makalah myeloradiculopathy kel.6

Upload: santa-maria-pangaribuan

Post on 14-Apr-2018

281 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    1/51

    MAKALAH KASUS 2

    Asuhan

    Keperawatan pada

    Klien dengan

    Myeloradiculopathy

    Disusun Oleh

    Kelompok 6:

    Muhamad Jauhar 220110080033

    Yuristya Kesuma Utami 220110080044

    Agus Supriana 220110080046

    Gian N. Hendianti 220110080047

    Tiara Rachmawati 220110080118

    Nisa Maolinda 220110080122

    Liana Deta Putri 220110080132

    Dewi Indriyani Utari 220110080133

    Dina Novi Asri S. 220110080134

    Ike Puspasari Ayu 220110080135

    Asih Purwandari W. P. 220110080143

    Siti Nurfadlillah 220110080151

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    2/51

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    JATINANGOR

    2010

    Chair : Nisa Maolinda

    Scriber : Liana Deta Putri dan Muhamad Jauhar

    Kasus 2

    Constant back pain causes a 27 year old woman with multiple myeloma to seek medical attention.

    Diagnostic study reveal the presence of compression fractures that may due to her malignancy toosteoporosis, and/or her current corticosteroid regimen. Therapeutic alternatives for analgesia

    include opioid agonist, NSAID's, Acetaminophen, or combination products. Calcitonin,

    corticosteroid and bisphosponates may also have roles in this particular patient's treatment. After

    initiation of an individualized regimen, the patient should be assessed carefully for adequacy of pain

    relief and the presence of adverse effects. The patient need futher intervention after she develops

    constipation, nausea and increased renal function tests four weeks after starting an analgesics

    regimen.

    Step 1

    1. Myeloma multiple

    2. Opioid agonist

    3. Kalsitonin

    4. NSAIDs

    5. Bisphosphonat

    6. Acetaminophen

    7. Kortikosteorid

    8. Regimen analgesic

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    3/51

    Step 2

    1. Hubungan antara terjadinya fraktur dengan myeloma multiple.

    2. Fungsi dan indikasi dari farmakologi.

    3. Diagnose medis

    4. Anatomi dan fisiologi medulla spinalis.

    5. Factor resiko myeloma multiple.

    6. Bias sembuh atau tidak.

    7. Cara mengkaji pada pasien tersebut.

    8. Penatalaksanaan nonfarmakologi.

    9. Alasan pemakaian analgesic timbul efek samping konstipasi.

    10.Mengapa intervensi lanjutan diberika setelah pasien bisa mengendalikan konstipasi, mual,

    dan peningkatan fungsi renal test.

    11.Apakah ada hubungan dengan riwayat keluarga.

    12.Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi.

    13.Prosedur fungsi renal test.

    14.Peran perawat

    15.Apakah perlu pembatasan gerakan dan di bagian mana.

    Step 3

    3) Myeloradiculopathy

    6) Bisa sembuh.

    8) Kaji skala nyeri terlebih dahulu jika ringan dengan relaksasi, distraksi, kompres hangat kemudian

    baru tindakan operatif.

    10) Jika efek samping tidak muncul maka intervensi lanjutan tidak dilakukan.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    4/51

    13) Tes urine : adanya kandungan protein atau glukosa pada urine.

    14) Teknik relaksasi, distraksi, educator tentang efek samping pengobatan.

    Step 4

    Mind map

    Anatomi fisiologi medulla spinalis

    Peran perawat

    Asuhan keperawatan:

    - Pengkajian

    - Analisis data

    - Intervensi

    Pencegahan

    Patofisiologi

    Pemeriksaan diagnostic

    Konsep penyakit :

    - Definisi

    - Etiologi

    - Manifestasi klinis

    - Komplikasi

    - Klasifikasi

    Myeloradiculopathy

    Penatalaksanaan :

    - Farmakologi

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    5/51

    - Nonfarmakologi

    Step 5 : LO

    Step 1

    1. Myeloma multiple :

    - Jenis diskarsia sel plasma menyeluruh yang ditandai dengan banyaknya focus tumor pada

    sumsum tulang dan sekresi komponen M. Gejala : destruksi tulang rangka, fraktur

    patologis, nyeri tulang, adanya immunoglobulin abnormal yang beredar dalam sirkulasi,

    proteinuria, Bones Jones, anemia. (Kamus kedokteran Dorland)

    - Jenis tumor ganas yang paling sering ditemukan akibat proliferasi ganas dari sel-sel plasma.

    Gejala, nyeri tulang (tulang iga dan tulang belakang), dapat teraba lesi tulang, teruta,a pada

    tulang tengkorak dan klavikula. Lesi-lesi pada tulang punggung dapat menyebabkan

    vertebrata kolaps dan menjepit saraf spinal.

