paper radiologi
DESCRIPTION
gambaran radiologis pada congenital heart diseaseTRANSCRIPT
GAMBARAN RADIOLOGIS PADA CONGENITAL HEART
DISEASE
Oleh :
Suci Intan Fatrisia 090100065
Vilza Raihany 090100089
Fina Fadila Mayasari 090100185
Jamali Maula MM 090100395
Muhammad Aslam 090100454
PEMBIMBING :
dr. Henny M. Sipahutar, Sp.Rad
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 3
1.2. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
1.3. Manfaat Penelitian.................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
2.1. Radiografi Polos....................................................................................... 5
2.2. CT Scan Jantung.......................................................................................18
2.3. MRI Jantung.............................................................................................45
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................54
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan
anak-anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menujukkan orang tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami
tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan pada penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa.1
Angka kejadian penyakit jantung bawaan adalah 9-10 per 100 bayi yang lahir
hidup. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor risiko atau predisposisi yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan.2
Penyakit katup jantung deformitas katup jantung dapat disebabkan oleh defek
kongenital, perubahan degeneratif, proses infeksi, mislnya demam rematik,
endokarditis bakteri, atau demam scarlet, infrak miokardium yang mengenai otot
papilaris. Penyakit aorta asenden atau trauma. Dapat terjadi stenosis
(penyempitan) atau insufisiensi (kebocoran) atau kombinasi dari keduanya.
Disfungsi katup dapat menyebabkan perubahan hemodinamika yang mengganggu
fungsi jantung dan menyebabkan beban pada jantung, gagal jantung kongestif dan
akhirnya kematian. 3
Selain pemeriksaan klinis yang teliti, diperlukan juga beberapa pemeriksaan
radiodiagnostik dan pencitraan untuk melengkapinya. Foto thoraks,
ultrasonografi, CT scan, bahkan magnetic resonance imaging dapat dipakai untuk
memeriksa jantung dan daerah sekitarnya. Namun, harus dapat dipilih dan
ditentukan secara cermat pemeriksaan radiologik mana yang paling membantu
dokter dan pasien dari segi akurasi diagnostic, biaya, dan hal-hal lain.4
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai pemeriksaan serta
gambaran radiologis pada kelainan congenital heart disease.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan paper ini ialah perlunya pemahaman tentang
pemeriksaan serta gambaran radiologis pada kasus-kasus congenital heart disease.
Selain itu, penulisan makalah ini sebagai pemenuhan syarat untuk dapat
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik, Departemen Ilmu Radiologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
1.3. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya kepada penulis dan
pembaca, yang terlibat dalam bidang medis serta masyarakat pada umumnya
untuk lebih mengetahui lebih dalam mengenai pemeriksaan serta gambaran
radiologis pada congenital heart disease.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Radiografi Polos
2.1.1. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Pada kelainan congenital ini, terdapat hubungan antara aorta dengan arteri
pulmonalis. Penghubungnya adalah duktus arteriosus Botali. Pada kehidupan
intra-uterin duktus itu berfungsi untuk sirkulasi darah dari arteri pulmonalis ke
aorta. Pada waktu lahir duktus ini menutup. Bila duktus ini besar, maka ia akan
tetap merupakan hubungan antara aorta dan arteri pulmonalis. Darah dari aorta
mengalir ke arteri pulmonalis (kebocoran dengan arah kiri-kanan, L-R shunt).
Kelainan ini disebut PDA. Aorta asenden terisi normal dengan darah dari
ventrikel kiri. Kaliber arkus nampak normal. Setelah sampai duktus, sebagian
darah mengalir ke arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya menjadi lebar,
sedangkan aorta desendens mengecil. Pembuluh darah paru melebar, hilus
melebar, dan pada fluorosenkopi sering nampak hilar dance.
Bila kemudian terjadi penyempitan pembuluh darah paru bagian tepi,
maka tekanan di arteri pulmonalis akan meninggi. Keadaan ini memungkinkan
arah arus kebocoran berbalik menjadi dari kanan ke kiri (R-L shunt), dari arteri
pulmonalis ke aorta. Pada saat itu orang menjadi biru. Keadaan ini sama dengan
sindrom Eissenmenger yang sering terjadi pada VSD dan ASD.
Manifestasi Klinis:
· PDA Kecil.
Biasanya asimtomatik, dengan tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
Jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri sternum.
Terdapat bising kontinu (continuous murmur, machinery murmur) yang khas
untuk PDA di daerah subklavia kiri.
· PDA Sedang
Gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien
mengalami kesulitan makan (menyusu), sering menderita infeksi saluran nafas,
namun biasanya berat badan masih dalam batas normal. Frekuensi nafas sedikit
lebih cepat dibanding dengan anak normal. Dijumpai pulsus seler dan tekanan
nadi lebih dari 40 mmHg. Terdapat getaran bising di daerah sela iga I-II
parasternal kiri dan bising kontinu di sela iga II-III garis parasternal kiri yang
menjalar ke daerah sekitarnya. Juga sering ditemukan bising mid-diastolik dini.
· PDA Besar
Gejala tampak berat sejak minggu pertama kehidupan. Pasien sulit makan
dan minum sehingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan, tampak
dispneu atau takipneu dan banyak berkeringat bila minum. Pada pemeriksaan
tidak teraba getaran bising sistolik dan pada auskultasi terdengar bising kontinu
atau hanya bising sistolik. Bising mid-diastolik terdengar di apeks karena aliran
darah berlebihan melalui katup mitral. Bunyi jantung II tunggal dan keras. Gagal
jantung mungkin terjadi dan biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian
bawah.
· PDA Besar dengan Hipertensi Pulmonal
Pasien PDA besar apabila tidak diobati akan berkembang menjadi
hipertensi pulmonal karena komplikasi penyakit vaskular paru. Komplikasi ini
dapat terjadi pada usia kurang dari satu tahun, namun jauh lebih sering terjadi
pada tahun ke-2 atau ke-2. Komplikasi ini berkembang secara progresif, sehingga
akhirnya irreversibel, dan pada tahap tersebut, operasi koreksi tidak dapat
dilakukan.
Gambaran foto thoraks
Gambaran foto toraks PDA tergantung besar kecilnya PDA yang terjadi.
1. Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan pembuluh darah paru normal
2. Bila PDA cukup besar, maka gambaran radiologinya:
· Aorta descedens dan arkus tampak normal atau membesar sedikit dan
nampak menonjol pada proyeksi PA
- A. pulmonalis tampak menonjol lebar di samping aorta
- Pembuluh darah paru dan hilus nampak melebar, karena volume darah yang
bertambah
- Pembesaran atrium kiri
- Pembesaran ventrikel kanan dan kiri.
Pada orang dewasa, gambaran radiologi ini tampak jelas, tetapi pada
anak-anak tidak khas dan sulit dinilai, karena biasanya jantung anak-anak masih
berbentuk bulat. Pelebaran pembuluh darah paru untuk sebagian radiografi PA
tidak nampak karena tertutup oleh jantung, terutama di bagian sentral
3. Bila keadaan telah lanjut dan timbul tanda hipertensi pulmonal, gambaran
radiologinya:
- Pembuluh darah paru bagian sentral melebar. Hilus melebar. Pembuluh
darah paru perifer berkurang.
- Ventrikel kanan semakin besar karena adanya hipertrofi dan dilatasi.
