skripsi e11dnu

50
1 POTENSI FUMIGASI BERBAHAN AKTIF AMONIA TERHADAP KAYU NANGKA, ANGSANA, DAN PETAI DARI SERANGAN RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren DINDA NURMAWAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: zulhijahjulebasalamah

Post on 10-Mar-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsweet

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 1/50

1

POTENSI FUMIGASI BERBAHAN AKTIF AMONIA

TERHADAP KAYU NANGKA, ANGSANA, DAN PETAI DARI

SERANGAN RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus 

Holmgren

DINDA NURMAWAN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 2/50

1

Kata Kunci : keawetan kayu fumigasi rayap tanah mortalitas

RINGKASAN

Dinda Nurmawan. E24062361. Potensi Fumigasi Berbahan Aktif Amonia

terhadap Kayu Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap Tanah

Coptotermes curvignathus Holmgren. Dibimbing oleh Istie Sekartining Rahayu,

S.Hut., M.Si dan Arinana, S.Hut., M.Si 

Penggunaan kayu bagi sebagian besar masyarakat masih sangat umum

digunakan sebagai bahan bangunan dan industri. Namun, saat ini pemanfaatan

kayu selain untuk bangunan dan industri digunakan pula sebagai Wood Solid

Packaging. Kebutuhan kayu yang semakin tinggi tersebut tidak diimbangi dengan

 pasokan kayu yang berasal dari hutan alam yang semakin berkurang. Hal tersebut

membuat peluang besar bagi potensi pengembangan kayu rakyat yang umumnya

ditanami jenis kayu fast growing species dan kayu buah-buahan untuk memenuhi

 bahan baku industri. Kayu rakyat tersebut sebagian besar memiliki tingkatkekuatan dan keawetan kayu yang rendah sehingga perlu dilakukan suatu metode

 pengawetan yang aplikatif yaitu fumigasi. Fumigsi merupakan cara yang umum

digunakan untuk perlakuan pengendalian hama yang berlaku secara internasional

untuk kemasan kayu atau lebih dikenal dengan ISPM#15. Penggunaan fumigasi

 biasanya menggunakan bahan kimia metil bromida sebagai fumigan. Namun, efek

dari bahan fumigan ini yaitu dapat merusak lapisan ozon sehingga penggunaannya

sangat dibatasi. Alternatif bahan lain pengganti dari metil bromida adalah amonia.

Penelitian ini menggunakan kayu Nangka ( Artocarpus heterophyllus),

Angsana (Pterocarpus indicus), dan Petai (Parkia speciosa). Tujuan dilakukannya

 penelitian ini untuk mengetahui pengaruh fumigasi dengan bahan aktif amonia

terhadap persentase mortalitas rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren kepada tiga jenis kayu berkeawetan rendah yaitu Nangka, Angsana, dan Petai.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kayu nangka memiliki nilai

mortalitas terendah dengan menggunakan volume amonia 2 liter dengan jarak

lubang satu, tiga, dan lima cm yaitu sebesar 60%, 41,67%, dan 40%. Pada kayu

angsana nilai mortalitas terendah menggunakan volume amonia sebesar 2 liter

dengan jarak lubang satu, tiga, dan lima cm yaitu sebesar 91,67%, 56,67%, dan

36,67%. Nilai mortalitas kayu petai pada umumnya sama dengan kayu nangka dan

angsana yaitu menggunakan volume amonia 2 liter menghasilkan nilai mortalitas

terendah pada jarak lubang satu, tiga, dan lima cm yaitu sebesar 88,33%, 76,67%,

dan 85%. Nilai mortalitas hasil pengujian bernilai 100 % dengan menggunakan

volume amonia sebesar enam, delapan, dan sepuluh liter pada setiap jenis kayudan jarak lubang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin besar volume

amonia yang digunakan nilai mortalitasnya pun semakin tinggi. Penggunaan

volume amonia yang semakin besar akan menyebabkan ruang fumigasi lebih

cepat menjadi jenuh serta uapnya akan berpenetrasi lebih baik ke dalam kayu. Hal

tersebut dapat meningkatkan tingkat kematian rayap tanah yang berada dalam

kayu. Volume amonia yang paling efektif pada pengujian ini adalah dengan

menggunakan volume 6 liter selama 4 hari dalam ruang fumigasi berukuran (2 x 1

x 1) m3, karena mampu berpenetrasi ke dalam jarak lubang sedalam lima cm dan

mematikan seluruh rayap.

Page 3: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 3/50

1

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Potensi

Fumigasi Berbahan Aktif Amonia terhadap Kayu Nangka, Angsana, dan

Petai dari Serangan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus  Holmgren” 

adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

 perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari

karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi.

Bogor, Maret 2011

Dinda Nurmawan

 NIM E24062361

Page 4: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 4/50

1

POTENSI FUMIGASI BERBAHAN AKTIF AMONIA

TERHADAP KAYU NANGKA, ANGSANA, DAN PETAI DARI

SERANGAN RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus 

Holmgren

DINDA NURMAWAN

E24062361

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 5/50

1

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Potensi Fumigasi Berbahan Aktif Amonia terhadap Kayu

 Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap Tanah

Coptotermes curvignathus Holmgren 

 Nama Mahasiswa : Dinda Nurmawan

 Nomor Pokok : E24062361

Program Studi : Hasil Hutan

Menyetujui,Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Istie Sekartining Rahayu, S.Hut, M.Si Arinana, S.Hut, M.Si

 NIP. 19740422 200501 2 001 NIP. 19740101 200604 2 014

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc.

 NIP : 19660212 199103 1 002

Tanggal lulus :

Page 6: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 6/50

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyusun karya ini

yang berjudul  ”Potensi Fumigasi Berbahan Aktif Amonia terhadap Kayu

Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap Tanah Coptotermes

 curvignathus  Holmgren”.  Karya ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor.

Potensi besar kayu rakyat untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan

 pada umumnya merupakan jenis-jenis kayu  fast growing species  dan kayu buah-

 buahan. Saat ini kayu-kayu tersebut selain untuk menunjang industri perkayuan juga

digunakan sebagai Solid Wood Packaging) dan penggunannya pun sangat tinggi. Di

sisi lain kayu jenis ini memiliki sifat keawetan alami yang rendah terhadap serangan

rayap. Rayap tanah merupakan salah satu faktor perusak kayu utama yang

menyerang kayu tersebut. Untuk menjaga agar kayu tersebut tidak mudah diserang

oleh faktor perusak kayu, maka diperlukan suatu metode yang dapat mematikan

faktor perusak kayu sekaligus menjaga kayu agar tidak mudah diserang kembali olehfaktor perusak kayu tersebut. Salah satu metode tersebut adalah dengan

menggunakan teknik fumigasi. Teknik ini dapat langsung mematikan faktor perusak

kayu dalam hal ini rayap tanah karena mengandung uap yang bersifat toksik.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari teknik fumigasi amonia

terhadap persentase mortalitas rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian karya ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan

karya ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan masukan, saran, dan

kritik yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.

Bogor , Maret 2011

Penulis

Page 7: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 7/50

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dinda Nurmawan, dilahirkan di Bogor, Jawa

Barat pada tanggal 31 Januari 1988 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara

dalam keluarga pasangan S Dermawan dan Oche Filmawati.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Kosgoro Bogor dan sempat

kuliah di Akademi Kimia Analisis Bogor selama satu tahun. Pada tahun 2006

 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB). Setelah menempuh Tingkat Persiapan Bersama, penulis diterima di

Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan,

yaitu Kepala Divisi Teknologi Peningkatan Mutu Kayu HIMASILTAN IPB tahun

2008-2009, serta berbagai kepanitiaan kegiatan FOREST dan FORTEKS serta

menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Pengeringan Kayu tahun 2010 yang

diasuh oleh Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Penulis mendapat kesempatan melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT.

Paparti Pertama, Sukabumi, Jawa Barat. Penulis pernah melaksanakan PKM-K

yang dibiayai DIKTI dengan judul penelitian “Agroforestri Tanaman Sengon Laut

 pada Lahan Tanaman Pangan” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi,

MS.

Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor dengan judul “Potensi Fumigasi Berbahan Aktif Amonia

terhadap Kayu Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap Tanah

Coptotermes curvignathus Holmgren, di bawah bimbingan Istie Sekartining

Rahayu, S.Hut., M.Si dan Arinana, S.Hut., M.Si.

Page 8: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 8/50

1

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapatmenyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ”Potensi Fumigasi Berbahan

Aktif Amonia terhadap Kayu Nangka, Angsana, dan Petai dari Serangan Rayap

Coptotermes curvignathus Holmgren”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

 pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1.  Ayah, Ibu, kakak, dan adikku tercinta atas segala dukungan dan kasih sayang

yang diberikan, baik moril maupun materil serta doa yang selalu mengalir

tanpa henti kepada penulis.

2.  Ibu Istie Sekartining Rahayu, S.Hut, M.Si dan Ibu Arinana, S.Hut, M.Si selaku

dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan

kepada penulis.

3.  Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, MSc F. Trop., Bapak Ir. Siswoyo, M.S., dan Ibu

Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.S. selaku dosen penguji.

4.  Mbak Esti, Mbak Lastri, dan Pak Kadiman selaku laboran di Laboratorium

Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Institut Pertanian

Bogor.

5.  Ibu Siti Fatimah dan Bapak Anhari selaku laboran di Laboratorium

Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan

Bioteknologi Institut Pertanian Bogor (PPSDHB-IPB).

6.  Seluruh dosen, staff dan laboran Departemen Hasil Hutan yang telah banyak

memberikan dukungan dan bantuannya selama ini kepada penulis.

7. 

Anindita Kusumaningrum atas kasih sayang serta saran yang selalu menemani

 penulis selama mengerjakan karya ini.

8.  Teman-teman satu bimbingan : Ammar, Mukhlas, Jayus, Pepy, dan Yoki.

Terimakasih atas segala bantuan, kebersamaan dan nasehat-nasehatnya kepada

 penulis selama menjalani penelitian dan penyusunan skripsi.

9.  Teman-teman program studi hasil hutan angkatan 40, 41, 42, 43, terutama

Galang, Rama, Mey, Anjar, Ari, Zulhijah, Dian Mutmainnah, Yennova Sari

dan semua mahasiswa THH yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas

Page 9: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 9/50

1

dukungan, semangat dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas

Kehutanan IPB.

