skripsi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak mempunyai pengaruh besar terhadap individu manusia dan
terhadap suatu bangsa. Dalam suatu syair dikatakan: “Sesungguhnya bangsa itu
tetap hidup selama bangsa itu berakhlak, jika akhlak mereka lenyap maka
hancurlah mereka”1
Nabi Muhammad SAW adalah seorang rasul yang diutus pada saat
terjadi kebobrokan akhlak, Allah SWT sengaja mengutus nabi Muhammad SAW
adalah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana hadits nabi yang
diriwayatkan oleh ahmad, rasulullah bersabda:
األخالق صالح ألتمم بعثت �ما �ن إ
Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. 2
Ajaran-ajaran akhlak rasulullah adalah ajaran akhlak yang terkandung
dalam Al-qur'an, yang didalamnya mengajarkan bagaimana moral individu
manusia terhadap kehidupan sosial dan kehidupan agamanya.3
1 Umar baradza, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-putri Anda-2, (Surabaya: Pustaka Progressip, 1992)., hal. 1
2 Jalaludin Al-Syuyuti, Al-Shaghir, ( Beirut, Dar Al-Fikri, tanpa tahun), jilid 1, h. 103
3 A.Qodri A.Azizy MA, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hal. 81
1
1
Di dalam Al-Quran Allah SWT. menganjurkan kepada manusia untuk
mendidik dengan hikmah dan pelajaran yang baik
�ه�م� اد�ل و�ج� �ة� ن �ح�س� ال �م�و�ع�ظ�ة� و�ال �م�ة� �ح�ك �ال ب $ك� ب ر� �يل� ب س� �ل�ى إ اد�ع�
ن� �ح�س� أ ه�ي� �ي 2ت �ال ب
�د�ين� �م�ه�ت �ال ب �م� ع�ل� أ و�ه�و� �ه� �يل ب س� ع�ن� ض�ل2 �م�ن� ب �م� ع�ل
� أ ه�و� 2ك� ب ر� �ن2 إ“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”4
Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan
seperti ini manusia akan mudah menerima kebaikan atau keburukan. Karena
pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk menerima kebaikan atau
keburukan hal ini dijelaskan Allah, sebagai berikut:
ق�د� �ق�و�اه�ا و�ت ه�ا ف�ج�ور� �ه�م�ه�ا ل� ف�أ و2اه�ا س� و�م�ا �ف�س? و�ن
اه�ا د�س2 م�ن� خ�اب� و�ق�د� 2اه�ا ك ز� م�ن� �ح� ف�ل� أ
”Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwaitu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sungguh merugilah orang
4 H.A Hafidz Dasuki MA dkk, Al-Quran dan terjemahnya Departemen Agama RI, (Demak: PT. Tanjung Mas Inti Semarang, 1992), hal. 421
2
yang mengotorinya.5
Ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia mempunyai kesempatan
sama untuk membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan yang baik atau
dengan pembiasaan yang buruk. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini/sejak
kecil akan membawa kegemaran dan kebiasaan tersebut menjadi semacam
kebiasaan sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepribadiannya. Al-
Ghazali mengatakan:
” Anak adalah amanah orang tuanya, hatinya yang bersih adalah permata berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas kebaikan itu maka bahagialah ia didunia dan akhirat, orang tuanya pun mendapat pahala bersama.”6
Akan tetapi dalam perjalanannya, akhlak menjadi hanya sekedar adab
atau tatakrama saja. Akhlak kehilangan substansi filosofisnya. Tidak heran jika
saat ini, moralitas umat Islam Indonesia mengalami krisis akut. Akibatnya,
keshalihan ritual seringkali tidak berkorelasi positif dengan keshalihan sosial.
Padahal, akhlak merupakan ujung tombak agama. Inilah saatnya untuk
menghidupkan akhlak kembali.
Berdasarkan penelitian pendahuluan masih dijumpai santri yang tidak
menghormati orang tuanya, masih dijumpai santri yang yang suka membolos,
masih ada santri yang tidak mengormati guru-gurunya, masih ada santri yang
5 Idem, hal. 10646 Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Akhlaquna, terjemahan. Dadang Sobar
Ali, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), hal. 109
3
suka berkata-kata kotor dan masih dijumpai santri yang suka meninggalkan
shalat lima waktu, padahal itu semua adalah merupakan bagian dari akhlak yang
tidak lain merupakan bagian dari ibadah. Maka kami para guru di TPA Al-
Hikmah berupaya meningkatkan kualitas akhlak para santri, terutama di
masyarakat Rawa Bacang Rt.06/12 Jatirahayu dan sekitarnya. Akan tetapi kami
para guru mengalami beberapa kendala, diantaranya adalah tidak semua santri
menyadari betapa pentingnya mengamalkan akhlak ditambah dengan kurangnya
dorongan dari orang tua santri untuk tetap belajar. Selain dari dua kendala di
atas, masih ada lagi faktor yang menghambat proses pembelajaran akhlak bagi
para santri di TPA Al-Hikmah unit: 783 diantaranya adalah:
1) Faktor minat santri.
2) Faktor Lingkungan Masyarakat.
3) Faktor menjamurnya sarana-sarana permainan anak-anak.
4) Faktor Media Televisi dan lain sebagainya.
Berdasarkan masalah tersebut diatas maka penulis akan mengadakan
penelitian dan membahas skripsi yang berjudul Upaya-upaya Guru Dalam
Meningkatkan Akhlak Para Santri di TPA Al-Hikmah Unit: 783 Pondok Melati
Bekasi dengan alasan sebagai berikut:
a) Karena akhlak merupakan cermin kepribadian muslim yang mesti dipelajari
semenjak usia dini.
4
b) Karena akhlak adalah merupakan bagian dari ibadah.
c) Karena akhlak merupakan pengamalan dari Al-Qur'an.
d) Penulis mempunyai perhatian besar kepada masalah tersebut karena penulis
adalah termasuk salah satu tenaga pengajar di TPA tersebut.
B. Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui upaya TPA Al-Hikmah Unit: 783 Jatirahayu dalam
meningkatkan akhlak para santri.
2. Ingin mengetahui hasil dari upaya TPA Al-Hikmah Unit: 783 Jatirahayu
dalam meningkatkan akhlak para santri.
3. Ingin mencari dan menemukan problem-problem baru yang menghambat
proses pembelajaran akhlak para santri di TPA AL-Hikmah Unit: 783
Jatirahayu Pondok melati Bekasi.
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Sebagaimana yang penulis singgung dalam pendahuluan agar penelitian
lebih fokus dan tidak terjadi kesalahan interprentasi pada judul skripsi ini,
penulis mencoba membatasi permasalahannya dan merumuskannya pada:
5
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis perlu memberikan pembatsan masalah dengan
penegasan variable sebagai berikut :
a. Upaya-upaya adalah “usaha, syarat untuk menyampaikan suatu maksud”.7
b. Guru adalah “orang yang pekerjaannya mengajar”.8
c. Ahlak adalah “ sifat yang terkandung di dalam jiwa manusia, yang dari sifat
tersebut timbul perubahan dan gerak-gerik lahiriah dengan mudah, tanpa
memerlukan pertimbangan fikiran lebih dahulu”.9
1. Perumusan Masalah
Masalah ini penulis rumuskan dalam pertanyaan:
a) Upaya-upaya apa saja yang dilakukan TPA Al-Hikmah Unit: 783
dalam meningkatkan akhlak para santri?
b) Bagaimana hasil yang di capai dari upaya tersebut?
D. Metode Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Pupulasi adalah sekumpulan unsur atas elemen yang menjadi objek
7 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. (Jakarta : Pustaka Amani). hal. 605.
