pbl blok 17 morris

25
HEPATITIS B Jhon Morris Sirait 102009138 [email protected] Universitas Kristen Krida Wacana ______________________________________________________________ _____________ Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang mencolok terrjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab, yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV). Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui pertanda antigennya, tetapi kesemuannya memberikan gambaran klinisyang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total. Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV (Hepatitis A) dan HBV (Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan

Upload: yogi-himawan

Post on 06-Dec-2015

239 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

blok 17

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl Blok 17 Morris

HEPATITIS B

Jhon Morris Sirait

102009138

[email protected]

Universitas Kristen Krida Wacana

___________________________________________________________________________

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam

tubuh walaupun efek yang mencolok terrjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori

virus yang menjadi agen penyebab, yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B

(HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).

Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui pertanda antigennya, tetapi

kesemuannya memberikan gambaran klinisyang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan

sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.

Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV (Hepatitis A) dan HBV (Hepatitis B).

kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis

serum, sebab kedua penyakit ini dapat dituarkan secara pareteral dan non pareteral.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana anamnesis pada Hepatitis B?

1.2.2 Bagaimana pemeriksaan untuk mengetahui Hepatitis B?

1.2.3 Bagaimana diagnosis dari Hepatitis B?

1.2.4 Bagaimana etiologi dari Hepatitis B?

1.2.5 Bagaimana faktor resiko dari Hepatitis B?

1.2.6 Bagaimana manifestasi klinik dari Hepatitis B?

1.2.7 Bagaimana epidemologi dari Hepatitis B?

1.2.8 Bagaimana patofisiologi dari Hepatitis B?

1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan untuk Hepatitis B?

Page 2: Pbl Blok 17 Morris

1.2.10 Bagaimana prognosis untuk Hepatitis B?

1.2.11 Bagaimana komplikasi dalam Hepatitis B?

1.2.12 Bagaimana pencegahan untuk Hepatitis B?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui cara anamnesis yang tepat Hepatitis B.

1.3.2 Untuk mengetahui pemeriksaan yang tepat Hepatitis B.

1.3.3 Untuk mengetahui diagnosis bagi Hepatitis B.

1.3.4 Untuk mengetahui etiolgi Hepatitis B.

1.3.5 Untuk mengetahui faktor resiko dari Hepatitis B.

1.3.6 Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Hepatitis B.

1.3.7 Untuk mengetahui epidemologi Hepatitis B.

1.3.8 Untuk mengetahui proses patofisiologi Hepatitis B.

1.3.9 Untuk mengetahui penatalaksanaan yang tepat Hepatitis B.

1.3.10 Untuk mengetahui prognosis Hepatitis B.

1.3.11 Untuk mengetahui komplikasi Hepatitis B.

1.3.12 Untuk mengetahui pencegahan bagi Hepatitis B.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk menambah pengetahuan mahasiswa/i Universitas Kristen Krida Wacana.

1.4.2 Untuk menambah referensi perpustakaan.

2

Page 3: Pbl Blok 17 Morris

Bab II

Isi

2.1 Anamnesis Hepatitis B

A. Identitas pasien

Identitas pasien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan.

B. Keluhan utama

Keluhan pasien sehingga pasien membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa

nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas,

demam dan kuning

C. Riwayat penyakit

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri

perut kanan atas.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernahdiderita

sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya

berkaitan dengan penyakit pencernaan.

2.2 Pemeriksaan Hepatitis B

Pemeriksaan Fisik

Untuk pasien penderita hepatitis pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah

inspeksi terhadap kulit dan mata pasien untuk menunjukkan adanya indikasi ikterik atau

tidak, kemudian pemeriksaan fisik lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan fisik

abdomen untuk memeriksa adanya organ-organ yang mengalami kelainan atau tidak.

Pemeriksaan fisik abdomen prosedurnya diawali. Memperkenalkan diri dan

menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan. Penderita dipersilahkan untuk membuka

baju seperlunya dan meminta berbaring dengan posisi pemeriksa disebelah kanan pasien.

