pbl 4 blok 30 ade

29
Tindakan Abortus Provokatus Kriminalis Melanggar Etika dan Hukum Ade Frima Segara Manurung(102008141) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email: [email protected] PENDAHULUAN Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih hidup. Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan. Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Sebab ketentuan yang demikian itu, akan sangat erat kaitannya dengan kontribusi yang 1 | Page

Upload: demar-berkam

Post on 25-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tindakan abostus

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 4 BLOK 30 ade

Tindakan Abortus Provokatus Kriminalis Melanggar Etika dan Hukum

Ade Frima Segara Manurung(102008141)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Email: [email protected]

PENDAHULUAN

Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan

kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya.

Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau

mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898). Yang dianggap penting adalah bahwa

sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih hidup. Pengertian

pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut

kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan.

Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan

berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan

itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Sebab ketentuan yang demikian itu, akan

sangat erat kaitannya dengan kontribusi yang hendak diberikannya kepada peradilan khususnya

dalam menentukan adanya tindak pidana “Aborsi”. Negara-negara di Eropa barat umumnya

mengancam perbuatan pengguguran kandungan dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi

medis (bahaya maut atau bahaya kesehatan yang parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan akan

membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan kongenital yang hebat). Amerika melarang

penguguran kandungan yang ilegal, yaitu selain yang dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan

prosedur tertentu. Sedangkan Jepang membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan

di negara-negara Erope Timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit

tanpa keharusan membayar biayanya. Di Jerman Barat, pengguguran kandungan usia 14 hari

hingga 3 bulan, dengan izin si wanita, atas anjuran dokter dan dilakukan oleh dokter, tidak

diancam hukuman.1

1 | P a g e

Page 2: PBL 4 BLOK 30 ade

Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu yang

merupakan korban juga sebagai ‘pelaku’ sehingga sukar diharapkan adanya laporan abortus.

Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya bila terjadi komplikasi (si ibu sakit

berat/mati) atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya (dalam hal izin). Abortus atau

pengguguran kandungan selalu menjadi permasalahan dari masa ke masa. Dari segi kesehatan

secara alami terjadi keguguran pada 10 – 15 % kehamilan. Di lain pihak ada keadaan yang

memaksa pengguguran kandungan yang harus ditempuh (provokasi) untuk menyelamatkan

nyawa ibu hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan bukan untuk tujuan ini. Yang

terakhir inilah yang menjadi permasalahan karena dalam pandangan masyarakat, hukum dan

agama tindakan abortus bertentangan dengan kaidah yang baik. 2,3

PEMBAHASAN

I. Aspek hukum

Menurut hukum, penguguran kandungan adalah tindakan penghentian kehamilan atau

mematikan janin sebelum waktunya kelahiran, tanpa melihat usia kandungan. Ini

terlihat dari ketentuan undang-undang sebagai berikut : 1,2

KUHP Pasal 299

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh

supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena

pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara

paling lama 4 tahun, atau pidana denda paling banyak empat puluh ribu

rupiah.

2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau

menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika dia

seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dal am menjalankan

pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian tersebut.

KUHP Pasal 346

2 | P a g e

Page 3: PBL 4 BLOK 30 ade

Seorang perem puan yang sengaja menggugurkan atau memastikan kandungannya

atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun.2

KUHP Pasal 347

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama dua belas tahun.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, iancam

dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

KUHP Pasal 348

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang perempuan dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun enam bulan.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam

paling lama tujuh tahun.

KUHP Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan

berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu

kejahatan yang diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan

dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk

menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.2

Dalam KUHP Pasal 299 terlibat tiga orang :

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati

2) Barang siapa meyuruh supaya diobati

3) Pasien sendiri

Seorang abortus adakalanya tidak bekerja sendirian, tetapi mempunyai seorang

pembantu, seorang kaki tangan atau seorang calo, untuk orang inilah berlaku: barang

siapa menyuruh supaya diobati. Yang penting dalam pasal ini: diberitahukan atau

ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan. Si

perempuan dalam pasal ini tidak perlu hamil, tetapi cukup bahwa dia merasa hamil.

