bab 2

9
BAB 2. PEMBAHASAN  2.1 Pengertian Analisis Vegetasi Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono dalam Irwanto, 2007). Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Para pakar ekologi menggunakan analisis vegetasi sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem. Analisis vegetasi tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan , stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokk an ke dalam 3 kategori yaitu : 1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingk an dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. 2. Menduga tentang keragama n jenis dalam suatu areal. 3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau  beberapa faktor lingkungan (Gre ig-Smi th dalam Bhi ma Wibawa Santoso ). Hal utama dalam analisis vegetasi adalah cara mendapatkan data, terutama data kuantitatif dari semua spesies tumbuhan penyusun vegetasi, parameter kuantitatif dan kualitatif yang diperlukan, peny ajian data, dan interpretasi data agar dapat mengemuk akan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh. Beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan, antara lain fisiognomi, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, dan bentuk pertumbuhan:

Upload: indra

Post on 06-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengertian Analisis Vegetasi

TRANSCRIPT

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 1/9

BAB 2. PEMBAHASAN 

2.1 Pengertian Analisis Vegetasi 

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis

yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut

terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri

maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh

serta dinamis (Marsono dalam Irwanto, 2007). Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya

kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana

individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas

tumbuh-tumbuhan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain

karena berbeda pula faktor lingkungannya.

Para pakar ekologi menggunakan analisis vegetasi sebagai alat untuk memperlihatkan

informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem. Analisis

vegetasi tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi.

Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk

keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk

menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis

vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu

komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi

dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :

1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan

membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.

2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.

3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith dalam Bhima Wibawa Santoso).

Hal utama dalam analisis vegetasi adalah cara mendapatkan data, terutama data

kuantitatif dari semua spesies tumbuhan penyusun vegetasi, parameter kuantitatif dan

kualitatif yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data agar dapat mengemukakan

komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh.

Beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan, antara lain fisiognomi, stratifikasi,

kelimpahan, penyebaran, dan bentuk pertumbuhan:

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 2/9

a.  Fisiognomi adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat

dideskripsikan berdasarkan pada penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan tinggi

tumbuhan, dan warna tumbuhan yang tampak oleh mata.

 b.  Stratifikasi adalah distribusi tumbuhan dalam ruangan vertikal. Semua spesies tumbuhan

dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara vertikal tidak menempati ruang yang

sama.

c.  Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relatif spesies

organisme dalam komunitas. Menurut penaksiran kualitatif, kelimpahan dapat

dikelompokkan menjadi sangat jarang, jarang, sering, banyak atau berlimpah, dan sangat

 banyak (sangat berlimpah).

d.  Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organisme

 pada ruang secara horizontal, antara lain random, seragam, dan berkelompok.

e.  Bentuk pertumbuhan adalah penggolongan tumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya,

habitat, atau menurut karakteristik lainnya. Misalnya pohon, semak, perdu, dan herba.

Sedangkan untuk parameter parameter kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan, antara

lain densitas (kerapatan), frekuensi, dan dominansi. Berbagai jenis tumbuhan yang dominan

dalam komunitas dapat diketahui dengan mengukur dominansi tersebut. Ukuran dominansi

dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas

 basal area, dan indeks nilai penting (INP).

Seorang peneliti dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan

lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi

 penuh (metoda sensus) pada anggota suatu populasi dengan menggunakan sampling.

Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :

1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai

yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

2. Epifit ( Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon

dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.

3. Paku-pakuan ( Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma

seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.

4. Palma ( Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi;

tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari

1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

5. Pemanjat (Climber ) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri

namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 3/9

6. Terna ( Herba) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.

Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak

lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.

7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau

tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

2.2  Macam-Macam Metode Analisis Vegetasi 

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu

vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan

tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan

kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan

 berbagai kendala yang ada (Syafei dalam Bhima Wibawa Santoso). Macam-macam metode

analisis vegetasi yaitu metode destruktif, metode nondestruktif, metode floristik, dan metode

nonfloristik.

a.  Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak) 

Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan

ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan

 bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat

membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan

 penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik

untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi

tumbuhan.

b.  Metode nondestruktif  

Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan

 penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada taksonominya), dan

 pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara

taksonomi atau pendekatan floristika.

c.  Metode non-floristika 

Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi, seperti Du

Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang kemudian diekspresikan oleh

Eiten (1968) dan Unesco (1973) yang membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal,

yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan

 penutupan. Untuk setiap karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang

 pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 4/9

Untuk memahami metode non-floristika ini sebaiknya perlu dikaji dasar-dasar

 pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan

vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi

sama sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.

d.  Metode floristic 

Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi.

Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk

vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk masyarakat

tumbuhan tersebut, sehingga pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah

sangat dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristic ini sangat ditunjang dengan variable-variabel

yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi,

diantaranya adalah:

1.  Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.

2. 

Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu

kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi

tertentu atau dominasinya.

3.  Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan.

2.3 Teknik Sampling 

Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan

a.  Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur,

Metode Garis Berpetak)

 b.  Metode Tanpa Petak (Metode garis menyinggung, metode intersepsi titik, metode jarak, dan

metode kuadran) (Kusuma dalam Irwanto, 2007).

