tutorial

45
TUTORIAL BLOK 2.2 KELOMPOK 3 Tutor : dr. Maria Estela Karolina, M. Si. Med Eka Setyorini A G1A114003 Maulina Analita G1A114004 Sartika Eka Putri G1A114005 Khalida Khairunnisa G1A114006 Adinda G1A114007 Enita Harianti G1A114008 Nurul Setiani G1A114009 Relia Seftiza G1A114010 Shanna Alysia Azis G1A114011 Yosi Pramelisa G1A114012 Rima Artika Mayanda G1A114049 Mirabella Citra B G1A114050

Upload: nskhld

Post on 08-Jul-2016

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tutorial 2.2

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial

TUTORIAL BLOK 2.2

KELOMPOK 3

Tutor : dr. Maria Estela Karolina, M. Si. Med

Eka Setyorini A G1A114003

Maulina Analita G1A114004

Sartika Eka Putri G1A114005

Khalida Khairunnisa G1A114006

Adinda G1A114007

Enita Harianti G1A114008

Nurul Setiani G1A114009

Relia Seftiza G1A114010

Shanna Alysia Azis G1A114011

Yosi Pramelisa G1A114012

Rima Artika Mayanda G1A114049

Mirabella Citra B G1A114050

Fitri Siti Rahmadani G1A114051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS JAMBI

Tahun Ajaran 2014/2015

Page 2: Tutorial

Skenario

Susno dan Duaji sedang mengamati foto – foto semenjak bayi hingga sekarang.

Susno bertanya – tanya bagaimana seseorang bisa bertambah tinggi dan bertambah besar?

Duaji bilang hal ini merupakan salah satu pengaruh dari hormone pertumbuhan (“Growth

Hormon”) yang dihasilkan hipofisis anterior. Selain hormone pertumbuhan, masih banyak

hormone-hormone lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan. Salah satu foto

mengingatkan mereka saat dikejar anjing tetangga. Hal ini membuat Susno bertanya,

hormone apa yang berperan dalam respon saat mereka dikejar anjing, sehingga mereka

merasakan respon “fight or flight” saat menghadapi stressor.

Page 3: Tutorial

Klarifikasi istilah:

1. Hormon pertumbuhan : Hormon yang dihasilkan hipofisis anterior

2. Hipofisis anterior : Kelejar di bawah hipotalamus

3. Stressor : Stimulus/peristiwa yang menimbulkan respon stress pada organisme

4. Respon : Reaksi/tanggapan terhadap suatu rangsangan

5. Fight or flight : Reaksi yang timbul apabila individu menghadapi bahaya yang mengancam

dirinya

6. Hormon : Zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu

pada aktivitas organ-organ di dalam tubuh

7. Pertumbuhan : Penambahan sel-sel dan bobot tubuh yang bersifat irreversible

Page 4: Tutorial

Identifikasi masalah:

1. Bagaimana anatomi, histologi dan fisiologi kelenjar endokrin?

2. Apa fungsi sistem endokrin?

3. Bagaimana klasifikasi dan cara kerja hormon?

4. Hormon apa saja yang di hasilkan hipofisis anterior dan posterior?

5. Apa pengaruh GH terhadap tubuh?

6. Apa akibat dari defisiensi dan kelebihan GH dalam tubuh?

7. Bagaimana seseorang bisa bertambah tinggi dan besar?

8. Bagaimana mekanisme dan efek fisiologi yang timbul dari respon fight or flight?

9. Hormon apa yang berperan saat menghadapi stessor?

Page 5: Tutorial

Analisis masalah :

1. Bagaimana anatomi, histologi dan fisiologi kelenjar endokrin?Anatomi1

Ginjal

- Letak : terletak di belakang peritoneum pada dinding posterior abdomen di

samping kanan dan kiri columna vertebralis dan sebagian besar tertutup oleh

arcus costalis.

- Vaskularisasi : a. Renalis, a. Segmentalis, a. Lobaris, a. Interlobaris, a. Arcuata, a.

Interlobulares, v. Renalis bermuara ke vena cava inferior.

- Innervasi: plexus sympaticus renalis dan serabut parasympatis (n. Vagus).

Lambung

- Letak:terletak di bagian atas abdomen

- Vaskularisasi: a. Gastrica dextra dan sinistra

a. Gastroomentalis dextra dan sinistra

a. Gastrica breves

v. gastrica dextra dan sinistra ke vena porta

v. gastrica brevis dan v. Gastroomentalis sinistra ke v. Renalis

yang dextra ke mesenterica superior

- Innervasi: serabut simpatis dari plexus coelicus dan serabut parasimpatis dari n.

Vagus

Page 6: Tutorial

Usus Halus

- Letak: terbentang dari pylorus gastricus

- Vaskularisasi:

Duodenum: a. Pancreatico duodenalis superior dan inferior v. pancreatico duodenalis superior ke v. Porta

v. pancreatico duodenalis inferior ke v. Mesenterica superior

Jejunum dan Ileum: cabang-cabang dari a. Mesenterica superior. Vena mengalirkan darahnya ke v. Mesenterica superior.

- Innervasi: Duodenum: plexus coeliacus dan plexus mesenterica superiorJejunum dan Ileum: plexus mesentericus superior

Jantung

- Letak: terletak didalam pericardium di mediastinum

- Vaskularisasi: a. Coronaria dextra dan sinistra, sinus coronaria

- Innervasi: plexus cardiacus

Glandula Pituitaria

- Letak: didalam sella turcica ossis sphenoidalis

- Vaskularisasi: a. Hypophysialis superior dan inferior

Venanya bermuara ke sinus cavernosus

- Innervasi: serabut simpatis berasal dari anyaman perivaskuler disekitarnya.

Serabut parasimpatis berasal dari n. Petrosus dan truncus hipotalamo-hipofisealis

Glandula Pineal

- Letak: dibelakang ventrikel 3 otak, ujung posterior dari corpus collosum

- Innervasi: serabut syaraf post ganglionik

Glandula Thyroid

- Letak: melekat pada larynx dan trakea, di anterior cartilago thyroid dibawah

larynx setinggi VC5-VC1

- Vaskularisasi: a. Thyroidea superior

v. thyroidea superior bermuara a. Jugularis interna

v. thyroidea inferior bermuara a. Brachiocephalica

v. thyroidea media bermuara a. Jugularis interna

Page 7: Tutorial

- Innervasi: ganglion sympathicum cervicale superius, medius, dan inferius.

