paper rinitis alergi cek

38
BAB I PENDAHULUAN Rinitis adalah inflamasi mukosa yang melapisi hidung yang ditandai dengan adanya kongesti nasal, rhinore, bersin-bersin, dan gatal pada hidung. Rinitis alergi adalah suatu inflamasi mukosa hidung yang melibatkan reaksi alergi dari mediator kimia ketika terjadi paparan ulang terhadap individu yang telah tersensitisasi sebelumnya. 1 Angka kejadian rinitis alergi cukup sering terjadi, baik di Indonesia maupun luar negeri. Rata-rata rinitis alergi terjadi pada usia 8-11 tahun, dan 80% kasus rinitis alergi berkembang pada usia 20 tahun. Biasanya rinitis alergi timbul di usia muda. 2 Rinitis alergi biasanya disebabkan adanya paparan alergen tertentu secara spesifik. Rinitis alergi diawali oleh sensitisasi dan selanjutnya diikuti oleh reaksi alergi. 1,2 Pada beberapa kasus, rinitis alergi juga disertai dengan gejala pada mata, telinga, sinus, dan tenggorokan. Untuk menimbulkan reaksi alergi harus dipenuhi 2 faktor, yaitu adanya sensitivitas terhadap suatu alergen (atopi), yang biasanya bersifat herediter dan adanya kontak ulang dari alergen tersebut. 1 Gambaran klinik rinitis alergi meliputi empat gejala klasik, yaitu bersin, hidung gatal, rinore, dan 1

Upload: andika-adiguna

Post on 28-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Rinitis alergi

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Rinitis Alergi Cek

BAB I

PENDAHULUAN

Rinitis adalah inflamasi mukosa yang melapisi hidung yang ditandai dengan

adanya kongesti nasal, rhinore, bersin-bersin, dan gatal pada hidung. Rinitis alergi

adalah suatu inflamasi mukosa hidung yang melibatkan reaksi alergi dari mediator

kimia ketika terjadi paparan ulang terhadap individu yang telah tersensitisasi

sebelumnya.1 Angka kejadian rinitis alergi cukup sering terjadi, baik di Indonesia

maupun luar negeri. Rata-rata rinitis alergi terjadi pada usia 8-11 tahun, dan 80%

kasus rinitis alergi berkembang pada usia 20 tahun. Biasanya rinitis alergi timbul

di usia muda.2

Rinitis alergi biasanya disebabkan adanya paparan alergen tertentu secara spesifik.

Rinitis alergi diawali oleh sensitisasi dan selanjutnya diikuti oleh reaksi alergi. 1,2

Pada beberapa kasus, rinitis alergi juga disertai dengan gejala pada mata, telinga,

sinus, dan tenggorokan. Untuk menimbulkan reaksi alergi harus dipenuhi 2 faktor,

yaitu adanya sensitivitas terhadap suatu alergen (atopi), yang biasanya bersifat

herediter dan adanya kontak ulang dari alergen tersebut.1

Gambaran klinik rinitis alergi meliputi empat gejala klasik, yaitu bersin, hidung

gatal, rinore, dan kongesti hidung, serta gejala-gejala lainnya, baik nasal maupun

non-nasal. Pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk mendiagnosis rinitis alergi

meliputi anamnesis, pemeriksaan THT dengan/tanpa naso-endososkopi, dan tes

alergi. Pada anamnesis perlu ditanyakan gejala-gejala spesifik yang mengganggu

pasien (seperti hidung tersumbat, gatal-gatal pada hidung, rinore, bersin), pola

gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan keparahannya, identifikasi

faktor predisposisi, kondisi lingkungan dan pekerjaan. Pada pemeriksaan fisik

pemeriksaan yang diutamakan adalah pemeriksaan hidung yaitu rinoskopi

anterior. Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan uji sensitivitas alergi yaitu

pemeriksaan IgE spesifik.

Prinsip penatalaksanaan rinitis alergi terutama adalah menghindari faktor pencetus

utama, yaitu agen penyebab alergi yang bersifat spesifik pada masing-masing

individu. Kemudian untuk mempercepat resolusi dari gejala dapat didukung

1

Page 2: Paper Rinitis Alergi Cek

dengan terapi farmakologi, baik dengan obat-obatan, pembedahan, maupun

imunoterapi.1 Terapi farmakologis diberikan untuk mengatasi gejala yang

ditimbulkan rinitis alergi, dapat berupa antihistamin, dekongestan, dan lain-lain.

Rinitis alergi memiliki beberapa diagnosis banding, yakni Rinitis Akut, Rinitis

Medikamentosa dan Rinitis Vasomotor.1,2,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Rinitis Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitifitas tipe I yang

diperantarai oleh Ig E pada sel mast dimana mukosa hidung sebagai organ

sasaran. Reaksi ini timbul akibat reaksi abnormal atau hipersensitifitas

mukosa hidung terhadap suatu alergen spesifik, yang mana pada orang

normal tidak akan menyebabkan reaksi apapun. Rhinitis Alergika secara

klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung, terjadi setelah paparan

alergen melalui peradangan mukosa hidung yang diperantarai IgE. Menurut

WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah

kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rhinore, rasa gatal, dan

tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh

IgE.3

2

Page 3: Paper Rinitis Alergi Cek

2.2 Etiologi

Rinitis alergi biasanya disebabkan karena adanya paparan alergen tertentu.