- Arteri pulmonalis menonjol.
- Aorta descendens lebar dengan arkus yang menonjol.
- Atrium kiri nampak normal kembali.
Pembesaran dari arkus aorta di samping pembesaran a. pulmonalis adalah
khas dan dapat dipakai untuk membedakan PDA dari ASD atau VSD.
PDA dengan hipertensi pulmonal PDA dengan L-R shunt
Jantung sedikit membesar, RAO: esofagus terdorong ke belakang oleh
a. pulmonalis menonjol, dan arkus atrium kiri yang dilatasi
aorta menonjol. Corakan paru bertambah.
2.1.2 Tetralogi Fallot
Tetralogi Fallot merupakan penyakit jantung kongenital sianotik yang
paling sering ditemukan, yaitu merupakan + 10% dari seluruh penyakit jantung
kongenital.
Pada Tetralogi Fallot ada 4 jenis kelainan, yaitu:
a. Pulmonal Stenosis
Bersifat infundibular dan/atau valvular.
b. VSD (defek septum ventrikel) dengan R-L shunt
c. Semitransposisi aorta
Aorta berpangkal sebagian di ventrikel kanan dan sebagian lainnya di
ventrikel kiri.
d. Hipertrofi ventrikel kanan
Arus darah dalam jantung tergantung pada keadaan stenosis arteri
pulmonalis. Makin parah stenosisnya, makin berat pula hipertrofi ventrikel kanan
dan arus kebocoran yang melalui VSD dari kanan ke kiri juga makin banyak.
Demikian juga semitransposisi aorta (overiding aorta) biasanya juga makin besar,
sehingga semakin banyak darah vena yang mengalir ke dalam aorta. Sianosis pun
menjadi nyata sekali.
Bila stenosis pada a. pulmonalis ringan saja, maka arus kebocoran melalui
VSD juga sedikit, semitransposisi aorta biasanya juga kecil, sehingga sianosis pun
berkurang.
Bahkan pada pasien dengan stenosis yang sangat ringan, tekanan ventrikel
kanan tidak cukup tinggi untuk menimbulkan R-L shunt, sehingga masih
didominasi oleh L-R shunt. Pada pasien ini disebut sebagai “pink” or “ balanced”
tetralogi fallot. Manifestasi klinik biasanya timbul pada usia yang lebih besar,
tetapi bila L-R shunt cukup besar, akan tampak sebagai kelainan VSD pada bayi.
Gambaran foto thoraks
Pembesaran ventrikel kanan menyebabkan bayangan jantung melebar ke
kiri dengan apex di atas diafragma. Pembesaran ini tidak seberapa, karena
ventrikel kanan umumnya hanya hipertrofi saja bukan dilatasi.
Pinggang jantung menjadi lebih konkaf karena tidak ada pembesaran dari
jalur keluar ventrikel kanan. Pada stenosis berat, pinggang jantung lebih dalam
lagi sehingga menimbulkan gambaran jantung seperti sepatu kayu (coeur
ensabot).
Pembuluh darah paru menjadi kecil dan berkurang sehingga paru nampak
lebih radiolusen.
Aorta tampak melebar, tetapi karena aorta terletak di belakang sternum,
maka batas aorta ini kadang sulit dilihat pada proyeksi PA. Aorta tampak lebih
jelas bila letaknya di sisi kanan kolumna vertebralis (right sided aortae). Dengan
proyeksi LAO atau RAO dengan barium esofagus, letak aorta akan lebih nyata.
Pada Tetralogi Fallot yang ringan, bentuk jantung pada proyeksi PA tampak
normal, walaupun biasanya pembuluh darah paru tampak berkurang.
PA: ukuran jantung normal dengan bentuk seperti sepatu boot (coeur en sabot).
Corakan paru berkurang dengan left sided aortic arch (indentasi pada kiri trakhea)
RAO: apex membulat di atas diafragma, corakan paru berkurang
PA: bayi 9 bulan, CTR normal dengan jantung bentuk sepatu boot.
Corakan paru berkurang, dan right aortic arch (pd 25% anak dengan tetralogi
fallot).
2.1.3 Kebocoran Septum Ventrikel (VSD= Ventricular Septal Defect)
Kelainan ini sering dijumpai pada anak-anak. Kebocoran ini terdapat di
septum interventrikular. Gambaran umum yang sering dikaitkan
dengan VSD, adalah sebagai berikut: gambaran jantung sedikit
membesar ke kiri. Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, A.
Pulmonalis melebar dengan konus pulmonalis yang menonjol.
Sedangkan gambaran klinis yang ditemukan secara garis besar
dapat dibedakan berdasarkan apakah sudah terjadi hipertensi
pulmonal atau belum. Pada kasus VSD tanpa hipertensi
pulmonal, gejala klinis yang dominan adalah gejala yang timbul
akibat kurangnya perfusi ke perifer, sering bermanifestasi
sebagai keterlambatan pertumbuhan. Sedangkan jika sudah
terjadi hipertensi pulmonal, gejala klinis umumnya berkaitan
dengan keadaan cyanotic yang timbul karena adanya R-L Shunt.
Gambaran radiologis dan klinis dari VSD dapat bervariasi
berdasarkan:
1. Besarnya kebocoran
2. Ada atau tidaknya hipertensi pulmonal
Makin kecil kebocoran, semakin sedikit kelainan yang
terlihat pada radiografi polos. Defek yang kecil umumnya
menghasilkan murmur yang keras. Pada defek berukuran < 1
cm, tekanan ventrikel kiri umumnya lebih besar pada keadaan ini
dan terjadi kebocoran dari kiri ke kanan (L-R Shunt). Sejumlah
besar darah dari kebocoran dan atrium kanan akan dipompakan
menuju arteri pulmonalis, vena pulmonalis dan akhirnya atrium
kiri. Atrium kiri yang mengalami peningkatan jumlah pre load
sehingga berdilatasi. Ventrikel kiri selain menerima jumlah darah
yang meningkat juga mengalami hipertrofi karena harus bekerja
lebih keras memenuhi kebutuhan sistemik. Pembuluh darah paru
umumnya belum membesar karena umumnya belum terjadi
perubahan pada struktur pembuluh darah paru. Sebaliknya,
ventrikel kanan tidak membesar karena jumlah volume yang
meningkat hanya terjadi saat sistol dan umumnya letak defek
adalah di outflow sehingga peningkatan volume tersebut tidak
terlalu mempengaruhi ventrikel kanan.
Bila defek makin besar, maka volume darah yang mengisi
ventrikel kanan juga bertambah secara nyata (karena butuh
waktu untuk memompa darah dari ventrikel kanan). Sehingga
terjadi dilatasi ventrikel kanan. Pada saat ini, pembuluh darah
paru membesar tapi umumnya belum terdapat peningkatan
tekanan di pembuluh darah paru.
Jika kelainan membesar lebih lanjut, maka terjadi
perubahan-perubahan dalam pembuluh darah paru yang
menyebabkan peningkatan tekanan pembuluh darah paru
(hipertensi pulmonal). Hipertensi pulmonal pada VSD cenderung
lebih
cepat terjadi dibanding pada Atrial Septal Defect (ASD). Dengan
adanya hipertensi pulmonal, jumlah darah yang melalui
pembuluh darah paru dan atrium kiri menurun sehingga atrium
kiri menjadi mengecil kembali. Sebaliknya ventrikel kanan harus
bekerja keras sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan bukan
lagi dilatasi. Sehingga sekarang pembesaran terutama terjadi di
jantung kanan, yaitu pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis,
khususnya bagian sentral. Kompleks ini mirip dengan temuan
pada ASD dengan hipertensi pulmonal.