    2. Opioid agonist

    Adalah getah yang dikeringkan dan diperoleh dari tumbuhan Papaver somniferum

    (menyebabkan tidur).

    Efek simulasi SSP:

    Miosis(penciutan pupil mata).

    Mual.

    Muntah-muntah.

    Eksitasi, dan

    Konvulsi.

    Efek terhadap perifer :

    Obstipasi.

    Retensi kemih, dan

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    6/51

    Vasodilatasi pembuluh darah.

    Penggunaan pada nyeri hebat akut dan kronis. Resorpsinya baik di usus.

    Dosis :

    Dewasa

    a) Oral : 3-6 x/hari sebesar 10-20 mg.

    b) IM : 3-6 x/hari sebesar 5-20 mg.

    Anak-anak

    Oral : 2 x/hari sebesar 0,1-0,2 mg/kg.

    Efek samping opioid

    Efek samping yang paling sering dari opioid adalah : depresi pernafasan, nausea, vomitus

    (opioid merangsang CTZ), sedasi, konstipasi, retensio urinae dan mioklonus multifokal. Opioid

    bisa digunakan sebagai antitusif belum jelas.

    3. Kalsitonin

    Nama dagang :

    Calcimar; Miacalcin; Osteocalcin; Salmonine.

    Dosis

    Penyakit Paget

    Dewasa: dosis awal: SC / IM 100 IU / hari; pemeliharaan: SC / IM 50 IU / hari atau tiga kali

    sehari biasanya cukup.

    Osteoporosis pascamenopause

    Dewasa: SC / IM 100 IU / hari dengan suplemen kalsium dan asupan vitamin D yang memadai.

    Intranasal 200 IU per hari, bergantian lubang hidung.

    Hypercalcemia

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    7/51

    Dewasa: Mulai dosis: SC / IM 4 IU / kg q 12 jam. Titrate secara bertahap, berdasarkan

    tanggapan terhadap dosis maksimum dari 8 IU / kg q 6 jam.

    Indikasi

    Perawatan sedang hingga parah penyakit Paget, menopause osteoporosis, hypercalcemia. Nasal

    spray untuk perawatan gejala penyakit Paget.

    Kontraindikasi

    Hipersensitifitas terhadap kalsitonin

    Efek samping

    DERM: Tempat injeksi meradang; kemerahan wajah atau tangan; pruritus telinga lobus; edema

    kaki; ruam kulit.

    THT: Mata sakit; asin.

    SAL CERNA: Mual dengan atau tanpa muntah (berkurang dengan administrasi lanjutan);anoreksia; diare; epigastrika ketidaknyamanan; sakit perut.

    LAIN: demam sensasi.

    Interaksi

    Nasal Spray: studi formal yang dirancang untuk mengevaluasi interaksi obat dengan kalsitonin

    (salmon) belum pernah dilakukan. Tidak ada interaksi obat penelitian telah dilakukan dengan

    kalsitonin (salmon) bahan semprot hidung.

    Saat ini, tidak ada interaksi obat dengan kalsitonin (salmon) Efek dari penggunaan sebelum di

    diphosphonates pasien osteoporosis pascamenopause belum dinilai, namun pada pasien dengan

    Penyakit Paget menggunakan diphosphonate sebelum muncul untuk mengurangi resorptive

    anti-respon terhadap kalsitonin (salmon) nasal spray.

    Mekanisme kerja

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    8/51

    Menurunkan tingkat regenerasi tulang, mungkin dengan mengatur metabolisme tulang

    (pemblokiran resorpsi tulang). Dalam hubungannya dengan hormon paratiroid endogen

    kalsitonin mengatur kalsium serum.

    Menghambat langsung terhadap osteoklast. Berkhasiat analgetis sehingga bisa digunakan untuk

    penyakit Paget(Ostitis Deformans), yaitu melunaknya tulang secara kronis yang mengakibatkan

    deformitas dengan nyeri hebat. Juga untuk terapi simtomatis dari hiperkalsemia dan

    osteoporose postmenopausal.

    Efek sampingnya sering kali terjadi berupa mual dan flushing, lebih jarang diare, sakit perut,

    polyuria, dan reaksi kulit tempat injeksi.

    Bentuk sediaan

    Intranasal dan Intramuskular

    Parameter monitoring

    Monitor kadar kalsium serum mingguan selama terapi awal.

    Secara berkala memantau BUN, serum kreatinin, alkali fosfatase, kencing hydroxyproline

    ekskresi (setiap 24 jam), kadar hormon paratiroid, dan elektrolit.

    Perhatikan tanda-tanda anafilaksis, terutama di awal pengobatan. Beritahu dokter segera

    jika ada tanda-tanda ini terjadi.