10. Agung Gunawan, Suryo Arimurti, Teguh Pradityo, Candra, Adnan, Tubagus

LM, Ahmad Jamhari, Rakhmat Muslim, Rakhmat Hidayat, Ka Salim, Ka

Ejeng, Ka Dameng, Ka Gita M Adly dan Arifin teman satu perjuangan selama

di Kost Putra Domino dan Sawah. Terima kasih atas kebersamaan yang telah

terjalin selama ini, dengan segala pahit manisnya persahabatan yang kita

alami.

11.  Noel Gallagher, Liam Gallagher, Gem archer, Andy Bell, Alan White yang

telah memberikan inspirasi dan motivasi melalui karya lagunya.

12. 

Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan

skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas

kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Bogor, Maret 2011

Penulis

Page 10: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 10/50

1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2

1.3 Manfaat .................................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keawetan Alami ....................................................................................... 3

2.2 Fumigasi .................................................................................................... 5

2.3 Amonia ...................................................................................................... 6

2.4 Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus) ............................................... 7

2.5 Jenis Kayu yang Digunakan ..................................................................... 8

2.5.1 Nangka ( Artocarpus heterophyllus) ................................................ 8

2.5.2 Angsana (Pterocarpus indicus) ....................................................... 10

2.5.3 Petai (Parkia speciosa) ................................................................... 11

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................... 13

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 13

3.3 Pengujian Keawetan Alami Kayu Skala Laboratorium ............................ 13

3.4 Pengujian Metode Fumigasi ...................................................................... 15

3.4.1 Persiapan Contoh Uji Kayu .............................................................. 15

3.4.2 Aplikasi Fumigasi ............................................................................ 16

3.5 Analisis Data ............................................................................................. 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keawetan Alami ........................................................................................ 19

4.2 Metode Fumigasi ....................................................................................... 20

4.2.1 Pengaruh Jenis Kayu terhadap Mortalitas Rayap Tanah ................. 20

4.2.2 Pengaruh Volume Amonia terhadap Mortalitas Rayap Tanah ........ 23

Page 11: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 11/50

1

4.2.3 Pengaruh Jarak Lubang terhadap Mortalitas Rayap Tanah .............. 24

4.3 Interaksi .................................................................................................... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 26

5.2 Saran .......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA  ......................................................................................... 27

LAMPIRAN ........................................................................................................ 30

Page 12: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 12/50

1

DAFTAR TABEL

 No. Halaman

1. Keawetan alami dan keterawetan kayu hutan rakyat Kabupaten Bogor ...... 4

2 Tingkat ketahanan kayu ................................................................................ 15

Page 13: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 13/50

1

DAFTAR GAMBAR

 No. Halaman

1. C. curvignathus kasta prajurit ..................................................................... 7

2. C. curvignathus kasta pekerja ...................................................................... 8

3. C. curvignathus kasta reproduktif ................................................................ 8

4. Uji keawetan alami skala laboratorium ........................................................ 14

5. Pembuatan sampel uji fumigasi ................................................................... 16

6. Ruang fumigasi ............................................................................................ 17

7. Persentase penurunan berat kayu nangka, angsana, dan petai pada uji

keawetan alami ............................................................................................. 198. Mortalitas rayap C. curvignathus pada uji laboratorium ............................. 20

9. Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu nangka ....... 21

10. Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu angsana ...... 21

11. Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu petai ........... 22

12. Rayap tanah yang menempel pada lakban ................................................... 22

13. Mortalitas rayap dengan perbedaan volume ................................................ 23

14. Persentase mortalitas rayap terhadap jarak lubang ...................................... 24

Page 14: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 14/50

1

DAFTAR LAMPIRAN

 No. Halaman

1. Hasil Pengujian Keawetan Alami Skala Laboratorium .............................. 31

2. Hasil Pengujian Fumigasi Amonia ............................................................. 32

3. Analisis Data ................................................................................................ 35

Page 15: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 15/50

1

I. 

PENDAHULUAN

1.1 

Latar Belakang

Kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan dan untuk bahan baku industri

 pada saat ini cenderung semakin meningkat, sedangkan pasokan kayu dari hutan

alam dirasakan tidak mencukupi, sehingga memberikan peluang yang besar bagi

 pengembangan kayu rakyat. Menurut Surjokusumo (2005) potensi besar bahan

 baku yang dimiliki oleh kayu rakyat pada umumnya merupakan jenis-jenis kayu

 fast growing species  dan kayu buah-buahan. Kayu-kayu tipe jenis ini memiliki

masa tebang yang pendek sehingga memiliki keuntungan tersendiri terhadap

industri pengolahan kayu yaitu jumlahnya yang berpotensi menutupi kebutuhan

 bahan baku industri kayu. Selain itu, perkembangan industri dalam berbagai

 bidang telah maju dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyak kegiatan ekspor

 produk ke berbagai negara. Ekspor produk membutuhkan Solid Wood Packaging 

sebagai kemasannya. Oleh karena itu kayu rakyat yang digunakan saat ini selain

untuk menunjang industri perkayuan juga digunakan sebagai Solid Wood

Packaging.

Penggunaan Solid Wood Packaging  di Indonesia untuk keperluan

 perdagangan domestik atau internasional saat ini sangat tinggi. Hal ini disebabkan

karena produk barang yang di ekspor dan impor kebanyakan dikemas

menggunakan kemasan yang berbahan kayu. Di sisi lain kayu yang biasa

digunakan sebagai kemasan kayu ini memiliki sifat keawetan yang rendah

sehingga mudah untuk diserang oleh faktor perusak kayu terutama oleh rayap,

namun serangan rayap dapat dibasmi dengan tindakan pengawetan kayu, salah

satunya yaitu dengan menggunakan teknik fumigasi (Surjokusumo 2005).Fumigasi adalah eradikasi hama dengan menggunakan gas fumigan dalam

kondisi ruangan yang kedap udara. Teknik fumigasi merupakan salah satu

 perlakuan yang dipersyaratkan pada ISPM-15 ( International Standard for

Phytosanitary Measure). Teknik fumigasi ini memiliki tingkat keefektifan tinggi

dalam mengatasi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) karena pada teknik

fumigasi ini menggunakan bahan kimia sebagai fumigannya (Priyono 2005).

Bahan kimia yang biasa digunakan pada fumigasi ini adalah metil bromide

Page 16: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 16/50

1

(CH3Br). Fumigan ini memiliki kelebihan yaitu penetrasi sangat baik, waktu

fumigasi singkat, daya racun tinggi, dan tidak berbau. Di sisi lain penggunaan

metil bromide saat ini semakin dibatasi karena efeknya yang dapat menimbukan

kerusakan lapisan ozon. Penggunaan metil bromide telah dilarang untuk

 perlakuan-perlakuan eradikasi hama di luar kepentingan karantina dan pra-

 perkapalan (Arinana et al. 2008).

Perlakuan eradikasi hama pada gudang-gudang pangan, komoditas

 pertanian lain, gudang benih, perlakuan tanah, dan lain-lain harus menggunakan

 bahan-bahan yang tidak bersifat merusak ozon. Fumigan yang potensial tersebut

salah satunya adalah amonia. Namun demikian informasi efikasi penggunaan

amonia terhadap serangga perusak kayu yang hidup di dalam kayu dalam hal ini

terkait dengan kemampuan penetrasi ke dalam pori-pori kayu masih terbatas.

Padahal informasi tersebut sangat penting untuk memperkuat rekomendasi

 penggunaan amonia untuk perlakuan eradikasi serangga perusak kayu.

Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pengujian

fumigasi amonia terhadap kayu berkeawetan rendah.

1.2 

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fumigasi dengan

 bahan aktif amonia terhadap persentase mortalitas rayap tanah Coptotermes

curvignathus Holmgren kepada tiga jenis kayu yaitu Nangka, Angsana, dan Petai.

1.3 Manfaat

Memberikan informasi kepada industri menengah ke bawah dan masyarakat

 pada umumnya tentang metode pengawetan yang aplikatif untuk meningkatkan

kualitas kayu rakyat.

2

Page 17: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 17/50

1

II. 

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keawetan Alami

Menurut Martawijaya (2000) dalam  Barly (2007) keawetan merupakan

salah satu sifat dasar kayu yang penting. Nilai suatu jenis kayu sangat ditentukan

oleh keawetannya, karena bagaimanapun kuatnya suatu jenis kayu,

 penggunaannya akan kurang berarti jika keawetannya rendah. Selain bergantung

kepada jenis kayunya, keawetan kayu bergantung kepada jenis organisme perusak

kayu yang menyerangnya. Sesuatu yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap

suatu organisme, belum tentu tahan terhadap organisme lain. Di samping itu,

sebagian besar kayu tidak tahan terhadap suhu udara yang berubah-ubah,

kelembaban, dan air.

Keawetan alami kayu sangat dipengaruhi oleh kadar ekstraktifnya.

Meskipun tidak semua ekstraktif beracun bagi organisme perusak kayu pada

umumnya namun, terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar ekstraktif

keawetan alami kayu cenderung meningkat pula (Wistara et al. 2002). Di hutan

Indonesia ada sekitar 4.000 jenis kayu, namun dari jumlah tersebut hanya

sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat dan kegunaannya dan baru 120 jenis

yang sudah diperdagangkan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa dari jumlah

3233 yang dikumpulkan oleh Balai Penelitian Hasil Hutan, 80 – 85% termasuk

kelas awet III, IV, dan V (Martawijaya 1981 dalam  Barly dan Martawijaya 2000).