Berdasarkan cara masuknya, alergen dapat dibagi menjadi :1,4

1. Alergen inhalan, yaitu alergen yang masuk bersama dengan udara

pernapasan, misalnya tungau debu rumah (D. pteronyssinus, D. farinae,

B. tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit binatang (kucing, anjing),

rerumputan (Bermuda grass) serta jamur (Aspergillus, Alternaria).

2. Alergen ingestan, yaitu alergen yang masuk ke saluran cerna berupa

makanan, misalnya susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang, kepiting,

dan kacang-kacangan.

3. Alergen injektan, yaitu alergen yang masuk melalui suntikan atau

tusukan, misalnya penisilin dan sengatan lebah.

4. Alergen kontaktan, yaitu alergen yang masuk melalui kontak kulit atau

jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, dan perhiasan.

Selain alergen, polutan dapat memperberat rhinitis alergi Polutan dalam

ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar termasuk

gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida.

2.3 Klasifikasi

Dahulu rinitis alergi diklasifikasikan menjadi dua berdasar sifat

berlangsungnya, yaitu:1,5

1. Musiman (seasonal): Penyakit ini timbul periodik, sesuai dengan musim

dimana pada waktu terjadi konsentrasi alergen terbanyak di udara. Dapat

mengenai semua golongan umur dan biasanya mulai timbul pada anak-

anak dan dewasa muda. Berat ringannya gejala penyakit bervariasi dari

tahun ke tahun tergantung pada banyaknya alergen di udara. Faktor

herediter pada penyakit ini sangat berperan. Hanya ada di negara yang

mempunyai 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari

(pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu dinamakan pollinosis

2. Sepanjang tahun (perennial): Gejala penyakit ini timbul intermiten atau

terus-menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang

3

Page 4: Paper Rinitis Alergi Cek

tahun. Penyebab yang paling sering yaitu alergen inhalan, terutama pada

orang dewasa dan alergen ingestan yang merupakan penyebab pada anak-

anak, biasanya diikuti dengan gejala alergi lainnya seperti urtikaria,

gangguan pencernaan. Selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh fakor

non spesifik pun dapat memperberat gejala, seperti asap rokok, bau

merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban yang tinggi.

Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari

WHO Initiative ARIA tahun 2008, yakni berdasarkan sifat berlangsungnya,

dibagi menjadi:1,5

1. Intermiten (kadang-kadang): bila gejala muncul kurang dari 4

hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.

2. Persisten (menetap): bila gejala muncul lebih dari 4 hari/minggu dan

lebih dari 4 minggu.

Sedangkan menurut berat ringannya penyakit, dibagi menjadi:1,5

1. Ringan: bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas sehari-

hari, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain yang

mengganggu.

2. Berat: bila ditemukan satu atau lebih gangguan di atas.

2.4 Epidemiologi

Rinitis merupakan penyakit yang terjadi sebanyak 40% dari populasi.

Rinitis alergi adalah jenis rinitis yang paling banyak terjadi di dunia. Angka

prevalensi rinitis alergi mencapai 10-20% dan menurut studi epidemiologi

prevalensinya terus mengalami peningkatan. 6

20-40 juta penduduk amerika menderita rhinitis alergi, dimana 10-30%

dialami oleh penduduk dewasa dan 40% dialami oleh anak-anak. Menurut

sebuah studi epidemiologi, prevalensi rhinitis alergi lebih banyak terjadi

pada anak-anak berjenis kelamin laki-laki, namun pada usia dewasa

prevalensi rhinitis alergi tersebut mempunyai prevalensi yang sama baik

pada laki-laki maupun perempuan.7

4

Page 5: Paper Rinitis Alergi Cek

Menurut International Study of Asthma and Allergies in Children (ISAAC,

2006), Indonesia bersama-sama dengan negara Albania, Rumania, Georgia

dan Yunani memiliki prevalensi rinitis alergi yang rendah yaitu kurang dari

5%. 8

2.5 Patofisiologi

Terdapat dua fase dalam satu kejadian rinitis alergi, dimana fase pertama

merupakan fase sensitisasi lalu diikuti dengan fase provokasi atau fase

dimana reaksi alergi muncul. Reaksi alergi dalam rinitis alergi terbagi

menjadi dua yaitu Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) dan Reaksi Alergi Fase

