skripsi miras

Upload: galapuang

Post on 15-Oct-2015

271 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

skripsi perilaku miras pada remaja

TRANSCRIPT

65

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masa - masa remaja adalah masa yang paling indah dan paling berkesan di sepanjang hidup tiap manusia. Remaja dalam bahasa aslinya disebut dengan adolescence, yang berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan . Secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana seseorang berpaling ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar dengan yang lainnya. Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Remaja ini adalah ajang untuk mencari jati dirinya. Setelah sekian lama mereka selalu dikekang oleh otoriter orangtua, secara perlahan mereka akan menuntut keinginan mereka sendiri agar mandiri (Hadi, 2010).Remaja adalah kenangan yang tak akan terlupakan sebaik atau seburuk apapun keadaannya pada saat itu. Karena dimasa inilah, perubahan sangatlah nampak, dari anak - anak menuju kedewasaan. Biasanya orang - orang yang sudah melalui masa remajanya, tetap ingin berharap kembali ke masa - masa itu lagi. Disaat ini, kita dapat merasakan adanya perubahan dalam bentuk fisik ataupun psikis. Tetapi, tidak hanya senang - senangnya saja. Disaat manusia menjadi sesosok remaja, ia juga mengalami permasalahan - permasalahan yang terus kerap datang. Permasalahan itu sendiri tidak sedikit yang terpengaruhi dari lingkungan sekitar remaja tersebut. Oleh karena itu, beban berat yang selalu dan harus dilalui oleh seorang remaja sangatlah sulit, karena apabila salah melangkah, maka remaja tersebut akan jatuh ke jurang yang sangat dalam misalnya kebiasan minum beralkohol (Hadi, 2010)Kebiasaan minum-minuman keras di kalangan remaja merupakan fenomena yang sering sekali terjadi di Indonesia. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan mereka menghabiskan waktu luangnya untuk minum-minuman keras. Berbagai resiko dan permasalahan akan senantiasa menghadang kalangan remaja yang seharusnya mendapatkan kontrol dari orang tua maupun masyarakat. Semakin banyaknya remaja yang minum-minuman keras apabila dibiarkan tentunya akan menghambat keperibadian seseorang dan yang lebih jauh lagi perkembangann bangsa Indonesia. Karena kalangan remaja merupakan generasi penerus bangsa dan aset bangsa yang akan melanjutkan dan mengisi pembangunan bangsa Indonesia (Musa, 2012) Seperti apapun kondisi kesejahteraan keluarga yang diukur dari tingkat keuangan, pada akhirnya bisa menjadi pemicu para remaja untuk melakukan kebiasaan tidak sehat. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa faktor perekonomian keluarga, baik kaya ataupun miskin berisiko membuat para remaja menjadi pecandu alkohol bahkan sejak usia mereka baru menginjak angka 13 tahun. Hasil penelitian, seperti dilansirParentdishmenunjukkan hasil yang membuat miris. Para penelitiUniversity of Bristol, Inggris mencari tahu hubungan antara kebiasaan meminum minuman beralkohol dan kebiasaan menghisap rokok pada remaja dan hubungannya dengan tingkat kesejahteraan ekonomi orang tua mereka. Peneliti mengambil data dari 5.837 remaja usia 13 tahun. Berdasarkan hasil yang dikumpulkan, peneliti menemukan bahwa remaja usia 13 tahun dengan orang tua yang memiliki pendapatan yang tinggi lebih banyak menikmati minuman beralkohol dibandingkan remaja yang memiliki orang tua dengan tingkat penghasilan rendah. Sebaliknya, remaja dengan orang tua berpenghasilan rendah sudah mencoba untuk menghisap rokok daripada minum minuman beralkohol (David Nutt, 2010).Alkohol adalah racun yang bisa membunuh sel, misalnya saja mikroorganisme. Oleh karena itu alkohol telah dipercaya selama puluhan tahun sebagai cairan ampuh untuk mensterilkan peralatan kedokteran. Tubuh manusia terdiri dari milyaran sel, mengonsumsi alkohol sama saja dengan bunuh diri. Kadar racun dari alkohol yang dikonsumsi semakin berbahaya karena tubuh akan membersihkan zat racun tersebut dengan mengubahnya menjadiasetaldehida, suatu zat yang lebih beracun dari alkohol. Inilah alasan mengapa alkohol tidak dapat diterima karena memperburuk kesehatan (David Nutt, 2010).Tampaknya pola kebiasan yang tidak sehat ini juga mulai merebak sampai ke pelosok desa terpencil sekalipun tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, ras dan agama. Dampak dari kebiasaan minuman-minuman beralkohol tidak hanya menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya akan tetapi juga berdampak pada masalah sosial bahkan digolongkan dalam penyakit patologi sosial. Bahkan yang lebih menggenaskan perilaku buruk ini telah merenggut nyawa baik bagi pengguna maupun orang lain. Hampir setiap hari media menyajikan perkelahian, pembunuhan atau kematian akibat keracunan minuman keras. Di sisi lain upaya penaggulangannya masih belum optimal. Selama ini pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengatasinya adalah pendekatan hukum tetapi hasilnya belum seperti yang diharapkan. Melihat fenomena yang tidak sehat ini, perlu adanya pengawasan yang ketat bagi para orang tua, kebiasaan remaja adalah apa yang dicontohkan orang tua, sehingga bila orang tua memiliki koleksi minuman beralkohol, pastikan buah hati tidak memiliki akses untuk ikut menikmatinya. Demikian juga dengan peran guru dan promosi kesehatan dari tenaga kesehatan dan peran serta masyarakat secara keseluruhan khususnya tokoh agama. Jadi masalah kebiasan minum-minuman keras sudah merupakan masalah bersama. Melihat fenomena yang tidak sehat ini, perlu adanya pengawasan yang ketat bagi para orang tua, baik orang tua yang memiliki penghasilan tinggi ataupun rendah. Kondisi yang sama juga banyak terjadi pada remaja di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu kecamatan Walenrang. Jumlah penduduk usia remaja 13-18 tahun sebanyak 102 atau 4.76 % dari total pendudukan desa Batusitanduk sebanyak 2.143 jiwa. Pola kebiasaan minuman beralkohol pada kelompok remaja dengan mudah dijumpai bahkan oleh kalangan masyarakat sudah dianggap meresahkan. Hasil penelusuran literature dan pendapat pakar kesehatan serta besarnya dampak kebiasaan minum-minum alkohol di masyarakat mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang kebiasaan mengkomsumsi alkohol pada remaja.B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian deskriptif untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol pada remaja di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu tahun 2013?C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu tahun 2013.2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan jenis kelamin.b. Diketahuinya gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan umur.c. Diketahuinya gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan status sosial ekonomi keluarga.d. Diketahuinya gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan pola penggunaan.e. Diketahuinya gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan kebiasaan dalam keluarga.D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi pendidikan Diharapkan dapat menjadi bacaan ilmiah berkaitan dengan masalah kesehatan remaja khususnya penanganan patologi sosial minuman keras.2. Bagi PuskesmasHasil penelitian dapat menjadi sumber informasi dalam melakukan penyuluhan kesehatan pada kelompok remaja.3. Bagi Remaja dan MasyarakatDiharapkan dapat menjadi informasi dampak negatif dari kebiasaan mengkomsumsi alkohol.4. Bagi PenelitiMemberikan pengalaman pemecahan masalah kesehatan remaja dengan menggunakan pendekatan ilmiah melalui penelitian dan sebagai data bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan hasil penelitian ini.

