratasi

Tanda

Tangan

1.

2.

3.

Infeksi berhubungan

dengan pembentukan

abses tulang

Gangguan rasa nyaman

nyeri berhubungan dengan

agen cidera biologis

Gangguan gambaran diri

berhubungan dengan

pembedahan

9 Maret

2013

9 Maret

2013

9 Maret

2013

Page 41: BAB I Utek Anggi Neww

41

C. Intervensi Keperawatan

No.Diagnosa

Keperawatan

Tujuan

Kriteria

Hasil

Intervensi

KeperawatanRasional

1 Infeksi

berhubungan

dengan

pembentukan

abses tulang

Tujuan:

Setelah

diberikan

intervensi

2x24 jam

diharapkan

tidak terjadi

perluasan

pada infeksi

dan infeksi

dapat

teratasi

Kriteria

Hasil :

- Tidak ada

tanda –

tanda

infeksi

- Suhu tubuh

1. Observasi tanda –

tanda vital seperti

tekanan darah,

nadi, pernafasan,

suhu.

2. Pertahankan teknik

aseptic bila

mengganti balutan/

merawat luka

3. Inspeksi balutan

dan luka,

perhatikan

karakteristik

drainase.

4. Tutup balutan

1. Peningkatan suhu

dapat

menunjukkan

terjadinya infeksi.

2. Meminimalkan

kesempatan

introduksi bakteri

3. Deteksi dini

terjadinya infeksi

memberikan

kesempatan untuk

intervensi tepat

waktu dan

mencegah

komplikasi lebiih

serius.

Page 42: BAB I Utek Anggi Neww

42

tetap

normal

- Tidak ada

pus yang

keluar

Luka

terlihat

kering

dengan

menggunakan

balutan yang

bersih & steril

5. Berikan antibiotic

sesuai indikasi.

4. Mencegah

kontaminasi

5. Antibiotik

berfungsi untuk

menvegah infeksi

lebih lanjut.

2 Gangguan rasa

nyama nyeri

berhubungan

dengan agen

cidera biologis

Tujuan:

Setelah

diberikan

intervensi 2

x 24 jam

diharapkan

nyeri berkur

ang atau

hilang

Kriteria

Hasil :

- Nyeri

berkurang /

hilang

1. Kaji karakteristik

nyeri, lokasi, skala,

dan intensitas nyeri

2. Pertahankan

imobilisasi

1. Tingkat dan

intensitas nyeri

merupakan data

dasar yang

dibutuhkan perawat

sebagai pedoman

pengambilan

intervensi

2. Membantu

meringankan

tugas tulang

dalam

mempertahankan

postur tubuh

Page 43: BAB I Utek Anggi Neww

43

- Skala nyeri

0-4

- Klien tidak

tampak

meringis

lagi

- Gerakan

melokalisir

nyeri (-)

3. Tinggikan

ekstrimitas yang

Nyeri

4. Ajarkan teknik

relaksasi (nafas

dalam)

5. Pertahankan posisi

tepat pada

ekstremitas yang

dijahit.

6. Pantau tanda –

sehingga tidak

terjadi kekakuan

daerah sekitar

3. Peninggian

ekstrimitas dapat

membantu

meningkatkan

aliran balik vena

yang

menyebabkan

pembengkakan

berkurang

4. Teknik relaksasi

(nafas dalam )

dapat membantu

menurunkan

tingkat

ketegangan

5. Menurunkan

spasme otot dan

tegangan pada

jaringan sekitar.

6. Memudahkan

Page 44: BAB I Utek Anggi Neww

44

tanda vital seperti

tekanan darah,

nadi, pernafasan,

suhu.

7. Anjurkan klien

untuk beristirahat.

8. Kolaborasi

pemberian

analgesik

sesuai program

terapi

dalam melakukan

tindakan

7. Dengan istirahat

dapat menurunkan

nyeri

8. Analgesik

berfungsi untuk

melakukan

hambatan pada

sensor nyeri

3 Gangguan

gambaran diri

berhubungan

dengan

pembedahan

Tujuan :

Setelah

dilakukan p

erawatan,

diharapkan

gambaran

diri

meningkat

Kriteria

hasil:

- Klien dapat

beradaptasi

1. Kaji perubahan

persepsi dan

hubungannya

dengan

ketidakmampuan

2. Ingatkan kembali

realitas bahwa

klien masih dapat

menggunakan sisi

yang sakit dan

belajar mengontrol

1. Menentukan

bantuan individu

dalam menyusun

rencana

perawatan

2. Memantu klien

menerima

bagian tubuh

yang sakit untuk

merasakan

harapan dan

Page 45: BAB I Utek Anggi Neww

45

dengan

baik

- Klien

mampu

mengungka

pkan

perasaanny

a.

- Klien

mampu

menyatak

an

penerimaan

diri

sisi yang sehat

3. Bersama klien

mencari lateratif

koping yang

positif.