Obat yang diberikan tidak perlu harus mujarab, dapat diberikan secangkir air yang

3 | P a g e

Page 4: PBL 4 BLOK 30 ade

sudah diberi mantra, yang penting adalah memberikan atau menimbulkan harapan

bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan.3

Yang diancam dengan hukuman adalah :

1) Si perempuan sendiri yang hamil

2) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan

Pada butir (1) si perempuan tidak perlu melakukan sendiri penguguran itu, tetapi ia

dapat menyuruh orang lain untuk itu. Untuk orang lain itu kemudian berlaku butir (2).

Dalam ketiga pasal dijumpai :

Dengan sengaja mematikan kandungan

Dengan sengaja menggugurkan kandungan

Mematikan kandungan berarti mematikan anak dalam kandungan yang masih hidup.

Karena anak yang dikeluarkan sudah mati, maka pembuktian bahwa anak masih

hidup dalam kandungan sulit dilakukan, bahkan mungkin tidak dapat dilakukan.

Dengan sengaja menggugurkan kandungan yang dinilai adalah perbuatan. Di rumah

sakit, bila anak dalam kandungan sudah mati, dokter tidak tergesa-gesa

mengeluarkannya, kecuali ada indikasi untuk itu, seperti pendarahan yang parah,

bahaya infeksi yang mengancam sang ibu. Biasanya anak yang mati dalam

kandungan akan lahir sendiri, sebab anak yang mati merupakan benda asing bagi

ibunya. Jarang sekali anak yang mati dalam kandungan tidak dikeluarkan, tetapi

cairan dalam tubuh anak kemudian diserap, diabsorpsi, sehingga anak menjadi keras

membatu: lithopedion.

Dalam pasal mengenai pengguguran tidak disinggung tentang umur anak dalam

kandungan, ini berarti pengguguran dapat dilakukan sejak dari saat pembuahan

sampai anak hampir dilahirkan. Anak yang digugurkan tidak perlu selalu mati setelah

keluar dari rahim, ini dapat terjadi bila pengguguran dilakukan pada kandungan 28

minggu.

Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan pengguguran

kandungan dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis (bahaya maut atau

bahaya kesehatan yang parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan akan membahayakan

diri si ibu, atau bahaya kelainan kongenital yang hebat).

II. Aspek etika profesi

4 | P a g e

Page 5: PBL 4 BLOK 30 ade

Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik profesi, disiplin profesi dan aspek

hukum yang sangat luas, yang sering tumpang tindih pada suatu issue tertentu, seperti

pada informed consent, wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dll.

Norma etik profesi disiplin profesi dan hukum pidana memang berada dalam satu

garis, dengan etik profesi di satu ujung dan hukum pidana di ujung lainnya. Disiplin

profesi terletak diantaranya dan kadang membaur dari ujung ke ujung. Bahkan di

dalam praktek kedokteran, aspek etik profesi dan atau disiplin profesi seringkali tidak

dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik profesi

yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang

mengandung nila-nilai etika.4

Aspek etik profesi yang mencantumkan juga kewajiban memenuhi standar profesi

mengakibatkan penilaian perilaku etik profesi seseorang dokter yang diadukan tidak

dapat dipisahkan dengan penilaian perilaku disiplin profesinya. Etik profesi yang

memiliki saksi moral dipaksa berbaur dengan keprofesian yang memiliki saksi

disiplin profesi yang bersifat administratife.4

Etik profesi kedokteran

Etika profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam

bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegaknya dilaksanakan oleh

penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain,

yaitu dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang

paling banyak dikenal nadalah sumpah bHippocrates yang hidup sekitar 460-370

tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-kewajiban dokter dalam berprilaku

dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter.4

Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepda prinsip-

prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam

membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam meniloai baik buruknya batau benar

salahnya suatu keputusan atau tindakkan medis dilihat dari segi moral. 4

Majelis kehormatan etika kedokteran

Dalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpa

melanggar norma hukum ), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis

Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI untuk diminta pertanggungjawaban (etik

5 | P a g e

Page 6: PBL 4 BLOK 30 ade

dan disiplin profesi)nya. Persidangan MKEK bertujuan untuk mempertahankan

akuntabilitas, profesionalisme dan keluhuran profesi. Saat ini MKEK menjadi satu-

satunya majelis profesi yang menyidang kasus dugaan pelanggaran etik dan/atau

disiplin profesi di kalangan kedokteran. MKEK dalam perjalananya telah diperkuat

dengan landasan hukum yang diatur dalam UU No.18 tahun 2002 tentang Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.4

Dalam melakukan pemeriksaan, Majelis berwenang memperoleh:

1. Keterangan, baik lisan maupun tertulis (affidavit), langsung dari pihak-pihak

terkait (pengadu, teradu, pihak lain yang terkait) dan peer-group / para ahli di

bidangnya yang membutuhkan.

