portofolio ruangan penuh rsud kajen lw.doc

26
LAPORAN PORTOFOLIO ETIKA DAN MEDIKOLEGAL “Ruang Penuh dengan Thermal Burn derajat 2 20%” Pendamping : dr. Imam Prasetyo dr. Siti Hanah Disusun Oleh :

Upload: brigadin

Post on 08-Feb-2016

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

R

TRANSCRIPT

Page 1: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

LAPORAN PORTOFOLIO

ETIKA DAN MEDIKOLEGAL

“Ruang Penuh dengan Thermal Burn derajat 2 20%”

Pendamping :

dr. Imam Prasetyo

dr. Siti Hanah

Disusun Oleh :

dr. Emelia Wijayanti

RSUD KAJEN

KABUPATEN PEKALONGAN

2014

Page 2: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

PORTOFOLIO ETIKA DAN MEDIKOLEGAL

No ID dan Nama Peserta : Emelia Wijayanti

No ID dan Nama Wahana : RSUD Kajen Pekalongan

Topik : Ruang Penuh

Tanggal (kasus) : 26 Maret 2014

Nama Pasien : An. R

Umur : 8 Tahun

Alamat : Limbangan, Karang Anyar

No. RM : 150504

Pendamping : dr. Imam Prasetyo & dr. Siti Hanah

Tanggal Presentasi :

Tempat Presentasi : RSUD Kajen Pekalongan

Obyektif Presentasi

o Keilmuan o Ketrampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka

o Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa

o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil

Deskripsi

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang ke UGD RSUD Kajen Pekalongan

bersama ayah dan ibunya pada tanggal 11 Februari 2014 Pukul 10.07 WIB dengan keluhan lepuh

– lepuh di muka, leher, tangan kiri, dan paha kiri karena terkena minyak panas 30 menit SMRS

di sekolah sewaktu jajan gorengan. Pasien merupakan rujukan dari puskesmas limbangan.

Pasien seharusnya dirawat inap karena luka bakar derajat 2 dengan luas luka bakar 20%.

Pasien akirnya di rujuk ke RS lain dikarenakan ruangan RSUD Kajen penuh.

Tujuan

o Mengetahui dasar dari bioetik kedokteran

o Memahami hak dan kewajiban pasien

o Mencegah penyimpang etika dalam praktik kedokteran sehari-hari

Bahan Bahasan

o Tinjauan Pustaka o Riset o Kasus o Audit

Cara Membahas

o Diskusi o Presentasi dan

Diskusi

o E-mail o Pos

Page 3: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

Data Pasien

Nama : An. R Umur : 8 Tahun No. Regristasi : 150504

Nama Klinik : IGD Telepon :

Data Utama untuk Bahan Diskusi

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang ke UGD RSUD Kajen Pekalongan bersama ayah dan ibunya pada tanggal 11 Februari 2014 Pukul 10.07 WIB dengan keluhan lepuh – lepuh di muka, leher, tangan kiri, dan paha kiri karena terkena minyak panas 30 menit SMRS.

2. Riwayat Pengobatan Pasien merupakan rujukan dari puskesmas limbangan.

3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit sebelumnya

Pasien terkena minyak panas sewaktu membeli gorengan di sekolahnya waktu istirahat.

Pasien tidak pernah menderita penyakit asma, alergi.

4. Riwayat Keluarga Keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit HT, DM, asma, alergi.

5. Riwayat Pekerjaan Pasien seorang pelajar kelas 2 SD, Biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua (Umum).

6. Kondisi Lingkungan Tidak diketahui

7. Riwayat Imunisasi Lengkap

Daftar Pustaka

1). Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Luka Bakar; Buku Ajar Bedah, Edisi Kedua.

Jakarta:EGC.2004. Hal 73-81.

2). Trauma Termal: Advanced Trauma Life Support, Edisi ketujuh. American College of

Surgeons.2004. Hal 255-269.

3). Tom L. Beauchamp and James F. Childress. Principles of Biomedical Ethics, 6th Edition.

Oxford: Oxford University Press, 2008. pp. 417. ISBN 978-0-19-533570-5

4). Jeffrey W. Bulger. Teaching Ethics Vo.8, #1, Fall 2007. Society for Ethics Across the

Curriculum. pp. 81–100.

5). Pantilat, Steve. 2008. Beneficence vs. Nonmaleficence. [Online].

(http://missinglink.ucsf.edu/lm/ethics/Content%20Pages/fast_fact_bene_nonmal.htm)

Hasil Pembelajaran

1). Mengetahui dasar dari bioetik kedokteran

2). Memahami hak dan kewajiban pasien

3). Mencegah penyimpang etika dalam praktik kedokteran sehari-hari

Page 4: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subyektif

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang ke UGD RSUD Kajen Pekalongan bersama ayah dan ibunya pada tanggal 11 Februari 2014 Pukul 10.07 WIB dengan keluhan lepuh – lepuh di muka, leher, tangan kiri, dan paha kiri karena terkena minyak panas 30 menit SMRS saat jajan gorengan di sekolahnya waktu istirahat.