Glandula Parathyroid

- Letak: terletak dalam bungkus fascia glandula thyroid

- Vaskularisasi: a. Thyroidea inferior dan superior

v. thyroidea superius, medius dan inferius

- Innervasi: ganglion sympathicum cervicale superius dan medius

Glandula Suprarenal

- Letak: terletak didekat kutub atas ginjal

Dextra: dibelakang lobus hepatis dex, terbentang ke medial dibelakang VC1,

dan posterior dari diafragma.

Sinistra: dibelakang pankreas, omentum minus, gaster serta posterior dari

diafragma.

- Vaskularisasi: a. Suprarenalis superior, media, dan inferior

Vena yang dextra muara ke v. Cava inferior

Vena yang sinistra muara ke v. Renalis sinistra.

- Innervasi: serabut preganglion simpatik berasal n. Splanicus

Pankreas

- Letak: terletak dibelakang dinding posterior abdomen di belakang peritoneum

- Vaskularisasi: a. Pankreatico duodenalis superior dan inferior

- Pankreatico magna, a. Pankreatico caudalis dan a. Pankreatico inferior

Vena sama dengan arteri bermuara ke sistem portae.

- Innervasi: serabut-serabut syaraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis

(n. Vagus).

Ovarium

- Letak: dibelakang legamentum latum oleh mesoovarium, posterior tuba uterina,

dinding lateral pelvis pada fossa ovarica

- Vaskularisasi: a. Ovarica, a. Uterina r. Ovarica

v. ovarica dextra muara v. Cava inferior

v. ovarica sinistra muara v. Renalis sinistra

Page 8: Tutorial

- Innervasi: plexus ovaricus

Testis

- Letak: didalam scrotum bagian bawah dinding anterior abdomen

- Vaskularisasi: a. Testicularis, plexus pampiniformis membentuk v. Testicularis

dextra dan vena testicularis sinistra muara ke v. Renalis sinistra

- Innervasi: N. Testicularis dan plexus renalis.

Histolongi2

1. Suprarenal Korteks

Zona glomerulosa : - terdapat di bawah simpai - epitelnya bulat dan poligonal - terdapat sinusoid dengan sel endotel di dalamnya

Zona fasikulata : - terdapat dibawah zona glomerulosa - epitel kuboid dan bersusun mengarah medula -banyak terdapat vakuol di dalam sitoplasma

Zona retikularis : - berbatasan dengan medula - sel mempunyai pigmen lipofisin berwarna kuning coklat - di antara sel terdapat sinusoid

Medula- Sel bersusun tidak beraturan - Bentuk sel poligonal dan bergranul coklat - Terdapat sel ganglion dengan sel yang besar dan inti besar - Terdapat sinusoid dan v.medularis

2. Kelenjar thyroid dan para thyroid

Kelenjar thyroid - Aktif : selnya tinggi dan tepian substansi koloid yang

berbatasan dengan epitel folikel tidak rata - Tidak aktif : selnya epitel gepeng dan substansi koloid memenuhi folikel - Selnya parafolikular

3. Hypofisis Pars anterior

Page 9: Tutorial

- Terdapat sel yang tidak beraturan dengan sinusoid diantaranya - Selnya bundar,lonjong atau poligonal - Inti bundar dan kromatin padat

Sel a (asidofil)- Sitoplasma bergranula merah - Inti biru dan bulat - Inti bundar dan kromatin padat

Sel b (basofil) - Sitoplasma bergranula biru - Inti dan sel idem sel a- Biasanya terdapat di sel a

Sel kromofob - Sitoplasma pucat - Kelihatan seakan tak bergranula - Terdapat diantara sel a dan b

Pars intermedia - Terletak diantara pars anterior dan pars nervosa hipofisi

Page 10: Tutorial

- Merupakan sisa kantong rathke berupa krista yang berisi substansi merah homogen di dalamnya

Pars posterior - Bagian yang tampak pucat karena tidak ada serat syaraf tak bermielin

FISIOLOGI3

Sistem endokrin terlibat dalam semua aspek integratif kehidupan, termasuk pertumbuhan, diferensiasi seks, metabolisme, dan adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Sistem endokrin bersama sistem saraf melaksanakan sebuah mekanisme regulasi neuroendokrin yang mengatur berbagai aktivitas tubuh.

Hubungan Sistem Saraf dan Sistem endokrin

Sistem endokrin terdiri dari susunan kelenjar-kelenjar yang mensintesis dan mengsekresi zat yang disebut hormon. Kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu karena tidak punya saluran dan langsung mengsekresikan hormon ke sistem sirkulasi.  Mekanisme kerja sistem endokrin adalah sebagai berikut :

Page 11: Tutorial

Mekanisme Kerja Sistem EndokrinSistem endokrin meliputi:

 1.    Reseptor yg berperan untuk mendeteksi proses regulasi dalam tubuh2.    Integrator (dapat berupa neuron, kelenjar endokrin)3.    Organ efektor yang selanjutnya menyampaikan pesan di dalam sel4.    Hormon yang bertugas menyampaikan pesan di dalam sel

Ikatan antara hormon dan reseptor akan menghasilkan suatu rantai kerja sesuai dengan reseptor yang diinginkan. Hormon umumnya dianggap sebagai respon kimia yang dibawa dalam cairan tubuh. Mereka adalah molekul organik yang sangat khusus yang diproduksi oleh organ endokrin yang mengerahkan aksi terhadap sel target tertentu. Hormon tidak memicu reaksi, mereka adalah modulator respons sistemik dan seluler.

 

Page 12: Tutorial

 

Konsep Utama Hormon

1.    Hormon berfungsi sebagai pembawa pesan kimia, bergerak melalui darah ke daerah target yang jauh dari tindakan, atau bertindak lebih lokal sebagai utusan parakrin atau autokrin yang memicu efek lebih lokal.

2.    Kebanyakan hormon ada dalam cairan tubuh sepanjang waktu, tetapi dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil, tergantung pada kebutuhan tubuh.

3.    Hormon bereaksi dengan berinteraksi dengan reseptor afinitas tinggi, yang pada gilirannya dihubungkan dengan satu atau lebih sistem efektor dalam sel. Beberapa reseptor hormon yang terletak pada permukaan sel dan bertindak melalui mekanisme pembawa pesan kedua, dan lain-lain berada dalam sel, di mana mereka demodulasi sintesis enzim, transpor protein, atau struktural protein.

