tinjauan pustaka plasenta previa.docx

35
LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA Oleh I Ketut Anom Widyantara Eka Dana Weka Mona H1A 006 017 PEMBIMBING : dr. A. Rusdhy A. H., SpOG. DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

Upload: dini-fadilla

Post on 03-Jan-2016

121 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tinjauan Pustaka Plasenta Previa

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA

Oleh

I Ketut Anom Widyantara Eka Dana Weka Mona

H1A 006 017

PEMBIMBING :

dr. A. Rusdhy A. H., SpOG.

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB

MATARAM

2011

Page 2: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.

Laporan kasus yang berjudul “Plasenta Previa” ini disusun dalam rangka mengikuti

Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Genikologi Rumah Sakit Umum

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:

1. Dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, SpOG., selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan

dan Kandungan RSU Mataram dan selaku pembimbing.

2. Dr. Agus Thoriq, SpOG., selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan

dan Kandungan RSU Mataram.

3. Dr. H. Doddy A. K., SpOG (K)., selaku supervisor.

4. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, SpOG., selaku supervisor.

5. Dr. Made Punarbawa, SpOG., selaku supervisor.

6. Dr. I M. W. Mahayasa, SpOG., selaku pembimbing.

7. Dr. I M. P. Juliawan, SpOG., selaku supervisor.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

kami harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan

khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari

sebagai dokter. Terima kasih.

Mataram, Agustus 2011

Penulis

Page 3: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagian besar (60-80%) kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan sebagiannya

lagi disebabkan oleh persalinan macet, sepsis, tekanan darah tinggi saat kehamilan, dan

komplikasi dari aborsi yang tidak aman. Setiap perdarahan pada kehamilan harus selalu

dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut

sebagai abortus, sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut sebagai perdarahan

antepartum atau Antepartum Bleeding (APB). Dahulu batas teoritis kehamilan tua adalah

umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Namun seiring dengan kemajuan di bidang

perawatan intensif, WHO mengubah batasan kehamilan tua menjadi umur kehamilan

diatas 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus saat ini lebih tinggi1,2.

Plasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada

trimester ketiga. Angka kejadian plasenta previa sekitar 1 dari 200 persalinan. Insiden pada

multipara berkisar 1 dari 20 proses kelahiran. Di AS resiko terjadinya plasenta previa

meningkat 1,5 sampai 5 kali lipat pada wanita dengan riwayat seksio sesarea. Pada wanita

dengan faktor kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun, multipara, riwayat dilatasi dan

kuretase, dan merokok akan meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa3.

Di negara yang sedang berkembang, perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh

plasenta previa, hampir selalu merupakan malapetaka besar bagi penderita maupun

penolongnya karena dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun

pada janinnya. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC

(Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat

disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing,

pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion.

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan

pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang

dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko

kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa.

Page 4: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, dimana plasenta

berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

ostium uteri internum pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Implantasi plasenta

yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di daerah fundus

uteri4,5.

Gambar 1. Implantasi Normal Plasenta

2.2 KLASIFIKASI

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim

ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi plasenta yang berimplantasi

pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim

setelah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan

meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup

oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa

ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal.

Menurut De Snoo, plasenta previa dapat diklasifikasikan sebagai berikut4,6:

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium

uteri internum.

Page 5: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri

internum.

3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium

uteri internum.

4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari

ostium uteri internum.

Terdapat juga literatur yang membagi plasenta previa dengan menggunakan

pembagian grade, yaitu grade I sampai grade IV, setiap grade berperan menentukan

beratnya plasenta previa dan juga penatalaksanaan yang tepat. Grade I dan II termasuk

kriteria minor dan masih memungkinkan persalinan pervaginam. Sementara itu Grade III

dan IV termasuk kriteria major yang tidak memungkinkan untuk persalinan pervaginam

sehingga dibutuhkan tindakan operasi. Pembagian plasenta previa berdasarkan berdasarkan

grade ini yaitu sebagai berikut7,8.