Keawetan alami dapat diperbaiki dengan pengawetan sehingga umurnya dapat

meningkat beberapa kali lipat. Untuk kayu perumahan minimal dapat mencapai 20

tahun dengan catatan persyaratan standar yang ditentukan terpenuhi (Abdurrohim

2007).Pada tiap tahap pengolahan sampai pemakaian, kayu dihadapkan pada

 beragam jenis organisme perusak kayu yang siap mengancam, seperti bakteri,

 jamur, rayap kayu kering, rayap tanah, bubuk kayu kering, dan binatang

 penggerek kayu (Wilkinson 2005 dalam Barly 2007). Dalam keadaan basah kayu

dapat diserang jamur, serangga bubuk kayu basah, dan rayap tanah jika disimpan

terlalu lama. Dalam keadaan kering, kayu dapat diserang rayap kayu kering, rayap

tanah, dan bubuk kayu kering. Kayu yang dipasang di laut dapat diserang binatang

Page 18: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 18/50

1

laut penggerek kayu (marine borer ). Perubahan yang terjadi tidak hanya

menurunkan kualitas tetapi kuantitas juga karena ada yang benar-benar memakan

habis kayu (Tarumingkeng 2001 dalam Barly 2007). 

Keterawetan kayu adalah kemampuan kayu untuk ditembus oleh bahan

 pengawet sampai mencapai retensi dan penetrasi tertentu yang secara ekonomis

menguntungkan dan efektif untuk mencegah faktor perusak kayu. Sifat

keterawetan jenis kayu tertentu diteliti dengan proses pengawetan, bahan

 pengawet, dan kadar air kayu tertentu. Ini akibat keterawetan dipengaruhi oleh

 jenis kayu, kadar air kayu yang diawetkan, proses pengawetan, dan bahan

 pengawet yang digunakan (Abdurrohim dan Martawijaya 1996 dalam

Abdurrohim 2007). Tabel 1 menampilkan kelas awet dan keterawetan kayu-kayu

hutan rakyat dari Kabupaten Bogor.

Tabel 1 Keawetan alami dan keterawetan kayu hutan rakyat dari Kabupaten Bogor No Jenis Kayu Kelas Awet Keterawetan

1 Agathis ( Agathis sp)  IV Sedang2 Akasia ( Acacia auriculiformis) III – IV sukar3 Balsa (Ochroma bicolor ) V Mudah4 Durian ( Durio sp) IV – V Sukar5 Gmelina (Gmelina arborea) IV – V Sukar6 Jabon ( Anthocephalus cadamba) V Sedang

7 Jati (Tectona grandis) II Sedang

8 Jengkol (Pithecelobium jiringa) IV Sedang9 Jeunjing (Paraserianthes falcataria) IV – V Sedang10 Kapuk (Ceiba petandra) IV – V Sedang11 Karet ( Hevea brassiliensis) IV – V Sedang12 Kecapi (Sandoricum koetjape ) IV Sedang13 Kelapa (Cocos nucifera) IV Mudah14 Kemiri ( Aleurites moluccana) V Mudah15 Kenari (Canarium sp) III Mudah16 Lamtoro ( Leucaena leucocephala) V Sedang17 Leda ( Eucalyptus deglupta) IV Sukar

18 Mahoni (Swietenia macrophylla) III – IV Sukar19 Mangga ( Mangifera indica) IV Sukar

20 Mangium ( Acacia mangium) III Sukar

21 Manii ( Maesopsis eminii) IV Sedang22 Menteng ( Baccauera racemosa) IV Mudah23 Mindi ( Melia azedarach) IV – V Sukar24 Nangka ( Artocarpus heterophyllus) II Sangat Sukar25 Petai (Parkia speciosa) IV Mudah26 Puspa (Schima wallichii) IV – V Mudah27 Rambutan ( Nephelium lappaceum) II Sukar28 Rasamala ( Altingia excelsa) II – III Sedang

29 Sentang ( Azadirachta excelsa) IV Sukar30 Sungkai (Peronema canescens) III Mudah31 Surian (Toona sureni) IV – V Sedang32 Tusam (Pinus merkusii) IV Mudah

Sumber: Wahyudi et al.2007

4

Page 19: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 19/50

1

2.2 Fumigasi

Metode fumigasi adalah metode tradisional untuk menggelapkan dan

memperkaya warna kayu. Pada awalnya proses  fuming menggunakan amonia ini

dikembangkan oleh Gustav Stickley (Rose 2007). Proses  fuming  ini merupakan

salah satu proses  finishing  kayu yang bertujuan untuk memberikan warna dan

merubah pigmen kayu akibat reaksi kimia antara tannin dan amonia. Namun

metode ini selain digunakan untuk proses pewarnaan dapat juga digunakan untuk

 pengawetan kayu.

Fumigasi adalah tindakan perlakuan terhadap media pembawa organisme

 pengganggu tumbuhan dengan menggunakan fumigan ke dalam ruang yang kedap

udara pada suhu dan tekanan tertentu (Priyono 2005). Fumigan yang digunakan

dalam fumigasi merupakan pestisida yang dalam suhu dan tekanan tertentu

 berbentuk uap dan dalam konsentrasi serta waktu tertentu dapat membunuh

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Pada proses fumigasi ini fumigan akan

menghasilkan uap yang akan berada di dalam ruangan kedap udara yang

dipersiapkan. Uap fumigan tersebut akan masuk ke dalam rongga kayu sehingga

kayu tersebut akan dipenuhi uap fumigan. Uap tersebut akan menjadi bahan untuk

mencegah faktor perusak kayu untuk merusak kayu (Arinana et al. 2008).

Teknik fumigasi ini memiliki beberapa kelebihan yaitu efektif

mengendalikan hama pada seluruh stadia, bekerja dengan cepat, menekan

kerusakan komoditi, mempunyai penetrasi yang baik, dan tidak meninggalkan

residu (Priyono 2005). Secara teknis proses fumigasi dilakukan pada tangki atau

suatu tempat yang terlapisi sehingga kedap terhadap udara. Contoh kayu yang

akan difumigasi harus ditumpuk dengan rapi sehingga sirkulasi udara atau gas

dapat berlangsung dengan baik (Dresdner 2005). Fumigasi merupakan cara yangumum digunakan untuk perlakuan eradikasi hama. Penggunaan teknik ini dikenal

secara luas untuk keperluan eradikasi hama gudang, hama kayu, perlakuan pra

 perkapalan ( preshipment ) dan karantina. Pada saat ini, kepentingan perlakuan

fumigasi untuk pengendalian hama kayu mengalami peningkatan yang cukup

 berarti seiring dengan ditetapkannya berbagai peraturan yang berlaku secara

internasional. Sebagai contoh FAO- Interim Commision for Phytosanitary

 Measure (ICPM) telah mengesahkan suatu standar ( International Standard for

5

Page 20: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 20/50

1

Phytosanitary Measure/ISPM ) untuk kemasan kayu atau lebih dikenal dengan

ISPM # 15 (Guidelines for Regulating Wood Packaging Material in International

Trade) pada bulan Maret 2002. ISPM # 15 mengatur keseragaman penanganan

kemasan kayu (harmonized regulation), dan menghindari timbulnya aturan yang

unilateral sehingga menghambat proses perdagangan internasional, serta aspek

merugikan penggunaan kemasan kayu khususnya terkait dengan penyebaran

organisme hama (serangga perusak kayu) antar daerah atau negara (Nugroho

2005).

2.3 Amonia

Amonia merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia NH3  dan

memiliki bau khas yang menyengat. NH3  yang larut dalam air disebut pula

 Amonium hidroksida. Amonia umumnya bersifat basa, namun dapat pula

 bertindak sebagai asam yang sangat lemah. Amonia memiliki titik didih pada suhu

(-33 °C) dan titik leleh (-77,7 °C), sehingga cairan amonia harus disimpan dalam

suhu yang sangat rendah atau dalam tekanan yang tinggi (Anonim 2007). Amonia

memiliki berat molekul 17,03, tekanan uap 400 mmHg (-45,4 °C), kelarutan

dalam air 31 g/100 g (25 °C), berat jenis 0,682 (-33,4 °C), berat jenis uap 0,6, dan

memilik suhu kritis 133 °C. Sifat-sifat fisik dari amonia adalah gas tidak

 berwarna, berbau khas, bersifat iritan dan mudah larut dalam air (Anonim 2008).

Amonia dapat diubah menjadi nitrit dan nitrat, oleh bakteri yang terdapat

dalam tanah sehingga amonia bertindak sebagai penyubur tanah. Amonia juga

dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk urea, sebagai bahan peledak, dan

digunakan pula dalam bidang farmasi (Harwood et al. 2007). Reaktivitas amonia

stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran dan

larut dalam air. Amonia membutuhkan kehati-hatian dalam penanganan dan

 penyimpanannya. Dalam penyimpanannya amonia harus diletakkan pada tempat

dingin, kering, berventilasi, dan jauh dari keramaian agar uapnya tidak terhirup

oleh manusia. Hindarkan pula dari asam, oksidator, halida, etoksi, logam alkali

dan kalium klorat.

6

Page 21: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 21/50

1

2.4 

Rayap Tanah (C. curvignatus)

Kondisi iklim dan tanah termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan di

Indonesia sangat mendukung kehidupan rayap. Oleh karena itu, lebih dari 80%

daratan Indonesia merupakan habitat yang baik bagi kehidupan berbagai jenis

rayap (Nandika et al. 2003).

Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang

disebut koloni. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi

(kasta) di mana masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda

dalam kehidupannya. Menurut Nandika et al.  (2003) terdapat tiga kasta dalam

komunitas rayap ini yaitu kasta prajurit, pekerja, dan reproduktif.

A. 

Kasta Prajurit

Kasta prajurit (Gambar 1) dapat dengan mudah dikenali dari bentuk

kepalanya yang besar dan mengalami penebalan serta berwarna coklat. Peranan

kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya

semut dan vertebrata predator. Kasta ini menyerang musuhnya dengan mandible 

yang dapat mengiris dan menjepit.

Gambar 1 Kasta Prajurit (Nandika et al. 2003).

B. 

Kasta Pekerja

Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap.

Tidak kurang dari 80-90% populasi dalam koloni rayap merupakan individu-

individu kasta pekerja. Kasta pekerja (Gambar 2) umumnya berwarna pucat

dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai

nimfa. Kasta pekerja tidak terlibat dalam proses perkembangbiakan koloni dan

 pertahanan, namun hampir semua tugas koloni dikerjakan oleh kasta ini. Kasta

7

Page 22: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 22/50

1

 pekerja mempunyai tugas yaitu memberi makan dan memelihara ratu, mencari

sumber makanan, menumbuhkan jamur dan memeliharanya.

Gambar 2 Kasta Pekerja (Nandika et al. 2003).