2. Apa fungsi sistem endokrinFungsi Sistem Endokrin3 Mengatur metabolisme organik serta keseimbangan H2O dan elektrolit, yang secara

kolekti penting dalam mempertahankan lingkungan internal yang konstan Menginduksi perubahan adaktif untuk membantu tubuh menghadapi situasi stres Mendorong tumbuh kembang yang lancar dan berurutan Mengontrol reproduksi Mengatur produksi sel darah merah Bersama sistem saraf otonom, mengontrol dan mengintegrasikan sirkulasi dan

pencernaan serta penyerapan makanan

3. Bagaimana klasifikasi dan cara kerja hormon? Klasifikasi hormon di bedakan menjadi 4 :

a. Berdasarkan senyawa kimia pembentuknya- Golongan sterad (turunan kolesterol)

Contoh : esterogen, progesteron, glukokortikoid, mineralkortikoid- Golongan eikosanoid

Contoh : asam archidonat- Golongan derivat asam amino

Contoh : tiroksin, triiodotironin, epinephrin- Golongan polipeptida/protein

Contoh : TSH, LH, FSH, Insulin, GH

Page 13: Tutorial

b. Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon- Lipofilik à molekul hormon yang larut dalam lemak

Contoh : hormon dalam golongan steroid, eikosanoid, dan derivat asam amino- Hidrofilik à molekul hormon yang larut dalam air

Contoh : hormon dalam golongan polipeptida atau protein

c. Berdasarkan lokasi ikatan hormon reseptor- Hormon yang berikatan dengan reseptor intraseluler

Contoh : hormon dalam golongan steroid, eikosanoid, dan derivat asam amino- Hormon yang berikatan dengan plasma membran

Contoh : hormon dalam golongan polipeptida atau protein

d. Berdasarkan sifat sinyal yang membawa kerja hormon dalam sel- Hormon yang dibawa oleh second messanger

Contoh : hormon dalam golongan polipeptida atau protein- Hormon yang dibawa oleh kompleks hormon reseptor

Contoh : hormon dalam golongan steroid, eikosanoid, dan derivat asam amino

Cara kerja hormon di bagi dalam 2 :a. Bersifat lipofilik (hormon peptida dan katekolamin) → Berikatan dengan reseptor

intra seluler, ada protein pengangkut, usia paruh relatif panjang (jam/hari), di bawa oleh kompleks hormon reseptor.

b. Bersifat hidroflik, berikatan dengan reseptor membran plasma, tidak ada protein pengangkut, usia paruh relatif pendek (menit), di bawa oleh second messanger.

Hormon hidrofilik setelah berikatan dengan reseptor di membran permukaan akan bekerja melalui sistem pembawa pesan kedua untuk mengubah aktivitas protein yang sudah ada, misalnya enzim, di dalam sel sasaran. Hormon lipofilik, sebaliknya, mengaktifkan gen-gen setelah berikatan dengan reseptor di nukleus. Hal ini kemudian menyebabkan pembentukan protein baru di sel sasaran yang melaksanakan respon yang diinginkan. Hormon hidrofilik beredar dalam darah terutama dalam bentuk larut dalam plasma sementara hormon lipofilik umumnya terikat ke protein plasma.

4. Hormon apa saja yang di hasilkan hipofisis anterior dan posterior?3

No

Kelenjar Endokrin

Hormon Sel sasaran Fungsi Struktur Kimia

1. Thyroid-stimulating hormone (TSH)

Sel folikel tiroid

Merangsang sekresi T3 dan T4

Peptida

Adrenocorticotropic hormone (ACTH)

Zona fasikulata dan zona retikularis korteks

Merangsang sekresi kortisol Peptida

Page 14: Tutorial

Hipofisis anterior

adrenal

Growth hormone (GH)

Tulang; jaringan lunak

Esensial tetapi pertumbuhan tidak hanya bergantung padanya; merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lunak; efek metabolik mencakup anabolisme protein, mobilisasi lemak, dan penghematan glukosa

Peptida

Hati Merangsang sekresi somatomedin

Follicle-stimulating hormone (FSH)

Wanita : folikel ovarium

Mendorong pertumbuhan dan perkembangan folikel; merangsang sekresi estrogen

Peptida

Pria : tubulus seminiferus di testis

Merangsang produksi sorema

Luteinizing hormone (LH)

Wanita : folikel ovarium dan korpus luteum

Merangsang ovulasi, perkembangan korpus luteum, dan sekresi estrogen dan progesteron Peptida

Pria : sel interstisium leydig di testis

Merangsang sekresi testosteron

Prolaktin Wanita : kelenjar mamaria

Mendorong perkembangan payudara ; merangsang sekresi susu

Peptida

2.Hipofisis posterior

Vasopresin (hormon antidiuretik)

Tubulus ginjal Meningkatkan reabsorpsi H2o Peptida

Ateriol Menyebabkan vasokontriksiOksitosin Uterus Meningkatkan kontraktilitas

PeptidaKelenjar mamaria (payudara)

Menyebabkan penyemprotan susu

5. Apa pengaruh GH terhadap tubuh?4

Hormon pertumbuhan ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan tubuh yang memang mampu untuk tumbuh. Hormon ini menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel tertentu seperti pertumbuhan tulang dan sel otot awal. Selain dari efek umum hormon pertumbuhan dalam menyebabkan pertumbuhan, hormon pertumbuhan juga mempunyai berbagai efek metabolik yang spesifik, yang meliputi peningkatan kecepatan sintesis protein di sebagian besar sel tubuh, peningkatan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak, peningkatan asam lemak bebas dalam darah, peningkatan penggunaan asam lemak untuk energi, dan

Page 15: Tutorial

penurunan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh. Jadi efek hormon pertumbuhan adalah meningkatkan protein tubuh, menghabiskan simpanan lemak, dan menghemat karbohidrat.

Dalam meningkatkan penyimpanan protein dalam jaringan, hormon pertumbuhan secara langsung meningkatkan pengangkutan paling sedikit beberapa dan mungkin sebagian besar asam amino melewati membran sel ke bagian dalam sel. Keadaan ini meningkatkan konsentrasi asam amino di dalam sel dan diduga setidaknya berperan sebagian dalam meningkatkan sintesis protein. Pengaturan pengangkutan asam amino ini mirip dengan efek insulin dalam mengatur pengangkutan glukosa melewati membran. Bahkan bila konsentrasi asam amino tidak meningkat di dalam sel, hormon pertumbuhan juga meningkatkan translasi RNA, menyebabkan lebih banyak protein yang disintesis oleh ribosom di dalam sitoplasma. Sesudah melewati jangka waktu panjang (24 sampai 48 jam), hormon pertumbuhan juga merangsang transkrip DNA di dalam nukleus, sehingga meningkatkan jumlah pembentukan RNA. Keadaan ini meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan pertumbuhan bila energi, asam amino, vitamin, dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tersedia. Keadaan ini mungkin merupakan fungsi hormon pertumbuhan yang paling penting dalam jangka waktu yang lama. Selain peningkatan sintesis protein, juga terjadi penurunan pemecahan protein sel. Kemungkinan alasan untuk keadaan ini adalah bahwa hormon pertumbuhan juga mengangkut banyak sekali asam lemak bebas dari jaringan lemak, dan asam lemak bebas ini digunakan untuk menyediakan energi bagi sel tubuh, sehingga bekerja sebagai “penghemat protein” yang kuat. Secara ringkasnya, hormon pertumbuhan meningkatkan hampir semua ambilan asam amino dan sintesis protein oleh sel, sementara pada saat yang sama juga mengurangi pemecahan protein.

