skripsi e11dnu
DESCRIPTION
skripsweetTRANSCRIPT
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 1/50
1
POTENSI FUMIGASI BERBAHAN AKTIF AMONIA
TERHADAP KAYU NANGKA, ANGSANA, DAN PETAI DARI
SERANGAN RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus
Holmgren
DINDA NURMAWAN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 2/50
1
Kata Kunci : keawetan kayu fumigasi rayap tanah mortalitas
RINGKASAN
Dinda Nurmawan. E24062361. Potensi Fumigasi Berbahan Aktif Amonia
terhadap Kayu Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap Tanah
Coptotermes curvignathus Holmgren. Dibimbing oleh Istie Sekartining Rahayu,
S.Hut., M.Si dan Arinana, S.Hut., M.Si
Penggunaan kayu bagi sebagian besar masyarakat masih sangat umum
digunakan sebagai bahan bangunan dan industri. Namun, saat ini pemanfaatan
kayu selain untuk bangunan dan industri digunakan pula sebagai Wood Solid
Packaging. Kebutuhan kayu yang semakin tinggi tersebut tidak diimbangi dengan
pasokan kayu yang berasal dari hutan alam yang semakin berkurang. Hal tersebut
membuat peluang besar bagi potensi pengembangan kayu rakyat yang umumnya
ditanami jenis kayu fast growing species dan kayu buah-buahan untuk memenuhi
bahan baku industri. Kayu rakyat tersebut sebagian besar memiliki tingkatkekuatan dan keawetan kayu yang rendah sehingga perlu dilakukan suatu metode
pengawetan yang aplikatif yaitu fumigasi. Fumigsi merupakan cara yang umum
digunakan untuk perlakuan pengendalian hama yang berlaku secara internasional
untuk kemasan kayu atau lebih dikenal dengan ISPM#15. Penggunaan fumigasi
biasanya menggunakan bahan kimia metil bromida sebagai fumigan. Namun, efek
dari bahan fumigan ini yaitu dapat merusak lapisan ozon sehingga penggunaannya
sangat dibatasi. Alternatif bahan lain pengganti dari metil bromida adalah amonia.
Penelitian ini menggunakan kayu Nangka ( Artocarpus heterophyllus),
Angsana (Pterocarpus indicus), dan Petai (Parkia speciosa). Tujuan dilakukannya
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh fumigasi dengan bahan aktif amonia
terhadap persentase mortalitas rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren kepada tiga jenis kayu berkeawetan rendah yaitu Nangka, Angsana, dan Petai.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kayu nangka memiliki nilai
mortalitas terendah dengan menggunakan volume amonia 2 liter dengan jarak
lubang satu, tiga, dan lima cm yaitu sebesar 60%, 41,67%, dan 40%. Pada kayu
angsana nilai mortalitas terendah menggunakan volume amonia sebesar 2 liter
dengan jarak lubang satu, tiga, dan lima cm yaitu sebesar 91,67%, 56,67%, dan
36,67%. Nilai mortalitas kayu petai pada umumnya sama dengan kayu nangka dan
angsana yaitu menggunakan volume amonia 2 liter menghasilkan nilai mortalitas
terendah pada jarak lubang satu, tiga, dan lima cm yaitu sebesar 88,33%, 76,67%,
dan 85%. Nilai mortalitas hasil pengujian bernilai 100 % dengan menggunakan
volume amonia sebesar enam, delapan, dan sepuluh liter pada setiap jenis kayudan jarak lubang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin besar volume
amonia yang digunakan nilai mortalitasnya pun semakin tinggi. Penggunaan
volume amonia yang semakin besar akan menyebabkan ruang fumigasi lebih
cepat menjadi jenuh serta uapnya akan berpenetrasi lebih baik ke dalam kayu. Hal
tersebut dapat meningkatkan tingkat kematian rayap tanah yang berada dalam
kayu. Volume amonia yang paling efektif pada pengujian ini adalah dengan
menggunakan volume 6 liter selama 4 hari dalam ruang fumigasi berukuran (2 x 1
x 1) m3, karena mampu berpenetrasi ke dalam jarak lubang sedalam lima cm dan
mematikan seluruh rayap.
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 3/50
1
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Potensi
Fumigasi Berbahan Aktif Amonia terhadap Kayu Nangka, Angsana, dan
Petai dari Serangan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren”
adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari
karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi.
Bogor, Maret 2011
Dinda Nurmawan
NIM E24062361
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 4/50
1
POTENSI FUMIGASI BERBAHAN AKTIF AMONIA
TERHADAP KAYU NANGKA, ANGSANA, DAN PETAI DARI
SERANGAN RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus
Holmgren
DINDA NURMAWAN
E24062361
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 5/50
1
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Potensi Fumigasi Berbahan Aktif Amonia terhadap Kayu
Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap Tanah
Coptotermes curvignathus Holmgren
Nama Mahasiswa : Dinda Nurmawan
Nomor Pokok : E24062361
Program Studi : Hasil Hutan
Menyetujui,Komisi Pembimbing,
Ketua Anggota
Istie Sekartining Rahayu, S.Hut, M.Si Arinana, S.Hut, M.Si
NIP. 19740422 200501 2 001 NIP. 19740101 200604 2 014
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc.
NIP : 19660212 199103 1 002
Tanggal lulus :
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 6/50
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyusun karya ini
yang berjudul ”Potensi Fumigasi Berbahan Aktif Amonia terhadap Kayu
Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap Tanah Coptotermes
curvignathus Holmgren”. Karya ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Potensi besar kayu rakyat untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan
pada umumnya merupakan jenis-jenis kayu fast growing species dan kayu buah-
buahan. Saat ini kayu-kayu tersebut selain untuk menunjang industri perkayuan juga
digunakan sebagai Solid Wood Packaging) dan penggunannya pun sangat tinggi. Di
sisi lain kayu jenis ini memiliki sifat keawetan alami yang rendah terhadap serangan
rayap. Rayap tanah merupakan salah satu faktor perusak kayu utama yang
menyerang kayu tersebut. Untuk menjaga agar kayu tersebut tidak mudah diserang
oleh faktor perusak kayu, maka diperlukan suatu metode yang dapat mematikan
faktor perusak kayu sekaligus menjaga kayu agar tidak mudah diserang kembali olehfaktor perusak kayu tersebut. Salah satu metode tersebut adalah dengan
menggunakan teknik fumigasi. Teknik ini dapat langsung mematikan faktor perusak
kayu dalam hal ini rayap tanah karena mengandung uap yang bersifat toksik.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari teknik fumigasi amonia
terhadap persentase mortalitas rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian karya ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
karya ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan masukan, saran, dan
kritik yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.
Bogor , Maret 2011
Penulis
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 7/50
1
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dinda Nurmawan, dilahirkan di Bogor, Jawa
Barat pada tanggal 31 Januari 1988 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara
dalam keluarga pasangan S Dermawan dan Oche Filmawati.
Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Kosgoro Bogor dan sempat
kuliah di Akademi Kimia Analisis Bogor selama satu tahun. Pada tahun 2006
penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB). Setelah menempuh Tingkat Persiapan Bersama, penulis diterima di
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan,
yaitu Kepala Divisi Teknologi Peningkatan Mutu Kayu HIMASILTAN IPB tahun
2008-2009, serta berbagai kepanitiaan kegiatan FOREST dan FORTEKS serta
menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Pengeringan Kayu tahun 2010 yang
diasuh oleh Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Penulis mendapat kesempatan melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT.
Paparti Pertama, Sukabumi, Jawa Barat. Penulis pernah melaksanakan PKM-K
yang dibiayai DIKTI dengan judul penelitian “Agroforestri Tanaman Sengon Laut
pada Lahan Tanaman Pangan” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi,
MS.
Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor dengan judul “Potensi Fumigasi Berbahan Aktif Amonia
terhadap Kayu Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap Tanah
Coptotermes curvignathus Holmgren, di bawah bimbingan Istie Sekartining
Rahayu, S.Hut., M.Si dan Arinana, S.Hut., M.Si.
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 8/50
1
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapatmenyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ”Potensi Fumigasi Berbahan
Aktif Amonia terhadap Kayu Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap
Coptotermes curvignathus Holmgren”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Ayah, Ibu, kakak, dan adikku tercinta atas segala dukungan dan kasih sayang
yang diberikan, baik moril maupun materil serta doa yang selalu mengalir
tanpa henti kepada penulis.
2. Ibu Istie Sekartining Rahayu, S.Hut, M.Si dan Ibu Arinana, S.Hut, M.Si selaku
dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan
kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, MSc F. Trop., Bapak Ir. Siswoyo, M.S., dan Ibu
Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.S. selaku dosen penguji.
4. Mbak Esti, Mbak Lastri, dan Pak Kadiman selaku laboran di Laboratorium
Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Institut Pertanian
Bogor.
5. Ibu Siti Fatimah dan Bapak Anhari selaku laboran di Laboratorium
Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi Institut Pertanian Bogor (PPSDHB-IPB).
6. Seluruh dosen, staff dan laboran Departemen Hasil Hutan yang telah banyak
memberikan dukungan dan bantuannya selama ini kepada penulis.
7.
Anindita Kusumaningrum atas kasih sayang serta saran yang selalu menemani
penulis selama mengerjakan karya ini.
8. Teman-teman satu bimbingan : Ammar, Mukhlas, Jayus, Pepy, dan Yoki.
Terimakasih atas segala bantuan, kebersamaan dan nasehat-nasehatnya kepada
penulis selama menjalani penelitian dan penyusunan skripsi.
9. Teman-teman program studi hasil hutan angkatan 40, 41, 42, 43, terutama
Galang, Rama, Mey, Anjar, Ari, Zulhijah, Dian Mutmainnah, Yennova Sari
dan semua mahasiswa THH yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 9/50
1
dukungan, semangat dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas
Kehutanan IPB.