2. Dokumen yang terkait, seperti bukti kompentensi dalam bentuk berbagai ijasah /

brevet dan pengalaman, bukti keanggotaan profesi, bukti kewenangan berupa

Surat Ijin Praktik Tenaga Medis, Perijinan rumahsakit tempat kejadian, bukti

hubungan dokter dengan rumahsakit hospital bylaws SOP dan SPM setempat,

rekam medis, dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kasusnya.

III. Prosedur medikolegal

a. Pihak yang berwenang meminta visum et repertum

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan

keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang

tersebut sesuai dengan pasal 11 KUHAP. Adapun yang termasuk kategori penyidik

menurut KUHAP pasal 6 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

yang diberi wewenang khusus dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan

Dua, sedangkan penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya sersan dua.1,3,5

b. Pihak yang berwenang membuat visum et repertum

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1), yang berwenang melakukan pemeriksaan

forensik yang menyangkut tubuh manusia dan membuat Keterangan Ahli adalah

dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. Kewajiban

dokter untuk membuat Keterangan Ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP.

Keterangan Ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang

pengadilan (pasal 184 KUHAP). Keterangan ahli dapat diberikan secara lisan di

depan sidang pengadilan (pasal 186 KUHAP), dapat pula diberikan pada masa

6 | P a g e

Page 7: PBL 4 BLOK 30 ade

penyidikan dalam bentuk laporan penyidik (Penjelasan Pasal 186 KUHAP), atau

dapat diberikan dalam bentuk keterangan tertulis di dalam suatu surat (pasal 187

KUHAP).1,3,5

c. Prosedur permintaan visum et repertum

Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis, dan hal ini

secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayaat (2), terutama untuk korban

mati. Jenasah harus diperlakukan dengan baik, diberi label identitas dan penyidik

wajib memberitahukan dan menjelaskan kepada keluarga korban mengenai

pemeriksaan yang akan dilaksanakan. 1,3,5

d. Korban atau benda bukti yang diperiksa

Tubuh manusia baik masih hidup maupun telah meninggal disertai oleh petugas

kepolisian yang berwenang. Serta barang bukti yang ditemukan berada didekat

korban atau tempat kejadian perkara.1,3,5

e. Penggunaan visum et repertum

Kepentingan peradilan saja dan tidak boleh digunakan untuk penyelesaian klaim

asuransi.

f. Penyerahan visum visum et repertum

Dengan demikian berkas Keterangan Ahli hanya boleh diserahkan kepada penyidik

(instansi) yang memintanya.

Pemeriksaan dilakukan dengan Pemeriksaan luar dan Pemeriksaan dalam

1) Pemeriksaan dalam (Autopsi) dilakukan dengan membuka dan memeriksa isi

rongga kepala, leher, dada, perut dan panggul.

2) Pemeriksaan dengan membuka bagian tubuh lain dilakukan apabila

diperlukan.

Pembuatan visum et repertum

Visum et Repertum harus sudah selesai dan siap sejak pemeriksaan

Perpanjangan waktu pemeriksaan dapat dimintakan atau diberitahukan kepada

penyidik yang bersangkutan.

Hasil pemeriksaan sementara dapat dibuat untuk kepentingan penyidikan.

Visum et Repertum dibuat dengan format dan substansi yang sesuai dengan

standar yang berlaku nasional.

7 | P a g e

Page 8: PBL 4 BLOK 30 ade

Hasil pemeriksaan harus dirahasiakan dari pihak selain penyidik peminta

pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan dalam bentuk terbatas dapat diberikan kepada keluarga

korban, terutama apabila diduga akan terjadi obstruction of justice.

