rinitis alergi pp zet.ppt
DESCRIPTION
zetTRANSCRIPT
RINITIS ALERGI
Pembimbing :
dr. Ismelia Fadlan, Sp.THT
PENDAHULUANRhinitis dikenal sebagai beringus, adalah istilah medis yang menggambarkan iritasi dan peradangan daerah internal hidung. Gejala utama rhinitis adalah menetes hidung. Ini disebabkan oleh peradangan kronis atau akut membran mukosa hidung virus, bakteri atau iritasi. Peradangan mengakibatkan menghasilkan jumlah berlebihan lendir, umumnya menghasilkan tersebut beringus, serta hidung tersumbat dan post-nasal tetes.
LAPORAN KASUSIDENTITAS PASIEN Nama : Tn. YA Umur : 24 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Alamat : Jln H. Kamil Rt 15, Kel: Wijaya
Pura Kec: Jambi Selatan Agama : Islam Register : 69-74-42
ANAMNESIS
(Autoanamnesis, Tgl : 27 Agustus 2012) Keluhan Utama
Pilek di lubang hidung sebelah kiri ± 12 tahun (sewaktu SMP)
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang berobat ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher dengan keluhan pilek pada hidung sebelah kiri sudah ± 3 bulan.
Pasien mengatakan sering mengeluh pilek sudah selama ±12
tahun sewaktu pasien masih SMP. Sejak 3 bulan pilek kembali
kambuh tapi hanya pada hidung sebelah kiri. Pasien mengeluh
keluar cairan kental berwarna putih dari lubang hidung sebelah
kiri. Kemudian pada tenggorokan keluar lendir berwarna putih.
Jika pasien kecapekan, pileknya kambuh. Tapi jika
capeknya hilang, pilek tidak kambuh lagi. Kalau cuaca dingin
atau berdebu pilek juga kambuh.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pernah trauma kecelakaan pada saat SMP
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
STATUS PRESEN
Sensorium : compos mentis
Pernapasan : 20 i/x
Suhu : 36,7 °C
Nadi : 84 i/x
KU/KP/KG : Baik
CairanDarahNanahBerbauTumpatPenciuman
-
-
-
-
-
+
Kanan+-----+
Kiri
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Leher
Regio FrontalisRegio MaksilarisRegio MandibularisRegio ParotisRegio Servikalis
DbnDbnDbnDbnDbn
Hidung
Vestibulum NasiKavum NasiSelaput LendirSeptum NasiLantai + Dasar HidungKonka InferiorMeatus InferiorKonka MediaMeatus MediaPolipKorpus AleniumMassa Tumor
DbnDbn
PucatTidak Ada Deviasi
DbnDbnDbnDbnDbnDbnDbnDbn
DbnDbn
PucatTidak Ada Deviasi
DbnDbnDbnDbnDbnDbnDbn
Kanan KiriRinoskopi Anterior
Mulut
Selaput Lendir MulutBi birLidah GigiKelenjar Ludah
NormalTidak KeringNormalKaries (+), Kanan M2 M3, Kiri M1 M2Normal
Faring
Uvula
Palatum Mole
Palatum Durum
Plika Anterior
Tonsil
Plika Posterior
Mukosa orofaring
Bentuk Normal, terletak ditengah tapi ada massa
dibelakang uvula
Normal
Normal
Hiperemis (-)
Normal
Normal
Normal
DIAGNOSIS BANDING
Rhinosinusitis
Rhinitis vasomotor
DIAGNOSIS KERJA
Rhinitis Alergi
PENATALAKSANAAN Medikamentosa
Antihistamin
Dekongestan
Kortikosteroid Edukasi
Menghindari kontak dengan alergen penyebabnya.
DefinisiDefinisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis
and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai Ig E
Etiologi Rinitis alergi secara umum disebabkan oleh interaksi dari
pasien yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan
lingkungan. Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu
alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan
merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki
kecenderungan alergi. Adapun alergen yang biasa dijumpai
berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara
pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu
binatang, jamur, serbuk sari,dan lain-lain
Patogenesis Secara klasik rinitis alergika dianggap sebagai
inflamasi nasal yang terjadi dengan perantaraan IgE.
diawali dengan tahap provokasi/reaksi alergi
Klasifikasi Rinitis alergika Berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA tahun
2000, menurut sifat berlangsungnya rinitis alergi dibagi menjadi:
• Intermiten, yaitu bila gejala <4 hari/minggu atau <4 minggu.
•Persisten, yaitu bila gejala >4 hari/minggu dan/atau >4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:
• Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja.
• Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
Faktor Resiko 1. Riwayat keluarga yang atopi
2. Serum IgE > 100 IU/mL sebelum usia 6 tahun.
3. Sosioekonomi menengah keatas.
4. Paparan terhadap alergen dalam ruangan (binatang dan debu).
5. Skin prick test positif.
Diagnosis Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis perlu ditanyakan gejala-gejala spesifik yang mengganggu pasien (seperti hidung tersumbat, gatal-gatal pada hidung, rinore, bersin), pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan. Karena rinitis alergi seringkali berhubungan dengan konjungtivitis alergi, maka adanya gatal pada mata dan lakrimasimendukung diagnosis rinitis alergi. Riwayat keluarga merupakan petunjuk yang cukup penting dalam menegakkan diagnosis pada anak.
Pemeriksaan Fisik Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan
dan allergic shinner, yaitu bayangan gelap di daerah bawah mata karena
stasis vena sekunder akibat obstruksihidung. Selain itu, dapat ditemukan
juga allergic crease yaitu berupa garis melintang padadorsum nasi bagian
sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat hidung yang sering digosok-
gosok oleh punggung tangan (allergic salute).Pada pemeriksaan rinoskopi
ditemukan mukosa hidung basah, berwarna pucat atau livid dengan konka
edema dan sekret yang encer dan banyak. Perlu juga dilihat adanya
kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat gejala hidung
tersumbat.Selain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral atau
penyakit yang berhubunganlainnya seperti sinusitis dan otitis media.
Pemeriksaan penunjang
In vitro: Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau
meningkat. RATS (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA
(Enzyme Linked Immuno Sorbent assay Test) Pemeriksaan sitologi hidung
In vivo: Skin End-point titration/SET Intracutaneus provocative Dilutional Food Test
(IPDFT) Challenge Test
Penatalaksanaan
Eliminasi alergen Medikamentosa
Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang. Tidak menimbulkan takifilaksis. Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid
intranasal. Meskipun demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.
Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya efek samping sistemik.
Penatalaksanaan Operatif (Konkotomi) Imunoterapi.
Fototerapi. Leukotriene Modifier.
Komplikasi 1. Polip hidung
2. Otitis media efusi yang residif, terutama pada anak-anak
3. Sinusitis paranasal
Prognosa Gejala rhinitis alergi dapat ditangani dengan
baik.
TERIMA KASIH