Hormon pertumbuhan mempunyai efek yang spesifik dalam menyebabkan pelepasan asam lemak dari jaringan lemak, sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh. Selain itu, di dalam jaringan di seluruh tubuh, hormon pertumbuhan meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetil koenzim A (asetil-KoA) dan kemudian digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di bawah pengaruh hormon pertumbuhan, lebih disukai memakai lemak sebagai energi daripada memakai karbohidrat dan protein. Kemampuan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan pemakaian lemak, bersama-sama dengan efek anabolik proteinnya menyebabkan peningkatan massa tubuh bebas lemak. Akan tetapi, pengangkutan lemak akibat pengaruh hormon pertumbuhan membutuhkan waktu beberapa jam, sedangkan peningkatan sintesis protein selular akibat pengaruh hormon pertumbuhan dapat dimulai dalam waktu beberapa menit saja. Di bawah pengaruh jumlah hormon pertumbuhan yang berlebihan, pengangkutan lemak dari jaringan lemak menjadi

Page 16: Tutorial

sangat besar sehingga sejumlah besar asam asetoasetat dibentuk oleh hati dan dilepaskan ke dalam cairan tubuh, dengan demikian menyebabkan ketosis. Pengangkutan lemak yang berlebihan dari jaringan lemak ini juga sering menyebabkan perlemakan hati.

Selain itu, hormon pertumbuhan menyebabkan berbagai efek yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, meliputi pengurangan ambilan glukosa di dalam jaringan seperti otot skelet dan lemak, peningkatan produksi glukosa oleh hati, dan peningkatan sekresi insulin. Setiap perubahan ini disebabkan oleh “resistensi insulin” akibat pengaruh hormon pertumbuhan, yang melemahkan kerja insulin dalam merangsang pengambilan dan pemakaian glukosa di dalam otot skelet dan lemak, dan dalam menghambat glukoneogenesis (produksi glukosa) oleh hati; keadaan ini menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa darah dan peningkatan kompensasi sekresi insulin. Karena alasan inilah, efek hormon pertumbuhan disebut diabetogenik, dan sekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan metabolik yang sangat mirip dengan gangguan metabolik pada pasien diabetes tipe II (tidak tergantung insulin), yang juga sangat resisten terhadap efek metabolik insulin. Kita tidak mengetahui secara tepat mekanisme resistensi insulin dan pengurangan pemakaian glukosa oleh sel yang disebabkan hormon pertumbuhan. Akan tetapi, peningkatan konsentrasi asam lemak dalam darah akibat pengaruh hormon pertumbuhan dapat mengganggu kerja insulin dalam pemakaian glukosa jaringan. Studi eksperimen menunjukkan bahwa peningkatan kadar asam lemak dalam darah di atas normal dengan cepat akan menurunkan sensitivitas hati dan otot skelet terhadap efek insulin yang berpengaruh pada metabolisme karbohidrat.

Walaupun hormon pertumbuhan merangsang peningkatan timbunan protein dan

meningkatkan pertumbuhan di hampir semua jaringan tubuh, efek hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah meningkatkan pertumbuhan struktur rangka. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai efek hormon pertumbuhan pada tulang yang meliputi peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik yang menyebabkan pertumbuhan tulang, juga meningkatkan kecepatan reproduksi sel-sel ini, dan efek spesifik dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik, sehingga menyebabkan timbunan tulang yang baru. Ada dua mekanisme utama pertumbuhan tulang: Pertama, sebagai respons terhadap rangsangan hormon pertumbuhan, tulang panjang tumbuh secara memanjang pada kartilago epifisisnya, tempat epifisis dipisahkan dari batang tulang pada bagian ujung tulang. Pertumbuhan ini mula-mula menyebabkan penimbunan kartilago yang baru, diikuti pengubahan kartilago ini menjadi tulang yang baru, sehingga membuat batang tulang semakin panjang dan mendorong epifisis semakin jauh terpisah. Pada waktu yang sama, kartilago epifisis

Page 17: Tutorial

sendiri secara berangsur-angsur dipergunakan, sehingga pada usia remaja lanjut, tidak tersedia lagi tambahan kartilago epifisis untuk pertumbuhan tulang panjang lebih lanjut. Pada waktu ini, terjadi penyatuan tulang antara batang tulang dan epifisis pada masing-masing ujungnya, sehingga pemanjangan tulang panjang tidak dapat terjadi lagi. Kedua, osteoblas di dalam periosteum tulang dan dalam beberapa kavitas tulang membentuk tulang baru pada permukaan tulang yang lama. Secara bersamaan, osteoklas di dalam tulang meresorpsi tulang yang lama. Bila kecepatan pembentukan lebih besar dari resorpsi, ketebalan tulang akan meningkat. Hormon pertumbuhan dengan kuat merangsang osteoblas. Oleh karena itu, tulang dapat terus menebal sepanjang hidup di bawah pengaruh hormon pertumbuhan. Hal ini terjadi terutama pada tulang membranosa. Sebagai contoh, tulang rahang masih dapat dirangsang untuk tumbuh bahkan setelah usia remaja, menyebabkan pipi menonjol ke depan dan merendahkan gigi. Demikian juga, tulang tengkorak dapat bertambah tebal dan membentuk tonjolan tulang di atas mata.