8 Trison Yuwono, et.al, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Surabaya : Arkola, tanpa tahun), hal. 173.
9 KH. Moh, Idris Jauharl, Adab Sopan Santun, (Madura : Penerbit Mutara, 1999). Cet. 3 hal. 1.
6
penelitian.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri TPA
yang berjumlah 42 santri. Karena populasi kurang dari 100 santri maka tidak
menggunakan sampel.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Penulis mengadakan observasi terhadap proses kegiatan belajar mengajar
di TPA Al-Hikmah Unit : 783, untuk mendapatkan data yang akurat.
b. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan para guru untuk mendapatkan
data tentang penyelenggaraan pendidikan dan segala upaya. Sejarah
berdirinya, serta perkembangan Taman Pendidikan Al-Qur'an Al-Hikmah
Unit : 783.
c. Angket
Penulis membuat angket yang di dalamnya memuat 20 pertanyaan sesuai
dengan pokok bahasan atau materi yang telah diajarkan untuk disebarkan
kepada para santri pada awal penelitian dan pada saat sesudah
diadakannya upaya pembinaan akhlak.
d. Dokumentasi
7
Penulis memerlukan dokumentasi sebagai berikut: Absen Santri, Data
Prestasi Iqro dan Tadarus.
3. Analisis Data
Setelah data-data terkumpul maka penulis analisa dengan menggunakan
analisis deskriftif kulaitatif artinya : kemakmuran, kepandaian,
keberagamaan, ketenangan dan lain-lain.
E. Sistematika Penyusunan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi menjadi Lima Bab dan tiap-tiap
Bab terdiri dari Sub-sub Bab yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
BAB I Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Metode penelitian dan Sistematika penyusunan.
BAB II Tinjauan Pustaka tentang Taman pendidikan Al-Qur'an yang mencakup
Guru, Pengertian Guru, Fungsi dan Peranan Guru, Ahlak, Pengertian
Ahlak, Macam-macam Ahlak, Faktor-faktor yang mempengaruhi Ahlak
dan cara Peningkatannya.
BAB III Gambaran umum tentang Taman pendidikan Al-Qur'an Al-Hikmah
Unit: 783 Rt. 06/12 Jatirahayu Pondok Melati Bekasi, yang terdiri dari
Sejarah Singkat TPA Al-Hikmah, Struktur Organisasi, Sarana dan
Prasarana dan Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
8
BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Upaya Guru dalam
Meningkatkan akhlak para santri di TPA Al-Hikmah Unit :783 Pondok
Melati Bekasi. Berisi: Penyajian Data Analisa Data Interprentasi Hasil
Analisa.
BAB V Berisikan Kesimpulan dan Saran-saran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Guru
1. Pengertian Guru
Guru “adalah tokoh yang paling utama dalam membimbing anak di
sekolah dan memperkembangkan anak didik agar mencapai kedewasaan”.10
Oleh sebab itu, hal yang pertama diperhatikan guru agar dapat menarik minat
anak didik penampilan guru harus mampu menjadi seseorang yang berkesan dan
berwibawa.
Sehubungan dengan itu, guru sebagai tenaga professional memerlukan
pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan.
Kode etik menjadi guru yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik
akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebab kode etik ini sebagai salah
satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri.11
Penampilan seorang guru sangat mempengaruhi sikap mental pribadi
anak didik, karena guru merupakan teladan bagi anak didik, sehingga semua
gerakan dan tindakannya akan diamati bahkan ditiru oleh siswa.
10 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1984). hal. 72
11 Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grapindo Persada. 2000), hal. 149.
10
Menurut W.J.S. Poerwadarminata penampilan mempunyai “arti proses,
cara atau perbuatan untuk menampilkan sesuatu”.12 Jadi yang dimaksud dengan
penampilan guru “adalah suatu cara atau perbuatan yang dilakukan oleh guru
pada saat mengajar”.
Dan penampilan seorang guru bukan hanya dari segi pakaiannya saja
akan tetapi meliputi prilakunya. Tetapi dari cara ia mengajar, yaitu:
“menggunakan keterampilan mengajar seperti: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, dan mengunakan metode yang bervarisi. Keterampilan menjelaskan dan lain-lain, karena dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan sebagai besar faktor keberhasilan proses belajar mengajar. Untuk ituguru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan proses belajar mengajar”.13
2. Fungsi dan Peranan Guru
Guru adalah “orang yang bertanggung jawab memberikan bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaan”.14
Seseorang yang dikatakan dewasa harus memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat dicontoh oleh orang lain yaitu kepemimpinan dan dapat dicontoh oleh orang lain yaitu siswa. Bersifat sabar, disiplin, sopan dan ramah, hal yang penting adalah dapat mengendalikan gejolak emosionalnya, Orang dewasa akan senantiasa tidak emosional, tetapi lebih rasional, bijak dan realistis dalam berbagai tindakan dan perbuatannya.15
12 W.J.S. Poerwadarminta, Op.Cit, hal. 9213 Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru dalam PBM. (Bandung: Remaja
Rosda Karya. 1992) hal. 32. 14 Nur Uhbiyati, IPI, (Jakarta: Pustaka Setia. 1997), hal.71.15 Sardiman Am, op.cit., hal. 128.
11
Salah satu syarat yang harus dimiliki guru ialah harus berkelakuan baik,
berkelakuan baik itu meliputi sikap, wakat dan sipat-sipat yang baik. Adapun
sikap yang baik yang harus dimiliki seorang guru yaitu adil, percaya dan suka
kepada muridnya, sabar dan rela berkorban, berwibawa, penggembira, bersipat
manusiawi, menguasai mata pelajaran dan suka kepada mata pelajaran.
Seorang guru harus adil misalnya “dalam memperlakukan anak-anak
didiknya harus dengan cara yang sama. Tidak membedakan anak yang cantik,
anak saudaranya sendiri, anak orang pangkat atau anak yang menjadi
kesayangannya. Perlakukan yang adil itu perlu bagi seorang guru misalnya,
dalam hal memberi nilai dan menghukum anak didik “.16
Sikap percaya dan suka kepada muridnya itu berarti bahwa guru harus
mengakui bahwa anak didiknya adalah makhluk yang mempunyai kemauan,
mempunyai kata hati sebagai: daya jiwa untuk menyesali perbuatan yang buruk
dan menimbulkan kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk
menyesali perbuatanya yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk mencegah
perbuatan yang buruk.
Demikian juga, guru harus mencintai anak didiknya. “Anak adalah
mahluk yang tidak mempunyai cacat-cacat kecuali cacat-cacat yang mereka
harapkan dari guru untuk menghilangkannya, yaitu kebodohan kedangkalan dan
16 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), hal. 131.
12
kurang pengalaman”.17
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan, apalagi seorang guru sebagai pendidik sifat sabar perlu dimiliki oleh guru baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil dari jerih payahnya, karena hasil pengajaran tidak selalu segera tampak, anak-anak tidak selalu segera mengerti maksud guru, sering kali guru kecewa, yang tidak sabar tidak akan memperbaikan keadaan itu bahkan memburukkan guru yang tidak sabar akan mengejek atau mencela.18
Kewibawaan merupakan sifat yang harus dimiliki oleh guru untuk memberi pengaruh, sehingga mendorong anak didik untuk mematuhinya. Namun kepatuhan tersebut diterima secara sukarela dan bukan atas dasar tekanan atau ancaman. Dengan demikian kewibawaan merupakan potensi rohaniah yang dimiliki oleh seorang pendidik sehingga anak didik menerima kekuasaan dan perintahnya atas dasar sikap patuh karena kesadaran. Jadi, tanpa adanya kewibawaan pada guru, anak didik hanya akan menuruti kehendak pada guru, anak didik hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau kesadaran dalam dirinya.19
Sifat penggembira juga merupakan sikap yang harus dimiliki oleh guru,
sikap ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara lain “ia akan tetap memikat
perhatian anak-anak pada waktumengajar dan anak-anak tidak lekas bosan atau
merasa lelah”.20
Bersifat manusiawi juga merupakan salah satu sikap seorang guru, karena guru “adalah manusia yang tak lepas dari kekurangan, ia juga bukan manusia yang sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat kekurangannya sendiri dan segera memperbaikinya. Dengan demikian pandangannya tidak picik terhadap kelakuan manusia umumnya dan anak-anak khususnya, ia dapat melihat perbuatan yang salah menurut ukuran yang sebenarnya, memberi hukuman yang adil
17 Ibid, hal. 13218 Ibid19 Jalaludin & Ali, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya: Putra Al-
Ma’arif.1995), hal 100. 20 M. Ngalim Purwanto, op.cit., hal 133.