BAB IITINJAUAN TEORIA. Tinjauan Pustaka1. Konsep Remajaa. PengertianRemaja dalam bahasa aslinya disebut dengan adolescence, yang berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan. Remaja berlangsung antara umur 11 tahun 20 tahun bagi perempuan dan 12 tahun 21 tahun bagi laki-laki (Musa, 2012). Remaja (adolescent) adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan (Duta Sekolah, 2009). WHO pada 1979 dalam Duta Sekolah (2009) mengemukakan definisi remaja adalah individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menuju suatu kemandirian. Dalam penelitian ini batasan umur remaja yang digunakan adalah usia 13-18 tahun. Rentang usia individu sebagai remaja berbeda-beda. Menurut Papaliat dkk (2004) dalam Prihyugiarto, T.Y., (2008) individu pada masa remaja berusia antara 11 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut Dirgagunasa (2000) usia remaja yakni antara 12 tahun sampai dengan 21 tahun Prihyugiarto, T.Y., (2008).Secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana seseorang berpaling ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar dengan yang lainnya. Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Remaja ini adalah ajang untuk mencari jati dirinya. Setelah sekian lama mereka selalu dikekang oleh otoriter orangtua, secara perlahan mereka akan menuntut keinginan mereka sendiri agar mandiri. Sedangkan psikologi remaja yaitu ilmu yang mempelajari remaja, baik mengenai tingkah laku dan proses mental seperti perasaan, persepsi, pikiran maupun segi biologisnya Prihyugiarto, T.Y., (2008)b. Perkembangan Remaja Perkembangan Biopsikososial selama masa remaja :1) Tahap BiologikDimana seorang anak yang telah melalui pubertas. Yang ditandai dengan adanya menstruasi pada perempuan dan perubahan suara pada laki laki. Pubertas tersebut menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Pertumbuhan tersebut meliputi perubahan progresif yang bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal meliputi, perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambah besar dan berat jantung dan paru parunya. Sedangkan perubahan eksternal meliputi, bertambahnya tinggi dan berat badan, besarnya ukuran organ seks, tumbuhnya tanda tanda kelamin sekunder. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka kepada dunia remaja2) Tahap Kognitif atau IntelektualPada tahap ini, biasanya para remaja sudah dapat memiliki pola pikir sendiri dalam usaha untuk memecahkan permasalahan yang kompleks dan abstrak. Karena kemampuan berpikir remaja berkembang sehingga mereka dengan mudah membayangkan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah individu mereka. Mereka juga sudah dapat memproses semua informasi yang datang dari luar atau lingkungan dan akan diadaptasikan oleh pemikiran mereka masing-masing.3) Tahap MoralPada tahap ini, remaja sudah tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,sederhana dan absolut yang telah diberikan kepada mereka selama in tanpa bantahan apapun. Remaja mulai memikirkan keabsahan dari pemikiran yang telah ada dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya. Mereka juga sudah dapat melakukan sikap labih kritis dengan melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan pada dirinya. Moral sendiri merupakan kaidah norma atau pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Sedangkan moralitas adalah aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban dan keharmonisan. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada disekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap pemberontakan remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterimanya. Dan pada masa inilah, mereka akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan alkohol merajalela bahkan sangat mungkin jika alkohol itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal kecil tersebut jugs dapat mempengaruhi perkembangan pola berpikirnya para remaja. Apalagi jika peran pendidik seperti orangtua dan lainnya tidak dapat memberikan alasan yang sangat logis untuk para remaja itu sendiri. Maka jiwa mereka akan memberontak sehingga ada kemungkinan bahwa mereka tidak akan mempercayai lagi semua hal yang telah ditanamkan pada diri mereka, baik hal yang positif atau negatif. Karena cepat atau lambat, hanya waktu dan lingkungan yang dapat meyakini mereka. Oleh karena itu, peran orangtua dalam mendidik moral seorang anak sangatlah penting4) Tahap PsikologisRemaja adalah individual yang sangat kompleks. Baik dilihat dari segi fisik atau biologisnya, kognitif atau cara berpikirnya, atau bahkan tingkahlakunya. Dengan demikian juga remaja mempunyai sisi psikologisnya yang tidak jauh pentingnya dari ketiga hal tersebut. Saat saat remaja adalah saat yang memiliki banyak perubahan, dan penuh juga dengan gejolak gejolak. Pada masa ini, suasana hati atau yang biasa disebut dengan mood, bisa berubah kapanpun juga dan sangat cepat. Perubahan mood yang drastis tersebut pada remaja ini seringkali disebabkan karena berbagai hal masalah yang menimpa dirinya. Perubahan mood yang cepat terlebih jika sedang mengalami masalah sering kali mengalahkan logika berpikirnya sehingga cenderung untuk mengikuti perasannya. Contohnya, masalah dengan pacarnya, pekerjaan yang menumpuk, konflik yang menimpanya, dan sebagainya. Tetapi, walaupun mood seringkali berubah ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dan dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangatlah rentan terhadap pendapat orang lain karena, mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Remaja juga cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik, bahkan tak sedikit pula dari mereka yang menganggap bahwa dengan keunikan di dalam diri mereka dapat membawa remaja tersebut pada suatu ketenaran tersendiri. Contohnya pada remaja putri, mereka akan bersolek berjam jam didepan cermin, dan meyakini didalam diri mereka, kalau lawan jenisnya akan tertarik padanya. Demikian pula yang dialami remaja putra, mereka akan menggunakan semua keunikan dalam dirinya dan kehebatan yang akan memikat lawan jenisnya. Pada usia 15 tahun merupakan tahap awal dalam badai kepribadian dan mengalami puncak pada usia 17 tahun yang sangat rentan mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Pada rentang usia tersebut mereka mencari identitas diri dengan menghubungan dengan perilaku kelompoknya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan (Musa, 2012). Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula masalah yang akan menimpa seseorang tidak terkecuali terhadap seorang remaja. Mereka juga harus dapat mencari jalan keluar dari masalahnya tersebut, janganlah menjadi orang yang lari dari masalah. Tindakan tindakan impulsif sering dilakukan, sebagian karena tidak memprediksikan akibat dari tindakannya tersebut. Remaja yang diberikan kesempatan untuk mempertanggung jawabkan tindakan mereka, akan tumbuh menjadi orang yang bersikap dewasa yang lebih berhati hati, lebih percaya diri dan mampu bertanggungjawab. Sikap inilah yang sangat dibutuhkan remaja untuk mencari jati diri yang positif dikemudian hari. Kembali ke tahap moral, dimana bimbingan dari orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh seorang remaja dan sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu dengan memberikan berbagai nasihat dan cara cara menyelesaikannya. Didunia remaja, mereka juga sudah dapat mencoba coba hal baru, seperti mencoba peran baru dalam dirinya. Baik peran sosial ataupun perbuatan. Tetapi apabila remaja tidak menemukan hal yang pas atau cocok dalam peran tersebut, maka mereka akan mencoba peran baru lagi sampai ia menemukan peran yang pas pada dirinya. Perbuatan ini merupakan proses pembentukan jati diri yang normal pada remaja (Musa, 2012).Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman dalam segala hal, seperti sebelumnya (Musa, 2012).5) Perilaku Sosial Remaja Menurut Prihyugiarto, T.Y., (2008) membagi karakteristik perilaku sosial remaja yaitu: a. Setia kepada teman sebaya. Remaja terikat sangat erat dengan kelompok teman sebaya. Dia berupaya keras untuk bergabung dengan mereka dan berjuang untuk mengokohkan kedudukannya di sana, serta mengadopsi nilai-nilai perilaku yang dipegang oleh kelompoknya dengan sepenuh jiwa, perasaan, dan kesetiaannya. Itu karena remaja, di tengah teman-temannya merasakan adanya persamaan dan kesatuan tujuan dan perasaan.b. Keinginan untuk menegaskan jati diri. Seiring perkembangan remaja, perilakunya memperlihatkan keinginan untuk menegaskan jati diri. Dalam pandangannya, dia bukan lagi seorang anak kecil yang tidak dibolehkan untuk berbicara atau mendengar. Remaja, pada pertengahan fase remaja, berusaha memiliki kedudukan di tengah kelompoknya. Dan agar kelompok tersebut mengakui jati dirinya, dia selalu ingin melakukan aksi-aksi yang memancing perhatian orang kepadanya.c. Keinginan untuk melawan otoritas. Salah satu ciri khas perilaku remaja adalah keinginan untuk melawan kekuasaan. Ada sebab-sebab yang mendorong remaja memberontak terhadap otoritas keluarga, sekolah, dan masyarakat umum.2. Konsep Minuman alkohola. PengertianMinuman beralkohol atau minam keras bukan berarti bentuknya yang keras, melainkan dampak yang ditimbulkan. Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus- menerus dapat merugikan dan membahayakan kesehatan baik jasmani dan rohani maupun bagi kepentinga perilaku dan secara berpikir kejiwaan (David Nutt, 2010). Alkohol adalah racun yang bisa membunuh sel, misalnya saja mikroorganisme. Oleh karena itu alkohol telah dipercaya selama puluhan tahun sebagai cairan ampuh untuk mensterilkan peralatan kedokteran. Tubuh manusia terdiri dari milyaran sel, mengonsumsi alkohol sama saja dengan bunuh diri. Kadar racun dari alkohol yang dikonsumsi semakin berbahaya karena tubuh akan membersihkan zat racun tersebut dengan mengubahnya menjadiasetaldehida, suatu zat yang lebih beracun dari alkohol. Inilah alasan mengapa alkohol tidak dapat diterima karena memperburuk kesehatan (David Nutt, 2010).b. Jenis-jenis Minuman Keras Beberapa jenis-jenis minuman keras alkohol dengan kadar etanol yang dimilikinya1) Bir 3-5%2) Wine 9-18%3) Anggur obat 9-18%4) Liqor Min. 245) Whisky Min.306) Genever Min.307) Cognac Min.358) Gin Min.389) Rum Min.3810) Arak Min.3811) Vodka Min.4Berdasarkan Kepres No.3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. Minuman keras terbagi dalan 3 golongan yaitu : 1) Gol. A berkadar Alkohol 1%-05% 2) Gol. B berkadar Alkohol 5%-20% 3) Gol. C berkadar Alkohol 20%-50%

c. Dampak Minuman kerasSecara umum dampak minuman keras sebagai berikut :1) Gangguan Fisik : meminum minuman beralkohol banyak, akan menimbulkan kerusakan hati, jantung, pangkreas dan peradangan lambung, otot syaraf, mengganggu metabolisme tubuh, membuat penis menjadi cacat, impoten serta gangguan seks lainnya.2) Gangguan Jiwa : dapat merusak secara permanen jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar dan gangguan jiwa tertentu.3) Gangguan Kamtibmas: perasaan seorang tersebut mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan juga terganggu, menekan pusat pengendalian diri sehingga yang bersangkutan menjadi berani dan agresif dan bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan-tindakan yang melanggar norma-norma dan sikap moral yang lebih parah lagi akan dapat menimbulkan tindakan pidana atau kriminal. 4) Menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani, merusak fungsi organ vital tubuh: otak, jantung, ginjal, hati dan paru-paru samapi kepada kematian sia-sia yang tak patut ditangisi. 5) Menimbulkan biaya yang sangat besar baik untuk membeli narkoba yang harganya sangat mahal, maupun untuk biaya perawatannya yang juga sangat mahal, sehingga dapat membuat keluarga orang tua bangkrut dan menderita. Dampak bagi pengguna :1) Menimbulkan berbagai masalah kesehatan fisik, gangguan mental organic seperti gangguan proses pikir, alam perasaan dan perilaku.2) Menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, ketentraman keamanan masyarakat. 3) Menimbulkan kecelaan diri yang bersangkutan dan orang lain4) Perbuatan melanggar hukum yang dapat menyeret pelakunya ke penjara.5) Memicu tindakan tidak bermoral, tindakan kekerasan dan tindak kejahatan.6) Menurunkan sampai membunuh semangat belajar adalah perbuatan menghancurkan masa depan.7) Merusak keimanan dan ketakwaan, membatalkan ibadah agama karena hilangnya akal sehat.Bagi orang tua dan keluarga: 1) Menimbulkan beban mental, emosional, dna sosial yang sangat berat 2) Menimbulkan beban biaya yang sangat tinggi yang dapat membuat bangkrutnya keluarga. 3) Menimbulkan beban penderitaan berkepanjangan dan hancurnya harapan tentang masa depan anak.