Tabel 1. Pembagian plasenta previa

Grade Deskripsi

Minor I Plasenta berada pada segmen bawah rahim tetapi tepi terbawah tidak

mencapai ostium uteri internum

II Tepi terbawah dari plasenta letak rendah mencapai ostium uteri

internum tetapi tidak menutupinya

Mayor III Plasenta menutupi ostium uteri internum tetapi asimteris

IV Plasenta menutupi ostium uteri internum secara simetris

Keadaan lain, yang disebut vasa previa, adalah keadaan dengan pembuluh-pembuluh

janin berjalan melewati selaput ketuban dan terdapat di ostium uteri internum. Kondisi ini

merupakan penyebab perdarahan antepartum yang jarang dan memiliki angka kematian

janin yang tinggi.

Page 6: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

Gambar 2. Kiri Klasifikasi Plasenta Previa ; Kanan Gambaran Ultrasonografi yang

menunjukkan plasenta previa grade I pada kehamilan 32 minggu.

2.3 EPIDEMIOLOGI

2.3.1 INSIDENSI

Secara umum, di seluruh dunia insiden plasenta previa berkisar antara 1 dalam 200

hingga 1 dalam 390 kehamilan pada umur kehamilan diatas 28 minggu. Di Indonesia, pada

beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insiden plasenta previa berkisar 1,7%

sampai dengan 2,9%. Di Negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1%, hal

ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya wanita hamil paritas tinggi. Insiden

meningkat 20 kali pada grande multipara. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum,

plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian

perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu3,4,9.

2.3.2 FAKTOR RESIKO

Page 7: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

Penyebab utama terjadinya plasenta previa tidak diketahui. Tetapi ada beberapa

faktor resiko yang menyebabkan meningkatnya kemungkinan seseorang untuk mengalami

plasenta previa, yaitu9,10:

1. Operasi sesar sebelumnya. Pada wanita–wanita yang pernah menjalani operasi sesar

sebelumnya, maka sekitar 1% wanita tersebut akan mengalami plasenta previa.

Resiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih operasi sesar

dimana 10% wanita tersebut akan mengalami plasenta previa.

2. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase

atau aborsi medisinalis.

3. Multiparitas dan jarak kehamilan. Plasenta previa terjadi pada 1 dari 1500 wanita

yang baru pertama kali hamil. Bagaimanapun, pada wanita yang telah 5 kali hamil

atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta previa adalah 1 diantara 20 kehamilan.

Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta

sebelumnya.

4. Usia ibu hamil. Diantara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19 tahun, hanya 1

dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih

dari 35 tahun 3 kali lebih berisiko akan mengalami plasenta previa.

5. Kehamilan dengan janin lebih dari satu.

6. Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol. Pada perempuan perokok

dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.

7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan

bagi penempelan plasenta.

8. Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa

jaringan parut berisiko 0,26%. Terdapatnya jaringan parut bekas operasi berperan

menaikkan insiden dua sampai tiga kali lipat.

9. Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.

10. Malnutrisi ibu hamil.

2.4 ETIOLOGI

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui

secara pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen

bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai

salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin

Page 8: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim

misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses

peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai

faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan

insiden dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa

lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok

menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang

mengalami hipertrofi akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Plasenta yang

terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan

pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau

seluruh ostium uteri internum4.

2.5 PATOFISIOLOGI

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada timester ketiga dan mungkin juga

lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan

mengalami pelepasan. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim,

maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat

pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks

mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas.

Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu

dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah

rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable

bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena

segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen

otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak

akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan

kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta yang akan mengakibatkan

perdarahan yang berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan

segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan

mengulang terjadinya perdarahan. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri

internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim

terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya, pada

plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati

Page 9: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak

pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di

bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke

atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka

perdarahan lebih mudah terjadi ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma

retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke

dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta

previa4.

2.6 GAMBARAN KLINIK

Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, plasenta previa

memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri (painless bleeding)10.

Ciri-ciri plasenta previa :

1. Perdarahan tanpa nyeri. Sekitar dua pertiga pasien menunjukkan gejala sebelum

36 minggu masa gestasi, dengan setengah dari pasien ini menampakkan gejala

sebelum 30 minggu masa gestasi.

