skripsi deri.docx

133
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA STABILITAS DAN PREDIKTABILITAS BETA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU DAN BETA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana Jurusan Manajemen Disusun oleh Deri Rizki Maulana F 51111110! FAKULTAS EKONOMI UNI"ERSITAS #ENDERAL A$HMAD %ANI $IMAHI

Upload: icha-mulyani-ii

Post on 04-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA STABILITAS DAN PREDIKTABILITAS BETA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU DAN BETA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana Jurusan Manajemen

Disusun oleh Deri Rizki Maulana F5111111028

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANICIMAHI

2015

ii

2

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA STABILITAS DAN PREDIKTABILITAS BETA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU DAN BETA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR

SKRIPSI

Disusun oleh:Deri Rizki Maulana F5111111028

Menyetujui,Dosen Pembimbing

Ferikawita M. Sembiring, SE.,MSiNID 4121 348 72

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. Elis Dwiana Ratnamurni SE., MSCNID : 4121.191.67Ketua Jurusan Manajemen

Yadi Ernawadi, SE.,MSc.NID : 4121.202.67

Cimahi, Februari 2015

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Antara Stabilitas Dan Prediktabilitas Beta Saham Sektor Industri Penghasil Bahan Baku Dan Beta Saham Sektor Manufaktur.Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dalam penyajian materi maupun menganalisis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulisan penelitian ini tidak mungkin akan berhasil tanpa adanya bantuan yang penulis terima, baik berupa bimbingan, nasihat, petunjuk, dukungan moril, dan lainnya yang dipergunakan dalam penulisan penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:1. Ibu Dr. Elis Dwiana R, SE.,MP selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani2. Bapak Yadi Ernawadi, SE.,MSc selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani3. Ibu Leni Evangalista M, SE.,MSi selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani4. Bapa Juddy Prabowo, SE.,MP selaku dosen wali, yang telah memberikan motivasi bagi penulis selama perkuliahan.5. Ibu Ferikawita M.S, SE.,MSi selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, bantuan dan telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dengan penuh kesabaran membimbing penulis selama penyusunan penelitian.6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad YaniSelain itu, peneliti juga mengucapkan terima kasih yang tiada hingga kepada : 1. Babeh dan Mamih, Bapa dan Mamah yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa, dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 2. Teman hidup sepanjang masa Icha Mulyani dan putriku tersayang Keyla Hasna Maulani yang selalu memberi dukungan, dan menjadi motivasi dikala lelah3. Bunda lhan, Teh Irma, Dinar, Bunda Aneu, Bunda Neng, dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat, keceriaan, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 4. Sahabat saat suka dan duka Indra Setiawan, Wiwit, Aidy, Puspita, Adityo, Irwan, Putu, Dendy, Handy, Ridwan5. Teman seperjuangan Asty Yuliana, Nita Liyuanita, Lusi Pratami, Fitri Khoerotun, Fanny D H.6. Teman- teman angkatan 2011, Fika Diana, Tian, Gilang, Fitri, Putri, Agi, Yanto, Danu, Indra H, Widy, Rendy dan yang lainnya yg tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas doa dan semangatnya.7. Febrin Stevanie yang telah memberikan bantuan dan semangatnya. Saya menyadari bahwa laporan yang dibuat ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan serta kesempurnaan dalam laporan usulan penelitian.Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, saya berharap agar laporan penelitian ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Cimahi, Februari 2015

Penulisix

DAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ivDAFTAR TABEL viiiDAFTAR GAMBAR xDAFTAR LAMPIRAN xiBAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang Penelitian 11.2 Identifikasi Masalah .. 9 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 91.4 Kegunaan Penelitian 101.5 Kerangka Pemikiran 111.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 24BAB II KAJIAN PUSTAKA 252.1 Manajemen Keuangan 252.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan 252.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan 252.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan 262.2 Sumber dan Penggunaan Dana 272.3 Investasi 282.3.1 Tujuan Investasi 292.3.2 Proses Investasi 302.3.3 Jenis Investasi 312.4 Pasar Modal 332.4.1 Instrumen Pasar Modal 332.4.2 Indeks Pasar Saham 342.4.3 Indeks Harga Saham Gabungan 35 2.4.4 Indeks LQ-45 352.5 Saham 362.6 Return dan Risiko Investasi 372.6.1 Return 372.6.2 Risiko 382.6.3 Risiko Sistematik dan Risiko Tidak Sistematik 402.7 Beta () 412.8 Perdagangan Tidak Sinkron 452.9 Metode Koreksi Bias Beta 472.9.1 Metode Scholes dan Williams 472.9.2 Metode Dimson 512.9.3 Metode Fowler dan Rorke 522.10 Stabilitas dan Prediktabilitas Beta 542.11 Studi Empirik 55BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 593.1 Objek Penelitian 603.1.1 Sejarah Singkat PT. Adaro Energy Tbk 603.1.2 Sejarah Singkat PT. Aneka Tambang Tbk 603.1.3 Sejarah Singkat PT. Astra Agro Lestari 613.1.4 Sejarah Singkat PT. Astra Internasional Tbk 623.1.5 Sejarah Singkat PT. Barito Pacific Tbk 623.1.6 Sejarah Singkat PT. Bumi Resources Tbk 633.1.7 Sejarah Singkat PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 643.1.8 Sejarah Singkat PT. Gudang Garam Tbk 653.1.9 Sejarah Singkat PT. Indocement Tunggal Prakarsa 663.1.10 Sejarah Singkat PT. Indofood CBP Sukses Makmur 673.1.11 Sejarah Singkat PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 683.1.12 Sejarah Singkat PT. Indo Tambangraya Megah Tbk 693.1.13 Sejarah Singkat PT. Semen Gresik (persero) Tbk 693.1.14 Sejarah Singkat PT. Bukit Asam Tbk 703.1.15 Sejarah Singkat PT. Unilever Indonesia Tbk 713.1.16 Sejarah Singkat PT. Vale Indonesia Tbk 723.2 Metode Penelitian 723.2.1 Operasionalisasi Variabel 733.2.2 Populasi dan Sampel 753.2.3 Jenis dan Sumber Data 763.2.4 Teknik Pengumpulan Data 773.2.5 Teknik Pengolahan Data 773.2.6 Teknik Analisis Data 78BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 834.1 Tahap-Tahap Penentuan Beta Saham Sektor Penghasil Bahan Baku dan Sektor Manufaktur 834.2 Analisis Pengujian Bias Beta Saham Sektor Penghasil Bahan Baku dan Sektor Manufaktur 874.3 Analisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham Sektor Penghasil Bahan Baku dan Sektor Manufaktur 984.3.1 Analisis Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham 984.3.2 Hasil Pengujian Korelasi Pearson 1004.4 Perbandingan Antara Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham Sektor Penghasil Bahan Baku dengan Sektor Manufaktur 102BAB V KESIMPULAN 1055.1 Kesimpulan 1055.2 Saran 108DAFTAR PUSTAKALAMPIRANDAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 24Tabel 3.1 Daftar Perusahaan pada Indeks LQ-45 58Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel 75Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan pada Indeks LQ-45 77Tabel 4.2.1 Nilai Beta Saham Industri Bahan Baku Selama Periode I 88Tabel 4.2.2 Nilai Beta Saham Industri Manufaktur Selama Periode I 88Tabel 4.2.3 Nilai Beta Saham Industri Bahan Baku Selama Periode II 88Tabel 4.2.4 Nilai Beta Saham Industri Manufaktur Selama Periode II 89Tabel 4.2.5 Nilai Beta Saham Industri Bahan Baku Selama Periode III 89Tabel 4.2.6 Nilai Beta Saham Industri Manufaktur Selama Periode III 89Tabel 4.2.7 Nilai Beta Saham Industri Bahan Baku Selama Periode IV 90Tabel 4.2.8 Nilai Beta Saham Industri Manufaktur Selama Periode IV 90Tabel 4.2.9 Nilai Beta Saham Industri Bahan Baku Selama Periode V 91Tabel 4.2.10 Nilai Beta Saham Industri Manufaktur Selama Periode V 91Tabel 4.2.11 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Bahan Baku Periode I 92Tabel 4.2.12 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Manufaktur Periode I 93Tabel 4.2.13 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Bahan Baku Periode II 93Tabel 4.2.14 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Manufaktur Periode II 93Tabel 4.2.15 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Bahan Baku Periode III 94Tabel 4.2.16 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Manufaktur Periode III 94Tabel 4.2.17 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Bahan Baku Periode IV 94Tabel 4.2.18 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Manufaktur Periode IV 95Tabel 4.2.19 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Bahan Baku Periode V 95Tabel 4.2.20 Nilai Unbiased Beta Saham Industri Manufaktur Periode V 95Tabel 4.3.2.1 Hasil Uji Korelasi Pearson Beta Saham Sektor Industri Penghasil Bahan Baku . 99Tabel 4.3.2.2 Hasil Uji Korelasi Pearson Beta Saham pada Sektor Industri Manufaktur 100Tabel 4.4.1 Perbandingan Hasil Uji Korelasi Pearson 102