Bila hormon pertumbuhan disuplai langsung ke kondrosit kartilago yang dikultur di luar tubuh, proliferasi atau pembesaran kondrosit biasanya gagal. Namun hormon pertumbuhan yang disuntikkan ke dalam hewan yang utuh menyebabkan proliferasi dan pertumbuhan sel yang sama. Secara singkat, telah diketahui bahwa hormon pertumbuhan menyebabkan hati (dan sebagian kecil jaringan yang lain) membentuk beberapa protein kecil yang disebut somatomedin, yang memiliki efek kuat dalam meningkatkan semua aspek pertumbuhan tulang. Efek somatomedin terhadap pertumbuhan banyak yang mirip dengan efek insulin terhadap pertumbuhan. Oleh karena itu, somatomedin disebut juga faktor pertumbuhan yang mirip insulin (IGF). Paling sedikit empat jenis somatomedin telah diisolasi, tetapi sejauh ini yang paling penting adalah somatomedin C (juga disebut IGF 1). Berat molekul somatomedin C kira-kira 7500, dan konsentrasinya di dalam plasma mendekati kecepatan sekresi hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan berikatan lemah dengan protein plasma di dalam darah. Oleh karena itu, hormon pertumbuhan dilepaskan dari darah ke dalam jaringan dengan cepat, dengan waktu paruh di dalam darah kurang dari 20 menit. Sebaliknya somatomedin C berikatan kuat pada protein pembawa (carrier) di dalam darah yang, seperti halnya dengan somatomedin, diproduksi sebagai respons terhadap pertumbuhan. Akibatnya, somatomedin C dilepaskan dengan lambat dari darah ke jaringan, dengan waktu paruh kira-kira 20 jam. Keadaan ini sangat memanjangkan efek ledakan sekresi hormon pertumbuhan yang meningkatkan pertumbuhan.

6. Apa akibat dari defisiensi dan kelebihan GH dalam tubuh?3

Page 18: Tutorial

Defisiensi GH dapat disebabkan oleh defek Hipofisis (ketiadaan GH), disfungsi hipotalamus (ketiadaan GHRH). Hiposekresi GH pada anak adalah satu

penyebab dwarfism (cebol). Dengan gambaran tubuh pendek karena pertumbuhan tulang yang terhambat dan juga otot yang kurang berkembang (berkurangnya sintesis protein otot) serta lemak subkutis yang berlebihan (nobilisasi lemak yang kurang).

Selain itu, pertumbuhan dapat terhambat karena jaringan tidak berespon secara normal terhadap GH. Pada beberapa kasus, kadar GH adekuat dan responsivitas sel sasaran normal tetapi tidak ditemukan somatomedin.

Terjadinya defisiensi GH pada manusia dewasa setelah pertumbuhan selesai menimbulkan gejala yang relatif sedikit. Orang dewsa dengan defisiensi GH cenderung mengalami pengurangan masa dan kekuatan otot (protein otot lebih sedikit) serta penurunan densitas tulang (aktivitas osteoblas berkurang selama remodeling tulang). Selain itu, karena GH penting untuk mempertahanan masa dan kinerja otot jantung pada masa dewasa maka defisiensi GH pada orang dewasa dapat menyebabkan peningkatan risiko gagal jantung.

Hipersekresi GH paling sering disebabkan oleh tumor sel penghasil GH di hipofisis anterior. Gejala bergantung pada usia pasien ketika kelainan sekresi tersebut dimulai. Jika produksi berlebihan GH tersebut terjadi pada masa anak sebelum lempeng epifisis menutup maka gambaran utamanya adalah pertambahan tinggi yang pesat tanpa distorsi proporsi tubuh. Karenanya penyakit ini dinamai Gigantisme. Jika tidak diterapi dengan mengangkat tumor atau dengan obat yang menghambat efek GH, pasien dapat mencapai tinggi delapan kaki atau lebih. Semua jaringan lunak ikut tumbuh sehingga proporsi tubuh masih normal.

Jika hipersekresi GH terjadi setelah masa remaja ketika lempeg epifisis telah tertutup maka tubuh tidak lagi dapat bertambah tinggi. Namun, di bawah pengaruh kelebihan GH, tulang menjadi lebih tebal dan jaringan lemak, khususnya jaringan ikat dan kulit, berproliferasi. Pola pertumbuhan yang tidak seimbang ini menimbulkan keadaan cacat yang dikenal sebagai Acromegali. Penebalan tulang paling nyata terdapat di ekstremitas dan wajah. Wajah yang terus bertambah kasar sehingga hampir menyerupai kera terjadi karena rahang dan tulang pipi menjadi menonjol akibat penebalan tulang wajah dan kulit. Tngan dan kaki membesar, dan jari tangan dan kaki sangat menebal. Sering terjadi gangguan saraf tepi karena saraf terjepit oleh jaringan ikat atau tulang yang tumbuh berlebihan.

7. Bagaimana seseorang bisa bertambah tinggi dan besar?4

1) Faktor Herediter (Genetic) Tinggi badan secara umum bergantung pada orangtua, anak-anak dari orangtua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggi juga.

2) Faktor Nutrisi Suplai bahan makanan yang mengandung kalsium, fosfat, protein, vitamin A,

Page 19: Tutorial

C, D penting untuk generasi pertumbuhan tulang serta memelihara rangka yang sehat.

3) Faktor endokrin PTH → Satu sama lain saling berlawanan dalam memelihara kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara :

Merangsang osteoklas, reabsorbsi tulang dan melepas kalsium kedalam darah.

Merangsang absorbs kalsium dan fosfat dari usus. Mereabsorbsi kalsium dari tubulus renalis.

Tirokalsitonin → Hormone yang dihasilkan oleh sel-sel parafolikel dari kelenjar tyroid, cara kerjanya menghambat reasorbsi tulang.

Hormon Pertumbuhan → Dihasilkan hipofisis anterior, penting untuk merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan

lunak.

Tiroksi → Bertanggungjawab untuk pertumbuhan tulang yang layak remodeling tulang dan kelayakan tulang.

4) Faktor persyarafanGangguan suplai persyarafan mengakibatkan penipisan tulang seperti yang terlihat pada kelainan poliomyelitis.

5) Faktor mekanis Kekuatan dan arah dari tuberkula tulang ditentukan oleh gaya-gaya mekanis yang bekerja padanya.

6) PenyakitPenyakit mempunyai pengaruh yang kurang baik pada pertumbuhan tulang.

Pada umumnya usia pertumbuhan manusia terjadi sebelum melewati usia 20 tahun. Pada usia sebelum 20 tahun tersebut, pertumbuhan tinggi badan terjadi secara alami yang di pengaruhi oleh beberapa factor seperti diatas.