Pasien tidak pernah menderita penyakit asma, alergi. Keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit HT, DM, asma, alergi.

2. Obyektif

Tanda – Tanda Vital

Nadi : 114 x/ menit

Nafas : 20 x/ menit

Suhu : 36,9 C

Pemeriksaan Fisik

BB : 21 Kg

KU/ Kesadaran : TSS/ Compos Mentis

Mata : pupil isokor 3mm, RC +/+, CA -/-, SI -/-

Muka : Luka Bakar derajat 2

Cor : BJ i>ii regular, murmur -, gallop -

Pulmo : SD vesikuker, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : dbn

Ekstremitas : akral hangat, luka bakar derajat 2 pada lengan dan paha kiri depan

Pemeriksaan Laboratorium : -

3. Assesment (Diagnosa Klinis)

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Thermal Burn dikarenakan dari anamnesa keluarga mengatakan bahwa pasien terkena minyak panas. Combutio derajat 2 dikarenakan dari pemeriksaan fisik ditemukan warna kulit kemerahan, nyeri, dan bulla, tanpa adanya jaringan parut dan eskar. Luas luka bakar 20 % karena berdasarkan rumus 10-15-20 Lund dan Browder untuk anak : muka dan leher depan 10% + lengan kiri 5% + paha kiri depan 5%.

4. Plan

Bioplasenton S.U.E

Page 5: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

TINJAUAN PUSTAKA COMBUTIO

Definisi

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,

air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-

bite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan

problem fungsi maupun estetik.

Jenis Luka Bakar berdasarkan penyebabnya

1. Luka bakar karena api

2. Luka bakar karena air panas

3. Luka bakar karena bahan kimia

4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi

5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari

6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas

Jenis luka bakar berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan

Derajat Luka Bakar

1/Superficial

2/ Dermis 3Dangkal Dalam

Lapisan Kulit Epidermis Dermis atas Seluruh dermis Seluruh lapisan kulitTANDAWarna kulit Hiperemis (eritem) Pucat/ coklatNyeri -Bulla - Eskar - Penyembuhan 5-7 hari 10-14 hari >1 bulan lamaJaringan parut -

1. Luka bakar derajat I

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit hiperemis berupa eritema,

tidak dijumpai bulae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi-reaksi inflamasi disertai

proses eksudasi. Terdapat bulae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

Page 6: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

Dibedakan atas 2 (dua) bagian :

a. Derajat II dangkal/superficial (IIA).

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ-

organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebacea masih banyak. Semua ini

merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-

14 hari tanpa terbentuk sikatriks.

b. Derajat II dalam/deep (IIB).

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel

tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebacea tinggal sedikit.

Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan

terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai

jaringan subkutan, otot, dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa

elemen epitel. Tidak dijumpai bulae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat

sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang

dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-ujung

sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

KLASIFIKASI Ringan Sedang BeratDerajat 2 – Anak < 10 % 10-20 % 20 % / > (merah) Derajat 2-Dewasa <15 % 15-25 % 25 % / > (merah) Derajat 3 < 2 % < 10 % 10 % / > (biru) Lain - lain (hijau) (merah) Tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan

genitalia/perineum (biru) Cedera inhalasi, listrik, trauma lain (biru)

Page 7: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

Luas Luka Bakar Rumus Lund dan Browder untuk Anak

Indikasi Rawat Inap

1. Luka Bakar derajat 2 > 10% (<10 tahun/ >50 tahun)

2. Luka Bakar derajat 2 > 30% (10 – 30 tahun)

3. Daerah Luka : wajah, mata, telinga, leher, tangan, kaki, sendi, dan genitalia

4. Luka bakar derajat 3 > 5% semua umur

5. Jenis luka bakar listrik, petir, kimia, radiasi, inhalasi

6. Luka bakar dengan penyakit/ trauma penyerta

Page 8: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

Penatalaksanaan

Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi

mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di

dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Pada saat kejadian, hal pertama yang

harus dilakukan adalah menjauhkan korban dan sumber trauma. Padamkan api dan siram

kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir.

Proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus walau api

telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan

mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama.

Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama sangat

bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar > 10%, karena akan terjadi

hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest.

Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, yaitu:

▪ Periksa jalan napas

▪ Bila dijumpai obstruksi jalan napas, buka jalan napas dengan pembersihan

jalan napas (suction, dsb), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi

▪ Berikan oksigen

▪ Pasang iv line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok

▪ Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis

▪ Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik

▪ Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressurel/CVP) untuk

pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar ektensif (> 40%)

2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistimatis untuk menentukan adanya

cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan

yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka

bakar derajat 2 atau 3 dengan luas > 25 %, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan

dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim

digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar, yaitu:

A. Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama hitunglah:

1. Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl

2. Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid

3. 2.000 cc glukosa 5%

Separuh dari jumlah (1), (2), dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya

Page 9: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah

cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari

kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis.

B. Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai.

Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka

bakar x BB (kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam

pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan

elektrolit yaitu larutan Ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua

diberikan setengah darijumlah pemberian hari pertama.

3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara

intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuskular karena dengan sirkulasi yang

terganggu akan terjadi penimbunan di dalam otot.

4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan

melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak

khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai yaitu

Betadine® atau nitras argenti 0,5%.

5. Berikan antibiotik topikal pascapencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan

mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk

salep atau ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate

10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat. Kompres nitras argenti yang selalu

dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat lain yang

banyak dipakai adalah silversulfadiazin dalam bentuk krim 1%. Krim ini sangat berguna

karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap

semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman.

6. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.

7. Berikan serum anti-tetanus/toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada orang dewasa dan

separuhnya pada anak-anak.

Perawatan

a. Nutrisi diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen

yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500 – 3.000 kalori sehari dengan

kadar protein tinggi.

b. Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup.

c. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk

Page 10: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

mengangkat sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya. Bila kondisi luka sangat kotor atau

dijumpai banyak krusta dan atau eksudat, pemberian dapat diulang sampai dengan 2 – 3

kali sehari.

d. Rehabilitasi termasuk latihan pernapasan dan pergerakan otot dan sendi.

e. Usahakan tak ada gangguan dalam penyembuhan; penyembuhan bisa dicapai secepatnya

dengan:

Perawatan luka bakar yang baik.

Penilaian segera daerah-daerah luka bakar derajat 3 atau 2 dalam. Kalau

memungkinkan buang kulit yang non vital dan menambalnya secepat mungkin.

f. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi. Latihan gerakan atau bidai dalam posisi

baik.

g. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan

mengganggu fungsi. Bilamana luka bakar sembuh per sekundam dalam 3 minggu atau

lebih selalu ada kemungkinan timbul parut hipertrofi dan kemungkinan kontraktur pada

waktu proses maturasi. Sebaiknya dipasang perban ½ menekan, bidai yang sesuai dan

anjuran untuk mengurangi edema dengan elevasi daerah yang bersangkutan.

h. Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Infeksi dapat

memperburuk derajat luka bakar dan mempersulit penyembuhan. Yang banyak dipakai

adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.

i. Suplementasi vitamin yamg dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit per minggu,

vitamin C 500 mg dan sulfas ferosus 500 mg.

Tindakan Bedah

Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada

ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan

penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa

menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan

memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas. Debridemen diusahakan sedini

mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.

Page 11: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

TINJAUAN PUSTAKA ETIKA

Kaidah kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter.

Seorang dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi

pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah

untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima

Facie.

Kaedah dasar bioetika terdiri dari :

1. Beneficience

Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien

yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian ”berbuat

baik” diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.

Tindakan berbuat baik (beneficence). Terdapat dua macam klasifikasi beneficence, yaitu:

1. General beneficence :

a. Melindungi & mempertahankan hak yang lain

b. Mencegah terjadi kerugian pada yang lain,

c. Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,

2. Specific beneficence :

a. Menolong orang cacat,

b. Menyelamatkan orang dari bahaya.

c. Mengutamakan kepentingan pasien

d. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah

sakit/pihak lain

e. Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)

f. Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik

terhadapnya” (apalagi ada yg hidup).

Kaidah beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan

kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik

daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;

a. Mengutamakan Alturisme

b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

c. Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya

menguntungkan seorang dokter

Page 12: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

d. Tidak ada pembatasan “goal based”

e. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan

suatu keburukannya

f. Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang

g. Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

h. Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan

i. Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang

orang lain inginkan

j. Memberi suatu resep berkhasiat namun murah

k. Mengembangkan profesi secara terus menerus

l. Minimalisasi akibat buruk

2. Non Maleficence

Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran haruslah

memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan

kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Sisi komplementer beneficence

dari sudut pandang pasien, seperti :

a. Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien

b. Minimalisasi akibat buruk

c. Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :

Pasien dalam keadaan amat berbahaya / berisiko hilangnya sesuatu yang penting

Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).

Norma tunggal, isinya larangan.