10. Agung Gunawan, Suryo Arimurti, Teguh Pradityo, Candra, Adnan, Tubagus
LM, Ahmad Jamhari, Rakhmat Muslim, Rakhmat Hidayat, Ka Salim, Ka
Ejeng, Ka Dameng, Ka Gita M Adly dan Arifin teman satu perjuangan selama
di Kost Putra Domino dan Sawah. Terima kasih atas kebersamaan yang telah
terjalin selama ini, dengan segala pahit manisnya persahabatan yang kita
alami.
11. Noel Gallagher, Liam Gallagher, Gem archer, Andy Bell, Alan White yang
telah memberikan inspirasi dan motivasi melalui karya lagunya.
12.
Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas
kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, Maret 2011
Penulis
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 10/50
1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keawetan Alami ....................................................................................... 3
2.2 Fumigasi .................................................................................................... 5
2.3 Amonia ...................................................................................................... 6
2.4 Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus) ............................................... 7
2.5 Jenis Kayu yang Digunakan ..................................................................... 8
2.5.1 Nangka ( Artocarpus heterophyllus) ................................................ 8
2.5.2 Angsana (Pterocarpus indicus) ....................................................... 10
2.5.3 Petai (Parkia speciosa) ................................................................... 11
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 13
3.3 Pengujian Keawetan Alami Kayu Skala Laboratorium ............................ 13
3.4 Pengujian Metode Fumigasi ...................................................................... 15
3.4.1 Persiapan Contoh Uji Kayu .............................................................. 15
3.4.2 Aplikasi Fumigasi ............................................................................ 16
3.5 Analisis Data ............................................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keawetan Alami ........................................................................................ 19
4.2 Metode Fumigasi ....................................................................................... 20
4.2.1 Pengaruh Jenis Kayu terhadap Mortalitas Rayap Tanah ................. 20
4.2.2 Pengaruh Volume Amonia terhadap Mortalitas Rayap Tanah ........ 23
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 11/50
1
4.2.3 Pengaruh Jarak Lubang terhadap Mortalitas Rayap Tanah .............. 24
4.3 Interaksi .................................................................................................... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 26
5.2 Saran .......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27
LAMPIRAN ........................................................................................................ 30
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 12/50
1
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Keawetan alami dan keterawetan kayu hutan rakyat Kabupaten Bogor ...... 4
2 Tingkat ketahanan kayu ................................................................................ 15
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 13/50
1
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. C. curvignathus kasta prajurit ..................................................................... 7
2. C. curvignathus kasta pekerja ...................................................................... 8
3. C. curvignathus kasta reproduktif ................................................................ 8
4. Uji keawetan alami skala laboratorium ........................................................ 14
5. Pembuatan sampel uji fumigasi ................................................................... 16
6. Ruang fumigasi ............................................................................................ 17
7. Persentase penurunan berat kayu nangka, angsana, dan petai pada uji
keawetan alami ............................................................................................. 198. Mortalitas rayap C. curvignathus pada uji laboratorium ............................. 20
9. Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu nangka ....... 21
10. Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu angsana ...... 21
11. Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu petai ........... 22
12. Rayap tanah yang menempel pada lakban ................................................... 22
13. Mortalitas rayap dengan perbedaan volume ................................................ 23
14. Persentase mortalitas rayap terhadap jarak lubang ...................................... 24
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 14/50
1
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil Pengujian Keawetan Alami Skala Laboratorium .............................. 31
2. Hasil Pengujian Fumigasi Amonia ............................................................. 32
3. Analisis Data ................................................................................................ 35
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 15/50
1
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan dan untuk bahan baku industri
pada saat ini cenderung semakin meningkat, sedangkan pasokan kayu dari hutan
alam dirasakan tidak mencukupi, sehingga memberikan peluang yang besar bagi
pengembangan kayu rakyat. Menurut Surjokusumo (2005) potensi besar bahan
baku yang dimiliki oleh kayu rakyat pada umumnya merupakan jenis-jenis kayu
fast growing species dan kayu buah-buahan. Kayu-kayu tipe jenis ini memiliki
masa tebang yang pendek sehingga memiliki keuntungan tersendiri terhadap
industri pengolahan kayu yaitu jumlahnya yang berpotensi menutupi kebutuhan
bahan baku industri kayu. Selain itu, perkembangan industri dalam berbagai
bidang telah maju dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyak kegiatan ekspor
produk ke berbagai negara. Ekspor produk membutuhkan Solid Wood Packaging
sebagai kemasannya. Oleh karena itu kayu rakyat yang digunakan saat ini selain
untuk menunjang industri perkayuan juga digunakan sebagai Solid Wood
Packaging.
Penggunaan Solid Wood Packaging di Indonesia untuk keperluan
perdagangan domestik atau internasional saat ini sangat tinggi. Hal ini disebabkan
karena produk barang yang di ekspor dan impor kebanyakan dikemas
menggunakan kemasan yang berbahan kayu. Di sisi lain kayu yang biasa
digunakan sebagai kemasan kayu ini memiliki sifat keawetan yang rendah
sehingga mudah untuk diserang oleh faktor perusak kayu terutama oleh rayap,
namun serangan rayap dapat dibasmi dengan tindakan pengawetan kayu, salah
satunya yaitu dengan menggunakan teknik fumigasi (Surjokusumo 2005).Fumigasi adalah eradikasi hama dengan menggunakan gas fumigan dalam
kondisi ruangan yang kedap udara. Teknik fumigasi merupakan salah satu
perlakuan yang dipersyaratkan pada ISPM-15 ( International Standard for
Phytosanitary Measure). Teknik fumigasi ini memiliki tingkat keefektifan tinggi
dalam mengatasi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) karena pada teknik
fumigasi ini menggunakan bahan kimia sebagai fumigannya (Priyono 2005).
Bahan kimia yang biasa digunakan pada fumigasi ini adalah metil bromide
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 16/50
1
(CH3Br). Fumigan ini memiliki kelebihan yaitu penetrasi sangat baik, waktu
fumigasi singkat, daya racun tinggi, dan tidak berbau. Di sisi lain penggunaan
metil bromide saat ini semakin dibatasi karena efeknya yang dapat menimbukan
kerusakan lapisan ozon. Penggunaan metil bromide telah dilarang untuk
perlakuan-perlakuan eradikasi hama di luar kepentingan karantina dan pra-
perkapalan (Arinana et al. 2008).
Perlakuan eradikasi hama pada gudang-gudang pangan, komoditas
pertanian lain, gudang benih, perlakuan tanah, dan lain-lain harus menggunakan
bahan-bahan yang tidak bersifat merusak ozon. Fumigan yang potensial tersebut
salah satunya adalah amonia. Namun demikian informasi efikasi penggunaan
amonia terhadap serangga perusak kayu yang hidup di dalam kayu dalam hal ini
terkait dengan kemampuan penetrasi ke dalam pori-pori kayu masih terbatas.
Padahal informasi tersebut sangat penting untuk memperkuat rekomendasi
penggunaan amonia untuk perlakuan eradikasi serangga perusak kayu.
Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pengujian
fumigasi amonia terhadap kayu berkeawetan rendah.
1.2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fumigasi dengan
bahan aktif amonia terhadap persentase mortalitas rayap tanah Coptotermes
curvignathus Holmgren kepada tiga jenis kayu yaitu Nangka, Angsana, dan Petai.
1.3 Manfaat
Memberikan informasi kepada industri menengah ke bawah dan masyarakat
pada umumnya tentang metode pengawetan yang aplikatif untuk meningkatkan
kualitas kayu rakyat.
2
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 17/50
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keawetan Alami
Menurut Martawijaya (2000) dalam Barly (2007) keawetan merupakan
salah satu sifat dasar kayu yang penting. Nilai suatu jenis kayu sangat ditentukan
oleh keawetannya, karena bagaimanapun kuatnya suatu jenis kayu,
penggunaannya akan kurang berarti jika keawetannya rendah. Selain bergantung
kepada jenis kayunya, keawetan kayu bergantung kepada jenis organisme perusak
kayu yang menyerangnya. Sesuatu yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap
suatu organisme, belum tentu tahan terhadap organisme lain. Di samping itu,
sebagian besar kayu tidak tahan terhadap suhu udara yang berubah-ubah,
kelembaban, dan air.
Keawetan alami kayu sangat dipengaruhi oleh kadar ekstraktifnya.
Meskipun tidak semua ekstraktif beracun bagi organisme perusak kayu pada
umumnya namun, terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar ekstraktif
keawetan alami kayu cenderung meningkat pula (Wistara et al. 2002). Di hutan
Indonesia ada sekitar 4.000 jenis kayu, namun dari jumlah tersebut hanya
sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat dan kegunaannya dan baru 120 jenis
yang sudah diperdagangkan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa dari jumlah
3233 yang dikumpulkan oleh Balai Penelitian Hasil Hutan, 80 – 85% termasuk
kelas awet III, IV, dan V (Martawijaya 1981 dalam Barly dan Martawijaya 2000).
Keawetan alami dapat diperbaiki dengan pengawetan sehingga umurnya dapat
meningkat beberapa kali lipat. Untuk kayu perumahan minimal dapat mencapai 20
tahun dengan catatan persyaratan standar yang ditentukan terpenuhi (Abdurrohim
2007).Pada tiap tahap pengolahan sampai pemakaian, kayu dihadapkan pada
beragam jenis organisme perusak kayu yang siap mengancam, seperti bakteri,
jamur, rayap kayu kering, rayap tanah, bubuk kayu kering, dan binatang
penggerek kayu (Wilkinson 2005 dalam Barly 2007). Dalam keadaan basah kayu
dapat diserang jamur, serangga bubuk kayu basah, dan rayap tanah jika disimpan
terlalu lama. Dalam keadaan kering, kayu dapat diserang rayap kayu kering, rayap
tanah, dan bubuk kayu kering. Kayu yang dipasang di laut dapat diserang binatang
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 18/50
1
laut penggerek kayu (marine borer ). Perubahan yang terjadi tidak hanya
menurunkan kualitas tetapi kuantitas juga karena ada yang benar-benar memakan
habis kayu (Tarumingkeng 2001 dalam Barly 2007).
