skripsi zuama
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
1/65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era milenium baru perlu diupayakan pengembangan
strategi program kesehatan yang efektif guna mendapatkan generasi
penerus bangsa yang kuat dan berkualitas.
Generasi penerus bangsa yang kuat dan berkualitas dapat
diwujudkan melalui upaya-upaya yang terarah, sehingga dapat
dihasilkan anak-anak yang sehat yang merupakan modal dasar untuk
pembentukan generasi yang diharapkan. Tetapi kenyataannya pada
masa sekarang ini, masalah yang dihadapi adalah masih tingginya
angka kematian anak terutama pada masa neonatal.
Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes
RI) tahun 1999 Salah satu strategi menurunkan angka kematian
neonatal adalah mengikutsertakan dukun bayi, keluarga, masyarakat
bersama-sama dengan tenaga kesehatan yang ada.
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
hamil. Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian
bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan (Sarwono, 2002).
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
2/65
2
Semua neonatal di daerah wilayah kerja badan KIA harus
dikontak secepat mungkin setelah lahir, tujuannya adalah menjaga
agar pertumbuhan neonatal dapat berlangsung normal dan
menemukan sedini mungkin bila ada kelainan-kelainan sehingga
dapat ditangani dengan cepat (Dainur, 1995).
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang
sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Dengan memberikan pelayanan kesehatan dasar secara
cepat dan tepat. Salah satu kegiatan pelayanan kesehatan dasar yang
sangat penting dilakukan mengingat bayi yang berusia kurang dari
satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau
memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan
yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain adalah
dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
dan pelayaan kepada neonatal 0 sampai 28 hari (Departemen
Kesehatan RI, 1999).
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan kesehatan
neonatal adalah jika kunjungan (cakupan) pemeriksaan neonatal
mencapai 85% dengan frekuensi minimal 2 kali, yaitu 1 kali pada umur
0 7 hari dan 1 kali pada umur 8 28 hari. Adanya perbedaan
cakupan atau jumlah kunjungan disetiap daerah secara tidak
langsung dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan ibu,
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
3/65
3
tingkat pengetahuan ibu, budaya dan status ekonomi yang masih
rendah (Departeman Kesehatan RI, 1999).
Terdapat perbedaan angka cakupan neonatal di tiap propinsi, ini
dapat dilihat pada daerah propinsi yang tertinggi cakupan
Kunjungan Neonatal pertama (KN1) yaitu Daerah Istimewa
Yogyakarta sebesar 80%, Bengkulu sebesar 65% dan Kalimantan
Selatan 64%. Sedangkan propinsi memiliki angka cakupan KN 1 yang
terendah antara lain Propinsi Papua sebesar 23%, Propinsi Papua
Barat sebesar 39% dan Propinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 42%
(Litbang Depkes.go.id, 2009).
Pada cakupan KN 2 angka tertinggi terdapat pada propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 67%, Propinsi Maluku Utara
sebesar 62% dan DKI Jakarta sebesar 57%. Sedangkan untuk
Propinsi dengan cakupan KN2 yang terendah terdapat pada Propinsi
Kalimantan Barat 20%, Propinsi Kalimantan Tengah 22% dan Propinsi
Bangka Belitung sebesar 24%. Pada Propinsi Kalimantan Timur
angka cakupan neonatal KN 1 sebesar 82,77% (Litbang Depkes.go.id,
2009).
Berdasarkan sumber data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten
Kutai kartanegara (2009) daftar cakupan KN1 di seluruh puskesmas
yang tersebar di kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2007
antara lain pada daerah Loa Kulu sebesar 72,5%, Muara Jawa dan
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
4/65
4
Samboja sebesar 89,8%, Handil Baru sebesar 63,6%, serta Loa
Janan sebesar 45,1%.
Persentase cakupan KN 1 di Kabupaten Kutai Kartanegara tahun
2007 terdapat pada Puskesmas Batuah sebesar 37,2%, Loa Duri
sebesar 60,3%, Sanga-Sanga sebesar 123,4%, dan pada Sungai
Mariam sebesar 65,4%. Persentase cakupan KN 1 pada tahun 2007
sebesar 35,4% tersebar di Puskesmas Muara Badak, Marangkayu
sebesar 78,6%, Mangkurawang sebesar 119,2%, Rapak Mahang
sebesar 81,5% serta sebesar 99,2% terdapat di Loa Ipuh (Dinas
Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara, 2009).
Angka cakupan KN 1 di Kabupaten Kutai kartanegara pada tahun
2007 dengan persentase sebesar terdapat di Teluk Dalam sebesar
66,7%, daerah Separi III sebesar 72,7%, Sebulu I sebesar dengan
persentase 36,5%, Sebulu II sebesar 110,9%, Muara Kaman sebesar
47,9%, Muara Wis sebesar 81,8%, persentase daerah Kahala sebesar
110,1% serta persentase untuk daerah Kembang Janggut sebesar
69,7% (Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara, 2009).
Pada tahun 2008 daftar cakupan kunjungan neonatal pertama
pada seluruh puskesmas Kabupaten Kutai Kartanegara antara lain
sebagai berikut : Muara Jawa sebesar 90,5%, Loa Kulu sebesar
34,5%, persentase KN 1 daerah Samboja sebesar 100%, Handil Baru
sebesar 149,8%, Loa Janan sebesar 88,8%, pada daerah Batuah
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
5/65
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
6/65
6
Muara Badak 36,3% dan 105%, Badak Baru 0 % dan 57,2%,
Marangkayu 73,2% dan 59,2%, Mangkurawang 116,2% dan 79,4%,
Rapak Mahang 79,6% dan 111,8% Loa Ipuh 95,5% dan 84,5%, Teluk
Dalam 66,5% dan 77,6%, Separi III 63,3% dan 121,4%, Sebulu I
36,5% dan 52,6%, Sebulu II 110,5% dan 101,5%, Muara Kaman 42%
dan 19,3%, Kota Bangun 23,8% dan 81,9%, Rimba Ayu 66,7% dan
36,6%, Muara Wis 75,5% dan 40,4%, Kahala 101,9% dan 28,2%,
Kembang Janggut 83,9% dan 84,4%, Tabang 0 % dan 167%. (Data
Dinas Kesehatan Kab. Kukar 2009).
Studi Pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ke beberapa desa
diwilayah kerja Puskesmas Sungai Mariam, yang mana
masyarakatnya berasal dari latar belakang pendidikan dengan
persentase 60% wanita berpendidikan sekolah dasar (data profil
Puskesmas), suku (penduduk lokal dan pendatang), lingkungan yang
terisolir oleh anak sungai, serta kondisi geografis yang berbeda maka
terjadilah interaksi didalam masyarakat sehingga menimbulkan
asumsi-asumsi yang beragam. Namun dari berbagai asumsi yang
timbul dimasyarakat yang paling menonjol adalah bahwa setiap bayi
yang baru lahir tidak boleh keluar rumah atau melakukan perjalanan
jauh sebelum berusia 40 hari (termasuk melakukan kunjungan
neonatal).
Berdasarkan gambaran latar belakang yang telah diuraikan diatas
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap faktor-faktor
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
7/65
7
yang mempengaruhi rendahnya kunjungan neonatal di Puskesmas
Sungai Mariam Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor faktor apa
saja yang mempengaruhi rendahnya cakupan kunjungan neonatal 0
28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana
Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
cakupan kunjungan neonatal 0 28 hari di Puskemas Sungai
Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun
2009.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap
rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai
Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun
2009
b. Mengetahui pengaruh antara tingkat status ekonomi terhadap
rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
8/65
8
Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun
2009
c. Mengetahui pengaruh antara budaya terhadap rendahnya
cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009
d. Mengetahui pengaruh antara sarana pelayanan kesehatan
terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di
Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten
Kartanegara Tahun 2009
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai masukan untuk mengambil intervensi bagi Puskesmas
yang cakupannya masih rendah / dibawah target.
2. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan
Sebagai masukan untuk mengembangkan pelayanan neonatal dan
menyusun rencana prefentif bagi neonatal yang bermasalah
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan
kunjungan neonatal.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
9/65
9
4. Bagi Responden
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk meningkatkan
pengetahuan tentang kunjungan neonatal.
5. Bagi Peneliti
Diharapkan dari hasil ini dapat menambah wawasan, pengalaman
yang sangat berharga yaitu saat melaksanakan penelitian dan
pada masa yang akan datang
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
10/65
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Neonatal
1. Pengertian Neonatal
Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan nahwa
neonatal adalah jabang bayi baru lahir hingga berumur empat minggu.
menurut Jumiarni (1995) neonatus adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
Berdasarkan artikel media online neonatus adalah masa
kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim
menjadi diluar rahim, pada masa ini terjadi pematangan organ hampir
pada semua sistem dan masa perubahan yang paling besar terjadi
selama jam ke 24 - 72 pertama dimana transisi ini hampir meliputi
semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah sistem
pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Oleh karena itu sangatlah
diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan
suatu tindakan anestesi terhadap neonatus
(http://ayeepnlie.blogspot.com, 2009).
http://ayeepnlie.blogspot.com/http://ayeepnlie.blogspot.com/ -
8/6/2019 Skripsi Zuama
11/65
11
Masa neonatal berlangsung pada masa ini dan anak tidak lagi
menjadi parasit, tetapi telah menjadi individu yang terpisah dan berdiri
sendiri. Pada masa ini ditandai dengan penyesuaian terhadap
lingkungan baru diluar rahim si ibu. Menurut kriteria kesehatan
penyesuaian tercapai dengan terlepasnya tali pusat sedangkan
menurut kriteria psikologi, adalah penyesuaian tercapai bila mencapai
kembali berat badan yang berkurang setelah lahir dan mulai
menampakkan tanda - tanda kemampuan dalam tingkah laku
(Suryanah,1996).
Berdasarkan artikel media online, ciri-ciri bayi neonatal
merupakan periode tersingkat dari semua periode perkembangan.
Pada masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi
menjelang dua minggu. Periode yang tersingkat dari semua periode
perkembangan yang ada, menurut kriteria medis penyesuaian ini akan
berakhir pada saat tali pusat lepas dari pusarnya, sedangkan menurut
kriteria fisilogi berakhir pada saat bayi mulai menunjukkan tanda-tanda
kemajuan perkembangan perilaku, sekalipun pada umumnya bayi
menyelesaikan penyesuaian ini dalam dua minggu atau sedikit lebih
cepat (http://tafany.wordpress.com, 2007).
http://tafany.wordpress.com/http://tafany.wordpress.com/ -
8/6/2019 Skripsi Zuama
12/65
12
2. Periode Neonatal
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1999)
Periode neonatal meliputi jangka waktu sejak bayi baru lahir sampai
umur 28 hari yang terbagi menjadi 2 periode, antara lain :
a. Perode Neonatal Dini yang meliputi jangka waktu 0 - 7 hari setelah
lahir
b. Periode lanjutan merupakan periode neonatal yang meliputi jangka
waktu 8 - 28 hari setelah lahir.
Masa bayi neonatal menurut kamus yang baku merupakan
permulaan atau periode agar keberadaan seabagi individu dan bukan
sebagai parasit didalam tubuh ibu. Kamus juga merumuskan bayi
sebagai seorang anak dalam kehidupannya yang pertama.
Menurut istilah medis, bayi adalah seorang anak yang muda usianya
(ttp://tafany.wordpress.com, 2007).
Periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan.
Selama periode neonatal bayi mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang amat menakjubkan. Pada saat kelahiran, banyak
perubahan dramatik yang terjadi di dalam tubuh bayi karena berubah
dari ketergantungan menjadi tidak tergantung pada ibu. Dari sudut
pandangan ibu, proses kelahiran merupakan pengalaman traumatik.
Bayi terus berenang dalam uterus selama 9 bulan, janin mendapat
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
13/65
13
kehangatan, perlindungan, bebas dari rasa sakit dan hampir tidak
mengalami ketegangan. Kemudian persalinan dimulai dan janin
didorong, dan meluncur melalui jalan lahir yang sempit
(http://ayurai.wordpress.com, 2009).
Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya, baik
secara fisik maupun psikologi. Secara fisik periode ini berbahaya,
karena sulitnya mengadakan penyesuaian diri secara radikal yang
terpenting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda.
Secara psikologi, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari
orang-orang yang berarti bagi bayi (http://tafany.wordpress.com,
2007).
3. Pertumbuhan dan perkembangan usia neonatal
Menurut buku Asuhan Keperawatan Perinatal oleh Jumiarni (1995)
dikatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan neonatal meliputi :
a. Sistem pernafasan
Selama dalam uterus janin mendapat okisgen dan pertukaran
gas melalui placenta, setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada
paru-paru (setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan
pernafasan pertama ialah akibat adanya, sebagai berikut :
1. Tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir
http://ayurai.wordpress.com/http://tafany.wordpress.com/http://ayurai.wordpress.com/http://tafany.wordpress.com/ -
8/6/2019 Skripsi Zuama
14/65
14
2. Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan tekanan karbon
dioksida kemoreseptor pada sinus karotis (stimulus kimiawi)
3. Rangsangan dingin didaerah muka dapat merangsang
permulaan gerakan pernafasan (stimulus sensorik)
4. Refleks deflasi Hering Breur
Pernafasan pertama pada neonatal terjadi normal dalam waktu
30 detik setelah kelahiran, tekanan rongga dada pada saat melalui
jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi
normal jumlahnya 80-100ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan
tersbut sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara.
Frekueunsi pernafasan dihitung dengan melihat gerakan nafas atau
perut. Pernafasan neonatal normal berkisar antara 30-60 x
permenit.
Berdasarkan artikel media online kategori sistem pernafasan
pada neonatal ialah apabila tali pusar diputus bayi mulai harus
bernapas sendiri, menghisap dan menelan. Sekarang bayi harus
memperoleh makanan dengan jalan menghisap dan menelan, tidak
lagi memperolehnya melalui tali pusar. Refleksi-refleksi ini belum
berkembang sempurna pada waktu lahir dan bayi seringkali tidak
cukup memperoleh makanan yang diperlukan sehingga berat
badanya menurun bayi (http://tafany.wordpress.com, 2007).
b. Jantung dan Sistem Sirkulasi
http://tafany.wordpress.com/http://tafany.wordpress.com/ -
8/6/2019 Skripsi Zuama
15/65
15
Berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2
meningkat dan tekanan CO2 menurun, hali ini mengakibatkan
turunnya resistensi pembuluh darah paru sehingga aliran darah
arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosa
menutup, dengan menciutnya arteri dan vena umbilical kemudian
tali pusat dipotong aliran darah dari placenta melaui venacava
inferior dan foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Sirkulasi janin
sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan
ibu.
Frekuensi denyut jantung dapat dihitung dengan cara meraba
arteri temporalis atau karotis, dapat juga secara langsung
didengarkan di daerah jantung dengan menggunakan stetoskop
binokuler. Frekuesnsi denyut jantung neonatal normal berkisar
antara 120 - 140 kali/menit.
c. Saluran pencernaan
Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran pencernaan
pada neonatal relative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan
dengan orang dewasa, pada masa neonatal saluran pencernaan
mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam dua puluh empat jam
pertama berupa mekonium (zat berwarna hitam kehijauan). Dengan
adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh tinja
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
16/65
16
transisional pada hari ketiga dan keempat yang berwarna coklat
kehijauan.
Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatal nampaknya sangat
erat hubungannya dengan frekuensi pemberian makan/minum.
