artikel skripsi
DESCRIPTION
skripsi daun sambung nyawa pada penurunan kadara glukosaTRANSCRIPT
1
PENGARUH EKSTRAK METANOL DAN ISOLAT FLAVONOID DAUN
SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) TERHADAP
PENURUNAN KADAR GLUKOSA SECARA IN VITRO
Artikel
Joni Samsul Rizal
1041011072
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG
2014
2
1
PENGARUH EKSTRAK METANOL DAN ISOLAT FLAVONOID DAUN
SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) TERHADAP
PENURUNAN KADAR GLUKOSA SECARA IN VITRO
THE INFLUENCE OF METHANOL EXTRACT AND FLAVONOIDS
ISOLATES OF SAMBUNG NYAWA LEAF (Gynura procumbens (Lour.) Merr.)
TO THE DECREASE OF GLUCOSE CONCENTRATION IN VITRO
Joni Samsul Rizal, Sukirno, Rohmatun Nafi’ah, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang
SARI
Daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) adalah tanaman
obat tradisional yang secara empiris digunakan berbagai jenis penyakit. Salah satu
kandungan dalam tanaman ini adalah senyawa flavonoid yang berpotensi untuk
mengatasi diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan antara ekstrak
metanol dan isolat flavonoid daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.)
Merr.) dalam menurunkan kadar glukosa secara in vitro. Metode ekstraksi yang
digunakan adalah dengan remaserasi. Ekstraksi menggunakan pelarut metanol air
(9:1) dan (1:1). Isolasi senyawa flavonoid dilakukan dengan menggunakan metode
kromatografi kolom, fase gerak yang digunakan adalah n-butanol : asam asetat
glasial : air (4:1:5), dan fase diam yang digunakan adalah silika gel G 60 F 254.
Struktur flavonoid yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa diidentifikasi
menggunakan pereaksi geser. Ekstrak metanol dan isolat flavonoid diuji penurunan
kadar glukosa secara in vitro. Ekstrak metanol dan isolat flavonoid dibuat seri
konsentrasi 60, 80, 100, 120, dan 140 ppm. Hasil penurunan kadar isolat flavonoid
dengan konsentrasi maksimal 140 ppm mampu menurunkan glukosa sebesar 68,40%
sedangkan pada ekstrak metanol pada konsentrasi maksimal yang sama yaitu 140
ppm mampu menurunkan glukosa sebesar 64,87%. Hasil uji statistik antar kelompok
ekstrak metanol dan isolat flavonoid daun sambung nyawa terdapat perbedaan
kemampuan penurunan kadar glukosa. Jenis flavonoid dalam daun sambung nyawa
yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah 5, 3’, 4’ trihidroksi flavonol.
Kata kunci : Daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.),
flavonoid, diabetes melitus, Nelson-somogyi.
ABSTRACT
Sambung nyawa leaf (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) is a traditional
medicinal plants empirically used various types of diseases. One ingredient in this
plant is a flavonoid compounds that have the potential to cope with diabetes
mellitus. Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by an increase in
blood glucose levels, or hyperglycemia. The purpose of this study was to determine
the differences in capabilities between methanol extracts and isolated flavonoids
sambung nyawa leaf (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) in lowering glucose levels
2
in vitro. The extraction methods used was to remaserasi. Solvent extraction using
methanol water (9:1) and (1:1). Isolation of flavonoid compounds were calculated
using column chromatography, the mobile phase used was n-butanol : glacial acetic
acid : water (4:1:5), and the stationary phase used are silica gel G 60 F 254. The
structure of flavonoids that play a role in lower glucose levels were identified using
a sliding reagent. Methanol extract and isolated flavonoids tested decreased glucose
levels in vitro. Methanol extract and isolated flavonoid concentrations made the
series 60, 80, 100, 120, and 140 ppm. The result of decreased levels of flavonoids
isolates with a maximum concentration of 140 ppm can lower glucose by 68.40%,
while the methanol extract at concentrations up to 140 ppm of the same is capable
of lowering glucose by 64.87%. Statistical test results between groups the methanol
extract and flavonoids isolates of sambung nyawa leaf there are differences in the
ability of a decrease in glucose levels. Type of flavonoids in the sambung nyawa leaf
that can lower glucose levels are 5, 3', 4' trihydroxy flavonols .
Keywords: Sambung nyawa leaf (Gynura procumbens (Lour.) Merr.), flavonoids,
diabetes mellitus, Nelson-Somogyi methods.