Penderita dibuat rileks dengan menekuk lutut dan mengajak berbicara. Penderita diminta

untuk memberikan respon terhadap pemeriksaan (rasa sakit) dll.

3

Page 4: Pbl Blok 17 Morris

Prinsip pemeriksaan abdomen yakni: Inspeksi-Auskultasi-Perkusi-Palpasi. Inspeksi

dengan posisi berdiri (kulit tidak tampak vena melebar (melebar sindroma Cushing/

Cirhosiss hepatis), umbilikus tidak hernia, contour abdimen datar (membelendung

kantung kencing penuh/hamil belendung ascites), dinding abdomen simetri. Perut

kembung menandakan adanya gangguan intraluminal. Pasien diminta bernafas lalu

inspeksi tidak tampak adanya pembesaran organ atau masa. Inspeksi juga dilakukan

terhadap peristaltik dengan membungkuk atau duduk.

Auskultasi dilanjutkan dengan diafragma stetoskop adanya bising usus (normalnya

5-12 kali/menit), juga di epigastrium mendengar suara aorta (gangguan pada aneurisma

aorta), pada arteri inguinal tidak ada bising. Bising usus bisa disertai bising tambahan

yakni borborygmi/suara panjang atau metalic sound (klinkend, oleh adanya resonansi

akibat obstruksi).

Perkusi dilakukan sebagai orientasi pada keempat kuadran abdomen dominan suara

timpani (ada feses/ cairan redup), di kandung kemih (timpani/redup). Perkusi dilakukan

pada dada bagian bawah antara paru dan arkus costa (suara redup dikanan karena ada

hepar, suara timpani di kiri karena adanya fleksura splenikus kolon) kalo keduanya redup

asites (ditandai). Normalnya suara hepar adalah pekak karena adanya tekanan

intrabdominal yang hampir negatif yang mengakibatkan organ menempel pada

perioteneum, sehingga bila ada udara pekaknya menghilang.

Palpasi superficial dilakukan untuk melihat ada ketegangan otot, nyeri tekan lepas

atau tidak (prinsipnya dilakukan pada area yang diduga tidak nyeri/normal dulu), masa

dengan ujung jari bersamaan dengan lembut semua kuadran. Nyeri pada abdomen ada

yang sifatnya visceral (hilang timbul, tidak bisa ditunjuk dengan jelas), ada yang somatik

(bisa ditunjuk dengan jelas). Kelainan pada dinding ditandai dengan hilangnya nyeri

apabila ada ketegangan perut jika masih nyeri berarti ada kelainan dari dalam dinding

perut.

Palpasi adanya masa, dilihat konsistensinya apakah padat keras (seperti tulang),

padat kenyal (seperti meraba hidung), lunak (seperti pangkal pertemuan jempol dan

telunjuk), atau kista (ditekan mudah berpindah seperti balon berisi air, berisi cairan).

Adanya tumor pada abdomen diperkirakan dari 9 regio anatominya. Ukuran massa

ditentukan dengan pasti yakni dengan meteran/jangka sorong mengenai panjang, lebar,

tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari penderita).

4

Page 5: Pbl Blok 17 Morris

Pada palpasi selain memikirkan organ didalam, dipikirkan pula pembuluh darah di

abdomen. Abdomen ditekan kuat-kuat bagian atas sedikit ke sebelah kiri untuk

merasakan pulsasi aorta (tumor abdomen bisa keliru dengan aneurisma aorta).

Aneurisma aorta ditandai ada pulsasi ke segala arah sedangkan tumor hanya pada 1 arah.

Palpasi organ intraperitoneal sifatnya mobile, sedangkan organ retroperitoneal sifatnya

fixed (seperti ginjal yang kalau ternyata mobile pada wandering kidney).