Keterawetan kayu adalah kemampuan kayu untuk ditembus oleh bahan
pengawet sampai mencapai retensi dan penetrasi tertentu yang secara ekonomis
menguntungkan dan efektif untuk mencegah faktor perusak kayu. Sifat
keterawetan jenis kayu tertentu diteliti dengan proses pengawetan, bahan
pengawet, dan kadar air kayu tertentu. Ini akibat keterawetan dipengaruhi oleh
jenis kayu, kadar air kayu yang diawetkan, proses pengawetan, dan bahan
pengawet yang digunakan (Abdurrohim dan Martawijaya 1996 dalam
Abdurrohim 2007). Tabel 1 menampilkan kelas awet dan keterawetan kayu-kayu
hutan rakyat dari Kabupaten Bogor.
Tabel 1 Keawetan alami dan keterawetan kayu hutan rakyat dari Kabupaten Bogor No Jenis Kayu Kelas Awet Keterawetan
1 Agathis ( Agathis sp) IV Sedang2 Akasia ( Acacia auriculiformis) III – IV sukar3 Balsa (Ochroma bicolor ) V Mudah4 Durian ( Durio sp) IV – V Sukar5 Gmelina (Gmelina arborea) IV – V Sukar6 Jabon ( Anthocephalus cadamba) V Sedang
7 Jati (Tectona grandis) II Sedang
8 Jengkol (Pithecelobium jiringa) IV Sedang9 Jeunjing (Paraserianthes falcataria) IV – V Sedang10 Kapuk (Ceiba petandra) IV – V Sedang11 Karet ( Hevea brassiliensis) IV – V Sedang12 Kecapi (Sandoricum koetjape ) IV Sedang13 Kelapa (Cocos nucifera) IV Mudah14 Kemiri ( Aleurites moluccana) V Mudah15 Kenari (Canarium sp) III Mudah16 Lamtoro ( Leucaena leucocephala) V Sedang17 Leda ( Eucalyptus deglupta) IV Sukar
18 Mahoni (Swietenia macrophylla) III – IV Sukar19 Mangga ( Mangifera indica) IV Sukar
20 Mangium ( Acacia mangium) III Sukar
21 Manii ( Maesopsis eminii) IV Sedang22 Menteng ( Baccauera racemosa) IV Mudah23 Mindi ( Melia azedarach) IV – V Sukar24 Nangka ( Artocarpus heterophyllus) II Sangat Sukar25 Petai (Parkia speciosa) IV Mudah26 Puspa (Schima wallichii) IV – V Mudah27 Rambutan ( Nephelium lappaceum) II Sukar28 Rasamala ( Altingia excelsa) II – III Sedang
29 Sentang ( Azadirachta excelsa) IV Sukar30 Sungkai (Peronema canescens) III Mudah31 Surian (Toona sureni) IV – V Sedang32 Tusam (Pinus merkusii) IV Mudah
Sumber: Wahyudi et al.2007
4
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 19/50
1
2.2 Fumigasi
Metode fumigasi adalah metode tradisional untuk menggelapkan dan
memperkaya warna kayu. Pada awalnya proses fuming menggunakan amonia ini
dikembangkan oleh Gustav Stickley (Rose 2007). Proses fuming ini merupakan
salah satu proses finishing kayu yang bertujuan untuk memberikan warna dan
merubah pigmen kayu akibat reaksi kimia antara tannin dan amonia. Namun
metode ini selain digunakan untuk proses pewarnaan dapat juga digunakan untuk
pengawetan kayu.
Fumigasi adalah tindakan perlakuan terhadap media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan dengan menggunakan fumigan ke dalam ruang yang kedap
udara pada suhu dan tekanan tertentu (Priyono 2005). Fumigan yang digunakan
dalam fumigasi merupakan pestisida yang dalam suhu dan tekanan tertentu
berbentuk uap dan dalam konsentrasi serta waktu tertentu dapat membunuh
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Pada proses fumigasi ini fumigan akan
menghasilkan uap yang akan berada di dalam ruangan kedap udara yang
dipersiapkan. Uap fumigan tersebut akan masuk ke dalam rongga kayu sehingga
kayu tersebut akan dipenuhi uap fumigan. Uap tersebut akan menjadi bahan untuk
mencegah faktor perusak kayu untuk merusak kayu (Arinana et al. 2008).
Teknik fumigasi ini memiliki beberapa kelebihan yaitu efektif
mengendalikan hama pada seluruh stadia, bekerja dengan cepat, menekan
kerusakan komoditi, mempunyai penetrasi yang baik, dan tidak meninggalkan
residu (Priyono 2005). Secara teknis proses fumigasi dilakukan pada tangki atau
suatu tempat yang terlapisi sehingga kedap terhadap udara. Contoh kayu yang
akan difumigasi harus ditumpuk dengan rapi sehingga sirkulasi udara atau gas
dapat berlangsung dengan baik (Dresdner 2005). Fumigasi merupakan cara yangumum digunakan untuk perlakuan eradikasi hama. Penggunaan teknik ini dikenal
secara luas untuk keperluan eradikasi hama gudang, hama kayu, perlakuan pra
perkapalan ( preshipment ) dan karantina. Pada saat ini, kepentingan perlakuan
fumigasi untuk pengendalian hama kayu mengalami peningkatan yang cukup
berarti seiring dengan ditetapkannya berbagai peraturan yang berlaku secara
internasional. Sebagai contoh FAO- Interim Commision for Phytosanitary
Measure (ICPM) telah mengesahkan suatu standar ( International Standard for
5
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 20/50
1
Phytosanitary Measure/ISPM ) untuk kemasan kayu atau lebih dikenal dengan
ISPM # 15 (Guidelines for Regulating Wood Packaging Material in International
Trade) pada bulan Maret 2002. ISPM # 15 mengatur keseragaman penanganan
kemasan kayu (harmonized regulation), dan menghindari timbulnya aturan yang
unilateral sehingga menghambat proses perdagangan internasional, serta aspek
merugikan penggunaan kemasan kayu khususnya terkait dengan penyebaran
organisme hama (serangga perusak kayu) antar daerah atau negara (Nugroho
2005).
2.3 Amonia
Amonia merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia NH3 dan
memiliki bau khas yang menyengat. NH3 yang larut dalam air disebut pula
Amonium hidroksida. Amonia umumnya bersifat basa, namun dapat pula
bertindak sebagai asam yang sangat lemah. Amonia memiliki titik didih pada suhu
(-33 °C) dan titik leleh (-77,7 °C), sehingga cairan amonia harus disimpan dalam
suhu yang sangat rendah atau dalam tekanan yang tinggi (Anonim 2007). Amonia
memiliki berat molekul 17,03, tekanan uap 400 mmHg (-45,4 °C), kelarutan
dalam air 31 g/100 g (25 °C), berat jenis 0,682 (-33,4 °C), berat jenis uap 0,6, dan
memilik suhu kritis 133 °C. Sifat-sifat fisik dari amonia adalah gas tidak
berwarna, berbau khas, bersifat iritan dan mudah larut dalam air (Anonim 2008).
Amonia dapat diubah menjadi nitrit dan nitrat, oleh bakteri yang terdapat
dalam tanah sehingga amonia bertindak sebagai penyubur tanah. Amonia juga
dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk urea, sebagai bahan peledak, dan
digunakan pula dalam bidang farmasi (Harwood et al. 2007). Reaktivitas amonia
stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran dan
larut dalam air. Amonia membutuhkan kehati-hatian dalam penanganan dan
penyimpanannya. Dalam penyimpanannya amonia harus diletakkan pada tempat
dingin, kering, berventilasi, dan jauh dari keramaian agar uapnya tidak terhirup
oleh manusia. Hindarkan pula dari asam, oksidator, halida, etoksi, logam alkali
dan kalium klorat.
6
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 21/50
1
2.4
Rayap Tanah (C. curvignatus)
Kondisi iklim dan tanah termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan di
Indonesia sangat mendukung kehidupan rayap. Oleh karena itu, lebih dari 80%
daratan Indonesia merupakan habitat yang baik bagi kehidupan berbagai jenis
rayap (Nandika et al. 2003).
Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang
disebut koloni. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi
(kasta) di mana masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda
dalam kehidupannya. Menurut Nandika et al. (2003) terdapat tiga kasta dalam
komunitas rayap ini yaitu kasta prajurit, pekerja, dan reproduktif.
A.
Kasta Prajurit
Kasta prajurit (Gambar 1) dapat dengan mudah dikenali dari bentuk
kepalanya yang besar dan mengalami penebalan serta berwarna coklat. Peranan
kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya
semut dan vertebrata predator. Kasta ini menyerang musuhnya dengan mandible
yang dapat mengiris dan menjepit.
Gambar 1 Kasta Prajurit (Nandika et al. 2003).
B.
Kasta Pekerja
Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap.
Tidak kurang dari 80-90% populasi dalam koloni rayap merupakan individu-
individu kasta pekerja. Kasta pekerja (Gambar 2) umumnya berwarna pucat
dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai
nimfa. Kasta pekerja tidak terlibat dalam proses perkembangbiakan koloni dan
pertahanan, namun hampir semua tugas koloni dikerjakan oleh kasta ini. Kasta
7
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 22/50
1
pekerja mempunyai tugas yaitu memberi makan dan memelihara ratu, mencari
sumber makanan, menumbuhkan jamur dan memeliharanya.
Gambar 2 Kasta Pekerja (Nandika et al. 2003).
C.