2. Perdarahan berulang

3. Warna perdarahan merah segar

4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah

5. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

6. Denyut jantung janin ada

7. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

8. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul

9. Presentasi mungkin abnormal.

2.7 DIAGNOSIS

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya

ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah4.

1. Anamnesis

Page 10: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan > 22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa

alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari

anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.

2. Pemeriksaan luar

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila presentasi

kepala, biasanya kepala masih melayang. Tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seperti

letak lintang atau sungsang.

3. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pedarahan berasal dari ostium

uteri eksternum atau dari kelainan dari organ genitalia bagian dalam lainnya.

4. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Dapat dilakukan dengan menggunakan radiografi, radioisotop, dan ultrasonografi.

Pemeriksaan radiografi dan radioisotop masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang cukup

tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan. Sedangkan penggunaan USG tidak

menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak menimbulkan rasa nyeri.

5. Penentuan letak plasenta secara langsung

Pemeriksaannya dilakukan dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis secara

langsung. Hal ini dilakukan apabila penanganan konservatif tidak dapat dilakukan, dan

ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan siap operasi.

2.8 PENATALAKSANAAN

Semua penderita perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam

kecuali kemungkinan plasenta previa telah disingkirkan atau diagnosa solusio plasenta

telah ditegakkan. Penatalaksanaan plasenta previa di RSUP NTB yang tercantum dalam

Standar Pelayanan Medik (2008), dibedakan menjadi 2, yaitu11 :

1. Perawatan konservatif

2. Perawatan aktif

2.8.1 Perawatan konservatif

Dilakukan pada bayi prematur dengan TBJ < 2500 gram atau umur kehamilan < 37

minggu dengan syarat denyut jantung janin baik dan perdarahan sedikit atau berhenti.

Cara perawatan :

Page 11: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

a. Observasi ketat di kamar bersalin selama 24 jam

b. Keadaan umum ibu diperbaiki, bila anemia berikan transfusi PRC (Packed Red Cell)

sampai Hb 10-11 gr%

c. Berikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin (kemungkinan perawatan

konservatif gagal) dengan injeksi Betametason/Deksametason 12 mg tiap 12 jam bila

usia kehamilan < 35 minggu atau TBJ < 2000 gram

d. Bila perdarahan telah berhenti, penderita dipindahkan ke ruang perawatan dan tirah

baring selama 2 hari, bila tidak ada perdarahan dapat mobilisasi.

e. Observasi perdarahan, denyut jantung janin dan tekanan darah setiap 6 jam.

f. Bila perdarahan berulang dilakukan penanganan aktif

g. Bila perdarahan ulang tidak terjadi setelah dilakukan mobilisasi penderita

dipulangkan dengan nasehat :

Istirahat

Dilarang koitus

Segera masuk Rumah Sakit bila terjadi perdarahan lagi

Kontrol tiap minggu

2.8.2 Perawatan aktif

Segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika perdarahan aktif (perdarahan > 500 cc

dalam 30 menit) dan diagnosa sudah ditegakkan segera dilakukan seksio sesarea dengan

memperhatikan keadaan umum ibu. Perawatan aktif dilakukan apabila :

- Perdarahan aktif

- Perkiraan berat bayi > 2000 gram

- Gawat janin

- Anemia dengan Hb < 6 g%, janin hidup, perkiraan berat bayi > 2000 gram

2.9 PROGNOSIS

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan

dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG,

disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah

sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang

pernah melahirkan dengan seksio sesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang

diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat

Page 12: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

sosialisasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa.

Dengan demikian banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin

masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun

karena intervensi seksio sesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa

dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan. Pada satu penelitian yang

melibatkan 93.000 persalinan oleh Crane dan kawan-kawan (1999) dilaporkan angka

kelahiran prematur 47%. Hubungan hambatan pertumbuhan janin dan kelainan bawaan

dengan plasenta previa belum terbukti4.