C. 

Kasta Reproduktif

Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual; (ratu) yang

tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Kasta ini

memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dibandingkan kasta yang lain hal ini

dikarenakan tugas dari kasta reproduktif itu sendiri. Peningkatan tubuh ini terjadi

melalui penggelembungan abdomen karena pertumbuhan ovari, usus, dan

 penambahan lemak tubuh. Pembesaran tubuh ini menyebabkan ratu tidak mampu

 bergerak aktif dan tampak malas.

Gambar 3 Kasta Ratu (Nandika et al. 2003).

2.5 Jenis Kayu yang Digunakan

2.5.1 Nangka ( Artocarpus heterophyllus)

 Nangka memiliki nama botani A. heterophyllus Lamk. Menurut Verheij dan

Coronel (l992), Nangka memiliki nama lain seperti Jackfruit (Inggris), Jacquier

(Prancis), Nongko (Javanese), Langka (Filipina), Khanun (Thailand). Nama

daerah untuk Nangka pun bermacam-macam seperti nangko atau nangka (Jawa),

8

Page 23: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 23/50

1

anaane (Ambon), panaih (Aceh), lumasa atau malasa (Lampung), dan nama

lainnya. Verheij dan Coronel (1992), mengklasifikasikan Nangka sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo : Rosales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Species : Artocarpus heterophyllus

Pohon Nangka umumnya berukuran sedang, memiliki tinggi 20 – 30 m,

diameter batang mencapai 100 cm, seluruh bagian mengeluarkan getah putih bila

dilukai. Daun tunggal, tersebar, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi

rata, bulat telur terbalik hingga jorong (memanjang). Ukuran daun 5 – 25 cm x 3,5

 – 12 cm, dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek

runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat telur lancip, panjang sampai 8

cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas serupa cincin. Kayu nangka telah

 banyak digunakan di Srilangka, India, dan Eropa (Verheij dan Coronel 1992).

Menurut Burgess (1989) dalam  Isrianto (1997), Kayu nangka memiliki

struktur anatomi antara lain porinya tersebar secara tata baur, 30 – 80% berpori

soliter dan sisanya bergabung secara radial. Porinya berbentuk bulat sampai oval

dengan jumlah pori sekitar 7 – 8 per mm2. Diameter tangensial rata-rata adalah

200 – 360 mikron dan tidak ada tilosis namun sering kali ada endapan (deposit).

Jumlah parenkim kayu cukup sampai banyak dengan bentuk selubung sampai

aliform dan kadang-kadang bergabung serta berisi resin berwarna terang sampai

oranye. Jari-jari berukuran sedang sampai cukup lebar (50 – 150 mikron) dan jumlahnya antara 4 – 6 per mm2, heteroseluler, tidak ada silika. Kemudian sel

serabut mempunyai dinding yang tipis sampai cukup tipis. Saluran radial terdapat

 pada jari-jari dan kadang terlihat titik-titik coklat pada bidang tangensial (Pandit

dan Kurniawan 2008).

Menurut Isrianto (1997), kayu Nangka memiliki berat jenis maksimum

0,71 dan berat jenis minimum adalah 0,55 dengan berat jenis rata-rata 0,61

sehingga masuk dalam kelas kuat II. Kayu yang masuk dalam kelas kuat II – III

9

Page 24: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 24/50

1

 baik digunakan untuk tujuan struktural. Kayu nangka dapat digunakan untuk

 pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, dayung,

 perkakas, dan alat musik. Heyne (1987), menjelaskan bahwa kayu nangka di

Pulau Jawa banyak digunakan untuk membuat tiang bangunan, kentongan, lesung,

dan bahan untuk meubeul. Kayu nangka mempunyai serat halus sampai agak

kasar. Warna kayu nangka mengalami perubahan warna dari kuning muda pada

waktu kayu gubal menjadi kuning sitrun pada kayu teras. Kandungan bagian teras

 Nangka termasuk besar, semakin besar persentase bagian teras maka kayu tersebut

memiliki keawetan alami yang semakin baik (Isrianto 1997).

2.5.2 Angsana ( Pterocarpus indicus)

Angsana (Pterocarpus indicus Will) memiliki nama lain yaitu P. wallichii

Wight & Arn; P zollingeri Miq.; P papuanus F. V. Mueller, P Vidalinus Rolfe.

termasuk ke dalam famili Fabaceae (Papilionoideae). Penyebaran alami kayu

angsana yaitu di Asia Tenggara – Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia

Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik, dibudidayakan luas di daerah

tropis. Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan

sekunder dataran rendah, umumnya di sepanjang sungai pasang surut dan pantai

 berbatu (Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan 2002).

Pohon Angsana memiliki tinggi 10 – 45 m dengan panjang batang bebas

cabang 2 – 16 m, dan diameter batang dapat mencapai 150 cm. Pohon ini

merupakan pohon jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka. Tumbuh pada

 berbagai macam tipe tanah kecuali pada tanah liat yang berat. Biasanya ditemukan

sampai ketinggian 800 m dpl, namun masih bertahan hidup sampai 1.300 m dpl.

Angsana sering menjadi tanaman hias di taman dan sepanjang jalan. Populasinya

 berkurang akibat eksploitasi berlebihan, kadangkala penebangan liar

menyebabkan hilangnya habitat (Martawijaya et al. 2005).

Kayu teras pada pohon angsana sangat bervariasi dari kuning jerami,

coklat karat muda sampai coklat kerat tua, merah muda, salem, dan merah darah.

Kayu gubal pohon angsana berwarna putih, jerami muda, kuning, atau coklat

muda. Tekstur kayu agak halus sampai kasar. Pori-pori pada kayu ini berbentuk

 bundar dan hampir seluruhnya soliter dalam susunan tata lingkar namun sebagian

kecil berpasangan dan bergabung 2 – 4 dalam arah radial dengan diameter yang

10

Page 25: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 25/50

1

sangat bervariasi yaitu dalam lingkar tumbuh 200 – 300 mikron dan di luar lingkar

tumbuh 50 – 200 mikron. Sel parenkim termasuk tipe paratrakeal, di samping itu

terdapat, parenkim apotrakeal berbentuk pita-pita memanjang yang berkumpul

 pada akhir lingkaran tumbuh. Jari-jari pada kayu angsana ± 50 mikron dan sangat

rendah seta membentuk susunan yang bertingkat. Panjang seratnya sebesar 1.327

mikron dengan diameter 24 mikron dan tebal dinding 3,6 mikron serta diameter

lumen sebesar 16,8 mikron (Martawijaya et al.2005).

Semua jenis Pterocarpus menghasilkan kayu bernilai tinggi. Menurut

Heyne (1987) bahwa kayu Angsana termasuk kayu agak keras yang memiliki

kelas awet I/II, kelas kuat I/III dan BJ antara 0,4 – 0,9 sehingga dapat digunakan

untuk mebel halus, ukiran, kayu lapis, meja, badan kapal, lantai, lemari dan alat

musik. Selain itu getah Angsana dapat digunakan sebagai cat ayaman dan cat

kayu. Soerianegara dan Lemmens (1994) mengatakan bahwa kayu pohon

Angsana mengandung selulosa sebanyak 49%, 24% lignin, 11% pentosan, dan

0,3% silika sehingga kayu Angsana dapat digunakan sebagai bahan baku pulp.

Angsana merupakan jenis pengikat nitrogen. Pohon Angsana ini

direkomendasikan sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam sistem

agroforestri, yang dapat digunakan sebagai penaung kopi dan tanaman lain. Selain

itu kulit batang Angsana ini berkhasiat sebagai obat sariawan, obat mencret dan

obat bisul sedangankan daun Angsana dapat digunakan sebagai obat infeksi kulit

akibat jamur (Heyne 1987).

2.5.3 

Petai ( Parkia speciosa)

Petai (P. speciosa)  adalah salah satu tanaman asli dari Malaysia, Brunei,

Indonesia, dan Semenanjung Thailand. Mempunyai nama lain P. timoriana (DC)

Merr. Pohon petai dapat mencapai tinggi 50 meter dengan diameter 5 m serta

 permukaan kulit batang halus berwarna coklat kemerahan. Daun majemuk

menyirip ganda dua (bipinnate). Tanaman ini sering ditanam dari dataran rendah

hingga ketinggian 1.500 m dpl namun tumbuh optimal pada ketinggian 500 –

1.000 m dpl (Abdurrohim et al. 2004).

Perbanyakan P. speciosa  biasanya dilakukan dengan mengecambahkan

 bijinya. Namun perbanyakan dengan cara stem batang dan okulasi juga dapat

dilakukan. Pada teknik okulasi, penggunaan P. speciosa  sebagai batang bawah

11

Page 26: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 26/50

1

memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan P.

speciosa. Pohon Petai berguna pula sebagai pohon pelindung pada perkebunan-

 perkebunan kopi atau perkebunan tanaman hias, meskipun pertumbuhannya agak

lambat. Selain itu, pohon dengan perakaran kuat dan dapat menyuburkan tanah ini

 juga cocok ditanam untuk memulihkan kembali lahan-lahan kritis, khususnya

dalam pengembangan program hutan rakyat (Anonim 2010).

Kayu petai mempunyai warna putih kekuning-kuningan pada kayu teras

serta kayu gubal hampir berwarna putih sehingga sukar untuk dibedakan. Corak

kayu polos dengan tekstur agak kasar, arah serat agak berpadu, mengkilap, dan

memiliki tingkat kekerasan yang lunak. Selain itu kayu petai memiliki lingkar

tumbuh agak keras, ditandai oleh adanya lapisan-lapisan kayu yang berbeda

kepadatannya dan berbeda ketebalan dinding seratnya, memiliki pembuluh baur

dengan komposisi 68% soliter lainnya berganda radial 2 – 3 sel dan beberapa

 bergerombol. Besarnya ukuran pembuluh tersebut adalah 246 ± 12 mikron dengan

frekuensi 2 ± 1 per mm2, bidang perforasi sederhana, memiliki noktah antar

 pembuluh selang-seling dengan bentuk poligonal yang berukuran 9 – 12 mikron,

noktah antar jari-jari serupa dengan noktah antar pembuluh dan tidak dijumpai

tilosis dan endapan lain. Kayu petai juga memiliki parenkim selubung dengan

 bentuk sayap yang sebagian kecil konfluen dengan parenkim aksial 2 – 4 sel per

utas. Jari-jari kayu petai homoseluler dengan lebar 1 – 3 seri panjangnya sampai

687 mikron, rata-rata 387 ± 48 mikron. Serat kayu memiliki noktah sederhana

dengan panjang 1.455 ± 51 mikron dengan diameter 27,6 ± 1,8 mikron dan tebal

dinding 3,3 ± mikron. Saluran interseluler dan silika tidak dijumpai (Abdurrohim

et al. 2004).