    Menilai pasien untuk tanda-tanda hypocalcemia: Takikardia, paresthesia, otot kram,

    laryngospasm, berkedut-kedut, kolik, atau Chvostek Trousseau tanda. Beritahu dokter jika

    ada tanda-tanda ini terjadi.

    Stabilitas penyimpanan

    Simpan di tempat yang sejuk dan kering

    Informasi pasien

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    9/51

    Ajarkan pasien teknik injeksi aseptis.

    Anjurkan pasien untuk memutar situs injeksi.

    Kenyamanan Jelaskan langkah-langkah yang akan digunakan untuk situs injeksi.

    Menekankan pentingnya mempertahankan kecukupan asupan vitamin D.

    Jelaskan bahwa mual adalah efek samping yang umum, biasanya terjadi 30 menit setelah

    injeksi, dan akan mengurangi terapi selama masa studi.

    Beritahu pasien bahwa efek samping lain meliputi anoreksia, muntah, diare, dan

    kemerahan pada wajah, telinga, tangan, dan kaki.

    Jika pasien minum obat untuk osteoporosis, menjelaskan kebutuhan untuk

    mempertahankan tingkat yang tepat dari total kalsium (1,5 g / hari) dan vitamin D.

    Ingatkan pasien bahwa tindak lanjut kunjungan dan tes laboratorium diperlukan.

    Perhatian pasien untuk mengikuti diet rendah kalsium jika dipesan dan untuk menghindari

    makanan yang tinggi kalsium seperti bok choy, brokoli, salmon kaleng / sarden, kerang,

    sup krim, susu dan produk susu, sirup gula molasses, tiram, bayam, tahu.

    Anjurkan pasien untuk tidak mengambil otc obat-obatan tanpa konsultasi dokter

    4. NSAIDs : Non Steroid Anti Inflamation Drugs

    5. Bisphosphonat : mencegah kehilangan massa tulang

    Bifosfonat adalah obat terhadap resorpsi tulang. Obat ini dapat diberikan sebagai tablet atau

    intravena dan digunakan untuk mengobati penyakit seperti berat osteoporosis , imperfecta

    osteogenesis , Paget's disease , multiple myeloma dan kankeryang memberikan metastase ke

    tulang .

    Exempel: Contoh:

    Alendronat Alendronate

    Etidronat Etidronate

    Ibandronat Ibandronate

    Risedronat Risedronate

    6. Acetaminophen

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/L%25C3%25A4kemedel&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhisVATZ65-rBZr5-xn9a6BvURj3Rwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Tablett&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjmidqY-g11x4QFakLoGJn6z-Dd5Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Intraven%25C3%25B6s&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgaaVR_iC-8imYFXmHikuuZn6iIaghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Sjukdom&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhh6QIJdjuwydJp0ckml0IZDD6qNqAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Sjukdom&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhh6QIJdjuwydJp0ckml0IZDD6qNqAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Osteoporos&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjKqR_3S696JSF3gnGOzdavib1n4Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Osteoporos&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjKqR_3S696JSF3gnGOzdavib1n4Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Osteogenesis_imperfecta&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiyF959L8D8avJoML-a9gaZO1Cn0Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Osteogenesis_imperfecta&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiyF959L8D8avJoML-a9gaZO1Cn0Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DPaget%27s_sjukdom%26action%3Dedit%26redlink%3D1&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhk47872Ys-jTIfcmdhgYtDVZy-Fwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DPaget%27s_sjukdom%26action%3Dedit%26redlink%3D1&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhk47872Ys-jTIfcmdhgYtDVZy-Fwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DMultipelt_myelom%26action%3Dedit%26redlink%3D1&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhqvTqqfnn1A7uN-O6u03gHqVpF8Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DMultipelt_myelom%26action%3Dedit%26redlink%3D1&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhqvTqqfnn1A7uN-O6u03gHqVpF8Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Cancer&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjDOpT6PLqyD1-BJP5oJL6niPSSJQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Metastas&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhh70P1FFoTGc48HkuBUbXeAZj58tAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Benv%25C3%25A4vnad&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjgvqAiL2C1ecjcpsPrY831Sbb3ighttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Fosamax&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj470CvuEY3q8jEf01oRxeKgst69Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Tablett&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjmidqY-g11x4QFakLoGJn6z-Dd5Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Intraven%25C3%25B6s&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgaaVR_iC-8imYFXmHikuuZn6iIaghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Sjukdom&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhh6QIJdjuwydJp0ckml0IZDD6qNqAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Osteoporos&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjKqR_3S696JSF3gnGOzdavib1n4Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Osteogenesis_imperfecta&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiyF959L8D8avJoML-a9gaZO1Cn0Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Osteogenesis_imperfecta&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiyF959L8D8avJoML-a9gaZO1Cn0Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DPaget%27s_sjukdom%26action%3Dedit%26redlink%3D1&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhk47872Ys-jTIfcmdhgYtDVZy-Fwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DMultipelt_myelom%26action%3Dedit%26redlink%3D1&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhqvTqqfnn1A7uN-O6u03gHqVpF8Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Cancer&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjDOpT6PLqyD1-BJP5oJL6niPSSJQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Metastas&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhh70P1FFoTGc48HkuBUbXeAZj58tAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Benv%25C3%25A4vnad&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjgvqAiL2C1ecjcpsPrY831Sbb3ighttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Fosamax&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj470CvuEY3q8jEf01oRxeKgst69Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/Fosamax&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhj470CvuEY3q8jEf01oRxeKgst69Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=sv&u=http://sv.wikipedia.org/wiki/L%25C3%25A4kemedel&prev=/search%3Fq%3Dbisfosfonat%26hl%3Did%26biw%3D1024%26bih%3D578%26prmd%3Db&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhisVATZ65-rBZr5-xn9a6BvURj3Rw
  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    10/51