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Harga Saham Sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI) 3Grafik1.3 Pergerakan Sektor Saham di Bursa Efek Indonesia 4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 23Gambar 2.1 Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung 32

xi

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang PenelitianDewasa ini pasar modal memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia melalui fungsi pendanaan dan investasi, dalam bentuk instrumen-instrumen pasar modal yang dalam konteks ini lebih banyak dikenal sebagai sekuritas. Sekuritas atau juga disebut efek atau surat berharga, merupakan aset finansial yang menyatakan klaim keuangan. Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 menyebutkan bahwa Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atau efek, dan setiap derivatif dari efek.Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten. Pasar modal memiliki fungsi penting sebagai lembaga perantara dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak

1

yang mempunyai kelebihan dana. Alokasi dana yang efisien dapat tercapai karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return terbesar.Pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, hal ini ditandai dengan adanya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (IHSG), sebagaimana yang diperlihatkan dalam grafik berikut :

Grafik 1.1 : Nilai IHSG Tahun 2008-2013Sumber : Berbagai Sumber, Data Diolah Kembali

Grafik di atas menjelaskan pergerakan nilai IHSG dari tahun 2008 sampai dengan 2013. Tahun 2008 nilai IHSG berkisar pada rentang harga RP. 1.141,40 pada 24 November 2008, dan merupakan nilai terendah dari beberapa tahun terakhir. Pergerakan nilai IHSG mulai mengalami pertumbuhan pada tahun 2009 - 2013, pada 24 November 2009 atau satu tahun berikutnya, IHSG berada pada nilai Rp. 2.471,88 dan puncaknya terjadi pada 16 Mei 2013 dengan nilai Rp. 5031,57.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek. IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu (Sunariyah 2011:140) Adapun saham merupakan instrumen keuangan yang vital bagi sebuah perusahaan yang telah go public atau berskala multinasional dalam usaha untuk mendapatkan sumber pendanaan bagi kegiatan operasional, investasi, dan ekspansi yang akan dilakukan oleh perusahaan tersebut. Bagi pihak investor saham adalah investasi untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang sesuai dengan harapan atas investasi yang dilakukan (return). Ketelitian diperlukan oleh pihak investor dalam memilih saham yang akan menjadi tempat investasi karena terdapat banyak subsektor dari sektor-sektor saham di Indonesia. Di antara sektor-sektor tersebut, sektor industri penghasil bahan baku dan manufaktur merupakan saham-sahamnya yang nilainya secara keseluruhan lebih tinggi dari sektor lain.

Grafik 1.2 : Nilai Sektoral Bursa Efek IndonesiaSumber : Berbagai Sumber, Data Diolah Kembali

Grafik 1.2 mendeskripsikan bahwa sektor utama (industri penghasil bahan baku) yang meliputi sektor pertanian dan pertambangan memiliki nilai paling tinggi (Rp. 1,828.76) dari ketiga sektor yang terdapat di BEI. Sektor kedua merupakan sektor industri manufaktur memiliki nilai tertinggi kedua pada dua belas bulan terakhir (Rp. 1249.01). Sektor ketiga (industri jasa) merupakan sektor dengan nilai gabungan terendah dalam satu tahun terakhir.

Grafik 1.3 : Pergerakan Nilai Sektor SahamSumber : Berbagai Sumber, Data Diolah Kembali

Dari grafik di atas, dapat dideskripsikan pergerakan nilai indeks sektoral di BEI, sektor utama (industri penghasil bahan baku) memiliki tren cenderung menurun, namun tetap menjadi sektor yang memiliki nilai tertinggi antara sektor lainnya. Sektor kedua (industri manufaktur) memiliki tren cenderung positif dengan nilai yang cukup stabil dan menjadi nilai tertinggi ke dua dari tiga sektor, sedangkan sektor ketiga memiliki tren pertumbuhan yang cukup stabil dengan nilai terendah dari semua sektor. Berdasarkan pada analisis kedua grafik di atas, sektor utama dan sektor kedua merupakan sektor yang dapat menjadi prioritas pertimbangan bagi investor dalam menentukan kebijakan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana pada saat ini, dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau pengembalian yang maksimal di masa datang (return) sesuai dengan harapan atau perkiraan (ekspetasi). Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan sebagai imbalan atas penanggungan resiko yang dihadapi. Dalam upaya mencapai tujuan dari investasi, maka investor harus mampu menentukan saham yang akan dipilih memiliki kemampuan dalam merealisasikan ekspektasi tersebut (expected return).Selain tingkat pengembalian, investor juga harus memperhatikan tingkat risiko dari suatu investasi. Risiko adalah kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan (expected return), terdiri atas dua jenis risiko, yakni systematic risk dan unsystematic risk. Systematic risk adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi sedangkan unsystematic risk adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi. Dengan demikian risiko yang relevan diperhitungkan adalah risiko sistematik yang dilambangkan dengan beta ().Beta dalam suatu sekuritas berfungsi untuk menunjukkan tingkat systematic risk yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Stabilitas beta terkait dengan kehandalan informasi beta masa lalu dalam memprediksikan beta di masa yang akan datang. Sedangkan prediktabilitas beta saham tergantung pada stabilitas koefisien beta antara periode yang digunakan untuk estimasi dan periode untuk prediksi. Dengan kata lain, jika beta saham stabil maka beta saham juga dapat diprediksikan Nassir dan Shamsher 1996 (dalam Tandelilin dan Lantara 2001). Penggunaan beta yang tidak bias akan mampu meningkatkan kemampuan beta masa lalu dalam memprediksikan beta di masa datang Elton dan Gruber (dalam Tandelilin dan Lantara 2001 ). Fenomena beta bias pada pasar modal perlu diperhatikan. Beta yang bias dapat mengurangi keakuratan estimasi return dari suatu investasi. Sehingga untuk meningkatkan estimasi tersebut dibutuhkan beta yang tidak bias. Dalam upaya menghilangkan beta bias, maka dikembangkan berbagai metode koreksi bias beta, antara lain metode Fowler dan Rorke (dalam Jogiyanto 2010:447). Bias yang terjadi untuk thin market ini disebabkan karena terjadinya perdagangan yang tidak sinkron (non-synchrounous trading) (Jogiyanto, 2010:403). Beta yang tidak bias dapat digunakan untuk estimasi return yang diharapkan pada masa yang akan datang dalam investasi tertentu.Teori higher risk higher return yang diungkapkan oleh Keynes, yang artinya semakin tinggi tingkat risiko suatu saham akan memberikan tingkat keuntungan yang semakin besar pula. Nilai beta dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta masa depan (Elton dan Gruber 1994 dalam Jogiyanto, 2010:377).Blume (1975), serta Nassir dan Shamsher (1996) (dalam Tandelilin dan Lantara 2001 ), menyatakan bahwa penelitian tentang stabilitas beta pada dasarnya ditunjukkan untuk meneliti perilaku risiko sistematik saham dari waktu ke waktu secara berurutan. Selain itu, peneliti tentang stabilitas beta juga berguna untuk membuktikan apakah informasi beta masa lalu (beta historis ) dapat digunakan untuk memprediksi beta masa depan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa jika beta bersifat stabil, maka beta tersebut predictable. Sebaliknya, jika beta bersifat tidak stabil (un-stable), maka beta tersebut tidak dapat diprediksi (un-predictable). Beta yang stabil (un-stable) dan predictable (un-predictable) merupakan komponen penting dalam menentukan keputusan investasi.Menurut Elton dan Gruber (2007: 142), ada dua hal yang mempengaruhi akurasi stabilitas dan prediktabilitas beta saham atau portofolio, yaitu : (1) adanya perubahan risiko (beta) saham atau portofolio, (2) adanya random error dalam setiap periode estimasi beta. Semakin besar random error, semakin kecil stabilitas dan prediktabilitas beta dari suatu periode ke periode berikutnya.Penelitian sebelumnya tentang stabilitas beta saham pernah dilakukan oleh Tandelilin (2001) dan Lantara (2001) terhadap 95 saham. Penelitian ini menunjukkan adanya indikasi stabilitas beta saham di Bursa Efek Jakarta selama tiga sub periode pengamatan. Hal ini ditunjukan oleh hasil pengujian matriks transisi yang menunjukkan relatif banyaknya beta saham-saham perusahaan sampel yang tetap berada pada kelas risikonya masing-masing selama sub periode berurutan. Adanya stabilitas beta saham, secara implisit beta saham tersebut dapat diprediksikan.Sembiring dan Rahmah (2013), dalam penelitiannya tentang analisis bias beta terhadap saham-saham yang tergabung kedalam saham unggulan, mengungkapkan bahwa sebagian besar dari beta saham-saham unggulan ternyata tidak bias atau jika pun harus dikoreksi, cukup menggunakan satu periode lag dan lead.Stevanie (2014), dalam penelitiannya tentang stabilitas dan prediktabilitas beta saham-saham yang tergabung dalam kelompok Indeks LQ-45 mengungkapkan bahwa, beta saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ-45 selama periode pengamatan tahun 2009-2012 bersifat tidak stabil sehingga bukan merupakan predictor yang baik untuk meramalkan nilai beta di masa yang akan datang.Penelitian-penelitian tersebut memperlihatkan hasil yang berbeda-beda, sehingga peneliti berpendapat bahwa penelitian tentang stabilitas dan prediktabilitas beta masih menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada beta saham-saham sektor manufaktur dan sektor industri penghasil bahan baku untuk mengetahui bagaimana tingkat stabilitas dan prediktabilitasnya dalam meramalkan expected return saham-saham tersebut. Selanjutnya, akan dilakukan analisis komparatif untuk menentukan saham pada sektor mana yang lebih stabil dan dapat menjadi predictor yang baik untuk meramalkan nilai beta di masa yang akan datang. Dengan demikian judul dari usulan penelitian ini adalah ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA STABILITAS DAN PREDIKTABILITAS BETA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU DAN BETA SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian permasalahan yang terdapat dalam latar belakang penelitian, maka permasalahan yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :a. Bagaimana proses penentuan beta saham pada sektor industri penghasil bahan baku dan beta saham pada sektor manufaktur ?b. Bagaimana pengujian bias beta pada saham-saham di sektor sektor industri penghasil bahan baku dan sektor manufaktur ?c. Bagaimana stabilitas dan prediktabilitas beta saham sektor industri penghasil bahan baku dan sektor manufaktur ?d. Bagaimana perbandingan antara stabilitas dan prediktabilitas beta saham sektor industri penghasil bahan baku dan beta saham sektor manufaktur ?