Page 13: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

BAB III

I. IDENTITAS :

Nama : Ny. JK

Usia : 32 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Suku : Sasak

Alamat : Presak, Pagutan

II. ANAMNESA :

Keluhan utama : Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien rujukan Polindes Pagutan dengan diagnosa G3P2A0H0 30-31 mg T/H dengan APB

susp. Plasenta Previa dibawa ke VK-IRD RSUP NTB jam 00.10 (27 Juni 2011). Pasien

mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak ± 2 jam yang lalu hari minggu (26 Juni 2011)

pukul 22.00 wita, darah yang keluar berwarna merah segar merembes melalui jalan lahir

saat pasien sedang beristirahat, darah keluar dalam jumlah banyak dan terus menerus

namun tidak disertai nyeri perut. Pasien mengatakan merasa pusing seperti berputar dan

penglihatan dirasakan berkunang, tidak ada riwayat keluar air, bloody slim (-), nyeri perut

(-), riwayat trauma (-) pasien masih merasakan gerakan janin.

Kronologis :

26 Juni 2011 pukul 22.00

Keluar darah darah berwarna merah segar merembes dari jalan lahir dan tidak nyeri.

26 Juni 2011 pukul 22.30

Darah terus keluar berwarna merah segar merembes dari jalan lahir dan tidak nyeri.

Kemudian pasien langsung ke Polindes Pagutan.

26 Juni 2011 pukul 24.00

Pasien langsung dirujuk ke RSUP NTB.

Page 14: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit yang membuat dirinya dirawat di RS.

Pasien mempunyai riwayat asma. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengaku tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien

tidak ada yang mengidap asma, hipertensi dan diabetes mellitus.

Riwayat Obstetri :

Pasien pertama kali haid pada usia 17 tahun. Siklus haid 28 hari, lama haid ± 7 hari, tidak

ada nyeri selama haid. Pasien telah menikah ± 11 tahun, dan ini merupakan pernikahan

pertamanya. Selama ini pasien menggunakan alat kontrasepsi suntikan, dan berencana

untuk menggunakan metode kontrasepsi steril setelah kehamilan. Kehamilan ini

merupakan kehamilan ketiga bagi pasien.

Riwayat Obstetri :

1. Preterm, 1800 gram, Dukun, Spt, Laki-Laki, 10 th.

2. Preterm, 1900 gram, Bidan, Spt, Laki-Laki, 4 th.

3. Ini

HPHT : 25 November 2010

HTP : 2 September 2011

Riwayat ANC : > 4 kali, ANC terakhir pada tanggal 6 Juni 2011

Riwayat KB : pasien menggunakan KB suntik 3 bulan

III. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Frekuensi nadi : 84 x/menit

Frekuensi napas : 20 x/menit

Suhu : 36,5 ⁰C

Mata : An -/-, Ikterus -/-

Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen : luka bekas operasi (-), striae gravidarum (+)

Page 15: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+

IV. STATUS OBSTETRI

a. Leopold I : bokong

b. Leopold II : punggung kanan

c. Leopold III : kepala

d. Leopold IV : belum masuk PAP

- TFU : 24 cm

- TBJ : 1.860 gram

- His : (-)

- DJJ : 11.12.11 ( 136 kali/menit )

- Pemeriksaan Dalam

Evaluasi vagina

Inspeksi : livide (+), perdarahan merembes pervaginam (+)

Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)

Tidak dilakukan

Inspekulo:

Fluksus (+), flour (-)

Vagina: rugae (+), erosi (-)

OUE: tampak darah merembes melalui OUE

Porsio: ukuran normal, licin, warna kemerahan, permukaan erosi (-), massa (-), cavum

douglas menonjol (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi (USG):

- Janin T/H/IU letkep

- FM (+)

- FHB (+)

- Sex : laki-laki

- AC : 33W2D

- BPD : 33W2D

- FL : 33W2D

Page 16: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

- EDD : 33W

- Plasenta di korpus lateral kiri samping SBR menutupi sebagian OUI

- Air ketuban jernih cukup

- Kesan : plasenta previa parsialis

Pemeriksaan darah lengkap dan tes HbSAg (27-06-2011)

- WBC : 12,8 x 103 µL

- Hb : 11,1 g/dL

- RBC : 3,91 x 106 µL

- PLT : 252 x 103 µL

- HbSAg : (-)

VI. DIAGNOSIS

G3P2A0H2 30-31 mg/T/H/IU presentasi kepala dengan Antepartum Bleeding (APB)

e.c. Plasenta Previa Parsialis.