Untuk pemeriksaan ascites abdomen prosedur tambahannya: (1) Melakukan

perkusi dengan Tes suara redup berpindah: Setelah menandai batas suara timpani dan

redup, minta penderita miring ke salah satu sisi tubuh dilakukan perkusi lagi (Pada

ascites batasnya tidak berubah); (2) Melakukan palpasi dengan Tes Undulasi: Minta

asisten menekan kedua tangan pada midline abdomennya (kanan kiri). Ketuklah satu sisi

abdomen dengan jari dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan yang lain, adanya

getaran yang diteruskan cairan asites.

Untuk pemeriksaan hepar prosedur tambahannya yaitu dengan perkusi batas bawah

hepar: Mulai dari bawah umbilikus di mcl kanan perkusi dari bawah ke atas sampai suara

redup (tidak ada pergeseran ke bawah/ Obstruksi paru kronik). Dilanjutkan perkusi batas

atas hepar: daerah paru ke bawah sampai suara redup. Tinggi antara daerah redup (tidak

ada pembesaran hepar) diukur.

Palpasi hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri dibelang penderita

menyangga costa ke-11/12 sejajar, minta penderita rileks. Hepar didorong ke depan,

diraba dari depan dengan tangan kanan (bimanual palpasi). Tangan kanan ditempatkan

pada lateral otot rektus kanan, jari di batas bawah hepar dan tekan lembut ke arah atas.

Pasien diminta bernafas dalam sehingga terasa sentuhan hepar bergerak ke bawah

(tangan dikendorkan agar hepar meluncur dibawah jari sehingga meraba permukaan yang

lunak tidak berbenjol, tepi tegas/tajam, tidak ada pembesaran).1

Pemeriksaan Penunjang

Hepatitis B didiagnosis dengan tes darah yang mencari antigen (pecahan virus

hepatitis B) tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai

reaksi terhadap HBV). Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari satu antigen

HbsAg (antigen permukaan, atau surface, hepatitis B) dan dua antibody anti-HBs

(antibodi terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc (antibodi terhadap antigen

bagian inti, atau core, HBV). Sebenarnya ada dua tipe antibodi anti-HBc yang dibuat:

antibodi IgM dan antibodi IgG.

5

Page 6: Pbl Blok 17 Morris

HBsAgAnti-HBc

IgMAnti-HBc

IgGAnti-HBs Status hepatitis

Negatif Negatif Negatif NegatifTidak pernah terinfeksi

(pertimbangkan divaksinasi)

Positif Positif Positif NegatifTerinfeksi, kemungkinan dalam enam bulan terakhir, masih aktif

Negatif Positif Positif NegatifTerinfeksi, kemungkinan dalam

enam bulan terakhir, dalam proses pemulihan

Negatif Negatif Positif Positif

Terinfeksi, kemungkinan terjadi lebih dari enam bulan yang lalu, dan dikendalikan secara sukses

oleh sistem kekebalan tubuh

Negatif Negatif Negatif PositifPernah divaksinasi terhadap infeksi HBV secara sukses

Positif Negatif Positif Negatif Infeksi HBV kronis

Tes Fungsi Hati

Lebih dari 70% parenkim hati mungkin sudah mengalami kerusakan sebelum tes

fungsi hati memperlihatkan hasil yang abnormal. Fungsi hati umumnya diukur dengan

memeriksa aktivitas enzim serum, konsentrasi serum protein, bilirubin, ammonia, faktor 6

Page 7: Pbl Blok 17 Morris

pembekuan dan lipid. Beberapa tes ini dapat membantu mengkaji keadaan penyakit

pasien.