4. Bantu dan

anjurkan

perawatan yang

baik dan

memperbaiki

kebiasaan.

mulai menerima

situasi baru.

3. Dukungan

perawat kepada

klien

meningkatkan

rasa percaya diri

4. Membantu

meningkatkan

perasaan diri dan

mengontrol lebih

dari satu area

kehidupan.

Page 46: BAB I Utek Anggi Neww

46

D. Implementasi dan Evaluasi

NoDiagnosa

Keperawatan

Hari,

TanggalImplementasi

Hari,

TanggalEvaluasi

1 Infeksi

berhubungan

dengan

pembentukan

abses tulang

Selasa

9 Maret

2013

1. Mengobservasi

tanda – tanda

vital seperti

tekanan darah,

nadi,

pernafasan,

suhu.

2. Mempertahank

an teknik

aseptic bila

mengganti

balutan/

merawat luka

3. Menginspeksi

balutan dan

luka,

perhatikan

karakteristik

drainase.

4. Melakukan

Selasa

9 Maret

2013

S :

-Klien

mengatakan

luka kadang

terasa gatal

-Klien

mengatakan

sebelumnya

pernah

mengalami

infeksi saat

pemasangan

pen

-Klien

mengatakan

sebelumnya

sudah

dilakukan

prosedur

bedah

Page 47: BAB I Utek Anggi Neww

47

redressing atau

pembersihan

luka secara

steril

5. Menutup

balutan dengan

menggunakan

balutan yang

bersih & steril

6. Memberikan

antibiotic

ceftriaxone 2 x

500 gr.

O :

-Tampak pus

dan darah

pada luka

jahitan

-Tampak

kemerahan

pada daerah

sekitar luka

jahitan

-Tampak

sedikit

edema

-Leukosit : 18,6

-Aroma terasa

sedikit

berbau

-Luka jahitan

sepanjang 25

cm

A : Masalah

belum teratasi

P : Intervensi

Page 48: BAB I Utek Anggi Neww

48

dilanjutkan

1. Mengobserva

si tanda –

tanda vital

2. Mempertahan

kan teknik

aseptic

3. Menginspeks

i balutan dan

luka,

4. Melakukan

redressing

atau

pembersihan

luka Menutup

balutan

5. Memberikan

antibiotic

ceftriaxone 2

x 500 gr.

2 Gangguan rasa

nyaman nyeri

berhubungan

Selasa

9 Maret

2013

1. Mengkaji

karakteristik

nyeri, lokasi,

Selasa

9 Maret

2013

S :

-Klien

mengatakan

Page 49: BAB I Utek Anggi Neww

49

dengan agen

cidera biologis

skala, dan

intensitas

nyeri

2. Mempertahan

kan

imobilisasi

3. Mengajarkan

teknik

relaksasi

(nafas dalam)

4. Mempertahan

kan posisi

tepat pada

ekstremitas

yang dijahit.

5. Memantau

tanda – tanda

vital seperti

tekanan darah,

nadi,

pernafasan,

suhu.

6. Menganjurkan

nyeri pada

luka jahitan

-Klien

mengatakan

luka kadang

seperti

ditusuk-tusuk

-Klien

mengatakan

jika kaki

diluruskan

terasa sakit

O :

-Klien tampak

meringis

-Skala nyeri 4

- Intensitas nyeri

sedang

-Tampak

jahitan

sepanjang 26

cm

-Bagian nyeri di

Page 50: BAB I Utek Anggi Neww

50

klien untuk

beristirahat.

tibia fibula

-Tekanan Darah

: 150/90

mmHg.

Nadi : 90

kali/ menit

Pernafasan :

24 kali/menit

Suhu : 36,1

0C

A : Masalah

teratasi

sebagian

P : Intervensi

dilanjutkan

3 Gangguan

gambaran diri

berhubungan

dengan

pembedahan

Selasa

9 Maret

2013

1. Mengkaji

perubahan

persepsi dan

hubungannya

dengan

ketidakmampu

an

Selasa

9 Maret

2013

S :

-Klien

mengatakan

sudah 4 kali

dilakukan

pembedahan

-Klien

Page 51: BAB I Utek Anggi Neww

51

2. Mengingatkan

kembali

realitas bahwa

klien masih

dapat

menggunakan

sisi yang sakit

dan belajar

mengontrol

sisi yang sehat

3. Membantu dan

anjurkan

perawatan

yang baik dan

memperbaiki

kebiasaan.

mengatakan

sudah putus

asa dengan

penyakitnya.

O :

-Klien tampak

sedikit sedih

-Klien tampak

sedikit

mengeluh

-Klien banyak

bicara

A : masalah

teratasi

sebagian

P : Intervensi

dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

Page 52: BAB I Utek Anggi Neww

52

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mutataqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

NANDA. 2005. Diagnosa Keperawatan: Defini & Klasifikasi 2005-2006. NANDA International, Philadelphia