8. Bagaimana mekanisme dan efek fisiologi yang timbul dari respon fight or flight?3

Jawab : Hipotalamus menerima masikan stresor fisik atau emosi dari hampir semua bagian otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon, hipotalamus secara langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis yang berfungsi dalam peningkatan curah jantung dan ventilasi serta serta pengalihan aliran darah dari bagian yang aktivitasnya ditekan dan mengalami vasokontriksi, ke otot rangka dan jantung yang lebih aktif, yang mempersiapkan tubuh melakukan respon lawan atau lari (fight or flight). Vasokonstriksi arteriol aferen ginjal secara tak langsung merangsang sekresi renin dengan mengurangi aliran darah beroksigen ke ginjal. Renin, selanjutnya, mengaktifkan sistem renin-

Page 20: Tutorial

angiotensin-aldosteron yang berfungsi mempertahankan tekanan darah ketika terjadi kehilangan akut volume plasma.

Secara bersamaan, sistem simpatis mengaktifkan penguatan pengeluaran hormon epinefrin dari medula adrenal yang memiliki efek pada sekresi insulin dan glukagon oleh pankreas. Epinefrin memperkuat respons simpatis dan mencapai tempat-tempat yang tidak dipersarafi oleh sistem saraf simpatis untuk melakukan fungsi lain, misalnya mobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak.

Selain sistem saraf simpatis, Hipotalamus juga mengeluarkan CRH untuk merangsang pengeluaran ACTH dari hipofisis anterior yang kemudian akan menstimulasi pelepasan kortisol dari korteks adrenal. Peran sistem CRH-ACTH-Kortisol dalam stres salah satunya adalah memobilisasi simpanan energi dan bahan baku metabolik untuk digunakan sesuai kebutuhan.

Hipotalamus juga memicu pengeluaran Vasopresin oleh Hipofisis Posterior yang menyebabkan vasokonstriksi arteriol untuk meningkatkan tekanan darah.

Efek Fisiologis: - Peningkatan tekanan arteri - Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organ-organ - Peningkatan laju metabolism sel di seluruh tubuh - Peningkatan kadar glukosa darah - Peningkatan glikolisis di hati dan otot

Page 21: Tutorial

- Peningkatan kekuatan otot - Peningkatan aktivitas mental - Peningkatan kecepatan koagulasi darah

9. Hormon apa yang berperan saat menghadapi stessor?3

Jawab :

Hormon Perubahan TujuanEpinefrin ↑ Memperkuat sistem saraf simpatis dalam

menyiapkan tubuh untuk ‘fight or flight’

Memobilisasi simpanan eneri lemak dan karbohidrat; meningkatkan glukosa darah dan asam lemak darah

CRH-ACTH-Kortisol ↑ Memobilisasi simpanan energi dan bahan baku metabolik untuk digunakan sesuai kebutuhan; meningkatkan glukosa darah, asam amino darah, dan asam lemak darah

ACTH mempengaruhi kemampuan belajar dan perilaku β-endorfin yang dikeluarkan bersama ACTH memerantarai analgesia

GlukagonInsulin

↑↓

Bekerjasama untuk meningkatkan glukosa darah dan asam lemak darah

Renin-Angiotensin-Aldosteron

↑ Menahan garam dan H2O untuk meningkatkan volume plasma; membantu mempertahankan tekanan darah ketika terjadi kehilangan akut volume plasma

Vasopresin ↑ Angiotensin II dan Vasopresin menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk meningkatkan tekanan darah. Vasopresin mempengaruhi kemampuan belajar

Page 22: Tutorial

SINTESIS

Anatomi

Ginjal

- Letak : terletak di belakang peritoneum pada dinding posterior abdomen di

samping kanan dan kiri columna vertebralis dan sebagian besar tertutup oleh

arcus costalis.

- Vaskularisasi : a. Renalis, a. Segmentalis, a. Lobaris, a. Interlobaris, a. Arcuata, a.

Interlobulares, v. Renalis bermuara ke vena cava inferior.

- Innervasi: plexus sympaticus renalis dan serabut parasympatis (n. Vagus).

Lambung

- Letak:terletak di bagian atas abdomen

- Vaskularisasi: a. Gastrica dextra dan sinistra

b. Gastroomentalis dextra dan sinistra

b. Gastrica breves

v. gastrica dextra dan sinistra ke vena porta

v. gastrica brevis dan v. Gastroomentalis sinistra ke v. Renalis

yang dextra ke mesenterica superior

Page 23: Tutorial

- Innervasi: serabut simpatis dari plexus coelicus dan serabut parasimpatis dari n.

Vagus

Usus Halus

- Letak: terbentang dari pylorus gastricus

- Vaskularisasi:

Duodenum: a. Pancreatico duodenalis superior dan inferior v. pancreatico duodenalis superior ke v. Porta

v. pancreatico duodenalis inferior ke v. Mesenterica superior

Jejunum dan Ileum: cabang-cabang dari a. Mesenterica superior. Vena mengalirkan darahnya ke v. Mesenterica superior.

- Innervasi: Duodenum: plexus coeliacus dan plexus mesenterica superiorJejunum dan Ileum: plexus mesentericus superior

Jantung

- Letak: terletak didalam pericardium di mediastinum

- Vaskularisasi: a. Coronaria dextra dan sinistra, sinus coronaria

- Innervasi: plexus cardiacus

Glandula Pituitaria

- Letak: didalam sella turcica ossis sphenoidalis

- Vaskularisasi: a. Hypophysialis superior dan inferior

Venanya bermuara ke sinus cavernosus

- Innervasi: serabut simpatis berasal dari anyaman perivaskuler disekitarnya.

Serabut parasimpatis berasal dari n. Petrosus dan truncus hipotalamo-hipofisealis

Glandula Pineal

- Letak: dibelakang ventrikel 3 otak, ujung posterior dari corpus collosum

- Innervasi: serabut syaraf post ganglionik

Glandula Thyroid

- Letak: melekat pada larynx dan trakea, di anterior cartilago thyroid dibawah

larynx setinggi VC5-VC1

Page 24: Tutorial

- Vaskularisasi: a. Thyroidea superior

v. thyroidea superior bermuara a. Jugularis interna

v. thyroidea inferior bermuara a. Brachiocephalica

v. thyroidea media bermuara a. Jugularis interna

- Innervasi: ganglion sympathicum cervicale superius, medius, dan inferius.

Glandula Parathyroid

- Letak: terletak dalam bungkus fascia glandula thyroid

- Vaskularisasi: a. Thyroidea inferior dan superior

v. thyroidea superius, medius dan inferius

- Innervasi: ganglion sympathicum cervicale superius dan medius

Glandula Suprarenal

- Letak: terletak didekat kutub atas ginjal

Dextra: dibelakang lobus hepatis dex, terbentang ke medial dibelakang VC1,

dan posterior dari diafragma.