Lambat (RAFL). RAFC terjadi dalam kurun waktu kurang dari satu jam

sejak paparan alergen terjadi sedangkan RAFL terjadi rata-rata diatas 2-4

jam dan biasanya bertahan hingga 24 jam atau lebih.1

Fase pertama dalam kejadian rinitis alergi merupakan fase sensitisasi atau

fase saat kontak pertama dengan alergen. Makrofag yang berperan sebagai

Antigen Presenting Cell (APC) akan menangkap alergen yang menempel

pada mukosa hidung. Makrofag dan alergen ini akan membentuk fragmen

pendek peptida yang akan berikatan dengan HLA kelas II sehingga

menghasilkan Major Histocompatibility (MHC) kelas II. MHC kelas II akan

dipresentasikan pada sel T helper (Th 0). Makrofag atau APC akan

melepaskan sitokin (IL 1) yang bertugas mengaktivasi sel T helper untuk

berproliferasi. T helper yang berproliferasi akan membentuk Th 1 dan Th

2.1,6

Th 2 dapat menghasilkan berbagai macam sitokin, diantaranya IL 3, IL 4, IL

5 dan IL 13. IL 4 dan IL 13 kemudian akan diikat di permukaan sel limfosit

B. Sitokin yang terikat ini akan mengaktifkan sel limfosit B sehingga

menghasilkan immunoglobulin E (Ig E). Ig E yang beredar dalam sirkulasi

darah akan masuk ke jaringan dan diikat di permukaan sel mediator, yaitu

sel mastosit dan basofil, untuk mengaktifkan kedua sel tersebut. Rentetan

fase tersebut merupakan fase sensitisasi dimana hasil dari fase tersebut

adalah sel mediator yang telah tersensitisasi.6

5

Page 6: Paper Rinitis Alergi Cek

Bila terjadi paparan ulang alergen pada mukosa yang telah tersensitisasi

maka rantai Ig E akan mengikat alergen tersebut dan terjadi degranulasi

mastosit dan basofil akibat banyaknya mediator kimia yang terbentuk,

terutama histamin. Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf

vidianus sehingga memunculkan gejala klinis berupa rasa gatal pada hidung

dan bersin-bersin. Bersamaan dengan itu, histamin juga menyebabkan

kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan meningkatkan

permeabilitas kapiler, sehingga terjadi rinore. Histamin juga merangsang

mukosa hidung untuk mengeluarkan Inter Celluler Adhesion Molecule 1

(ICAM 1).

Pada RAFC sel mastosit akan melepaskan molekul kemotaktik yang akan

mengakumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respon ini akan

terus berlangsung dan mencapai puncak pada 6 hingga 8 jam setelah paparan

terjadi. Pada RAFL terjadi penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi di

mukosa hidung dan peningkatan sitokin pada sekret hidung.1

2.6 Manifestasi Klinis

Rinitis alergi ditandai dengan adanya empat gejala klasik yaitu bersin,

hidung gatal, rinore, dan kongesti hidung. Gejala rinitis alergi yang khas

adalah terjadinya serangan bersin berulang. Bersin merupakan gejala yang

normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah

besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologis yaitu proses

membersihkan diri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila

terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya

histamin.9

Gejala lain adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung

tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan

banyak keluar air mata (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di

hidung, mata, telinga, faring atau laring. Tanda hidung termasuk garis hitam

melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung

ke atas (allergic salute dan allergic crease), pucat dan edema mukosa

6

Page 7: Paper Rinitis Alergi Cek

hidung yang dapat muncul kebiruan disertai dengan sekret mukoid atau cair.

Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar

hitam dibawah mata (allergic shiner).8 Tanda pada telinga termasuk retraksi

membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil dari hambatan tuba

eustachius. Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia

submukosa jaringan limfoid. Tanda laringeal termasuk suara serak dan

edema pita suara.9

Gejala rinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Tanda-tanda

fisik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang

abnormal, maloklusi gigi, allergic gape (mulut selalu terbuka agar bisa

bernafas), allergic shiners (kulit berwarna kehitaman dibawah kelopak mata

bawah), lipatan tranversal pada hidung (transverse nasal crease), edema

konjungtiva, mata gatal dan kemerahan. Pemeriksaan rongga hidung dengan

spekulum sering didapatkan sekret hidung jernih, membrane mukosa edema,

basah dan kebiru-biruan (boggy and bluish).

Seringkali gejala rhinitis alergika yang timbul tidak lengkap, terutama pada

anak-anak. Pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun jarang

disebabkan oleh alergen inhalan, gejala yang timbul pada anak-anak lebih

sering disebabkan oleh alergi makanan. Kadang-kadang keluhan hidung

tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang

diutarakan pasien.1,2,5

Tanda pada rinitis alergi biasanya dapat ditemukan pada pemeriksaan

kepala-leher. Pasien dengan obstruksi jalan nafas dapat menunjukkan open-

mouthed adenoid facies. Gejala spesifik lain pada anak-anak adalah

terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena statis

vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner.

Gatal pada mukosa hidung menyebabkan anak menggosok-gosok hidungnya

dengan menggunakan punggung tangan yang disebut allergic salute.

Keadaan menggosok-gosok hidung ini akan mengakibatkan timbulnya garis

melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah, yang disebut allergic

crease.

7

Page 8: Paper Rinitis Alergi Cek

Gejala lain yang tidak khas dapat berupa batuk, sakit kepala, masalah

penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, dan post nasal

drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah,

kesulitan dalam konsentrasi, kewaspadaan berkurang, dan psikomotor yang

terganggu, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.9,10

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Mayoritas dari kasus rinitis alergi dapat ditegakan melalui anamnesis

terperinci dan mendalam. Anamnesis dilakukan dengan menggunakan

sacred seven dan basic four. Hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis

adalah Kualitasnya, yaitu tingkat keparahan penyakit menurut pasien

seperti bagaimana bersinnya, jika keluar ingus (rinore) bagaimana

konsistensinya, apakah encer dan banyak dan jika hidung tersumbat

tanyakan seberapa mengganggunya gejala tersebut. Kuantitasnya, yaitu

berapa kali gejala tersebut timbul dalam waktu seminggu, apakah terus

menerus, kadang-kadang (intermitten) atau hanya pada saat tertentu.

Onsetnya, tanyakan kapan, dan pada saat apa gejala tersebut mulai

muncul. Lokasinya, selain gejala utama pada hidung apa ada timbul

gejala pada tempat lain yang berhubungan dengan keluhan utama.