13
dan suka memaafkan apabila anak itu insyaf akan kesalahannya”.21
“Tiap-tiap guru hendaknya berusaha menyukai pelajaran-pelajaran yang
diberikan kepada muridnya. Mengajarkan mata pelajaran yang disukai hasilnya
lebih baik dan mendatangkan kegembiraan baginya daripada sebaliknya hal itu
penting, khususnya di sekolah menengah, guru harus memilih mata pelajaran
yang disukai untuk diajarkan”.22
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak “berasal dari bahasa arab (akhlaqun), jama dari (kholaqa,
yakhluqu, kholaqun).23 Yang secara etimologi berasal dari “budi pekerti, tabiat,
perangai, adat kebiasaan, prilaku dan sopan santun”.24
Ishak sholih dalam bukunya berjudul Akhak dan Tasawuf menyatakan
bahwa: “kata akhlak yang berasal dari bahasa arab itu mengandung segi-segi
persamaan dengan kata-kata khalik dan kata makhluk”.25Ini berarti bahwa
manusia diharapkan dapat melakukan hubungan yang selaras dengan
penciptanya dan selaras dalam hubungan dengan sesamanya.
21 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 43
22 M. Ngalim Purwanto, op.cit., hal 135.23 Idris Muhammad Abdul Rojak Marbawi, Kamus Idris Marbawie Arab
Melayu, (Indonesia, tth), hal 186.24 Mohammad Rifa’I Jamhari, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta: CV.
Indrajaya, 1969)., hal 59.25 Ishaq Sholih, Ahlak dan Tasawuf, (Bandung: IAIN. 1998), hal 1.
14
Kata akhlak banyak ditemukan dalam hadits-hadits nabi, diantaranya
yang paling terkenal adalah :
رسول أن عنه تعالى الله رضى هريرة أبي عن
صالح ألتمم بعثت �ما �ن إ قال وسلم عليه الله صلى الله
األخالق
“Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya rasulullah SAW. Telah bersabda “Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.26
Ibnu Maskawaih memberikan memberikan pengertian yang lebih
simpel namun jelas yaitu : “Akhlak sebagai keadaan jiwa yang mendorong
untuk melakukan sesuattu perbuatan tanpa hajat pemikiran dan tanpa diteliti”27
Kalau Islam ibarat sebuah bangunan, maka syahadat adalah
pondasinya. Shalat adalah tiangnya, dan akhlak merupakan dindingnya. Indah
dan buruknya Ke-Islaman seseorang tergantung akhlaknya. Persis seperti
bangunan. Untuk menghancurkan kaum muslim, musuh-musuh Islam tak perlu
membongkar pondasinya atau merubah tiangnya. Tapi cukup melepaskan
dinding, jendela atau daun pintunya. Selanjutnya, mereka tinggal menunggu
ambruknya bangunan itu. Begitulah Islam. Untuk menghancurkankaum
26 Jalaludin Al-Syuyuti, Al-Shaghir, ( Beirut, Dar Al-Fikri, tanpa tahun), jilid 1, hal. 103
27 Ishak Sholih, Akhlak dan Tasawuf, (Bandung: IAIN, 1989), hal 2
15
muslim, musuh Islam tak harus memurtadkan mereka atau melarang sholat.
Mereka cukup dengan merusak akhlak generasi kaum muslim. Selanjutnya
mereka tinggal menunggu kehancuran umat Islam.
Karenanya tak heran kalo Ahmad Syauqi, dalam sebuah syairnya
menyebutkan: “Sesungguhnya bangsa itu tetap hidup selama bangsa itu
berakhlak, jika akhlak mereka lenyap maka hancurlah mereka”28
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menghiasi diri
dengan akhlak yang baik. Bukan menganjurkan kepada perbuatan yang nista
dan berakhlak bejat.
Batasan dalam mengerjakan baik dan buruk, tertera dalam nash-nash
(al- Quran dan hadits) Berbeda dengan etika diluar Islam. Mereka meletakkan
sistem penilaian baik dan buruk berdasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan di
sekeliling mereka yang mungkin bisa salah atau benar. Dalam buku Min
Akhlak an-Nabi (sebagian akhlak Nabi),
2. Macam-macam Akhlak
Adapun akhlak yang dilihat dari segi macamnya terbagi menjadi dua,
yaitu :
a.. Al-Akhlakul Mahmudah (ahlak baik atau terpuji): yaitu perbuatan baik
terhadap Tuhan, sesama manusia dan mahluk-mahluk lainnya.
Al-Ghazali dalam bukunya berjudul “ajaran-ajaran akhlak” membagi akhlakul mahmudah menjadi empat macam:
28 Umar baradza, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-putri Anda-2, (Surabaya: Pustaka Progressip, 1992)., hal. 1
16
1) Berkata benar kecuali berbohong yang dibenarkan karena ada kebijakannya yaitu untuk mendamaikan dua orang yang berselisih, untuk orang yang mempunyai dua istri dan untuk kepentingan dalam peperangan.
2) Perlunya kesabaran baik ukepentingan duniawi maupun akhirat.
3) Perlunya tawakal, menyerahkan diri kepada Allah disini setelah berusaha.
4) Ikhlas yang ditunjukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan yang berkenaan dengan kemasyarakatan.29
Syech Mustafa Al-Ghalayani menyebutkan dalam bukunya berjudul
“Bimbingan Menuju Akhlak yang Luhur” menyebutkan bahwa Akhlakul
Mahmudah terdiri dari 16 macam :
Berani maju ke depan, sabar dan tabah, ikhlas, harapan, berani membela dan mempertahankan kebenaran, berjuang demi keselamatan umum, berbuat kemuliaan (hati sanubarinya penuh dengan keperwiraan, mengjak lawan dan kawan untuk berlaku jujur dan lurus), waspada, kebangsaan (mempertahankan dan membangun keluhuran tanah airnya), kemauan yang keras (tidak mudah putus asa), benar dalam perbuatan, berlaku sedang (i’tidal), dermawan, melaksanakan kewajiban, dapat dipercaya, tolong-menolong, memperbagus pekerjaan, berusaha kemudian tawakal, percaya pada diri sendiri dan fanatic (berpegang teguh pada ajaran agama Allah).30
Dari pendapat mengenai macam-macam akhlak mahmudah tersebut
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya akhlakul mahmudah “adalah segala
perbuatan rohani dan jasmani yang dapat membawa ketenangan,
ketentraman dan kebahagiaan serta kejayaan dalam kesastraan lahiriyah dan
batiniyah di dunia dan akhirat yang dapat memberikan dampak positif bagi
29 Imam Ghazali, Ajaran-ajaran Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1980), hal. 30-47.
30 Syech Mustafa Al-Ghalayani, Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur, (Semarang : Toha Putra, 1976) hal 44-58
17
dirinya, keluarganya serta lingkungannya.
2. Al-Akhlakul Madzmumah (ahlak buruk atau tercela): yaitu perbuatan
buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan mahluk-mahluk lainnya.
Adapun menurut Al-Glazali bahwa akhlakum madzmuumah ada lima macam, diantaranya adalah: 1) Sifat pemurah yang menggunakan kekuatan untuk menolak yang tidak
disukai dengan melampaui batas. Adapun marah yang tidak melampaui batas (marah pertengahan) adalah kemarahan yang terpuji karena marahnya dikendalikan oleh akal dan agama.
2) Sifat dengki (hasut) yaitu usaha untuk menghilangkan bentuk kenikmatan dari pihak musuhnya dan juga merasa senang terhadap penderitaan orang lain.
3) Sombong, Ghozali membagi sombong dalam tiga macam, sombong kepada Allah, sombong terhadap para rosul dan sombong kepada sesame sesama manusia.