Kasta Reproduktif
Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual; (ratu) yang
tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Kasta ini
memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dibandingkan kasta yang lain hal ini
dikarenakan tugas dari kasta reproduktif itu sendiri. Peningkatan tubuh ini terjadi
melalui penggelembungan abdomen karena pertumbuhan ovari, usus, dan
penambahan lemak tubuh. Pembesaran tubuh ini menyebabkan ratu tidak mampu
bergerak aktif dan tampak malas.
Gambar 3 Kasta Ratu (Nandika et al. 2003).
2.5 Jenis Kayu yang Digunakan
2.5.1 Nangka ( Artocarpus heterophyllus)
Nangka memiliki nama botani A. heterophyllus Lamk. Menurut Verheij dan
Coronel (l992), Nangka memiliki nama lain seperti Jackfruit (Inggris), Jacquier
(Prancis), Nongko (Javanese), Langka (Filipina), Khanun (Thailand). Nama
daerah untuk Nangka pun bermacam-macam seperti nangko atau nangka (Jawa),
8
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 23/50
1
anaane (Ambon), panaih (Aceh), lumasa atau malasa (Lampung), dan nama
lainnya. Verheij dan Coronel (1992), mengklasifikasikan Nangka sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Species : Artocarpus heterophyllus
Pohon Nangka umumnya berukuran sedang, memiliki tinggi 20 – 30 m,
diameter batang mencapai 100 cm, seluruh bagian mengeluarkan getah putih bila
dilukai. Daun tunggal, tersebar, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi
rata, bulat telur terbalik hingga jorong (memanjang). Ukuran daun 5 – 25 cm x 3,5
– 12 cm, dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek
runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat telur lancip, panjang sampai 8
cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas serupa cincin. Kayu nangka telah
banyak digunakan di Srilangka, India, dan Eropa (Verheij dan Coronel 1992).
Menurut Burgess (1989) dalam Isrianto (1997), Kayu nangka memiliki
struktur anatomi antara lain porinya tersebar secara tata baur, 30 – 80% berpori
soliter dan sisanya bergabung secara radial. Porinya berbentuk bulat sampai oval
dengan jumlah pori sekitar 7 – 8 per mm2. Diameter tangensial rata-rata adalah
200 – 360 mikron dan tidak ada tilosis namun sering kali ada endapan (deposit).
Jumlah parenkim kayu cukup sampai banyak dengan bentuk selubung sampai
aliform dan kadang-kadang bergabung serta berisi resin berwarna terang sampai
oranye. Jari-jari berukuran sedang sampai cukup lebar (50 – 150 mikron) dan jumlahnya antara 4 – 6 per mm2, heteroseluler, tidak ada silika. Kemudian sel
serabut mempunyai dinding yang tipis sampai cukup tipis. Saluran radial terdapat
pada jari-jari dan kadang terlihat titik-titik coklat pada bidang tangensial (Pandit
dan Kurniawan 2008).
Menurut Isrianto (1997), kayu Nangka memiliki berat jenis maksimum
0,71 dan berat jenis minimum adalah 0,55 dengan berat jenis rata-rata 0,61
sehingga masuk dalam kelas kuat II. Kayu yang masuk dalam kelas kuat II – III
9
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 24/50
1
baik digunakan untuk tujuan struktural. Kayu nangka dapat digunakan untuk
pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, dayung,
perkakas, dan alat musik. Heyne (1987), menjelaskan bahwa kayu nangka di
Pulau Jawa banyak digunakan untuk membuat tiang bangunan, kentongan, lesung,
dan bahan untuk meubeul. Kayu nangka mempunyai serat halus sampai agak
kasar. Warna kayu nangka mengalami perubahan warna dari kuning muda pada
waktu kayu gubal menjadi kuning sitrun pada kayu teras. Kandungan bagian teras
Nangka termasuk besar, semakin besar persentase bagian teras maka kayu tersebut
memiliki keawetan alami yang semakin baik (Isrianto 1997).
2.5.2 Angsana ( Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus Will) memiliki nama lain yaitu P. wallichii
Wight & Arn; P zollingeri Miq.; P papuanus F. V. Mueller, P Vidalinus Rolfe.
termasuk ke dalam famili Fabaceae (Papilionoideae). Penyebaran alami kayu
angsana yaitu di Asia Tenggara – Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia
Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik, dibudidayakan luas di daerah
tropis. Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan
sekunder dataran rendah, umumnya di sepanjang sungai pasang surut dan pantai
berbatu (Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan 2002).
Pohon Angsana memiliki tinggi 10 – 45 m dengan panjang batang bebas
cabang 2 – 16 m, dan diameter batang dapat mencapai 150 cm. Pohon ini
merupakan pohon jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka. Tumbuh pada
berbagai macam tipe tanah kecuali pada tanah liat yang berat. Biasanya ditemukan
sampai ketinggian 800 m dpl, namun masih bertahan hidup sampai 1.300 m dpl.
Angsana sering menjadi tanaman hias di taman dan sepanjang jalan. Populasinya
berkurang akibat eksploitasi berlebihan, kadangkala penebangan liar
menyebabkan hilangnya habitat (Martawijaya et al. 2005).
Kayu teras pada pohon angsana sangat bervariasi dari kuning jerami,
coklat karat muda sampai coklat kerat tua, merah muda, salem, dan merah darah.
Kayu gubal pohon angsana berwarna putih, jerami muda, kuning, atau coklat
muda. Tekstur kayu agak halus sampai kasar. Pori-pori pada kayu ini berbentuk
bundar dan hampir seluruhnya soliter dalam susunan tata lingkar namun sebagian
kecil berpasangan dan bergabung 2 – 4 dalam arah radial dengan diameter yang
10
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 25/50
1
sangat bervariasi yaitu dalam lingkar tumbuh 200 – 300 mikron dan di luar lingkar
tumbuh 50 – 200 mikron. Sel parenkim termasuk tipe paratrakeal, di samping itu
terdapat, parenkim apotrakeal berbentuk pita-pita memanjang yang berkumpul
pada akhir lingkaran tumbuh. Jari-jari pada kayu angsana ± 50 mikron dan sangat
rendah seta membentuk susunan yang bertingkat. Panjang seratnya sebesar 1.327
mikron dengan diameter 24 mikron dan tebal dinding 3,6 mikron serta diameter
lumen sebesar 16,8 mikron (Martawijaya et al.2005).
Semua jenis Pterocarpus menghasilkan kayu bernilai tinggi. Menurut
Heyne (1987) bahwa kayu Angsana termasuk kayu agak keras yang memiliki
kelas awet I/II, kelas kuat I/III dan BJ antara 0,4 – 0,9 sehingga dapat digunakan
untuk mebel halus, ukiran, kayu lapis, meja, badan kapal, lantai, lemari dan alat
musik. Selain itu getah Angsana dapat digunakan sebagai cat ayaman dan cat
kayu. Soerianegara dan Lemmens (1994) mengatakan bahwa kayu pohon
Angsana mengandung selulosa sebanyak 49%, 24% lignin, 11% pentosan, dan
0,3% silika sehingga kayu Angsana dapat digunakan sebagai bahan baku pulp.
Angsana merupakan jenis pengikat nitrogen. Pohon Angsana ini
direkomendasikan sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam sistem
agroforestri, yang dapat digunakan sebagai penaung kopi dan tanaman lain. Selain
itu kulit batang Angsana ini berkhasiat sebagai obat sariawan, obat mencret dan
obat bisul sedangankan daun Angsana dapat digunakan sebagai obat infeksi kulit
akibat jamur (Heyne 1987).
2.5.3
Petai ( Parkia speciosa)
Petai (P. speciosa) adalah salah satu tanaman asli dari Malaysia, Brunei,
Indonesia, dan Semenanjung Thailand. Mempunyai nama lain P. timoriana (DC)
Merr. Pohon petai dapat mencapai tinggi 50 meter dengan diameter 5 m serta
permukaan kulit batang halus berwarna coklat kemerahan. Daun majemuk
menyirip ganda dua (bipinnate). Tanaman ini sering ditanam dari dataran rendah
hingga ketinggian 1.500 m dpl namun tumbuh optimal pada ketinggian 500 –
1.000 m dpl (Abdurrohim et al. 2004).
Perbanyakan P. speciosa biasanya dilakukan dengan mengecambahkan
bijinya. Namun perbanyakan dengan cara stem batang dan okulasi juga dapat
dilakukan. Pada teknik okulasi, penggunaan P. speciosa sebagai batang bawah
11
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 26/50
1
memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan P.
speciosa. Pohon Petai berguna pula sebagai pohon pelindung pada perkebunan-
perkebunan kopi atau perkebunan tanaman hias, meskipun pertumbuhannya agak
lambat. Selain itu, pohon dengan perakaran kuat dan dapat menyuburkan tanah ini
juga cocok ditanam untuk memulihkan kembali lahan-lahan kritis, khususnya
dalam pengembangan program hutan rakyat (Anonim 2010).
Kayu petai mempunyai warna putih kekuning-kuningan pada kayu teras
serta kayu gubal hampir berwarna putih sehingga sukar untuk dibedakan. Corak
kayu polos dengan tekstur agak kasar, arah serat agak berpadu, mengkilap, dan
memiliki tingkat kekerasan yang lunak. Selain itu kayu petai memiliki lingkar
tumbuh agak keras, ditandai oleh adanya lapisan-lapisan kayu yang berbeda
kepadatannya dan berbeda ketebalan dinding seratnya, memiliki pembuluh baur
dengan komposisi 68% soliter lainnya berganda radial 2 – 3 sel dan beberapa
bergerombol. Besarnya ukuran pembuluh tersebut adalah 246 ± 12 mikron dengan
frekuensi 2 ± 1 per mm2, bidang perforasi sederhana, memiliki noktah antar
pembuluh selang-seling dengan bentuk poligonal yang berukuran 9 – 12 mikron,
noktah antar jari-jari serupa dengan noktah antar pembuluh dan tidak dijumpai
tilosis dan endapan lain. Kayu petai juga memiliki parenkim selubung dengan
bentuk sayap yang sebagian kecil konfluen dengan parenkim aksial 2 – 4 sel per
utas. Jari-jari kayu petai homoseluler dengan lebar 1 – 3 seri panjangnya sampai
687 mikron, rata-rata 387 ± 48 mikron. Serat kayu memiliki noktah sederhana
dengan panjang 1.455 ± 51 mikron dengan diameter 27,6 ± 1,8 mikron dan tebal
dinding 3,3 ± mikron. Saluran interseluler dan silika tidak dijumpai (Abdurrohim
et al. 2004).