Bagi masyarkat dan bangsa: 1) Menimbulkan beban ekonomi yang tinggi bgai program pencegahan, penegeakan hukum dan perawatan serta pemulhan penderita ketergantungan narkoba2) Menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, ketentraman, dan keamanan masyarakt.3) Menghancurkan kualitas dan daya saing bangsa serta membunuh masa depan dan kejayaan bangsa.4) Berkaitan dengan peningkatan tindak kejahatan termasuk kerusuhan, separatisme dan terorisme.d. Penyebab Timbulnya Perilaku Minum Minuman Keras (MIRAS)1) Faktor internal adalah faktor yang bersumber pada diri seseorang, baik itu gen,keadaan psikologos yang tertekan, penyimpangan kepribadian, ataupun keadaanrendahnya tingkat rohani seseorang.2) Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yangberasal dari lingkungan individu itu sendiri, baik itu kerena keadaan ekonomi,pendidikan, budaya, latar belakang kehidupan, maupun kerana kurangnya pengaruh kontrol sosial masyarakat. Tampaknya miras ini sulit apabila harus dibasmi/dihilangkan sama sekali. Mungkin dari sisi agama masalah miras tidak ada toleransi, namun kita perlu juga melihatnya dari sisi lain yaitu kepentingan dapat dan kepentingan Pariwisata. Dengan demikian yang penting bukan membasmi miras, tapi memperhatikan perangkat hukum untuk mengaturnya dan kemudian menegakkan peraturannya.Distributor dan pengedar minuman keras harus diatur dengan peraturan daerah. Kendatipun dalam KUHP khususnya pasal 536,537,538 dan 539 secara eksplisit sudah mengatur tentang miras ini, namun kelihatannya pasal-pasal tersebut perlu direvisi kembali karena banyak yang kurang tegas dan kurang mengenai substansi (masih bias ) tentang miras itu sendiri, sehingga menyulitkan aparat keamanan untuk mengambil tindakkan tegas.Distributor dan pengedar harus memilki izin, demikian juga penjualnya. Tempat-tempat tertentu seperti hotel, diskotek, karaoke dan took khusus penjual miras harus diatur oleh peraturan daerah. Izin untuk menjadi distributor, pengedar dan penampung miras harus ketat. Artinya agar mereka tidak terlalu gampang melakukan bisnis miras dengan tanpa melihat usia konsumennya.Penyalah gunaan terhadap izin dan peraturan Daerah tentang miras ini harus ditindak tegas dengan cara menghukum pelakunya, bukan memusnahkan mirasnya. Legalisasi dan lokalisasi miras ini tentunya akan menambah penghasilan asli daerah ( PAD ). Razia rutin harus dilakukan untuk mengontrol apakah para distributor, penjual dan penampung tetap konsisten pada peraturan yang ada dan sesuai dengan izin yang diberikan kepada mereka.

B. Kerangka Konsep Kebiasaan minum-minuman keras di kalangan remaja merupakan fenomena yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, bahkan pada usia remaja awal sekalipun. Fenomena ini sudah selayaknya mendapatkan perhatian dari semua pihak karena remaja adalah generasi masa depan bangsa. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan mereka menghabiskan waktu luangnya untuk minum-minuman keras. Masa remaja merupakan masa pembentukan jati diri dimana kekuatan pengaruh luar sangat kuat dapat mempengaruhinya. Masa ini dikenal sebagai masa badai dalam kepribadian ditandai dengan prilaku trial and eror yaitu senang berksprimen atau mencoba. Berbagai resiko dan permasalahan akan senantiasa menghadang kalangan remaja yang seharusnya mendapatkan kontrol dari orang tua maupun masyarakat. Semakin banyaknya remaja yang minum-minuman keras apabila dibiarkan tentunya akan menghambat keperibadian seseorang dan yang lebih jauh lagi perkembangan bangsa Indonesia. Remaja usia dini dengan orang tua yang memiliki pendapatan yang tinggi lebih banyak menikmati minuman beralkohol dibandingkan remaja yang memiliki orang tua dengan tingkat penghasilan rendah, demikian juga dengan pola kebiasaan dalam keluarga. Anak belajar dari perilaku yang diadopsi dalam keluarga, jika dalam keluarga ada anggota keluarga yang minum minuman beralkohol akan dipersepsikan anak bahwa minuman keras itu baik dan boleh dilakukan. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep yang digunakan sebagai berikut:

UmurSosial ekonomiPola PenggunaanKebiasaan keluargaKebiasaan remaja minum-minuman beralkoholJenis kelaminPendidikan Hukum: Variabel independen yang diteliti: Variabel dependen: Variabel independen yang tidak diteliti

Keterangan :

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

BAB IIIMETODOLOGI PENELITlANA. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik atau mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu (Alimul, 2007), dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan remaja mengkomsumsi minuman alkohol.B. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2009). Populasi target adalah seluruh usia remaja yang berusia 13 18 tahun yang memiliki kebiasan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu. Alasan peneliti menggunakan batas umur remaja 13-18 tahun karena pada usia ini merupakan kelompok usia sekolah yang paling rentan terhadap pengaruh lingkungan sosial. Berdasarkan data yang diperoleh kantor Desa Batusitanduk jumlah penduduk usia 13-18 tahun sebanyak 102 atau 4.76 % dari total pendudukan desa Batusitanduk sebanyak 2.143 jiwa.

2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah usia remaja yang berusia 13 18 tahun yang memiliki kebiasan minum-minuman keras di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu yang bersedia menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi.Kriteria sampel penelitian ini adalah :a. Kriteria Inklusi :1) Remaja usia 13 18 tahun yang berdomisili di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu 2) Memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman beralkohol3) Bersedia menjadi responden.b. Kriteria Eksklusi :1) Berusia kurang 13 tahun atau lebih 18 tahun2) Pernah berpartisipasi dalam penelitian yang sama.3. Sampling Penarikan sampel dengan metode bola salju(Snowball Sampling). Pertama kali ditentukan satu atau beberapa remaja yang memenuhi krieria inklusi untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik awal penarikan sampel. Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden sebelumnya (Iwan AY, 2011). Cara ini dipilih mengingat responden jumlah populasinya tidak diketahui dengan pasti.

C. Variabel Penelitian Variabel menurut Soeprapto (2000) dalam Nursalam (2009: 97) adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel independen dalam peneltian ini adalah karakteristis remaja usia 13 18 tahun yaitu jenis kelamin, usia, sosial ekonomi keluarga, pola penggunaan dan kebiasaan dalam keluarga, sedangkan variabel dependen adalah kebiasan remaja usia 13 18 tahun mengkomsumsi miniman alkohol.D. Defenisi Operasional1. Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat merugikan dan membahayakan kesehatan baik jasmani dan rohani maupun bagi kepentinga perilaku dan secara berpikir kejiwaan.2. Kebiasan minum-minuman keras adalah frekuensi mengkomsumsi minuman beralkohol dalam kehidupan sehari-hari. Hasil pengukuran dikategorikan menjadi :a. Mengkomsumsi setiap harib. Mengkomsumsi minimal 3 kali semingguc. Mengkomsumsi minimal sekali dalam seminggu.3. Jenis kelamin adalah pengelompokkan berdasarkan perbedaan gender yang dikategorikan menjadi :a. Laki-lakib. Perempuan4. Remaja pengelompokkan umur pada remaja dalam penelitian ini adalah usia 13-18 tahun yang memiliki kebiasaan minum-minuman keras. 5. Status sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan keluarga dalam ukuran nominal dan dikategorikan dalam :a. Cukup : jika pendapatkan keluarga > 1.200.000 perbulanb. Kurang : jika pendapatkan keluarga 1.200.000 perbulan6. Pola penggunaaan adalah alasan remaja usia 13-18 tahun mengkomsumsi minuman keras, yang dikategorikan dalam :a. Rekreasi/kesenanganb. Mekanisme koping saat menghadapi masalah : saat diputuskan pacarnyac. Ingin mendapat pengakuan dari kelompokd. Meningkatkan percaya diri7. Kebiasan dalam keluarga adalah ada atau tidaknya anggota keluarga yang serumah dengan remaja 13-18 tahun yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman keras. Hasil pengukuran dikategorikan menjadi :a. Ada b. Tidak adaE. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu.

F. Waktu PenelitianPenelitian akan dilaksanakan selama tiga minggu pada tanggal 12 Juli s.d 2 Agustus 2013. G. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian ini adalah kuesioner berupa pertanyaan tersebut diberikan kepada sekelompok responden, kemudian pertanyaan tersebut diberi skor atau nilai jawaban masing-masing sesuai dengan sistem penelitian yang tetap ditetapkan. Instrumen dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu data demografi dan kuesioner kebiasaan remaja (13-18 tahun) minum minuman keras . Kuesioner A adalah data demografi, bagian ini meliputi data jenis kelamin dan umur dari responden. Kuesioner B digunakan untuk mengukur kebiasan mengkomsumsi minuman alkohol. Bagian ini berisi tentang pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasi pola kebiasaan minum minuman keras pada remaja usia 13-18 tahun dengan menggunakan skala Gutman yaitu Ya (skor 1) atau Tidak (Skor 0)H. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data akan dilakukan setelah peneliti menerima surat ijin dari institusi pendidikan Akper Sawerigading Pemda Luwu. Setelah itu peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, dengan mendatangi responden pada saat berada di kampus dan kemudian meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuisioner pada calon responden. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuesioner dengan tetap didampingi oleh peneliti, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner adalah 10-20 menit.I. Pengolahan DataSetelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul melalui alat ukur kuesioner, maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap: 1. Editing Memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner. Hal ini untuk mengecek kembali apakah semua kuisioner telah diisi dan bila ada ketidakcocokan, meminta responden yang sama untuk mengisi kembali data yang kosong .Hal hal yang dilakukan dalam editing :a. Kelengkapan dan kesempurnaan data yaitu dengan mengecek kelengkapan identitas pengisi.b. Kejelasan tulisan atau tulisan mudah dibaca c. Responden sesuai 2. Coding Coding adalah memberikan kode jawaban secara angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana. Responden memilih jawaban yang disediakan dengan cara memberikan tanda check ( ) pada jawaban yang dipilih.

3. Tabulatinga. TransferingMemindahkan jawaban atau kode tertentu ke dalam master tabel.b. SkoringSetelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan pemberian skor penilaian. Skoring ini dilakukan setelah semua jawaban terkumpul. Penilaian cara siswa mengatasi stres dalam aktivitas belajar dengan menggunakan hasil pengukuran dengan deskripsi dalam bentuk nilai mean dan standar deviasi.J. Analisa DataSetelah pengolahan data, selanjutnya data-data tersebut di interpretasi menjadi dasar untuk membuat kesimpulan. Dilihat dari sifatnya, analisis data bersifat objektif, asli dan untuk menginterpretasi data peneliti mengaitkan temuan dan data dengan teori yang dibangun di awal. Selanjutnya berikan konteks, makna, atau implikasi data temuan tersebut dengan kondisi dan situasi atau setting penelitian secara lebih luas. Setelah analisis dan interpretasi data selanjutnya peneliti menyusun kesimpulan dan rekomendasi (Alimul, 2007).