4) Penyakit lidah (lisan) yang meliputi kesalahan, pembicaraan, bohong (dusta), ghibah (menjelek-jelekkan orang lain), memfitnah, munafik, lancang pembicaraan, menambah dan mengurangi serta menceritakan cacat orang lain.
5) Ria, perbuatan berpura-pura agar dihormati dan disegani.31
Syech Mustafa Al-Ghalayani dalam bukunya berjudul “Bimbingan
menuju akhlak yang luhur” menyebutkan bahwa akhlakul madzmumah terdiri
dari sepuluh macam, yaitu:
“Sifat Nifaq (plin-plan), berputus asa, sifat licik (penakut), bekerja
tanpa perhitungan, lengah, tertipu oleh perasaannya sendiri, keroyalan,
pemborosan, rindu kepemimpinan dan dengki atau iri hati”.32
Dari beberapa pendapat mengenai akhlakul madzmumah dapat
31 Imam Ghazali, op.cit., hal 48-6932 Syech Mustafa Al-Ghalayani, op.cit., hal 59-69
18
disimpulkan pada dasarnya akhlakul madzmumah “adalah segala perbuatan
rohani dan jasmani yang membawa kehinaan di dunia dan di akhirat”.
Setelah mengetahui bahwa yang menjadi obyek dalam pendidikan
akhlak adalah perbuatan manusia yang disengaja, kemudian perbuatan tersebut
ditentukan apakah perbuatan tersebut baik atau buruk, sedangkan yang
menentukan perbuatan tersebut baik atau buruk harus para ahlinya yang
mengerti tentang ajaran agama dan ketentuan itu berdasarkan kepada ajaran Al-
Qur’an dan Al-Hadist.
Sehubungan dengan hal tadi Ahmad Amin mengemukakan dalam
bukunya kitab Al-Akhlak. Bahwa obyek ilmu akhlak “adalah seluruh perbuatan
manusia yang disengaja atau (al-af’al, al-insaniyah, al iradiyah)”.33
Dari pendapat di atas tadi menunjukan dengan jelas bahwa obyek pembahasan
ilmu akhlak adalah tentang perbuatan semua manusia untuk selanjutnya
diberikan penilaian apakah perbuatan itu baik atau buruk.
Diantara perbuatan-perbuatan manusia yang mengacu kapada kebaikan
diantaranya :
1) Al-Khoir, ini digunakan untuk menunjukan sesuatu yang baik oleh
seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala
sesuatu yang bermanfaat. Hal ini terdapat pada ayat yang berbunyi :
Hيم� ع�ل Hر� اك ش� 2ه� الل �ن2 ف�إ ا Kر� ي خ� �ط�و2ع� ت و�م�ن�33 Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Mesir: Dar Al-Kutub Al-Mishriyah),
cet.III, hal. 2
19
“Barang siapa yang melakukan sesuatu kebaikan dengan kerelaan hati,
maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui” 34
2) Al-Mahmudah, perbuatan ini dikerjakan untuk menunjukan sesuatu
yang utama sebagai sebab akibat dari melakukan sesuatu yang disukai
oleh Allah SWT.
3) Adapun perbuatan ini lebih menuju kepada perbuatan batin seperti yang
dinyatakan pada ayat yang berbunyi:
�ك� �ع�ث �ب ي �ن� أ ع�س�ى ل�ك� Kة� �اف�ل ن �ه� ب د� �ه�ج2 ف�ت �ل� 2ي الل و�م�ن�
م�ح�م�ودKا م�ق�امKا Mك� ب ر�“Dan dari sebagian malam hendaknya engkau bertahajud mudah-
mudahan Allah akan mengangkat derajatmu pada tempat yang
terpuji’.35
4) Al-Karimah, suatu perbuatan yang terpuji yang ditampakan dalam
kenyataan hidup sehari-hari, seperti menafkahkan harta di jalan Allah,
berbuat baik kepada kedua orang tua, dan lain sebagainya.
5) Al-Birr, ini juga termasuk salah satu akhlak yang mulia karena
perbuatan yang dilakukan berhubungan dengan ketenangan jiwa dan
akhlak yang baik dalam hal ini termasuk perbuatan yang baik yaitu
34 H. A Hafidz Dasuki MA dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an Departemen Agama RI, Op.Cit, hal. 39.
35 Idem, hal. 436.
20
yang digunakan sebagai sifat Allah dan sifat manusia.
Adapun sifat Allah maksudnya bahwa Allah akan memberikan
balasan pahala yang besar pada manusia yang taat kepadanya sedangkan
sifat manusia itu adalah ketaatannya kepada Allah dalam menjalankan segala
perintahnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa segala perbuatan yang
mengacu kepada kebaikan menunjukan bahwa kebaikan dalam pandangan
islam itu meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi fisik, akal, rohani, jiwa,
kesejahteraan di dunia dan diakhirat serta akhlak yang mulia.
Untuk menghasilkan kebaikan yang demikian itu maka kita harus
melakukan perbuatan tersebut dengan tulus dan ikhlas semata-mata hanya
untuk mendapatkan kridhaan dari Allah SWT dan perbutan akhlak bisa
dikatakan baik apabila perbuatan yang dilakukan itu dengan sebenarnya dan
dengan kehendak sendiri bukan karena ingin mendapat pujian dari orang
lain.
Setiap perbuatan bisa dikatakan baik dan buruk ditentukan oleh
perbuatan orang tersebut, terutama niatnya dan penilaian tersebut harus
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan sesuai dengan nilai budaya yang
berkembang dalam masyarakat.
Sebagaimana Ahmad Amin menyatakan bahwa hubungan akhlak
“adalah memberi nilai suatu perbuatan bahwa ia baik atau buruk menurut
21
niatnya”..36
Dengan demikian bahwa segala perbuatan harus didahului dengan
niat, bila niatnya itu jelek maka perbuatannya itupun dikatakan jelek,
sedangkan bila perbuatannya baik maka penilaiannya akan baik pula.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak dan cara peningkatannya
Akhlak memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan
mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya
merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan. Di antara sebab-sebab yang
menjadikan merosotnya akhlak adalah sebagai berikut:
a. Lemah Iman.
Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan
rusaknya moral, ini disebabkan kerana iman merupakan kekuatan (untuk
membina akhlak) dalam kehidupan seseorang.
b. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku
seseorang. Kalau dia hidup dan terdidik dalam lingkungan yang tidak
mengenal makna adab dan akhlak serta tidak tahu tujuan hidup yang
mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil didikan
lingkungannya.
c. Kondisi tak Terduga.
Terkadang seseorang secara tak terduga mendapati kondisi yang
36 Ahmad Amin, Op.Cit, hal 3
22
menjadi sebab bagi berubahnya perilaku dan kehidupannya. Yang tadinya
baik tiba-tiba berubah menjadi buruk, jahat, tak bermoral dan sebagainya.
Di antara kondisi tak terduga tesebut adalah:
a) Terkucil
Keterkucilan terkadang menyebabkan seseorang berperilaku buruk,
dadanya menjadi sempit dikeranakan rasa kecewa yang mendalam
atau kurangnya kesabaran.KayaSeseorang yang baik dapat berubah
akhlaknya menjadi buruk dengan sebab kekayaan, iaitu menjadi
sombong dan buruk perilakunya.
b) Fakir
Kefakiran, sebagaimana juga kekayaan dapat menjadi pemicu bagi
perubahan perilaku seseorang dari baik menjadi buruk. Mungkin
kerana merasa kedudukannya menjadi rendah, atau kerana kecewa
atas hilangnya kekayaan yang selama ini dimilikinya.
c) Kesedihan
Kesedihan yang dibiarkan berlarut-larut dalam hati akan
menyebabkan hati terobsesi dengannya sehingga menyebabkan
seseorang tidak tahan dan tidak sabar menanggungnya. Akibatnya dia
lari kepada hal-hal yang buruk sebagai pelampiasan, sehingga
dikatakan bahawa kesedihan itu seperti racun.