PENDAHULUAN
Pengobatan tradisional didasarkan pada pengalaman empiris, terdapat banyak
tanaman yang diketahui bermanfaat dan digunakan sebagai antidiabetes secara
empiris. Salah satu tumbuhan yang layak untuk diteliti adalah (Gynura procumbens
(Lour.) Merr.) atau sering dikenal masyarakat dengan nama sambung nyawa. Bagian
yang digunakan dalam tanaman ini adalah daunnya.
Penelitian yang dilakukan (Sugiyanto et al., 2003) bahwa tanaman sambung
nyawa mengandung flavonoid, sterol tak jenuh, triterpenoid, polifenol, tanin,
saponin, steroid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat,
asam para hidroksi benzoat, dan minyak atsiri. Lebih spesifik lagi, dari hasil uji
isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid, yaitu
kaemferol (suatu flavonol), flavonolol, dan auron. Penelitian yang dilakukan
(Kusumaningrum, 2013) terhadap isolat flavonoid daun teh oolong (Camellia
sinensis [L.] O. K) pada konsentrasi 140 ppm dapat menurunkan kadar glukosa
sebesar 60,95%. Penelitian yang dilakukan (Rohmah, 2014) ekstrak metanol daun
kersen (Muntingia calabura L.) pada konsentrasi maksimal 180 ppm sebesar
51,49% dalam penurunan kadar glukosa. Selain itu, penelitian yang dilakukan
(Sholikhatun, 2014) terhadap daun mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) juga
3
dilaporkan bahwa isolat flavonoid dari golongan flavonol dapat menurunkan kadar
glukosa sebesar 57,51% dengan konsentrasi 160 ppm.
Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah, glukosa tersebut dibentuk dihati dari
makanan yang dikonsumsi (Smeltzer dan Bare, 2002 : 109). Hal ini disebabkan pola
makan modern seperti sekarang yang tidak sehat, disertai intensitas makan yang
tinggi dan stres yang menekan sepanjang hari. Pada penderita DM akan terjadi
penumpukan glukosa di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan
tanpa digunakan. Akibatnya penderita sering buang air kecil, merasa amat haus,
berat badan turun dan merasa lelah (Tjay dan Rahardja, 2007 : 738).
Golongan terbesar senyawa fenol adalah flavonoid. Senyawa fenol cenderung
mudah larut dalam air karena senyawa fenol seringkali berikatan dengan gula
sebagai glikosida. Gugus glikosida merupakan gugus aminoglikosida yang
berkhasiat sebagai antidiabetes. Gugus aminoglikosida merupakan senyawa yang
terdiri dari dua atau lebih gugus gula amino yang terikat pada ikatan glikosida pada
inti heksosa (Ganiswarna, 1999 : 661).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk
membandingkan antara ekstrak dan isolat flavonoid daun sambung nyawa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.) dalam menurunkan kadar glukosa secara in vitro dan
untuk mengetahui jenis flavonoid dalam daun sambung nyawa yang mampu
memberikan penurunan kadar glukosa secara in vitro. Sehingga dapat mengetahui
apakah senyawa murni isolat flavonoid dalam menurunkan kadar glukosa lebih baik
dibandingkan ekstrak yang masih terdapat berbagai macam kandungan senyawa.
Penelitian ini menggunakan metode Nelson-Somogyi karena lebih selektif dan
sensitif yang dapat mengukur dalam konsentrasi yang kecil dengan tingkat
selektifitas yang tinggi dibandingkan metode yang lain seperti Munson-Walker,
Lane-Eynon, Luff Schroll. Metode Munson-Walker, Lane-Eynon, Luff Schroll
merupakan metode penentuan gula reduksi secara volumetri. Prinsip dasar volumetri
yaitu pencapaian reaksi titik akhir titrasi. Dalam penelitian ini tidak digunakan
4
metode volumetri dikarenakan tingkat sensitifitasnya lebih kecil dan pengukuran
sampel dalam jumlah banyak sehingga kesalahan lebih besar.
Berdasarkan alasan tersebut penurunan kadar glukosa menggunakan metode
Nelson-Somogyi yang pengukurannya lebih selektif dan sensitif dibandingkan
dengan metode volumetri. Prinsip metode Nelson-Somogyi adalah mengoksidasi
glukosa menggunakan pereaksi Nelson. Reaksi warna yang terbentuk dapat diukur
absorbansinya untuk menentukan kadar glukosa (Razak, et al., 2012).
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Obyek yang diteliti adalah kemampuan penurunan kadar glukosa ekstrak
metanol dan isolat flavonoid daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.)
Merr.).