1.3. Maksud Dan Tujuan PenelitianBerdasarkan pada permasalahan yang telah diidentifikasi oleh penulis, maksud dilakukan penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan sebagai bahan penyusunan penelitian yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh tugas akhir pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:a. Proses penentuan beta saham pada sektor industri penghasil bahan baku dan beta saham pada sektor manufaktur.b. Pengujian bias beta pada saham-saham di sektor industri penghasil bahan baku dan sektor manufaktur.c. Stabilitas dan prediktabilitas beta saham sektor industri penghasil bahan baku dan sektor manufaktur.d. Perbandingan antara stabilitas dan prediktabilitas beta saham sektor industri penghasil bahan baku dan beta saham sektor manufaktur

1.4 Kegunaan PenelitianAdapun kegunaan dari penelitian ini adalah dapat bermanfaat bagi :a. Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pendukung bagi investor dalam membuat keputusan investasi, khususnya pada saham-saham di sektor industri penghasil bahan baku dan industri mannufakturb. PenulisHasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah pengetahuan serta pemahaman penulis yang berkaitan dengan masalah stabilitas dan prediktabilitas beta.c. Peneliti lainHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber dan referensi bagi penelitian selanjutnya, dalam penelitian yang sama, namun objek dan periode yang berbeda.

1.5. Kerangka PemikiranBerkaitan dengan pengertian investasi, Sunariyah (2011:4) berpendapat bahwa Investasi merupakan penanaman modal kepada satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan. Sementara menurut Jogiyanto (2010:5) Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama masa periode tertentu. Dengan demikian investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Berdasarkan pada pengertian di atas, investasi dapat disimpulkan sebagai penundaan konsumsi saat ini dengan harapan akan mendapatkan keuntungan guna konsumsi di masa yang akan datang. Tujuan investasi adalah memperoleh keuntungan atau imbalan atas sejumlah dana yang diinvestasikan ke dalam produk-produk investasi. Menurut Tandelilin (2010:8),Tujuan investasi adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan investor, kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini dan pendapatan di masa yang akan datang.Sunariyah (2011:4) berpendapat bahwa, Investasi terdiri atas dua jenis utama, yaitu investasi pada aktiva riil (real asset) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial asset). Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, mesin, barang seni dan real estate. Sedangkan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya mengklaim atas aktiva riil yang dikuasai suatu entitas. Investasi finansial pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing). Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surta berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan deviden dan capital gain. Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berperan sebagai perantara.Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terstruktur dan terorganisasi yang meliputi bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan maupun keseluruhan surat berharga yang beredar dalam perdagangan saham-saham, obligasi dan surat berharga lainnya. Sunariyah (2011:5) berpendapat bahwa, Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga. Sementara menurut Tandelilin (2010:6) Pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.Dalam pasar modal terdapat dua mekanisme perdagangan, yaitu pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritas nya kepada investor umum untuk pertama kalinya, sedangkan pasar sekunder adalah tempat perdagangan atau jual-beli sekuritas oleh dan antar investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana. Instrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas terdiri atas sekuritas jangka pendek (pasar uang) dan sekuritas jangka panjang (pasar modal).Sekuritas jangka panjang yang diperjual-belikan dalam pasar modal adalah saham (saham biasa maupun saham preferen), bukti right, waran, obligasi, reksadana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Setiap instrumen yang diperdagangkan merupakan bentuk kepemilikan modal dari lembaga yang menerbitkan sekuritas tersebut.Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Pasar modal memiliki empat fungsi dalam perekonomian secara nasional (makro ekonomi) yaitu, fungsi tabungan, fungsi kekayaan, fungsi likuiditas, dan fungsi pinjaman. Selain itu peranan pasar modal dalam aspek mikro terdiri atas lima segi yaitu sebagai berikut :1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan.2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan.3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali surat berharga yang dimilikinya.4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.Saham adalah surat berharga yang menyatakan hak kepemilikan atas suatu perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Saham merupakan instrumen investasi yang menarik karena mampu memberikan keuntungan berlipat dari nilai investasinya. Namun selain itu, saham merupakan sarana investasi dengan risiko yang cukup tinggi. Investasi pada sekuritas ini memerlukan ketelitian investor dalam penetuan atau pemilihan sahamnya, investor dapat mendasarkan penentuan saham berdasarkan pada karakteristik yang telah ditentukan. Karakteristik saham dapat dilihat dari harga saham, return saham, risiko saham (risk), laporan keuangan perusahaan dan informasi lainnya.Saham-saham penyusun Indeks LQ-45 merupakan saham unggulan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi. Sunariyah (2011:140) menyatakan bahwa Indeks LQ-45 adalah indeks saham yang terdiri atas 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan dan pertimbangan atas kapitalisasi pasar. Kriteria-kriteria saham untuk masuk dalam Indeks LQ-45 menurut Tandelilin (2010:87) adalah : Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi untuk saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi 12 bulan terakhir), urutan berdasarkan pada kapitalisasi pasar (rata-rata nilai transaksi 12 bulan terakhir), telah tercatat di BEI selama paling sedikit tiga bulan, kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah transaksi di pasar reguler.

Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat tiga kelompok sektor saham yaitu sektor utama (industri penghasil bahan baku), sektor kedua (industri manufaktur), dan sektor ketiga (industri jasa). Saham sektor utama terdiri atas perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang pertanian dan pertambangan, sedangkan sektor kedua terdiri atas perusahaan yang bergerak pada bidang industri dasar dan kimia, industri lainnya, dan industri barang konsumsi. Sektor ketiga merupakan sektor yang terdiri atas industri property dan real estate, industri infrastruktur, utilitas dan transportasi, keuangan, jasa dan investasi.Terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam berinvestasi pada sekuritas saham, yaitu tingkat pengembalian (return) dan tingkat risiko (risk) yang terdapat dalam saham tersebut. Return merupakan tujuan bagi investor dalam berinvestasi di saham, Tandelilin (2010:102) menyatakan bahwa Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi pada saham yang digambarkan oleh deviden, sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.Dalam menghitung return yang diharapkan, peneliti menggunakan models indeks tunggal (single indeks models) yang didasarkan pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Hubungan antara return sekuritas dan return dari Indeks pasar dirumuskan sebagai berikut :Ri = i + i . Rm + eiModel indeks tunggal menggunakan asumsi-asumsi yang merupakan karakteristik model ini sehingga menjadi berbeda dengan model-model lainnya. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :1. Kesalahan residu dari sekuritas ke-i tidak berkovari dengan kesalahan residu dari sekuritas ke-j atau ei tidak berkovari (berkolerasi) dengan ej untuk semua nilai dari i dan j :E (ei:ej) = 02. Return indeks pasar (Rm) dan kesalahan residu untuk tiap-tiap sekuritas ei merupakan variabel-variabel acak. Oleh karena itu diasumsikan bahwa ei tidak berkovari dengan return indeks pasar : Rm : E[ei (Rm- E(Rm))] = 0