Kebocoran yang lebih besar lagi menyebabkan tekanan
antara ventrikel sama sehingga menjadi satu ruang ventrikel
(single ventricle). Pada keadaan ini arah kebocoran tergantung
pada afterload yang lebih besar. Jika tekanan pembuluh darah
paru lebih besar, terjadi R-L shunt, sebaliknya jika tekanan aorta
lebih besar terjadi L-R Shunt.
Gambaran foto thoraks
PA: pembesaran jantung, konus pulmonalis RAO: esofagus terdorong ke
menonjol. Karena dilatasi atrium kiri posterior. Corakan
pada fluoroskopi tampak hilar dance. bronkhovaskuler bertambah
PA : pembesaran jantung dengan apek meluas PA : pembesaran
jantung dengan corakan ke dinding
thorak kiri.
Bronkhovaskuler bertambah Tampak air
trapping di lobus
Corakan bronkhovaskuler meningkat medius
kanan.
2.1.4Kebocoran Septum Atrium (ASD= Atrial Septal
Defect)
Defek pada sekat atrium dapat terjadi pada seprum
primum yang tidak menutup atau terjadi pada septum sekundum
(foramen ovale) karena foramen ini terlalu lebar atau
penutupnya kurang sempurna.
Dalam kehidupan janin yang masih muda, terdapat hubungan antara
atrium kanan dan kiri. Kedua atrium ini terpisah oleh septum primum. Pemisahan
atrium kanan dan kiri terjadi sekitar minggu ke enam kehamilan. Di bagian bawah
septum ini terdapat foramen (ostium primum), yang menjadi penghubung antara
kedua atrium. Ostium ini lambat laun tertutup. Kemudian terbentuk septum kedua
yaitu septum sekundum yang mempunyai foramen yang kemudian disebut sebagai
foramen ovale. Ostium sekundum ini berguna untuk mempertahankan
adanya shunt dari kanan ke kiri yang masih diperlukan pada kehidupan
intrauterin. Foramen ovale ini pun menutup setelah beberapa saat bayi dilahirkan,
sehingga kemudian tidak ada lagi hubungan antara atrium kanan dan kiri. Bila
terjadi gangguan pertumbuhan, maka ada kemungkinan ostium primum atau
sekundum tetap terbuka. Kelainan ini menyebabkan terjadinya kebocoran pada
septum atrium. Secara morfologik terjadilah ASD primum atau ASD sekundum.
Adapula kebocoran lain yang terjadi, yaitu pada sinus venosus yang letaknya di
bagian atas dari atrium, dekat muara vena cava superior. Kelainan ini terdapat
pada 5% pasien, kadang disertai dengan insufisiensi mitral (sindrom
Lutembacher).
Gambaran foto thoraks
a. Tanpa hipertensi pulmonal
- PA : Jantung membesar ke kiri dengan apex di atas diafragma.
Hilus melebar. Arteri pulmonalis dan cabangnya melebar. Vena
pulmonalis tampak melebar di daerah suprahilar dan sekitar
hilus, sehingga corakan paru bertambah. Konus pulmonal
nampak menonjol. Arkus aorta tampak kecil.
- Lateral kiri: Tampak ventrikel kanan membesar (Ruang
retrosternal terisi). Tidak tampak pembesaran ventrikel kiri
maupun atrium kiri.
b. Dengan hipertensi pulmonal
- PA : Jantung membesar ke kiri dan kanan. Hilus sangat melebar
di bagian sentral dan menguncup ke arah tepi. Konus pulmonalis
sangat menonjol. Aorta kecil. Pembuluh darah paru berkurang.
Bentuk torak emfisematous (barrel chest).
- Lateral kiri: Pembesaran ventrikel kanan yang menempel jauh
ke atas sternum. Tidak tampak pembesaran ventrikel kiri. Atrium
kiri normal atau kadang membesar. Hilus berukuran besar.
Kadang jantung belakang bawah berhimpit dengan kolumna
vertebralis (karena atrium kanan sangat besar dan mendorong
jantung ke belakang).
Jantung membesar, corakan paru bertambah
ASD dengan hipertensi portal
2.2 CT Scan pada Congenital Heart Disease
Diagnosis dan efektif pencitraan penyakit jantung bawaan (CHD) pada
orang dewasa adalah berkembangnya kekhawatiran. Sebuah populasi meningkat
linear orang dengan penyakit jantung koroner yang bertahan sampai dewasa,
menciptakan permintaan untuk kualitas pelayanan sub-khusus dan pencitraan
canggih Dengan meningkatnya penggunaan CT angiography di departemen
darurat, deteksi penyakit jantung struktural, terutama penyakit jantung koroner,
meningkat . Hal ini penting bagi ahli radiologi untuk menyadari spektrum PJK
pada orang dewasa, konteks di mana lesi terjadi, dan metode yang paling efektif
pencitraan.
PJK Dikenal di Dewasa
PJK terjadi pada 4-10 dari 1.000 kelahiran hidup . Sebagai hasil dari
operasi yang efektif dan manajemen medis, diperkirakan bahwa 85% dari anak-
anak akan bertahan hidup sampai dewasa , jumlah penduduk mendekati 800.000
pasien di Amerika Serikat . Sejak tahun 1985, prevalensi PJK parah dalam hidup
orang dewasa telah meningkat menjadi 85%, dan orang dewasa saat ini lebih dari
anak-anak memiliki kelainan ini . Diperkirakan bahwa sebanyak 50% anak
dengan PJK perlu spesialis usia 16 tahun tindak lanjut terakhir. Penyakit yang
paling umum diproyeksikan untuk hadir di antara pasien PJK yang memerlukan
observasi ketat termasuk coarctation dari aorta, stenosis aorta, tetralogi Fallot, dan
ventrikel septal defect (VSD) . Precise pencitraan tindak lanjut dari pasien ini
penting tidak hanya untuk mengkarakterisasi lesi dan status fungsional tetapi juga
untuk merencanakan reintervention bedah. Selain itu, hampir setengah dari pasien
dengan CHD memerlukan dua atau lebih operasi selama masa dewasa. Perubahan
Bedah fitur anatomi asli, terutama dari arteri koroner, membuat pencitraan pra
operasi sangat penting dalam perawatan pasien.
Kemajuan Technologic di Imaging PJK pada Dewasa
Angiography dan ekokardiografi-Tradisional pencitraan PJK termasuk
invasif angiografi konvensional echocardiography, tapi transtorakal telah menjadi
teknik pencitraan utama dalam penilaian PJK . Pada orang dewasa dengan CHD,
beberapa daerah anatomi yang memadai ditandai dengan echocardiography
transthoracic, termasuk ventrikel kanan, melintang dan turun lengkung aorta, dan
pembuluh darah paru . Meskipun sering berguna untuk menilai struktur ini,
transesophageal echocardiography memiliki bintik-bintik buta anatomi dan dapat
menyebabkan jalan nafas jika arteri pulmonalis diperbesar . Pada pasien yang
telah menjalani operasi paliatif untuk PJK, pembesaran arteri paru adalah umum,
keterbatasan kemampuan diagnostik transesophageal echocardiography .