Menurut Oey Djoen Seng (1990) kayu petai memiliki berat jenis minimumsebesar 0,35 dan maksimum sebesar 0,53 dengan rata-rata sebesar 0,45 serta

termasuk ke dalam kelas awet V dan kelas kuat III – V. Dilihat dari kelas awet

dan kelas kuatnya maka kayu petai ini tidak cocok untuk kayu konstruksi dengan

 pembebanan yang besar. Kayu petai dapat digunakan untuk bangunan ringan

sementara, kayu pertukangan, meubel, kabinet, moulding, perlengkapan interior,

 pelapis, cetakan beton, peti, krat, korek api, usungan, sumpit makan, pelampung

 jala, pulp, dan kertas serta kayu energi (Abdurrohim et al. 2004).

12

Page 27: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 27/50

1

III. 

BAHAN DAN METODE

3.1 

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Oktober 2010 di

Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan dan

Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian Sumberdaya

Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Jenis kayu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu Nangka,

Angsana, dan Petai yang diperoleh dari industri penggergajian kayu di daerahCinangneng, Bogor. Proses fumigasi dilakukan dengan menggunakan larutan

amonia dan rayap tanah C. curvignathus.

Alat yang digunakan dalam persiapan bahan baku dan pembuatan contoh

uji yaitu gergaji (circular saw) untuk memotong contoh uji menjadi dua bagian

yang sama panjang serta membuat contoh uji yang ukurannya lebih kecil, kaliper

untuk mengukur lebar dan tebal contoh uji, mesin bor untuk melubangi contoh uji,

oven untuk mengeringkan contoh uji, desikator untuk menstabilkan kadar air

contoh uji setelah proses pengeringan, amplas untuk meratakan permukaan contoh

uji, kayu reng dan terpal plastik untuk membuat ruang fumigasi, lakban untuk

merekatkan contoh uji, timbangan, dan peralatan pengaman (sarung tangan, dan

masker) untuk keselamatan dalam melakukan penelitian.

3.3 Pengujian Keawetan Alami Kayu Skala Laboratorium

Pengujian keawetan alami dilakukan dengan mengikuti standar  American

Society for Testing and Materials  (ASTM) – D 3345-2008, yaitu perihal

 pengujian efikasi kayu dan bahan berselulosa terhadap serangan rayap tanah.

Contoh uji berukuran (2,5 x 2,5 x 0,6) cm3, diambil dari kayu gubalnya

saja, tanpa cacat dan sudah dihaluskan. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada

suhu (103 ± 2) ºC hingga mencapai kadar air 12 – 18%. Banyaknya ulangan

adalah 3 kali ulangan untuk masing-masing jenis kayu.

Contoh uji diletakkan di bagian dasar dari botol uji, kemudian diisi dengan

 pasir steril sebanyak 200 g. Air destilata sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam

Page 28: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 28/50

1

 botol uji dan dibiarkan satu malam. Setelah itu, dimasukkan ke dalam botol 220

ekor rayap tanah C. curvignathus yang terdiri dari 200 ekor rayap kasta pekerja

dan 20 ekor rayap kasta prajurit. Pada setiap botol, bagian mulut botol ditutup

dengan alumunium foil dan diberi lubang kecil-kecil sebagai ruang agar udara

dapat masuk (Gambar 4). Botol-botol uji disimpan pada ruangan yang gelap

selama 4 minggu. Pengujian kontrol dilakukan dengan memasukkan pasir steril

sebanyak 200 g ke dalam botol uji. Setelah itu sebanyak 20 ml air destilata dan

220 ekor rayap tanah C. curvignathus  yang terdiri dari 200 ekor rayap kasta

 pekerja dan 20 ekor rayap kasta prajurit dimasukkan ke dalam botol uji. Pengujian

kontrol dilakukan selama 1 hari dan dilihat banyaknya rayap yang masih hidup.

Apabila rayap tanah dapat bertahan hidup maka lingkungan tersebut dapat

digunakan untuk pengujian uji keawetan alami kayu.

Gambar 4 Uji keawetan alami skala laboratorium

Parameter yang diukur adalah :

1.  Persentase penurunan berat contoh uji yang dihitung dengan persamaan

 berikut:

Dimana : W1  = Berat kering tanur contoh uji sebelum pengumpanan

W2  = Berat kering tanur contoh uji setelah pengumpanan

Setelah diketahui nilai penurunan beratnya, data tersebut kemudian

dibandingkan dengan nilai tingkat ketahanan kayu terhadap serangan rayap

tanah yang terdapat dalam SNI 01.7207-2006 yang tertuang dalam Tabel 2.

14

Page 29: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 29/50

1

Tabel 2 Tingkat ketahanan kayu

NoKelas

AwetKetahanan Penurunan Berat (%)

1 I Sangat Tahan < 3,52

2 II Tahan 3,52 – 7,50

3 III Sedang 7,50 – 10,96

4 IV Buruk 10,96 – 18,94

5 V Sangat Buruk 18,94 – 31,89SNI 01.7207-2006

2.  Persentase mortalitas rayap tanah C. curvignathus  yang dihitung pada saat

 pembongkaran dengan menggunakan persamaan :

Dimana : N1  = Jumlah rayap total sebelum pengumpanan

 N2 = Jumlah rayap hidup setelah pengumpanan

3.4  Pengujian Metode Fumigasi

3.4.1 Persiapan Contoh Uji Kayu

Contoh uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah berukuran (10 x 10

x 50) cm3  yang dipotong menjadi 2 bagian sama panjang. Untuk pengujian

kemampuan penetrasi gas fumigan, pada salah satu sisi potongan kayu dibor

dengan kedalaman 20 cm dan diameter lubang bor 0,5 cm dengan jarak dari

 permukaan atas adalah 1 cm, 3 cm, dan 5 cm. Jarak dari permukaan atas dalam

 penelitian ini sebagai perlakuan. Selanjutnya sebanyak 20 ekor rayap tanah C.

curvignathus  yang terdiri dari 18 ekor kasta pekerja dan 2 ekor kasta prajurit

dimasukkan ke dalam lubang uji dan balok kayu disatukan lagi dengan

menggunakan lem dan dilakban menggunakan isolasi. Masing-masing perlakuan

diulang sebanyak 3 kali ulangan. Teknik peletakan serangga uji pada kayu

tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

15

Page 30: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 30/50

1

Gambar 5 Pembuatan sampel uji fumigasi.

3.4.2 Aplikasi Fumigasi 

Contoh uji kayu yang didalamnya telah dimasukkan rayap tanah C.

curvignathus  dengan masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam ruang

 pengujian fumigasi kedap udara berbentuk kotak bujur sangkar dengan ukuran 2

m x 1 m x 1 m (Gambar 6) yang terbuat dari rangka kayu yang ditutup rapat pada

enam sisinya dengan plastik transparan.

Larutan amonia disiapkan pada tempat khusus yang terpisah dengan

contoh uji dan dimasukkan ke dalam ruang fumigasi setelah contoh uji kayu telah

siap di dalamnya. Volume larutan amonia yang digunakan adalah 2, 4, 6, 8, dan

10 ℓ. Kemudian dilakukan penutupan ruang fumigasi. Lama pemaparan dilakukan

selama 4 hari. Untuk perlakuan kontrol, contoh uji kayu yang didalamnya telah

dimasukkan rayap tanah C. curvignathus dengan jarak lubang dari permukaan 5

cm diletakkan di luar ruang pengujian sehingga tidak terpapar oleh gas fumigan.

16

Page 31: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 31/50

1

Gambar 6 Ruang fumigasi.

Parameter yang diukur adalah persentase mortalitas rayap tanah C.

curvignathus yang dihitung dengan menggunakan persamaan :

Dimana : N1 = Jumlah rayap total sebelum pemaparan

 N2 = Jumlah rayap hidup setelah pemaparan

3.5 

Analisis Data

Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan  Microsoft Excel 2007 dan

SAS 9.1. Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah faktorial

RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 3 faktor, yaitu: faktor A (jenis kayu),

faktor B (jarak lubang) dan faktor C (volume amonia) dengan masing-masing

menggunakan 3 kali ulangan. Percobaan faktorial dicirikan oleh perlakuan yang

merupakan komposisi dari semua kemungkinan kombinasi dari taraf-taraf dua

faktor atau lebih. Istilah faktorial lebih mengacu pada bagaimana perlakuan-

 perlakuan yang akan diteliti disusun, tetapi tidak menyatakan bagaimana

 perlakuan-perlakuan tersebut ditempatkan pada unit-unit percobaan (Mattjik &

Sumertajaya 2002). Model rancangan percobaan statistik yang akan digunakan

dalam penelitian adalah sebagai berikut :

17

Page 32: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 32/50

1

dimana :

Yijkl = Nilai pengamatan pada pengaruh utama jenis kayu taraf ke-i,

 jarak lubang taraf ke-j, volume amonia ke-k dan ulangan ke-l (l= 1,2,3)

µ = Rataan umum

αi  = Pengaruh utama jenis kayu ke-i (i = 1, 2, 3)

β j  = Pengaruh utama jarak lubang ke-j (j = 1, 2, 3)

γk   = Pengaruh utama volume amonia ke-k (k = 1, 2, 3, 4, 5)

(αβ)ij  = Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i dengan jarak lubang

ke-j

(αγ)ik   = Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i dengan volume amonia

ke-j

(βγ) jk   = Interaksi pengaruh utama jarak lubang ke-i dengan volume

amonia ke-j(αβγ)ijk = Interaksi pengaruh utama jenis kayu ke-i, jarak lubang ke-j dan

volume amonia ke-j

εijkl  = Pengaruh acak yang menyebar normal

Percobaan menggunakan model faktorial memiliki keuntungan yaitu

mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor (pengaruh utama) serta

interaksi antar dua faktor (pengaruh sederhana). Dengan demikian, ada tidaknya

 pengaruh interaksi dapat dideteksi dari perilaku respon suatu faktor pada berbagai

kondisi faktor yang lain. Jika respon suatu faktor berubah pola dari kondisi

tertentu ke kondisi yang lain untuk faktor yang lain, maka kedua faktor dikatakan

 berinteraksi. Sedangkan jika pola respon dari suatu faktor tidak berubah pada

 berbagai kondisi faktor yang lain dikatakan kedua faktor tidak berinteraksi

(Mattjik & Sumertajaya 2002).