Risiko adalah kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan (expected return), dalam berinvestasi terdiri atas dua jenis risiko, yakni systematic risk dan unsystematic risk. Systematic risk adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi karena risiko ini terjadi di luar kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi, dan lain sebagainya. Risiko sistematis disebut juga dengan risiko pasar, karena kondisi pasar sangat menentukan tingkat risikonya. Unsystematic risk adalah risiko yang tidak berhubungan dengan pasar secara keseluruhan. Risiko tidak sistematis dipengaruhi oleh perubahan kondisi mikro perusahaan, sehingga dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi. Dengan demikian risiko yang relevan diperhitungkan adalah risiko sistematik yang dilambangkan dengan beta ().Beta suatu sekuritas dapat dihitung melalui teknik estimasi dengan menggunakan data historis. Hasil perhitungan beta tersebut dapat digunakan untuk memprediksi beta pada masa yang akan datang, Elton dan Gruber (1994 dalam Jogiyanto, 2010:377) menyatakan bahwa, Analisis sekuritas dapat menggunakan data historis dan dengan faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi beta di masa depan. Beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar. Beta dalam suatu sekuritas berfungsi untuk menunjukkan tingkat systematic risk yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Penggunaan beta yang tidak bias akan mampu meningkatkan kemampuan beta masa lalu dalam memprediksikan beta di masa datang Elton dan Gruber (1995, dalam Tandelilin dan Lantara 2001).Fenomena beta bias pada pasar modal perlu diperhatikan. Beta yang bias disebabkan karena transaksi perdagangannya tipis (thin market). Pasar modal yang tipis merupakan ciri dari pasar modal yang sedang berkembang. Beta untuk pasar modal yang terus berkembang dengan aktivitas perdagangan yang tidak sinkron perlu disesuaikan karena beta dianggap bias.Beta yang bias dapat mengurangi keakuratan estimasi return dari suatu investasi, sehingga untuk meningkatkan estimasi tersebut dibutuhkan beta yang tidak bias. Bias yang terjadi untuk thin market ini disebabkan karena terjadinya perdagangan yang tidak sinkron (non-synchrounous trading) (Jogiyanto, 2010:403). Beta yang tidak bias dapat digunakan untuk estimasi return yang diharapkan pada masa yang akan datang dalam investasi tertentu. Perdagangan tidak sinkron (non-synchronous trading) adalah transaksi perdagangan yang jarang terjadi di pasar. Beta yang tidak bias diperlukan untuk meningkatkan keakuratan estimasi return, dimana Metode Fowler dan Rorke dapat digunakan untuk mengkoreksi bias beta tersebut. Beta yang mengandung bias dapat dikoreksi menggunakan metode koreksi beta Fowler dan Rorke (Jogiyanto, 2010:430) dengan asumsi satu periode lag dan lead, dengan tahapan sebagai berikut : 1. Mengoperasikan persamaan regresi berganda seperti yang dilakukan di metode Dimson sebagai berikut :Rit = i + i-1 Rmt-1 + i0 Rmt + i +1 Rmt+1 + it 2. Mengoperasikan persamaan regresi untuk mendapatkan koreksi serial return indeks pasar dengan return indeks pasar periode sebelumnya sebagai berikut : RMt = i + 1 Rmt-1 + t3. Menghitung bobot yang digunakan sebesar :W1 = 4. Menghitung beta koreksian sekuritas sekuritas ke-i yang merupakan penjumlahan koefisien regresi berganda dengan bobot. i = w1 . i-1 + i0 + w1 . i +1 Stabilitas beta terkait dengan kehandalan informasi beta masa lalu dalam mem-prediksi beta di masa yang akan datang. Sedangkan prediktabilitas beta saham tergantung pada stabilitas koefisien beta antara periode yang digunakan untuk estimasi dan periode untuk prediksi. Dengan kata lain, jika beta saham stabil maka beta saham juga dapat diprediksikan Nassir dan Shamsher (1996). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka pada tahap selanjutnya dari penelitian ini adalah melakukan perbandingan atas stabilitas dan prediktabilitas antara beta saham-saham sektor industri penghasil bahan baku dengan beta saham-saham sektor manufaktur. Hasil tersebut dapat dijadikan dasar dalam penentuan investasi, apakah investasi lebih baik dilakukan dalam saham-saham pada sektor industri penghasil bahan baku atau saham-saham pada sektor manufaktur.

Studi EmpirikPenelitian-penelitian sebelumnya dengan subjek pembahasan mengenai analisis stabilitas dan prediktabilitas adalah sebagai berikut :1. Tandelilin (2001) dan Lantara (2001) terhadap 95 saham di Bursa Efek Jakarta selama tiga sub periode pengamatan, 52 minggu pertama, 52 minggu kedua, 52 minggu ketiga. Periode pengamatan dimulai dari minggu pertama bulan Januari 1994 sampai dengan minggu terakhir bulan Desember 1996 (156 minggu). Metode analisis data yang digunakan adalah menghitung return pasar, indeks tunggal, koreksi beta menggunakan Fowler dan Rorke. Penelitian ini menunjukkan adanya indikasi stabilitas beta saham, Hal ini di tunjukan oleh hasil pengujian matriks transisi yang menunjukkan relatif banyaknya beta saham-saham perusahaan sampel yang tetap berada pada kelas risikonya masing-masing selama sub periode berurutan. Adanya stabilitas beta saham, secara implisit beta saham tersebut dapat diprediksikan selain itu indikasi stabilitas beta yang lebih kuat juga ditunjukkan oleh beta portofolio. Adanya stabilitas beta saham, secara implisit berarti beta saham tersebut juga bisa diprediksikan.2. Sukmadyasari dan Sutrisno (2003), dalam penelitiannya tentang stabilitas dan prediktabilitas beta saham-saham perusahaan public mengungkapkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan di antara beta saham individual selama tiga sub periode pengamatan yang ditunjukkan oleh uji korelasi product moment. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak adanya prediktabilitas beta saham antar sub periode penelitian dan koefisien beta masa lalu tidak bisa dijadikan acuan untuk memprediksi beta masa depan. Hasil uji product moment menunjukkan korelasi yang secara statistis signifikan di antara beta portofolio selama tiga sub periode penelitian pada tingkat signifikansi 0,01. Hasil ini menunjukkan adanya prediktabilitas beta portofolio antar sub periode pengamatan (sub periode I-II, sub periode II-II, dan subperiode I-III), dan koefisien beta portofolio masa lalu dapat digunakan untuk mengestimasi beta portofolio masa kini maupun masa depan. Beta portofolio saham lebih stabil dan dapat diprediksikan dibanding dengan beta saham individual.3. Gray, Hall, Klease dan McCrystal (2009) dalam penelitiannya menggunakan metode OLS (ordinary least square) menyatakan bahwa, pentingnya koreksi bias terhadap beta saham, karena beta yang telah dikoreksi mampu memprediksikan beta di masa yang akan datang. Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena bias beta masih terdapat dalam pasar modal.4. Sembiring (2011) dalam penelitiannya tentang stabilitas dan prediktabilitas beta pada portofolio reksadana saham menyatakan bahwa, hasil penelitian pada matriks transisi menunjukkan beta portofolio reksadana saham memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dari return pasar (IHSG). Analisis Spearman dan Pearson menghasilkan koefisien korelasi bernilai positif, tetapi dalam sub periode pengamatan ditemukan koefisien korelasi yang bernilai negatif. Hal ini berarti beta portofolio relatif stabil pada beberapa sub periode pengamatan, namun menjadi tidak stabil pada beberapa periode berikutnya. Hasil tersebut mengindikasikan beta bukanlah merupakan prediktor yang baik dalam meramalkan expected return.5. Sembiring dan Rahmah (2013), dalam penelitiannya tentang analisis bias beta saham-saham unggulan, mengungkapkan bahwa sebagian besar dari beta saham-saham unggulan ternyata tidak bias atau jika pun harus dikoreksi, cukup menggunakan satu periode lag dan lead. Ini kemungkinan disebabkan oleh karakteristik saham-saham unggulan yang likuid dan tidak terlalu dipengaruhi oleh masalah non synchronous trading yang dapat menyebabkan perhitungan beta menjadi bias. Namun dengan menggunakan data harian ini, pada beberapa saham unggulan, ada juga yang memerlukan periode koreksi sampai dengan 4 periode lag dan 4 lead. Hal ini berarti bahwa walaupun relatif likuid, namun pada saham-saham unggulan seperti saham yang tergabung dalam kelompok Indeks LQ-45, tetap berpotensi terimbas masalah perdagangan yang tidak sinkron (non synchronous trading) sehingga tetap perlu dilakukan pengujian dengan tujuan untuk mendapatkan beta yang tidak bias. Dengan menggunakan estimasi beta yang tidak bias (unbiased beta), akan dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.6. Stevanie (2014), dalam penelitiannya tentang stabilitas dan prediktabilitas beta saham-saham yang tergabung ke dalam Indeks LQ-45 selama periode tahun 2009-2014. Hasil analisis stabilitas dan prediktabilitas beta setiap saham individu yang tergabung ke dalam Indeks LQ-45 bersifat un-stable dan un-predictable. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai beta setiap saham yang tidak menempati kelas risiko yang sama selama periode pengamatan. Dari 27 saham yang di ambil sebagai sampel hanya 2 saham yang menempati kelas risiko yang sama selama periode pengamatan dan sisanya menempati kelas risiko yang berbeda-beda pada setiap periodenya ini menandakan adanya ketidakstabilan beta saham sehingga beta tidak dapat digunakan sebagai prediktor. Hasil analisis stabilitas dan prediktabilitas beta seluruh saham yang di uji dengan menggunakan model korelasi Pearson (product moment) mengindikasi adanya ketidakstabilan. Hal ini dapat dilihat dari adanya nilai korelasi yang negatif tidak signifikan menunjukkan adanya ketidakstabilan beta dari seluruh saham sehingga tidak dapat digunakan sebagai prediktor beta di masa yang akan datang.Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dan teori-teori yang telah dibahas dalam kerangka pemikiran, maka dapat digambarkan sebagai berikut :SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

InvestasiSahamPasar ModalIndeks LQ-45Sektor ManufakturSektor Industri Penghasil Bahan BakuReturnRisikoSystematic Risk ()Unsystematic RiskBeta Tidak Bias Stabilitas dan Prediktabilitas BetaExpected ReturnReturnRisikoSystematic Risk ()Unsystematic RiskBeta Tidak Bias Stabilitas dan Prediktabilitas BetaExpected ReturnPerbandinganKeputusan Investasi

HIPOTESISBerdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :1. Beta saham-saham sektor industri penghasil bahan baku bersifat stabil dan predictable2. Beta saham-saham sektor manufaktur bersifat stabil dan predictable3. Beta saham-saham sektor industri penghasil bahan baku lebih stabil dan predictable dibandingkan dengan beta saham-saham sektor manufaktur.