23
d) Sakit
Yaitu sakit yang menyebabkan perubahan tabi'at, sebagaimana juga
perubahan pada anggota badannya. Maka akhirnya tidak lagi mampu
untuk bersikap lurus dan tidak kuasa menahan berbagai penderitaan.
e) Usia Lanjut
Usia lanjut sangat berpengaruh terhadap berubahnya kondisi fisik
atau anggota badan. Demikian juga terkadang berpengaruh terhadap
akhlak seseorang, kerana menurunnya kemampuan, kecantikan dan
kondisi diri sehingga dia merasa lemah untuk bersikap sabar dalam
menerima kenyataan.
d. Ujub
Dari sikap ujub ini muncul berbagai akhlak tercela seperti
sombong/ merendahkan orang/takabbur/besar kepala dan semisalnya. Dari
kesombongan muncul sikap bangga, syok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras
kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji.
e. Tidak Mengingkari Orang yang Berakhlak Buruk
Membiarkan orang lain berbuat keburukan, memberikan toleransi
dan tidak peduli terhadap mereka adalah bukan sebuah sikap yang baik.
Bahkan itu merupakan kelemahan serta memberikan peluang kepada
mereka untuk terus melakukan perbuatan buruk, bahkan merupakan sebuah
andil dalam perbuatan buruk mereka.
24
f. Rumah Tangga
Jika sebuah rumah tangga penghuninya membiasakan akhlak yang
baik, maka seorang anak akan ikut terbiasa juga dengan akhlak tersebut.
Sebaliknya jika sebuah rumah tangga tidak pernah mengenalkan dan
membiasakan akhlak yang baik, maka seorang anak juga akan tidak tahu
adab dan ketinggian moral.
g. Lupa Aib Diri Sendiri
Tatkala seseorang melupakan aib diri sendiri, maka dia tidak akan
mengoreksi dan introspeksi diri. Dan hal ini merupakan salah satu sebab
merosotnya ketinggian akhlak seseorang. Kerana lupa akan kekurangan diri
sendiri adalah sebuah kekurangan.
h. Kekerdilan Jiwa (Rendah Diri)
Ketika jiwa seseorang kerdil maka dia tidak mampu untuk
memenuhi berbagai macam hak dan kewajiban yang dibebankan
kepadanya kerana merasa berat dengan itu semua. Oleh kerana itu dia
mencari-cari alasan yang tidak benar atas kesalahannya dengan berbagai
cara seperti berdusta, berkhianat atau bersikap munafik. Tak jarang juga
melemparkan kesalahan kepada pihak lain yang sebenarnya tidak bersalah.
i. Teman yang Buruk
Ketika seseorang berteman dengan orang yang buruk perangai
maka dia biasanya akan terpengaruh dengan temannya tersebut, dan ini
25
merupakan sebab akhlak seseorang menjadi rendah. Berteman dengan
orang buruk juga terkadang menjadikan tumbuhnya su'u dzan (buruk
sangka) terhadap orang baik-baik.
j. Peristiwa Kehidupan.
Salah satu sebab yang menjadikan akhlak seseorang rendah adalah
terjadinya suatu peristiwa yang menyenangkan atau menyedihkan dalam
kehidupan seseorang. Jika seseorang memiliki iman yang kuat, maka dia
akan menyikapi setiap peristiwa dengan benar. Dia akan bersyukur ketika
mendapatkan kebaikan dan akan bersabar ketika ditimpa sesuatu yang
menyedihkan. Sedangkan jika imannya lemah, maka dia akan sombong dan
takabbur ketika meraih kenikmatan atau akan putus asa ketika tertimpa
bencana.
k. Maksiat
Di antara akhlak rendah yang diakibatkan oleh kemaksiatan
adalah berupa hilangnya cemburu dan rasa malu, lalu disusul dengan
berbagai perbuatan keji dan buruk lainnya. Di dalam kitab Ad-Daa' wad-
Dawaa' hal 71-72 disebutkan, "Seseorang apabila semakin asyik dengan
dosa, maka akan berkurang dari qalbunya rasa cemburu terhadap diri,
keluarganya dan orang lain pada umumnya. Dan terkadang jika qalbu
benar-benar lemah, maka keburukan tidak lagi dianggap sebagai
26
keburukan. Jika telah sampai pada tingkat ini, maka bererti dia telah masuk
pada pintu kebinasaan, bahkan amat banyak yang bukan hanya sekadar
tidak menganggap buruk perbuatan buruk, namun lebih dari itu iaitu
menganggap keburukan sebagai kebaikan.
l. Tabi'at (Watak Asli)
Ada sebahagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli
yang buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Dan tabi'at ini
lebih mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang pendidikan
yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.
m. Media Massa.
Salah satu masalah yang sangat mengkhawatirkan adalah
munculnya berbagai media massa dan stesyen-stesyen television yang
beraneka macam dengan menyiarkan acara yang merosak dan cenderung
mengajak kepada kerendahan moral. Tidak sedikit masyarakat yang
gandrung dan kecanduan dengan seorang artis atau acara tertentu,
sehingga dengan tanpa ilmu ikut-ikutan terhadap perilaku mereka yang
rendah.
Adapun cara peningkatannya adalah dengan melakukan penataan
individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang untuk dan taat pada
islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan
masyarakat.
27
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG TAMAN PENDIDIKAN
AL-QUR’AN AL-HIKMAH UNIT 783 PONDOK MELATI – BEKASI
A. Sejarah Singkat Berdirinya.
Sejak berdirinya Musholla Al-Hikmah tahun 1983 di Rt. 06/12
Jatirahayu. Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Hikmah Unit 783 adalah merupakan
Pengajian Tradisional biasa yang rutin dilaksanakan setiap setelah sholat magrib
oleh anak-anak Rt. 06/12 Jatirahayu Pondok Melati dan sekitarnya. Pengajian
tersebut adalah salah satu kegiatan yang dilakukan disetiap Musholla dan Masjid.
Mengingat Musholla yang baru selesai dibangun pada waktu itu. Dengan sarana
dan prasarana yang ada kegiatan belajar membaca Al-Qur’an tersebut terus
berjalan dan menunjukan peningkatan jumlah santri/murid yang kian bertambah
banyak. Setelah 10 tahun berjalan tepat pada tahun 1994 atas inisiatif H.
Sarmada selaku tenaga pengajar sekaligus Imam Rawatib dan didukung oleh
pengurus DKM Al-Hikmah mendirikan TPA Al-Hikmah. Mengingat pendidikan
ini harus bertata rapi baik manajemennya maupun administrasinya, maka perlu
28
adanya induk yang menaungi berkaitan dengan TPA. Lembaga yang tepat adalah
LPPTKA BKPRMI Bekasi.
Berdirinya TPA ini disambut gembira oleh masyarakat Rt. 06/12
Jatirahayu dan sekitarnya, melihat fakta yang ada. Tradisi mengaji yang
dilakukan setiap habis magrib sudah mulai berkurang dan kurang berkualitas
dalam pemahaman kaidah ilmu Tajwidnya. Serta banyak faktor yang
menghambat semangat para santri untuk belajar Al-Qur’an diantaranya, makin
banyaknya usaha hiburan seperti : Play Station, tayangan TV pada waktu-waktu
untuk anak belajar serta tempat permainan anak-anak lainnya. Sehingga kondisi
demikian memicu kegusaran masyarakat terhadap perilaku anak-anak mereka
yang hari-harinya diisi dengan bermain siang dan malam.
Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Hikmah Unit 783 sesuai dengan
visinya, menyiapkan generasi Qur’ani yang berakhlak mulia harapan bangsa,
secara terus menerus dan berkesinambungan berbenah diri dengan meningkatkan
kualitasnya sehingga diharapkan mampu melahirkan generasi yang dapat
meramalkan Al-Qur’an dimasa mendatang dan dapat menjawab tantangan zaman
yang semakin menantang dan disisi lain ikut mensukseskan program pemerintah
yang mencanagkan “Pemberantasan Buta Huruf Baca Tulis Huruf Al-Qur’an”.