VII. RENCANA TINDAKAN

1. Penanganan konservatif plasenta previa

2. Observasi keadaan ibu dan janin

3. Observasi tanda-tanda vital

4. Observasi perdarahan

5. Memberikan Deksamethason 12 mg/12 jam IV selama 2 hari

6. Memberikan Ampicillin 1 gram/8 jam

7. Apabila terjadi pendarahan aktif lakukan penanganan aktif dengan Seksio Sesarea

8. KIE :

- Menasehati ibu agar makan dan minum yang bergizi

- Menganjurkan ibu istirahat total

Page 17: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita 30 tahun yang

kemudian didiagnosa dengan diagnosa G3P2A0H2 umur kehamilan 30-31 minggu,

tunggal, hidup, intrauterine dengan Antepartum Bleeding e.c plasenta previa parsialis.

Selanjutnya akan dibahas :

1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ?

G3P2A0H2 umur kehamilan 30-31 minggu, tunggal, hidup, intrauterine dengan

Antepartum Bleeding e.c plasenta previa parsialis. Pasien di diagnosa hamil karena

memenuhi beberapa kriteria kehamilan, diantaranya tanda-tanda tidak pasti kehamilan

yaitu : amenorrhea, perut membesar, pigmentasi kulit pada areola mammae, striae

gravidarum pada kulit abdomen. Dan tanda pasti kehamilan yaitu : adanya gerak janin,

pemeriksaan leopold I-IV yang dapat meraba bagian besar dan kecil janin, balottement (+),

tedapat denyut jantung janin dan terdapat janin pada pemeriksaan penunjang (USG). Usia

kehamilan pasien ini dihitung berdasarkan rumus Naegelle dengan HPHT 25-11-2010 dan

tanggal taksiran persalinan 02-09-2011, sehingga umur kehamilan saat pasien datang

adalah 30-31 minggu. Pemeriksaan tinggi fundus uteri 24 cm dengan taksiran berat janin

1860 gram dengan menggunakan Formula Johnson. Janin tunggal hidup dinilai dari

pemeriksaan Leopold yang memberi kesan adanya satu janin dengan letak membujur

dimana teraba bokong di bagian fundus, punggung di sebelah kanan dan ekstremitas di

sebelah kiri, serta kepala berada di bagian bawah. Ini dipertegas dengan hasil pemeriksaan

Ultrasonografi (USG).

Diagnosa perdarahan antepartum (APB) ditegakkan karena pasien mengeluh

perdarahan pada umur kehamilan > 22 minggu. Perdarahan ini biasanya bersumber dari

kelainan plasenta yaitu plasenta previa atau solusio plasenta. Namun dari gejala klinis yang

dialami pasien lebih mendekati gejala plasenta previa dibandingkan gejala solusio plasenta.

Gejala klinis plasenta previa pada kasus ini antara lain, perdarahan dengan warna darah

merah segar yang tidak disertai nyeri perut, perdarahan tanpa sebab, jumlah perdarahan

sesuai dengan kondisi pasien, bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul, dan

kondisi janin dalam keadaan baik. Diagnosa ini dipertegas dengan hasil pemeriksaan

inspekulo dimana tampak darah merembes dari ostium uteri eksternum dan hasil USG,

Page 18: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

dimana didapatkan plasenta berada di korpus lateral kiri samping segmen bawah rahim

menutupi sebagian ostium uteri internum. Perdarahan yang terjadi pada pasien ini

dikatakan tidak aktif karena jumlah darah yang keluar kurang dari 500 cc dalam waktu 30

menit. Sehingga, pasien ini di diagnosa dengan perdarahan antepartum e.c plasenta previa

parsialis.

2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?