Menurut Oey Djoen Seng (1990) kayu petai memiliki berat jenis minimumsebesar 0,35 dan maksimum sebesar 0,53 dengan rata-rata sebesar 0,45 serta
termasuk ke dalam kelas awet V dan kelas kuat III – V. Dilihat dari kelas awet
dan kelas kuatnya maka kayu petai ini tidak cocok untuk kayu konstruksi dengan
pembebanan yang besar. Kayu petai dapat digunakan untuk bangunan ringan
sementara, kayu pertukangan, meubel, kabinet, moulding, perlengkapan interior,
pelapis, cetakan beton, peti, krat, korek api, usungan, sumpit makan, pelampung
jala, pulp, dan kertas serta kayu energi (Abdurrohim et al. 2004).
12
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 27/50
1
III.
BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Oktober 2010 di
Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan dan
Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Jenis kayu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu Nangka,
Angsana, dan Petai yang diperoleh dari industri penggergajian kayu di daerahCinangneng, Bogor. Proses fumigasi dilakukan dengan menggunakan larutan
amonia dan rayap tanah C. curvignathus.
Alat yang digunakan dalam persiapan bahan baku dan pembuatan contoh
uji yaitu gergaji (circular saw) untuk memotong contoh uji menjadi dua bagian
yang sama panjang serta membuat contoh uji yang ukurannya lebih kecil, kaliper
untuk mengukur lebar dan tebal contoh uji, mesin bor untuk melubangi contoh uji,
oven untuk mengeringkan contoh uji, desikator untuk menstabilkan kadar air
contoh uji setelah proses pengeringan, amplas untuk meratakan permukaan contoh
uji, kayu reng dan terpal plastik untuk membuat ruang fumigasi, lakban untuk
merekatkan contoh uji, timbangan, dan peralatan pengaman (sarung tangan, dan
masker) untuk keselamatan dalam melakukan penelitian.
3.3 Pengujian Keawetan Alami Kayu Skala Laboratorium
Pengujian keawetan alami dilakukan dengan mengikuti standar American
Society for Testing and Materials (ASTM) – D 3345-2008, yaitu perihal
pengujian efikasi kayu dan bahan berselulosa terhadap serangan rayap tanah.
Contoh uji berukuran (2,5 x 2,5 x 0,6) cm3, diambil dari kayu gubalnya
saja, tanpa cacat dan sudah dihaluskan. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada
suhu (103 ± 2) ºC hingga mencapai kadar air 12 – 18%. Banyaknya ulangan
adalah 3 kali ulangan untuk masing-masing jenis kayu.
Contoh uji diletakkan di bagian dasar dari botol uji, kemudian diisi dengan
pasir steril sebanyak 200 g. Air destilata sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 28/50
1
botol uji dan dibiarkan satu malam. Setelah itu, dimasukkan ke dalam botol 220
ekor rayap tanah C. curvignathus yang terdiri dari 200 ekor rayap kasta pekerja
dan 20 ekor rayap kasta prajurit. Pada setiap botol, bagian mulut botol ditutup
dengan alumunium foil dan diberi lubang kecil-kecil sebagai ruang agar udara
dapat masuk (Gambar 4). Botol-botol uji disimpan pada ruangan yang gelap
selama 4 minggu. Pengujian kontrol dilakukan dengan memasukkan pasir steril
sebanyak 200 g ke dalam botol uji. Setelah itu sebanyak 20 ml air destilata dan
220 ekor rayap tanah C. curvignathus yang terdiri dari 200 ekor rayap kasta
pekerja dan 20 ekor rayap kasta prajurit dimasukkan ke dalam botol uji. Pengujian
kontrol dilakukan selama 1 hari dan dilihat banyaknya rayap yang masih hidup.
Apabila rayap tanah dapat bertahan hidup maka lingkungan tersebut dapat
digunakan untuk pengujian uji keawetan alami kayu.
Gambar 4 Uji keawetan alami skala laboratorium
Parameter yang diukur adalah :
1. Persentase penurunan berat contoh uji yang dihitung dengan persamaan
berikut:
Dimana : W1 = Berat kering tanur contoh uji sebelum pengumpanan
W2 = Berat kering tanur contoh uji setelah pengumpanan
Setelah diketahui nilai penurunan beratnya, data tersebut kemudian
dibandingkan dengan nilai tingkat ketahanan kayu terhadap serangan rayap
tanah yang terdapat dalam SNI 01.7207-2006 yang tertuang dalam Tabel 2.
14
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 29/50
1
Tabel 2 Tingkat ketahanan kayu
NoKelas
AwetKetahanan Penurunan Berat (%)
1 I Sangat Tahan < 3,52
2 II Tahan 3,52 – 7,50
3 III Sedang 7,50 – 10,96
4 IV Buruk 10,96 – 18,94
5 V Sangat Buruk 18,94 – 31,89SNI 01.7207-2006
2. Persentase mortalitas rayap tanah C. curvignathus yang dihitung pada saat
pembongkaran dengan menggunakan persamaan :
Dimana : N1 = Jumlah rayap total sebelum pengumpanan
N2 = Jumlah rayap hidup setelah pengumpanan
3.4 Pengujian Metode Fumigasi
3.4.1 Persiapan Contoh Uji Kayu
Contoh uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah berukuran (10 x 10
x 50) cm3 yang dipotong menjadi 2 bagian sama panjang. Untuk pengujian
kemampuan penetrasi gas fumigan, pada salah satu sisi potongan kayu dibor
dengan kedalaman 20 cm dan diameter lubang bor 0,5 cm dengan jarak dari
permukaan atas adalah 1 cm, 3 cm, dan 5 cm. Jarak dari permukaan atas dalam
penelitian ini sebagai perlakuan. Selanjutnya sebanyak 20 ekor rayap tanah C.
curvignathus yang terdiri dari 18 ekor kasta pekerja dan 2 ekor kasta prajurit
dimasukkan ke dalam lubang uji dan balok kayu disatukan lagi dengan
menggunakan lem dan dilakban menggunakan isolasi. Masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 3 kali ulangan. Teknik peletakan serangga uji pada kayu
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
15
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 30/50
1
Gambar 5 Pembuatan sampel uji fumigasi.
3.4.2 Aplikasi Fumigasi
Contoh uji kayu yang didalamnya telah dimasukkan rayap tanah C.
curvignathus dengan masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam ruang
pengujian fumigasi kedap udara berbentuk kotak bujur sangkar dengan ukuran 2
m x 1 m x 1 m (Gambar 6) yang terbuat dari rangka kayu yang ditutup rapat pada
enam sisinya dengan plastik transparan.
Larutan amonia disiapkan pada tempat khusus yang terpisah dengan
contoh uji dan dimasukkan ke dalam ruang fumigasi setelah contoh uji kayu telah
siap di dalamnya. Volume larutan amonia yang digunakan adalah 2, 4, 6, 8, dan
10 ℓ. Kemudian dilakukan penutupan ruang fumigasi. Lama pemaparan dilakukan
selama 4 hari. Untuk perlakuan kontrol, contoh uji kayu yang didalamnya telah
dimasukkan rayap tanah C. curvignathus dengan jarak lubang dari permukaan 5
cm diletakkan di luar ruang pengujian sehingga tidak terpapar oleh gas fumigan.
16
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 31/50
1
Gambar 6 Ruang fumigasi.
Parameter yang diukur adalah persentase mortalitas rayap tanah C.
curvignathus yang dihitung dengan menggunakan persamaan :
Dimana : N1 = Jumlah rayap total sebelum pemaparan
N2 = Jumlah rayap hidup setelah pemaparan
3.5
Analisis Data
Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan
SAS 9.1. Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah faktorial
RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 3 faktor, yaitu: faktor A (jenis kayu),
faktor B (jarak lubang) dan faktor C (volume amonia) dengan masing-masing
menggunakan 3 kali ulangan. Percobaan faktorial dicirikan oleh perlakuan yang
merupakan komposisi dari semua kemungkinan kombinasi dari taraf-taraf dua
faktor atau lebih. Istilah faktorial lebih mengacu pada bagaimana perlakuan-
perlakuan yang akan diteliti disusun, tetapi tidak menyatakan bagaimana
perlakuan-perlakuan tersebut ditempatkan pada unit-unit percobaan (Mattjik &
Sumertajaya 2002). Model rancangan percobaan statistik yang akan digunakan
dalam penelitian adalah sebagai berikut :
17
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 32/50
1
dimana :
Yijkl = Nilai pengamatan pada pengaruh utama jenis kayu taraf ke-i,
jarak lubang taraf ke-j, volume amonia ke-k dan ulangan ke-l (l= 1,2,3)
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh utama jenis kayu ke-i (i = 1, 2, 3)
β j = Pengaruh utama jarak lubang ke-j (j = 1, 2, 3)
γk = Pengaruh utama volume amonia ke-k (k = 1, 2, 3, 4, 5)
(αβ)ij = Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i dengan jarak lubang
ke-j
(αγ)ik = Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i dengan volume amonia
ke-j
(βγ) jk = Interaksi pengaruh utama jarak lubang ke-i dengan volume
amonia ke-j(αβγ)ijk = Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i, jarak lubang ke-j dan
volume amonia ke-j
εijkl = Pengaruh acak yang menyebar normal
Percobaan menggunakan model faktorial memiliki keuntungan yaitu
mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor (pengaruh utama) serta
interaksi antar dua faktor (pengaruh sederhana). Dengan demikian, ada tidaknya
pengaruh interaksi dapat dideteksi dari perilaku respon suatu faktor pada berbagai
kondisi faktor yang lain. Jika respon suatu faktor berubah pola dari kondisi
tertentu ke kondisi yang lain untuk faktor yang lain, maka kedua faktor dikatakan
berinteraksi. Sedangkan jika pola respon dari suatu faktor tidak berubah pada
berbagai kondisi faktor yang lain dikatakan kedua faktor tidak berinteraksi
(Mattjik & Sumertajaya 2002).