18

Page 33: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 33/50

1

IV. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keawetan Alami

Persentase kehilangan berat contoh uji kayu setelah diumpankan padarayap tanah selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 7. Pada gambar tersebut

terlihat bahwa kayu nangka memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan

dengan kayu angsana dan kayu petai. Hal tersebut nampak pada nilai kehilangan

 berat terbesar terdapat pada kayu Angsana yaitu sebesar 22,08% dan yang terkecil

terdapat pada nangka sebesar 17,14%.

Gambar 7 Persentase penurunan berat kayu nangka, angsana, dan petai pada uji

keawetan alami.

Berdasarkan nilai persentase kehilangan berat, kayu nangka termasuk ke

dalam kelas awet IV dengan ketahanan yang buruk, sedangkan kayu angsana dan

 petai termasuk ke dalam kelas awet V dengan ketahanan yang sangat buruk. Besar

kecilnya nilai kehilangan berat pada kayu dapat terlihat dari intensitas serangan

rayap tanah yang terjadi dan kondisi kayu saat terjadinya serangan. Serangan

rayap dapat menentukan kelas keawetan kayu. Semakin tinggi intensitas serta

 banyaknya bagian kayu yang diserang oleh rayap maka semakin besar pula nilai

 persentase kehilangan berat yang terjadi dan kayu tersebut semakin tidak tahan

terhadap serangan rayap.

Secara alami kayu mempunyai keawetan tersendiri dan berbeda untuk tiap

 jenis kayu. Menurut Isrianto (1997) kayu nangka memiliki kelas awet II – III dan

menurut Heyne (1987) kayu angsana memiliki kelas awet I – II. Terjadi perbedaan

Page 34: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 34/50

1

nilai keawetan alami kayu hasil pengujian dengan literatur. Pada pengujian kayu

nangka dan angsana nilai keawetan alaminya lebih rendah dibandingkan dengan

literatur. Hal ini diduga karena perbedaan kondisi contoh uji terutama dalam hal

umur contoh uji sehingga kadar ekstraktifnya pun berbeda. Keawetan alami kayu

sangat dipengaruhi oleh kadar ekstraktifnya. Meskipun tidak semua ekstraktif

 beracun bagi organisme perusak kayu pada umumnya namun, terdapat

kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar ekstraktif keawetan alami kayu

cenderung meningkat pula (Wistara et al. 2002).

Dilihat dari nilai mortalitas rayapnya kayu nangka memiliki nilai

mortalitas terbesar yaitu 100% sedangkan kayu angsana dan kayu petai sebesar

92,73% dan 88,79%. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Persentase mortalitas rayap C. curvignathus pada uji laboratorium.

 Nilai persentase mortalitas pada ketiga jenis kayu ini tergolong tinggi.

 Namun, berdasarkan data kontrol diperoleh nilai persentase mortalitas adalah

sebesar 0%. Hal ini mengindikasikan bahwa prosedur pengujian telah

dilaksanakan dengan benar. Tingginya nilai persentase mortalitas ini lebih

disebabkan oleh keberagaman faktor-faktor lingkungan yang sulit untuk dikontrol.

4.2 Metode Fumigasi

4.2.1 Pengaruh Jenis Kayu terhadap Mortalitas Rayap Tanah

Hasil pengujian persentase mortalitas rayap pada setiap jenis kayu dapat

dilihat pada Gambar 9, 10, dan 11.

20

Page 35: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 35/50

1

Gambar 9 Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu nangka.

Kayu nangka menghasilkan nilai persentase mortalitas rayap terendah

 pada perlakuan volume amonia 2 liter dan jarak lubang 5 cm (40%), sedangkan

mortalitas rayap tertinggi untuk adalah pada perlakuan volume amonia 6 – 10 liter

untuk tiap jarak lubang (100%). Serupa dengan kayu nangka, kayu angsana

menghasilkan nilai mortalitas rayap yang terendah pada perlakuan volume 2 liter

dengan jarak 5 cm (36,76%) dan tertinggi pada perlakuan 6 – 10 liter untuk tiap

 jarak lubang (100%).

Gambar 10 Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu angsana.

Kayu petai umumnya menunjukkan gejala yang sama dengan kayu nangka

dan angsana yaitu nilai mortalitas rayap terkecil terdapat pada volume amonia 2

liter dan nilai mortalitas terbesar pada volume amonia enam, delapan, dan sepuluh

liter. Namun, dilihat dari jarak lubangnya nilai mortalitas rayap terkecil ada pada

 jarak lubang 3 cm bukan pada jarak lubang 5 cm yaitu sebesar 76,67%. Persentase

mortalitas rayap tanah pada kayu petai disajikan pada Gambar 11.

21

Page 36: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 36/50

1

Gambar 11 Mortalitas rayap C. curvignathus metode fumigasi pada kayu petai.

Tingginya nilai persentase mortalitas pada jarak lubang 5 cm dapat

disebabkan karena pada perlakuan tersebut terdapat contoh uji yang tidak rata

 permukaan kayunya sehingga pada saat direkatkan kembali dengan lakban

terdapat bagian yang tidak tertutup secara sempurna. Bagian ini dijadikan tempat

 berkumpul rayap. Namun, rayap tersebut menempel pada bagian dalam lakban

dan mati. Hal ini menyebabkan nilai mortalitas tinggi (85%). Rayap yang

menempel pada lakban disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Rayap tanah yang menempel pada lakban.

Analisis sidik ragam menunjukan bahwa jenis kayu memberikan pengaruh

nyata terhadap nilai mortalitas rayap. Hal ini diduga karena tiap jenis kayu

memiliki berat jenis yang berbeda. Nangka memiliki nilai berat jenis sekitar 0,61

(Abdurrohim et al. 2004), angsana sekitar 0,5 (Martawijaya et al. 2005), dan petai

0,35 – 0,53 (Oey Djoen Seng 1990). Semakin besar nilai berat jenis kayu maka

nilai mortalitas akan semakin kecil. Berat jenis kayu berhubungan langsung

Rayap

22

Page 37: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 37/50

1

dengan porositas atau proporsi volume rongga kosong (Haygreen et al. 2003).

Semakin besar nilai berat jenis kayu maka volume rongga semakin kecil, sehingga

uap amonia akan semakin sulit untuk masuk jauh ke dalam kayu.

Kematian rayap tanah C. curvignathus  yang berada di dalam kayu

menunjukkan bahwa uap amonia mampu masuk ke dalam kayu melalui pori-pori

yang terdapat di dalam kayu. Rendahnya daya penetrasi uap amonia akibat

 persentase rongga yang kecil membuat rayap yang berada dalam kayu kurang

terkena dampak uap amonia. Menurut Haygreen et al. (2003) kayu tersusun dari

sel-sel yang telah mati sehingga pada bagian tengah sel akan berbentuk rongga,

 bahkan antar dinding sel pun terdapat rongga penghubung (noktah). Oleh karena

itu kayu bersifat porus sehingga memungkinkan terjadinya aliran bahan gas ke

dalam kayu. Karakteristik kayu tersebut dapat menyebabkan fumigan mampu

menjangkau organisme sasaran sekalipun di dalam kayu. 

4.2.2 Pengaruh Volume Amonia terhadap Mortalitas Rayap Tanah

Semakin banyak volume amonia yang digunakan maka semakin banyak

 pula kadar amonia (uap) yang dihasilkan. Pada fumigasi menggunakan volume 2

liter terdapat rayap yang masih hidup sehingga tingkat mortalitas menunjukan

nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan volume amonia yang

lebih besar. Pada Gambar 13 menunjukan bahwa pada volume amonia 6, 8, dan

10 liter memiliki tingkat mortalitas terbesar (100%).

Gambar 13 Mortalitas rayap dengan perbedaan volume.

Analisis sidik ragam menunjukan bahwa volume amonia memberikan

 pengaruh yang nyata terhadap mortalitas rayap tanah. Hal tersebut diduga karena

23

Page 38: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 38/50

1

semakin besar volume amonia yang digunakan menyebabkan uap yang dihasilkan

fumigan kadarnya lebih banyak pada ruang fumigasi yang kedap udara, sehingga

 penetrasi ke dalam kayu lebih baik. Kondisi uap amonia yang jenuh menyebabkan

rayap C. curvignathus tidak dapat bertahan hidup lama.

4.2.3 Pengaruh Jarak Lubang terhadap Mortalitas Rayap Tanah

Hasil pengujian pengaruh jarak lubang pada kayu menunjukkan bahwa

semakin dalam jarak lubang yang digunakan maka akan cenderung menurunkan

nilai mortalitas rayap. Hal tersebut terlihat pada Gambar 14. Jarak lubang 1 cm

menghasilkan nilai mortalitas rayap tanah terbesar yaitu sebesar 94,78% dan jarak

5 cm menghasilkan nilai mortalitas terkecil yaitu sebesar 75,09%.

Gambar 14 Persentase mortalitas rayap terhadap jarak lubang.

Proses kematian rayap dimulai dari rayap yang menghirup gas toksik

sehingga merusak sistm syaraf rayap C. curvignathus sehingga rayap terpapar

oleh uap tersebut dan akan mengalami masa eksitasi, yaitu bergerak cepat secara

tidak beraturan, kemudian akan mengalami kelumpuhan (paralisis) dan akhirnya

mengalami kematian (Tarumingkeng 1992 dalam Arinana et al. 2008).