Pada pasien ini dilakukan penanganan konservatif mengingat pada saat pasien datang

tidak ditemukan perdarahan aktif, umur kehamilan kurang dari 37 minggu (30-31 minggu),

serta bayi prematur dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram.

Pada pasien ini diberikan terapi deksametason, antibiotik dan SF. Pemberian

deksametason adalah sebagai upaya untuk melakukan maturisasi terhadap paru janin

dengan injeksi deksametason 12 gram/12 jam selama dua hari. Kriteria pemberian

deksametason pada pasien ini adalah karena umur kehamilan telah diatas 28 minggu dan

dibawah 35 minggu serta taksiran berat janin kurang dari 2000 gram. Pemberian antibiotik

yaitu amoxicillin tab 3 x 500 mg adalah sebagai profilaksis untuk mencegah terjadinya

infeksi. Sementara itu pemberian SF adalah sebagai hematinik.

Setelah dua hari perawatan di ruang perawatan, pasien telah dapat dipulangkan

dengan sebelumnya telah dilakukan mobilisasi. Nasehat yang diberikan kepada pasien

adalah untuk istirahat yang cukup, tidak melakukan koitus, segera kembali ke rumah sakit

apabila terjadi perdarahan kembali dan untuk memeriksakaan diri satu minggu lagi.

3. Apa penyebab plasenta previa pada kasus ini ?

Faktor predisposisi dari pasien ini adalah multiparitas dan kebiasaan suami pasien

yang tidak sehat yaitu merokok. Multiparitas menyebabkan plasenta previa, karena secara

teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.

Sedangkan kebiasaan merokok maupun menghisap asap rokok secara tidak langsung juga

dapat menyebabkan plasenta previa. Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil

pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi.

Plasenta yang mengalami hipertrofi akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum.

Dalam kepustakaan, penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara

pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya, gangguan

implantasi blastokista dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme

yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa. Penyebab blastokista

Page 19: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui secara pasti. Mungkin secara

kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar

belakang lain yang mungkin. Sementara itu vaskularisasi desidua yang tidak memadai,

mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat

rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam

proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang

sebagai faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa. Dari beberapa penelitian diketahui

bahwa telah dapat dibuktikan adanya faktor-faktor risiko terjadinya plasenta previa

termasuk umur ibu, banyaknya jumlah kehamilan dan kelahiran, merokok selama hamil

dan riwayat operasi sesar.

Page 20: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:

1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yaitu USG yaitu G3P2A0H2 30-31 minggu/T/H/IU dengan

Antepartum Bleeding e.c plasenta previa parsialis.

2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu terapi konservatif

plasenta previa

3. Faktor predisposisi dari pasien ini adalah multiparitas dan kebiasaan suami pasien yang

tidak sehat yaitu merokok

Page 21: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

CATATAN PERKEMBANGAN

Waktu Subjektif Objektif Assesment Rencana27-06-2011 Pusing (+)

Nyeri perut (-) Vital Sign

TD : 110/70 mmHgN : 84 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,6oC

HIS (-) FM (+) DJJ : 136x/mnt Perdarahan aktif (-) Pemeriksaan Lab :

WBC : 12,8 x 103 µLHb : 11,1 g/dLRBC : 3,91 x 106 µLPLT : 252 x 103 µLHbSAg : (-)

G3P2A0H2 30-31 mg/T/H presentasi kepala dengan APB e.c. susp Plasenta Previa

Observasi keadaan ibu dan janin

Observasi tanda-tanda vital Observasi perdarahan Terapi deksametason,

amoxicillin dan SF Pro USG KIE :

Menasehati ibu agar makan dan minum yang bergiziMenganjurkan ibu istirahat total

28-06-2011 Pusing (+)Keluar darah (+)Nyeri perut (-)

Vital SignTD : 100/70 mmHgN : 80 x/menitRR : 18 x/menitTo : 36,6oC

HIS (-) FM (+) DJJ : 132x/mnt Perdarahan aktif (+) USG :

Janin T/H/IU letkep

G3P2A0H2 30-31 mg/T/H presentasi kepala dengan APB e.c. Plasenta Previa Parsialis