Kronologinya dapat ditanyakan bagaimana awal mulanya gejala tersebut

dapat muncul, tanya juga apakah ada gejala lain yang menyertai selain

keluhan utama pasien seperti lemas dan sakit kepala dan faktor-faktor

apa saja yang memperberat maupun memperingan tanda dan gejala

pasien.

Hal lain yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit dan pengobatan

sebelumnya, yaitu apakah pasien memiliki riwayat alergi dan penyakit

lain seperti asma dan eksim dan apakah pasien pernah berobat

sebelumnya serta tanyakan responnya. Riwayat penyakit alergi pada

keluarga juga penting untuk ditanya. Selain itu tanyakan juga mengenai

riwayat pekerjaan dan lingkungan pasien. Apakah ada eksposur bahan

tertentu pada saat bekerja dan bagaimanakah kondisi lingkungan pasien.

8

Page 9: Paper Rinitis Alergi Cek

Selain itu, juga perlu ditanyakan seberapa besar rhinitis alergi ini

mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada dasarnya gejala khas rinitis

alergi adalah terdapat serangan bersin yang berulang diikuti gejalan-

gejala lainnya, yaitu keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung

tersumbat, hidung dan mata gatal, dan kadang-kadang disertai dengan

banyak air mata yang keluar (lakrimasi).1,2,7

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang difokuskan pada hidung harus dilakukan pada

pasien dengan riwayat rhinitis. Hal yang perlu diperhatikan adalah

saluran nafas, sekret, septum, dan terdapat polip atau masa atau tidak.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, dapat ditemukan mukosa hidung

yang bervariasi dari tampak normal sampai edema, basah, berwarna

pucat atau keabuan, terkadang hiperemi dan disertai rinore encer dengan

jumlah bervariasi. Cobblestoning atau penampakan dinding posterior

faring yang granuler dan edema mungkin bisa ditemukan. Pada edema

yang berat tampak mukosa hidung yang berwarna kebiruan. Kualitas dan

kuantitas sekret juga perlu diperhatikan mengingat pada rhinitis alergi

sekret bersifat encer dan banyak. Secara subjektif, pasien menunjukan

rasa yang tidak nyaman dan bernafas melalui mulut karena hidungnya

merasa tersumbat.7

Pada pemeriksaan kavum nasal dengan menggunakan spekulum juga

harus dievaluasi apakah terdapat polip, tumor atau deviasi septum untuk

melakukan diagnosa banding. Polip hidung biasanya terlihat putih,

mobile, dan tidak sensitif terhadap sentuhan. Untuk membedakan polip

atau bukan, biasanya dilakukan tes dengan menggunakan vasokonstriktor

topikal. Polip tidak akan mengecil ukurannya setelah diberikan

vasokonstriktor topikal.

Keadaan yang dapat dilihat pada pasien rinitis alergi adalah1 :

- Allergic shiner: bayangan gelap di daerah bawah mata, karena stasis

vena akibat obstruksi hidung.

9

Page 10: Paper Rinitis Alergi Cek

- Allergic salute: anak tampak menggosok-gosok hidung dengan

punggung tangan karena gatal

- Allergic crease: tampak garis melintang di dorsum nasi bagian

sepertiga bawah karena terlalu sering menggosok

- Facies adenoid: mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit

tinggi, sehingga akan mengganggu pertumbuhan gigi geligi.

- Geographic tongue: lidah tampak seperti gambaran peta.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang rinitis alergi dapat secara in vitro maupun in

vivo. Pemeriksaan secara in vitro dapat dilakukan dengan hitung

eosinofil dalam darah tepi, apakah hasilnya normal atau meningkat.

Pemeriksaan igE total (prist-paper radio immunosorbent test) juga dapat

dilakukan meski hasilnya sering menunjukan nilai normal jika tanda

alergi tidak lebih dari satu macam penyakit. Hasil dapat meningkat pada

infeksi parasit dan infeksi kulit Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan

yaitu dengan RAST (Radio immuno sorbent test) dan ELISA (Enzyme

linked immuno sorbent assay test) meski jarang digunakan. Pemeriksaan

sitologi dari sekret hidung juga dapat dilakukan sebagai pemeriksaan

tambahan. Uji sitologi dilakukan dengan cara memeriksa mucus untuk

diamati jumlah eosinofil dan sel inflamasi lain. Peningkatan jumlah sel

inflamasi mengindikasikan adanya rhinitis alergi.11

Pada pemeriksaan in vivo, penyebab dapat dicari dengan mengunakan tes

cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal tunggal atau berseri.

Pemeriksaan IgE spesifik dengan menggunakan uji sensitivitas kulit

sangat penting untuk menentukan apakah pasien menderita rhinitis alergi

dan untuk mengetahui allergen spesifik yang dapat menimbulkan gejala

rhinitis alergi pada pasien. Uji sensitivitas kulit adalah pemeriksaan yang

murah, sederhana, mudah dilakukan, dapat menunjukan hasil yang cepat,

memiliki sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan dosis inisial untuk

terapi dan dapat ditoleransi oleh sebagian besar pasien.1,2,14

10

Page 11: Paper Rinitis Alergi Cek

Sebelum melakukan uji kulit, hentikan pemakaian anti-histamin selama

7-10 hari. Tidak diperlukan penghentian pemakaian kortikosteroid

intranasal, leukotrin inhibitor, decongestan dan kortikosteroid oral

sebelum uji kulit.b Uji sensitivitas kulit ini dilakukan dengan cara

memaparkan allergen pada kulit pasien yang sudah dicukit, kemudian

pada bagian kulit yang sudah terpapar ditandai dan diamati apakah

terdapat eritema dan indurasi.2

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan rhinitis alergi adalah untuk menurunkan gejala.

Beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan diantaranya adalah :

1. Menghindari Alergen

Merupakan terapi yang paling ideal pada rhinitis alergi, yaitu dengan

avoidance dan eliminasi. Pasien yang alergi debu rumah tangga

disarankan untuk memakaimasker dan menjaga kelembaban rumah

dibawah 50%. Pasien dengan alergi terhadap pollen dapat menghindari

paparan dengan cara tetap menutup jendela rumah, menggunakan AC

dan membatasi aktivitas diluar rumah pada saat musim tertentu. Pasien

dengan alergi terhadap animal dander disarankan untuk tidak memlihara

hewan dirumah, cara tersebut dapat menurunkan gejala secara signifikan

dalam waktu 4-6 bulan.6

2. Antihistamin

Antihistamin terbaru, yaitu generasi kedua yang bersifat non-sedasi

(loratadin, fexofenadin, desloratadin) merupakan farmakoterapi pilihan

utama dalam penatalaksanaan rhinitis alergi. Antihistamin generasi

pertama (klasik) juga memiliki efektifitas yang sama dalam menurunkan

gejala rhinitis, namun memiliki efek sedasi karena dapat menembus

sistem saraf pusat dan memiliki efek kolinergik. Penggunaan

antihistamin terbukti efektif menurunkan gejala rhinitis seperti bersin-

bersin, gatal dan rhinore. Untuk mendapatkan efek yang maksimal,

11

Page 12: Paper Rinitis Alergi Cek

antihistamin ini bisa digunakan pada saat puncak gejala atau sebelum

mengalami paparan terhadap allergen.6

3. Dekongestan

Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai

sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan

antihistamin topikal. Obat ini menyebabkan vasokonstriksi karena

efeknya pada reseptor- α-adrenergik. Efek vasokonstriksi terjadi dalam

10 menit, berlangsung selama 1 sampai 12 jam. Pemakaian topikal sangat

efektif menghilangkan sumbatan hidung, tetapi tidak efektif untuk

keluhan bersin dan rinore. Pemakaiannya terbatas selama 3-5 hari untuk

mencegah rebound congestion dan rinitis medikamentosa. Kombinasi

antihistamin dan dekongestan oral dimaksud untuk mengatasi obstruksi

hidung yang tidak dipengaruhi oleh antihistamin.1,2,15

4. Kortikosteroid Intranasal

Preparat kortikosteroid dipilih pada rhinitis dengan derajat ringan yang

menetap atau pada rhinitis dengan derajat sedang-berat. Kortikosteroid

intranasal ini bisa digunakan baik sebagai kombinasi dengan oral

antihistamin atau digunakan sebagai terapi tunggal. Kortikosteroid

berfungsi untuk mengurangi respon epitel hidung terhadap alergen

dengan cara mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa hidung,

mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil, mengurangi

aktivitas limfosit dan mencegah bocornya plasma. Penggunaan

kortikosteroid intranasal yang benar dan teratur dapat mengurangi

inflamasi mukosa dan memperbaiki kelainan mukosa. Selain itu,

kortikosteroid intranasal juga menunjukan dapat memperbaiki gejala

pada mata dan gejala pada saluran nafas bagian bawah.1,6

Kortikosteroid intranasal yang biasanya digunakan adalah

beclomethasone, fluticasone propionate, triamnicolone acetonide, dan

budesonide. Cara pemakaian yang baik adalah sebagai profilaksis dan

oleh karena efeknya akan terlihat dalam beberapa hari, maka

kortikosteroid harus digunakan secara teratur.6

12

Page 13: Paper Rinitis Alergi Cek

Efek samping penggunaan kortikosteroid intranasal adalah iritasi, atropi

mukosa, tumbuh jamur dan stinging. Penggunaan kortikosteroid yang

benar dapat mengurangi resiko efek samping tersebut. Penggunaan

beclomethason diketahui dapat menghambat pertumbuhan pada anak-

anak apabila dibandingkan dengan placebo.6,15

5. Antagonis Reseptor Leukotriene (LTRAs)

Penggunaan LTRA seperti montelukast dan zafirlukast dalam pengobatan

rhinitis alergi dapat menurunkan gejala secara efektif, namun tidak

sebaik penggunaan kortikosteroid intranasal.6

Pilihan LTRA harus dipertimbangkan ketika terapi menggunakan

antihistamin oral dan kortikosteroid intranasal tidak menunjukan

perbaikan gejala. Apabila terapi kombinasi dengan ketiganya tetap tidak

bisa memperbaiki gejala, harus dipikirkan pengobatan dengan

menggunakan immunoterapi.6

6. Stabiliser Sel Mastosit

Sodium kromoglikat tersedia sebagai obat untuk rinitis alergi dari

golongan obat stabilisasi sel mastosit. Obat ini akan menstabilkan

membrane sel mastosit pada mukosa hidung, menurunkan potensinya

untuk degranulasi dan melepaskan histamin ke mukosa. Penggunaan obat

ini sebaiknya sebelum terkena paparan alergen karena obat ini tidak

efektif setelah sel mastosit terdegranulasi.2

7. Antikolinergik Topikal

Perangsangan saraf parasimpatis menyebabkan vasodilatasi dan sekresi

kelenjar. Antikolinergik menghambat aksi asetilkolin pada reseptor

muskarinik sehingga mengurangi volume sekresi kelenjar dan

vasodilatasi. Preparat antikolinergik topikal yang paling sering digunakan

yaitu ipatropium bromide nasal spray. Efek utamanya adalah mengatasi

rinore.2,15

8. Anti-IgE

13

Page 14: Paper Rinitis Alergi Cek

Anti-IgE merupakan salah satu obat baru untuk mengobati rinitis alergi.