Enzim dalam saluran pencernaan biasanya sudah terdapat pada
neonatal kecuali amylase pancreas, aktifitas lipase telah ditemukan
pada janin tujuh sampai delapan bulan.
d. Hepar
Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan
penting dalam metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai
disimpan didalam hepar, setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat
terpakai, vitamin A dan D sudah disimpan di dalam hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir
masih dalam keadaan immature (belum matang), hali ini dibuktikan
dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas
penghancuran darah dari peredaran darah
Enzim hepar belum aktif benar pada neonatal, misalnya enzim
UDPG : Uridin Disofat Glukoronid Transferase) dan enzim G6PD
(Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase) yang berfungsi dalam sintesis
bilirubin, sering kurang sehingga neonatal memperlihatkan gejala
ikterus fisologis.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
17/65
17
e. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Glomerulus diginjal dibentuk pada janin umur 8 minggu, jumlah
pada kehamilan 28 minggu diperkirakan 350.000 dan pada akhir
kehamilan diperkirakan 820.000. ginjal janin mulai berfungsi pada
usia kehamilan 3 bulan.
Tubuh neonatal mengandung relative lebih banyak air dan
kadar natrium relative lebih besar daripada kalium. Pada neonatal
fungsi ginjal belum sempurna, hal ini karena, antara lain :
1. Jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa
2. Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal
3. Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatal relative
kurang.
Hingga bayi berumur tiga hari ginjalnya belum dipengaruhi oleh
pemberian air minum, sesudah lima hari barulah ginjalnya mulai
memproses air yang didapatkan setelah lahir.
f. Metabolisme
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar
gula darah. Untuk menambah energy pada jam-jam pertama
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
18/65
18
sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga
kadar gula darah mencapai 120 mg/100 ml.
Apabila oleh sesuatu hal misalnya bayi dan ibu yang menderita
DM atau BBLR perubahan glukosa mejadi glikogen akan meningkat
atau terjadi gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan neonatal maka kemungkinan besar
bayi akan menderita hipoglikemi.
g. Kulit
Kulit neonatal yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan
padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan,
kaki dan selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak
berwarna kekuningan terutama di daerah-daerah lipatan dan bahu
yang disebut vernik kaseosa.
h. Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus, janin mendapatkan hormone dari ibunya.
Pada kehamilan sepuluh minggu kortikotropin telah ditemukan
dalam hipofisis janin, hormone ini diperlukan untuk
mempertahankan glandula supra renalis janin.
Pada neonatal kadang-kadang hormone yang didapatkan dari
ibu masih berfungsi, pengaruhnya dapat dilihat misalnya
pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
19/65
19
perempuan, kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari vagina
yang menyerupai haid pada bayi perempuan.
Kelenjar adrenal pada waktu lahir relative lebih besar bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Kelenjar tiroid sudah
sempurna terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi sejak
beberpa bulan sebelum lahir.
i. Imunologi
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis immunoglobulin
(suatu protein yang mengandung zat antibody) diantaranya IgG
(Imunoglobulin gamma G). pada neonatal hanya terdapat
immunoglobulin gamma G, dibentuk dalam bulan kedua setelah
bayi dilahirkan, Immunoglobulin gamma G pada janin berasal dari
ibunya melalui plasenta.
j. Suhu Tubuh
Suhu tubuh neonatal berkisar antara 36,5 C 37 C.
pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksilla stau pada
rectal. Hasil pengukuran per aksilla biasanya lebih rendah daripada
hasil pengukuran per rektal. Ini disebabkan daerah aksilla lebih
terbuka dan mudah dipengaruhi suhu lingkungan dibanding daerah
rectal. Suhu tubuh perifernya sangat mudah terpengaruh oleh suhu
lingkungan karena pada neonatal, pusat pengaturan panas belum
sempurna.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
20/65
20
k. Reflek atau rangsangan spontan
Beberapa reflek primitif yang terdapat pada neonatal antara lain :
1. Refleks Moro dengan perlakuan bila diberi rangsangan yang
mengejutkan atau spontan akan terjadi reflek lengan dan tangan
terbuka serta kemudian diakhiri dengan adduksi lengan.
2. Refleks menggenggam dengan perlakuan bila telapak tangan
dirangsang akan membei reaksi seperti menggenggam.
3. Refleks berjalan (Stepping) dengan perlakuan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya ditekankan pada satu bidang datar,
maka bayi akan melakukan gerakan melangkah seolah-olah
berjalan.
4. Refleks menghisap apabila diberi rangsangan pada ujung mulut
kepala akan menoleh kearah rangsangan, bibir dibawah dan
lidah akan bergerak kearah rangsangan serta bila dimasukkan
sesuatu kedalam mulutnya akan membuat menghisap.
l. Pola-pola perilaku selama masa neonatal
Pola pola perilaku selama masa neonatal antara lain :
1. Tiarap dengan perlakuan tiarap dalam sikap refleksi, memutar
kepala dari sisi, kepala melengkung pada suspensi ventral
2. Terlentang dengan perlakuan biasanya fleksi dan sedikit kaku
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
21/65
21
3. Visual dengan perlakuan dapat memfiksasi muka atau cahaya
pada garis penglihatan, gerakan mata bonek (Dolls eye) pada
pemutaran tubuh.
4. Refleks dengan perlakuan respon moro aktif, refleks melangkah
dan pemutaran tubuh.
5. Sosial dengan perlakuan penglihatan memilih pada muka
manusia.
B. Tinjauan Umum Tentang Kunjungan Neonatal (KN)
1. Pengertian kunjungan neonatal
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga
kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan ke
rumah. Bentuk pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan
neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia,
pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa
perawatn mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi) pemberian
vitamin K dan penyuluhan neonatal di rumah menggunakan buku KIA
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Kunjungan neonatal terbagi dalam dua kategori menurut
Departemen Kesehatan RI (2004) antara lain :
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
22/65
22
a. Kunjungan Neonatal ke satu (KN 1)
Kunjungan neonatal yang ke satu (KN 1) adalah kunjungan
neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari ketujuh
(sejak 6 jam setelah lahir).
b. Kunjungan Neonatal yang kedua (KN 2)
Kunjungan neonatal yang kedua adalah kunjungan neonatal yang
kedua kali yaitu pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh
delapan.
Menurut definisi operasional standar pelayanan minimal bidang
kesehatan di kabupaten di Jawa Timur (2004) kunjungan neonatal
adalah kontak neonatus (0 28 hari) dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 0 7
hari minimal 2 kali, usia 8 sampai 28 hari minimal 1 kali (KN2) didalam/diluar Institusi Kesehatan.
2. Pengertian cakupan kunjungan neonatal
Cakupan kunjungan neonatal adalah cakupan neonatal yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh dokter, bidan,
perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling
sedikit 2 kali di satu wilayah kerja tertentu (Departemen Kesehatan
RI, 1999).
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
23/65
23
Kunjungan bayi adalah: kontak pertama pemeriksaan kesehatanbayi (termasuk neonatal) oleh petugas kesehatan baik didalam
maupun diluar institusi kesehatan (definisi operasional standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten di Jawa Timur
tahun 2004).
Cara perhitungan cakupan kunjungan neonatal sebagai berikut :
Keterangan :
- Pembilang / jumlah bayi baru
Jumlah neonatal yang memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai standar, paling sedikit 2 kali di satu wilayah kerja pada
kurun waktu-waktu tertentu
- Penyebut / penduduk sasaran bayi
Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu
sama jika tidak ada data, dapat digunakan angka estimasi
jumlah bayi lahir hidup berdasarkan data BPS atau perhitungan
CBR dikalikan jumlah peduduk
- Ukuran konstanta : persentase (%)
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
24/65
24
C. Tinjauan Umum Tentang Faktor yang Diteliti
1. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2005), pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb) dengan
sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian dan
persepsi terhadap objek, sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indra penglihatan
(mata).
Menurut kamus bahasa Indonesia Poerwadarminta (1997)
dijelaskan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami atau diajar.