    Asetaminofen / parasetamol adalah obatanalgesikand antipiretikyang populer dan digunakan

    untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam

    sebagian besar resep obat analgesiksalesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena

    mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.Berbeda dengan

    obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat

    antiinflamasi. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal,

    parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah,ginjal

    atau duktus arteriosus padajanin.

    Dosis :Demam setelah imunisasi, per oral, BAYI 2-3 bulan, 60 mg diikuti dosis kedua, jika

    perlu, 4-6 jam kemudian. Ingatkan orang tua untuk menghubungi tenaga kesehatan jika demam

    menetap setelah dosis kedua. Nyeri ringan sedang, demam, per oral, DEWASA 0,5 1 g tiap

    4-6 jam, maksimal 4 g sehari; ANAK dibawah 3 bulan (lihat di bawah), 3 bulan 1 tahun 60-

    125 mg, 1-5 tahun 120-250 mg, 6-12 tahun 250-500 mg, dosis ini dapat diulang tiap 4-6 jam

    jika perlu (maksimal 4 dosis dalam 24 jam).

    Nyeri ringan sedang, per rectal, DEWASA 0,5 1 g; ANAK 1-5 tahun 125-250 mg, 6-12

    tahun 250-500 mg; dosis diberikan tiap 4-6 jam jika perlu, maksimal 4 dosis dalam 24 jam.

    Bayi kurang dari 3 bulan sebaiknya tidak diberikan parasetamol kecuali dianjurkan dokter; dosis

    10 mg/kg (5 mg/kg jika jaundis) bisa diberikan.

    Pengobatan serangan migren akut, per oral, DEWASA 0,5 1 g saat serangan pertama, dapat

    diulang tiap 4-6 jam jika perlu, maksimal 4 g sehari; ANAK 6-12 tahun 250-500 mg saat

    serangan pertama, dapat diulang tiap 4-6 jam jika perlu, maksimal 4 dosis dalam 24 jam.

    Pengobatan seranga migren akut , per rectal, DEWASA dan ANAK di atas 12 tahun 0,5 1 g

    saat tanda pertama serangan, dapat diulang tiap 4-6 jam jika perlu, maksimal 4 dosis dalam 24

    jam; ANAK 6-12 tahun 250-500 mg saat tanda pertama serangan, dapat diulang tiap 4-6 jam

    jika perlu, maksimal 4 dosis dalam 24 jam.

    7. Kortikosteroid

    Setiap steroid yang dikeluarkan oleh korteks adrenal (tidak termasuk hormone seks) atau setiap

    sintetik yang setara dengan steroid ini dipisahkan menurut aktivitas biologisnya yang menonjol

    darinya, dibagi menjadi 2 yaitu:

    1. Glukokortikoid : mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, protein.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antipiretik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sakit_kepalahttp://id.wikipedia.org/wiki/Demamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salesma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Fluhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aspirinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ibuprofenhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=NSAID&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ginjalhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Duktus_arteriosus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Janinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antipiretik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sakit_kepalahttp://id.wikipedia.org/wiki/Demamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Analgesikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salesma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Fluhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aspirinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ibuprofenhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=NSAID&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ginjalhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Duktus_arteriosus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Janin
  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    11/51

    2. Mineralokortikoid : mempengaruhi pengaturan elektrolit dan keseimbangan air, digunakan

    secara klinis untuk terapi penggantian hormone, menekan sekresi ACTH, agen anti radang,

    menekan respon imun.

    8. Regimen analgesic

    Pola diet, latihan atau aktivitas lain yang diatur ketat dan dirancang untuk mencapai tujuan

    tertentu.

    Regimen analgesik : terapi anti nyeri .