Observasi keadaan ibu dan janin

Observasi tanda vital Observasi perdarahan Terapi deksametason,

amoxicillin dan SF KIE :

Menasehati ibu agar makan dan minum yang bergiziMenganjurkan ibu istirahat total

Page 22: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

FM (+) ; FHB (+)Sex : laki-lakiAC : 33W2DBPD : 33W2DFL : 33W2DEDD : 33WPlasenta di korpus lateral kiri samping SBR menutupi sebagian OUIAir ketuban jernih cukupKesan : plasenta previa parsialis

29-06-2011 Pusing (+)Nyeri perut (-)Keluar darah (-)

Vital SignTD : 100/70 mmHgN : 80 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,6oC

HIS (-) FM (+) DJJ : 132x/mnt Perdarahan aktif (-)

G3P2A0H2 30-31 mg/T/H presentasi kepala dengan APB e.c. Plasenta Previa Parsialis

Observasi keadaan ibu dan janin

Observasi tanda vital Observasi perdarahan Terapi amoxicillin dan SF KIE :

Menasehati ibu agar makan dan minum yang bergiziMenganjurkan ibu untuk mobilisasi

30-06-2011 Pusing (-)Nyeri perut (-)Keluar darah (-)

Vital SignTD : 90/70 mmHgN : 84 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,6oC

HIS (-)

G3P2A0H2 30-31 mg/T/H presentasi kepala dengan APB e.c. Plasenta Previa Parsialis

Observasi keadaan ibu dan janin

Observasi tanda vital Observasi perdarahan Terapi amoxicillin dan SF KIE :

Menasehati ibu agar makan

Page 23: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

FM (+) DJJ : 136x/mnt Perdarahan aktif (-)

dan minum yang bergiziMenganjurkan ibu untuk mobilisasi

01-07-2011 Pusing (-)Nyeri perut (-)Keluar darah (-)

Vital SignTD : 100/70 mmHgN : 84 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,7oC

HIS (-) FM (+) DJJ : 140x/mnt Perdarahan aktif (-)

G3P2A0H2 30-31 mg/T/H presentasi kepala dengan APB e.c. Plasenta Previa Parsialis

Terapi amoxicillin dan SF Pasien boleh pulang KIE :

- Menasehati ibu agar makan dan minum yang bergizi

- Istirahat yang cukup- Bila perdarahan segera

kembali ke Rumah Sakit- Kontrol tiap minggu- Dilarang koitus

Page 24: Tinjauan Pustaka Plasenta Previa.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Konje JC and Walley RJ. 2000. Bleeding in Late Pregnancy, in High Risk

Pregnancy: Management Option. London: WB Saunders Co.Ltd.

2. World Health Organization (WHO). 1996. Revised 1990 estimates of maternal

mortality: A new approach by WHO and UNICEF. Geneva, WHO.

3. Miller, D.A. (2004). Obstetric Hemorrhage. Available from:

http:// www.obfocus.com (Accessed: August, 18 2011).

4. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada Alat

Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

5. Ohio State University. (2003). Placenta Previa. Available from:

http://medicalcenter.osu.edu (Accessed: August, 18 2011)

6. Cunningham FG et al. 2003. Williams Obstetrics 21st edition, United States of

America: The McGraw-Hill Companies inc.

7. Peatkin J, Peattie AB and Magowan BA. 2003. Obstetrics and Gynecology: an

Illustrated Colour Text. Philadelphia, USA: Churchull Livingstone.

8. Hamilton-Fairley D. 2004. Lecture Notes of Obstetrics and Gynaecology. Australia:

Blackwell Science Ltd.

9. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE and Wallach EE. 2007. John Hopkins Manual

of Gynecology and Obstetrics 3rd Edition. Baltimore, Maryland : Lippincott Williams

& Wilkins.

10. Gunawan, Abadi. 2004. Perdarahan pada Hamil Tua. Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin : Makasar

11. Doddy, A. K., et al. 2001. Standar Pelayanan Medik Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSU Provinsi Nusa Tenggara Barat. RSU

Mataram : Mataram