pbl 6
DESCRIPTION
pblTRANSCRIPT
NeuroscienceAlvin Trisnanto102011068
Mikroskopis
Sel Neuron / Sel Saraf Neuroglia / Sel Glia
Sel Neuron / Sel Saraf
Badan Sel Prosesus (juluran)
Badan Sel
NukleusInti besar dan bulat/lonjong
Sitoplasma dan OrganelBadan Nissl (RE kasar), RE licin, kompleks golgi, mitokondria, neurofibril, neurofilamen
Prosesus (juluran)
Akson Dendrit
Akson Lebih halus & lebih panjang dr dendrit Aksoplasma tidak mengandung Badan Nissl Sebagian besar akson bermielin Ujung akson bercabang, disebut telodendria Bagian akson antara hilok awal & awal selubung
mielin disebut segmen awal Akson membawa respon dari neuron, yaitu
impuls saraf dalam bentuk potensial aksi Hilok akson dan segmen awal membangkitkan
potensial dan membentuk zona pemicu
Dendrit
Cabang langsung dari badan sel neuron
Bagian terbesar permukaan penerima sinyal dari neuron lain
Dendrit relatif tebal, berangsur meruncing pada ujungnya
Dapat bercabang primer, sekunder, tersier, dst
Neuroglia / Sel Glia
Astrosit Oligodendrosit Mikroglia Sel Ependim
Astrosit
Bentuk seperti bintang Sel glia terbanyak Menopang neuron secara fisik Pembentukan sawar darah otak Membentuk jaringan parut saraf Membentuk neurotransmiter
Oligodendrosit
Membentuk selubung mielin di SSP
Mikroglia
Berperan dalam pertahanan otak sebagai fagosit
Dalam keadaan istirahat berupa sel dengan banyak cabang, menghasilkan faktor-faktor pertumbuhan
Saat aktif, cabang-cabang ditarik, membulat, mobile, mengeluarkan bahan kimia destruktif
Sel Ependim
Melapisi bagian dalam rongga otak dan medula spinalis
Ikut membentuk CSS Berfungsi sebagai sel punca neuron
Makroskopis
Otak Depan Serebelum Batang Otak
Otak Depan
SerebrumDibagi menjadi hemisfer kiri dan kanan. Dihubungakan oleh korpus kalosum
DiensefalonTerletak jauh di dalam otak, dekat nukleus basal. Dialiri CSS
Serebrum
Korteks Serebri Nukleus Basal
Korteks Serebri
Lobus oksipital -> penglihatan Lobus temporalis -> pendengaran Lobus frontalis -> aktivitas motorik
volunter, berbicara, elaborasi pikiran Lobus parietalis -> menerima dan
memproses respon sensorik
Nukleus Basalis
Menghambat tonus otot Menekan gerakan yang tidak perlu Mengoordinasikan kontraksi lambat
yang menetap -> postur
Diensefalon
Talamus Hipotalamus
Talamus
Pusat integrasi sinaps untuk pemrosesan input sensorik ke korteks
Penyaringan sinyal tak signifikan & meneruskan impuls sensorik penting
Mengetahui secara kasar berbagai jenis sensasi
Memperkuat perilaku motorik volunter
Hipotalamus
Penghubung sistem saraf otonom & sistem endokrin
Mengontrol suhu, mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin, mengontrol asupan makanan, mengontrol sekresi hormon hipofisis anterior, menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior, mengontrol kontraksi uterus dan ejeksi air susu
berfungsi sebagai pusat koordinasi sistem saraf otonom utama
berperan dalam pola emosi dan perilaku dan ikut serta dalam siklus tidur-terjaga
Serebelum Vestibuloserebelum mempertahankan keseimbangan & kontrol
gerakan mata Spinoserebelum
meningkatkan tonus otot & mengoordinasikan gerakan volunter terampil
Serebroserebelumberperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter , menyimpan ingatan prosedural
Batang Otak
Terdiri dari medula oblongata, pons, dan otak tengah
Penghubung medulla spinalis dengan bagian otak lainnya
Batang Otak 12 pasang saraf kranialis kecuali saraf
kranialis X, saraf vagus berasal dari batang otak
Terkumpul neuron-neuron pengontrol fungsi jantung, pembuluh darah, pernapasan, pencernaan
Berperan dalam mengatur refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur
Terdapat formasio retikularis yang menerima dan mengintegrasikan semua masukan sinaptik sensorik yang datang
Sistem Saraf Otonom Serabut-serabut aferennya membawa input dari
organ-organ viseral (mengatur denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernapasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan dsb)
Saraf eferen motorik SSO mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar viseral