B. Variabel Penelitian
Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas penurunan
kadar glukosa menggunakan variabel penelitian:
1. Variabel Bebas
a. Konsentrasi ekstrak metanol daun sambung nyawa adalah 60 ppm, 80 ppm, 100
ppm, 120 ppm, dan 140 ppm.
b. Konsentrasi isolat flavonoid daun sambung nyawa adalah 60 ppm, 80 ppm, 100
ppm, 120 ppm, dan 140 ppm.
2. Variabel Terikat
a. Penurunan kadar glukosa ekstrak metanol daun sambung nyawa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.).
b. Penurunan kadar glukosa isolat flavonoid daun sambung nyawa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.).
3. Variabel terkontrol
Lokasi pengambilan daun sambung nyawa sebagai bahan baku dari
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, waktu maserasi, waktu
pendiaman larutan uji, konsentrasi glukosa 50 ppm, metode penetapan kadar
penurunan glukosa, pengukuran kadar glukosa dengan spektrofotometer UV-Visibel.
5
Bahan uji yang digunakan adalah serbuk daun sambung nyawa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.) metanol, baku glukosa anhidrat, akuades,
arsenomolybdat, dan reagen Nelson-Somogyi.
Alat-alat yang digunakan antara lain spektrofotometer UV-Visibel, kolom, neraca
analitik, pipet volume, labu takar, corong kaca, pipet tetes dan tabung reaksi.
Daun sambung nyawa diekstraksi dengan metode :
Remaserasi 200 gram serbuk daun sambung nyawa kering dimaserasi dengan
ditambahkan 300 mL metanol (9:1) selama 3 hari, penyari diganti setiap 1x24 jam,
selanjutnya dengan metanol 300 mL (1:1) selama satu hari. Filtrat yang didapat
selama 4 hari dipekatkan hingga didapat ekstrak kental daun sambung nyawa.
Cara isolasi flavonoid
Ditimbang ekstrak yang diperoleh kurang lebih sebanyak 1 gram. Ekstrak
dilarutkan dengan menggunakan fase gerak BAA. Isolasi dilakukan dengan
menggunakan kromatografi kolom, fase diam digunakan silika gel G 60 F 254, dan
fase gerak yaitu n-butanol : asam asetat glasial : air (4:1:5). Sampel yang akan
difraksinasi dimasukkan dalam kolom, kemudian fase gerak dialirkan sedikit demi
sedikit. Hasil fraksinasi berupa isolat ditampung dalam vial tiap 5 mL dan
dihentikan sampai isolat jernih atau tidak berwarna. Isolat yang positif flavonoid
diuapkan sedemikian rupa hingga diperoleh isolat kering.
Cara identifikasi flavonoid dengan pereaksi geser
Isolat flavonoid dalam metanol dianalisis secara spektrofotometer UV-Visibel
dengan pereaksi-pereaksi geser meliputi larutan NaOH 2N, serbuk Na asetat
anhidrat, serbuk H3BO3 anhidrat, larutan AlCl3 5%, dan larutan HCl pekat.
Pembuatan Larutan Glukosa Anhidrat 50mg/dL
Glukosa ditimbang sebanyak 50,0 mg dilarutkan dengan akuades kemudian di
cukupkan hingga 50,0 mL, sehingga diperoleh larutan induk glukosa 50 mg/dL atau
1000 ppm.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
Panjang gelombang maksimal adalah panjang gelombang yang memberikan
serapan yang maksimal. Penentuan panjang gelombang menggunakan salah satu seri
konsentrasi dari deret baku larutan glukosa. Larutan glukosa diambil sebanyak 1,0
mL kemudian ditambah reagen Nelson sebanyak 1,0 mL, dipanaskan lalu
6
didinginkan, setelah itu ditambah dengan reagen arsenomolybdat sebanyak 1,0 mL.
Larutan didiamkan selama waktu operating time, selanjutnya diukur pada panjang
gelombang 650 nm sampai dengan 800 nm (Ermaiza, 2009).
Cara pengukuran kadar glukosa
Ekstrak metanol dan isolat flavonoid daun sambung nyawa masing-masing
dibuat seri konsentrasi 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, 120 ppm, dan 140 ppm. Diambil
3 mL dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan 3 mL baku
glukosa dengan konsentrasi 50 ppm dalam akuades. Diambil 1 mL dari larutan
tersebut dimasukkan kedalam labu takar 10 mL, ditambah 1 mL reagen Nelson
ditutup dengan kapas kemudian dipanaskan diatas air mendidih selama 10 menit.