    Step 2

    1. Hubungan antara terjadinya fraktur dengan myeloma multiple

    2. Fungsi dan indikasi dari farmakologi

    3. Diagnose medis : Myeloradiculopathy

    4. Anatomi dan fisiologi medulla spinalis

    5. Factor resiko myeloma multiple

    - Postur tubuh yang tidak benar

    - Life style yang jelek

    - Sering menyetir

    - Kurang mengkonsumsi kalsium dan vit D

    - Konsumsi obat-obatan kortikosteroid

    6. Bias sembuh atau tidak : bisa sembuh

    7. Cara mengkaji pada pasien tersebut

    8. Penatalaksanaan nonfarmakologi

    9. Alasan pemakaian analgesic timbul efek samping konstipasi

    10.Mengapa intervensi lanjutan diberika setelah pasien bisa mengendalikan konstipasi, mual, dan

    peningkatan fungsi renal test

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    12/51

    11.Apakah ada hubungan dengan riwayat keluarga

    Penelitian telah menemukan bahwa risiko seseorang dari multiple myeloma mungkin lebih

    tinggi jika saudara dekat mempunyai penyakit ini. Para peneliti telah mempelajari apakah

    sedang terkena bahan kimia tertentu atau kuman (khususnya virus), memiliki perubahan dalam

    gen tertentu, makan makanan tertentu, atau menjadi obesitas meningkatkan risiko

    mengembangkan multiple myeloma. Para peneliti terus mempelajari dan faktor-faktor risiko

    yang mungkin.

    12.Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi

    - Supaya stabil posisi tulangnya gunakan brance/korset ( fungsinya gesekan )

    - osteoporosis menggunakan obat sesuai indikasi, mis: penggunaan kortikosteroid yang di

    gunakan sesuai indikasi/dosisinya untuk mencegah efek samping terjadinya massa tulang

    ) untuk mencegahnya bisa menggunakan bifosfonat ( obat yang fungsinya mencegah

    kehilangan massa tulang )

    - Makanan/pemenuhan nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan nutrisi klien

    - KEBUTUHAN KALORI

    USIA Kcal/kgBB/hari

    < 1 thn 80-95

    1-3 thn 75-90

    4-6 thn 65-75

    7-10 thn 55-65

    11-18 thn 45-55

    dewasa 25-30

    - KEBUTUHAN CAIRAN

    USIA ml/kgBB/hari

    < 1 tahun 120-140 ml

    1-3 tahun 110-120 ml

    4-6 tahun 90-110 ml

    7-10 tahun 75-90 ml

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    13/51

    11-18 tahun 60-75 ml

    dewasa 40-50 ml

    - KEBUTUHAN KARBOHIDRAT

    Karbohidrat yang digunakan : glukosa (dextrosa monohidrat); 1gr = 3.4 kcal. Tidak lebih

    16 mg /kg bb/m atau 24gr/kgbb/hari. Pemberian awal 6 8 mg/kgbb/m atau 8.5 11.5

    gr/kgbb/hari. Setelah 1 mg : 12 14 mg/kgbb/m atau 19 23 gr/kgbb/hari.

    - KEBUTUHAN PROTEIN

    USIA Gr/kgbb/hari

    < 1 tahun 2.0-3.0

    1-6 tahun 1.5-2.5

    7-6 tahun 1.3-2.0

    11-18 tahun 1.0-1.3

    Jenis Protein : CRYSTALINE A-A berasal dari :0 4 bl AMINOFSIN PED. (AF-P) 5%.

    Mengandung : Na= 35 meq/l, K= 25 meq/l > 4BL , INTRAFUSIN= 10%, Anak-anak

    Aminofusin 600, Dewasa Aminofusin 1000.

    - KEBUTUHAN LEMAK

    Diberikan dalam bentuk emulsi dengan jumlah kalori 25 40% dari energi total.

    13.Prosedur fungsi renal test

    14.Peran perawat

    15.Apakah perlu pembatasan gerakan dan di bagian mana

    Anatomi dan fisiologi Medulla Spinalis

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    14/51

    SUMSUM TULANG BELAKANG (MEDULA SPINALIS)

    Sumsum tulang belakang adalah bagian susunan saraf pusat yang terletak didalam kanalis

    vertebralis besama ganglion radik posterior yang terdapat pada setiap foramen invertebralis teletak

    berpasangan kiri dan kanan. Organ ini mengurus persarafan tubuh, anggota badan serta bagian

    kepala. Dimulai dari bagian bawah medula oblongata setinggi korpus vertebrata servikalis I sampai

    ke korpus vertebra lumbalis I dan II pada orang dewasa.

    Fungsi Medula Spinalis

    Mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh.

    Bagian ini mentransmisikan impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden

    Struktur umum medula spinalis

    Berbentuk slinder berongga dan agak pipih. Diameter stryktur ini biasanya ukutan jari

    kelingking. Panjang kita-kita 42cm.

    Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks. Menandai sisi keluar saraf spinal besar

    yang mensuplai lengan dan tungkai.

    31 pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina interverbal.

    Korda berakhir dibagian bawah vertebra lumbal pertama atau kedua.

    Meninges (durameter, araknoid, dan piameter) yang melapisi otak juga melapisi korda

    Fisura median anterior (ventral) dalam dan fisura posterior (dorsal) yang lebih dangkal

    menjalar disepanjang korda dan membaginya menjadi bagian kanan dan kiri.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    15/51

    Struktur internal medula spinalis

    Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih.

    a.Pada Substansia Grisea

    -Merupakan bagian yang tidak bermielin

    -Tempat integrasi repleks-repfleks spinal

    -Mengandung dendrit dan badan sel

    -Terdiri dari 3 bagian:

    Posterior Gray Horn mengandung badan sel dan akson sensori, serta interneuron

    Lateral Gray Horn mengandung badan sel autonomic motorik, impuls saraf untuk skeletal

    muscle

    Anterior Gray Horn mengandung badan sel somatic motorik

    b.Pada Substansia Alba

    -Merupakan bagian yang mengandung mielin

    -Sebagai jaras konduksi impuls aferen dan eferen

    -Terbagi menjadi 3 bagian yaitu : Posterior White Column, Lateral White Column, dan Anterior

    White Column. Ketiganya mengandung akson tersendiri yang membawa informasi yang sama.

    -Dari ketiga bagian tersebut membentuk serabut-serabut saraf yang membentuk traktus:

    Traktus Ascendens : Merupakan traktus Sensory, yang di dalamnya terdapat akson yang

    membawa impuls ke otak

    Traktus Descendens : Merupakan traktus Motorik, yang di dalamnya terdapat akson yang

    membawa impuls dari otak

    Suplai Darah Medula Spinalis

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    16/51

    Medula spinalis mendapat dua suplai darah dari dua sumber yaitu:

    1) arteri Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis

    2) arteri Spinalis posterior, yang juga merupakan percabangan arteri vertebralis.

    Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak anastomosis sehingga merupakan anyamanplexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut vasocorona. Vena di dalam otak tidak

    berjalan bersama-sama arteri. Vena jaringan otak bermuara di jalan vena yang terdapat pada

    permukaan otak dan dasar otak. Dari anyaman plexus venosus yang terdapat di dalam spatum

    subarachnoid darah vena dialirkan kedalam sistem sinus venosus yang terdapat di dalam durameter

    diantara lapisan periostum dan selaput otak.

    Saraf Spinal

    Saraf spinal berjumlah 31 pasang saraf gabungan yang keluar dari medulla spinalis, lalu dari

    kolumna vertebralis melalui celah sempit (foramina intervertebralia) antara ruas-ruas tulang

    vertebra. Berdasarkan asalnya, saraf spinal dibedakan atas:

    8 pasang bagian cervical

    12 pasang bagian thorakal

    5 pasang bagian lumbar

    5 pasang bagian sacral

    1 pasang bagian coxigeus

    Saraf spinal merupakan saraf campuran yang mengandung serat-serat eferen yang membawa impuls

    baik sensorik maupun motorik. Serat-serat eferen yang masuk ke medulla spinalis akan membentuk

    akar belakang (radiks dorsalis). Radiks dorsalis menghantarkan impuls ke ganglia dorsal,

    mempengaruhi segmen-segmen kulit (dermatom). Sedangkan serat-serat yang keluar dari medulla

    spinalis membentuk akar depan (radiks ventralis) yang menghantarkan impuls ke otot-otot kelenjar.

    Radiks menghubungkan masing-masing spinal nerve ke bagian-bagian dari medula spinalis.

    Ganglion Radiks Dorsal mengandung badan sel dari saraf sensory

    Radiks Dorsalis mengandung akson sensorik yang membawa inpuls saraf dari reseptor sensory

    ke CNS

    Radiks Ventral mengandung akson motorik yang membawa impuls dari CNS ke efektor

    Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebutpleksus. Dan setiap pleksus

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    17/51

    terdapat cabang-cabang yang menuju ke bagian-bagian yang dipersarafi.

    a. Pleksus cervicalis terdiri dari 4 saraf servikal pertama ( C1- C4 ). Mempengaruhi bagian

    belakang kepala, leher, dan bahu; serta memberikan rangsangan pada saraf frenik.

    Lesser Occipital Nerve

    Great Auricular

    Ansa Cervicalis

    Transverse Cervical Nerve

    Supraclavicular Nerve

    PhrenicNerve

    b. Pleksus brachialisterdiri dari 4 saraf servical yang terakhir dan saraf torakal pertama yang

    merangsang bagian ekstremitas atas ( C5-T1 ).