18
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 33/50
1
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keawetan Alami
Persentase kehilangan berat contoh uji kayu setelah diumpankan padarayap tanah selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 7. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa kayu nangka memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan
dengan kayu angsana dan kayu petai. Hal tersebut nampak pada nilai kehilangan
berat terbesar terdapat pada kayu Angsana yaitu sebesar 22,08% dan yang terkecil
terdapat pada nangka sebesar 17,14%.
Gambar 7 Persentase penurunan berat kayu nangka, angsana, dan petai pada uji
keawetan alami.
Berdasarkan nilai persentase kehilangan berat, kayu nangka termasuk ke
dalam kelas awet IV dengan ketahanan yang buruk, sedangkan kayu angsana dan
petai termasuk ke dalam kelas awet V dengan ketahanan yang sangat buruk. Besar
kecilnya nilai kehilangan berat pada kayu dapat terlihat dari intensitas serangan
rayap tanah yang terjadi dan kondisi kayu saat terjadinya serangan. Serangan
rayap dapat menentukan kelas keawetan kayu. Semakin tinggi intensitas serta
banyaknya bagian kayu yang diserang oleh rayap maka semakin besar pula nilai
persentase kehilangan berat yang terjadi dan kayu tersebut semakin tidak tahan
terhadap serangan rayap.
Secara alami kayu mempunyai keawetan tersendiri dan berbeda untuk tiap
jenis kayu. Menurut Isrianto (1997) kayu nangka memiliki kelas awet II – III dan
menurut Heyne (1987) kayu angsana memiliki kelas awet I – II. Terjadi perbedaan
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 34/50
1
nilai keawetan alami kayu hasil pengujian dengan literatur. Pada pengujian kayu
nangka dan angsana nilai keawetan alaminya lebih rendah dibandingkan dengan
literatur. Hal ini diduga karena perbedaan kondisi contoh uji terutama dalam hal
umur contoh uji sehingga kadar ekstraktifnya pun berbeda. Keawetan alami kayu
sangat dipengaruhi oleh kadar ekstraktifnya. Meskipun tidak semua ekstraktif
beracun bagi organisme perusak kayu pada umumnya namun, terdapat
kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar ekstraktif keawetan alami kayu
cenderung meningkat pula (Wistara et al. 2002).
Dilihat dari nilai mortalitas rayapnya kayu nangka memiliki nilai
mortalitas terbesar yaitu 100% sedangkan kayu angsana dan kayu petai sebesar
92,73% dan 88,79%. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Persentase mortalitas rayap C. curvignathus pada uji laboratorium.
Nilai persentase mortalitas pada ketiga jenis kayu ini tergolong tinggi.
Namun, berdasarkan data kontrol diperoleh nilai persentase mortalitas adalah
sebesar 0%. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur pengujian telah
dilaksanakan dengan benar. Tingginya nilai persentase mortalitas ini lebih
disebabkan oleh keberagaman faktor-faktor lingkungan yang sulit untuk dikontrol.
4.2 Metode Fumigasi
4.2.1 Pengaruh Jenis Kayu terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Hasil pengujian persentase mortalitas rayap pada setiap jenis kayu dapat
dilihat pada Gambar 9, 10, dan 11.
20
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 35/50
1
Gambar 9 Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu nangka.
Kayu nangka menghasilkan nilai persentase mortalitas rayap terendah
pada perlakuan volume amonia 2 liter dan jarak lubang 5 cm (40%), sedangkan
mortalitas rayap tertinggi untuk adalah pada perlakuan volume amonia 6 – 10 liter
untuk tiap jarak lubang (100%). Serupa dengan kayu nangka, kayu angsana
menghasilkan nilai mortalitas rayap yang terendah pada perlakuan volume 2 liter
dengan jarak 5 cm (36,76%) dan tertinggi pada perlakuan 6 – 10 liter untuk tiap
jarak lubang (100%).
Gambar 10 Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu angsana.
Kayu petai umumnya menunjukkan gejala yang sama dengan kayu nangka
dan angsana yaitu nilai mortalitas rayap terkecil terdapat pada volume amonia 2
liter dan nilai mortalitas terbesar pada volume amonia enam, delapan, dan sepuluh
liter. Namun, dilihat dari jarak lubangnya nilai mortalitas rayap terkecil ada pada
jarak lubang 3 cm bukan pada jarak lubang 5 cm yaitu sebesar 76,67%. Persentase
mortalitas rayap tanah pada kayu petai disajikan pada Gambar 11.
21
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 36/50
1
Gambar 11 Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu petai.
Tingginya nilai persentase mortalitas pada jarak lubang 5 cm dapat
disebabkan karena pada perlakuan tersebut terdapat contoh uji yang tidak rata
permukaan kayunya sehingga pada saat direkatkan kembali dengan lakban
terdapat bagian yang tidak tertutup secara sempurna. Bagian ini dijadikan tempat
berkumpul rayap. Namun, rayap tersebut menempel pada bagian dalam lakban
dan mati. Hal ini menyebabkan nilai mortalitas tinggi (85%). Rayap yang
menempel pada lakban disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Rayap tanah yang menempel pada lakban.
Analisis sidik ragam menunjukan bahwa jenis kayu memberikan pengaruh
nyata terhadap nilai mortalitas rayap. Hal ini diduga karena tiap jenis kayu
memiliki berat jenis yang berbeda. Nangka memiliki nilai berat jenis sekitar 0,61
(Abdurrohim et al. 2004), angsana sekitar 0,5 (Martawijaya et al. 2005), dan petai
0,35 – 0,53 (Oey Djoen Seng 1990). Semakin besar nilai berat jenis kayu maka
nilai mortalitas akan semakin kecil. Berat jenis kayu berhubungan langsung
Rayap
22
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 37/50
1
dengan porositas atau proporsi volume rongga kosong (Haygreen et al. 2003).
Semakin besar nilai berat jenis kayu maka volume rongga semakin kecil, sehingga
uap amonia akan semakin sulit untuk masuk jauh ke dalam kayu.
Kematian rayap tanah C. curvignathus yang berada di dalam kayu
menunjukkan bahwa uap amonia mampu masuk ke dalam kayu melalui pori-pori
yang terdapat di dalam kayu. Rendahnya daya penetrasi uap amonia akibat
persentase rongga yang kecil membuat rayap yang berada dalam kayu kurang
terkena dampak uap amonia. Menurut Haygreen et al. (2003) kayu tersusun dari
sel-sel yang telah mati sehingga pada bagian tengah sel akan berbentuk rongga,
bahkan antar dinding sel pun terdapat rongga penghubung (noktah). Oleh karena
itu kayu bersifat porus sehingga memungkinkan terjadinya aliran bahan gas ke
dalam kayu. Karakteristik kayu tersebut dapat menyebabkan fumigan mampu
menjangkau organisme sasaran sekalipun di dalam kayu.
4.2.2 Pengaruh Volume Amonia terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Semakin banyak volume amonia yang digunakan maka semakin banyak
pula kadar amonia (uap) yang dihasilkan. Pada fumigasi menggunakan volume 2
liter terdapat rayap yang masih hidup sehingga tingkat mortalitas menunjukan
nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan volume amonia yang
lebih besar. Pada Gambar 13 menunjukan bahwa pada volume amonia 6, 8, dan
10 liter memiliki tingkat mortalitas terbesar (100%).
Gambar 13 Mortalitas rayap dengan perbedaan volume.
Analisis sidik ragam menunjukan bahwa volume amonia memberikan
pengaruh yang nyata terhadap mortalitas rayap tanah. Hal tersebut diduga karena
23
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 38/50
1
semakin besar volume amonia yang digunakan menyebabkan uap yang dihasilkan
fumigan kadarnya lebih banyak pada ruang fumigasi yang kedap udara, sehingga
penetrasi ke dalam kayu lebih baik. Kondisi uap amonia yang jenuh menyebabkan
rayap C. curvignathus tidak dapat bertahan hidup lama.
4.2.3 Pengaruh Jarak Lubang terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Hasil pengujian pengaruh jarak lubang pada kayu menunjukkan bahwa
semakin dalam jarak lubang yang digunakan maka akan cenderung menurunkan
nilai mortalitas rayap. Hal tersebut terlihat pada Gambar 14. Jarak lubang 1 cm
menghasilkan nilai mortalitas rayap tanah terbesar yaitu sebesar 94,78% dan jarak
5 cm menghasilkan nilai mortalitas terkecil yaitu sebesar 75,09%.
Gambar 14 Persentase mortalitas rayap terhadap jarak lubang.
Proses kematian rayap dimulai dari rayap yang menghirup gas toksik
sehingga merusak sistm syaraf rayap C. curvignathus sehingga rayap terpapar
oleh uap tersebut dan akan mengalami masa eksitasi, yaitu bergerak cepat secara
tidak beraturan, kemudian akan mengalami kelumpuhan (paralisis) dan akhirnya
mengalami kematian (Tarumingkeng 1992 dalam Arinana et al. 2008).