Sinistra: dibelakang pankreas, omentum minus, gaster serta posterior dari

diafragma.

- Vaskularisasi: a. Suprarenalis superior, media, dan inferior

Vena yang dextra muara ke v. Cava inferior

Vena yang sinistra muara ke v. Renalis sinistra.

- Innervasi: serabut preganglion simpatik berasal n. Splanicus

Pankreas

- Letak: terletak dibelakang dinding posterior abdomen di belakang peritoneum

- Vaskularisasi: a. Pankreatico duodenalis superior dan inferior

- Pankreatico magna, a. Pankreatico caudalis dan a. Pankreatico inferior

Vena sama dengan arteri bermuara ke sistem portae.

- Innervasi: serabut-serabut syaraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis

(n. Vagus).

Ovarium

Page 25: Tutorial

- Letak: dibelakang legamentum latum oleh mesoovarium, posterior tuba uterina,

dinding lateral pelvis pada fossa ovarica

- Vaskularisasi: a. Ovarica, a. Uterina r. Ovarica

v. ovarica dextra muara v. Cava inferior

v. ovarica sinistra muara v. Renalis sinistra

- Innervasi: plexus ovaricus

Testis

- Letak: didalam scrotum bagian bawah dinding anterior abdomen

- Vaskularisasi: a. Testicularis, plexus pampiniformis membentuk v. Testicularis

dextra dan vena testicularis sinistra muara ke v. Renalis sinistra

- Innervasi: N. Testicularis dan plexus renalis.

Histolongi

1. Suprarenal Korteks

Zona glomerulosa : - terdapat di bawah simpai - epitelnya bulat dan poligonal - terdapat sinusoid dengan sel endotel di dalamnya

Zona fasikulata : - terdapat dibawah zona glomerulosa - epitel kuboid dan bersusun mengarah medula -banyak terdapat vakuol di dalam sitoplasma

Zona retikularis : - berbatasan dengan medula - sel mempunyai pigmen lipofisin berwarna kuning coklat - di antara sel terdapat sinusoid

Medula- Sel bersusun tidak beraturan - Bentuk sel poligonal dan bergranul coklat - Terdapat sel ganglion dengan sel yang besar dan inti besar - Terdapat sinusoid dan v.medularis

2. Kelenjar thyroid dan para thyroid

Kelenjar thyroid

Page 26: Tutorial

- Aktif : selnya tinggi dan tepian substansi koloid yang berbatasan dengan epitel folikel tidak rata

- Tidak aktif : selnya epitel gepeng dan substansi koloid memenuhi folikel - Selnya parafolikular

4. Hypofisis Pars anterior

- Terdapat sel yang tidak beraturan dengan sinusoid diantaranya - Selnya bundar,lonjong atau poligonal - Inti bundar dan kromatin padat

Sel a (asidofil)- Sitoplasma bergranula merah - Inti biru dan bulat - Inti bundar dan kromatin padat

Sel b (basofil) - Sitoplasma bergranula biru - Inti dan sel idem sel a- Biasanya terdapat di sel a

Sel kromofob - Sitoplasma pucat - Kelihatan seakan tak bergranula - Terdapat diantara sel a dan b

Page 27: Tutorial

Pars intermedia - Terletak diantara pars anterior dan pars nervosa hipofisi - Merupakan sisa kantong rathke berupa krista yang berisi substansi merah

homogen di dalamnya

Pars posterior - Bagian yang tampak pucat karena tidak ada serat syaraf tak bermielin

Fisiologi

Sistem endokrin terlibat dalam semua aspek integratif kehidupan, termasuk pertumbuhan, diferensiasi seks, metabolisme, dan adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Sistem endokrin bersama sistem saraf melaksanakan sebuah mekanisme regulasi neuroendokrin yang mengatur berbagai aktivitas tubuh.

Hubungan Sistem Saraf dan Sistem endokrin

Sistem endokrin terdiri dari susunan kelenjar-kelenjar yang mensintesis dan mengsekresi zat yang disebut hormon. Kelenjar endokrin disebut juga

Page 28: Tutorial

kelenjar buntu karena tidak punya saluran dan langsung mengsekresikan hormon ke sistem sirkulasi.  Mekanisme kerja sistem endokrin adalah sebagai berikut :

Mekanisme Kerja Sistem EndokrinSistem endokrin meliputi:

 1.    Reseptor yg berperan untuk mendeteksi proses regulasi dalam tubuh2.    Integrator (dapat berupa neuron, kelenjar endokrin)3.    Organ efektor yang selanjutnya menyampaikan pesan di dalam sel4.    Hormon yang bertugas menyampaikan pesan di dalam sel

Ikatan antara hormon dan reseptor akan menghasilkan suatu rantai kerja sesuai dengan reseptor yang diinginkan. Hormon umumnya dianggap sebagai respon kimia yang dibawa dalam cairan tubuh. Mereka adalah molekul organik yang sangat khusus yang diproduksi oleh organ endokrin yang mengerahkan aksi terhadap sel target tertentu. Hormon tidak memicu reaksi, mereka adalah modulator respons sistemik dan seluler.

Hipotalamus mensekresikan hormon tropik yang penting peranannya bagi hipofisis anterior. Hormon tropik adalah suatu hormon yang fungsi utamanya mengatur sekresi hormon oleh kelenjar endokrin lain dan juga mempertahankan jaringan endokrin sasarannya. Adapun hormon tropil yang dihasilkan Hipotalamus adalah

-TRH (Tyroid Releasing Hormone) : Merangsang pengeluaran TSH oleh tirotropik-CRH (Corticotropin Releasing Hormone) : Merangsang sekresi ACTH oleh kortikotropik-GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) : Merangsang sekresi FSH dan LH oleh gonadotropik-GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone) : Merangsangsang sekresi GH

Page 29: Tutorial

-GHIH (Growth Hormone Inhibiting Hormone) : Menghambat sekresi GH -PRH ( Prolactin Releasing Hormone) : Merangsang sekresi prolaktin-PIH ( Prolactin Inhibiting Hormone) : Menghambat sekresi prolaktin

Kelenjar Endokrin Hormon FungsiHipotalamus CRH, GHRH, GHIH,

TRH, GnRH, PRH, PIHMengontrol sekresi hormone-hormon hipofisis anterior

Hipofisis Anterior TSH (Thyroid Stimulating Hormon)

Merangsang sekresi tiroksin dan triiodotironin

ACTH (Adrenocorticotropin hormone)