    Musculocutaneous Nerve

    Axilary Nerve

    Median Nerve

    Radial Nerve

    Ulnar Nerve

    c. pleksus lumbal terdiri dari 4 saraf lumbal pertama dan juga meliputi 12 saraf torakal ( L1-

    L4). Pleksus ini mempengaruhi bagian-bagian bawah tubuh dan ekstremitas bawah serta

    merangsang saraf femoral.

    Iliohypogastric Nerve

    Ilioinguinal Nrve

    Genitofemoral Nerve

    Lateral Femoral Cutaneous Nerve

    Femoral Nerve

    Obturator Nerve

    d. pleksus sacral terdiri dari dua saraf lumbal terakhir dan tiga saraf lumbal pertama ( L4-

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    18/51

    S4 ).. Berfungsi untuk merangsang ekstremitas bawah dan memberikan rangsangan kepada saraf

    skiatik.

    Superior Gluteal Nerve

    Inferior Gluteal Nerve

    Iskiadicus ( Common Fibular Nerve dan Tibia Nerve)

    Posterior Cutaneous Nerve of tigh

    Pudendal Nerve

    Impuls Saraf pada Medula Spinalis

    a. Ketika reseptor sensory mendetect adanya stimulus sensory, dia akan membawa stimulus

    tersebut melalui Ganglion Radiks Dorsal. Dari sana ada tiga kemungkinan:

    Stimulus tersebut akan masuk ke dalam substansia Alba di spinal cord lalu masuk ke

    talamus melalui Traktus ascendes. Di talamus, stimulus tersebut akan di bawa ke cerebri, dan di

    sana stimulus tersebut akan diolah dan akan menghasilkan suatu jawaban.

    Stimulus yang masuk melalui ganglia radiks dorsal ini akan masuk ke substansia grisea di

    spinal cord di bagian posterior grey horn, lalu dia akan bersinaps dengan interneuron yang

    menyilang memasuki substansia alba dan stimulus tersebut kemudian dibawa melalui traktus

    Ascendens

    Stimulus yang masuk tersebut akan masuk ke substansia grisea pada spinal cord di bagian

    posterior grey horn, kemudian dia akan bersinaps dengan internueron yang bersinaps dengan

    somatic motor neuron di anterior grey horn. Selanjutnya dia akan dibawa melalui radiks ventral

    ke efektor (skeletal muscle) gerak refleks

    b. Stimulus yang telah diolah di cerebri akan menghasilkan jawaban serta perintah. Perintah

    tersebut akan dibawa oleh sistem saraf melalui traktur Descendens. Traktus descendens lalu kan

    membawanya ke spinal cord di bagian anterior grey horn yang bersinaps dengan somatic motor

    neuron. Selanjutnya dia akan dibawa melalui radiks ventral ke efektor (skeletal muscle) untuk

    menghasilkan gerakan (perintah) tersebut.

    c. Di bagian lateral grey horn terdapat badan sel autonomic motor neuron. Karena merupakan

    sistem saraf autonom yang kerjanya involunter, maka tidak diketagui asal stimulusnya dari mana.

    Perjalanan impuls dari lateral grey horn tersebut akan dibawa melewati radiks ventral ke otot

    polos, otot jantung, dan kelenjar

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    19/51

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    20/51

    Traktus Asendens

    Kolumna dorsalis berfungsi untuk melokalisasikan stimulus dari sentuhan halus,

    kemampuan untuk membedakan tekanan dan intensitas, merasakan posisi, vibrasi, dan

    hantaraan cepat informasi sensori

    Spinotalamikus lateralis berfungsi untuk merasakan nyeri

    Spinotalamikus ventralis berfungsi untuk merasakan temperature, termasuk sensasi hangat

    dan dingin, sensasi gatal dan geli, hantaran informasi sensori lebih lambat dari pada

    kolumna dorsalis

    Spinoserebelaris dorsalis berfungsi untuk mengatur sensasi otot

    Spinoserebelaris ventralis berfungsi untuk koordinasi postur tubuh, gerakan ekstremitas

    Traktus Desendens

    Kortikospinalis lateralis berfungsi untuk membawa impuls mengendalikan voluntary otot

    ekstremitas

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    21/51

    Kortikospinalis ventralis berfungsi untuk membawa impuls mengendalikan voluntary otot

    tubuh

    Rubrospinalis berfungsi untuk mengurus integritas yang tidak disadari

    Tektospinal berfungsi untuk mengurus gerakan pemindaian dan pergantian reflex pada

    kepala dan gerak reflex pada lengan sebagai respons terhadap sensasi penglihatan,

    pendengaran dan kulit

    Vestibulospinalis berfungsi sebagai mempertahankan keseimbangan dan koordinasi gerakan