Analisis sidik ragam menunjukan bahwa jarak lubang memiliki nilai
berbeda nyata terhadap mortalitas rayap. Perbedaan nilai mortalitas yang menurun
seiring dengan semakin bertambahnya jarak lubang disebabkan karena
kemampuan uap amonia untuk masuk ke bagian kayu yang lebih dalam akan
semakin sulit. Apabila jaraknya lebih dekat maka penetrasi uap amonia akan
24
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 39/50
1
berjalan dengan mudah sehingga akan membunuh sasaran dalam hal ini adalah
rayap C. curvignathus. Penambahan jarak lubang harus diikuti dengan
penambahan volume amonia agar tercapai persentase mortalitas rayap yang
maksimal (100%).
4.3 Interaksi
Analisis sidik ragam menunjukan bahwa jenis kayu, volume amonia, dan
jarak lubang memberikan pengaruh nyata terhadap nilai mortalitas rayap. Selain
pada tiap faktor, interaksi yang dihasilkan ketiga faktor tersebut memiliki nilai
yang berbeda nyata sehingga perlu ada uji lanjut.
Hasil uji Duncan menunjukan bahwa ketiga faktor tersebut saling terkait
dan saling mempengaruhi. Setiap jenis kayu memiliki karakteristik masing-
masing yang dapat dilihat dengan perbedaan struktur dan kerapatan. Oleh karena
itu, setiap jenis kayu akan menghasilkan perlakuan fumigasi yang berbeda untuk
mencapai nilai mortalitas 100%.
Kayu Nangka, Angsana, dan Petai menunjukan hasil perlakuan fumigasi
yang serupa. Nilai mortalitas 100% pada ketiga jenis kayu ini dicapai pada
perlakuan fumigasi dengan volume 6 liter selama 4 hari dalam ruang fumigasi
yang berukuran (2 x 1 x 1) m3.
25
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 40/50
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.
Mortalitas rayap C. curvignathus pada perlakuan fumigasi pada kayu Nangka,
Angsana, dan Petai lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol.
2. Perlakuan fumigasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas
rayap tanah.
3. Semakin tinggi kerapatan suatu kayu maka semakin kecil nilai mortalitas
rayap.
4. Perlakuan fumigasi dengan bahan aktif amonia sebanyak 6 liter pada kayu
Nangka, Angsana, dan Petai dapat mencapai nilai persentase mortalitas
sebesar 100% pada kedalaman 5 cm dalam ruang fumigasi berukuran (2 x 1 x
1) m3.
5.2 SARAN
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai:
1.
Efek residu fumigasi berbahan aktif amonia terhadap keawetan kayu.
2.
Efek yang ditimbulkan dari fumigasi terhadap bagian tubuh rayap yang
terserang serta perilakunya.
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 41/50
1
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Selamat datang di Situs Indonesia.
http://indonesianforest.com/frameset.php (diakses tanggal 31 Mei2010).
Anonim. 2008. http://id.Wikipedia.org/wiki Amonia (diakses tanggal 10 Januari
2011).
Anonim. 2010. Parkia speciosa Hassk .
http://www.proseanet.org/florakita/browser.php?docsid=937 (diakses
tanggal 5 Desember 2010).
Abdurrohim S. 2007. Keterawetan Kayu Kurang Dikenal. Prosiding SeminarHasil Litbang Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007. Hal: 103 – 112.
Abdurrohim S, Mandang YI, Sutisna U. 2004. Atlas Kayu Indonesia. Jilid III.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor.
Arinana, Rismayadi Y, Dewi M. 2008. Efikasi Fumigan Alumunium Phosphida
terhadap Rayap Kayu Kering (Coptotermes cynocephalus) Isoptera:
Kalotermitidae. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu
Indonesia (MAPEKI XI). Palangkaraya 8 – 10 Agustus 2008.
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2008. Standard Test
Method for Laboratory Evaluation of Wood and Other Cellulosic
Material for Resistance to Termites. ASTM D 3345 – 08.
Barly. 2007. Penyempurnaan Sifat Bahan Baku Kayu Bangunan dan Mebel.
Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007.
Hal: 67 – 80.
Barly, Martawijaya A. 2000. Keterawetan 95 Jenis Kayu terhadap Impregnasi
Dengan Pengawet CCA. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Vol 18. Hal:69 – 78.
Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan. 2002. Informasi Singkat Benih.
Bandung: Indonesia Forest Seed Project.
Dresdner M. 2005.
http://www.woodworkersjournal.com/ezine/archive/40/qandacfm#2
(diakses tanggal 15 Desember 2010).
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 42/50
1
Harwood WS, Herring FG, Madura JD, Petrucci RH. 2007. General Chemistry
Principles and Modern applications, ninth edition. Pearson Education
International.
Haygreen JG, Smulsky R, Bowyer JL. 2003. Forest Products and Wood Science
An Introduction. USA: The Lowa State University Press.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I . Jakarta: Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan departemen Kehutanan. Badan litbang
Kehutanan Jakarta.
Isrianto. 1997. Kajian Anatomi dan Kajian Fisik Kayu Nangka ( Artocarpus
heterophyllus Lamk). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
Martawijaya A, Iding K, Kadir K, Prawira SA. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid I .
Bogor: Balai Penelitian Hasil Hutan.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan. IPB Press.Bogor.
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.
Nugroho N. 2005. Peningkatan Mutu Kemasan Kayu Indonesia Melalui Rekayasa
Bahan Baku dan Aplikasi Pengeringan serta Pengawetan. LaporanSeminar Nasional Peningkatan dan Pengawasan Mutu Kemasan Kayu
Indonesia Dalam Rangka Penerapan ISPM#15. Jakarta 23 Juni 2005.
Oey DS. 1990. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian
Beratnya Kayu untuk Keperluan Praktek. Nomor : Cetakan 13
Soewarsono P.H., penerjemah; Bogor: Lembaga Penelitian Hasil Hutan;
Terjemahan dari: Specific Gravity of Indonesian Woods and its
Significance for Practical Use.
Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Anatomi Kayu: Struktur Kayu, Kayu sebagai
Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor:
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Priyono JA. 2005. Meningkatkan Mutu Kemasan Kayu Melalui Aplikasi
Fumigasi. Laporan Seminar Nasional Peningkatan dan Pengawasan
Mutu Kemasan Kayu Indonesia dalam Rangka Penerapan ISPM#15.
Jakarta 23 Juni 2005.
Rose J. 2007. Ammonia Fuming : Frequently Asked Question.
http://www.servtech.com/html (diakses tanggal 15 Desember 2010).
28
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 43/50
1
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu
Terhadap Organisme Perusak Kayu. SNI 01.7207-2006.
Soerianegara, Lemmens RHMJ. 1994. Plant Resources of South-East Asia no 5
(1). Bogor: Prosea Foundation.
Surjokusumo SM. 2005. Karakteristik Mutu Bahan Baku Kemasan di Indonesia.
Laporan Seminar Nasional Peningkatan dan Pengawasan Mutu
Kemasan Kayu Indonesia Dalam Rangka Penerapan ISPM#15. Jakarta
23 Juni 2005.
Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Prosea : Plant Resources of South-East Asia 2
Edible Fruits and Nuts. Coronel [editor]. Bogor.
Wahyudi I, Febrianto F, Karlinasari L, Suryana J, Nawawi DS, Nurhayati. 2007.Kajian Potensi Unit Pengawetan Kayu Forest Product Teaching Center
Fakultas Kehutanan IPB dalam rangka Mendukung Unit Teaching
Industry Institut Pertanian Bogor. Laporan Akhir. Tidak Diterbitkan.
Wistara IN, Rachmansyah R, Denes F, Young RA. 2002. Ketahanan 10 Jenis
Kayu Tropis Plasma CF4 terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes
cynocephalus Light). Jurnal Teknologi Hasil Hutan Volume XV No.2.