IV. Pemeriksaan medis

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu

dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.

Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia

kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram,

walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus

hidup.1,2

Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik

Abortus Provokatus Medisinalis / Artificialis / Therapeuticus abortus yang

dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan

indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat – syaratnya :

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan

untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit

kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,

psikologi).

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga

terdekat.

4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai,

yang ditunjuk oleh pemerintah.

5. Prosedur tidak dirahasiakan.

6. Dokumen medik harus lengkap.

Abortus Provokatus Kriminalis aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya

indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-

alat atau obat-obat tertentu. Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan

8 | P a g e

Page 9: PBL 4 BLOK 30 ade

misalnya perubahan pada payuda, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan

sebagainya. Perlu pula dibukti adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda

kekerasan pada genitalia interna/ ekster-na, daerah perut bagian bawah.

Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang dapat

mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha

penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD - kematian janin di dalam

rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaring-an.1

Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya :

Alasan kesehatan, di mana ibu tid ak cukup sehat untuk hamil.

Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya

anak lagi.

Kehamilan di luar nikah.

Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi

keluarga.

Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar

keluarga).

Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga

termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal

secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar

dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat

ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode

aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil

konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.

Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak

maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat

mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua

alat dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda.

Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika

digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan

9 | P a g e

Page 10: PBL 4 BLOK 30 ade

anatomi dan menggunakan alat yang steril maka resikonya semakin kecil. Bahaya

dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina

atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau

dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman

berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum

suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan

pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui

sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan

mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang

yang melakukan abortus kriminalis.6

a. Fisik

Pemeriksaan fisik umum setidaknya meliputi keadaan umum, keadaan vital

tubuh dan lain-lain yang berhubungan dengan kasusnya, misalnya pakaian,

rambut dan lain-lain. Pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi status interna umum status obstetri.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan manifestasi klinis yang mengarah

pada suatu gejala abortus

b. Ginekologi

1) Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginaan ada atau tidaknya jaringan

hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.7

2) Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau

sudah tertutup ada atau tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada atau

tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.7

3) Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari

usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada

perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.7

c. Laboratorium

Darah lengkap

10 | P a g e

Page 11: PBL 4 BLOK 30 ade

Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.

LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang

merupakan tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan

jejas/tanda usaha penghentian kehamilan. Ditemukan sel radang PMN

menunjukkan tanda intravitalitas .7

Tes kehamilan

Tanda mungkin (probable signs) kehamilan antara lain :

1. Pembesaran perut dan uterus.

2. Perlunakan serviks dan serviks-uterus (Tanda Piscaseck)

3. Kontraksi uterus (Braxton Hicks)

4. Ballotment (palpasi kepala janin)

5. Tes hormon β-HCG urine, kadar β-HCG urine maksimal pada

minggu 5-18. Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-

hCG adalah prediktif. terjadinya kehamilan abnormal (blighted

ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).

Tanda dugaan (Presumptive signs) kehamilan antara lain :

Amenore, nausea dan vomiting, malaise, polakisuria, hiperpigmentasi

kulit, striae gravidarum, kebiruan pada serviks dan vagina (Tanda

Chadwick), payudara : hipertrofi mammae, hiperpigmentasi areola,

hipertrofi kelenjar Montgomery, kolostrum (minggu ke 12).7

Tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan. Uterus pada wanita tidak

hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada palpasi tidak dapat diraba.

Pada kehanilan uterus tumbuh secara teratur, kecuali jika ada

gangguan pada ke hamilan tersebut. Perkiraan tinggi fundus uteri

sesuai usia kehamilan : Kehamilan usia 12 minggu : tepat di atas

simfisis (syarat pemeriksaan vesica urinaria dikosongkan dahulu).

Kehamilan usia 16 minggu : setengah jarak simfisis ke pusat.