MRI-Kemajuan dalam MRI telah membuatnya sangat berguna untuk
evaluasi fungsi miokard dan katup dan hubungan spasial 3D yang kompleks di
CHD kompleks . The noninvasif alam dan tidak adanya radiasi dan bahan kontras
iodinasi sering mendefinisikan MRI sebagai teknik yang lebih disukai untuk
penilaian PJK pada orang dewasa . MRI memang memiliki keterbatasan yang
sangat relevan dalam perawatan orang dewasa dengan CHD. Banyak pasien yang
telah mengalami koreksi bedah PJK memiliki alat pacu jantung atau implan
cardioverter-defibrillator , yang menghalangi MRI. Kontraindikasi ini sedang
dipertimbangkan kembali karena baru implan cardioverter-defibrillator teknologi ,
tetapi tetap substansial . Claustrophobia dan terbatasnya akses terus menjadi
keterbatasan diakui MRI. MRI juga terbatas dalam evaluasi paru-paru dan saluran
udara, pertimbangan penting antara orang dewasa dengan CHD .
CT-Kemajuan dalam CT PJK pertama dibuat dengan elektron-beam CT.
Kali pencitraan lebih cepat dengan elektron-beam CT memungkinkan perolehan
informasi spasial dan anatomi lebih baik dari itu diperoleh dengan konvensional
tunggal-detektor CT. Teknologi EKG-gating menghasilkan informasi fungsional
tidak mungkin diperoleh dengan teknologi CT konvensional. Meskipun efektif,
elektron-beam CT memiliki kekurangan ketersediaan terbatas dan biaya mahal,
yang bertentangan dengan utilitas klinis secara luas.
MDCT memberikan gambaran 3D yang sangat baik dari struktur anatomi
kardiovaskular pada pasien dengan PJK. Retrospective EKG gating memfasilitasi
evaluasi fungsional mirip dengan echocardiography konvensional. Meskipun
MDCT memerlukan radiasi pengion, pengurangan ditandai dalam waktu
pencitraan sering menyingkirkan sedasi diperlukan untuk transesophageal
echocardiography dan kadang-kadang untuk MRI.
Keterbatasan MDCT ECG-gated termasuk denyut jantung tinggi dan
aritmia, yang keterbatasan yang serius dalam evaluasi dewasa dengan CHD, yang
memiliki prevalensi tinggi aritmia . Penggunaan dual-sumber CT alamat
keterbatasan ini. Dengan metode ini, dua tabung sinar-x dan detektor yang sesuai
ditempatkan 90 ° satu sama lain pada gantry berputar. Keuntungan dari teknologi
dual-sumber ditandai peningkatan resolusi temporal menjadi 83 milidetik dan
pengurangan dosis radiasi untuk pasien obes . Resolusi temporal peningkatan
dual-sumber CT memfasilitasi diagnosis yang akurat, biasanya tanpa β-blokade
untuk mengurangi denyut jantung. Selanjutnya, dual-sumber CT telah
menetapkan kemampuannya mirip dengan echocardiography transthoracic dalam
penilaian fungsi jantung, volume, dan massa . Calon ECG gating juga berharga
untuk mengurangi paparan radiasi, tetapi saat ini dibatasi oleh kebutuhan untuk
denyut jantung rendah, yang mungkin sulit untuk mencapai pada beberapa pasien
PJK .
Protokol dan analisis citra-Di lembaga kami, 64-MDCT dilakukan seperti
yang dijelaskan oleh Brodoefel et al. Setelah injeksi IV otomatis bolus 80 mL
bahan kontras pada 5 mL / s dengan chaser garam 60 mL, gambar diperoleh
dengan parameter berikut: collimation, 32 × 0,6 mm, akuisisi bagian, 64 × 0,6
mm; gantry perputaran waktu, 330 milidetik, pitch, 0,20-0,43, tegangan tabung,
120 kV, tabung arus maksimum, 400 mAs / rotasi. Untuk meminimalkan radiasi
untuk berbagai jantung tingkat modulasi arus lengkap adalah sebagai berikut:
denyut jantung 60 denyut / menit atau kurang, berjalan saat ini selama 60-70%
dari siklus; denyut jantung 60-70 denyut / menit, 50-80% dari siklus, denyut
jantung lebih dari 70 denyut / menit, 30-80% dari siklus.
Gambar rekonstruksi Dalam evaluasi pasien dengan PJK, review utama
gambar aksial penting untuk diagnosis yang akurat. Sebagian besar dari tinjauan
pencitraan dilakukan dengan rekonstruksi multiplanar, yang memfasilitasi
visualisasi cacat septum atrioventrikular dalam pesawat pencitraan analog dengan
orang-orang dari echocardiography. Proyeksi intensitas Maksimal merupakan
instrumen dalam evaluasi pembuluh darah besar. Fleksibilitas dicapai dengan
tebal pelat variabel dalam proyeksi intensitas maksimal sangat penting dalam
evaluasi anomali dari lengkung aorta dan arteri pulmonalis. Volume render paling
sering digunakan dalam evaluasi presurgical. Dibandingkan dengan temuan pada
angiografi kateter, hubungan anatomi 3D dari pembuluh darah dan dinding dada
yang nyata ditingkatkan dengan MDCT. Optimalisasi window CT dan pengaturan
tingkat memungkinkan visualisasi shunt intracardiac.
Gambar 1A. Pria - 23 - tahun dengan riwayat defek septum ventrikel dan atresia
paru
Gambar1B. Pria -23-tahun dengan riwayat defek septum ventrikel dan atresia
paru.
Contoh PJK pada Dewasa
Ventricular septal defect-VSD adalah yang paling umum cacat jantung
bawaan pada populasi pediatrik dan kedua defek septum atrium (ASD) pada
populasi orang dewasa . Ada dua jenis utama VSD, membran dan berotot. Defek
septum membran adalah subaortic (Gambar 1A, 1B). Cacat ini account untuk 70%
dari VSD. Berotot septum memiliki beberapa divisi-inlet ke kanal
atrioventrikular, outlet aorta, dan trabekular sepanjang-otot yang account untuk
sisa lesi. Lesi ini dapat diamati, tetapi jika cacat yang besar, penutupan bedah
diindikasikan . Untuk lebih mudah mendeteksi VSD di CT, akan sangat
membantu untuk menggunakan bolus saline untuk mengoptimalkan visualisasi
dari shunt intracardiac. Teknik-teknik ini telah sangat membantu dalam perawatan
orang dewasa dengan gejala VSD.
Tetralogi Fallot-Tetralogi Fallot menyumbang sekitar 10% dari kasus
cacat jantung bawaan dan merupakan lesi paling umum cyanotic. Tetralogi Fallot
adalah klasik digambarkan sebagai kumpulan dari empat cacat: infundibular atau
paru stenosis, hipertrofi ventrikel kanan, menimpa aorta, dan VSD . Selain itu,
anomali arteri koroner, gigih sisi kiri vena kava superior, dan lengkung aorta
kanan mungkin hadir .
Kebanyakan orang dewasa dengan tetralogy of Fallot telah mengalami
baik penyisipan shunt paliatif atau perbaikan definitif pada masa bayi atau anak
usia dini , tetapi sejumlah kecil pasien bertahan hidup sampai dewasa tanpa
operasi . Saat ini preferensi untuk pengobatan perbaikan definitif awal .