Serum aminotransferase (yang juga disebut transaminase) merupakan indikator

yang sensitive untuk menunjukkan cedera sel hati dan sangat membantu dalam

pendeteksian penyakit hati yang akut seperti hepatitis. Alanin Aminotransferase (ALT)

yang juga dinamakan Serum Glutamik-Piruvik Transaminase (SGPT) dan Aspartat

Aminotransferase (AST) yang juga dinamakan Serum Glutamik-Oksaloasetik

Transaminase (SGOT) merupakan tes yang paling sering dilakukan untuk menunjukkan

kerusakan hati. Kadar ALT (SGPT) meningkat pada pasien dengan hepatitis. AST

(SGOT) terdapat dalam jaringan yang memiliki aktivitas metabolik yang tinggi; jadi

enzim ini dapat meningkat pada kerusakan organ. SGOT ini juga dapat meningkat pada

penyakit hepatitis.2,3

2.3 Diagnosis Hepatiti B

Working Diagnosis

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

dilakukan maka dapat diambil diagnosis kerja pasien dalam kasus ini menderita hepatitis

B akut.

Differential Diagnosis

Virus hepatitis A (HAV)

Merupakan virus RNA terkecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi di dalam

feses pada akhir masa inkubasi dan fase praikterik. Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh

virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (rute fekal-

oral), bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan

dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira

2 sampai 6 minggu. Penderita akan mengalami gejala gejala seperti demam, lemah, letih,

dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah yang terus menerus

sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi adalah demam

yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc,

thypus, dll. Seringkali tidak ada bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang nafsu makan,

mual, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna

tua, tinja pucat. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak atau terjadi akibat kontak

dengan orang terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan atau air minum, atau

7

Page 8: Pbl Blok 17 Morris

dengan menelan kerang mengandung virus yang tidak dimasak dengan baik. Penularan

ditunjang oleh sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak yang intim.

Virus hepatitis C (HCV)

Merupakan virus RNA untai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm. Telah

digunakan suatu pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV

(anti-HCV), namun pemeriksaan ini banyak menimbulkan negatif palsu, sehingga

digunakan juga pemeriksaan rekombinan suplemental. Hepatitis C adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus hepatitis C. Infeksi virus ini dapat menyebabkan peradangan hati

(hepatitis) yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat

menyebabkan sirosis hati dan kanker hati.

Virus hepatitis C menyebar dengan kontak darah, ke darah dari darah seseorang

yang terinfeksi. Gejala dapat secara medis ditangani, dan proporsi pasien dapat

dibersihkan dari virus oleh pengobatan anti virus jangka panjang. Walaupun intervensi

medis awal dapat membantu, orang yang mengalami infeksi virus hepatitis C sering

mengalami gejala ringan, dan sebagai sebab dari tidak melakukan perawatan.

Diperkirakan 150-200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi hepatitis C. Di Amerika

Serikat, orang dengan sejarah penggunaan jarum suntik, penggunaan narkoba, tato atau

yang telah diekspos menuju darah melalui seks tidak aman yang meningkatkan resiko

penyakit ini. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi hati di Amerika Serikat.

Virus hepatitis D (HDV)

Virus hepatitis D merupakan virus RNA berukuran 35-37 nm yang tidak biasa

karena membutuhkan HbsAg untuk berperan sebagai lapisan luar partikel yang infeksius

sehingga hanya penderita yang positif HbsAg yang dapat terinfeksi HDV. Penularan

terjadi terutama melalui serum, dan di Amerika Serikat penyakit ini terutana menyerang

pengguna obat melalui intravena

Virus hepatitis E (HEV)

HEV merupakan suatu virus RNA untai tunggal yang kecil berdiameter kurang

lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B yang

ditularkan secara enterik melalui jalur fekal–oral. Adapun penyebarannya melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus ini. Virus ini lebih mudah

menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi yang buruk, tanda-tanda orang yang

terkena hepatitis E ini mengalami gejala-gejala lebih sering dimiliki orang dewasa dari

pada anak-anak. Jika ada, gejala biasanya muncul secara tiba-tiba, seperti demam, rasa

8

Page 9: Pbl Blok 17 Morris

letih, hilang nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna tua, warna

kekuningan pada mata dan kulit. Penyakit Hepatitis E terjadi lebih parah pada wanita

hamil, terutama pada 3 bulan terakhir masa kehamilan. Masa inkubasi hepatitis E rata-

rata 40 hari (rentang 15-60 hari).