29
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 44/50
1
LAMPIRAN
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 45/50
31
Lampiran 1 Hasil Pengujian Keawetan Alami Skala Laboratorium
A. Penurunan Berat
Jenis
Kayu Ulangan
Sebelum PengumpananSetelah
Pengumpanan Penurunan
Berat (%) KelasBerat awal (g)
BKT
(g)
Kadar Air
(%)BKT (gram)
Nangka
1 2,244 1,923 16,693 1,596 17,005 IV
2 2,485 2,119 17,272 1,736 18,075 IV
3 2,490 2,147 15,976 1,796 16,348 IV
Rata-rata 2,406 2,063 16,647 1,709 17,143 IV
Angsana
1 1,786 1,549 15,300 1,220 21,240 V
2 2,441 2,072 17,809 1,630 21,332 V
3 1,958 1,632 19,975 1,243 23,836 V
Rata-rata 2,062 1,751 17,695 1,364 22,083 V
Petai
1 2,367 2,057 15,070 1,660 19,300 V
2 2,563 2,217 15,607 1,741 21,470 V
3 2,727 2,350 16,043 1,883 19,872 V
Rata-rata 2,552 2,208 15,573 1,761 20,229 V
B. Mortalitas Rayap
Jenis
KayuUlangan
Jumlah Rayap Sebelum
Pengumpanan
Jumlah Rayap Setelah
Pengumpanan Mortalitas
(%)Pekerja Prajurit Total Pekerja Prajurit Total
Nangka
1 200 20 220 0 0 0 100
2 200 20 220 0 0 0 100
3 200 20 220 0 0 0 100
Rata-rata 200 20 220 0 0 0 100
Angsana
1 200 20 220 25 0 25 88,64
2 200 20 220 18 0 18 91,82
3 200 20 220 5 0 5 97,73
Rata-rata 200 20 220 16 0 16 92,73
Petai
1 200 20 220 0 0 0 100
2 200 20 220 55 4 59 73,18
3 200 20 220 15 0 15 93,18
Rata-rata 200 20 220 23,33 1,33 24,67 88,79
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 46/50
32
Lampiran 2 Hasil Pengujian Fumigasi Amonia
Jenis
Kayu
Volume
Amonia
Jarak
LubangUlangan
Jumlah Rayap SebelumPemaparan
Jumlah Rayap SetelahPemaparan Mortalitas
Prajurit Pekerja Total Prajurit Pekerja Total
N a n g k a ( A r t o c a r p u s h e t e r o p h y l l u s )
Kontrol 5 cm
1 2 18 20 1 12 13 35,00
2 2 18 20 1 13 14 30,00
3 2 18 20 1 10 11 45,00Rata-rata 2 18 20 1 11,67 12,67 36,67
2 Liter
1 cm
1 2 18 20 1 2 3 85,00
2 2 18 20 1 7 8 60,00
3 2 18 20 0 13 13 35,00
Rata-rata 2 18 20 0,67 7,33 8,00 60,00
3 cm
1 2 18 20 0 11 11 45,00
2 2 18 20 0 10 10 50,00
3 2 18 20 1 13 14 30,00
Rata-rata 2 18 20 0,33 11,33 11,67 41,67
5 cm
1 2 18 20 1 12 13 35,00
2 2 18 20 1 10 11 45,00
3 2 18 20 2 10 12 40,00
Rata-rata 2 18 20 1,33 10,67 12,00 40,00
4 Liter
1 cm
1 2 18 20 1 2 3 85,00
2 2 18 20 0 1 1 95,00
3 2 18 20 1 1 2 90,00
Rata-rata 2 18 20 0,67 1,33 2 90,00
3 cm
1 2 18 20 0 8 8 60,00
2 2 18 20 0 6 6 70,00
3 2 18 20 0 6 6 70,00
Rata-rata 2 18 20 0 6,67 6,67 66,67
5 cm
1 2 18 20 1 8 9 55,00
2 2 18 20 1 9 10 50,00
3 2 18 20 1 9 10 50,00
Rata-rata 2 18 20 1 8,67 9,67 51,67
6 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 1003 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
8 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 1002 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
10 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 47/50
33
JenisKayu
VolumeAmonia
JarakLubang
Ulangan
Jumlah Rayap Sebelum
Pemaparan
Jumlah Rayap Setelah
Pemaparan Mortalitas
Prajurit Pekerja Total Prajurit Pekerja Total
A n g s a n a ( P t e r o c a r p u s i n d i c u s )
Kontrol 5 cm
1 2 18 20 1 15 16 20,00
2 2 18 20 1 13 14 30,00
3 2 18 20 2 14 16 20,00
Rata-rata 2 18 20 1 14 15,33 23,33
2 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 1 1 95,00
2 2 18 20 0 1 1 95,00
3 2 18 20 0 3 3 85,00
Rata-rata 2 18 20 0 1,67 1,67 91,67
3 cm
1 2 18 20 0 7 7 65,00
2 2 18 20 0 10 10 50,00
3 2 18 20 0 9 9 55,00
Rata-rata 2 18 20 0 8,67 8,67 56,67
5 cm
1 2 18 20 0 11 11 45,00
2 2 18 20 0 12 12 40,00
3 2 18 20 0 15 15 25,00
Rata-rata 2 18 20 0 12,67 12,67 36,67
4 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 10000
2 2 18 20 0 0 0 100,00
3 2 18 20 0 1 1 95,00Rata-rata 2 18 20 0 0,33 0,33 98,33
3 cm
1 2 18 20 0 3 3 85,00
2 2 18 20 0 5 5 75,00
3 2 18 20 0 4 4 80,00
Rata-rata 2 18 20 0 4 4 80,00
5 cm
1 2 18 20 0 7 7 65,00
2 2 18 20 0 7 7 65,00
3 2 18 20 0 9 9 55,00
Rata-rata 2 18 20 0 7,67 7,67 61,67
6 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
8 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 1003 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
10 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
Jenis Volume Jarak Ulangan Jumlah Rayap Sebelum Jumlah Rayap Setelah Mortalitas
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 48/50
34
Kayu Amonia Lubang Pemaparan Pemaparan
Prajurit Pekerja Total Prajurit Pekerja Total
P e t a i ( P a r k i a s p e c i o s a )
Kontrol 5 cm
1 2 18 20 1 13 14 30,00
2 2 18 20 1 10 11 45,00
3 2 18 20 1 11 12 40,00
Rata-rata 2 18 20 1 11,33 12,33 38,33
2 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 3 3 85,00
2 2 18 20 0 3 3 85,00
3 2 18 20 0 1 1 95,00
Rata-rata 2 18 20 0 2,33 2,33 88,33
3 cm
1 2 18 20 0 3 3 85,00
2 2 18 20 0 2 2 90,00
3 2 18 20 0 9 9 55,00
Rata-rata 2 18 20 0 4,67 4,67 76,67
5 cm
1 2 18 20 0 2 2 90,00
2 2 18 20 0 1 1 95,00
3 2 18 20 2 4 6 70,00
Rata-rata 2 18 20 0,67 2,33 3,00 85,00
4 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 2 2 90,00
2 2 18 20 0 1 1 95,00
3 2 18 20 0 1 1 95,00
Rata-rata 2 18 20 0 1,33 1,33 93,33
3 cm
1 2 18 20 0 2 2 90,00
2 2 18 20 1 2 3 85,00
3 2 18 20 0 3 3 85,00
Rata-rata 2 18 20 0,33 2,33 2,67 86,67
5 cm
1 2 18 20 1 2 3 85,00
2 2 18 20 1 4 5 75,00
3 2 18 20 1 4 5 75,00
Rata-rata 2 18 20 1 3,33 4,33 78,33
6 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
8 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
10 Liter
1 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
3 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
5 cm
1 2 18 20 0 0 0 100
2 2 18 20 0 0 0 100
3 2 18 20 0 0 0 100
Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 49/50
35
Lampiran 3 Analisis Data
The SAS System 11:55 Sunday, December 1, 2002 3
The ANOVA Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
ul 3 1 2 3
jenis 3 A1 N1 P1
jarak 3 J1 J3 J5
volume 6 V0 V10 V2 V4 V6 V8
Number of Observations Read 162
Number of Observations Used 162
The SAS System 11:55 Sunday, December 1, 2002 4
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: mortalitas
Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F
Model 53 118061.8827 2227.5827 55.73 <.0001
Error 108 4316.6667 39.9691
Corrected Total 161 122378.5494
R-Square Coeff Var Root MSE mortalitas Mean
0.964727 7.979607 6.322115 79.22840
Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F
jenis 2 2465.12346 1232.56173 30.84 <.0001
jarak 2 2455.86420 1227.93210 30.72 <.0001
volume 5 99419.29012 19883.85802 497.48 <.0001
jenis*jarak 4 678.39506 169.59877 4.24 0.0031
jenis*volume 10 5977.46914 597.74691 14.96 <.0001jarak*volume 10 5114.50617 511.45062 12.80 <.0001
jenis*jarak*volume 20 1951.23457 97.56173 2.44 0.0018
The SAS System 11:55 Sunday, December 1, 2002 5
7/21/2019 skripsi E11dnu
http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 50/50
36
The ANOVA Procedure
Level of Level of Level of ----------mortalitas---------
jenis jarak volume N Mean Std Dev
A1 J1 V0 3 23.333333 5.7735027
A1 J1 V10 3 100.000000 0.0000000
A1 J1 V2 3 91.666667 5.7735027
A1 J1 V4 3 98.333333 2.8867513A1 J1 V6 3 100.000000 0.0000000
A1 J1 V8 3 100.000000 0.0000000
A1 J3 V0 3 23.333333 5.7735027
A1 J3 V10 3 100.000000 0.0000000
A1 J3 V2 3 56.666667 7.6376262
A1 J3 V4 3 80.000000 5.0000000
A1 J3 V6 3 100.000000 0.0000000
A1 J3 V8 3 100.000000 0.0000000
A1 J5 V0 3 23.333333 5.7735027
A1 J5 V10 3 100.000000 0.0000000
A1 J5 V2 3 36.666667 10.4083300
A1 J5 V4 3 61.666667 5.7735027
A1 J5 V6 3 100.000000 0.0000000
A1 J5 V8 3 100.000000 0.0000000
N1 J1 V0 3 36.666667 7.6376262
N1 J1 V10 3 100.000000 0.0000000
N1 J1 V2 3 60.000000 25.0000000
N1 J1 V4 3 90.000000 5.0000000
N1 J1 V6 3 100.000000 0.0000000
N1 J1 V8 3 100.000000 0.0000000
N1 J3 V0 3 36.666667 7.6376262
N1 J3 V10 3 100.000000 0.0000000
N1 J3 V2 3 41.666667 10.4083300
N1 J3 V4 3 66.666667 5.7735027
N1 J3 V6 3 100.000000 0.0000000
N1 J3 V8 3 100.000000 0.0000000
N1 J5 V0 3 36.666667 7.6376262
N1 J5 V10 3 100.000000 0.0000000
N1 J5 V2 3 40.000000 5.0000000N1 J5 V4 3 51.666667 2.8867513
N1 J5 V6 3 100.000000 0.0000000
N1 J5 V8 3 100.000000 0.0000000
P1 J1 V0 3 38.333333 7.6376262
P1 J1 V10 3 100.000000 0.0000000
P1 J1 V2 3 88.333333 5.7735027
P1 J1 V4 3 93.333333 2.8867513
P1 J1 V6 3 100.000000 0.0000000
P1 J1 V8 3 100.000000 0.0000000
P1 J3 V0 3 38.333333 7.6376262
P1 J3 V10 3 100.000000 0.0000000
P1 J3 V2 3 76.666667 18.9296945
P1 J3 V4 3 86.666667 2.8867513
P1 J3 V6 3 100.000000 0.0000000
P1 J3 V8 3 100.000000 0.0000000
P1 J5 V0 3 38.333333 7.6376262
P1 J5 V10 3 100.000000 0.0000000
P1 J5 V2 3 85.000000 13.2287566
P1 J5 V4 3 78.333333 5.7735027
P1 J5 V6 3 100.000000 0.0000000