Pengetahuan merupakan faktor penting untuk melakukan
perubahan perilaku kesehatan dan pengetahuan tentang kunjungan
neonatal secara tidak langsung akan mempegaruhi pertumbuhan dan
perkembangan neonatal (Departemen Kesehatan RI, 1999).
Tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif (Notoadmojo,
2005) ada 6 tingkatan yaitu:
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
25/65
25
1. Know(tahu) : diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan terkini
adalah mengingat kembali (recall).
2. Comprehension (memahami) : memahami diartikan sebagai
kemampuan untuk menjelaskan suatu kemampuan secara benar
tentang objek yang telah diketahui sebelumnya dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Application ( aplikasi ) : diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi tertentu
atau kondisi real atau sebenarnya.
4. Analysis ( analisis) : suatu komponen untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam
struktur organisasi tersebut, ada kaitannya satu sama lain.
5. Synthesis (sintesis) : menunjukkan kepada suatu kemampuan
meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk ke seluruh yang baru.
6. Evaluation (evaluasi) : berkaitan dengan kemampuan untuk
melaksanakan justifikasi atau penelitian terhadap suatu obyek atau
materi.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
26/65
26
2. Status Ekonomi
Menurut kamus bahasa Indonesia Poerwadarminta (1997)
dijelaskan bahwa status adalah tingkatan atau kedudukan seseorang
dalam hubungan dengan masyarakat disekelilingnya, sedangkan
ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, dan pemakaian
barang-barang, serta kekayaan. Jadi status ekonomi adalah tingkatan
kekayaan seseorang dalam hubungan dengan masyarakat
disekelilingnya.
Status ekonomi adalah suatu keadaan atau situasi dimana
diperlukan kecermatan dalam hal pengeluaran uang (Princeton
Univercity, 2000).
Peranan kepala keluarga sangatlah penting dalam menentukan
ekonomi keluarga. Pada banyak keluarga, ayah merupakan satu-
satunya sumber pendapatan untuk memenuhi semua kebutuhan
keluarga misalnya membeli pangan, sandang, papan dan biaya
kesehatan (Tinuk Istiarti T, 2000)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Depkes, tahun 1999
bahwa pada status ekonomi masyarakat yang masih rendah, secara
tidak langsung keadaan ini dapat menimbulkan faktor resiko ancaman
kesehatan bagi pertumbuhan dan perkembangan neonatal. Biasanya
golongan masyarakat ini sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan
maupun informasi kesehatan.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
27/65
27
Berdasarkan sumber informasi media online Upah Minimal
Regional (UMR) pada tahun 2009 2010 pada Propinsi Kalimantan
Timur Kota Samarinda sebesar Rp.1.002.000,-
(http://allows.wordpress.com, 2009).
3. Budaya
Budaya adalah penciptaan, penerbitan dan pengelolaan nilai-nilai
insani, tercakup didalamnya usaha memanusiakan diri dalam
lingkungan, baik fisik maupun sosial. Dalam budaya terdapat nilai-nilai
ataupun kepercayaan yang sangat mempengaruhi perilaku kesehatan
(Munandar Sulaiman, 1995)
Budaya merupakan hasil cita, rasa dan karsa manusia dimana
unsur perilaku memegang peranan penting dalam proses
pembentukan budaya. Berbicara tentang budaya berarti berbicara
juga tentang perilaku (Fauliya Eva, 1998).
Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan tahun 1999,
bahwa beraneka ragamnya budaya yang ada di Indonesia sangat
mempengaruhi keberhasilan program KIA termasuk dalam hal ini
kunjungan neonatal.
4. Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana adalah sesuatu yang dipakai sebagi alat untuk
mempermudah pekerjaan, upaya atau tujuan (Poerwadarminta, 1997).
http://allows.wordpress.com/http://allows.wordpress.com/ -
8/6/2019 Skripsi Zuama
28/65
28
Sarana pelayanan kesehatan dapat juga mempengaruhi
rendahnya kunjungan neonatal ke puskesmas. Banyaknya jenis
sarana pelayanan kesehatan yang ada disekitar puskesmas dan
kurang memadainya fasilitas yang ada di puskesmas memungkinkan
masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih memadai dan
mudah dijangkau (Profil PKM, 2008).
Pada tahun 2006, di Propinsi Sulawesi Tengah menunjukkan
bahwa cakupan K1 secara keseluruhan sebesar 86,3% cakupan ini
mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2005, 88,1% dan
belum mencapai target 90%, K1 kisaran tertinggi Kota Palu sebasar
98,1% dan kisaran Terendah Kabupaten Tojo Una-una 75,5%.
Sedangkan cakupan K4 secara keseluruhan sebesar 77,0%, hal ini
bila dibandingkan tahun 2005 (80,2%). K4 dengan kisaran tertinggi
Kota Palu sebesar 88,1% dan terendah Kabupaten Tojo una-una
63,1% Untuk target propinsi sebesar 82,2%. Dari hal tersebut diatas
bahwa terjadi penurunan cakupan (http://kiasulteng.wordpress.com,
2006).
Kedua indikator pelayanan Antenatal K1 dan K4 tersebut secara
propinsi masih tingginya ibu hamil yang tidak melakukan ANC (K1)
dan pemeriksaan ulang (K4), ini disebabkan kerena masih rendahnya
pengetahuan ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan ANC kefasilitas
pelayanan kesehatan atau masyarakat yang kurang puas dengan
kualitas pelayanan petugas, disisi lain faktor yang mendukung hal
http://kiasulteng.wordpress.com/http://kiasulteng.wordpress.com/ -
8/6/2019 Skripsi Zuama
29/65
29
tersebut diatas adalah distribusi bidan di kabupaten/kota yang tidak
merata, juga adanya mutasi atau perpindahan karena pengangkatan
PNS/ mengikuti suami (http://kiasulteng.wordpress.com, 2006).
D. Kerangka Teoritis
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga
kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam maupun di luar
puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan rumah.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan neonatal adalah
jika cakupan pemeriksaan neonatal mencapai 85% dengan frekuensi
minimal 2 kali yaitu 1 kali pada umur 0 7 hari dan 1 kali umur pada
umur 8 28 hari (Depkes RI, 1999)
Menurut Depkes RI (1999), adanya perbedaan cakupan
kunjungan neonatal (KN) di tiap daerah dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, pengetahuan, status ekonomi, budaya dan sarana
pelayanan kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan
kerangka teoritis sebagai berikut ini :
http://kiasulteng.wordpress.com/http://kiasulteng.wordpress.com/ -
8/6/2019 Skripsi Zuama
30/65
30
Sumber : Departemen Kesehatan, 1999
Faktor faktor yang
Faktor internal
1. Pendidikan
2. Pengetahua
Faktor eksternal
1. Budaya
2. Sarana
Pelayanan
Kunjungan
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
31/65
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional
dimana suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus dalam satu waktu (Notoatmodjo,
2005).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor faktor yang
mempengaruhi rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di
Puskesmas Sungai Mariam pada tahun 2009.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskemas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September 2010
sampai dengan Oktober 2010.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
32/65
32
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
mempunyai neonatal (0 28 hari) yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Mariam tahun 2009.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
neonatal (0-28 hari) di wilayah kerja Puskesmas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai kartanegara tahun 2009.
Pengambilan sampel dilakukan secara Accidental Sampling
dimana menurut Prof. Rozaini Nasution (2003) sampel diambil atas
dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu, juga
sampel yang dikehendaki tidak berdasarkan pertimbangan yang
dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja,
kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja.
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen (bebas) adalah pengetahuan, status ekonomi, budaya
serta sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan variabel dependen
(terikat) adalah kunjungan neonatal.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
33/65
33
Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini :
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
E. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan rendahnya cakupan
kunjungan neonatal (0 - 28 hari) di Puskesmas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009.
2. Ada pengaruh antara status ekonomi dengan rendahnya cakupan
kunjungan neonatal (0 - 28 hari) di Puskesmas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009.