1.6. Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Untuk memperoleh data dan informasi dalam penyusunan penelitian ini melalui searching internet, jurnal, dan buku. Waktu penelitian sejak bulan September 2014 Februari 2015.Tabel 1.1. Rencana Jadwal kegiatan Penelitian.NOJENIS KEGIATANWAKTU PENELITIAN

SeptOktNovDesJan 2015Februari

201412341234123412341234

1Penyusunan UP

2Seminar UP

3Penelitian Kepustakaan

4Pengumpulan Data

5Pengolahan Data

6Analisis Data

7Penyusunan Laporan TA

8Sidang TA

24

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Keuangan2.1.1. Pengertian Manajemen KeuanganMenurut Sutrisno (2009:3) :Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.Pengertian manajemen keuangan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:4) Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan dalam suatu organisasi.Berdasarkan pengertian pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa manajemen keuangan adalah seluruh aktivitas di dalam suatu organisasi yang berhubungan dengan usaha mendapatkan sumber dana dan pengalokasiannya guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi.2.1.2. Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Weston dan Copeland, alih bahasa Wasana dan Kibrandoko (2010:6), tujuan manajer keuangan adalah merencanakan untuk, memperoleh, dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai organisasi. Manajer harus mampu melakukan perencanaan dalam kegiatan-kegiatan yang strategis untuk mencapai 25

tujuan perusahaan. Dalam hal ini, tugas pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaan yang keputusannya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sutrisno (2009:4), menyatakan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen.

2.1.3. Fungsi-fungsi Manajemen KeuanganAdapun fungsi Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2009:5) adalah sebagai berikut :a. Keputusan investasiKeputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengundang risiko dan ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan maupun nilai perusahaan.

b. Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dan sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.c. Keputusan dividen Dividen merupakan bagian keuangan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan, (1) besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash deviden, (2) stabilitas deviden yang dibagikan, (3) deviden saham (stock deviden), (4) pemecah saham.2.2.Sumber dan Penggunaan DanaMenurut Sutrisno (2009 : 6), ditinjau dari asalnya sumber dana terbagi menjadi dua jenis, yaitu :1. Sumber dana dari dalam adalah sumber dana perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Sumber dana jenis ini diambil dari dana yang dibentuk dan dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, yang berarti dana dari kekuatan sendiri. Sumber dana dari dalam dibedakan menjadi dua, yaitu :a) Sumber dana intern yang merupakan penggunaan laba, cadangan-cadangan dan laba yang tidak dibagi.b) Sumber dana intensif yang merupakan penggunaan dana dari penyusutan-penyusutan aktiva tetap.2. Sumber dana dari luar adalah kebutuhan dana yang diambil dari sumber-sumber di luar perusahaan. Pemenuhan kebutuhan sumber dana dari luar ini diperoleh dari pemilik atau calon pemilik. Sumber dana ini nantinya akan membentuk modal sendiri.

2.3. InvestasiTandelilin (2010 : 2) menyatakan bahwa, Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan Sunariyah (2011:4) berpandapat bahwa, Investasi merupakan penanaman modal kepada satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan. Dari kedua definisi ini dapat diketahui bahwa pada dasarnya tujuan investasi yang dilakukan oleh masyarakat adalah untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang dari dana yang mereka investasikan pada saat ini.

2.3.1. Tujuan InvestasiPada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk memperoleh sejumlah keuntungan dari sejumlah dana yang diinvestasikan.Menurut Tandelilin (2010:8), Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang biasa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini dan pendapatan masa datang. Kemudian menurut Tandelilin (2010: 8), beberapa tujuan orang melakukan investasi adalah sebagai berikut :1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di mas datang. Seseorang akan berfikir meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.2. Mengurangi tekanan inflasi yang terjadi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghadirkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat pengaruh inflansi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.3.2. Proses Keputusan InvestasiSeorang investor harus dapat menggambarkan bagaimana investasi dapat dilakukan sampai dengan tujuan yang telah ditentukan. Menurut Husnan (2005: 47-49), untuk mengambil keputusan investasi diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :1. Menetukan kebijakan investasiInvestor menentukan apa tujuan investasinya, berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan, karena investor memiliki hubungan positif antara risiko dan keuntungan investasi. Investor akan bersedia menanggung risiko yang lebih besar dan mengalokasikan dananya pada sebagian besar sekuritas yang lebih berisiko.2. Analisis sekuritasTahap ini berarti untuk individual atau sekelompok sekuritas. Menurut garis besarnya ada 2 cara untuk melakukan analisis ini yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data perubahan harga di masa yang lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Sedangkan analisis fundamental berupaya mengindentifikasi prospek perusahaan lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.

3. Pembentukan portofolioPortofolio berarti sekumpulan investasi. Pada tahap ini menyangkut sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas.4. Melakukan revisi portofolioTahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud jika diperlukan perubahan terhadap portofolio .5. Evaluasi kinerja portofolioPada tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja ( performance ) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.

2.3.3. Jenis-jenis InvestasiInvestasi dapat dibedakan ke dalam investasi langsung dan investasi tidak langsung. Menurut Jogiyanto (2010 : 7), investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan sedangkan investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio, yang terdiri dari aktiva-aktiva keuangan perusahaan-perusahaan lain.

InvestorPerusahaan InvestasiAktiva-Aktiva KeuanganInvestasi Tidak LangsungInvestasi LangsungInvestasi Langsung

Gambar 2.1 Investasi Langsung dan Investasi Tidak LangsungSumber : Jogiyanto (2010 : 7)

1. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito sedangkan aktiva yang dapat diperjualbelikan di pasar uang berupa aktiva yang mempunyai risiko kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat likuiditas yang tinggi.2. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolio.

2.4. Pengertian Pasar ModalPasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas dalam bentuk saham, obligasi, waran, option, dan sebagainya. Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 adalah : Sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Tandelilin (2010:26),Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual-belikan sekuritas.Pada tahap awal, perusahaan harus melakukan penawaran umum. Penawaran umum (go public) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal dengan cara menjual saham atau obligasi. Penawaran umum dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada publik sehingga masyarakat dari berbagai lapisan membeli dan turut memegang saham atas perusahaan yang menerbitkan saham.

2.4.1 Instrumen Pasar ModalInstrumen pasar modal merupakan asset finansial yang menyatakan klaim keuangan. Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering efek dan sekuritas. Menurut Rusdin (2008 : 68), terdapat beberapa instrument yang diperdagangkan di pasar modal, diantarannya :1. Saham Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Investor dalam melakukan investasi pada saham di pasar modal bertujuan memperoleh tingkat pengembalian (return) berupa deviden dan capital gain.2. ObligasiObligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan, yang menyatakan bahwa investor tersebut (pemegang obligasi) telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan. Investor dalam melakukan investasi pada obligasi di pasar modal bertujuan untuk memperoleh bunga yang tetap jika ada pada saat jatuh tempo.

2.4.2. Indeks Pasar SahamIndeks pasar saham merupakan suatu indicator yang menunjukkan pengerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indicator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat trend sedang naik, stabil, atau turun.Menurut Tandelilin (2010:86), indeks harga saham yang terdapat di pasar modal Indonesia adalah sebagai berikut : 1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)2) Indeks LQ-453) Indeks Kompas 1004) Indeks Sektoral5) Jakarta Islamic Indeks (JII)6) Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan

2.4.3. Indeks Harga Saham GabunganMenurut Tandelilin (2010:86), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga.Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa saham preferen. IHSG mulai dikenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan dasar (baseline) tanggal 10 Agustus 1982 (Jogiyanto, 2009 :101).

2.4.4. Indeks LQ-45Indeks LQ-45 merupakan kumpulan 45 saham unggulan yang memiliki tingkat likuidtitas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta telah lolos seleksi dengan beberapa kriteria pemilihan. Menurut Tandelilin (2010:87), kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih ke-45 saham yang masuk dalam indeks LQ-45 diantaranya, 1) Masuk dalam urutan 60 besar dari total transaksi saham dipasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). 2) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar ( rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 3) Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan. 4) Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar regular. Dengan demikian Indeks LQ-45 dapat menyediakan informasi yang terpercaya bagi analis keuangan , manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya yang menyangkut dengan keputusan investasi.

2.5. SahamSurat-surart berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau sekuritas, salah satunya yaitu saham. Menurut Sutrisno (2009:301), Saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaann atau penyertaan pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT). Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001 : 5).Dalam investasi pada saham, keuntungan yang akan didapatkan terdiri dari yield dan capital gain, yield ditunjukan oleh besarnya dividen yang diperoleh investor, sedangkan capital gain yaitu keuntungan ketika menjual saham lebih tinggi dari harga beli. Selain tingkat keuntungan, dalam berinvestasi seorang investor harus memperhatikan risiko yang akan dihadapi diantaranya capital loss yang terjadi pada saat investor menjual saham lebih rendah dari harga beli kertas risiko tidak memperoleh dividen.