B. Struktur Organisasi
Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Hikmah Unit 783 secara struktur
berada dibawah naungan Dewan Pengurus Musholla dibawah koordinasi seksi
29
28
pendidikan Musholla Al-Hikmah selaku pihak pengelola, berikut adalah struktur
DKM Al-Hikmah
STRUKTUR ORGANISASI DKM AL-HIKMAH
PONDOK MELATI – BEKASI
30
KetuaH. ENCEP
SekretarisDJURI
BendaharaH. MUNARIS
SEKSI
HumasSAIYAN
PendidikanH. SARMADA
PeribadatanH.SABAN
Adapun struktur Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Hikmah Unit 783
adalah sebagai berikut :
STRUKTUR PENGURUS TPA AL-HIKMAH UNIT 783
LPPTKA - BKPRMI DKM MUSHOLLA
BEKASI AL-HIKMAH
Supervisor
Ketua Unit Persatuan Orang Tua
H. SARMADA Santri (POS)
Sekretaris Bendahara
IDA FARIDA HIDAYATULLOH
Dewan Guru
Santri TPA
Al-Hikmah Unit 783
Sumber : papan struktur pengurus TPA Al-Hikmah
Keterangan :
31
_________________ : Garis Intruksi
-------------------------- : Garis Koordinasi
C. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Taman Pendidikan Al-Qur’an
Al-Hikmah unit 783 pada dasarnya masih serba terbatas, sarana prasarana yang
ada adalah usaha DKM Al-Hikmah selaku pihak pengelola, para Donatur serta
hasil pengelolaan manajemen keuangan TPA. Sarana dan prasarana TPA Al-
Hikmah Unit 783 yang dimiliki hingga saat ini adalah :
N0. Nama Barang Jumlah
1 Ruang Kantor 1
2Lemari
1
3 Lekar10
4 Mesin Ketik1
5 Kipas Angin 3
6 Papan Tulis 3
7 Mading dan Papan Pengumuman 1
D. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Kurikulum sebagai inti pelajaran di TPA Al-Hikmah Unit 783 mengacu
pada GBPP LPPTKA BKPRMI yang bersifat dinamis, guna untuk mencapai
32
tujuan tersebut maka ruang lingkup materi pendidikan di TPA Al-Hikmah pada
dasarnya mencakup 7 materi pelajaran yaitu praktek dan hafalan bacaan sholat,
hafalan ayat pilihan, hafalan surat-surat pendek, doa dan arab harian, tahsinul
kitabah, Dinul Islam dan Ilmu Tajwid. Sementara Pendidikan Al-Qur’an yang
menjadi pelajaran inti menggunakan pendekatan metode Iqro.
Pelaksanaan KBM di TPA Al-Hikmah dibagi atas 4 shif. Kegiatan
belajar mengajar tersebut tergambar sebagaimana grafik dibawah ini :
NoWaktuKBM
Pukul
Kelas
TKA TPA
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pagi 07.00 – 08.30 WIB
2 Siang 14.00 – 15.30 WIB
3 Sore 14.00 – 15.30 WIB √ √ √ √
4 Malam 18.30 – 20.00 WIB √ √ √ √
Sumber : jadwal belajar mengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Hikmah Unit 782
Hal demikian adalah upaya memudahkan para santri untuk mengikuti
33
KBM mengingat pelaksanaan KBM di sekolah formal tidak sama waktu
pelaksanaan antara santri yang satu dengan yang lain.
Data Guru dan Karyawan TPA Al-Hikmah Unit 783 sampai dengan
tahun 2007 tercatat sebagai berikut :
Data Guru dan Karyawan TPA Al-Hikmah Unit 783 Pondok Melati Bekasi
No Nama JabatanPendidikan
TerakhirMulai
BertugasKeterangan
1 H. Sarmada Ka. Unit/Guru S1 1994
2 Hidayatulloh Bendahara/Guru MAN 1994
3 Bahrudin Guru/TU MAN 1997
4 Ida Faridah Guru MAN 2000
Sumber : data guru dan karyawan TPA Al-Hikmah Unit 783 tahun 2007
Perkembangan santri TPA Al-Hikmah Unit 782 menunjukan
pertumbuhan yang positif terlihat dari grafik siswa mulai tahun 2002 sampai
tahun 2007 sebagai berikut :
Data Stastistik siswa TPA Al-Hikmah Unit 783 Pondok Melati – Bekasi
50
40
30
20
34
10 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : papan data statistic santri TPA Al-Hikmah Unit 783 tahun 2007.
BAB IV
UPAYA-UPAYA PENINGKATAN AKHLAK
A. Bentuk-bentuk Upaya
1. Mengadakan Pengajaran dengan Metode Mauizah (nasihat).
a. Cara pelaksanaan Metode mauidzah (nasihat)
Mauidzah/Nasihat dilakukan ba'da shalat isya' berjama'ah, yaitu
setelah guru memimpin shalat isya berjama'ah, kemudian para santri tidak
langsung meninggalkan tempat, akan tetapi para santri diwajibkan duduk
pada posisi semula untuk mendengarkan nasihat. Imam/guru kemudian
memberikan mauidzah-mauidzah berupa ceramah agama yang temanya
berkaitan dengan akhlak. Adapun metode dalam mauidzah (menasihati),
yang diterapkan di TPA Al-hikmah adalah sebagai berikut:
1) Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan santri, dengan tujuan
agar santri lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan
35
membicarakan keburukannya.
2) Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga
membangkitkan semangat santri untuk mengikuti jejak mereka.
3) Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik.
4) Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
5) Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang melakukan
sesuatu berbeda dengan perbuatannya. Kalau hal ini dilakukan akan akan
mendorongnya untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.
b. Waktu dan tempat pelaksanaannya
waktu pelaksanaannya adalah setiap hari senin (senin malam) ba'da
shalat isya' berjama'ah yang bertempat di Mushalla Al-Hikmah.
c. Materi-materi yang disampaikan
Adapun materi yang disampaikan adalah hala-hal yang berkaitan
dengan adab dalam keidupan sehari-hari, seperti cara makan cara bertamu,
cara mengucap dan menjawab salam dan lain-lain.
d. Pemberi mauidzah dan pesertanya
Pemberi materi mauidzah adalah guru, dan para pendengarnya
adalah para santri.
2. Mengadakan Pengajaran dengan Metode Keteladanan
a. Cara pelaksanaan Metode Keteladanan
Guru memberi teladanan/contoh yang baik kepada para santri dalam
36
35
beberapa kegiatan seperti:
1. Mengajak santri untuk berwudhu dan memberi contoh cara wudhu yang
baik, sehingga mereka terbiasa dengan cara berwudhu yang telah
diajarkan oleh guru.
2. Mengajak para santri agar membiasakan shalat sunnah setelah
berwudhu. Sebelum santri melakukan shalat berjama'ah guru dan satri
melaksanakan shalat sunnah.
3. Mengajak santri agar membiasakan shalat berjama'ah. Para santri
dibimbing dan diarahkan supaya meluruskan barisan dan
merapatkannya.
4. Menuntun santri berdo'a setelah selesai shalat, serta
5. Mengajak santri agar membiasakan shalat sunah setelah shalat fardhu.
Setelah para santri melakukan shalat berjama'ah guru dan para satri
melaksanakan shalat sunnah.
b. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pada dasarnya metode keteladanan tidaklah dibatasi waktu dan
tempat. Dimanapun dan kapanpun guru harus memberi keteladanan yang
baik, yaitu dengan berakhlakul-karimah. Namun, para guru di TPA Al-
Hikmah berusaha sebisa mungkin untuk melakukan sesuatu kegiatan yang
di dalamnya santri ikut berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Adapun
37
waktu yang paling tepat untuk memberikan teladan yang baik adalah pada
waktu-waktu pengajian dilaksanakan, dan metode keteladanan ini
dilaksanakan pada waktu shalat maghrib dan isya'.
c. Pokok materi yang disampaikan
Mengajak santri membiasakan diri dalam kegiatan persiapan-
persiapan menuju shalat, hingga selesai shalat.
d. Penyampai materi dan para peserta
Penyampai materi adalah para pengajar/guru yang menjadi titik
sentral percontohan dan para santri adalah para pesertanya.