Independen Dependen
Pengetahuan
Status Ekonomi
Budaya
Sarana Pelayanan
Kesehatan
Kunjungan
Neonatal (0-28 hari)
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
34/65
34
3. Ada pengaruh antara budaya dengan rendahnya cakupan
kunjungan neonatal (0 - 28 hari) di Puskesmas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009.
4. Ada pengaruh antara sarana pelayanan kesehatan dengan
rendahnya cakupan kunjungan neonatal (0 - 28 hari) di Puskesmas
Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai
Kartanegara Tahun 2009.
F. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel yang diteliti terdiri atas :
1. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kunjungan neonatal di
Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai
Kartanegara.
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, status
ekonomi, budaya dan sarana pelayanan kesehatan.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
35/65
35
G. Definisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Kriteria Objektiv Alat Ukur Skala Ukur
Variabel Dependent
KunjunganNeonatal
Kontak neonataldengan tenagakesehatan untukmendapatkanpelayanan kesehatan
1. Tidak adakunjungan, bilascore < 50%
2. Ada kunjungan bilascore 50% Menggunakan
kusionerNominal
Variabel Independen
Pengetahuan
Segala sesuatu yangdiketahui ibu tentangkunjungan neonatal
1. PengetahuanKurang baik bilascore < 50%
2. Pengetahuan Baikbila score 50%
MenggunakanKusioner
Nominall
Status Ekonomi
Tingkat pendapatanseseorang dalamsatu bulan yang
diukur atau dinilaidengan sejumlahuang berdasarkanUMR 2010Kalimantan timur Rp.1.002.000
1. Rendah, Bila < Rp.1.002.000
2. Tinggi, Bila Rp.
1.002.000Menggunakan
KusionerOrdinal
Budaya
Nilai-nilai kebiasaanatau kepercayaan ibutentang kunjunganneonatal
1. Tidak adapengaruh, bilascore < 50 %
2. Ada score bila adapengaruh 50%
MenggunakanKusioner
Ordinal
SaranaPelayananKesehatan
Segala fasilitas yangtersedia untukmendapatkanpelayanan kesehatanneonatal
1. Tidak lengkap, bilascore < 50%
2. Lengkap, bila score 50%
MenggunakanKusioner
Nominal
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
36/65
36
H. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara primer dan sekunder di
wilayah kerja Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana
Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
1. Data Primer
a. Observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung di
lokasi penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
dapat dituangkan dalam penyajian data.
b. Melakukan wawancara langsung dan menggunakan kuisioner
kepada para responden ibu yang memiliki neonatal 0 28 hari
tahun 2009.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengamatan
pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti yaitu pengumpulan data jumlah ibu
yang memiliki neonatal 0 28 hari.
I. Teknik Pengolahan Data
1. Coding
Coding dimaksudkan untuk merubah bentuk data menjadi kode
agar mempermudah dalam pengolahan data.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
37/65
37
2. Pengolahan data
Pengolahan data menggunakan komputerisasi dengan
perangkat lunak pengolah statistik.
J. Teknik analisa data
Data yang dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah menjadi dua
macam, sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Tujuan analisa ini adalah menjelaskan dan mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel
terikat yaitu kunjungan neonatal maupun variabel bebas yaitu
pengetahuan, status ekonomi, budaya serta sarana pelayanan
kesehatan.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat ini digunakan untuk menguji hubungan
masing-masing dua variabel yaitu variabel kunjungan neonatal
dengan variabel pengetahuan, variabel kunjungan neonatal dengan
variabel status ekonomi, variabel kunjungan dengan variabel
budaya dan variabel kelelahan dengan variabel sarana pelayanan
kesehatan. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (X2)
dengan menggunakan Statistic Product and Service System
(SPSS).
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
38/65
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Puskemas Sungai Mariam
Luas Batas Wilayah Puskesmas Sungai mariam
Puskemas Sungai Mariam merupakan salah satu puskemas
yang ada di wilayah pantai Kabupaten Kutai Kartanegara.
Puskesmas Sungai Mariam terletak di Kecamatan Anggana.
Jarak tempuh dari kota Tenggarong lewat jalan raya adalah 80
km, melewati ibukota propinsi Samarinda, sedangkan jarak
tempuh ke ibukota propinsi Samarinda hanya berjarak
sekitar 20 km.
Puskemas Induk Sungai Mariam terletak di Desa Sungai
Mariam, dibangun pada tahun 1974 dengan luas tanah 5,612 km
persegi dengan luas bangunan 692,8 km persegi. Bila
dibandingkan dengan konsep kerja puskemas, dimana sasaran
penduduk yang dilayani oleh sebuah puskemas rata rata 30.000
penduduk, maka keberadaan satu puskemas ini sudah memenuhi
target, ini berarti bahwa Puskemas Sungai Mariam diharapkan
sudah dapat menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya.
Namun dengan kondisi geografis yang terpencar di daerah delta
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
39/65
39
Mahakam maka tidak semua wilayah mudah dijangkau oleh
petugas puskemas.
Puskemas Sungai Mariam memiliki Sembilan puskemas
pembantu antara lain :
a. Puskemas pembantu Desa Anggana
b. Puskemas pembantu Desa Kutai Lama
c. Puskemas pembantu Desa Handil Terusan
d. Puskemas pembantu Desa Muara Pantuan
e. Puskesmas pembantu Desa Sepatin
f. Puskemas pembantu Desa Tani baru
g. Puskemas pembantu Desa Sidomulyo
h. Puskemas pembantu Tanjung Berukang
i. Puskemas pembantu Sungai Tempurung
Dari kesembilan puskesmas pembantu tersebut semua telah
tersedia petugas yang siap memberikan pleayanan kepada
masyarakat. Setiap puskesmas pembantu terisi oleh 1 orang
perawat.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
40/65
40
Ketenagaan Puskesmas terdiri dari :
NOJENIS
ADA STATUSLOKASI
TENAGAINDUK PUSTU POLINDES
RWTINAP
1 Dokter 4
PNS
PNS
PNS T3D
2DokterGigi
3
PNS
PNS
PNS
3 Perawat 27
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
TKK
CPNS
CPNS
CPNS
CPNS PNS
PNS
PNS
PNS
PNS PNS
CPNS
CPNS
T3D T3D
TKK
TKK
TKK TKK
TKK
TKK
TKK
4PerawatGigi
1PNS
5 Bidan 19 PNS PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS PNS
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
41/65
41
PNS
PNS
T3D
PNS
PNS
PNS
CPNS
PNS
PTT
T3D
T3D
6As.Apoteker
2PNS
T3D
7 Analis 1 PNS 8 Kesling 1 PNS
9 Nutrisionis
1PNS
10 Kesmas 2CPNS
PNS
11Administr
asi11
PNS
PNS
PNS
CPNS
CPNS
CPNS
CPNS
T3D
T3D
TKK
T3D
Sumber : Profil dan Perencanaan Puskesmas Tahun 2009
2. Karakteristik Responden
a. Distribusi Umur
Umur adalah umur responden dihitung dalam tahun
berdasarkan ulang tahun terakhir pada ibu yang melakukan
kunjungan neonatus.