Obat ini diadministrasikan secara subkutan dan secara dramatis

menurunkan jumlah IgE bebas sehingga dapat mengatasi reaksi alergi. 2

9. Imunoterapi

Cara pengobatan ini dilakukan pada pasien alergi inhalan dengan gejala

yang berat dan sudah berlangsung lama serta apabila cara pengobatan

medikamentosa tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tujuan dari

imunoterapi adalah pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan

IgE. Imunoterapi dilakukan dengan cara mengadministrasikan sejumlah

kecil antigen secara subkutan untuk menurunkan responsivitas terhadap

antigen. Manfaat yang didapat tidak didapat secara cepat tetapi dalam

beberapa bulan pengobatan. Lama pengobatan yang dianjurkan untuk

dapat memperoleh manfaat yang diharapkan yaitu antara 3 sampai 5

tahun.1,2

10. Pembedahan

Pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi komplikasi yang

ditimbulkan oleh rinitis alergi seperti polip hidung, sinusitis, otitis media,

dan hipertropi konka. Contoh pembedahan yaitu tindakan konkotomi

parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti, inferior

turbinoplasty, dan polipektomi.1,2

2.9 Diagnosis Banding

1. Rinitis Akut

Rinitis akut adalah radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan

oleh infeksi virus atau bakteri. Infeksi virus dapat menyebabkan

obstruksi hidung, rinore yang jernih dan bersin.13 Virus yang sering

menyebabkan rinitis akut yaitu rinovirus, virus influenza, dan adenovirus.

Gejala yang menyertai biasanya demam, kelemahan, sakit kepala dan

nafsu makan berkurang. Keluhan ini jarang terjadi pada rinitis alergi.

Bila sumber infeksinya dari bakteri, gejala khas yang muncul berupa

14

Page 15: Paper Rinitis Alergi Cek

sekret hidung yang purulen, mukosa hiperemi dan pada pemeriksaan

sitologi sekret hidung ditemukan sel-sel PMN.

2. Rinitis Vasomotor

Rinitis vasomotor merupakan gangguan fungsi fisiologis lapisan mukosa

hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas saraf

parasimpatis.13 Dari anamnesis keluhan pasien biasanya hidung berair

disertai rasa gatal pada mata dan bersin-bersin. Pada pemeriksaan fisik

ditemukan edema mukosa dan konka yang berwarna merah, tetapi pada

rinitis vasomotor sering ditemukan sekret yang mukoid.

3. Rinitis Medikamentosa

Rinitis medikamentosa adalah suatu kelainan pada hidung, berupa

gangguan respon normal vasomotor, karena pemakaian vasokontriktor

lokal dalam waktu lama dan berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan

hidung yang menetap.h Dari anamnesis ditemukan adanya riwayat

pemakaian obat vasokontriktor topikal dalam waktu yang lama. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan edema konka yang tidak berkurang kalau

diberikan adrenalin dan sekret hidung yang berlebihan.

4. Sinusitis

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus pranasal.13

Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan

infeksi virus, diikuti oleh infeksi bakteri. Dari anamnesis keluhan pasien

biasanya nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen yang seringkali

turun ke tenggorok (post nasal drip). Keluhan nyeri atau rasa tekanan

juga terkadang terasa di tempat lain (reffered pain). Pada pemeriksaan

fisik ditemukan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pus di meatus

medius atau di meatus superior.1

2.10 Komplikasi

1. Polip

15

Page 16: Paper Rinitis Alergi Cek

Polip antrokoanal terisolasi sebenarnya sering disebabkan oleh infeksi,

namun sekitar sepertiga kejadian polip berkaitan dengan alergi akibat

inhalan. Pasien dengan polip seharusnya dilakukan skrining untuk alergi.2

2. Rinosinusitis

Rinosinusitis adalah penyakit peradangan mukosa yang melapisi lubang

hidung dan sinus pranasal. Penyakit ini sekarang lebih sering disebut

daripada sinusitis sendiri karena gejala rinitis dan sinusitis bisanya

berkaitan (one airway disease). Penderita sinusitis biasanya juga

menderita rinitis. Hal ini dikarenakan membran mukosa hidung dan sinus

secara embriologi berhubungan satu sama lain. Disini dapat dilihat

penyakit di salah satu bagian nafas akan berkembang ke daerah lainnya.