K. Etika PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik meliputi:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi.Prinsip ini tertuang dalam informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and confidentiality).Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode tertentu.3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness).Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara profesional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and benefits). Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficience). Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subjek penelitian (nonmaleficience). Prinsip ini yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik dari komite etik penelitian. Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian/resiko dari penelitian.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil 1. Gambaran lokasi penelitianPenelitian ini dilaksanakan di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu kecamatan Walenrang. Jumlah penduduk usia remaja 13-18 tahun sebanyak 102 atau 4.76 % dari total pendudukan desa Batusitanduk sebanyak 2.143 jiwa.Desa Batusitanduk merupakan wilayah kerja puskesmas Walenrang yang bertanggungjawab terhadap pembinaan dan upaya-upaya kesehata masyarakat termasuk pembinaan kesehatan remaja. Bentuk program kegiatan yang telah dilakukan adalah pembinaan kesehatan usia sekolah melalui program UKS yang diselenggarakan terintegrasi dengan sekolah, termasuk upaya pendidikan kesehatan pada remaja melalui pemasangan lifleat atau pamphlet berkaitan dengan dampak narkoba, rokok dan masalah kesehatan lainnya.2. Analisi UnivariatPenetapan sampel metode metode Bola Salju(Snowball Sampling) yang memenuhi kriteri inklusi. Melalui metode tersebut hingga sampai pada responden terakhir mengalami kejenuhan sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah 42 responden. Sampel penelitian adalah remaja usia 13 18 tahun yang berdomisili di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu dan memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman beralkohol. Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk berdasarkan jenis kelamin di jelaskan pada tabel 4.1.Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013

Jenis KelaminF %

Laki-Laki3583.3

Perempuan716.7

Total42100.0

Sumber : data primer 2013Pada tabel 4.1 diketahui dari 42 responden mayoritas responden adalah laki-laki yaitu 35 atau 83.3 % sedangkan perempuan hanya 7 atau 16.7 %.Karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Ke berdasarkan umur di jelaskan pada tabel 4.2.Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Desa Batusitanduk Kecamatan WalenrangKabupaten Luwu Tahun 2013UmurF %

13 tahun49.5

14 tahun37.1

15 tahun1842.9

16 tahun49.5

17 tahun1126.2

18 tahun24.8

Total42100.0

Sumber : data primer 2013Pada tabel 4.2 diketahui responden sebagian besar berumur 15 tahun sebanyak 18 atau 42.9 %, kemudian umur 17 tahun sebanyak 11 atau 26.2%, usia 13 tahun dan 16 tahun masing-masing 4 atau 9.5 %, usia 14 tahun sebanyak 7.1 % dan yang paling sedikit adalah usia 18 tahun hanya 2 atau 4.8 %.Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan status sosial ekonomi keluarga dijelaskan pada tabel 4.3.Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013

Tingkat Sosial EkonomiF %

Cukup3481.0

Kurang819.0

Total42100.0

Sumber : data primer 2013Pada tabel 4.3 diketahui mayoritas responden memiliki penghasilan keluarga kategori cukup yaitu 34 atau 81 % dan hanya 8 atau 19 % dari keluarga berpenghasilan kurang.Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan pola penggunaan dijelaskan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Penggunaan di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013

Pola PenggunaanF %

Rekreasi/kesenangan49.5

Mekanisme koping511.9

Ingin mendapat pengakuan dari kelompok3071.4

Meningkatkan percaya diri37.1

Total42100.0

Sumber : data primer 2013Pada tabel 4.4 diketahui sebagain besar pola penggunaan minuman beralkohol dengan alasan ingin mendapat pengakuan dari kelompok sebanyak 30 atau 71.4 %, sebanyak 5 atau 11.9 % dengan sebagai mekanisme koping atas permasalahan yang di hadapi, terdapat 4 atau 9.5% dengan alasan sebagai rekreasi atau mendapatkan kesenangan dan 3 atau 7.1 % dengan tujuan meningkatkan kepercayaan diri.Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan kebiasaan dalam keluarga, dijelaskan pada tabel 4.5.Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Dalam Keluarga di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013

Kebiasaan Dalam keluargaF %

Ada2354.8

Tidak ada1945.2

Total42100.0

Sumber : data primer 2013Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa lebih banyak remaja yang mengkomsumsi minimal alkohol pada keluarga yang juga memiliki kebiasaan mengkomsumsi alkohol yaitu 23 atau 54.8 % dan 19 atau 45.2% dari keluarga yang tidak memilikim kebiasaan mengkomsumsi alkohol.B. PembahasanDalam penelitian ini batasan umur remaja yang digunakan adalah usia 13-18 tahun yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi alkohol. Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus- menerus dapat merugikan dan membahayakan kesehatan baik jasmani dan rohani maupun bagi kepentinga perilaku dan secara berpikir kejiwaan (David Nutt, 2010). Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Remaja ini adalah ajang untuk mencari jati dirinya. Setelah sekian lama mereka selalu dikekang oleh otoriter orangtua, secara perlahan mereka akan menuntut keinginan mereka sendiri agar mandiri Prihyugiarto, T.Y., (2008).Karakteristik remaja yang sering mendapat pengamatan dalam penelitian penyimpangan perilaku adalah jenis kelamin, umur, tingkat sosial ekonomi keluarga dan kebiasaan dalam keluarga. Karakteristik ini merupakan determinan penting dalam perilaku remaja mengingat remaja merupakan fase pengalihan menuju kedewasaan. Sehingga terjadi ambivalen antara ketergantungan pada keluarga dengan keinginan untuk mandiri dan bebas dari aturan-aturan keluarga. 1. Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan jenis kelamin.Hasil penelitian menemukan dari 42 responden mayoritas responden adalah laki-laki yaitu 35 atau 83.3 % sedangkan perempuan hanya 7 atau 16.7 %. Fenomena yang patut di cermati adalah kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol pada remaja perempuan meskipun proporsinya kecil, akan tetapi stigma yang selama ini melekat bahwa minuman alkohol identik dengan penyimpangan perilaku remaja laki-laki mulai terkikis. Femomena ini menggambarkan bahwa emansipasi kaum remaja wanita tidak hanya pada keinginan berkompetisi dengan kaum laki-laki dalam aktivitas yang bersifat positif akan tetapi secara perlahan mulai kearah hal-hal yang bersifat negatif. Impikasi penelitian ini adalah hendaknya para orang tua maupun guru sudah selayaknya melakukan pengawasan terhadap remaja perempuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku misalnya terjerumus mengkomsumsi alkohol. 2. Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan umurHasil penelitian menemukan sebagian besar berumur 15 tahun sebanyak 18 atau 42.9 %, kemudian umur 17 tahun sebanyak 11 atau 26.2%, pada usia 13 tahun, dan 16 tahun masing-masing 4 atau 9.5 %, usia 14 tahun sebanyak 7.1 % dan yang paling sedikit adalah usia 18 tahun hanya 2 atau 4.8 %. Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan bahwa kebiasaan mengkomsumsi alkohol banyak dilakukan pada remaja awal. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Musa (2012) bahwa pada usia 15 tahun merupakan tahap awal dalam badai kepribadian dan mengalami puncak pada usia 17 tahun yang sangat rentan mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Pada rentang usia tersebut mereka mencari identitas diri dengan menghubungan dengan perilaku kelompoknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilansirParentdishUniversity of Bristol, Inggris bahwa pecandu alkohol terjadi sejak usia mereka baru menginjak angka 13 tahun (David Nutt, 2010).Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Keinginan untuk lepas dari norma dan atura keluarga, mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap pemberontakan remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterimanya. Implikasi hasil penelitian ini adalah pembinaan dan pengawasan remaja harus di mulai pada usia dini. Pola pengasuhan pada anak remaja harus menyesuaikan dengan tahap perkembangan karena setiap fase perkembangan memiliki ciri tersendiri. Hal penting mendapat perhatian orang tua karena jika tidak memahami dengan baik maka remaja akan melarikan diri dengan mengadopsi perilaku kelompoknya. Jika kelompoknya adalah kelompok yang berperilaku menyimpang remaja tersebut akan beresiko tinggi mengadopsinya dan mengabaikan norma-norma dalam keluarga.3. Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan status sosial ekonomi keluargaHasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki penghasilan keluarga kategori cukup yaitu 34 atau 81 % dan hanya 8 atau 19 % dari keluarga berpenghasilan kurang.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilansirParentdishUniversity of Bristol, Inggris menyebutkan bahwa faktor perekonomian keluarga, baik kaya ataupun miskin berisiko membuat para remaja menjadi pecandu alkohol, peneliti menemukan bahwa remaja usia 13 tahun dengan orang tua yang memiliki pendapatan yang tinggi lebih banyak menikmati minuman beralkohol dibandingkan remaja yang memiliki orang tua dengan tingkat penghasilan rendah. (David Nutt, 2010).Penjelasan peneliti bahwa fenomena diatas secara logis dapat diterima karena untuk dapat mengkomsumsi minuman beralkohol membutuhkan uang untuk membeli, akan tetapi dengan cirri kohesivitas remaja dengan kelompoknya remaja yang tidak mampu membeli dapat menikmatinya dari remaja yang lebih mampu secara ekonomi. Implikasi dari hasil penelitian diatas bahwa sudah selayaknya orang tua dalam memberikan fasilitas khususnya dalam bentuk uang pada anak remaja harus mengontrol penggunannya dengan menyesuaikan dengan kebutuhan remaja secara realistis. 4. Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan pola penggunaanHasil penelitian menemukan sebagian besar pola penggunaan minuman beralkohol dengan alasan ingin mendapat pengakuan dari kelompok sebanyak 30 atau 71.4 %, sebanyak 5 atau 11.9 % dengan sebagai mekanisme koping atas permasalahan yang di hadapi, terdapat 4 atau 9.5% dengan alasan sebagai rekreasi atau mendapatkan kesenangan dan 3 atau 7.1 % dengan tujuan meningkatkan kepercayaan diri.Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Prihyugiarto, T.Y., (2008) bahwa cirri-ciri perilaku sosial remaja yaitu setia kepada teman sebaya. Remaja terikat sangat erat dengan kelompok teman sebaya, remaja berupaya keras untuk bergabung dengan mereka dan berjuang untuk mengokohkan kedudukannya di sana, serta mengadopsi nilai-nilai perilaku yang dipegang oleh kelompoknya dengan sepenuh jiwa, perasaan, dan kesetiaannya, hal ini karena remaja, di tengah teman-temannya merasakan adanya persamaan dan kesatuan tujuan dan perasaan.Remaja yang mengalami masalah dalam kehidupan juga rentan terhadap penyimpangan perilaku, jika kekuatan nilai atau iman yang di internalisasi dari norma keluarga dan agama lebih rendah ia akan mudah menggunakan pola yang menyimpang misalnya mengkomsumsi alkohol. Hal ini sesuai dengan pendapat Musa (2012) bahwa pada masa remaja suasana hati atau yang biasa disebut dengan mood, bisa berubah kapanpun juga dan sangat cepat, perubahan mood yang drastis tersebut pada remaja ini seringkali disebabkan karena berbagai hal masalah yang menimpa dirinya. Perubahan mood yang cepat terlebih jika sedang mengalami masalah sering kali mengalahkan logika berpikirnya sehingga cenderung untuk mengikuti perasannya,Implikasi dari hasil penelitian diatas adalah orang tua penting untuk mengetahui dan mengontrol pergaulan anaknya dan berusaha membuat remaja memiliki kedekatan hubungan dengan anggota keluarga dengan pola pengasuhan demokratis, bersabahat serta mengakui keunikannya sehingga anak akan senang hati menginternalisasi nilai-nilai moral yang dianut oleh keluarga. Hal ini penting dilakukan mengingingat salah satu ciri khas perilaku remaja adalah keinginan untuk melawan kekuasaan memberontak terhadap otoritas keluarga, sekolah, dan masyarakat umum.5. Gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu berdasarkan kebiasaan dalam keluargaHasil penelitian menemukan bahwa lebih banyak remaja yang mengkomsumsi minimal alkohol pada keluarga yang juga memiliki kebiasaan mengkomsumsi alkohol yaitu 23 atau 54.8 % dan 19 atau 45.2% dari keluarga yang tidak memilikim kebiasaan mengkomsumsi alkohol.Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pola kebiasaan remaja mengkomsumsi alkohol adalah hasil belajar dari internalisasi kebiasaan dalam keluarga. Jika keluarga mengkomsumsi alkohol maka nilai belajar yang diperoleh anak adalah bahwa ia juga boleh mengkomsumsinya. Sering orang tua mengeluh anaknya sulit diatur di beri label nakal, pembangkang tetapi sering tidak disadari bahwa pola perilaku tersebut adalah hasil dari apa yang dilihat dari perilaku orang tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Musa (2012) bahwa pada masa remaja, mereka akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan alkohol merajalela bahkan sangat mungkin jika alkohol itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi perkembangan pola berpikirnya para remaja. Apalagi jika peran pendidik seperti orangtua dan lainnya tidak dapat memberikan alasan yang sangat logis untuk para remaja itu sendiri. Maka jiwa mereka akan memberontak sehingga ada kemungkinan bahwa mereka tidak akan mempercayai lagi semua hal yang telah ditanamkan pada diri mereka, baik hal yang positif atau negatif.Implikasi dari hasil penelitian ini adalah para orang tua hendaknya dapat menjadi panutan yang baik bagi remaja. Orang tua seharusnya menselaraskan antara nilai baik yang di ajarkan kepada anak dengan perilakunya. Jika orang tua tidak ingin anaknya mengkomsumsi alkohol maka hendaklah ia tidak mengkomsumsinya. C. Keterbatasan penelitianKeterbatasan dalam penelitian ini adalah :1. Pengumpulan data dengan kuesioner dapat dipengaruhi oleh perasaan dan harapan-harapan pribadi sehingga bersifat subyektif dan kurang mewakili secara kualitatif.1. Penelitian bersifat deskriptif sehingga aplikasinya sangat terbatas karena tidak memberikan kausalitas antar variabel.