Hepatitis G (HGV)

Gejala serupa dengan hepatitis C, sering kali infeksi bersamaan dengan hepatitis B

dan atau C. HGV merupakan suatu flavirus RNA yang mungkin menyebabkan hepatitis

fulminal. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik. HGV ditularkan terutama

melalui air, namun juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kelompok yang

beresiko adalah individu yang telah menjalani transfusi darah, tertusuk jarum suntik

secara tidak sengaja, pengguna obat melalui intravena, atau pasien hemidialisis.Beberapa

peneliti meyakini bahwa HGV tidak menyebabkan hepatitis yang bermakna secara klinis

sehingga mereka tidak lagi mempertimbangkan virus ini sebagai virus hepatitis.

2.4 Etiologi Hepatitis B

Virus hepatitis B merupakan virus DNA beramplop, termasuk famili

Hepadnaviridae.virion lengkap adalah 42 nm, partikel berbentuk bola yang terdiri dari

sebuah amplop di sekitar inti 27nm. Inti terdiri dari nukleokapsid yang berisi genom

DNA. Genom virus sebagian terdiri dari DNA untai ganda dengan potongan pendek, dan

selembar untai tunggal. Ini terdiri dari 3200 nukleotida, sehingga dikenal sebagai DNA

virus terkecil.4

2.5 Faktor Resiko Hepatitis B

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan

berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform,

arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa

juga menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau

diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah

adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh,

hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain. Cara utama

penularan HBV adalah melalui parenteral dan menembus mukosa, terutama melalui

hubungan seksual. Berikut kelompok yang memiliki resiko tinggi terhadap infeksi HBV :

1. Imigran dari daerah endemis HBV

2. Pengguna obat IV yang sering tertukar jarum dan alat suntik

3. Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang terinfeksi

9

Page 10: Pbl Blok 17 Morris

4. Pria homoseksual yang secara seksual aktif

5. Pasien rumah sakit jiwa

6. Narapidana pria

7. Pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk tertentu dari

plasma

8. Kontak serumah dengan karier HBV

9. Pekerja sosial dibidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan darah

10. Bayi baru lahir dari ibu inkfesi, dapat terinfeksi pada saat atau segera setelah lahir.

2.6 Manifestasi Klinik Hepatitis B

Pada infeksi yang sembuh total:

1. Spektrum penyakit mulai dari asimtomatik, infeksi yang tidak nyata sampai

kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut.

2. Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala

profromal yang non spesifik dan gejala gastrointestina, seperti malaise, anoreksia,

mual dan muntah; gejala flu, faringitis batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala, dan

mialgia.

3. Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV, pada virus

yang lain secara insidious.

4. Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV.

5. Immune complex mediated, serum sickness like syndrome dapat ditemukan pada

kurang dari 10% pasien dengan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus yg lain.

6. Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia,

malaisem dan kelemahan dapat menetap.

7. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya

ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat.

8. Pemeriksaan fisis menunjukan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati.

9. Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20% pasien.

2.7 Patofisiologi Hepatitis B

Virus Hepatitis B (HBV) masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari peredaran

darah, partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus. Selanjutnya

sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi partikel Dane utuh, partikel HBsAg

bentuk bular dan tubuler, dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. HBV

merangsang respons imun tubuh, yang pertama kali di rangsang adalah respons imun

10

Page 11: Pbl Blok 17 Morris

nonspesifik (innate immune response) karena dapat terangsang dalam waktu singkat,

beberapa menit sampai beberapa jam. Proses eliminasi nonspesifik ini terjadi tanpa

restriksi HLA, yaitu dengan memanfaatkan sel-sel NK dan NK-T.