Gejala utama rinosinusitis diantaranya nyeri/rasa berat di daerah wajah,

hidung buntu, adanya post nasal drip atau ingus yang purulen,

hiposmia/anosmia serta sakit kepala.1,16

3. Otitis Media

Beberapa faktor terlibat dalam otitis media rekuren dan efusi persisten,

termasuk obstruksi tuba eustasius fungsional oleh karena infeksi atau

alergi.1,2

16

Page 17: Paper Rinitis Alergi Cek

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS

Nama : Ny. ND

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 49 tahun

Alamat : Br. Kaja Kerobokan

No. RM : 01542145

Tanggal Pemeriksaan : 3 – 5 – 2014

3.2 ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)

Keluhan Utama :

Bersin-bersin terus menerus sejak 2 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik THT karena bersin-bersin terus menerus setiap

hari sejak 2 tahun yang lalu. Setiap bersin dapat mencapai 5-6 kali. Bersin

didapatkan pada waktu yang tidak menentu, baik pagi siang ataupun malam.

Bersin meningkat apabila terpapar debu, bau parfum, dan dingin. Bersin

didapatkan selama 3-4 hari dalam 1 minggu. Keluhan juga disertai dengan

pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung. Pilek dengan cairan

berwarna bening, encer, dan banyak, namun tidak berbau. Terkadang sampai

dengan hidung tersumbat. Pasien juga sering merasakan gatal pada hidung,

dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan punggung tangan.

Keluhan pada pasien tidak mengganggu aktivitas, karena pasien masih dapat

bekerja pada siang hari. Keluhan tidak disertai dengan batuk, nyeri tenggorok,

nyeri kepala dan penurunan fungsi pendengaran.

17

Page 18: Paper Rinitis Alergi Cek

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami keluhan hal yang sama sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Anak laki-laki pasien mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Alergi :

Pasien memiliki alergi terhadap debu, parfum, dan udara yang dingin. Alergi

terhadap makanan, dan obat-obatan, disangkal.

Riwayat Pengobatan :

Sebelumnya pasien hanya mengobati keluhan hanya dengan menggunakan

obat yang dibeli pasien di apotek tanpa resep dokter.

Riwayat Sosial:

Pasien bekerja sebagai akuntan di salah satu hotel di daerah Seminyak. Di

lingkungan kerjanya, pasien mengatakan terdapat banyak debu. Pasien juga

mengatakan lingkungan kerjanya menggunakan AC dengan suhu yang cukup

dingin.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : 130/90

Pernafasan : 20 x/ menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,7

VAS : 0

18

Page 19: Paper Rinitis Alergi Cek

Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) diameter 3/3mm

isokor

Leher : PKBG (-/-)

Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), besar : normal

Pulmo : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Hepar/lien: tidak teraba

Status Lokalis THT

Telinga

Status Kanan Kiri

Daun Telinga Normal Normal

Liang Telinga Lapang Lapang

Discharge - -

Membran TimpaniIntak, refleks cahaya (+),

hiperemi (-)

Intak, refleks cahaya (+),

hiperemi (-)

Tumor - -

Mastoid Normal Normal

Tes Pendengaran

Weber Tidak dievaluasi

Schwabach Tidak dievaluasi

Rinne Tidak dievaluasi

Hidung

Status Kanan Kiri

Hidung Luar Normal Normal

Kavum Nasi Menyempit Menyempit

Septum Deviasi (-) Deviasi (-)

Discharge - -

Mukosa hiperemis hiperemis

Tumor - -

Konka Kongesti kongesti

19

Page 20: Paper Rinitis Alergi Cek

Sinus Normal Normal

Koana Normal Normal

Tenggorokan

Status Kanan Kiri

Tonsil T1 T1

Mukosa Merah muda

Dispneu -

Sianosis -

Stridor -

Suara Normal

Dinding belakang Post-nasal drip (-)

Laring

Status Kanan Kiri

Epiglotis Tidak dievaluasi

Plika Vokalis Tidak dievaluasi

Aritenoid Tidak dievaluasi

Plika Ventrikularis Tidak dievaluasi

Rimaglotis Tidak dievaluasi

3.4 RESUME

Pasien datang ke poliklinik THT karena bersin-bersin terus menerus

setiap hari sejak 2 tahun yang lalu. Setiap bersin dapat mencapai 5-6 kali.

Bersin didapatkan pada waktu yang tidak menentu, baik pagi siang ataupun

malam. Bersin meningkat apabila terpapar debu, bau parfum, dan dingin.

Bersin didapatkan selama 3-4 hari dalam 1 minggu. Keluhan juga disertai

dengan pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung. Pilek dengan

cairan berwarna bening, encer, dan banyak, namun tidak berbau, terkadang

sampai dengan hidung tersumbat. Pasien juga sering merasakan gatal pada

hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan punggung

tangan. Keluhan pada pasien tidak mengganggu aktivitas, karena pasien masih

20

Page 21: Paper Rinitis Alergi Cek

dapat bekerja pada siang hari. Keluhan tidak disertai dengan batuk, nyeri

tenggorok, nyeri kepala dan penurunan fungsi pendengaran.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan koana nasalis sinistra & dekstra

menyempit, dan hiperemis pada konka nasalis inferior sinistra & dekstra.