Melaporkan efek jangka panjang dari intervensi bedah meliputi pulmonal
regurgitasi katup, hipertensi arteri paru, dilatasi ventrikel kanan, kebocoran di
patch VSD, insufisiensi aorta, dan kekacauan elektropsikologi. Peningkatan
resolusi temporal dan spasial dual-sumber CT meningkatkan definisi cacat pada
pasien yang lebih tua dengan gejala tetralogy of Fallot .
Gambar 2. Wanita 21 tahun dengan dikenal defek septum ventrikel dan
meningkatkan sesak napas. Pendek sumbu maksimum gambar-intensitas-proyeksi
menunjukkan prolaps melebar titik puncak aorta noncoronary (panah) ke
membran ventrikel septal defect (panah) yang mengakibatkan regurgitasi katup
aorta. Regurgitasi aorta aliran katup (asterisk) adalah menuju ventrikel kanan.
Transposisi arteri besar memiliki dua varian utama: dextrotransposition
(lengkap) dan levotransposition (kongenital dikoreksi). The dextrotransposition
lebih parah dari arteri besar menyumbang 5-7% kasus PJK. Dalam anomali ini,
aorta menghubungkan ke ventrikel kanan anatomi dan arteri pulmonalis ke
ventrikel kiri. Anomali anatomi, seperti patent ductus arteriosus, VSD, dan ASD,
memungkinkan pencampuran darah.
Karena prognosis buruk tanpa operasi, kebanyakan pasien dewasa dengan
transposisi arteri besar telah mengalami prosedur korektif. Lebih dari 80% dari
neonatus diperlakukan pembedahan bertahan hidup hingga remaja, hasil terbaik
yang berkaitan dengan prosedur saklar arteri. Yang paling memprihatinkan
komplikasi untuk orang dewasa yang masih hidup saklar arteri adalah stenosis
arteri koroner dan neoaortic dilatasi akar dengan regurgitasi katup .
Gambar 3A. Pria -57-tahun dengan riwayat tetralogy of Fallot perbaikan.
Kateterisasi jantung kanan-menunjukkan hipertensi arteri paru-paru dan langkah-
up dalam oksigenasi dalam arteri pulmonalis konsisten dengan shunt
aortopulmonary
Gambar 3B. Pria -57-tahun dengan riwayat tetralogy of Fallot perbaikan.
Kateterisasi jantung kanan-menunjukkan hipertensi arteri paru-paru dan langkah-
up dalam oksigenasi dalam arteri pulmonalis konsisten dengan shunt
aortopulmonary.
Gambar3C. Pria -57-tahun dengan riwayat tetralogy of Fallot perbaikan.
Kateterisasi jantung kanan-menunjukkan hipertensi arteri paru-paru dan langkah-
up dalam oksigenasi dalam arteri pulmonalis konsisten dengan shunt
aortopulmonary.
Gambar3D. Pria -57-tahun dengan riwayat tetralogy of Fallot perbaikan.
Kateterisasi jantung kanan-menunjukkan hipertensi arteri paru-paru dan langkah-
up dalam oksigenasi dalam arteri pulmonalis konsisten dengan shunt
aortopulmonary.
Gejala sisa jangka panjang prosedur saklar atrium (Mustard, Senning)
yang lebih parah daripada prosedur saklar arteri, sebagian besar karena efek
berkepanjangan tekanan sistemik pada ventrikel rightsided morfologi. Ventrikel
kanan rentan terhadap pelebaran dan kegagalan, dan katup trikuspid regurgitasi
menjadi. Komplikasi penting dari prosedur beralih atrium termasuk obstruksi dan
kebocoran sekat atrium dan hipertensi pulmonal. MDCT memfasilitasi evaluasi
dinamis baik baffle atrium dan fungsi ventrikel pada pasien ini. Pada pasien
dengan kontraindikasi untuk MRI, MDCT ECG-gated dapat dilakukan untuk
evaluasi diagnostik dari ventrikel kanan terpengaruh .
Associated jantung bawaan lesi-CT digunakan untuk evaluasi noninvasif
orang dewasa dengan penyakit jantung sianotik yang telah menjalani perawatan
bedah paliatif. Hipertensi pulmonal adalah umum pada orang dewasa dengan
shunt aortopulmonary bedah. Pasien-pasien ini dapat menandai jalan nafas, yang
juga ditandai dengan volumetrik CT .Sebuah tubuh besar literatur
menggambarkan tingginya insiden anomali arteri koroner antara orang dengan
PJK. Dual-sumber CT digunakan untuk evaluasi noninvasif arteri koroner orang
dewasa dengan gejala anomali.
Gambar4A. Pria -24-tahun dengan latihan intoleransi progresif dan sejarah
prosedur Mustard. MRI merupakan kontraindikasi karena adanya alat pacu
jantung epicardial.
Gambar 4B. Pria -24-tahun dengan latihan intoleransi progresif dan sejarah
prosedur Mustard. MRI merupakan kontraindikasi karena adanya alat pacu
jantung epicardial.
Gambar 5A. Wanita -43-tahun dengan hipertensi arteri paru, nyeri dada, dan
dyspnea, dextrocardia dan double-gerai ventrikel kanan, dan sejarah Blalock-
Taussig dan Waterston shunt. A = aorta, P = arteri paru-paru. Coronal miring
volume gambar-diberikan menunjukkan utuh Blalock-Taussig shunt (panah).
Gambar5B. Wanita -43 tahun dengan hipertensi arteri paru, nyeri dada, dan
dyspnea, dextrocardia dan double-gerai ventrikel kanan, dan sejarah Blalock-
Taussig dan Waterston shunt. A = aorta, P = arteri paru-paru. Sagital miring
volume gambar-diberikan menunjukkan utuh Waterston shunt dari ascending
aorta ke arteri pulmonalis (panah).
Gambar 5C. Wanita -43 tahun dengan hipertensi arteri paru, nyeri dada, dan
dyspnea, dextrocardia dan double-gerai ventrikel kanan, dan sejarah Blalock-
Taussig dan Waterston shunt. A = aorta, P = arteri paru-paru. Axial CT scan
menunjukkan ditandai pembesaran arteri pulmonalis dan kalsifikasi (panah) yang
mengakibatkan kompresi trakea (panah).
Gambar 5D. Wanita -43-tahun dengan hipertensi arteri paru, nyeri dada, dan
dyspnea, dextrocardia dan double-gerai ventrikel kanan, dan sejarah Blalock-
Taussig dan Waterston shunt. A = aorta, P = arteri paru-paru. Rekonstruksi tiga
dimensi pohon tracheobronchial menunjukkan ditandai penyempitan trakea distal
(panah).
PJK terdiagnosis pada Dewasa
Literatur menggambarkan sensitivitas suboptimal, spesifisitas, dan
efisiensi metode tradisional diagnosis yang paling penyebab mengenai dada nyeri
. Kemajuan dalam MDCT telah mengakibatkan penggunaannya meningkat dalam
evaluasi berbagai gangguan cardiopulmonary akut. Triple-aturan-out protokol
telah menjadi banyak digunakan dalam evaluasi penyakit arteri koroner, diseksi
aorta dan aneurisma, dan emboli paru . Diperkirakan satu dari enam pasien yang
menjalani MDCT untuk nyeri dada memiliki kelainan nonischemic yang
bertanggung jawab atas gejala . Ini akibatnya penting untuk menyadari diagnosis
lain, termasuk anomali kongenital, yang mungkin relevan secara klinis pada
populasi ini. Meskipun prevalensi sejati PJK terduga pada orang dewasa belum
dijelaskan untuk pengetahuan kita, sastra memang ada pada kehadiran PJK
terduga pada orang dewasa menjalani MDCT untuk berbagai gejala
cardiopulmonary . Luka yang paling umum termasuk anomali arkus aorta, defek
septum, katup aorta bikuspid, dan coarctation dari aorta.