Untuk proses eradikasi selanjutnya diperlukan respons imun spesifik, yaitu dengan

mengaktivasi sel limfosit T dan sel limfosit B. Aktivitas sel T C nD8+ terjadi setelah

kontak reseptor sel T tersebut dengan kompleks peptida VHB-MHC kelas I yang ada

pada permukaan dinding sel hati dan pada permukaan dinding Antigen Presenting Cell

(APC) dan dibantu rangsangan sel T CD4+ dan dibantu rangsangan sel T CD4+ yang

sebelumnya sudah mengalami kontak dengan kompleks peptide VHB-MHC kelas II pada

dinding APC. Peptide HBV yang di tampilkan pada permukaan dinding sel hati dan

menjadi antigen sasaran respons imun adalah peptide kapsid yaitu HBcAg atau HBeAg.

Sel T CD8+ selanjutnya akan mengeliminasi virus yang ada di dalam sel hati yang

terinfeksi. Proses eliminasi tersebut bisa terjadi dalam bentuk nekrosis sel hati yang akan

menyebabkan meningkatnya ALT atau mekanisme sitolitik. Di samping itu dapat juga

terjadi eliminasi virus intrasel tanpa kerusakan sel hati yang terinfeksi melalui aktivitas

Interferon gamma dan Tissue Necrotic Factor (TNF) alfa yang dihasilkan oleh sel T

CD8+ (mekanisme nonsitolitik).

Aktivasi sel limfosit B dengan bantuan sel CD4+ akan menyebabkan produksi

antibody antara lain anti-HBs, anti-HBc dan anti-HBe. Fungsi anti-HBs adalah netralisasi

partikel HBV bebas dan mencegah masuknya virus ke dalam sel. Dengan demikian anti-

HBs akan mencegah penyebaran virus dari sel ke sel. Infeksi kronik HBV bukan

disebabkan gangguan produksi anti-HBs. Buktinya pada pasien Hepatitis B kronik

ternyata dapat ditemukan adanya anti –HBs yang tidak bisa dideteksi dengan metode

pemeriksaan biasa karena anti-HBs bersembunyi dalam kompleks dengan HBsAg.

Bila proses eliminasi birus berlangsung efisien makan infeksi HBV dapat diakhiri,

sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi HBV yang menetap.

Proses eliminasi HBV oleh respons imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor

virus ataupun faktor pejamu.

Faktor virus antara lain: terjadinya imunotoleransi terhadap produk virus hepatitis

B, hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel – sel terinfeksi,

terjadinya mutan virus hepatitis B yang tidak memproduksi HBeAg, integarasi

genom virus hepatitis B dalam genom sel hati.

11

Page 12: Pbl Blok 17 Morris

Faktor pejamu antara lain: faktor genetik, kurangnya produksi IFN, adanya

antibodi terhadap antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respons

antiidiotipe, faktor kelamin dan hormonal.

Salah satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk virus hepatitis B dalam

persistensi virus hepatitis B adalah mekanisme persistensi infeksi virus hepatitis B pada

neonatus yang dilahirkan oleh ibu HBsAg dan HBeAg posistif, diduga persistensi infeksi

virus hepatitis B pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HBeAg yang masuk ke dalam

tubuh janin mendahului invasi virus hepatitis B, sedangkan persistensi pada usia dewasa

diduga disebabkan oleh kelelahan sel T karena tingginya konsentrasi partikel virus.

2.8 Penatalaksanaan Hepatitis B

Hepatitis B kronis adalah penyakit yang bisa diobati. Interferon alfa, 5-10 juta MU

tiga kali seminggu selama 4-6 bulan, memberikan manfaat jangka panjang dalam

minoritas (sampai 33%) dari pasien dengan infeksi kronis hepatitis B. Pemberian

Lamivudine (3TC) juga bisa diberikan. Lamivudine merupakan antivirus melalui efek

penghambatan transkripsi selama siklus replikasi HBV. Pemberian lamivudine 100

mg/hari selama 1 tahun dapat menekan HBV DNA.