Larutan didinginkan selama 5 menit, ditambah 1 mL reagen arsenomolybdat
kemudian ditambah akuades sampai tanda batas, gojog dan didiamkan selama 10
menit. Hasilnya dibaca dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang
gelombang 761,0 nm.
Analisis Data :
Persen penurunan (%) = kontrol iKonsentras
sampel iKonsentras- kontrol iKonsentras x 100%
Keterangan : • Konsentrasi kontrol = kadar baku glukosa (ppm)
• Konsentrasi sampel = kadar setelah penambahan ekstrak maupun
isolat flavonoid (ppm)
PEMBAHASAN
Proses penarikan senyawa dengan menggunakan remaserasi. Cairan penyari
yang digunakan metanol-air dengan dua perbandingan yang berbeda, yaitu 9:1 dan
1:1. Pelarut metanol-air dengan perbandingan 9:1 bertujuan untuk menarik senyawa-
senyawa semipolar, sedangkan perbandingan 1:1 berfungsi untuk menarik senyawa-
senyawa yang bersifat polar. Proses ekstraksi dilakukan selama tiga hari (9:1) dan
satu hari (1:1) dengan penggantian pelarut setiap hari. Hasil ekstraksi disaring,
ditampung dan dipekatkan diatas waterbath dengan suhu 65o C.
Untuk mengambil senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun sambung
nyawa dilakukan dengan cara isolasi flavonoid ekstrak metanol dengan
menggunakan metode kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan silika gel G
7
60 F 254 dan fase gerak yang digunakan BAA (4:1:5). Berdasarkan hal tersebut
dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui jenis dan struktur senyawa
flavonoid dengan dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Visibel.
Data interpretasi spektrum ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Data Interpretasi Spektrum secara Spektrofotometri UV-Visibel
Perlakuan Sampel Isolat
Flavonoid
λ maks (nm) Pergeseran λ (nm) Penafsiran
Pita II Pita I Pita II Pita I
Sampel dalam metanol 258,40 361,00 - - Flavonol (3-OH bebas)
Sampel dalam metanol +
NaOH
274,80 411,40 +16,4 +50,40 4’-OH
Sampel dalam metanol +
NaOH (5menit)
274,80 404,60 +0 -6,8 -
Sampel dalam metanol +
NaOAc
259,40 364,60 +1 +3,6 -
Sampel dalam metanol +
NaOAc + H3BO3
262,20 376,40 +3,8 +15,4 o – diOH pada cincin B
Sampel dalam metanol + AlCl3 265,20 409,80 +7 +45,8 5 –OH
Sampel dalam metanol + AlCl3
+ HCl
258,20 364,00 -0,2 +3 -
Berdasarkan hasil yang didapat, disimpulkan bahwa kandungan flavonoid
pada isolat flavonoid daun sambung nyawa secara spektrofotometri UV-Visibel
mengarah pada turunan flavonol yaitu 5, 3’, 4’ trihidroksi flavonol.
O
O
OH
OH
OH
OH
Gambar 1. Struktur flavonoid 5, 3’, 4’ trihidroksi flavonol
Setelah didapatkan jenis flavonoid yang terdapat pada daun sambung nyawa,
selanjutnya dilakukan pengukuran penurunan kadar gula darah dengan
Spektrofotometer. Untuk memastikan besarnya kemampuan penurunan kadar
glukosa dilakukan uji secara kuantitatif dengan menggunakan metode Nelson-
Somogyi. Metode ini mereduksi jumlah endapan kuprooksida yang bereaksi dengan
arsenomolybdat yang tereduksi menjadi biru kemudian warna yang terbentuk
selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Visibel pada
panjang gelombang maksimal.
8
Pengukuran penurunan kadar glukosa diawali dengan mengukur konsentrasi
awal larutan glukosa. Konsentrasi glukosa yang digunakan pada penelitian ini yaitu
50 ppm, digunakan konsentrasi ini berdasarkan orientasi sebelumnya yang mana
dari 1000 ppm diencerkan 50 ppm. Hal ini dilakukan karena absorbansi 1000 ppm
terlalu besar. Tujuan dari pengukuran konsentrasi awal larutan glukosa adalah untuk
mengetahui konsentrasi larutan glukosa secara kualitatif sebelum ditambahkan
dengan ekstrak metanol dan isolat flavonoid daun sambung nyawa.