Kriteria kaedah ini adalah :

a. Menolong pasien emergensi : pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) /

berisiko, kehilangan sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah

bahaya/kehilangan tersebut, tindakan kedokteran tadi terbukti efektif, manfaat bagi

pasien > kerugian dokter.

b. Mengobati pasien yang luka

c. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )

d. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien

e. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek

Page 13: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

f. Mengobati secara proporsional

g. Mencegah pasien dari bahaya

h. Menghindari misrepresentasi dari pasien

i. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

j. Memberikan semangat hidup

k. Melindungi pasien dari serangan

l. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

3. Autonomy

Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy). Menghormati

martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia

yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap

manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.

a. PandanganKant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,

memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik

bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan

pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-

legislation dari manusia.

b. PandanganJ. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni

kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan

kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.

c. Menghendaki,menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien

demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat).

d. Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi.

e. Kaidahikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi

informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya,

bantulah membuat keputusan penting.

f. Eratterkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk

kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan

(intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects), letting die.

Kriteria kaedah ini adalah :

a. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien

b. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)

Page 14: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

c. Berterus terang

d. Menghargai privasi

e. Menjaga rahasia pasien

f. Menghargai rasionalitas pasien

g. Melaksanakan informed consent

h. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

i. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien

j. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk

keluarga pasien sendiri

k. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi

l. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien

m. Menjaga hubungan (kontrak)

4. Justice

Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham

kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan

jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada

pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.

a. Treat similar cases in a similar way = justice within morality.

b. Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :

1) Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan

mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang

memerlukan/membahagiakannya)

2) Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka

(kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).

Jenis keadilan :

a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)

b. Distributif (membagi sumber)

Kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan

cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara

material kepada setiap orang andil yang sama, sesuai dengan kebutuhannya, sesuai

upayanya, sesuai kontribusinya, sesuai jasanya, sesuai bursa pasar bebas.

Kriteria dalam kaedah ini adalah;

Page 15: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

a. Memberlakukan sesuatu secara universal

b. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

c. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

d. Menghargai hak sehat pasien

e. Menghargai hak hukum pasien

f. Menghargai hak orang lain

g. Menjaga kelompok yang rentan

h. Tidak melakukan penyalahgunaan

i. Bijak dalam makro alokasi

j. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien

k. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya

l. Kewajiban mendistribusikan keuntungan & kerugian (biaya,beban,sanksi) dg adil

m. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

n. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan tepat/sah

o. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan

p. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb

Hak dan Kewajiban Dokter – Pasien

Etika Dokter Disiplin Dokter Hukum Definisi Aturan / pedoman

sistematis perilaku Aturan / pedoman perilaku dari dalam

Keseluruhan peraturan tentang

Page 16: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

etis dokter scr baik & benar

penerapan keilmuan tingkah laku dalam masyarakat yg dapat dilaksanakannya

Sifat • Intra pribadi • Intern (self

imposed regulation)

• Antar pribadi• Hukum publik

• Antar pribadi• Hukum

publik

Tujuan • Kualitas Moral

• Pelihara martabat profesi

• Kualitas asuhan medis (lindungi masyarakat)

• Martabat khormatan profesi

• Jaga ketertiban masyarakat

• Penyelesaian konflik / sengketa

Ruang Lingkup Kewajiban pada pasien, sejawat, diri sendiri (perilaku)

• Asuhan medis• SPO• Kompetensi &

Perilaku

Pengaturan berkaitan dengan pelayanan kesehatan

Bentuk Kode Etik Profesi Aturan Disiplin kedokteran

UU, PP, PERMEN, KEPRES, dll

Disusun Kode etik Profesi Negara dan KKI Negara (DPR + Pemerintah)

Sanksi • Moral / hati nurani

• Nasehat• Teguran• Pengucilan

• Teguran• Redukasi• Cabut STR /

SIP

• Pidana: denda / penjara

• Perdata: Ganti rugi

• Administrasi: Pencabutan

Yang memeriksa • MKEK• MKEKG• (anggota

profesi)

MKDKI:

• Anggota• Dokter• Dokter gigi• Sarjana hukum

Pengadilan:

• Negeri • anggota:

Hakim, sarjana hukum

PEMBAHASAN KASUS

Page 17: PORTOFOLIO RUANGAN PENUH RSUD KAJEN LW.doc

Pada kasus ini terdapat kasus bioetik dimana pasien dalam kondisi harus dirawat

inap karena sesuai indikasi rawat inap luka bakar, tetapi pasien tidak dapat di lakukan

tatalaksanan lebih lanjut. Kaedah etika yang bersinggungan dengan masalah ini adalah

beneficience dan non maleficence. Pasien tidak dapat di tatalaksana lebih lanjut akibat ruang

penuh, dan jika merujuk menggunakan infus maka akan membebani biaya administrasi

kepada pasien dan keluarganya.

Kajen, 26 Maret 2014

Dokter Internsip Dokter Pendamping

dr. Emelia Wijayanti dr. Imam Prasetyo dr. Siti Hanah