Kehamilan usia 20 minggu : tepi bawah pusat, Kehamilan usia 24

minggu : tepi atas pusat. Kehamilan usia 28 minggu : sepertiga jarak

pusat ke processus xyphoideus atau 3 jari di atas pusat. Kehamilan usia

11 | P a g e

Page 12: PBL 4 BLOK 30 ade

32 minggu : setengah jarak pusat ke processus xyphoideus. Kehamilan

usia 36 minggu : pada 1 jari bawah processus xyphoideus.7

Tanda-tanda post Partus ( Masa Puperium ). Masa puerpurium atau

masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6

minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti

sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.7

Tanda-tanda Partus :

Lochia

Keadaan ostium uteri

Perdarahan pervaginam

Usaha penghentian kehamilan misalnya tanda kekerasan pada genital

interna/eksterna, daerah perut dan bagian bawah. Hasil dari

penghentian kehamilan adalah janin IUFD, janin lahir (hidup/mati),

jaringan desidua.

Pemeriksaan toksilogi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau

zat yang dapat mengakibatkan abortus.

V. Interprestasi hasil

Barang Bukti

Pemeriksaan barang bukti campuran darah dan jaringan

Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel-sel darah merah.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari tahu bahwa campuran darah

tersebut adalah darah manusia atau hewan. Cara ini tidak dapat dilakukan bila

terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut. Darah yang masih basah atau

baru mengering ditaruh pada kaca objek dan ditambahkan 1 liter larutan

garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan

membuat sediaan hapus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua

sediaan tersebut dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah. 5,6

Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut hany menentukan

kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah

12 | P a g e

Page 13: PBL 4 BLOK 30 ade

merah berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas-kelas lainny

berbentuk oval/elips dan berinti. Selain itu keuntungan dari sediaan hapus

adalah dapat terlihat luokosit berinti banyak. Bila terlihat drum stick dalam

jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal

dari seorang wanita.3

Umur janin

Berdasarkan pertumbuhan bagian-bagian tubuh :

Umur Kehamilan ( bulan ) Ciri-ciri Pertumbuhan Hidung, telinga, jari

mulai terbentuk ( belum sempurna ), kepala menempel ke dada,

daun telinga jela, kelopak mata masih melekat, leher mulai terbentuk,

belum ada deferensiasi genetalia, genetalia externa terbentuk dan dapat

dikenali, kulit merah dan tipis sekali, kulit lebih tebal, kelopak mata

terpisah, terbentuk alis dan bulu mata, kulit keriput, pertumbuhan

lengkap/sempurna.6

Berdasarkan inti penulangan :