Lanjutan dari hal
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
42/65
42
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada IbuBayi yang Melakukan Kunjungan Neonatus di Puskemas SungaiMariam Kecamatan Anggana Tahun 2009
No Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)
1. 20 22 tahun 3 10
2. 23 25 tahun 1 3.33. 26 28 tahun 12 40
4. 29 31 tahun 7 23.3
5. 35 37 tahun 6 20
7. > 37 tahun 1 3.3
Total 30 100
Pada tabel 1 tersebut diatas, kelompok usia responden
terbanyak adalah pada kelompok usia 26 28 tahun yaitu sebesar
40% sedangkan pada kelompok usia 23 - 25 tahun dan usia di
atas 37 tahun hanya sebesar 3,3%. Berikut ini tabel distribusi
menurut golongan kelompok umur ibu bayi yang melakukan
kunjungan neonatus.
b. Distribusi Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan jenjang pembelajaraan formal yang
pernah diselesaikan oleh responden. Pendidikan berhubungan
dengan proses belajar seseorang, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
43/65
43
Tabel berikut ini menunjukkan distribusi responden menurut
tingkat pendidikan.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Bayiyang Melakukan Kunjungan Neonatus di Puskemas SungaiMariam Kecamatan Anggana Tahun 2009
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1. SD 4 13.3
2. SMP 12 40
3. SMA 10 33.3
4. Akademik 4 13.3
Total 30 100
Pada tabel 2 tersebut di atas, terlihat bahwa responden
terbanyak adalah berpendidikan SMP yakni sebanyak 12 orang
dengan persentase sebesar 40 %, sedangkan untuk akademik
dan SD hanya sebanyak 4 responden dengan persentase 13,3 %
serts untuk pendidikan SMA sebesar 33,3 %
c. Distribusi Pekerjaan
Pekerjaan adalah jenis kegiatan atau jenis mata
pencaharian yang ditekuni oleh seseorang dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan anggota keluarganya. Pekerjaan
seseorang menunjukkan tingkat ekonomi orang tersebut
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
44/65
44
Dalam penelitian ini jenis pekerjaan responden adalah jenis
kegiatan yang dilakukan oleh responden sehari hari. Pada
tabel berikut ini distribusi responden menurut jenis pekerjaan :
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu Bayi yangMelakukan Kunjungan Neonatus di Puskemas Sungai MariamKecamatan Anggana Tahun 2009
No Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1. PNS 2 6.7
2. Tidak bekerja/IRT 25 83.3
3. THL 3 10
Total 30 100
Data tabel 3 tersebut di atas, menunjukkan bahwa terdapat 25
responden dengan persentase sebesar 83,3 % yang tidak bekerja
atau hanya sebagai ibu rumah tangga, dan yang bekerja sebagai
Pegawai negeri Sipil (PNS) sebesar 2 orang atau hanya 6,7%.
3. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti
yaitu variabel terikat adalah kunjungan neonatal dan variabel bebas
mencakup pengetahuan, status ekonomi, budaya serta pelayanan
kesehatan.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
45/65
45
a. Distribusi Kunjungan Neonatal
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan
umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.
Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut
antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 28 hari)
minimal 2 kali, satu kali pada umur 0 sampai 7 hari dan dua kali lagi
pada umur 8 sampai 28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan
neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan
kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada
ibu.
Pada penelitian ini variabel terikat pada penelitian ini adalah
kunjungan neonatal, berikut distribusi kunjungan neonatal di
Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Neonatus diPuskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009
No Kunjugan Neonatus Frekuensi Persentase (%)
1. Ada Kunjungan 13 43,3
2.Tidak AdaKunjungan
17 56,7
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa dalam
kunjungan neonatal, responden yang melakukan kunjungan
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
46/65
46
neonatal adalah sebanyak 13 orang atau sebesar 43,3% dan
responden yang tidak melakukan kunjungan adalah sebanyak 17
orang atau sebanyak 56,7%.
b. Distribusi Pengetahuan
Distribusi pengetahuan responden tentang Kunjungan
Neonatus di Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana
Tahun 2009 dalam pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di PuskemasSungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009
No Pengetahun Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 20 66,7
2. Kurang baik 10 33,3
Total 30 100
Berdasarkan tabel 5 tersebut distribusi pengetahuan dapat
dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang baik
sebanyak 20 responden atau sebesar 66,7% dan pengetahuan
yang rendah adalah sebanyak 10 responden dengan persentase
sebesar 33,3 %.
c. Distribusi Status Ekonomi
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
47/65
47
Distribusi status ekomoni responden di Puskemas Sungai
Mariam Kecamatan Tahun 2009 dalam pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di PuskemasSungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009
No Status Ekonomi Frekuensi Persentase (%)
1. Tinggi 11 36,7
2. Rendah 19 63,3
Total 30 100
Terlihat pada tabel 6 diatas bahwa tingkat Status Ekonomi
responden setiap bulan berdasarkan UMR Kalimantan Timur
menunjukkan bahwa proporsi terbesar responden adalah tingkat
status ekonomi tinggi di bawah Rp. 1.002.000 yaitu sebesar
63,3% dan sisanya hanya sebesar 36,7% dengan tingkat status
ekonomi di atas Rp. 1.002.000.-
d. Distribusi Budaya
Budaya dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai kebiasaan
atau kepercayaan ibu tentang kunjungan neonatal. Berikut ini
distribusi budaya di Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Tahun
2009 dalam pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Tentang KunjunganNeonatus di Puskemas Sungai Mariam Kecamatan AngganaTahun 2009
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
48/65
48
No Budaya Frekuensi Persentase (%)
1. Ada Pengaruh 13 43,3
2. Tidak Ada Pengaruh 17 56,7
Total 30 100
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa responden
yang tidak berpengaruh terhadap budaya sebanyak 17 orang
dengan persentase sebesar 56,7% dan sebesar 43,3%
berpengaruh terhdapa budaya dalam kunjungan neonatus di
Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kutai
Kartanegara.
e. Distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan
Berikut ini distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan di
Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Tahun 2009 dalam pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan di
Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009
NoPelayananKesehatan
Frekuensi Persentase (%)
1. Lengkap 16 53,3
2. Tidak Lengkap 14 46,7
Total 30 100
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
49/65
49
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa responden
yang mengatakan bahwa sarana pelayanan kesehatan lengkap
sebanyak 16 responden dengan persentase sebesar 53,3% dan
responden yang mengatakan sarana pelayanan kesehatan tidak
lengkap sebanyak 14 responden atau sebesar 46,7%.
4. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya cakupan kunjungan neonatal 0 28 hari
di Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten
Kutai Kartanegara yang terdiri dari pengetahuan, status ekonomi,
budaya serta sarana pelayanan kesehatan.
a. Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap rendahnya cakupan
neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan
Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009.
Hasil analisis pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap
rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai
Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Distribusi Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap RendahnyaCakupan Neonatal 0 28 hari di Puskemas Sungai MarianKecamatan Anggana Kabupaten Kutai kartanegara Tahun 2009
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
50/65
50
Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dilihat dari 13 responden
yang melakukan kunjungan neonatal,sebanyak 1 orang atau
sebesar 10% memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai
kunjungan neonatal dan sebanyak 12 responden dengan
persentase sebesar 60% memiliki tingkat pengetahuan baik
mengenai kunjungan neonatal, sedangkan dari 17 responden
yang tidak melakukan kunjungan neonatal, sebanyak 9
responden dengan persentase sebesar 90% memiliki
pengetahuan rendah mengenai kunjungan neonatal dan
persentase sebesar 40% atau sebanyak 8 orang memiliki tingkat
pengetahuan baik mengenai kunjungan neonatal.
TingkatPengeta
huan
Cakupan KunjunganNeonatal 0-28 hari
Total Pvalue
ORAda
KunjunganTidak AdaKunjungan
n % n % N %
Baik 12 60 8 4020 100
0,017 13,500Kurang
Baik1 10 9 90 10 100
Total 13 43,3 17 56,7 30 100
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
51/65
51
Berdasarkan uji statistik Chi square didapatkan nilai p
sebesar 0,017 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai (0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara tingkat
pengetahuan terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari
di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten
Kartanegara Tahun 2009.
Nilai Odss Ratio (OR) yang diperoleh sebesar 13,500 artinya
ibu yang memiliki pengetahuan baik memiliki peluang untuk
melakukan kunjungan neonatal 13,500 kali dibandingkan dengan
ibu yang memiliki pengetahuan rendah tentang kunjungan
neonatal.
b. Pengaruh tingkat status ekonomi terhadap rendahnya cakupan
neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan
Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009.