BAB VKESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian tentang gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu tahun 2013, maka kesimpulan dan saran penelitian ini sebagai berikut :A. Kesimpulan 1. Mayoritas remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol adalah laki-laki yaitu 35 atau 83.3 % sedangkan perempuan hanya 7 atau 16.7 %.2. Sebagian besar remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol berumur 15 tahun sebanyak 18 atau 42.9 %, kemudian umur 17 tahun sebanyak 11 atau 26.2%, kemudian umur 17 tahun sebanyak 11 atau 26.2%, usia 13 tahun dan 16 tahun masing-masing 4 atau 9.5 %, usia 14 tahun sebanyak 7.1 5 dan yang paling sedikit adalah usia 18 tahun hanya 2 atau 4.8 %.3. Mayoritas remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang cukup yaitu 34 atau 81 % dan hanya 8 atau 19 % dari keluarga berpenghasilan kurang.4. Sebagian besar pola penggunaan minuman beralkohol dengan alasan ingin mendapat pengakuan dari kelompok sebanyak 30 atau 71.4 %, sebanyak 5 atau 11.9 % dengan sebagai mekanisme koping atas permasalahan yang di hadapi, terdapat 4 atau 9.5% dengan alasan sebagai rekreasi atau mendapatkan kesenangan dan 3 atau 7.1 % dengan tujuan meningkatkan kepercayaan diri.5. Lebih banyak remaja yang mengkomsumsi minuman alkohol pada keluarga yang juga memiliki kebiasaan mengkomsumsi alkohol yaitu 23 atau 54.8% dan 19 atau 45.2% dari keluarga yang tidak memilikim kebiasaan mengkomsumsi alkohol.B. Saran-Saran1. Bagi Institusi pendidikan Diharapkan dapat melakukan kegiatan kepada masyarakat berkaitan dengan penanganan masalah kesehatan remaja khususnya penanganan patologi sosial minuman beralkohol.2. Bagi PuskesmasDiharapkan melakukan penyuluhan kesehatan tentang dampak alhokol pada kelompok remaja khususnya melalui kunjungan ke sekolah.3. Bagi Remaja, Orang Tua dan Masyarakata. Bagi remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi alkohol kiranya dapat mengubah perilaku tidak sehat tersebut dengan mengaktifkan diri pada kegiatan positif, dan menjauhkan diri memilih teman kelompok yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi alkohol dan penyimpangan perilaku lainnya.b. Bagi orang tua diharapkan mengontrol aktivitas anak diluar rumah, mengembangkan pola pengasuhan yang lebih demokratis dan berhasabat dan menjadi role model yang baik bagi remaja.4. Bagi PenelitiBagi peneliti yang ingin melanjutkan hasil penelitian ini kiranya mengembangkan metode yang lebih analitik serta pengembangan variabel sehingga aplikasi penelitian dapat digunakan lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Duta Sekolah, (2009), Meraih Prestasi Tanpa Narkoba, Dibuka pada tanggal 19 Juni 2013 dari http/www.yahoo,com Prihyugiarto, T.Y., (2008), Psikologi Remaja, Edisi Revisi., Jakarta: PT Raja Grafindo.Alimul, Azis (2007), Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Salemba. JakartaNursalam, (2009), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian. Salemba Medika: JakartaProgram Studi D.III Keperawatan (2013), Buku Panduan Penulisan Skripsi, Akper Sawerigading Pemda Luwu (Tidak Dipublikasikan)Cholichul Hadi. (2010),Bagaimana Lebih Memahami Seorang Diri Remaja, Dibuka pada tanggal 19 Juni 2013 dari http/www.yahoo,com Musa, (2012)., Minuman Keras Ancaman bagi Remaja Http://Digilib.Uin-Suka.Ac.Id/Id/Eprint/6009David Nutt, (2010), Jauhkan Alkohol! Masih Banyak Bahan Makanan Alami Yang Bisa Dijadikan Sumber Nutrisi Yang Baik Untuk Kesehatan Http://M.Vemale.Com/Kesehatan//7739-Minum-Alkohol-Bikin-Sehat-Hanya-Mitos.HtmlIwan A.Y, (2011), Bahas Tuntas Langkah-Langkah PenelitianSurvei, Pusat Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) dan Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2MEDIA)Yogyakarta, Dibuka pada tanggal 19 Juni 2013 dari http/www.yahoo,com

ABSTRAK

WIYATI. (NIM. 2010.178). Gambaran Kebiasaan Minum Minuman Beralkohol Pada Remaja Di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013.(ix, 47 Halaman, 5 Tabel, 6 Lampiran)

Kebiasaan minum-minuman keras di kalangan remaja merupakan fenomena yang sering sekali terjadi di Indonesia. Tampaknya pola kebiasan yang tidak sehat ini juga mulai merebak sampai ke pelosok desa terpencil sekalipun tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, ras dan agama. Dampak dari kebiasaan minuman-minuman beralkohol tidak hanya menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya akan tetapi juga berdampak pada masalah sosial bahkan digolongkan dalam penyakit patologi sosialDesain penelitian adalah survei deskriptif yang bertujuan mengetahui gambaran karakteristik remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol di desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu tahun 2013. Penelitian ini melibatkan 42 remaja yang berusia 13 18 tahun yang memiliki kebiasan mengkomsumsi minuman alkohol yang diperoleh melalui metode metode bola salju(Snowball Sampling). Pengumpulan data menggunakan keusioner data dianalisa dengan statistik deskriptif.Hasil penelitian menemukan mayoritas remaja yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi minuman alkohol adalah laki-laki (83.3 %) sedangkan perempuan (16.7 %), sebagian besar berumur 15 tahun (42.9 %), berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang cukup (81%) pola penggunaan minuman beralkohol dengan alasan ingin mendapat pengakuan dari kelompok (71.4 %), pada remaja dari keluarga yang juga memiliki kebiasaan mengkomsumsi alkohol (54.8%).Saran penelitian adalah orang tua diharapkan mengontrol aktivitas anak diluar rumah, mengembangkan pola pengasuhan yang lebih demokratis dan berhasabat dan menjadi role model yang baik bagi remaja dan bagi remaja untuk mengaktifkan diri pada kegiatan positif, dan menjauhkan diri memilih teman kelompok yang memiliki kebiasaan mengkomsumsi alkohol dan penyimpangan perilaku lainnya.