Tirah baring (bed rest) biasanya direkomendasikan tanpa memperhitungkan bentuk

terapi yang lain sampai gejala hepatitis sudah mereda. Selanjutnya, aktivitas pasien harus

dibatasi sampai gejala pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-enzim

hati dalam serum sudah kembali normal.

Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan, asupan protein dibatasi bila kemampuan

hati untuk memetabolisme produk sampingan protein terganggu sebagaimana

diperlihatkan oleh gejalanya.

Upaya kuratif untuk mengendalikan gejala dyspepsia dan malaise umum mencakup

penggunaan Antasid, Beladona, serta preparat Antiemetik. Meskipun demikian, semua

obat ini harus dihentikan jika terdapat muntah. Apabila muntah tetap terjadi, pasien harus

dirawat di rumah sakit dan mendapatkan terapi cairan. Mengingat cara penularannya,

pasien tersebut harus dievaluasi untuk mendeteksi penyakit lain yang ditularkan lewat

darah.5

2.9 Komplikasi Hepatitis B

Pada masa awal infeksi virus hepatitis B, akan didapatkan tanda-tanda

peradangan biasa seperti nyeri sendi, gatal-gatal, pembengkakan pembuluh darah, dan

12

Page 13: Pbl Blok 17 Morris

terkadang dapat terjadi bak berdarah dan bak mengeluarkan protein (5 – 10%). Gejala

ini timbul sebelum timbul keluhan badan menjadi kuning. Gejala-gejala ini sering

membuat salah diagnosa menjadi penyakit rematoid. 

Komplikasi yang paling ditakutkan adalah fulminant hepatitis (kerusakan hati

yang hebat), kondisi ini jarang, tetapi paling sering ditemukan pada penderita dengan

hepatitis B. Hepatitis B paling sering mengalami komplikasi ini karena sifatnya yang

sering menjadi kronis. Gejala yang timbul berupa gangguan kesadaran hingga koma.

Hati menjadi kecil dan terjadi kegagalan fungsi pembekuan darah. Gejala lain yang

timbul berupa bingung, disorientasi, kontak tidak adekuat, perut menjadi kembung

karena volume air yang besar didalam rongga perut (asites) dan pembengkakan anggota

gerak. Didapatkan peningkatan bilirubin yang tinggi, dan kegagalan sistem pembekuan

darah akan menyebabkan perdarahan dari saluran cerna yang ditandai oleh bab

berwarna hitam atau darah dan muntah berwarna hitam. Gejala yang lebih berat adalah

penekanan batang otak akibat pembengkakan otak, gagal nafas, gagal fungsi jantung,

gagal ginjal dan berakhir pada kematian. Angka kematian mencapai 80%, sehingga

salah satu terapi adalah transplantasi hati. 

Hepatitis Fulminant  

Penderita hepatitis B, selama beberapa bulan akan terjadi penurunan kadar HbsAg

tetapi tidak menghilang  seluruhnya. Beberapa kemungkinan yaitu (1) pembawa virus

(carrier), (2) hepatitis ringan atau sedang, (3) hepatitis kronis sedang atau berat dengan /

tanpa sirosis hepatis. Neonatus, anak dengan Down’s syndrome, penderita dengan

hemodialisia kronis, dan penderita dengan gangguan sistem kekebalan tubuh paling

sering menjadi pembawa virus ini. Komplikasi yang paling sering dari infeksi hepatitis

B, adalah menjadi kronis, beberapa gambaran klinis dan pemerkisaan laboratorium

didapatkan : (1) tidak didapatkan penyembuhan yang sempurna dari gejala yang ada

(mual, muntah, lemah badan dan pembesaran hati), (2) Gambaran nekrosis dari hasil

biopsi hati, (3) kegagalan enzim hati, bilirubin dan globulin untuk kembali ke batas

normal dalam 6 – 12 bulan setelah sembuh, (4) HbeAg yang menetap selama 3 bulan

atau HbsAg menetap selama 6 bulan setelah infeksi hepatitis. 