2.3.1  Metode Berpetak/ Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampli ng Technique)  Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering

digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Plot yang dibuat dalam teknik sampling

ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan

informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun plot

yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan.

Bentuk plot yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi

sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, plot berbentuk lingkaran

lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah dengan

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 5/9

mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, plot berbentuk lingkaran akan

memberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena

 perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi

vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat.

Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa

 petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding

 petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak

tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat. Untuk memudahkan

 perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, plot biasanya dibagi-bagi ke dalam

kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan

 bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal

ini Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat, yaitu:

a.  Ukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon

 b.  4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan

c.  1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba.

Tetapi, umummya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan potion ke dalam

 beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu:

a.  semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m),

 b.   pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter < 10 cm),

c.  tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan

d.   pohon dewasa (diameter > 20 cm).

Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan

tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang),

dan 1x1 m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).

(a). Petak Tunggal 

Dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang mewakili

suatu tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat ditentukan dengan kurva spesies-area. Untuk

lebih jelasnya suatu contoh petak tunggal dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Suatu petak tunggal dalam analisis vegetasi

(b). Petak Ganda 

Di dalam metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan

 banyak plot yang letaknya tersebar merata. Peletakan plot sebaiknya secara sistematis.

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 6/9

 

(c.) Metode Jalur 

Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut

kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat memotong garis-

garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan menaik atau menurun

lereng gunung.

Perhitungan besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode petak tunggal.

(d.) Metode Garis Berpetak  

Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau metode jalur,

yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga sepanjang

garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.

2.3.2  Metode Tanpa Petak (plotless) / metode tanpa kuadrat 

a.)  Metode kuadran 

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh

(plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tiang,

contohnya vegetasi hutan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui

komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga

dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area

cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar

sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan

membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi

 berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Berikut langkah-langkah kerja jika anda

akan melakukan penelitian/analisis vegetasi metode kudran:

1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu.

2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan

frekuensi.

3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap

tumbuhan.

4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.

5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa

tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 7/9

6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki

nilai penting terbesar.

b.) Metode Intersepsi Titik  

Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan

menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya

satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang

diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel

yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman dalam Bhima W.

Santoso). Berikut langkah-langkah kerja jika akan melakukan penelitian/analisis vegetasi

metode intersepsi titik:

1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali rafia.

2. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali rafia tersebut secara acak atau

sistematis.

3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan

frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.

4. Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.

5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap

tumbuhan.

6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.

7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa

tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.

8. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki

nilai penting terbesar.

2.4 Menghitung kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting 

a.  Densitas (kerapatan=K) adalah jumlah individu per satuan luas atau per unit volume.

Densitas spesies ke-i dapat dihitung dengan cara:

K-i = jumlah individu satuan jenis (i)

Luas seluruh plot

K Relatif (KR)-i = K suatu jenis x 100%

K total seluruh jenis

 b.  Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah plot tempat ditemukannya suatu spesies

dari sejumlah plot yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya

spesies dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Untuk

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 8/9

analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i), dan frekuensi

relatif spesies ke-i (FR-i) dapat dihitung dengan rumus berikut:

F-i = jumlah satuan petak yang diduduki oleh jenis (i)

Jumlah seluruh plot

FR-i = frekuensi jenis(i) x 100%

Jumlah frekuensi seluruh jenis

c.  Dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan

melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis, besarnya

ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan. Berikut rumusnya:

D-i = jumlah kerimbunan individu suatu jenis (i)

luas area sampel

DR-i = dominansi jenis (i) x 100%Jumlah dominansi seluruh jenis

d.  Indeks Nilai Penting (INP) atau important value index merupakan indeks

kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu vegetasi dalam ekosistemnya.

Apabila nilai INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi, maka jenis itu sangat mempengaruhi

kestabilan ekosistem tersebut.

Indeks nilai penting (INP) dapat digunakan untuk menentukan dominansi jenis

tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu komunitas yang bersifat

heterogen data parameter sendiri-sendiri dari nilai frekuensi, kerapatan, dan dominansinya

tidak dapat menggambarkan secara menyeluruh, maka untuk menentukan nilai pentingnya

yang mempunyai kaitan dengan struktur komunitasnya dapat diketahui dari INP nya. Yaitu

suatu indeks yang dihitung berdasarkan jumlah seluruh nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi

relatif (FR), dan dominansi relatif (DR) :

INP = KR+FR+DR  

Untuk mengetahui INP pada tingkat tumbuhan bawah (under stories), semai

(seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi

relatif (FR):

INP = KR+FR  

e.  Indeks Keanekaragaman (Index of Diversity) merupakan ciri tingkatan komunitas

 berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk

menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa

suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam

komunitas tersebut sangat tinggi.

7/17/2019 BAB 2

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-568c134461fe0 9/9

  Suatu komunitas tersebut dinyatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi

 jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya, suatu komunitas dinyatakan

rendah apabila komunitas tersebut disusun oleh spesies yang sedikit dan hanya ada spesies

yang dominan.