Gambar 6A. Pria -37 tahun dengan nyeri dada exertional dan sejarah ventrikel
tunggal dan dextrotransposition. Axial maksimum gambar-intensitas-proyeksi
menunjukkan transposisi anterior aorta (A) dalam kaitannya dengan arteri
pulmonalis (P). Panah putih menunjukkan asal anomali arteri koroner kanan dari
titik puncak koroner kiri. Arteri koroner kanan mengambil kursus retrosternal
dalam aposisi dekat ke meja batin sternum (panah hitam).
Gambar 6B. Pria -37 tahun dengan nyeri dada exertional dan sejarah ventrikel
tunggal dan dextrotransposition. Oblique volume gambar-diberikan menunjukkan
kursus retrosternal anomali (panah) dari arteri koroner kanan (panah), yang
berbagi asal yang sama dengan arteri koroner kiri.
Gambar 7A. Wanita -84-tahun dengan serangan iskemik transien baru-baru ini
dan dada radiografi menemukan massa mediastinum. Axial CT scan menunjukkan
ditandai ulserasi aneurisma dari arteri subklavia kanan menyimpang (panah)
melintasi belakang trakea.
Gambar 7 B. -84-tahun-wanita tua dengan serangan iskemik transien baru-baru ini
dan dada radiografi menemukan massa mediastinum. Koronal maksimum
gambar-intensitas-proyeksi dari cine lingkaran menunjukkan ponsel trombus
(asterisk) dalam aneurisma menyimpang kanan subklavia arteri (panah).
Anomali Arch aorta
Penting aorta anomali lengkungan termasuk lengkungan ganda aorta,
lengkungan sisi kanan, dan lengkung aorta kiri dengan menyimpang arteri
subklavia kanan. Orang dewasa dengan menyimpang arteri subklavia kanan
rentan terhadap dilatasi aneurisma dan penyakit aterosklerosis .
Anomali vena kongenital
Konsekuensi klinis kongenital anomali vena anomali yang paling sering
terdeteksi ketika intratorasik kateter vena sentral mengambil kursus terduga . Sisi
kiri vena kava superior ke sinus koroner asimtomatik. Ketika, bagaimanapun,
anomali kiri vena kava superior mengalir ke atrium kiri, yang dihasilkan sianosis
sering dijelaskan ketika shunt kanan-ke-kiri yang dihasilkan adalah
divisualisasikan .
Parsial anomali paru vena Kembali
Parsial anomali paru vena kembali jarang, akuntansi kurang dari 1% kasus
PJK, dan berhubungan dengan ASD. Cacat terdiri dari vena paru pengeringan ke
sirkulasi vena sistemik. Atrium kanan, vena kava superior, vena cava inferior,
sinus koroner, atau vena brakiosefalika dapat menjadi tempat vena pengeringan
anomali, dan sisi kiri parsial anomali paru vena kembali sering mengalir melalui
pembuluh darah vertikal . Meskipun cacat ini sering asimtomatik, jika resultan
shunt paru-to-sistemik cukup parah, bedah perbaikan melibatkan rerouting darah
ke atrium kiri dapat diindikasikan.
Anomali kongenital Valve aorta dan Valve Aparatur
Insiden bikuspid dan katup aorta kongenital displastik adalah 1-2% pada
populasi umum . Komplikasi jangka panjang yang berhubungan dengan katup
aorta bikuspid termasuk stenosis aorta , regurgitasi, diseksi, dilatasi akar, dan
endokarditis . Aortopathy terkait dengan katup bikuspid mungkin memerlukan
penggantian aorta selain penggantian katup. Quadricuspid katup aorta merupakan
langka anomali, sering lesi klinis diam yang memanifestasikan ketika pasien
berada pada usia rata-rata 49 tahun . Pada pasien yang memiliki regurgitasi aorta,
penting untuk secara akurat mengidentifikasi katup quadricuspid karena
penurunan cepat fungsional yang berhubungan dengan stres mekanik asimetris
pada daun katup. Diagnosis definitif dengan transesophageal echocardiography
adalah suboptimal . Resolusi temporal yang lebih besar dari dual-sumber CT
meningkatkan deliniasi ini aorta bawaan kelainan katup .
Gambar 8A. Pria -74-tahun dengan hipoksia persisten. Axial maksimum gambar-
intensitas-proyeksi menunjukkan heterogenitas ditandai peningkatan kontras
dalam atrium kiri membesar (panah).
Gambar 8b. Pria -74-tahun dengan hipoksia persisten. Koronal maksimum
intensitas-proyeksi gambar menunjukkan unopacified sisi kiri vena kava superior
(panah) dengan komunikasi langsung ke atrium kiri membesar (panah).
Gambar 9. Wanita -78 tahun menjalani evaluasi untuk emboli paru. Axial
maksimum gambar-intensitas-proyeksi menunjukkan anomali kanan bawah lobus
paru vena mengalir ke vena kava superior (panah).
Gambar 10. Pria -74 tahun dengan dyspnea progresif. Axial maksimum gambar-
intensitas-proyeksi menunjukkan kalsifikasi pulmonalis bikuspid katup aorta
(panah). Fusion cangkir yang tepat dan noncoronary (panah) jelas.
Gambar 11. Pelari jarak jauh wanita -34 tahun dengan penurunan toleransi latihan.
Axial maksimum gambar-intensitas-proyeksi menunjukkan nyata displastik dan
menebal daun katup (panah).
Subvalvular rekening stenosis 23% dari kasus obstruksi saluran keluar ventrikel
kiri dan biasanya terdiri dari membran fibrosa diskrit yang membentuk sebagai
akibat dari aliran turbulen . Banyak pasien memiliki kelainan jantung lain atau
telah mengalami intervensi jantung. Sekitar sepertiga dari pasien memiliki lesi
terisolasi. Tipe kedua dari web terowongan stenosis, yang sering dikaitkan dengan
katup lain dan anomali ventrikel kiri.
Gambar 12. Pria -44 tahun dengan temuan echocardiographic regurgitasi aorta .
Axial miring maksimum gambar - intensitas - proyeksi menunjukkan katup aorta
quadricuspid . Panah menunjukkan kurangnya coaptation dari daun katup
quadricuspid dalam diastole .
ASD
Pada orang dewasa dengan gejala, kemajuan dalam CT telah
meningkatkan deteksi terdiagnosis ASD . ostium primum termasuk, ostium
secundum, dan sinus venosus cacat. Ostium primum cacat biasanya terjadi dalam
spektrum cacat bantal endocardial dan biasanya didiagnosis pada masa neonatus.