Distribusi pengaruh tingkat status ekonomi terhadap
rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai
Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Distribusi Pengaruh Tingkat Status Ekonomi terhadapRendahnya Cakupan Neonatal 0 28 hari di Puskemas SungaiMarian Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai kartanegaraTahun 2009
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
52/65
52
Berdasarkan tabel 10 tersebut analisis pengaruh antara status
ekonomi dengan kunjungan neonatal diperoleh hasil sebanyak 8
responden atau sebesar 72.7% dari 11 responden ibu yang
memiliki status ekonomi yang tinggi melakukan kunjungan
neonatal, sedangkan persentase sebesar 73,7% atau sebanyak
14 responden memiliki status ekonomi yang rendah tidak
melakukan kunjungan neonatal.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,023 yang artinya
nilai tersebut lebih kecil dari nilai (0,05) sehingga dapat diberi
kesimpulan bahwa ada pengaruh tingkat status ekonomi
terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas
TingkatStatus
Ekonomi
Cakupan Kunjungan
Neonatal 0-28 hari TotalP
valueOR
AdaKunjungan
Tidak AdaKunjungan
n % N % N %
Tinggi 8 72,7 3 27.311 100
0,023 7,467Rendah 5 26,3 14 73,7 19 100
Total 13 43,3 17 56,7 30 100
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
53/65
53
Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara
Tahun 2009.
Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar
7,467 artinya ibu yang memiliki status ekonomi yang tinggi
memiliki peluang untuk melakukan kunjungan neonatal 7,467 kali
dibandingkan dengan ibu yang memiliki status ekonomi yang
rendah.
c. Pengaruh budaya terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 28
hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana
Kabupaten Kartanegara Tahun 2009
Tabel distribusi untuk melihat tingkat pengaruh budaya
terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas
Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara
adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Distribusi Pengaruh Budaya terhadap Rendahnya CakupanNeonatal 0 28 hari di Puskemas Sungai Marian KecamatanAnggana Kabupaten Kutai kartanegara Tahun 2009
Budaya
Cakupan KunjunganNeonatal 0-28 hari
TotalP
valueOR
AdaKunjungan
Tidak AdaKunjungan
n % n % N %
Adapengaruh
2 15,4 11 84,613 100
0,020 0,099Tidak adapengaruh
11 64,7 6 35,3 17 100
Total 13 43,3 17 56,7 30 100
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
54/65
54
B
Berdasarkan tabel 11 diatas dapat dilihat dari 13 responden
yang melakukan kunjungan neonatal adalah sebanyak 11
responden dengan persentase sebesar 64,7 % yang tidak
terpengaruh budaya dan 2 orang dengan persentase sebesar
15,4% terpengaruh budaya dalam melakukan kunjungan
neonatal. Sedangkan dari 17 responden yang tidak melakukan
kunjungan neonatal sebanyak 6 responden dengan persentase
sebesar 35,5% yang tidak terpengaruh budaya dan 84,6% atau
sebanyak 11 responden terpengaruh oleh budaya.
Analisis pengaruh antara budaya dengan kunjungan
neonatal diperoleh hasil uji statistik dengan nilai p sebesar 0,020
dimana nilai p tersebut lebih kecil dari nilai (0,05) sehingga
dapat disimpulkan ada pengaruh budaya terhadap rendahnya
cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009.
Hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar 0,099 yang
artinya ibu yang tidak terpengaruh budaya memiliki peluang
untuk melakukan kunjungan neonatal sebesar 0,099 kali
dibandingkan dengan ibu yang terpengaruh oleh budaya.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
55/65
55
d. Pengaruh antara pelayanan kesehatan terhadap rendahnya
cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009.
Hasil distribusi tabel silang untuk melihat tingkat pengaruh
antara sarana pelayanan kesehatan dengan kunjungan neonatal
adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Distribusi Pengaruh Sarana Pelayanan Kesehatan terhadapRendahnya Cakupan Neonatal 0 28 hari di Puskemas SungaiMarian Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai kartanegaraTahun 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 13 responden yang
melakukan kunjungan neonatal adalah sebanyak 6 responden
SaranaPelayananKesehatan
Cakupan KunjunganNeonatal 0-28 hari
TotalP
valueOR
AdaKunjungan
Tidak AdaKunjungan
n % n % N %
Lengkap 6 37,5 10 62,516 100
0,749 0.099Tidak
Lengkap7 50 7 50 14 100
Total 13 43,3 17 56,7 30 100
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
56/65
56
dengan persentase sebesar 37,5% mengatakan sarana pelayanan
kesehatan lengkap dan 7 responden atau sebesar 50% mengatakan
sarana pelayanan kesehatan tidak lengkap. Sedangkan dari
17 responden yang tiak melakukan kunjungan neonatal sebanyak
7 responden atau sebesar 50% mengatakan sarana pelayanan
kesehatan tidak lengkap dan persentase sebesar 62,5% mengatakan
sarana pelayanan lengkap.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,749
dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai (0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh sarana antara pelayanan
kesehatan terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di
Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten
Kartanegara Tahun 2009
B. Pembahasan
Pada penelitian ini faktor-faktor yang terbukti memiliki pengaruh
yang bermakna dengan kunjungan neonatal antara lain pegetahuan,
status ekonomi, sedangkan yang tidak terbukti berpengaruh adalah
pelayanan kesehatan.
1. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
antara pengetahuan dengan kunjungan neonatal hal ini dikarenakan
nilai p sebesar 0,017 yang kemudian dibandingkan dengan nilai
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
57/65
57
(0,.05). Nilai Odds Ratio menunjukkan bahwa ibu dengan
pengetahuan yang baik tentang kunjungan neonatal mempunyai
peluang untuk melakukan kunjungan neonatal sebesar 13,500 kali
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang
baik.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan merupakan
faktor untuk melakukan perubahan perilaku kesehatan (Notoadmodjo,
2005).
Berdasarkan hasil untuk responden yang memiliki pengetahuan
baik dan melakukan kunjungan neonatal, sudah sangat jelas karena
responden mengetahui apa manfaat dari melakukan kunjungan
neonatal, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang
kurang baik dan melakukan kunjungan neonatal karena jarak antara
Puskesmas Sungai Mariam dengan tempat tinggal responden tidak
jauh jaraknya, selain itu responden melakukan kunjungan neonatal
berdasarkan ajakan tetangga yang rutin melakukan kunjungan
neonatal.
Untuk responden yang memiliki pengetahuan baik dan tidak
melakukan kunjungan neonatal karena walaupun responden telah
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
58/65
58
mengetahui apa manfaat dari kunjungan neonatal akan tetapi
kesadaran responden sangat kurang dan menganggap tidak ada
masalah terhadap bayinya, sehingga mereka tidak perlu melakukan
kunjungan neonatal di Puskesmas Sungai Mariam, sedangkan
responden dengan pengetahuan kurang baik dan tidak melakukan
kunjungan neonatal karena pengetahuan yang kurang tentang
manfaat dari kunjungan neonatal, tidak bersedia untuk hadir apabila
ada penyuluhan tentang kunjungan neonatal dan jarak antara tempat
tinggal responden dengan puskesmas sungai mariam cukup jauh. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
keperawatan jurusan kebidanan Balikpapan yang telah dilakukan
pada daerah binaan kelompok II desa Teluk Dalam Kecamatan
Samboja tahun 2006.