Data hasil pengukuran persen penurunan glukosa ditunjukkan pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Hasil pengukuran persen penurunan glukosa setelah penambahan ekstrak metanol
daun sambung nyawa
Konsentrasi
% penurunan glukosa Rata-rata %
penurunan Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
60 ppm 34,84 35,25 35,66 35,25
80 ppm 41,11 41,91 39,47 40,83
100 ppm 50,06 50,77 49,85 50,23
120 ppm 56,90 57,11 57,60 57,20
140 ppm 64,87 64,96 64,77 64,87
Tabel 3. Hasil pengukuran persen penurunan glukosa setelah penambahan isolat flavonoid
sambung nyawa
Konsentrasi
% penurunan glukosa Rata-rata %
penurunan Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
60 ppm 39,29 38,90 39,48 39,22
80 ppm 45,04 44,27 44,65 44,65
100 ppm 54,01 54,39 54,29 54,23
120 ppm 61,02 62,00 61,42 61,48
140 ppm 68,24 67,66 69,31 68,40
Gambar 2. Grafik rata-rata persentase penurunan glukosa ekstrak metanol dan isolat
flavonoid daun sambung nyawa
9
Pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa persentase penurunan glukosa
lebih besar persentase penurunan pada isolat flavonoid dibandingkan dengan ekstrak
metanol. Isolat flavonoid dengan konsentrasi 140 ppm mampu menurunkan glukosa
sebesar 68,40% sedangkan pada ekstrak metanol pada konsentrasi yang sama yaitu
140 ppm hanya mampu menurunkan glukosa sebesar 64,87%. Perbedaan persentase
penurunan kadar glukosa dikarenakan kandungan isolat lebih banyak dibandingkan
ekstrak metanol. Sehingga isolat flavonoid mampu mengikat glukosa lebih banyak
dibandingkan ekstrak metanol. Setelah didapatkan % penurunan kadar glukosa,
selanjutnya dilakukan analisis data dengan statistik SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 16.
Dari hasil statistik didapatkan bahwa sebagian besar ekstrak metanol dan isolat
flavonoid berbeda signifikan maka dapat disimpulkan bahwa antara ekstrak metanol
dan isolat flavonoid daun sambung nyawa memiliki perbedaan dalam menurunkan
kadar glukosa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian konsentrasi maksimal ekstrak metanol yang dapat
menurunkan kadar glukosa adalah 140 ppm sebesar 64,87%, sedangkan konsentrasi
maksimal isolat flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah 140 ppm
sebesar 68,40%, terdapat perbedaan kemampuan penurunan kadar glukosa secara in
vitro antara ekstrak metanol dan isolat flavonoid daun sambung nyawa dan struktur
flavonoid dalam daun sambung nyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah
5, 3’, 4’ trihidroksi flavonol.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang kandungan kimia yang lain dari daun sambung nyawa
yang dapat menurunkan kadar glukosa, perlu dilakukan penelitian dengan
menggunakan pelarut yang berbeda dan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut
secara in vivo untuk mengetahui efek pemberian daun sambung nyawa terhadap
penurunan kadar glukosa.
10
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Drs. Sukirno, Apt., dan Rohmatun
Nafi’ah, S.Pd., M.Sc., yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian
penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Drs. Agus Suprijono,
M.Kes., Apt. dan Bekti Nugraheni, M.Sc., Apt. yang telah memberikan masukan-
masukan kepada penulis
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat
Indonesia. Volume 2. Jakarta: BPOM
Ermaiza. 2009. Pengaruh Dua Jenis Polisakarida Dalam Biji Alpukat (Persea
americana Mill.) Terhadap Kandungan Sirup Glukosa Melalui Proses
Hidrolisis dengan HCl 3%. Skripsi. Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Ganiswarna, S.G. 1999. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
Kusumaningrum, D.A. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol dan Isolat
Flavonoid Teh Oolong (Camelia sinensis (L.) O. K) Terhadap Penurunan
Kadar Glukosa Secara In Vitro. Skripsi. Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi
Razak, A. K., Ni Ketut, S, dan Basuki, R. 2012. Optimasi Hidrolisis Sukrosa
Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural Science. 1.
(1) : 119-131
Rohmah, N.F. Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol dan Isolat Flavonoid Daun
Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Secara In
Vitro. Skripsi. Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Sholikhatun. 2014. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol dan Isolat Flavonoid Daun
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Secara In Vitro. Skripsi. Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, edisi (Eds).
8, EGC, Jakarta
Sugiyanto, Sudarto, B., Meiyanto, E., Nugroho, A.E., dan Jenie, U.A., 2003,
Aktivitas Antikarsinogenik Senyawa yang Berasal dari Tumbuhan, Majalah
Farmasi Indonesia, 14 (4), 216-225
Tjay TH, and Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting, Penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta : Elex Media Komputindo