Kata Kunci : Kebiasaan,Minuman Beralkohol, RemajaDaftar Pustaka : 8 (2007-2013)

Lampiran 1INFORMED CONSENTGAMBARAN KEBIASAAN MINUM MINUMAN ALKOHOL PADA REMAJA DI DESA BATUSITANDUK KECAMATAN WALENRANG KABUPATEN LUWU TAHUN 2013

Saya Wiyati adalah mahasiswa Akper Sawerigading Pemda Luwu. Saya akan melakukan penelitian sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi Diploma III keperawatan.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kebiasaan minum minuman alkohol pada remaja di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu.Saya mengharapkan partisipasi Saudara (i) untuk memberikan tanggapan / jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Tanggapan / jawaban bersifat bebas dan tanpa paksaan. Saya akan menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara.Jika Saudara (i) bersedia menjadi peserta penelitian, silahkan menandatangani kolom dibawah ini dan mengisi kuesioner yang tersedia.

Tanda Tangan : .....Tanggal :..No. Responden : .

No. responden : ..Tanggal pengisian : ..

KUESIONERGAMBARAN KEBIASAAN MINUM MINUMAN ALKOHOL PADA REMAJA DI DESA BATUSITANDUK KECAMATAN WALENRANG KABUPATEN LUWU TAHUN 2013

Kuesioner 1: Data Demografi Petunjuk pengisian 1. Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist () pada tempat yang disediakan 2. Setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban 3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti Kode *) (diisi oleh peneliti) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden :...................*)

1.Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan2.Umur : .tahun3. Pendidikan : 1. Tidak sekolah 2. SD 3.SMP 4. SMA

Kueisioner 2 : Kebiasaan Mengkomsumsi minuma alkohol

NoPertanyaanKode

1Kebiasan/ frekuensi anda minum-minuman keras :1. Mengkomsumsi setiap hari2. Mengkomsumsi minimal 3 kali seminggu3. Mengkomsumsi minimal sekali dalam seminggu

2.Berapa pendapatan keluarga anda sebulan :a. > 1.200.000 perbulanb. 1.200.000 perbulan

3.Alasan mengkomsumsi minum minuman keras :1. Rekreasi/kesenangan2. Mekanisme koping saat menghadapi masalah3. Ingin mendapat pengakuan dari kelompok4. Meningkatkan percaya diri5. Lainnya : .

4Apakah dalam keluarga saudara ada yang juga mengkomsumsi minum minuman keras :1. Ada2. Tidak ada

KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat petunjuk dan RahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Gambaran Kebiasaan Minum Minuman Beralkohol Pada Remaja Di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013 sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan pendidikan di program Diploma III Keperawatan pada AKPER Sawerigading Pemda Luwu. Selesainya penyusunan skripsi ini adalah berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:1. Bapak H. Syaiful Alam. SE.,MM,selaku ketua Yayasan Pendidikan Batara Guru Luwu , 2. Ibu HJ. Mahriani Mahmud, S.Sit M.Kes, selaku Direktur Akper Sawerigading Pemda Luwu.3. Bapak Djusmadi Rasyid.A.Kep.M.Kes selaku pembantu direktur I4. Ibu Hj. Warda.A.Kep.M.Kes selaku pembantu direktur II5. Ibu Juspin Landung, SKM.M.Kes, selaku pembimbing pertama yang memberi masukan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.6. Bapak Azwar Sjarief, S.Kep.Ns, sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, dan dukungan terbaik selama penyusunan penelitian ini.7. Ibu Hj. Warda, A.Kep.M.Kes selaku penguji III yang telah memberikan saran konstruktif dalam penelitan ini.8. Para Staf Pengajar Akper Sawerigading Pemda Luwu, yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman belajar yang sangat bermanfaat.9. Para Staf Administrasi & Staf Akademik Akper Sawerigading Pemda Luwu, yang telah banyak membantu dan mempermudah penulis dalam menyelesaikan pendidikan 10. Orang Tuaku tercinta dan saudara-saudaraku, berkat Doa dan kasih sayangmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. 11. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan olehnya diharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan.

Palopo, Juli 2013

Penulis

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Gambaran Kebiasaan Minum Minuman Beralkohol Pada Remaja Di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013.

WIYATI. NIM. 2010.178, Tahun 2013

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji SkripsiAkademi Keperawatan Pemda Luwu

Pada Hari : Jumat, 26 Juli 2013

PENGUJI INama: JUSPIN LANDUNG,SKM.M.Kes : NIDN: 0922086001

PENGUJI IINama: AZWAR SJARIEF,S.Kep.Ns:NIDN: 0915117001

PENGUJI IIINama: Hj. WARDA.M.A.Kep M.Kes:NIDN: 0909117302

Palopo, ... Juli 2013

DirekturAkademi Keperawatan Sawerigading Pemda Luwu

Hj. MAHRIANI MAHMUD,S.Sit,.M.KesNIDN : 0927126302GAMBARAN KEBIASAAN MINUM-MINUMAN BERALKOHOL PADA REMAJA DI DESA BATUSITANDUK KECAMATAN WALENRANG KABUPATEN LUWU TAHUN 2013

SKRIPSIUntuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Program Studi Diploma (D.III) Keperawatan Akper Sawerigading Pemda Luwu

DISUSUN OLEH :

W I Y A T INIM: 2010.178

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATANAKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWU2013

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR HASIL PENELITIAN

Gambaran Kebiasaan Minum Minuman Beralkohol Pada Remaja Di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013

SKRIPSI

Disusun Oleh:

W I Y A T INIM. 2010.178

Hasil Penelitian ini Telah DisetujuiTanggal ....... Agustus 2013

Pembimbing I,

Juispin Landung.SKM.M.KesNIDN. 0922017301Pembimbing II,

Azwar Sjarief,S.Kep.NsNIDN. 0915117001

Mengetahui,Pembantu Direktur IAkademi Keperawatan Sawerigading PEMDA Luwu

DJUSMADI RASYID, A.Kep., M.Kes.NIDN: 0922017301

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiHALAMAN PENGESAHANiiLEMBAR PERNYATAAN KEASLIANiiiRIWAYAT HIDUP PENULISivKATA PENGANTARvDAFTAR ISIviDAFTAR TABELviiDAFTAR GAMBARviiiDAFTAR LAMPIRANixBAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang Masalah 1B. Rumusan Masalah 5C. Tujuan Penulisan 5D. Manfaat Penulisan 6BAB II TINJAUAN TEORITIS 7A. Tinjauan Pustaka 71. Konsep Remaja 72. Konsep Minuman Alkohol 15B. Kerangka Konsep 19BAB III METODE PENELITIAN 23A. Jenis Penelitian 23B. Populasi, Sampel dan Sampling23C. Variabel Penelitian 25D. Defenisi Operasional 25E. Tempat Penelitian26F. Waktu Penelitian 27G. Instrumen Penelitian 27H. Prosedur Pengumpulan Data 27I. Pengolahan Data 28J. Analias Data 29K. Etika Penelitian 29BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32A. Hasil 32B. Pembahasan 36C. Keterbatasn penelitian 43BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45A. Kesimpulan 45B. Saran 46DAFTAR PUSTAKA 47Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013 33

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di DesaBatusitanduk Kecamatan WalenrangKabupaten Luwu Tahun 2013 33

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013 34

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Penggunaan di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013 35

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Dalam Keluarga di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013 35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 22

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed Concern 1 Lampiran 2. Kuesioner Penelitian 2Lampiran 2. Izin penelitian 3Lampiran 3. Master Tabel 4Lampiran 4. Out Put Pengolahan Data 5Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 6

SKRIPSI

GAMBARAN PERSEPSI MAHASISWA SEMESTERAKHIR TENTANG PENERAPAN UJIAN KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA DI AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU TAHUN 2013

Oleh :

CITRA SARI NIM.2010.049

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATANAKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWUPALOPO2013GAMBARAN PERSEPSI MAHASISWA SEMESTERAKHIR TENTANG PENERAPAN UJIAN KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA DI AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU TAHUN 2013

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Program Studi Diploma (D.III) Keperawatan Akper Sawerigading Pemda Luwu

Oleh :

CITRA SARI NIM.2010.049

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATANAKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWUPALOPO2013PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Gambaran Persepsi Mahasiswa Semester Akhir Tentang Penerapan Ujian Kompetensi Perawat Indonesia Di Akper Sawerigading Pemda Luwu Tahun 2013.

CITRA SARI. NIM.2010.049. Tahun 2013

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji SkripsiAkademi Keperawatan Pemda Luwu

Pada Hari : Jumat , 19 Juli 2013

PENGUJI INama: SYAMSUDDIN, S.Kep.M.Kes : NIDN: 0910017002

PENGUJI IINama: AZWAR SJARIEF.S.Kep.Ns:NIDN: 0915117001

PENGUJI IIINama: WARDA, S.Kep.M.Kes:NIDN: 091116304

Palopo, ... Juli 2013

DirekturAkademi Keperawatan Sawerigading Pemda Luwu

Hj. MAHRIANI MAHMUD,S.Sit,.M.KesNIDN : 0927126302

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Biodata Penulis

1. Nama : Wiyati. A.Md.Kep2. Tempat/tgl Lahir : Tokuning, 11 November 19913. Nama Panggilan: Yati4. Jenis Kelamin : Perempuan5. Agama : Islam6. Alamat : Lamasi Kabupaten Luwu B. Riyawat Pendidikan :

1. Tamat SD Islam Madrasah Wasponda Kec. Nuha Kabupaten Luwu Timur, Tahun 20042. Tamat SMP Islam Madrasah Tsanawiah Kec. Nuha Kabupaten Luwu Timur, Tahun 20063. Tamat SMA PGRI Walenrang, Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 20104. Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Sawerigading Pemda Luwu Tahun 2013.

C. Pesan :Keberhasilan adalah akibat. Anda harus menjadi sebab bagi yang Anda cita-citakan. Memang tidak mudah, tapi sangat mungkin

Menyampaikan kejujuran yang membuatnya menangis, lebih baik daripada membuatnya tersenyum dengan dusta.

PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesajarnaan di suatu perguruan tinggi,dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut dalam daftar pustaka.