3.5 DIAGNOSIS BANDING

Suspek Rhinitis Alergika

Rhinitis Sinusitis

Influenza

3.6 DIAGNOSIS KERJA

Suspek Rhinitis Alergika

3.7 PENATALAKSANAAN

Diagnosis

a. Tes Alergi (Skin Prick Test)

Non- Medikamentosa

a. KIE nenghindari allergen penyebab, dengan menggunakan masker saat

bekerja dan berkendara

Medikamentosa

a. Antihistamin H2 : Lorantadin 1 x 1

b. Dekongestan : Pseudoefedrin 3 x 1

3.8 PROGNOSIS

Ad vitam : dubius ad bonam

Ad fungsionam : dubius ad bonam

21

Page 22: Paper Rinitis Alergi Cek

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus kali ini, seorang pasien perempuan berusia 49 tahun, beragama

Hindu, dan bekerja sebagai pegawai swasta datang Pasien datang ke poliklinik

THT karena bersin-bersin terus menerus setiap hari sejak 2 tahun yang lalu. Setiap

bersin dapat mencapai 5-6 kali. Bersin didapatkan pada waktu yang tidak

menentu, baik pagi siang ataupun malam. Bersin meningkat apabila terpapar debu,

bau parfum, dan dingin. Bersin didapatkan selama 3-4 hari dalam 1 minggu.

Keluhan juga disertai dengan pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung.

Pilek dengan cairan berwarna bening, encer, dan banyak, namun tidak berbau.

Terkadang sampai dengan hidung tersumbat. Pasien juga sering merasakan gatal

pada hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan punggung

tangan. Keluhan pada pasien tidak mengganggu aktivitas, karena pasien masih

dapat bekerja pada siang hari. Keluhan tidak disertai dengan batuk, nyeri

tenggorok, nyeri kepala dan penurunan fungsi pendengaran.

Pasien belum pernah mengalami keluhan hal yang sama sebelumnya. Anak laki-

laki pasien mengalami keluhan yang sama. Pasien memiliki alergi terhadap debu,

parfum, dan udara yang dingin. Alergi terhadap makanan, dan obat-obatan,

disangkal. Sebelumnya pasien hanya mengobati keluhan hanya dengan

menggunakan obat yang dibeli pasien di apotek tanpa resep dokter. Pasien bekerja

sebagai akuntan di salah satu hotel di daerah Seminyak. Di lingkungan kerjanya,

pasien mengatakan terdapat banyak debu. Pasien juga mengatakan lingkungan

kerjanya menggunakan AC dengan suhu yang cukup dingin.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini meliputi pemeriksaan tanda

vital, status general dan THT. Pada pemeriksaan fisik tidak terdapat

keabnormalan pada tanda vital dan status general pasien. Pada status THT, hasil

pemeriksaan telinga dalam batas normal. Pemeriksaan hidung ditemukan konka

yang mengalami kongesti di kedua sisi serta mukosa hidung yang tampak

hiperemis pada kedua rongga hidung. Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan

mukosa yang merah muda tanpa disertai pembesaran tonsil. Hasil pemeriksaan

fisik yang didapatkan memperkuat diagnosis rinitis alergi.

22

Page 23: Paper Rinitis Alergi Cek

Dalam penatalaksanaan pasien dengan rinitis alergi diperlukan pendekatan yang

komprehensif dalam meninjau permasalahan yang dialami oleh pasien. Selain

mencari tanda-tanda dan gejala penyakit yang diderita, diperlukan juga

penelusuran dan pemahaman terhadap kehidupan pribadi pasien seperti kondisi

tempat tinggal dan lingkungan kerja berhubung pasien bekerja sebagai pegawai

swasta. Dalam kasus ini, selain kondisi rumah yang kurang bersih, kondisi

lingkungan tempat pasien bekerja yang dikatakan oleh pasien berdebu, serta

kondisi tempat kerja yang dingin, dan bau-bauan dari parfum bukan tidak

mungkin merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya reaksi alergi pada

pasien sehingga komunikasi, informasi, dan edukasi pada pasien mengenai

penyakitnya dan faktor-faktor pencetusnya disini sangatlah penting. Pasien

dihimbau untuk menjauhi faktor pencetus alergi yang dalam hal ini adalah debu,

udara dingin dan bau-bauan dari parfum. Pasien juga harus menjaga perilaku

hidup sehat seperti rajin berolahraga, makan makanan bergizi, dan istirahat yang

cukup. Pasien ianjurkan melakukan tes alergi untuk mengetahui penyebab pasti

dari pencetus dari penyakit yang dialami pasien. Pasien juga diwajibkan untuk

melakukan control berkala untuk memantau kemajuan pengobatan. Prognosis

pada penderita ini adalah ad vitam : dubius ad bonam dan ad functionam : dubius

ad bonam

23

Page 24: Paper Rinitis Alergi Cek

BAB V

SIMPULAN

Rinitis alergi adalah peradangan atau inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi

pada pasien atopik yang sebelumnya telah tersensitisasi dengan alergen yang

sama. Rinitis alergi merupakan kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,

rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang

diperantarai oleh IgE. Pada pasien atopik, terjadi pelepasan suatu mediator kimia

ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut. Angka kejadian

rinitis alergi cukup sering terjadi, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Gambaran klinik rinitis alergi meliputi empat gejala klasik, yaitu bersin, hidung

gatal, rinore, dan kongesti hidung, serta gejala-gejala lainnya, baik nasal maupun

non-nasal. Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Prinsip manajemen rinitis alergi adalah

mencegah kejadian rinitis dan menghilangkan gejala serta penyebab rinitis alergi.

Terapi non-farmakologis dapat berupa saran untuk menjaga kondisi tubuh dengan

baik serta sebisa mungkin menjauhkan diri dari faktor pencetus ataupun penyebab

penyakit. Terapi farmakologis diberikan untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan

rinitis alergi, sedangkan tindakan operasi kadang diperlukan untuk mengatasi

komplikasi yang terjadi.

24