2.6. Return dan Risiko Investasi2.6.1. ReturnTujuan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan atau return atas sejumlah dana yang di investasikan. Menurut Jogiyanto (2010 : 205 ), return dibagi menjadi dua yaitu return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi dan merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang telah dihitung menggunakan data historis. Return realisasi digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari suatu perusahaan dan berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasian (expected return) dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan return ekspektasian (expected return) yaitu, return yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang dan sifatnya belum terjadi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor dalam berinvestasi. Sumber-sumber return terdiri dari yield dan capital gain (loss). Menurut Jogiyanto (2010:206), capital gain (loss) diartikan sebagai selisih diantara untung (rugi) dari harga investasi sekarang relative dengan harga periode yang lalu yang dapat dirumuskan sebagai berikut :Capital gain atau capital loss = Yield merupakan persentasi penerimaan kas periodic terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi, dalam investasi saham yield adalah persentase deviden terhadap harga saham sebelumnya yang dapat dirumuskan sebagai berikut :Yield 2.6.2 RisikoRisiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaanya, maka semakin besar pula risiko berinvestasi tersebut.Menurut Tandelilin (2010:103) ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain sebagai berikut :1) Risiko suku bungaPerubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus.2) Risiko pasarFluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan.3) Risiko inflasiInflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga disebut sebagai risiko daya beli.4) Risiko bisnisRisiko dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Karekteristik indistri akan mempengaruhi perusahaan yang berbeda dalam industri itu sendiri.5) Risiko finansialRisiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan.6) Risiko likuiditasRisiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu skuritas diperdagangkan, semakin likuid suatu sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi suatu perusahaan.7) Risiko nilai tukar mata uangRisiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lain.8) Risiko negaraRisiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi diluar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.

2.6.3 Risiko Sistematik dan Risiko Tidak SistematikRisiko merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Risiko investasi dibagi menjadi dua, yaitu :1) Risiko sistematik (systematic risk)Menurut Tandelilin (2010:104), Risiko sistematik adalah risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan.Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko sistematik merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Jenis-Jenis risiko sistematik antara lain :a. Risiko suku bungaRisiko suku bunga adalah risiko yang disebabkan oleh naik turunnya suku bunga perbankan, risiko ini akan mempengaruhi keputusan publik dalam menentukan keputusannya. Jika suku bunga naik maka publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika turun maka publik akan menggunakan dananya untuk membeli saham.b. Risiko inflasiRisiko inflasi terjadi pada saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal daya beli masyarakat naik.c. Risiko pasarRisiko pasar dapat dipilih pada saat fluktuasi pasar, krisis moneter, dan resesi ekonomi.

2) Risiko tidak sistematik ( unsystematic risk)Menurut Tandelilin (2010:104), Risiko tidak sistematik adalah risiko yang berkaitan dengan perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Risiko tidak bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi. Jenis-jenis risiko tidak sistematik diantaranya :a. Risiko bisnis merupakan risiko yang berkaitan dengan keputusan industri. Misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri.b. Risiko finansialRisiko finansial merupakan risiko yang berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan.

2.7 BetaBeta adalah pengukur volatilitas ( volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto, 2010 : 375). Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk. Adapun peran beta dalam manajemen portofolio, yaitu (1) meramalkan risiko sistematik, (2) mengukur risiko sistematik yang terjadi (realized market risk ) dan (3) meramalakan return yang diharapkan dari suatu sekuritas atau portofolio (Barra, 1998 dalam Tandelilin dan Lantara, 2001). Risiko yang relevan diperhitungkan adalah risiko sistematik yang dilambangkan dengan brata ().Mengetahui beta suatu sekuritas atau beta suatu portofolio hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi. Beta suatu sekuritas dapat dihilangkan dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitungkan berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta masa depan (Elton dan Gruber 1994, dalam Jogiyanto 2010). Beta dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variable dependen dan return-return pasar sebagai variable independen.Persamaan regresi yang dihasilkan dari data time series akan menghasilkan koefisien beta yang diasumsikan stabil dari waktu ke waktu selama periode pengamatan ( Jogiyanto, 2010 : 379). Investor membutuhkan estimasi beta yang tidak bias yang digunakan untuk meramalkan tingkat beta di masa yang akan datang. Di pasar modal yang sedang berkembang seperti Indonesia adanya isu beta yang bias, karena faktor perdagangan yang tidak sinkron ( non-synchronous trading) yang dapat mengurangi keakuratan estimasi return dari suatu investasi.Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal. Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa sebagian besar saham mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik, sebaliknya jika indeks harga saham turun, maka harga saham mengalami penurunan.Modal indeks tunggal membagi return dari suatu sekuritas ke dalam dua komponen, yaitu sebagai berikut :1. Komponen return yang unik diwakili oleh i yang dependen terhadap return pasar.2. Komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili oleh i . Bagian return yang baik (i) hanya berhubungan dengan peristiwa mikro (micro event) yang mempengaruhi perusahaan tertentu saja, tetapi tidak mempengaruhi semua perusahaan secara umum. Bagian return yang berhubungan dengan return pasar ditunjukan oleh (i) yang merupakan sensitivitas return suatu sekuritas terhadap return dari pasar. Secara konsensus, return pasar mempunyai beta bernilai 1 (Jogiyanto, 2010:341).Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Persamaannya sebagai berikut :

Dimana := return sekuritas ke-iAi= suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke- i yang independen terhadap kinerja pasar.i= beta merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari perubahan Rm.= tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan suatu variabel acakVariabel ai merupakan komponen return yang tidak tergantung dari return pasar. Variabel ai dapat dipecah menjadi nilai yang diekspektasi (expected value) id an kesalahan residu ( residual error ) ei sehingga persamaan model indeks tunggal sebagai berikut :

Persamaan tersebut membagi return dari suatu sekuritas ke dalam dua komponen yaitu komponen return yang unik diwakili oleh i yang independen terhadap return pasar dan komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili oleh .Model indeks tunggal menggunakan asumsi-asumsi yang merupakan karakteristik model ini sehingga menjadi berbeda dengan model-model lainnya. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya : 1. Kesalahan residu dari sekuritas ke-I tidak berkovari dengan kesalahan residu dari sekuritas ke- j atau ei tidak berkovari (berkorelasi) dengan ej untuk semua nilai dari i dan j : E(ei= 02. Return indeks pasar (RM) dan kesalahan residu untuk tiap-tiap sekuritas ei merupakan veriabel-variabel acak. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa ei tidak berkovari dengan return indeks pasar : RM : E[ei (Asumsi-asumsi dari model indeks tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas-sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek luar pasar, melainkan karena mempunyai hubungan yang umum terhadap indeks pasar (Jogiyanto,2010:344).

2.8. Perdagangan Tidak SinkronBeta untuk pasar modal yang berkembang perlu disesuaikan. Alasannya adalah beta yang belum disesuaikan masih merupakan beta yang bias disebabkan oleh perdagangan yang tidak sinkron ( non-synchronous trading). Perdagangan tidak sinkron ini terjadi di pasar yang transaksi perdagangannya jarang terjadi atau disebut dengan pasar yang tipis ( thin market ). Pasar yang tipis merupakan ciri dari pasar modal yang sedang berkembang.Ketidaksamaan waktu antara return sekuritas dengan return pasar dalam perhitungan beta disebabkan karena perdagangan sekuritas-sekuritas yang tidak sinkron ( non-synchronous trading ). Perdagangan tidak sinkron terjadi karena beberapa sekuritas tidak mengalami perdagangan untuk beberapa waktu. Akibatnya sekuritas-sekuritas ini, harga-harganya pada periode ke-t sebenarnya merupakan harga-harga sebelumnya yang merupakan harga-harga terakhir kalinya diperdagangkan, bukan harga-harga hasil perdagangan pada periode ke-t. Sebagai contoh, harga sekuritas B terakhir kali diperdagangkan pada tanggal 30 bulan ini dan tidak diperdagangkan lagi sampai akhir bulan tanggal 31. Pada waktu menghitung beta menggunakan data akhir bulan untuk sekuritas B terjadi ketidaksinkronan, yaitu harga sekuritas B hasil dari transaksi tanggal 30 dihubungkan dengan harga indeks pasar pada tanggal 31. Ketidaksinkronan juga terjadi dalam perhitungan beta untuk sekuritas lainnya, yaitu harga sekuritas ini pada tanggal 31 dihubungkan dengan harga indeks pasar walaupun pada tanggal 31 yang sama, tetapi dibentuk dari harga sekuritas yang bukan pada tanggal 31. Bias ini akan semakin besar dengan semakin banyaknya sekuritas-sekuritas yang tidak aktif diperdagangkan, sehingga harga indeks pasar pada periode tertentu sebenarnya dibentuk dari harga-harga sekuritas periode sebelumnya.Perdagangan tidak sinkron juga sering terjadi salam satu hari pengamatan. Perdagangan tidak sinkron terjadi jika beberapa sekuritas hanya diperdagangkan pada pagi hari saja yang harganya kemudian dibawa sampai pasar ditutup yang kemudian harga tersebut digunakan untuk menghitung indeks pasar pada hari itu. Beta yang bias terjadi karena anggapannya indeks pasar dihitung dari harga sekuritas yang diperdagangkan sampai detik terakhir pasar ditutup pada hari itu (Jogiyanto, 2010:409).