Analisis sidik ragam menunjukan bahwa jarak lubang memiliki nilai

 berbeda nyata terhadap mortalitas rayap. Perbedaan nilai mortalitas yang menurun

seiring dengan semakin bertambahnya jarak lubang disebabkan karena

kemampuan uap amonia untuk masuk ke bagian kayu yang lebih dalam akan

semakin sulit. Apabila jaraknya lebih dekat maka penetrasi uap amonia akan

24

Page 39: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 39/50

1

 berjalan dengan mudah sehingga akan membunuh sasaran dalam hal ini adalah

rayap C. curvignathus. Penambahan jarak lubang harus diikuti dengan

 penambahan volume amonia agar tercapai persentase mortalitas rayap yang

maksimal (100%).

4.3 Interaksi

Analisis sidik ragam menunjukan bahwa jenis kayu, volume amonia, dan

 jarak lubang memberikan pengaruh nyata terhadap nilai mortalitas rayap. Selain

 pada tiap faktor, interaksi yang dihasilkan ketiga faktor tersebut memiliki nilai

yang berbeda nyata sehingga perlu ada uji lanjut.

Hasil uji Duncan menunjukan bahwa ketiga faktor tersebut saling terkait

dan saling mempengaruhi. Setiap jenis kayu memiliki karakteristik masing-

masing yang dapat dilihat dengan perbedaan struktur dan kerapatan. Oleh karena

itu, setiap jenis kayu akan menghasilkan perlakuan fumigasi yang berbeda untuk

mencapai nilai mortalitas 100%.

Kayu Nangka, Angsana, dan Petai menunjukan hasil perlakuan fumigasi

yang serupa. Nilai mortalitas 100% pada ketiga jenis kayu ini dicapai pada

 perlakuan fumigasi dengan volume 6 liter selama 4 hari dalam ruang fumigasi

yang berukuran (2 x 1 x 1) m3.

25

Page 40: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 40/50

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. 

Mortalitas rayap C. curvignathus pada perlakuan fumigasi pada kayu Nangka,

Angsana, dan Petai lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol.

2.  Perlakuan fumigasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas

rayap tanah.

3.  Semakin tinggi kerapatan suatu kayu maka semakin kecil nilai mortalitas

rayap.

4.  Perlakuan fumigasi dengan bahan aktif amonia sebanyak 6 liter pada kayu

 Nangka, Angsana, dan Petai dapat mencapai nilai persentase mortalitas

sebesar 100% pada kedalaman 5 cm dalam ruang fumigasi berukuran (2 x 1 x

1) m3.

5.2 SARAN

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai:

1. 

Efek residu fumigasi berbahan aktif amonia terhadap keawetan kayu.

2. 

Efek yang ditimbulkan dari fumigasi terhadap bagian tubuh rayap yang

terserang serta perilakunya.

Page 41: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 41/50

1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Selamat datang di Situs Indonesia.

http://indonesianforest.com/frameset.php (diakses tanggal 31 Mei2010).

Anonim. 2008. http://id.Wikipedia.org/wiki Amonia (diakses tanggal 10 Januari

2011).

Anonim. 2010. Parkia speciosa Hassk .

http://www.proseanet.org/florakita/browser.php?docsid=937 (diakses

tanggal 5 Desember 2010). 

Abdurrohim S. 2007. Keterawetan Kayu Kurang Dikenal. Prosiding SeminarHasil Litbang Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007. Hal: 103 – 112.

Abdurrohim S, Mandang YI, Sutisna U. 2004. Atlas Kayu Indonesia. Jilid III.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Arinana, Rismayadi Y, Dewi M. 2008. Efikasi Fumigan Alumunium Phosphida

terhadap Rayap Kayu Kering (Coptotermes cynocephalus) Isoptera:

Kalotermitidae. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu

Indonesia (MAPEKI XI). Palangkaraya 8 – 10 Agustus 2008.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2008. Standard Test

 Method for Laboratory Evaluation of Wood and Other Cellulosic

 Material for Resistance to Termites. ASTM D 3345 – 08.

Barly. 2007. Penyempurnaan Sifat Bahan Baku Kayu Bangunan dan Mebel.

Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007.

Hal: 67 – 80.

Barly, Martawijaya A. 2000. Keterawetan 95 Jenis Kayu terhadap Impregnasi

Dengan Pengawet CCA. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Vol 18. Hal:69 – 78.

Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan. 2002.  Informasi Singkat Benih.

Bandung: Indonesia Forest Seed Project.

Dresdner M. 2005.

http://www.woodworkersjournal.com/ezine/archive/40/qandacfm#2

(diakses tanggal 15 Desember 2010).

Page 42: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 42/50

1

Harwood WS, Herring FG, Madura JD, Petrucci RH. 2007. General Chemistry

Principles and Modern applications, ninth edition. Pearson Education

International.

Haygreen JG, Smulsky R, Bowyer JL. 2003. Forest Products and Wood Science

 An Introduction. USA: The Lowa State University Press.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I . Jakarta: Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan departemen Kehutanan. Badan litbang

Kehutanan Jakarta.

Isrianto. 1997. Kajian Anatomi dan Kajian Fisik Kayu Nangka ( Artocarpus

heterophyllus Lamk). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut

Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Martawijaya A, Iding K, Kadir K, Prawira SA. 2005. Atlas Kayu Indonesia  Jilid I .

Bogor: Balai Penelitian Hasil Hutan.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan. IPB Press.Bogor.

 Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003.  Rayap: Biologi dan Pengendaliannya.

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.

 Nugroho N. 2005. Peningkatan Mutu Kemasan Kayu Indonesia Melalui Rekayasa

Bahan Baku dan Aplikasi Pengeringan serta Pengawetan. LaporanSeminar Nasional Peningkatan dan Pengawasan Mutu Kemasan Kayu

Indonesia Dalam Rangka Penerapan ISPM#15. Jakarta 23 Juni 2005.

Oey DS. 1990. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian

Beratnya Kayu untuk Keperluan Praktek. Nomor : Cetakan 13

Soewarsono P.H., penerjemah; Bogor: Lembaga Penelitian Hasil Hutan;

Terjemahan dari: Specific Gravity of Indonesian Woods and its

Significance for Practical Use. 

Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Anatomi Kayu: Struktur Kayu, Kayu sebagai

Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor:

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Priyono JA. 2005. Meningkatkan Mutu Kemasan Kayu Melalui Aplikasi

Fumigasi. Laporan Seminar Nasional Peningkatan dan Pengawasan

Mutu Kemasan Kayu Indonesia dalam Rangka Penerapan ISPM#15.

Jakarta 23 Juni 2005.

Rose J. 2007. Ammonia Fuming : Frequently Asked Question.

http://www.servtech.com/html (diakses tanggal 15 Desember 2010).

28

Page 43: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 43/50

1

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu

Terhadap Organisme Perusak Kayu. SNI 01.7207-2006.

Soerianegara, Lemmens RHMJ. 1994. Plant Resources of South-East Asia no 5

(1). Bogor: Prosea Foundation.

Surjokusumo SM. 2005. Karakteristik Mutu Bahan Baku Kemasan di Indonesia.

Laporan Seminar Nasional Peningkatan dan Pengawasan Mutu

Kemasan Kayu Indonesia Dalam Rangka Penerapan ISPM#15. Jakarta

23 Juni 2005.

Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Prosea : Plant Resources of South-East Asia 2

 Edible Fruits and Nuts. Coronel [editor]. Bogor.

Wahyudi I, Febrianto F, Karlinasari L, Suryana J, Nawawi DS, Nurhayati. 2007.Kajian Potensi Unit Pengawetan Kayu Forest Product Teaching Center

Fakultas Kehutanan IPB dalam rangka Mendukung Unit Teaching

Industry Institut Pertanian Bogor. Laporan Akhir. Tidak Diterbitkan.

Wistara IN, Rachmansyah R, Denes F, Young RA. 2002. Ketahanan 10 Jenis

Kayu Tropis Plasma CF4 terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes

cynocephalus Light). Jurnal Teknologi Hasil Hutan Volume XV No.2.

29

Page 44: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 44/50

1

LAMPIRAN

Page 45: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 45/50

 

31

Lampiran 1 Hasil Pengujian Keawetan Alami Skala Laboratorium

A.  Penurunan Berat

Jenis

Kayu Ulangan

Sebelum PengumpananSetelah

Pengumpanan Penurunan

Berat (%) KelasBerat awal (g)

BKT

(g)

Kadar Air

(%)BKT (gram)

 Nangka

1 2,244 1,923 16,693 1,596 17,005 IV

2 2,485 2,119 17,272 1,736 18,075 IV

3 2,490 2,147 15,976 1,796 16,348 IV

Rata-rata 2,406 2,063 16,647 1,709 17,143 IV

Angsana

1 1,786 1,549 15,300 1,220 21,240 V

2 2,441 2,072 17,809 1,630 21,332 V

3 1,958 1,632 19,975 1,243 23,836 V

Rata-rata 2,062 1,751 17,695 1,364 22,083 V

Petai

1 2,367 2,057 15,070 1,660 19,300 V

2 2,563 2,217 15,607 1,741 21,470 V

3 2,727 2,350 16,043 1,883 19,872 V

Rata-rata 2,552 2,208 15,573 1,761 20,229 V

B.  Mortalitas Rayap

Jenis

KayuUlangan

Jumlah Rayap Sebelum

Pengumpanan

Jumlah Rayap Setelah

Pengumpanan Mortalitas

(%)Pekerja Prajurit Total Pekerja Prajurit Total

 Nangka

1 200 20 220 0 0 0 100

2 200 20 220 0 0 0 100

3 200 20 220 0 0 0 100

Rata-rata 200 20 220 0 0 0 100

Angsana

1 200 20 220 25 0 25 88,64

2 200 20 220 18 0 18 91,82

3 200 20 220 5 0 5 97,73

Rata-rata 200 20 220 16 0 16 92,73

Petai

1 200 20 220 0 0 0 100

2 200 20 220 55 4 59 73,18

3 200 20 220 15 0 15 93,18

Rata-rata 200 20 220 23,33 1,33 24,67 88,79

Page 46: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 46/50

 