Calcaneus : 5 – 6 bulan

Talus : 7 bulan

Femur distal : 8 – 9 bulan

Tibia prox : 9 – 10 bulan

Hubungan janin dengan tersangaka yang diduga menggugurkan

kandungan

Untuk mengetahui hubungan antara tersangkan dengan janin tersebut dapat

dilkukan pemeriksaan uji DNA Mitokondria. DNA mitokondria, berbeda

dengan organel sel lainnya, mitokondria memiliki materi genetik sendiri yang

karakteristiknya berbeda dengan materi genetik di inti sel. Mitokondria, sesuai

dengan namanya, merupakan rantai DNA yang terletak di bagian sel yang

bernama mitokondria. 5,6

DNA mitokondria (mtDNA) berukuran 16.569 pasang basa dan terdapat

dalam matriks mitokondria, berbentuk sirkuler serta memiliki untai ganda

yang terdiri dari untai heavy (H) dan light (L). Dinamakan seperti ini karena

untai H memiliki berat molekul yang lebih besar dari untai L, disebabkan oleh

13 | P a g e

Page 14: PBL 4 BLOK 30 ade

banyaknya kandungan basa purin. MtDNA terdiri dari daerah pengode

(coding region)dan daerah yang tidak mengode (non-coding region). MtDNA

mengandung 37 gen pengode untuk 2 rRNA, 22 tRNA, dan 13 polipeptida

yang merupakan subunit kompleks enzim yang terlibat dalam fosforilasi

oksidatif, yaitu: subunit 1, 2, 3, 4, 4L, 5, dan 6 dari kompleks I, subunit b

(sitokrom b) dari kompleks III, subunit I, II, dan III dari kompleks IV

(sitokrom oksidase) serta subunit 6 dan 8 dari kompleks V. Kebanyakan gen

ini ditranskripsi dari untai H, yaitu 2 rRNA,14 dari 22 tRNA dan 12

polipeptida. MtDNA tidak memiliki intron dan semua gen pengode terletak

berdampingan Sedangkan protein lainnya yang juga berfungsi dalam

fosforilasi oksidatif seperti enzim-enzim metabolisme, DNA dan RNA

polimerase, protein ribosom dan mtDNA regulatory factors semuanya dikode

oleh gen inti, disintesis dalam sitosol dan kemudian diimpor ke organel.2,3

Daerah yang tidak mengode dari mtDNA berukuran 1122 pb, dimulai dari

nukleotida 16024 hingga 576 dan terletak diantara gen tRNApro dan

tRNAphe. Daerah ini mengandung daerah yang memiliki variasi tinggi yang

disebut displacement loop (D-loop). D-loop merupakan daerah beruntai tiga

(tripple stranded) untai ketiga lebih dikenal sebagai 7S DNA. D-loop memiliki

dua daerah dengan laju polymorphism yang tinggi sehingga urutannya sangat

bervariasi antar individu, yaitu Hypervariable I (HVSI) dan Hypervariable II

(HVSII). Daerah non-coding juga mengandung daerah pengontrol karena

mempunyai origin of replication untuk untai H (OH) dan promoter transkripsi

untuk untai H dan L (PL dan PH). Selain itu, daerah non-coding juga

mengandung tiga daerah lestari yang disebut dengan conserved sequence

block (CSB) I, II, III. Daerah yang lestari ini diduga memiliki peranan penting

dalam replikasi.

VI. Visum et repertum

Visum et repertum berasal dari kata latin yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris

yaitu something seen atau appearance (visum) dan inventions atau find out

(repertum). Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas

permintaan tertulis penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik

14 | P a g e

Page 15: PBL 4 BLOK 30 ade

terhadap manusia baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh

manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan

peradilan.1

Peranan dan fungsi visum et repertum adalah untuk proses pembuktian suatu

perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum

menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam

bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.

Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil

pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan.

Maksud pembuatan visum et repertum yakni sebagai salah satu barang bukti

(corpus delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah

pada saat persidangan berlangsung.

Ada 3 tujuan pembuatan visum et repertum, yaitu :

1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim.

2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat.

3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan

visum et repertum yang lebih baru.

Contoh Visum et Repertum pada kasus ini

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT UKRIDA

Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510

PROJUSTITIA Jakarta,8 Januari 2013

VISUMEB ET REPERTUM

No. 1/TU.FK/I/2013

15 | P a g e

Page 16: PBL 4 BLOK 30 ade

Yang bertanda tangan di bawah ini: Ade Frima Segara Manurung dokter Rumah Sakit Umum

UKRIDA, atas permintaan dari RESOT METROJAYA JAKPUS dengan nomor:

7/VeR/1/2013/Res tertanggal: 7 januari 2013 dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal 8

januari 2012 pukul 8.30 WIB bertempat di Rumah Sakit Umum Ukrida telah melakukan

pemeriksaan terhadap korban dngan nomor registrasi: 135792468 yang menurut surat tersebut

adalah,

Nama : Ny. NN…………………………………………………………………………….

Jenis kelamin : perempuan…………………………………………………………………………

Umur : 21 tahun…………………………………………………………………………..

Alamat :jl. Salemba timur no.9 jakpus……………………………………………………

Kebangsaaan : Indonesia…………………………………………………………………………

Agama :

Pekerjaan : swasta……………………………………………………………………………

……………………………..…..HASIL PEMERIKSAAN……………………………..…………

Pemeriksaan Luar: ditemukan bercak darah pada baju korban.................…………………………

Pemeriksaan Dalam : ditemukan anya robekan pada selaput vagina baru……………………….

Pemeriksaan Tambahan: dari hasil DA ditemukan adanya kecocokan dengan DNA janin………

………………….…………………KESIMPULAN………………………………………………

Pada pemeriksaan korban perempuan berusia duapuluh dua tahun ini dtemukan adanya kecocoka

dengan DN janin………………………………………………………………………....................

Demikianlah Visum Et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan

sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana……………………………………………………………………………………………….