3. Mengadakan pengajaran dengan Metode Demonstratif.
a. Cara pelaksanaan metode demonstratif.
Di bawah ini contoh cara pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru
dengan Metode Demonstratif:
Guru menjelaskan kepada seluruh santri tentang perbandingan dosa
kecil dan besar. Kecilnya dosa tersebut bukan berarti kita bebas melakukan
dosa kecil. Karena hakikatnya, tidak ada yang bernama dosa kecil. Karena
suatu dosa apabila dilakukan terus menerus akan menjadi besar.
Guru kemudian menyuruh para santrinya mengumpulkan sisa-sisa
38
kotoran atau sampah-sampah kecil yang ada di dalam mushalla untuk
dikumpulkan di satu tempat. Ternyata setelah dikumpulkan sisa-sisa kotoran
atau sampah-sampah kecil itu membesar padahal tadinya tercecer dan
terlihat sedikit. Itulah perumpamaan dosa kecil.
b. Waktu dan tempat pelaksanaan metode demonstratif
Mengajarkan akhlak kepada para sanri dengan Metode Demonstratif
dilakukan satu hari dalam seminggu. Biasanya dilaksanakan pada hari
jum'at setelah shalat maghrib berjama'ah. Adapun tempat pelaksanaannya
dilaksanakan di Aula Mushalla.
c. Materi-materi yang diberikan kepada para santri
Materi yang diberikan guru kepada para santri berkaitan dengan
ilmu tauhid. Dikarenakan ilmu tauhid ini merupakan ilmu yang sangat
mempengaruhi akhlak seseorang.
d. Penyampai materi dan para peserta
Pemberi materi metode demonstratif adalah guru, dan sebagai
pesertanya adalah para santri
4. Mengadakan Peringatan hari-hari besar islam
39
a. Cara pelaksanaan peringatan
Pelaksanaan hari-hari besar islam dilakukan dengan susunan acara
sebagai berikut:
1) Pembukaan. Pembukaan disampaikan oleh moderator, selain itu
moderator juga yang memimpin jalannya suatu acara.
2) Pembacaan Qiro'atul-Qur'an. Pembacaan Qiro'atul-Qur'an dilaksanakan
oleh santri.
3) Pembacaan tahlil dan dzikir. Pembacaan tahlil dan dzikir dipimpin salah
satu guru yang mengajar di TPA Al-Hikmah.
4) Penyampaian mauidzah hasanah. Biasanya penyampaian mauidzah
hasanah ini disampaikan oleh kepala sekolah/unit TPA Al-Hikmah.
5) Do'a. Do'a Dibacakan oleh tokoh atau sesepuh Mushalla Al-Hikmah.
6) Penutup dan akhiri dengan acara makan makan.
b. Waktu dan tempat pelaksanaan.
1) Tahun baru islam : diperingati pada tanggal 9 muharram.
2) Maulid nabi : diperingati pada tanggal 12 rabi'ul awal
3) Isra' mi'raj : diperingati pada tanggal 27 Rajab.
40
Acara peringatan hari-hari besar tersebut dilaksanakan pada tanggal-
tanggal tersebut ba'da shalat maghrib hingga selesai. Adapun tempat
pelaksanaannya dilakukan di mushalla Al-Hikmah.
c. Materi yang disampaikan
1) Tahun baru islam : menerangkan tentang arti hijrah yang sebenarnya.
2) Maulid nabi : menerangkan tentang cara membuktikan rasa cinta
terhadap rasul.
3) Isra' mi'raj : menerangkan tentang keutamaan-keutamaan
d. Penyampai materi dan para peserta
Penyampai materi adalah para pengajar/guru, dan para pesertanya
adalah para santri dan beberapa orang tokoh masyarakat yang diundang.
B. Kendala dan Solusi
Hasil penelitian penulis terhadap upaya TPA Al-Hikmah unit 783 dalam
pembinaan Akhlak bagi para santri, di TPA Al-Hikmah unit 783 ini,
menyebutkan ada beberapa kendala yang dihadapi oleh unsur pelaku pendidikan
baik kendala internal maupun kendala eksternal.
41
Penulis membagi kendala-kendala ini menjadi dua kategori kemudian
penulis tuliskan solusi yang dicapai oleh TPA Al-Hikmah unit 783 yaitu :
1. Kendala Internal
Kendala internal yang dihadapi TPA Al-Hikmah unit 783
a) Kekurangan tenaga pengajar.
b) Adanya guru yang kurang disiplin.
c) Terbatasnya dana pengembangan pendidikan baik dari wali santri,
pengelola maupun donatur.
d) Lokasi KBM yang berada di teras musholla menjadikan KBM kurang
kondusif.
Solusi yang diterapkan oleh TPA Al-Hikmah unit 783 dalam menghadapi
kendala tersebut adalah sebagai berikut :
a) Menambah jumlah tenaga pengajar
b) Mengikut sertakan tenaga pendidik (guru) untuk mengikuti penataran-
penataran yang diselenggarakan oleh LPPTKA BKPRMI maupun
kursus-kursus dan mendorong tenaga pendidik sehingga mereka lebih
ahli dan lebih disiplin dalam mengajar.
2. Kendala Eksternal
Kendala eksternal yang dihadapi oleh TPA Al-Hikmah unit 783 antara lain :
42
a) Kurangnya tingkat keperdulian wali santri terhadap perkembangan dan
kegiatan belajar mengajar TPA Al-Hikmah unit 783, sehingga mereka
kurang proaktif dalam perkembangan pendidikan di TPA.
b) Latar belakang ekonomi yang tidak merata sehingga tunggakan SPP
terus bertambah sehingga mengakibatkan aktivitas KBM terutama dalam
operasionalnya ikut terpengaruh.
c) Rendahnya latar belakang pendidikan di antara sebagian wali santri
sehingga kurang peduli terhadap perkembangan pendidikan putra
putrinya, akibatnya mereka menjadi malas belajar tidak disiplin dan
tidak memiliki semangat kompetisi.
d) Kurangnya keperdulian masyarakat sekitar terhadap pendidikan agama
sehingga TPA masih dipandang sebelah mata.
e) Kurangnya pengetahuan agama islam dari sebagian wali santri
mengakibatkan sebagian santri menjadi mengabaikan terhadap
kewajiban agama.
Solusi yang diterapkan oleh TPA Al-Hikmah unit 783 dalam menghadapi
kendala tersebut adalah sebagai berikut :
a) Terus menerus mengadakan kegiatan keagamaan baik yang bersifat ritual
maupun sosial disamping sebagai salah satu bentuk syiar Islam juga
bagian dari upaya menarik simpati masyarakat dengan program-program
43
yang kongkrit, santunan yatim piatu dan duafa setiap bulan muharram,
PHBI, lomba antar santri dan juga aktif dalam event hari besar nasional
utamanya setiap perayaan HUT RI.
b) TPA Al-Hikmah bersama dengan POS (Persatuan Orang Tua Santri)
mengadakan pengajian rutin mingguan dan arisan diharapkan program
tersebut menjadi ajang silahturrahmi dan sharing mengenai masalah-
masalah yang sedang dihadapi baik oleh TPA maupun wali santri.
C. Hasil yang Dicapai
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada di TPA Al-
Hikmah unit 783 terus menerus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan
pengajarannya serta manajemen pengelolaan TPA, hal tersebut akhirnya
membuahkan hasil yang cukup baik, yaitu :bisa dilihat dari hasil wawancara
yang dilakukan penulis kepada kepala unit dan hasil angket yang disebarkan
pada saat awal penelitian dan setelah diadakan upaya-upaya peningkatan.
Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada kepala TPA Al-Hikmah
Unit : 783 Jatirahayu Pondok melati bekasi.