Palopo, Juli 2013

Citra Sari NIM.2010.049

Lampiran : output pengolahan data

FrequencyTable

distribusi jenis kelamin

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validlaki-laki3583.383.383.3

perempuan716.716.7100.0

Total42100.0100.0

distribusi umur

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1349.59.59.5

1437.17.116.7

151842.942.959.5

1649.59.569.0

171126.226.295.2

1824.84.8100.0

Total42100.0100.0

distribusi pendidikan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidSMP2559.559.559.5

SMA1740.540.5100.0

Total42100.0100.0

distribusi frekuensi mengkomsumsi

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validsetiap hari511.911.911.9

3 x seminggu2969.069.081.0

1 kali seminggu819.019.0100.0

Total42100.0100.0

distribusi sosek keluarga

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid> 1.200.000 perbulan3481.081.081.0

Kurang Rp.1.200.000 perbulan819.019.0100.0

Total42100.0100.0

distribusi pola penggunaan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validrekreasi49.59.59.5

Mekanisme koping511.911.921.4

Ingin mendapat pengakuan dari kelompok3071.471.492.9

Meningkatkan percaya diri37.17.1100.0

Total42100.0100.0

distribusi kebiasaan keluarga

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validada2354.854.854.8

tidak ada1945.245.2100.0

Total42100.0100.0

SKRIPSI

GAMBARAN PERSEPSI MAHASISWA SEMESTER AKHIR TENTANG PENERAPAN UJIAN KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA DI AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU TAHUN 2013

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Program Studi Diploma (D.III) Keperawatan Akper Sawerigading Pemda Luwu

Oleh :

CITRA SARINIM: 2010.049

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATANAKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWU2013ABSTRAK

CITRA SARI. (NIM. 2010.049).Gambaran Persepsi Mahasiswa Semester Akhir Tentang Penerapan Ujian Kompetensi Perawat Indonesia Di Akper Sawerigading Pemda Luwu Tahun 2013.

Anak usia prasekolah (3-5 tahun) merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat namun kelompok ini merupakan kelompok tersering yang menderita kekurangan gizi . Peran keluarga sangatlah penting bagi anak usia pra sekolah, terutama terhadap status gizi mereka. Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia.Desain penelitian adalah Deskriptif yang bertujuan mengetahui peran keluarga terhadap status gizi anak usia pra sekolah (3-5 tahun) di desa Balo-Balo Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu. Penelitian ini melibatkan 33 ibu dan abak usia prasekolah dengan jenis Non probability Sampling yaitu metode Sampling Jenuh. Pengumpulan data menggunakan keusioner data dianalisa dengan statistik deskriptif.Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak prasekolah sebagain besar cukup yaitu 60.6% ,keluarga lebih banyak yang kurang menjalankan perannya sebagai pendidik yaitu 39.4 %, dan menjalankan perannya sebagai penyedia dalam pemenuhan kebutuhan gizi yaitu 48.5 %. Status gizi anak usia prasekolah mayoritas dengan status gizi normal yaitu 81.8 % dan status gizi kurang (18.2 %), keluarga yang menjalankan perannya dengan baik maupun yang cukup mayoritas status gizi anaknya normal dan keluarga yang kurang menjalankan perannya lebih banyak dengan status gizi anak usia prasekolah kategori kurangIbu dan keluarga hendaknya selalu berusaha meningkatkan perannya dengan berupaya lebih memahami metode pemenuhan kebutuhan gizi anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.Kata Kunci : Pengetahuan, Kolaborasi Perawat-DokterDaftar Pustaka : 16 (1995-2012)

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR HASIL PENELITIAN

Gambaran Peran Keluarga Terhadap Status Gizi Anak Prasekolah (3-5 Tahun) Di Desa Balo-Balo Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu Tahun 2012

SKRIPSI

Disusun Oleh:

W I Y A T INIM. 2010.024

Hasil Penelitian ini Telah DisetujuiTanggal ....... Oktober 2012

Pembimbing I,

Hj.Zaimah Lajeppu.SKM.MMPembimbing II,

Hardianto, SKM.M.Kes

Mengetahui,Pembantu Direktur IAkademi Keperawatan Sawerigading PEMDA Luwu

DJUSMADI RASYID, A.Kep., M.Kes.NIDN: 0922017301

PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL PENELITIAN

Proposal penelitian dengan judul : Gambaran Kebiasaan Minum Minuman Keras Pada Remaja Di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Tahun 2013 telah disetujui untuk diujikan dalam ujian sidang proposal penelitian.

Wiyati, NIM. 2010.024

Telah disetujui untuk diuji dihadapan Tim Penguji Proposal Penelitian Akademi Keperawatan Sawerigading Pemda Luwu

Pada Hari Selasa, Tanggal 25 Juni 2013

Pembimbing I,

Juspin Landung.SKM.M.KesPembimbing II,

Azwar Sjarief. S.Kep.Ns

Mengetahui,Pembantu Direktur IAkademi Keperawatan Sawerigading PEMDA Luwu

DJUSMADI RASYID, A.Kep., M.KesNip. 19730122 199503 1 002

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAND. Hasil 1. Gambaran lokasi penelitianPenelitian ini dilaksanakan di kampus Akper Sawerigading Pemda Luwu Jl.Kh.M. Razap Palopo, dibawah naungan Yayasan Pendidikan Batara Guru milik Pemerintah Kabupaten Luwu Kampus dengan izin peyelenggaraan Dikti No : 18/D/O/2006, dan telah terakreditasi dari BAN dengan strata C. Visi Akper Sawerigading Pemda Luwu adalah Mewujudkan Akper Sawerigading Pemda Luwu Yang Unggul Dan Berdaya Saing Di Kawasan Timur Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 27 orang terdiri dari tenaga edukasi sebanyak 14 orang dengan berbagai latar belakangan kualifikasi pendidikan dan sebagian besar berstarata pendidikan S2, dan tenaga administrasi sebanyak 13 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki terdiri dari ruang kelas teori 10 ruangan, laboratorium keperawatan : medikal bedah, keperawatan dasar, anak dan maternitas, laboratorium anatomi fisiologi, laboratorium keperawatan komunitas dan keluarga serta laboratorium bahasa Inggris, ruang perpustakaan, ruang direktur, ruangan dosen dan staf.Untuk mendukung proses pembelajaran kampus telah menyediakan jaringan Hot Spot Area yang memungkinkan civitas akademik termasuk mahasiswa mengakes berbagai informasi dan perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan. 2. Data demografia. Distribusi jenis kelaminTabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis KelaminDi Akper Sawerigading Pemda Luwu, Tahun 2012(n = 96)Jenis KelaminJumlahPersentase (%)

Laki-laki2627.1

Perempuan7072.9

Total96100.0

Sumber : data primer 2012Pada 4.1 diketahui dari 96 responden sebagain besar adalah mahasiswa perempuan sebanyak 70 atau 72.9 % dibandingkan mahasiswa laki-laki hanya 26 atau 27.1 %.b. Distribusi usia Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Akper Sawerigading Pemda Luwu, Tahun 2012(n = 96)UmurJumlahPersentase (%)

17-19 tahun8285.4

20-21 tahun1414.6

Total96100.0

Sumber : data primer 2012Pada 4.2 diatas diketahui dari 96 responden mayoritas berumur 17-19 tahun sebanyak 82 atau 85.4 % dan 14 atau 14.6 % berumur 20-21 tahun.

3. Analisa Univariata. Pengetahuan remaja akhir (17-21 tahun) tentang pencegahan HIV/AIDS di Akper Sawerigading Pemda LuwuTabel 4.3Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan HIV/AIDSDi Akper Sawerigading Pemda Luwu, Tahun 2012(n = 96)PengetahuanJumlahPersentase (%)

Baik1111.5

Cukup8184.4

Kurang44.2

Total96100.0

Sumber : data primer 2012Pada 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebagain besar responden cukup mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu 81 atau 84.4%, sebanyak 11 atau 11.5 % yang mengetahui dengan baik dan 4 atau 4.2 % yang kurang mengetahui.b. Sikap remaja akhir (17-21 tahun) tentang pencegahan HIV/AIDS di Akper Sawerigading Pemda LuwuTabel 4.4Distribusi Sikap Responden Tentang Pencegahan HIV/AIDSDi Akper Sawerigading Pemda Luwu, Tahun 2012(n = 96)SikapJumlahPersentase (%)

Positif8184.4

Negatif1515.6

Total96100.0

Sumber : data primer 2012Pada 4.4 diatas menunjukkan bahwa sebagain besar responden bersikap positif terhadap pencegahan HIV/AIDS sebanyaak 81 atau 84.4 % dan 15 atau 15.6 % yang bersikap negatif.c. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Pengetahuan Remaja Akhir (17-21 tahun) tentang pencegahan HIV/AIDS di Akper Sawerigading Pemda LuwuTabel 4.5Distribusi Tabulasi Silang Jenis Kelamin Dengan Pengetahuan Tentang Pencegahan HIV/AIDS Di Akper Sawerigading Pemda Luwu, Tahun 2012 (n = 96)

Jenis KelaminPengetahunTotal

Baik Cukup Kurang

F%F%F%F%

Laki-laki726.91765.427.726100

Perempuan 45.76491.422.970100

Total1111.58184.444.296100

Sumber : data primer 2012Pada 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 26 responden laki-laki sebagian besar cukup mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu 17 atau 65.4 %, sebanyak 7 atau 26.9 % yang mengetahui dengan baik dan hanya 2 atau 7.7 % yang kurang mengetahui. Dari 70 responden perempuan mayoritas cukup mengetahui yaitu 64 atau 91.4%, sebanyak 4 atau 5.7 % mengetahui dengan baik dan 2 atau 2.9 % yang kurang mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS.d. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Sikap remaja akhir (17-21 tahun) tentang pencegahan HIV/AIDS di Akper Sawerigading Pemda LuwuPada 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 26 responden laki-laki mayoritas bersikap positif terhadap pencegahan HIV /AIDS yaitu 23 atau 88.5 % dan 3 atau 11.5 % yang bersikap negatif. Dari 70 responden perempuan mayoritas bersikap negatif yaitu 58 atau 82.9 % dan sebanyak 12 atau 17.1 % yang bersikap negatif.Tabel 4.6Distribusi Tabulasi Silang Jenis Kelamin Dengan Sikap Tentang Pencegahan HIV/AIDS Di Akper Sawerigading Pemda Luwu, Tahun 2012 (n = 96)Jenis KelaminSikapTotal