16 | P a g e

Page 17: PBL 4 BLOK 30 ade

Dokter Pemeriksa,

Dr. Ade Frima Segara Manurung

PENUTUP

Pengguguran kandungan di Indonesia merupakan suatu tindakan kejahatan apabila tidak

memiliki indikasi khusus seperti dapat membahayakan jiwa sang ibu, oleh karena itu korban

aborsi dalam hal ini adalah perempuan yang melakukan aborsi serta tenaga ahli (dokter) akan

dikenakan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku. Selain dikenakan hukuman menurut

undang-undang, dokter juga melanggaran Kode Etika Profesi Dokter yang dapat dikenakan

sanksi berupa pencabutan izin praktek, pengucilan dan lain-lain. 2

Aborsi dalam pengertian medis berarti kelahiran janin yang belum dapat mempertahankan

hidup. Aborsi dapat terjadi pada setiap wanita hamil karena berbagai sebab. Ada dua cara aborsi:

tidak sengaja alias keguguran (abortus apontaneous) dan sengaja (abortus provocatus). Aborsi

dengan sengaja masih terbagi dua: abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus

criminalis. Abortus provocatus medicinalis dilakukan dokter untuk keselamatan si ibu. Tindakan

itu dilindungi oleh pasal 48 KUHP sebagai alasan pemaaf. Sementara itu, aborsi yang dianggap

sebagai kejahatan adalah aborsi dengan cara yang kedua, yakni aborsi yang sengaja dilakukan

dengan alasan nonmedis terhadap janin yang sedang dikandung. 2,5

Keberadaan aborsi senantiasa menimbulkan pendapat pro dan kontra dalam masyarakat. Di

beberapa negara, aborsi dilarang keras. Pelakunya diancam hukuman yang relatif berat.

Sebaliknya, di sejumlah negara lain abortus diperbolehkan. Di Amerika Serikat, Jerman, dan

RRC yang sudah memiliki undang-undang yang mengizinkan aborsi, ternyata pengguguran

kandungan masih terus diperdebatkan. Di Amerika Serikat, sekitar 70.000 aktivis wanita

17 | P a g e

Page 18: PBL 4 BLOK 30 ade

antiaborsi, akhir-akhir ini, melakukan unjuk rasa agar Mahkamah Agung di negara superkuat itu

mengkaji kembali UU Aborsi. 2

Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan

berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan

itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Abortus atau pengguguran kandungan

selalu menjadi permasalahan dari masa ke masa. Di lain pihak ada keadaan yang memaksa

pengguguran kandungan yang harus ditempuh (provokasi) untuk menyelamatkan nyawa ibu

hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan bukan untuk tujuan ini. Yang terakhir inilah

yang menjadi permasalahan karena dalam pandangan masyarakat, hukum dan agama tindakan

abortus bertentangan dengan kaidah yang baik. 2,5

Dalam pengertian medis, abortus adalah gugur kandungan atau keguguran dan keguguran itu

sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan.

Batas umur kandungan yang dapat diterima didalam abortus adalah sebelum 28 minggu dan

berat badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram. Sehingga peran dokter sekarang harus

sangat ditingkatkan dalam hal membantu atau menolong masyarakat, sehingga tidak ada terjadi

lagi dokter yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik”. Cetakan kedua.

Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensik FKUI. 1997.

2. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. “peraturan perundang-undangan bidang

kedokteran”. Cetakan kedua. Jakarta:bagian kedokteran ferensik FKUI. 1994.

3. Abortus provocatus dan hukum Di unduh dari www.contohskripsitesis.com. 7 januari 2013.

4. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran. Cetakan ke2. Jakarta:

FKUI.2007.

5. Idries AM, Tjiptomartono AL. “Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses

Penyidikan”. Cetakan Pertama Edisi Revisi. Jakarta : Sagung Seto, 2008.

18 | P a g e

Page 19: PBL 4 BLOK 30 ade

6. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Pemeriksaan laboratorium forensic sederhana.

Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

1997: 14-5.

7. Adiraansz G, Hanafiah TM. Diagnosis kehamilan. Dalam Ilmu kebidanan, Prawirohardjo S.

Jakarta: PT. Bina pustaka; 2008.p. 213

19 | P a g e