Bapak H.Sarmada selaku Kepala Unit dan tenaga pengajar di TPA Al-
Hikmah Unit : 783 mengungkapkan:
“Alhamdulillah, ternyata metode pengajaran akhlak yang dilaksanakan di TPA Al-Hikmah membawa hasil yang lumayan membawa dampak yang positif bagi santri-santi kami. Terlihat dari sudah seringnya para santri yang sudah mengucap salam ketika bertemu
44
guru-gurunya, mulai rajin melaksanakan shalat berjama'ah, dan para santri pun sudah giat melakukan tugas piket yang sudah diatur dalam jadwal kegiatan santri. Walaupun baru sedikit sekali perkembangan yang terlihat, mungkin di sebabkan waktu yang singkat yaitu sekitar satu semester. Namun kami yakin bila metode pengajaran akhlak ini dilaksanakan dengan tekun dan dalam waktu yang lama, maka akan membawa banyak dampak positif yang baik bagi para santri TPA Al-Hikmah khususnya dan bagi masyarakat sekitar pada umumnya”.37
Hasil angket sebelum diadakan upaya peningkatan akhlak santri
37 Hasil wawancara penulis dengan Kepala TPA Al-Hikmah Unit : 783 Pondok Melati Bekasi ( Bekasi, 24 Mei 2008)
45
Ket : Nomor kearah vertikal menunjukan nama-nama santri: Nomor kearah horizontal menunjukan soal angket.
Hasil angket sesudah diadakan upaya peningkatan akhlak santri
46
Ket : Nomor kearah vertikal menunjukan nama-nama santri: Nomor kearah horizontal menunjukan soal angket.
47
Dari angket yang berisi 20 pertanyaan yang sama, dan waktu yang
berbeda, nilai angket rata-rata santri keseluruhan sebelum dilaksanakannya
pembinaan berjumlah 1,44 dan nilai angket rata-rata santri keseluruhan sesudah
dilaksanakannya pembinaan berjumlah 1,59 sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa upaya-upaya yang telah dilakukan oleh para guru dalam meningkatkan
akhlak santrinya ternyata mengalami peningkatan sebanyak 9,43 %.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Akhlak merupakan sebagai hasil dari umat Islam yang meyakini, mempelajari
Alqur’an untuk mencari kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Kedudukan
akhlak sangat penting sehingga pengenalan dan pemahaman serta aplikasinya
harus dilaksanakan sedini mungkin terutama oleh TPA Al-Hikmah unit 783
dalam mempersiapkan generasi Qur’ani yang berakhlak mulia.
2. Upaya TPA Al-Hikmah unit:783 dalam pembinaan akhlak bagi para santrinya,
memiliki hasil yang cukup baik, hal tersebut terlihat dari hasil angket pada
awal diadakannya penelitian dan setelah dilaksanakan pembinaan akhlak
kepada para santri. Ternyata mengalami peningkatan akhlak rata-rata santri
sebanyak 9,43 %.
3. Upaya yang ditempuh TPA Al-Hikmah unit 783 dalam pembinaan akhlak para
santri adalah dengan mewajibkan para santri untuk melakukan shalat maghrib
dan isya berjama'ah sehingga para santri akan terbiasa melakukan shalat
berjama'ah.
4. Upaya yang ditempuh TPA Al-Hikmah unit 783 dalam pembinaan akhlak para
santri adalah dengan meningkatkan kualitas SDM guru, sehingga para guru
akan lebih ahli dan lebih disiplin.
49
45
5. Kendala yang dihadapi oleh TPA Al-Hikmah unit 783 dalam upaya tersebut
baik bersifat internal diantaranya kurangnya kualitas SDM, manajemen
pengelolaannya, serta fasilitas belajar mengajar, adapun kendala eksternalnya
seperti : Kondisi lingkungan yang kurang mendukung, kurangnya kesadaran
para wali santri terhadap pentingnya pendidikan Al-Qur’an kepada anak-anak
dan sarana prasarana kurang memadai.
6. Pendidikan Islam adalah salah satu sumber untuk membina dan mendidik
anak, agar menjadi anak yang baik dimasa depan.
B. Saran
Melihat realitas TPA Al-Hikmah unit 783 dalam pembinaan akhlak para
santri cukup berhasil, maka penulis merasa perlu untuk memberikan konstribusi
berupa saran-saran kepada pengelola dan pelaksanaan TPA Al-Hikmah unit 783
Saran-saran tersebut penulis aplikasikan dalam bentuk tulisan sebagai
berikut :
1. Untuk pengelola dan pelaksana TPA Al-Hikmah unit 783
Hendaknya mempertahankan bahkan meningkatkan suasana pendidikan yang
sudah cukup kondusip agar lebih baik lagi, dengan cara selalu memberikan
pembinaan terhadap SDM yang ada.
50
2. Untuk Guru
Supaya terus-menerus meningkatkan kemampuan diri baik dalam keilmuan
maupun tentang metodologi penyampaian kemampuan kepada anak-anak
didik serta kepeduliannya terhadap santri TPA agar terjadi suatu sinergi positif
antara pengelola, pelaksana, wali santri, santri dan warga masyarakat.
3. Untuk santri
Agar belajar lebih tekun dan lebih giat lagi dan bisa mengatur waktu dengan
skala prioritas, karena masa mendatang tantangan hidup semakin kompleks
dan harus memerlukan persiapan yang matang untuk memenangkan tantangan
tersebut.
4. Untuk Wali Santri
Supaya lebih loyal terhadap TPA mengingat pentingnya pendidikan agama,
khususnya baca tulis Al-Qur'an diusia dini, hal ini dapat diwujudkan dalam
pengajian POS (Peraturan Orangtua Santri) yang diadakan setiap hari Sabtu
pagi. Disamping sebagai upaya penambahan serta pencerahan wawasan
keislaman juga sebagai sharing dengan para guru maupun wali santri dalam
menyikapi permasalahan yang berkaitan dengan TPA.
51
DAFTAR PUSTAKA
A.Azizy, A.Qodri MA, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial,
(Semarang: Aneka Ilmu, 2003)
Abd. Halim Soebahar., Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2002)
Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Mesir: Dar Al-Kutub Al-Mishriyah), cet.III
Baradza Umar Ustadz., Bimbingan Akhlak Bagi Putra-putri Anda-2, (Surabaya:
Pustaka Progressip, 1992)
H.A Hafidz Dasuki MA dkk, Al-Quran dan terjemahnya Deapartemen Agama RI,
(Demak: PT. Tanjung Mas Inti Semarang, 1992)
Idris Muhammad Abdul Rojak Marbawi, Kamus Idris Marbawie Arab Melayu,
(Indonesia, tth)
Imam Ghazali, Ajaran-ajaran Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1980).
Ishaq Sholih, Ahlak dan Tasawuf, (Bandung: IAIN. 1998).
Jalaludin Al-Syuyuti, Al-Shaghir, ( Beirut, Dar Al-Fikri, tanpa tahun), jilid 1
Jalaludin & Ali, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya: Putra Al-
Ma’arif.1995)
Jauhari Muhammad, Rabbi Muhammad, Akhlaquna, terjemahan. Dadang Sobar
Ali, (Bandung: Pustaka Setia, 2006)
Mahjudin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000).
Mohammad Rifa’i Jamhari, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta: CV. Indrajaya, 1969)
52
51
Moh, Idris Jauhari, Adab Sopan Santun, (Madura : Penerbit Mutara, 1999). Cet. 3
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. (Jakarta : Pustaka
Amani).
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Peendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1992).
M.Yusuf, Pengantar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1996).
Nur Uhbiyati, IPI, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997).
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja
Grapindo Persada, 2000).
Soebahar Abd Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Muda :
2002) Cet. Ke 1
Suryana Toto. A, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung : Tiga
Mutiara, 1997)
Syech Mustafa Al-Ghalayani, Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur,
(Semarang : Toha Putra, 1976)
Trison Yuwono, et.al, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Surabaya :
Arkola, tanpa tahun).
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984).
Zakiyah Drajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Hasil wawancara penulis dengan Kepala TPA Al-Hikmah Unit : 783 Pondok
Melati Bekasi ( Bekasi, 24 Mei 2008)
53