PositifNegatif F%

F%F%F%

Laki-laki2388.5311.526100

Perempuan 5882.91217.170100

Total8184.41515.696100

Sumber : data primer 2012e. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Sikap remaja akhir (17-21 tahun) tentang pencegahan HIV/AIDS di Akper Sawerigading Pemda LuwuTabel 4.7Distribusi Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Sikap Tentang Pencegahan HIV/AIDS Di Akper Sawerigading Pemda Luwu, Tahun 2012 (n = 96)PengetahuanSikapTotal

PositifNegatif F%

F%F%F%

Baik981.8218.211100

Cukup7187.81012.381100

Kurang126.0375.04100

Total8184.41515.696100

Sumber : data primer 2012Pada 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 11 responden yang mengetahaui dengan baik mayoritas bersikap positif terhadap pencegahan HIV/AIDS, dari 81 responden yang cukup mengetahui juga mayoritas bersikap positif sebanyak 71 atau 87.8 % dan 1012.3% yang bersikap negatif, sedangkan yang kurang mengetahui sebagian besar bersikap negatif yaitu 3 atau 75 %. B. Pembahasan1. Pengetahuan remaja akhir (17-21 tahun) tentang pencegahan HIV/AIDS di Akper Sawerigading Pemda LuwuMenurut Notoatmojo (2010) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbantuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dapat dilakukan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagain besar responden cukup mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu 81 atau 84.4%, sebanyak 11 atau 11.5 % yang mengetahui dengan baik dan 4 atau 4.2 % yang kurang mengetahui. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok remaja akhir yang merupakan mahasiswa keperawatan dalam penelitian masih memerlukan tambahan informasi yang benar tentang pencegahan HIV/AIDS, dengan mengetahui dengan baik maka diharapkan tidak hanya sebagai pendorong akan mereka melakukan tindakan nyata dalam pencegahan, tetapi sebagai calon perawat sudah selayakanya mereka lebih memahmi dengan baik tentang pencegahan HIV/AIDS sehingga dapat memberikan informasi yang benar kepada masyarakat khususnya kelompok resiko tinggi tertular HIV/AIDS.Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh usia. Dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan juga akan semakin bertambah. Hal ini sesuai dengan Notoadmojo (2010) bahwa pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan akan suatu hal/objek. Kenyataan hasil penelitian ini berkesesuaian dengan pendapat diatas karena yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kelompok usia remaja akhir yang merupakan transisi menuju usia dewasa muda. Kelompok remaja akhir memiliki kemampauan yang cukup untuk mengolah informasi bedasarkan konsep realitas dan rasionalitas. Pengetahuan mengenai cara penularan sangat perlu diperhatikan agar remaja akhir tidak mempercayai mitos-mitos yang ada yang dapat menyebabkan sikap diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. Demikian juga cara pencegahan harus ditekankan pada agar mereka tidak melakukan perilaku yang beresiko terhadap penularan HIV/AIDS.Selain faktor usia, pengetahuan mengenai HIV/AIDS juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pengetahuan laki-laki lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sesuai dengan Hanifah (2007) bahwa remaja perempuan takut mencari informasi mengenai seks atau HIV/AIDS karena mereka akan dianggap aktif seksual tanpa memandang aktivitas seksual yang sebenarnya. Tetapi pada hasil penelitian ini proporsi pengetahuan remaja akhir antara laki-laki dan perempuan relatif sama dengan proporsi terbesar adalah cukup mengetahui tentang pencegahan penuluaran HIV/AIDS. Asumsi peneliti bahwa sebagain besar responden cukup mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS disamping didukung oleh usia juga karena sumber informasi tentang penularan HIV/AIDS sangat banyak khususnya melalui internet. 2. Sikap remaja akhir (17-21 tahun) tentang pencegahan HIV/AIDS di Akper Sawerigading Pemda LuwuSikap sebagai kesediaan untuk bereaksi(disposition to react)secara positif(favorably)atau secara negatif(unfavorably)terhadap obyek-obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu (Azwar, 2005)Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagain besar responden bersikap positif terhadap pencegahan HIV/AIDS sebanyaak 81 atau 84.4 % dan 15 atau 15.6 % yang bersikap negatif. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku. Sikap dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai karena pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoadmojo, 2007).Sikap remaja akhir yang sebagain besar sudah positif ini merupakan hasil dari pegetahuan mereka tentang pencegahan HIV/AIDS. Pemahaman ataupun pengetahuan baik dan buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh dalam penentuan sikap seseorang.Asumsi peneliti bahwa meskipun sebagian besar kelompok remaja akhir yang merupakan mahasiswa keperawatan mayoritas positif tetapi belum menjamin bahwa hal yng disikapinya akan mencaji cerminan dari perilakunya. Hal ini disebabkan karena sikap seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu diantaranya adalah pengaruh orang lain. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Saat ini dengan perkembangan ilmu dan teknologi remaja akhir informasi tentang dampak HIV/AIDS gencar dilakukan banyak kalangan tetapi pada sisi yang lain berbagai situs menyediakan propaganda seks bebas. Hal ini sangat berbahaya bagi kelompok usia remaja akhir yang sedang dalam proses pengalihan ke dewasa muda dimana keingintahuan tentang aktivitas sex juga sangat tinggi. Remaja terikat sangat erat dengan kelompok teman sebaya. Mereka berupaya keras untuk bergabung dengan mereka dan berjuang untuk mengokohkan kedudukannya di sana, serta mengadopsi nilai-nilai perilaku yang dipegang oleh kelompoknya dengan sepenuh jiwa, perasaan, dan kesetiaannya. Proses mana yang akan terjadi dari ketiga proses tersebut banyak bergantung pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang mengendalikan masing-masing proses terjadinya pengaruh, dan implikasinya terhadap permanensi perubahan sikap (Kelman, dalam Azwar 2005)Asumsi diatas sesui dengan yang diungkapkan Azwar (2005) bahwa sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh individu. Sikap dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, seseorang membentuk sikap tertentu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain. Melalui interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya.Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa meskipun seagian besar remaja akhir sudah memiliki cukup pengetahuan dan bersikap positif terhadap pencegahan HIV/AIDS tetapi karena sikap sebagai hasil dari tahu masih merupakan perilaku tertutup sehingga masih diperlukan edukasi dan determinan lingkungan sosial yang mendukung untuk berperilaku sesuai dengan yang disikapinya. Responden yang merupakan mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memberikan informasi yang benar tentang pencegahan HIV/AIDS sekaligus menjadi role model dalam perilaku pencegahannnya khususnya pada kelompok remaja yang dianggap kelompok beresiko tertular HIV/AIDS.

C. Keterbatasan penelitianKeterbatasan dalam penelitian ini adalah :1. Pengumpulan data dengan kuesioner dapat dipengaruhi oleh perasaan dan harapan-harapan pribadi sehingga bersifat subyektif dan kurang mewakili secara kualitatif.1. Instrumen pengumpulan data dirancang oleh peneliti sendiri tanpa melakukan uji coba, oleh karena itu validitas dan realibilitasnya masih perlu diujicoba.

BAB VKESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja akhir (17-21 tahun) tentang pencegahan HIV/AIDS dimana respondennya adalah mahasiswa keperawatan, maka kesimpulan dan saran penelitian ini sebagai berikut :C. Kesimpulan 1. Mayoritas remaja akhir (17-21 tahun) cukup mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu 81 atau 84.4%, sebanyak 11 atau 11.5 % yang mengetahui dengan baik dan 4 atau 4.2 % yang kurang mengetahui, pengetahuan yang sebagian besar cukup baik disamping didukung oleh usia juga karena kemudahan mendapatkan informasi tentang penularan HIV/AIDS dari berbagai media.2. Mayoritas remaja akhir (17-21 tahun) bersikap positif terhadap pencegahan HIV/AIDS sebanyaak 81 atau 84.4 % dan 15 atau 15.6 % yang bersikap negatif, sikap remaja akhir yang sebagain besar sudah positif ini merupakan hasil dari pegetahuan mereka tentang pencegahan HIV/AIDSD. Saran1. Institusi Pendidikan KeperawatanDiharapkan mengintegrasikan kewaspadaan umum pencegahan HIV/AIDS dalam proses pembelajaran laboratorium sehingga meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa terhadap pencegahan HIV/AIDS khususnya resiko infeksi melalui kontak cairan tubuh penderita selama melakukan praktik klinik keperawatan2. Bagi MahasiswaDiharapkan aktif mencari berbagai informasi tentang masalah HIV/AIDS khususnya metode pencegahan yang efektif selama melakukan praktik klinik keperawatan. 3. Bagi PenelitiDiharapkan peneliti lain yang tertarik melanjutkan hasil penelitian ini untuk meneliti variabel lain misalnya perilaku mahasiswa terhadap pencegahan HIV/AIDS dengan menggunakan metode yang lebih analitik.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis (2007), Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Salemba. Jakarta Anita, 2000. Penyebaran dan Usaha Pencegahan AIDS. Diperoleh dari : http://www.kesrepro.info/?q=node/217. [Diakses pada 10 Agustus 2012] Arikunto, S.,2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azwar, S (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka PelajarBadan Narkotika Nasional (BNN) Sulsel (2001), Aids Dan Narkoba, Diperoleh dari: http://bnn-sulsel.go.id. [Diakses pada 10 Agustus 2012]Borucki, M.J., 2001. Etiologi dan Patogenesis. Dalam: Muma, Richard D., Lyons, Barbara Ann, Borucki, Michael J., Pollard, Richard B., ed. HIV: Manual Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 23-28. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Diperoleh dari: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf. [Diakses pada 10 Agustus 2012] _______, 2007b. Penularan. Diperoleh dari: http://www.aidsindonesia.or.id /s_contents.php?id_pages=44&id_language=2. [Diakses pada 5 Mei 2009] _______, 2011. HIV/AIDS. Available from:http://www.Mayoclinic.com /health/hiv-aids/DS00005/symptoms.htm. [Diakses pada 9 Agustus 2012] Dinas Kesehatan Sulsel. (2010). Data AIDS. dari http://diskes.sulselprov.go.id. [Diakses pada 10 Agustus 2012]Djauzi, S. & Djoerban, Z., 2011. HIV/AIDS di Indonesia. http://sp