Ostium secundum ASD ASD adalah paling umum pada orang dewasa, akuntansi
untuk 50-70% dari lesi ini. Ostium secundum ASD harus selalu dipertimbangkan
dalam evaluasi dewasa dengan hipertensi pulmonal . Sinus venosus ASD
melibatkan persimpangan superior vena kava atrium kanan. Hubungannya dengan
anomali paru vena kembali harus dipertimbangkan ketika dewasa memiliki
pembesaran jantung kanan dan hipertensi pulmonal dijelaskan
Gambar 13. Wanita -57 tahun dengan intoleransi latihan dan echocardiographic
menemukan percepatan aliran subaortic . Koronal maksimum gambar - intensitas -
proyeksi menunjukkan diskrit web subaortic ( panah) .
Gambar 14. -42 tahun pria menjalani evaluasi CT penyakit arteri koroner .
Gambar CT aksial menunjukkan aneurisma septum atrium ( panah) dengan
asosiasi foramen ovale paten . Siram garam dengan izin dari bahan kontras dari
struktur jantung sisi kanan memungkinkan batas yang jelas dari kiri mengalir
kanan .
Gambar . 15A - 46 - tahun pria berusia menjalani evaluasi untuk emboli paru .
Gambar CT aksial menunjukkan ditandai pembesaran arteri pulmonalis ( panah)
konsisten dengan hipertensi arteri paru .
Gambar . 15B - 46 - tahun pria berusia menjalani evaluasi untuk emboli paru .
Axial maksimum gambar - intensitas - proyeksi menunjukkan besar ostium
secundum atrial septal defect ( panah) .
Anomali Arteri Koroner
Meskipun lebih umum di antara orang dengan PJK dibandingkan pada
populasi umum, terisolasi anomali arteri koroner jarang. Mereka telah ditemukan
di 0.3-0.5% kasus dalam seri otopsi dan 0,3-1,3% dari pasien yang menjalani
kateterisasi jantung . Meskipun anomali koroner sebagian besar temuan insidentil
jinak , penting untuk secara akurat mengidentifikasi anomali yang berhubungan
dengan iskemia dan kematian jantung mendadak. Sebuah studi 1956 otopsi
menunjukkan kejadian 70-80% kematian jantung mendadak antara pasien dengan
anomali terisolasi arteri koroner.
Dalam penilaian CT arteri koroner anomali, penting untuk meninjau
konfigurasi anatomi normal arteri koroner dan asal-usul mereka dari sinus aorta
tepat. Ketika katup aorta divisualisasikan sebagai wajah jam, hak keluar asal arteri
koroner yang normal dalam sinus aorta tepat antara 10 - dan 1-posisi jam. Pintu
keluar arteri koroner kiri dalam sinus koroner kiri antara 2 - dan 5-posisi jam.
Sebuah anomali arteri koroner pertama kali dicurigai ketika arteri koroner tidak
divisualisasikan dalam sinus koroner yang diharapkan. Meskipun asal-usul dari
arteri koroner anomali dapat diidentifikasi, evaluasi echocardiographic dan
angiografik dari program distal kapal ini terbatas. Dalam evaluasi orang dewasa
dengan nyeri dada, deliniasi akurat pembuluh anomali di dada adalah penting
untuk terapi masa depan, dan MDCT adalah alternatif diagnostik invasif.
Sejumlah teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab iskemia dan kematian
jantung mendadak pada pasien dengan anomali arteri koroner. Ini arteri koroner
interarterial mungkin memiliki komponen intramural substansial sebelum keluar
aorta. Ini hasil program intramural dalam lubang slitlike dan dikompromikan
aliran darah yang mungkin sangat penting pada anak-anak dan atlet muda . Arteri
koroner interarterial dapat mengambil sudut lancip seperti kursus untuk alur
atrioventrikular yang sesuai. Sudut ini akut bisa kompromi aliran darah dan
jaringan miokard tempat beresiko. Kompresi dinamis dari arteri koroner
interarterial antara aorta dan arteri pulmonalis juga diduga menjadi sumber
kompresi, nyeri dada, dan tanda-tanda klinis iskemia koroner. Hal ini juga diakui
bahwa arteri koroner anomali interarterial bisa mengambil kursus distal
intramyocardial, faktor risiko tambahan untuk iskemia dan kematian.
Gambar 16. Pria -36 tahun dengan temuan echocardiographic pembesaran jantung
kanan. Axial miring maksimum gambar-intensitas-proyeksi menunjukkan
pembesaran ventrikel kanan (R) dan sinus vena defek septum atrium (tanda
bintang). Panah menunjukkan drainase anomali hak vena lobus menengah ke
atrium kanan.
Gambar 17A. Pria -41-tahun dengan nyeri dada exertional. Axial tipis slab
maksimum gambar-intensitas-proyeksi menunjukkan asal mula arteri koroner kiri
dan kanan dari titik puncak koroner kanan (tanda bintang). Anomali arteri kiri
(panah) program koroner antara aorta dan pulmonary outflow tract.
Gambar 17B. Pria -41-tahun dengan nyeri dada exertional. Koronal maksimum
gambar-intensitas-proyeksi menunjukkan asal mula arteri koroner kanan (panah)
dan kiri arteri koroner utama (panah) dari sinus koroner kanan (tanda bintang)
Gambar 18A. -62-tahun wanita dengan nyeri dada. Axial maksimum gambar-
intensitas-proyeksi menunjukkan asal arteri koroner kanan dari kiri anterior arteri
koroner menurun (panah). Panah menunjukkan arah anterior arteri koroner yang
tepat untuk arteri pulmonalis.
Gambar 18B. Wanita -62-tahun dengan nyeri dada. Volume-diberikan gambar
menunjukkan program nonmalignant anomali arteri koroner kanan (panah)
anterior arteri pulmonalis.
Yang paling penting anomali arteri koroner adalah arteri koroner anomali
yang berasal dari sinus kebalikan dari Valsava. Arteri koroner kiri berasal dari
sinus aorta kanan dan arteri koroner kanan berasal dari sinus aorta kiri. Hal ini
penting untuk mengidentifikasi program lengkap pembuluh anomali. Sebuah
arteri koroner anomali bahwa kursus antara aorta dan arteri pulmonalis
berhubungan dengan morbiditas dan kematian yang . Deliniasi kursus jinak juga
penting untuk menghindari yang tidak perlu intervensi .