Merangsang sekresi kortisol di korteks adrenal

GH (Growth Hormon) Merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lunak, anabolisme protein, mobilisasi lemak dan penghematan glukosa

FSH (Follicle Stimulating hormone)

Mendorong pertumbuhan dan perkembangan folikel, merangsang sekresi estrogen, merangsang sel leydig sekresi testosterone

LH (Luteinizing Hormone)

Merangsang ovulasi, perkembangan korpus luteum, sekresi estrogen dan progesterone

Prolaktin Mendorong perkembangan payudara, merangsang sekresi susu

Hipofisis Posterior ADH (Antidiuretik hormone)

Meningkatkan reabsorpsi air di tubulus ginjal

Oksitosin Meningkatkan kontraksi uterus, vasokontriksi arteriol, menyebabkan penyemprotan susu oleh kelenjar mamaria

Kelenjar pineal Melatonin Mensinkronisasikan irama biologis tubuh dengan sinyal eksternal, menghambat gonadotropin, bekerja sebagai antioksidan, pemicu pubertas jika jumlahnya menurun, meningkatkan imunitas

Kelenjar Tiroid Tiroksin (T4)) dan Triiodotironin (T3)

Meningkatkan laju metabolic, esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan saraf

Kalsitonin (sel C) Menurunkan konsentrasi Ca2+ plasma

Kelenjar paratiroid Hormon paratiroid (PTH) Meningkatkan konsentrasi Ca2+

Page 30: Tutorial

plasma, menurunkan konsentrasi PO4

3- plasma, merangsang pengaktifan vitamin D

Timus Timosin Meningkatkan proliferasi dan fungsi limfosit T

Kelenjar Suprarenal

Aldosteron (zona glomerulosa)

Meningkatkan reabsorpsi Na+ dan sekresi K+

Kortisol (zona retikularis dan zona fasikulata )

Meningkatkan glukosa darah dengan mengorbankan simpanan lemak dan protein, berperan dalam adaptasi stress

Epinefrin dan norepinefrin (medulla adrenal)

Memperkuat sistem saraf simpatis berperan dalam adaptasi stress dan regulasi tekanan darah

Pulau langerhans pancreas

Insulin (Sel β) Mendorong penyerapan, pemakaian, dan penyimpanan nutrien oleh sel

Glukagon (Sel α) Penting untuk mempertahankan kadar nutrient dalam darah selama masa pascaabsorpsi

Somatostatin (Sel D) Menghambat pencernaan dan penyerapan nutrient; menghambat sekresi semua hormone pancreas

Ovarium Estrogen (estradiol) Mendorong perkembangan folikel; mengatur perkembangan karakteristik seks sekunder; merangsang pertumbuhan uterus dan payudara

Progesterone Mempersiapkan uterus untuk kehamilan

Testis Testosterone Merangsang produksi sperma; mengatur perkembangan seks sekunder; menimbulkan dorongan seks

Placenta Estrogen (estradio), progesterone

Membantu mempertahankan kehamilan, mempersiapkan payudara untuk menyusui

Gonadotropin korion (hCG)

Mempertahankan korpus luteum kehamilan

Human Chorionic Somatomamotropin

Dipercayai mengurangi pemakaian glukosa oleh ibu dan mendorong penguraian simpanan lemak sehingga lebih banyak glukosa dan asam lemak bebas dapat dialirkan ke janin, membantu mempersiapkan kelenjar mamae untuk laktasi

Mekanisme Umpan Balik Negatif→

Page 31: Tutorial

Umpan balik negatif dijumpai jika keluaran sistem melawan perubahan pada masukan, sehingga variabel terkontrol berada dalam kisaran sempit di sekitar titik patokan tertentu. Umpan balik negatif mempertahankan konsentrasi plasma suatu hormon pada kadar tertentu. Contoh: ketika hormon tiroid bebas dalam darah turun di bawah patokan tertentu, hipofisis anterior mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH), yang merangsang tiroid untuk meningkatkan sekresi hormon tiroid. Kemudian hormon tiroid menghambat sekresi lebih lanjut TSH oleh hipofisis anterior.

Mekanisme Fight or Flight→Hipotalamus menerima masikan stresor fisik atau emosi dari hampir semua bagian otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon, hipotalamus secara langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis yang berfungsi dalam peningkatan curah jantung dan ventilasi serta serta pengalihan aliran darah dari bagian yang aktivitasnya ditekan dan mengalami vasokontriksi, ke otot rangka dan jantung yang lebih aktif, yang mempersiapkan tubuh melakukan respon lawan atau lari (fight or flight). Vasokonstriksi arteriol aferen ginjal secara tak langsung merangsang sekresi renin dengan mengurangi aliran darah beroksigen ke ginjal. Renin, selanjutnya, mengaktifkan sistem renin-angiotensin-aldosteron yang berfungsi mempertahankan tekanan darah ketika terjadi kehilangan akut volume plasma. Secara bersamaan, sistem simpatis mengaktifkan penguatan pengeluaran hormon epinefrin dari medula adrenal yang memiliki efek pada sekresi insulin dan glukagon oleh pankreas. Epinefrin memperkuat respons simpatis dan mencapai tempat-tempat yang tidak dipersarafi oleh sistem saraf simpatis untuk melakukan fungsi lain, misalnya mobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak. Selain sistem saraf simpatis, Hipotalamus juga mengeluarkan CRH untuk merangsang pengeluaran ACTH dari hipofisis anterior yang kemudian akan menstimulasi pelepasan kortisol dari korteks adrenal. Peran sistem CRH-ACTH-Kortisol dalam stres salah satunya adalah memobilisasi simpanan energi dan bahan baku metabolik untuk digunakan sesuai kebutuhan. Hipotalamus juga memicu pengeluaran Vasopresin oleh Hipofisis Posterior yang menyebabkan

Page 32: Tutorial

vasokonstriksi arteriol untuk meningkatkan tekanan darah.

MIND MAPPING

SISTEM ENDOKRIN

FISIOLOGI HISTOLOGI Anatomi

Hormon Endokrin

Page 33: Tutorial

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard S. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta:EGC;2008.

2. Wonodirekso, Sugito. 2003. Penuntun Praktikum Histologi edisi 1. Jakarta Pusat : Penerbit Dian Rakyat

3. Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6th Ed. Jakarta: EGC; 2007.

4. Guyton, A. C., J. E. Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Terjemahan Ernita I. Ibrahim Ilyas, et.al. Singapura: Elsevier (Singapore) Inc.