2. Status Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh status ekonomi
terhadap kunjungan neonatal dengan nilai p sebesar 0,023 dimana
bila dibandingkan dengan nilai (0,05) berarti nilai p lebih kecil
daripada . Nilai Odss Ratio menunjukkan bahwa ibu dengan status
ekonomi tinggi mempunyai peluang untuk melakukan kunjungan
neonatal sebesar 7,467 kali daripada ibu yang memiliki status
ekonomi rendah.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
59/65
59
Berdasarkan hasil penelitian untuk responden dengan status
ekonomi baik dan melakukan kunjungan neonatal, segala kemudahan
dapat responden peroleh karena administrasi dari jasa yang diperoleh
dari kunjungan neonatal tidak menjadi masalah, sedangkan respoden
dengan status ekonomi rendah dan melakukan kunjungan neonatal
karena walaupun kesulitan dalam hal biaya pembayaran atas jasa
kunjungan neonatal responden berusaha dengan cara membuat
keterangan tidak mampu agar responden dapat memperoleh
pelayanan jasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Depkes (1999) bahwa status
ekonomi masyarakat yang masih rendah secara tidak langsung dapat
menimbulkan faktor risiko ancaman kesehatan bagi pertumbuhan dan
perkembangan neonatal. Biasanya golongan masyarakat ini sulit
dijangkau oleh pelayanan kesehatan maupun informasi kesehatan
Responden dengan status ekonomi baik dan tidak melakukan
kunjungan neonatal, walaupun responden mampu dalam pembiayaan
atas jasa dari kunjungan neonatal akan tetapi responden tidak
melakukan kunjungan neonatal karena merasa bahwa bayinya tidak
ada masalah dalam kesehatan, kurangnya kesadaran responden akan
manfaat dari kunjungan sehingga tidak perlu melakukan kunjungan
neonatal, sedangkan responden dengan status ekonomi rendah dan
tidak melakukan kunjungan neonatal karena selain tidak mampu
dalam membayar jasa dari pelayanan atas kunjungan neonatal
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
60/65
60
responden juga tidak berusaha mengurus surat tidak mampu. Jarak
tempat tinggal dengan Puskesmas Sungai Mariam cukup jauh
sehingga membutuhkan biaya untuk sarana transpotasi yang menurut
responden daripada untuk transportasi lebih baik biaya dipergunakan
untuk kebutuhan sehari-hari. Penelitian serupa telah dilakukan oleh
Hamdana Yunisar, mahasiswa kebidanan Balikpapan pada tahun
2006.
3. Budaya
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara budaya
terhadap kunjungan neonatal dengan nilai p sebesar 0,020 dimana
nilai tersebut lebih kecil dari dibandingkan dengan nilai (0,05). Nilai
Odds Ratio menunjukkan bahwa ibu dengan tidak terpengaruh
budaya mempunyai peluang untuk melakukan kunjungan neonatal
sebesar 0.099 kali daripada ibu yang terpengaruh budaya.
Hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak melakukan
kunjungan neonatal adalah ibu yang terpengaruh budaya.
Berdasarkan hal tersebut diatas bahwa sebagian masyarakat
masih memegang budaya mengenai pantangan untuk keluar rumah
sebelum anak berusia 40 hari, yang mempengaruhi perilaku
kesehatan sehingga menyebabkan rendahnya jumlah kunjungan
neonatal di Puskemas Sungai Mariam.
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
61/65
61
Sedangkan responden yang melakukan kunjungan adalah
responden yang tidak terpengaruh dengan budaya, karena responden
sudah berfikir secara moderen sehingga pemeliharaan atau
perawatan neonatal sangat penting dari pada mengikuti budaya yang
menurut responden hanya sebagai mitos saja. Sedangkan responden
yang terpengaruh dan tidak ada kunjungan dikarenakan masih
mempercayai hal hal yang ditabukan oleh keluarga.
Menurut Fauliyah Eva (1998) budaya merupakan hasil cita, rasa
dan karsa manusia dimana unsur perilaku memegang peranan
penting dalam proses pembentukan budaya. Berbicara tentang
budaya berbicara mengenai perilaku wilayah kerja. Berdasarkan hasil
survey Departemen Kesehatan (1999) bahwa beraneka ragamnya
budaya yang ada di Indonesia sangat mempengaruhi keberhasilan
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk cakupan kunjungan
neonatal (Depkes RI, 1999).
4. Sarana Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh kunjungan
neonatal terhadap sarana pelayanan kesehatan dengan nilai p
sebesar 0,749 dibandingkan dengan nilai (0,05), nilai p tersebut
lebih besar nilai .
Berdasarkan hasil penelitian di Puskemas Sungai Mariam segala
kelengkapan sarana dan prasarana sudah cukup memadai mengingat
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
62/65
62
puskemas ini adalah puskemas tipe baik yang dapat memberikan
pelayanan sesuai dengan tindakan yang harus diberikan.Hal ini
terlihat bahwa masyarakat tidak melakukan kunjungan ke sarana
pelayanan kesehatan yang ada tetapi dikarenakan faktor faktor yang
lain dan salah satunya adalah dengan keberadaan puskemas yang
masih tergolong jauh terjangkau oleh warga.
Hasil penelitian dari respondesn menunjukkan dari kelengkapan
sarana yang ada, responden melakukan kunjungan hal ini
menunjukkan bahwa mereka merasa puas dan cukup mendapatkan
pelayanan dari petugas, sedangkan yang tidak melakukan kunjungan
dikarenakan kebutuhan kunjungan hanya dilakukan seperlunya saja
dan juga dikarenakan keterjangkauan dari sarana pelayanan
kesehatan masih sangat dicapai mengingat wilayah yang sangat
terpencil dan terisolir. Responden yang melakukan kunjungan
walapun mereka menganggap sarana tidak lengkap karena tidak ada
alternatif lain selain sarana yang ada.
Sarana pelayanan kesehatan dapat juga mempengaruhi
rendahnya kunjungan neonatal ke puskesmas. Banyaknya jenis
sarana pelayanan kesehatan yang ada disekitar puskesmas dan
kurang memadainya fasilitas yang ada di puskesmas memungkinkan
masyarakat mencari alternative pengobatan yang lebih memadai dan
mudah dijangkau (Profil Pkm, 2008).
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
63/65
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang mempengaruhi
rendahnya cakupan kunjungan neonatal 0 28 hari di Puskesmas
Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara
tahun 2009, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
64/65
64
1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap rendahnya
cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009 dengan
hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,017 dimana nilai
tersebut lebih kecil dari nilai (0,05).
2. Ada pengaruh tingkat status ekonomi terhadap rendahnya cakupan
neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan
Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009. dengan Hasil uji
statistik diperoleh nilai p sebesar 0,023 dimana nilai tersebut lebih
kecil dari nilai (0,05).
3. Ada pengaruh budaya terhadap rendahnya cakupan neonatal 0
28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana
Kabupaten Kartanegara Tahun 2009 dengan hasil uji statistik
diperoleh nilai p sebesar 0,020 dimana nilai p tersebut lebih kecil
dari nilai (0,05).
4. Tidak ada pengaruh antara sarana pelayanan kesehatan terhadap
rendahnya cakupan neonatal 0 28 hari di Puskesmas Sungai
Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009
dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,749 dimana
nilai p tersebut lebih besar dari nilai (0,05).
B. Saran
-
8/6/2019 Skripsi Zuama
65/65
65
Berdasarkan hasil kesimpulan yang dikemukakan, maka ada
beberapa hal yang dapat disarankan yaitu :
1. Diharapkan kepada Puskemas Sungai Mariam Kecamatan
Anggana Kabupaten Kartanegara untuk meyusun dan
meningkatkan program terpadu terhadap kunjungan neonatal
terutama pada program kunjungan neonatal 0 sampai 28 hari.
2. Petugas Kesehatan hendaknya memberikan sosialisasi mengenai
pentingnya kunjungan neonatal kepada masyarakat khususnya
ibu setelah melahirkan untuk kesehatan ibu dan anak.
3. Kepada masyarakat terutama ibu ibu yang mempunyai bayi usia
0 sampai 28 hari agar lebih aktif untuk melakukan kunjungan
neonatal.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang faktor
yang mempengaruhi kunjungan neonatal 0 sampai 28 hari
mengingat luasnya faktor faktor yang mempengaruhi kunjungan
neonatal.
5. Bagi institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
acuan untuk menambah wawasan dan referensi bagi mahasiswa
untuk pengetahuan teori maupun praktek.