2.4 Gambaran MRI pada Congenital Heart Disease
Pencitraan Resonansi magnetic (MRI) merupakan salah satu cara
pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi, yang
menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan
magnit tanpa menggunakan sinar X. Prinsip dasar MRI adalah inti atom yang
bergetar dalam medan magnit.1
Pada prinsip ini proton yang merupakan inti atom hydrogen dalam sel tubuh
berputar, bila atom hydrogen ini ditembak tegak lurus pada intinya dengan radio
frekuensi tinggi di dalam medan magnit secara periodik akan beresonansi, maka
proton tersebut akan bergetar. Dan bila radio frekuensi tinggi ini dimatikan, maka
proton yang bergetar tadi akan kembali ke posisi semula dan akan menginduksi
sehingga menghasilkan sinyal elektrik yang lema. Bila hal ini terjadi berulang-
ulang dan sinyal elektrik tersebut ditangkap kemudian diproses dalam komputer
akan dapat disusun menjadi gambar.1
Dengan MRI, jantung dapat diperiksa tanpa kontras. Sebaliknya diperiksa
dalam keadaan diastolik di mana jantung dalam keadaan mengembang. Untuk
mengurangi artefak karena pergerakan jantung, saat ini dipakai suatu alat. Gambar
jantung akan lebih baik dengan gambar ini. Gambar jantung : dindingnya tampak
abu-abu, atrium dan ventrikel tampak hitam. Jaringan lemak tampak putih. Pada
potongan melintang orang dapat mengetahui tebalnya dinding jantung pada waktu
diastolik, juga atrium dan ventrikel dapat diukur lebarnya. Kelainan jantung
seperti stenosis aorta, defek septum, stenosis tricuspid dan mitraldengan mudah
diketahui.1
Penyakit jantung bawaan (congenital heart disease) yang paling sering
didiagnosis selama masa kanak-kanak, meskipun beberapa terdeteksi di masa
dewasa. Umumnya penyakit jantung bawaan yang terkait adalah Atrial Septal
Defect(ASD), Ventrikular Septal Defect(VSD), Patent Ductus Arteriosus(PDA)
dan Partial Arterial Pulmonary Venous Return(PAPVR).2
MRI adalah metode yang aman dan non-invasif untuk menentukan aliran
darah dalam sistem kardiovaskular menggunakan kontras. Fase kontras
bergantung pada kecepatan fase induksi bergeser untuk membedakan aliran darah
dari jaringan. Irisan fase kontras diposisikan tegak lurus dengan aorta menaik
(gambar 4) dan arteri pulmonalis utama (gambar 5). Setiap urutan dipindai dan set
data dianalisis dengan ReportCARD. Region of Interest (ROI) yang ditempatkan
di sekitar masing-masing pembuluh (gambar 6 dan 7). Kurva aliran dan volume
aliran secara otomatis dihasilkan (gambar 8). Pengukuran aliran dari aorta untuk
menentukan volume darah di sisi kiri atau pengukuran jantung. Aliran sistemik
dari arteri pulmonalis utama mewakili volume darah di sisi kanan atau jantung
pulmonal. Nilai-nilai ini kemudian dibandingkan untuk setiap pembuluh untuk
ditentukan Qp / Qs rasio. Terdapat banyak derajat pirau terkait dengan congenital
heart disease. Kesannya mungkin asimtomatik atau dapat menghasilkan gejala
yang berkisar dari ringan sampai parah, tergantung pada ukuran, lokasi, dan
jumlah pirau.2
Gambar (A) preoperatif aksial melalui arteri paru pada pasien dengan atresia paru
dan defek septum ventrikular menunjukkan arteri paru kecil. Gambar (B dan C)
adalah gambar beberapa bulan setelah penempatan saluran dari ventrikel kanan
ke arteri pulmonalis utama menunjukkan peningkatan yang ditandai dalam ukuran
arteri paru-paru kanan dan kiri dengan stenosis.3
Gambar (A) Gambar axial spin echo pada anak dengan Tetralogy of Fallot
dengan lengkungan aorta kanan dan sisi Blalock-Taussig shunt kanan dari arteri
subklavia kanan ke arteri pulmonalis kanan. Gambar (B) gambar aksial spin echo
sedikit lebih ke kaudal daripada di (A) menunjukkan persimpangan shunt dan
arteri pulmonalis kanan. Gambar (C) Coronal spin echo pada pasien lain dengan
Tetralogi of Fallot, dextrocardia dan lengkung aorta kanan menunjukkan shunt
Glenn anastomosis dari kiri vena kava superior ke arteri pulmonalis kiri.3
Gambar pada pasien dengan penyakit jantung bawaan yang kompleks termasuk
parsial anomali paru vena drainase kiri (panah) dan vena paru kanan atas (panah)
ke atrium kanan.3
2.5 Gambaran MRI pada Congenital Heart Disease pada dewasa
Semakin pentingnya masalah yang berkaitan dengan orang dewasa dengan
penyakit jantung bawaan (CHD) dan biaya terkait dengan perawatan
berkelanjutan mereka telah merangsang diskusi tentang kekuatan dan kelemahan
relatif dariberbagai modalitas pencitraan untuk diagnosis dan tindak lanjut
evaluasi pasien. Berikut akan membahas aspek teknis jantung MRI dan gambaran
radiologis untuk orang dewasa dengan CHD dan meneliti secara rinci gambaran
MRI pada orang dewasa dengan Tetralogi Fallot (TOF), arkus aorta dan anomali
fontan sirkulasi.4
Gambar menunjukkan perikardium nyata menebal (panah) pada seorang gadis 13-
tahun dengan perikarditis konstriktif. (a) pesawat Empat-ruang, (b) pesawat
pendek sumbu.
Gambar Pra-operasi MRI dalam wanita 33-tahun dengan TOF, paru atresia, dan
arteri paru diskontinyu. (a) Gadolinium-enhanced 3D MRA subvolume MIP
dalam bidang koronal menunjukkan diskontinuitas antara arteri pulmonalis kanan
(RPA) dan arteri pulmonalis kiri (LPA). (b) Subvolume MIP gambar dari aorta
menampilkan beberapa agunan aorta-paru.
Gambar pasca-operasi MRI setelah TOF perbaikan pada pasien yang telah
mengalami Potts shunt sebelumnya. (A) Gadolinium-enhanced 3D MRA
subvolume MIP pada bidang aksial menunjukkan stenosis arteri pulmonalis kiri
berat (panah) di situs dari Potts shunt sebelumnya. (B) Oblique sagital subvolume
Gambar MIP menunjukkan aspek superior-inferior dari stenosis arteri pulmonalis
kiri (panah).
Gambar arus pemetaan vektor pada pasien dengan atrio-pulmonary Fontan
anastomosis menunjukkan kecepatan aliran rendah dan melebar di atrium kanan.
BAB 3
KESIMPULAN
Pemeriksaan radiologis memainkan peranan penting dalam mendiagnosis
kelainan pada penyakit jantung bawaan. Manfaatnya seperti menentukan ukuran
jantung dan pembesaran jantung, mendeteksi bentuk jantung, mengetahui status
vaskularisasi paru dan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan parenkim paru
serta struktur ekstrakardiak lain.
Walaupun pemeriksaan radiologis bukan merupakan gold standard dalam
mendiagnosis kelainan pada penyakit jantung bawaan, tetapi pemeriksaan
radiologis cukup sering karena sudah biasa dan mudah untuk dilakukan. Selain foto
thoraks juga dapat dilakukan pemeriksaan USG, Ct scan, MRI, fluoroskopi, dan
angiokardiografi
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad, Sjahriar. 2011. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
591-595.
2. Luebchow S. G, 2008. MRI of Congenital Heart Disease. A GE Healthcare
publication. [Online] July 29 2013. [Cited: July 29 2013].
www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-mri
3. Schlesinger, Hernandez. 1996. Magnetic Resonance Imaging in Congenital
Heart Disease in Children. PubMed Reference Website. [Online] July 29,
2013. [Cited: July, 29 2013].
portal.mah.harvard.edu/.../3488FE65DDEF43CE8F66BF579802A747.p...
4. Geva T., Sahn D. J., Powell A. J,. Magnetic resonance imaging of congenital
heart disease in adults. Pediatric Cardiology. [Online] August 1 2013. [Cited
August 2 2013
5. Amanda W., et al. CT Evaluation of Congenital Heart Disease in Adults. University
Hospital of Cleveland. [Online] August 1 2013. [Cited August 2 2013]
6. Soentikno, R, D,. Gambaran Foto Toraks Pada Congenital Heart Disease.
2010.Diakses 29 july 2013.