2.9. Metode Koreksi Bias BetaAdanya isu bias beta di pasar modal yang sedang berkembang mendorong dikembangkannnya sebagai metode untuk mengurangi bias beta yang terjadi (un-biased beta). Beta yang cenderung bias perlu dilakukan pengkoreksian untuk diperoleh nilai beta yang tidak bias. Terdapat beberapa metode untuk mengkoreksi nilai beta bias sehingga nantinya diperoleh nilai beta yang tidak bias, diantaranya adalah metode Scholes dan Williams (1977), Dimson (1979), serta Fowler dan Rorke (1983).1. Metode Scholes dan WilliamMetode dari Scholes dan Williams diusulkan mulai tahun 1977. Secara matematis metode Scholes dan Williams adalah sebagai berikut :i = Dimana :i = Beta koreksian sekuritas ke-i = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i-1 RMt-1, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-1. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan Ri.t = i + i-1RMt-1, yaitu untuk Ri periode ke-t. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i+1RMt+1, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t+1. = Korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien regresi RMT = i + RMt-1.Persamaan di atas hanya menggunakan satu periode lag (waktu mundur) dan leads (waktu maju) yaitu periode waktu t-1 dan t+1. Untuk dua periode lag (waktu mundur) dan leads (waktu maju), maka persamaannya menjadi :i = Dimana :i = Beta koreksian sekuritas ke-i = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i-2 RMt-2, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-2. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i-1 RMt-1, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-1. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan Ri.t = i + i-1RMt-1, yaituuntuk Ri periode ke-t. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i+1RMt+1, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t+1. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i+2 RMt+2 yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t+2. = Korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien regresi RMT = i + RMt-1. = Korelasi serial antara RM dengan RMt-2 yang dapat diperoleh dari koefisien regresi RMT = i + RMt-2.Persamaan diatas hanya menggunakan dua periode lag (waktu mundur) dan leads (waktu maju) yaitu periode waktu t-2,t-1,t+1, dan t+2. Untuk tiga periode lag (waktu mundur) dan leads (waktu maju), maka persamaannya menjadi :

i = Dimana :i = Beta koreksian sekuritas ke-i = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i-3 RMt-3, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-3. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i-2 RMt-2, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-2. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i-1 RMt-1, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-1. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan Ri.t = i + i-1RMt-1, yaitu untuk Ri periode ke-t. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i+1RMt+1, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t+1. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i+2 RMt+2, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t+2. = Korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh darikoefisien regresi RMT = i + RMt-1. = Korelasi serial antara RM dengan RMt-2 yang dapat diperoleh dari koefisien regresi RMT = i + RMt-2. = Korelasi serial antara RM dengan RMt-3 yang dapat diperoleh darikoefisien regresi RMT = i + RMt-3.Secara umum, perhitungan untuk pengkoreksian beta bias menurut metode Scholes dan Williams yang menggunakan periode lag (waktu mundur) dan leads (waktu maju), dapat dituliskan sebgai berikut :i = Metode yang digunakan oleh Scholes dan Williams membutuhkan beberapa kali pengoperasian regresi untuk menghitung masing-masing periode lag dan lead. Misalnya untuk tigas periode lag dan lead seperti persamaan sebelumnya, maka diperlukan 10 (Sepuluh) kali pengoperasian regresi sebagai berikut :1) Ri.t = i + i-3 RMt-3 + ituntuk memperoleh i-32) Ri.t = i + i-2 RMt-2 + ituntuk memperoleh i-23) Ri.t = i + i-1 RMt-1 + ituntuk memperoleh i-14) Ri.t = i + i0 RMt + ituntuk memperoleh i05) Ri.t = i + i+1 RMt+1 + ituntuk memperoleh i+16) Ri.t = i + i+2 RMt+2 + ituntuk memperoleh i+27) Ri.t = i + i+3 RMt+3 + ituntuk memperoleh i+38) RMT = i + RMt-1+ ituntuk memperoleh 9) RMT = i + RMt-2+ ituntuk memperoleh 10) RMT = i + RMt-3+ ituntuk memperoleh 2. Metode DimsonDimson (1979) menyederhanakan cara Scholes dan Williams ini dengan cara menggunakan regresi berganda, sehingga hanya digunakan sebuah peroperasian regresi saja berapapun banyaknya periode lag dan lead, rumus beta koreksian menurut metode Dimson untuk sekuritas ke-i adalah sebagai berikut :

Dimana := return sekuritas ke-i periode ke-t= return indeks pasar periode lag t-n= return indeks pasar periode lag t+nHasil dari beta koreksian adalah penjumlahan dari koefisien-koefisien regresi berganda, sehingga metode Dimson ini juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan koefisien ( ag-gregate coefficient method ). Besarnya beta koefisien adalah sebagai berikut :

Metode yang dipergunakan oleh Dimson merupakan metode yang sederhana karena hanya menggunakan sebuah pengoperasian regresi berganda saja dan beta yang dikoreksi diperoleh dengan hanya menjumlahkan koefisien-koefisien yang diperoleh dari regresi berganda tersebut. Fowler dan Rorke (1983) beragumentasi bahwa metode Dimson yang hanya menjumlahkan koefisien-koefisien regresi berganda tanpa memberi bobot akan tetap memberikan beta yang bias.3. Metode Fowler dan RorkeFowler dan Rorke (1983) berargumentasi bahwa metode Dimson yang hanya menjumlahkan koefisien-koefisien regresi berganda tanpa memberi bobot akan tetap memberikan beta yang bias. Model Fowler dan Rorke merupakan penyempurnaan dari metode Dimson, dimana pada metode Dimson hanya menjumlahkan koefisien-koefisien regresi berganda tanpa memberi bobot yang akan menghasilkan beta yang bias. Menurut Fowler dan Rorke, untuk suatu periode lag dan lead, koreksi bias beta dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Operasikan persamaan regresi berganda dengan asumsi 1 periode lag dan lead antara lain sebagai berikut :

2. Operasikan persamaan regresi untuk mendapatkan korelasi serial return indeks pasar dengan return indeks pasar periode sebelumnya sebagai berikut :

3. Hitung bobot yang digunakan sebesar :

4. Hitung beta dikoreksi sekuritas ke-i yang merupakan penjumlahan koefisien regresi berganda dengan bobot :

Dimana :i = Beta koreksian sekuritas ke-i = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i-1 RMt-1, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-1. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan Ri.t = i + i-1RMt-1, yaitu untuk Ri eriod eke-t. = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri.t = i + i+1RMt+1, yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+1. = Korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien regresi RMT = i + RMt-1.(2.10. Stabilitas dan Prediktabilitas BetaBeta adalah pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto, 2010:375). Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk. Adapun peran beta dalam manajemen portofolio, yaitu (1) meramalkan risiko sistematik, (2) mengukur risiko sistematik yang terjadi (realized market risk) dan (3) meramalkan return yang diharapkan dari suatu sekuritas atau portofolio (Barra, 1998 dalam Tandelilin dan Lantara, 2001).Dalam kaitannya dengan stabilitas dan prediktabilitas beta, Levy (1971), Blume (1975), Nassir dan Shamser (1996), serta Tandelilin dan Lantara (2001), menyatakan bahwa penelitian tentang stabilitas beta pada dasarnya ditujukan untuk meneliti perilaku risiko sistematik saham dari waktu ke waktu secara berurutan. Selain itu, penelitian tentang stabilitas beta juga berguna untuk membuktikan apakah informasi beta masa lalu (beta historis) dapat digunakan untuk memprediksi beta masa depan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa jika beta bersifat stabil, maka beta tersebut predictable sebaliknya , jika beta bersifat tidak stabil (un-stable), maka beta tersebut tidak dapat diprediksi (un-predictable). Beta yang stabil (un-stable) dan predictable (un-predictable) merupakan komponen penting dalam menentukan keputusan investasi.Adapun menurut Elton and Gruber (2003:142), ada dua hal yang mempengaruhi akurasi stabilitas dan prediktabilitas beta saham atau portofolio, yaitu (1) adanya perubahan risiko (beta) saham atau portofolio, dan (2) adanya random error dalam setiap periode estimasi beta. Semakin besar random error, semakin kecil stabilitas dan prediktabilitas beta dari suatu periode ke periode berikutnya.