32

Lampiran 2 Hasil Pengujian Fumigasi Amonia

Jenis

Kayu

Volume

Amonia

Jarak

LubangUlangan

Jumlah Rayap SebelumPemaparan

Jumlah Rayap SetelahPemaparan Mortalitas

Prajurit Pekerja Total Prajurit Pekerja Total

   N  a  n  g   k  a   (   A  r   t  o  c  a  r  p  u  s   h  e   t  e  r  o  p   h  y   l   l  u  s   )

Kontrol 5 cm

1 2 18 20 1 12 13 35,00

2 2 18 20 1 13 14 30,00

3 2 18 20 1 10 11 45,00Rata-rata 2 18 20 1 11,67 12,67 36,67

2 Liter

1 cm

1 2 18 20 1 2 3 85,00

2 2 18 20 1 7 8 60,00

3 2 18 20 0 13 13 35,00

Rata-rata 2 18 20 0,67 7,33 8,00 60,00

3 cm

1 2 18 20 0 11 11 45,00

2 2 18 20 0 10 10 50,00

3 2 18 20 1 13 14 30,00

Rata-rata 2 18 20 0,33 11,33 11,67 41,67

5 cm

1 2 18 20 1 12 13 35,00

2 2 18 20 1 10 11 45,00

3 2 18 20 2 10 12 40,00

Rata-rata 2 18 20 1,33 10,67 12,00 40,00

4 Liter

1 cm

1 2 18 20 1 2 3 85,00

2 2 18 20 0 1 1 95,00

3 2 18 20 1 1 2 90,00

Rata-rata 2 18 20 0,67 1,33 2 90,00

3 cm

1 2 18 20 0 8 8 60,00

2 2 18 20 0 6 6 70,00

3 2 18 20 0 6 6 70,00

Rata-rata 2 18 20 0 6,67 6,67 66,67

5 cm

1 2 18 20 1 8 9 55,00

2 2 18 20 1 9 10 50,00

3 2 18 20 1 9 10 50,00

Rata-rata 2 18 20 1 8,67 9,67 51,67

6 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 1003 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

8 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 1002 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

10 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

Page 47: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 47/50

 

33

JenisKayu

VolumeAmonia

JarakLubang

Ulangan

Jumlah Rayap Sebelum

Pemaparan

Jumlah Rayap Setelah

Pemaparan Mortalitas

Prajurit Pekerja Total Prajurit Pekerja Total

   A  n  g  s  a  n  a   (   P   t  e  r  o  c  a  r  p  u  s   i  n   d   i  c  u  s   )

Kontrol 5 cm

1 2 18 20 1 15 16 20,00

2 2 18 20 1 13 14 30,00

3 2 18 20 2 14 16 20,00

Rata-rata 2 18 20 1 14 15,33 23,33

2 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 1 1 95,00

2 2 18 20 0 1 1 95,00

3 2 18 20 0 3 3 85,00

Rata-rata 2 18 20 0 1,67 1,67 91,67

3 cm

1 2 18 20 0 7 7 65,00

2 2 18 20 0 10 10 50,00

3 2 18 20 0 9 9 55,00

Rata-rata 2 18 20 0 8,67 8,67 56,67

5 cm

1 2 18 20 0 11 11 45,00

2 2 18 20 0 12 12 40,00

3 2 18 20 0 15 15 25,00

Rata-rata 2 18 20 0 12,67 12,67 36,67

4 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 10000

2 2 18 20 0 0 0 100,00

3 2 18 20 0 1 1 95,00Rata-rata 2 18 20 0 0,33 0,33 98,33

3 cm

1 2 18 20 0 3 3 85,00

2 2 18 20 0 5 5 75,00

3 2 18 20 0 4 4 80,00

Rata-rata 2 18 20 0 4 4 80,00

5 cm

1 2 18 20 0 7 7 65,00

2 2 18 20 0 7 7 65,00

3 2 18 20 0 9 9 55,00

Rata-rata 2 18 20 0 7,67 7,67 61,67

6 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

8 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 1003 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

10 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

Jenis Volume Jarak Ulangan Jumlah Rayap Sebelum Jumlah Rayap Setelah Mortalitas

Page 48: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 48/50

 

34

Kayu Amonia Lubang Pemaparan Pemaparan

Prajurit Pekerja Total Prajurit Pekerja Total

   P  e   t  a   i   (   P  a  r   k   i  a  s  p  e  c   i  o  s  a   )

Kontrol 5 cm

1 2 18 20 1 13 14 30,00

2 2 18 20 1 10 11 45,00

3 2 18 20 1 11 12 40,00

Rata-rata 2 18 20 1 11,33 12,33 38,33

2 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 3 3 85,00

2 2 18 20 0 3 3 85,00

3 2 18 20 0 1 1 95,00

Rata-rata 2 18 20 0 2,33 2,33 88,33

3 cm

1 2 18 20 0 3 3 85,00

2 2 18 20 0 2 2 90,00

3 2 18 20 0 9 9 55,00

Rata-rata 2 18 20 0 4,67 4,67 76,67

5 cm

1 2 18 20 0 2 2 90,00

2 2 18 20 0 1 1 95,00

3 2 18 20 2 4 6 70,00

Rata-rata 2 18 20 0,67 2,33 3,00 85,00

4 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 2 2 90,00

2 2 18 20 0 1 1 95,00

3 2 18 20 0 1 1 95,00

Rata-rata 2 18 20 0 1,33 1,33 93,33

3 cm

1 2 18 20 0 2 2 90,00

2 2 18 20 1 2 3 85,00

3 2 18 20 0 3 3 85,00

Rata-rata 2 18 20 0,33 2,33 2,67 86,67

5 cm

1 2 18 20 1 2 3 85,00

2 2 18 20 1 4 5 75,00

3 2 18 20 1 4 5 75,00

Rata-rata 2 18 20 1 3,33 4,33 78,33

6 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

8 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

10 Liter

1 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

3 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

5 cm

1 2 18 20 0 0 0 100

2 2 18 20 0 0 0 100

3 2 18 20 0 0 0 100

Rata-rata 2 18 20 0 0 0 100

Page 49: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 49/50

35

Lampiran 3 Analisis Data

The SAS System 11:55 Sunday, December 1, 2002 3

The ANOVA Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

ul 3 1 2 3

jenis 3 A1 N1 P1

jarak 3 J1 J3 J5

volume 6 V0 V10 V2 V4 V6 V8

Number of Observations Read 162

Number of Observations Used 162

The SAS System 11:55 Sunday, December 1, 2002 4

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: mortalitas

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 53 118061.8827 2227.5827 55.73 <.0001

Error 108 4316.6667 39.9691

Corrected Total 161 122378.5494

R-Square Coeff Var Root MSE mortalitas Mean

0.964727 7.979607 6.322115 79.22840

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

jenis 2 2465.12346 1232.56173 30.84 <.0001

jarak 2 2455.86420 1227.93210 30.72 <.0001

volume 5 99419.29012 19883.85802 497.48 <.0001

jenis*jarak 4 678.39506 169.59877 4.24 0.0031

jenis*volume 10 5977.46914 597.74691 14.96 <.0001jarak*volume 10 5114.50617 511.45062 12.80 <.0001

jenis*jarak*volume 20 1951.23457 97.56173 2.44 0.0018

The SAS System 11:55 Sunday, December 1, 2002 5

Page 50: skripsi E11dnu

7/21/2019 skripsi E11dnu

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-e11dnu 50/50

36

The ANOVA Procedure

Level of Level of Level of ----------mortalitas---------

jenis jarak volume N Mean Std Dev

A1 J1 V0 3 23.333333 5.7735027

A1 J1 V10 3 100.000000 0.0000000

A1 J1 V2 3 91.666667 5.7735027

A1 J1 V4 3 98.333333 2.8867513A1 J1 V6 3 100.000000 0.0000000

A1 J1 V8 3 100.000000 0.0000000

A1 J3 V0 3 23.333333 5.7735027

A1 J3 V10 3 100.000000 0.0000000

A1 J3 V2 3 56.666667 7.6376262

A1 J3 V4 3 80.000000 5.0000000

A1 J3 V6 3 100.000000 0.0000000

A1 J3 V8 3 100.000000 0.0000000

A1 J5 V0 3 23.333333 5.7735027

A1 J5 V10 3 100.000000 0.0000000

A1 J5 V2 3 36.666667 10.4083300

A1 J5 V4 3 61.666667 5.7735027

A1 J5 V6 3 100.000000 0.0000000

A1 J5 V8 3 100.000000 0.0000000

N1 J1 V0 3 36.666667 7.6376262

N1 J1 V10 3 100.000000 0.0000000

N1 J1 V2 3 60.000000 25.0000000

N1 J1 V4 3 90.000000 5.0000000

N1 J1 V6 3 100.000000 0.0000000

N1 J1 V8 3 100.000000 0.0000000

N1 J3 V0 3 36.666667 7.6376262

N1 J3 V10 3 100.000000 0.0000000

N1 J3 V2 3 41.666667 10.4083300

N1 J3 V4 3 66.666667 5.7735027

N1 J3 V6 3 100.000000 0.0000000

N1 J3 V8 3 100.000000 0.0000000

N1 J5 V0 3 36.666667 7.6376262

N1 J5 V10 3 100.000000 0.0000000

N1 J5 V2 3 40.000000 5.0000000N1 J5 V4 3 51.666667 2.8867513

N1 J5 V6 3 100.000000 0.0000000

N1 J5 V8 3 100.000000 0.0000000

P1 J1 V0 3 38.333333 7.6376262

P1 J1 V10 3 100.000000 0.0000000

P1 J1 V2 3 88.333333 5.7735027

P1 J1 V4 3 93.333333 2.8867513

P1 J1 V6 3 100.000000 0.0000000

P1 J1 V8 3 100.000000 0.0000000

P1 J3 V0 3 38.333333 7.6376262

P1 J3 V10 3 100.000000 0.0000000

P1 J3 V2 3 76.666667 18.9296945

P1 J3 V4 3 86.666667 2.8867513

P1 J3 V6 3 100.000000 0.0000000

P1 J3 V8 3 100.000000 0.0000000

P1 J5 V0 3 38.333333 7.6376262

P1 J5 V10 3 100.000000 0.0000000

P1 J5 V2 3 85.000000 13.2287566

P1 J5 V4 3 78.333333 5.7735027

P1 J5 V6 3 100.000000 0.0000000