Sirosis Hepatis

Komplikasi yang lebih jarang dari hepatitis adalah infeksi dari pankreas, otot jantung,

paru, anemia aplastik, dan kerusakan saraf-saraf perifer. Penderita dengan hepatitis B

13

Page 14: Pbl Blok 17 Morris

yang didapatkan pada masa kanak-kanak dan disertai positifnya titer HbeAg memiliki

resiko besar untuk menjadi keganasan hati.5 

2.10 Prevensi Hepatitis B

Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah hepatitis B

antara lain:

- Pemberian vaksinasi Hepatitis B adalah perlindungan terbaik. Pemberian vaksinasi

secar rutin direkomendasikan untuk semua orang usia 0-18 tahun, bagi orang-orang

dari segala usia yang berada dalam kelompok berisiko terinfeksi HBV, dan untuk

orang yang menginginkan perlindungan dari hepatitis B.

- Setiap wanita hamil, dia harus dites untuk hepatitis B, bayi yang lahir dari ibu yang

terinfeksi HBV harus diberikan HBIG (hepatitis B immune globulin) dan vaksin

dalam waktu 12 jam lahir.

- Penggunaan kondom lateks dalam berhubungan seksual

- Jangan berbagi peralatan pribadi yang mungkin terkena darah penderita, seperti pisau

cukur, sikat gigi, dan handuk.

- Pertimbangkan risiko jika anda akan membuat tato atau menindik tubuh. Anda

mungkin terinfeksi jika alat atau pewarna tersebut terkontaminasi virus hepatitis B.

- Jangan mendonorkan darah, organ, atau jaringan jika anda positif memiliki HBV.

- Jangan menggunakan narkoba suntik.1

2.11 Prognosis Hepatitis B

Sembilan puluh persen dari kasus-kasus hepatitis akut B menyelesaikan dalam

waktu 6 bulan, 0,1% adalah fatal karena nekrosis hati akut, dan sampai 10%

berkembang pada hepatitis kronis. Dari jumlah tersebut, ≥ 10% akan mengembangkan

sirosis, kanker hati, atau keduanya.4

2.12 Epidemiologi Hepatitis B

Hepatitis virus akut merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

diseluruh dunia. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan

setiap tahun terjadi sekitar 300.000 infeksi virus hepatitis B di Amerika Serikat.

14

Page 15: Pbl Blok 17 Morris

Walaupun mortalitas penyakit hepatitis rendah, faktor morbiditas yang luas dan ekonomi

yang kurang memiliki kaitan dengan penyakit ini. Hepatitis virus akut adalah penyakit

infeksi yang penyebaraannnya luas, walaupun efek utamanya pada hati.

Bab III

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang

disepakati, yaitu “pasien menderita Hepatitis B” dapat diterima. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan analisa terhadap anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,

working diagnosis, differential diagnosis, etiologi, epidemologi, faktor resiko, patofisiologi,

manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan pencegahan pada hepatitis B.

15

Page 16: Pbl Blok 17 Morris

Daftar Pustaka

1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W.I, Setiowulan W. Kapita selekta

kedokteran. Edisi 3 jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2009.h.513-5

2. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Medical Microbiology. 25th ed. New York: Mc Graw

Hill; 2009.h.471-87.

3. Goering R.V, Dockrell H.M, Zuckerman M, Wakelin D, Roitt I.M, Mims C, Chiodini

P.L. Mims medical microbiology. 4th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2008.h.314-

20.

4. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:

Interna Publishing; 2009.h.644-60.

5. Hepatitis B. Edisi 10 Febuari 2010. Diunduh dari

http://www.emedicinehealth.com/hepatitis_b/article_em.htm 18 Juni 2011.

16