2.11. Studi EmpirikTandelilin dan Lantara (2001) terhadap 95 saham di Bursa Efek Jakarta selama tiga sub periode pengamatan, 52 minggu pertama, 52 minggu kedua, 52 minggu ketiga. Periode pengamatan dimulai dari minggu pertama bulan Januari 1994 sampai dengan minggu terakhir bulan Desember 1996 (156 minggu). Metode analisis data yang digunakan adalah menghitung return pasar, indeks tunggal, koreksi beta menggunakan Fowler dan Rorke. Penelitian ini menunjukkan adanya indikasi stabilitas beta saham, Hal ini di tunjukan oleh hasil pengujian matriks transisi yang menunjukkan relatif banyaknya beta saham-saham perusahaan sampel yang tetap berada pada kelas risikonya masing-masing selama sub periode berurutan. Adanya stabilitas beta saham, secara implisit beta saham tersebut dapat diprediksikan selain itu indikasi stabilitas beta yang lebih kuat juga ditunjukkan oleh beta portofolio. Adanya stabilitas beta saham, secara implisit berarti beta saham tersebut juga bisa diprediksikan.Sukmadyasari dan Sutrisno (2003), dalam penelitiannya tentang stabilitas dan prediktabilitas beta saham-saham perusahaan public mengungkapkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan di antara beta saham individual selama tiga sub periode pengamatan yang ditunjukkan oleh uji korelasi product moment. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak adanya prediktabilitas beta saham antar sub periode penelitian dan koefisien beta masa lalu tidak bisa dijadikan acuan untuk memprediksi beta masa depan. Hasil uji product moment menunjukkan korelasi yang secara statistis signifikan di antara beta portofolio selama tiga sub periode penelitian pada tingkat signifikansi 0,01. Hasil ini menunjukkan adanya prediktabilitas beta portofolio antar sub periode pengamatan (sub periode I-II, sub periode II-II, dan subperiode I-III), dan koefisien beta portofolio masa lalu dapat digunakan untuk mengestimasi beta portofolio masa kini maupun masa depan. Beta portofolio saham lebih stabil dan dapat diprediksikan dibanding dengan beta saham individual.Gray, Hall, Klease dan McCrystal (2009) dalam penelitiannya menggunakan metode OLS (ordinary least square) menyatakan bahwa, pentingnya koreksi bias terhadap beta saham, karena beta yang telah dikoreksi mampu memprediksikan beta di masa yang akan datang. Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena bias beta masih terdapat dalam pasar modal. Sembiring (2011) dalam penelitiannya tentang stabilitas dan prediktabilitas beta pada portofolio reksadana saham menyatakan bahwa, hasil penelitian pada matriks transisi menunjukkan beta portofolio reksadana saham memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dari return pasar (IHSG). Analisis Spearman dan Pearson menghasilkan koefisien korelasi bernilai positif, tetapi dalam sub periode pengamatan ditemukan koefisien korelasi yang bernilai negatif. Hal ini berarti beta portofolio relatif stabil pada beberapa sub periode pengamatan, namun menjadi tidak stabil pada beberapa periode berikutnya. Hasil tersebut mengindikasikan beta bukanlah merupakan prediktor yang baik dalam meramalkan expected return.Sembiring dan Rahmah (2013), dalam penelitiannya tentang analisis bias beta saham-saham unggulan, mengungkapkan bahwa sebagian besar dari beta saham-saham unggulan ternyata tidak bias atau jika pun harus dikoreksi, cukup menggunakan satu periode lag dan lead. Ini kemungkinan disebabkan oleh karakteristik saham-saham unggulan yang likuid dan tidak terlalu dipengaruhi oleh masalah non synchronous trading yang dapat menyebabkan perhitungan beta menjadi bias. Namun dengan menggunakan data harian ini, pada beberapa saham unggulan, ada juga yang memerlukan periode koreksi sampai dengan 4 periode lag dan 4 lead. Hal ini berarti bahwa walaupun relatif likuid, namun pada saham-saham unggulan seperti saham yang tergabung dalam kelompok Indeks LQ-45, tetap berpotensi terimbas masalah perdagangan yang tidak sinkron (non synchronous trading) sehingga tetap perlu dilakukan pengujian dengan tujuan untuk mendapatkan beta yang tidak bias. Dengan menggunakan estimasi beta yang tidak bias (unbiased beta), akan dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.Stevanie (2014), dalam penelitiannya tentang stabilitas dan prediktabilitas beta saham-saham yang tergabung ke dalam Indeks LQ-45 selama periode tahun 2009-2014. Hasil analisis stabilitas dan prediktabilitas beta setiap saham individu yang tergabung ke dalam Indeks LQ-45 bersifat un-stable dan un-predictable. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai beta setiap saham yang tidak menempati kelas risiko yang sama selama periode pengamatan. Dari 27 saham yang di ambil sebagai sampel hanya 2 saham yang menempati kelas risiko yang sama selama periode pengamatan dan sisanya menempati kelas risiko yang berbeda-beda pada setiap periodenya ini menandakan adanya ketidakstabilan beta saham sehingga beta tidak dapat digunakan sebagai prediktor. Hasil analisis stabilitas dan prediktabilitas beta seluruh saham yang di uji dengan menggunakan model korelasi Pearson (product moment) mengindikasi adanya ketidakstabilan. Hal ini dapat dilihat dari adanya nilai korelasi yang negatif tidak signifikan menunjukkan adanya ketidakstabilan beta dari seluruh saham sehingga tidak dapat digunakan sebagai prediktor beta di masa yang akan datang.58

59

BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN3.1. Objek PenelitianObjek dalam penelitian ini adalah beta saham-saham yang tergabung ke dalam kelompok Indeks LQ-45 selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Saham-saham perusahaan yang dipilih adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Sampel Emiten yang masuk kelompok Indeks LQ-45.NoEMITENKODE

1.PT. Adaro Energy Tbk.ADRO

2.PT. Aneka Tambang (persero) Tbk.ANTM

3.PT. Astra Agro Lestari Tbk.AALI

4.PT. Astra Internasional Tbk.ASII

5.PT. Barito Pacific Tbk.BRPT

6.PT. Bumi Resources Tbk.BUMI

7.PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.CPIN

8.PT. Gudang Garam Tbk.GGRM

9.PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.INTP

10.PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.ICBP

11.PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.INDF

12.PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.ITMG

13.PT. Semen Indonesia (persero) Tbk.SMGR

14.PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.PTBA

15.PT. Unilever IndonesiaTbk.UNVR

16.PT. Vale Indonesia Tbk.INCO

Sumber : Indonesia Stock Excange 2014

3.1.1 59

3.1.2 Sejarah Singkat PT. Adaro Energy, Tbk (ADRO)PT. Adaro Energy Tbk (ADRO) didirikan dengan nama PT. Padang Karunia tanggal 28 Juli 2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juli 2005. Kantor pusat ADRO berlokasi di Gedung Menara Karya, Lantai 23, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5, Kav. 1-2, Jakarta Selatan.Perdagangan, jasa, industri, pengangkutan batubara, perbengkelan, pertambangan, dan konstruksi. Entitas anak bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara, perdagangan batubara, jasa kontraktor penambangan, infrastruktur, logistik batubara, dan pembangkitan listrik. Pada 04 Juli 2008, ADRO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Initial Public Offers (IPO) ADRO kepada masyarakat sebanyak 11.139.331.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham danharga penawaranRp1.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Juli 2008.

3.1.3 Sejarah Singkat PT. Aneka Tambang, Tbk (ANTM)PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) didirikan dengan nama "Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" tanggal 05 Juli 1968 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat ANTM berlokasi di Gedung Aneka Tambang, Jl. Letjen T.B. Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta, Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ANTM adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan galian tersebut.Pada tanggal 27 Nopember 1997, ANTM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukanInitial Public Offers (IPO)ANTM kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham danharga penawaran perdanasebesar Rp1.400,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Nopember 1997.

3.1.4 Sejarah Singkat PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI)PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI) didirikan dengan nama PT. Suryaraya Cakrawala tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT. Astra Agro Niaga tanggal 4 Agustus 1989. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1995. Kantor pusat AALI dan entitas anak (Grup) berlokasi di Jalan Pulo Ayang Raya Blok OR no. 1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa sawit AALI saat ini berlokasi di Kalimantan Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatra Utara. Perkebunan dan pabrik pengolahan entitas anak berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.Pada tanggal 30 Juni 1997, AALI melakukan penggabungan usaha dengan PT. Suryaraya Bahtera. Penggabungan usaha ini dicatat dengan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). Setelah penggabungan usaha ini, nama Perusahaan diubah menjadi PT. Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp250 miliar menjadi Rp2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan AALI adalah perkebunan, perdagangan umum, perindustrian, pengangkutan, konsultan dan jasa. Kegiatan utama perusahaan bergerak dalam bidang usaha kelapa sawit.

3.1.5 Sejarah Singkat PT. Astra International, Tbk (ASII)PT. Astra International Tbk (ASII) sepakat mendirikan perusahaan asuransi jiwa baru melalui kerja sama dengan Aviva Plc, sebuah perusahaan asuransi internasional, dengan porsi kepemilikan 50:50. Dibentuknya Astra Aviva Life sesuai denganstrategi Astra untuk terus melakukan ekspansi dan diversifikasi usaha dengan memasuki lini bisnis baru yang berpotensi untuk berkembang sejalan dengan nilai-nilai dan filosofi Astra. Astra Aviva Life menunggu persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setelah mendapat persetujuan, Astra Aviva Life akan menjadi preferred provider berbagai produk asuransi jiwa kepada Astra dan anak perusahaanya. Produk asuransi jiwa Astra Aviva Life nantinya akan ditawarkan melalui beberapa anak perusahaan Astra, termasukPT. Permata Bank Tbk(BNLI). Joint venture ini juga akan menawarkan produk asuransi jiwa kepada masyarakat Indonesia melalui digital channel, agen dan rekanan.

3.1.5. Sejarah singkat PT. Barito Pacific Tbk (BRPT)PT Barito Pacific Tbk (dahulu PT Barito Pacific Timber Tbk) (BRPT) didirikan 04 April 1979 dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimatan dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. BRPT berdomisili di Banjarmasin dengan pabrik berlokasi di Jelapat, Banjarmasin. Kantor BRPT berada di Jakarta dengan alamat di Wisma Barito Pacific, Jl. Letjen S. Parman Kav. 62-63 Jakarta. Pemegang saham mayoritas BRPT adalah Magna Resources Corporation Pte. Ltd., dengan persentase kepemilikan sebesar 52,13%.Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan BRPT bergerak dalam bidang kehutanan, perkebunan, pertambangan, industri, properti, perdagangan, energi terbarukan dan transportasi. Saat ini BRPT berusaha di bidang kehutanan, petrokimia, properti, perkebunan dan sedang mengembangkan sejumlah lini usaha tambang dan energi ke