Badan sel neuron pertama dalam rangkaian ini terletak di SSP. Aksonnya, serat praganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua, yang terletak di dalam suatu ganglion. Akson neuron kedua, serat pascaganglion, menyarafi organ efektor
Sistem Saraf Otonom
Sistem Saraf Simpatis Sistem Saraf Parasimpatis
Sistem Saraf Simpatis
Neurotransmiternya norepinefrin Katabolik -> membakar energi Respon fight-or-flight Sistem torakolumbal Serabut pascaganglion panjang Memiliki sistem kerja yang luas Sel-sel organ reseptor : alfa, beta1,
dan beta2
Sistem Saraf Parasimpatis Neurotransmitternya asetilkolin Anabolik -> menghemat energi Respon rest-and-digest Sistem kraniosakral Serabut praganglion panjang,
pascaganglion pendek Memiliki sistem kerja yang terbatas Sel-sel organ reseptor nikotinik atau
muskarinik
Mekanisme Kerja Sistem saraf simpatis dan parasimpatis
umumnya menimbulkan efek yang berlawanan di satu organ
Pada keadaan tertentu, aktivitas salah satu divisi mendominansi
Dominansi simpatis pada suatu organ tertentu terjadi ketika frekuensi impuls serat simpatis ke organ meningkat melebihi tingkat tonik, disertai oleh penurunan secara bersamaan frekuensi potensial aksi serat parasimpatis
Sistem simpatis mendorong respon-respon yang mempersiapkan tubuh untuk aktivitas fisik berat dalam situasi darurat atau penuh stres, misalnya ancaman fisik dari luar. Respon ini disebut sebagai respon “lawan-atau-lari” (fight-or-flight response)
Sedangkan sistem parasimpatis mendominansi pada keadaan tenang dan santai. Pada keadaan tanpa ancaman ini, tubuh berkonsentrasi melaksanakan aktivitas ”rumah tangga”nya, misalnya pencernaan. Sistem parasimpatis ini mendorong fungsi tubuh tipe “istirahat-dan-cerna” (rest-and-digest)
Terdapat beberapa pengecualian dari sistem dominansi simpatis-parasimpatis, yakni :
Pembuluh darah hanya disarafi oleh simpatis
Kelenjar keringant hanya disarafi oleh simpatis karena neurotransmiternya adakah norepinefrin
Pada kelenjar liur, simpatis dan parasimpatis tidak antagonis, tetapi dan volume air liur yang terbentuk berbeda
Emosi Sistem Limbik Sistem limbik disebut juga sebagai sistem
otak paleomammalian (otak mamalia primitif). Sistem ini tersusun oleh suatu struktur yang meliputi amygdala, cingulate gyrus, fornix, hippocampus, hypothalamus, olfactory cortex, dan thalamus. Secara umum, sistem limbik berperan dalam mengontrol emosi, respons emosi, sekresi hormon, mood, motivasi, serta sensasi sakit dan senang.
Amigdala berperan dalam pengaturan emosi. Pada kondisi emosional, amygdala memegang peranan yang sangat menentukan. Hal ini disebabkan amydala memindai semua informasi yang masuk melalui panca indra. Amygdala mengirimkan sinyal ke semua bagian otak untuk siaga. Selain itu amygdala juga memicu dikeluarkannya neuro transmitter norephrine untuk meningkatkan reaksi dari area utama otak sehingga panca indra lebih siaga.
Cingulate gyrus berperan dalam menginput informasi yang menyangkut emosi dan regulasi tingkah laku yang agresif.
Fornix berperan untuk menghubungkan hippocampus pada hipotalamus.
Hipotalamus berperan banyak, di antaranya dalam pengaturan, suhu tubuh, rasa lapar, dan homeostasis (penyeimbangan internal tubuh).
Olfactory cortex berperan dalam menerima rangsang yang berhubungan dengan indra penciuman.
Thalamus (bagian otak yang berwarna abu-abu) berperan dalam penggantian atau pertukaran sinyal indra dari saraf tulang belakang ke cerebrum atau sebaliknya.
KesimpulanBerdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesisnya benar, yaitu jantung berdebar dapat dipengaruhi oleh emosi yang merupakan suatu rangsangan melalui persarafan otonom. Karena, fungsi hipothalamus adalah pusat emosi dan pusat SSO dan sistem saraf otonom dapat distimulasi oleh emosi seperti rasa takut, marah, dan gembira. Fungsi saraf simpatis berhubungan sangat erat dengan medulla adrenal yang distimulasi saraf simpatis. Sistem saraf ini membantu tubuh berespon terhadap emosi maka kerja saraf-saraf simpatis pada SSO akan meningkat, selain itu fungsi saraf simpatis bagi otot jantung adalah meningkatkan jumlah dan gaya kontraksi serat-serat otot, sehingga menghasilkan respon berupa jantung yang berdetak lebih cepat.