    kepala dan mata

    A. Pengertian / Definisi

    Myeloradiculopathy merupakan penyakit yang berhubungan dengan medula spinalis dan

    nervus radiks. Penyakit ini disebut juga radiculomyelopathy. Myeloradiculopathy dapat

    terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal atau lumbal penyakit ini

    merupakan penyakit vertebra degeneratif. Dalam daerah lumbalis diperkirakan bahwa lebih

    dari 70% populasi dewasa, nyeri punggung bawah akan berkembang pada selama

    kehidupan. Vertebrata torasika, sindrom klinis relatif jarang ditemukan karena stabilisasi

    vertebra oleh lengkung iga. Dalam regio servikalis penyakit degeneratif lebih sering terjadi

    dan bisa tampil sebagai kompresi radiks saraf dengan nyeri lengan radikular atau pada

    kanalis spinalis dengan akibatnya mielopati.

    B. Patofisiologi

    a. Etiologi

    - Merokok

    - Batuk yang terlalu lama

    - Cara duduk yang salah

    - Malas berolahraga

    - Terlalu sering menyetir

    - Sering mengangkat beban berat

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    22/51

    - Trauma karena terjatuh, terbentur

    - Usia lanjut

    - Tumor/keganasan (myeloma multiple)

    - Osteoporosis

    - Fraktur patologis

    Kompresi:

    1. Akut intervertebral disk prolaps

    2. Spondylitis

    3. Tumor spinal: jinak dan malignan

    4. Granuloma: tubercular, sarkoid dan fungai

    5. Hematoma: epidural, subdural, subharachoid

    6. Abses

    7. Tumor tulang

    nonkompresi:

    1. peradangan akut/kronik poliradikulopati

    2. neoplastik meningitis

    3. toksik radiasi

    4. intratekal drugs: antibiotic, anestesi, kortikosteroid

    5. Diabetes mellitus

    6. Avulse root dan neural tube defect

    7. Vasculitis

    b. Faktor resiko

    - Postur tubuh yang tidak benar

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    23/51

    - Life style yang jelek

    - Sering menyetir

    - Kurang mengkonsumsi kalsium dan vit D

    - Konsumsi obat-obatan kortikosteroid

    c. Proses Perjalanan Penyakit (Lampiran)

    d. Manifestasi klinis

    - Sakit kepala

    - Sakit leher

    - Nyeri punggung akut dan kronik

    - Ataxia, ketidakmampuan untuk mengkoordinasikan gerakan otot yang mengakibatkan

    kesulitan dalam berjalan, bicara dan melakukan tugas perawatan diri

    - Nyeri abdomen ( pada radiks toraks)

    - Nyeri ekstremitas bagian bawah atau kaki (radiks lumbal)

    - Tidak mampu berdiri dari posisi duduk karena kelemahan yang menggangu

    - Kelemahan yang mengganggu

    - Paralysis atau kelemahan otot

    - Paralysis kaki dan lengan

    - Kehilangan sensori di bagian bawah ( radiks lumbal)

    - Tidak mampu berjalan dan berdiri

    - Penurunan kemampuan gerak

    - Kelelahan akut yang ekstrim

    e. Klasifikasi

    A. Berdasarkan etiologinya dibagi dua jenis : Kompresi dan non kompresi

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    24/51

    Kompresi Non Kompresi

    Kompresi tekanan yang mengakibatkan

    fraktur vertebra dan menekan medulla

    spinalis.

    Non-Kompresi cedera yang diakibatkan tidak

    ada tekanan yang mengakibatkan fraktur

    vertebra dan menekan medulla spinalis

    Etiologi yang mengakibatkan terjadinya

    kompresi :

    - Body alignmen

    - Spondilitis inflamasi pada tulang vertebra

    yang bisa disebabkan oleh proses infeksi

    ( kuman) dan imunitas

    - Tumor jinak/ maligna( ganas )

    - Granuloma tumor yang tersusun dari

    jaringan granulasi dan biasanya

    disebabkanoleh infeksi kronis atau invasi

    benda asing

    - Hematoma benjolan yang berisi nbekuan

    darah

    - Absespenimbunan pus di dalam sebuah

    rongga, disebabkan penguraian dan

    penggantian jaringan yang rusak akijbat

    cedera mekanis,kimia atau bakteri.

    - Tumor tulang

    Etiologi :

    -perdarahan akut atau kronik

    - poliradikulopati lesi pada radiks spinalis

    -neoplastik meningitis

    - medulla blastoma tumor otak yang paling

    umum pada anak-anak dan terjadi lebih sering

    pada anak laki-laki dibandingkan anak

    perempuan.

    -astrositoma menginfiltrasi otak dan sering

    berkaitan dengan kista dalam berbagai ukuran.

    -ependymoma salah satu kasus kanker yang

    jarang ditemui di Indonesia, Penyakit ini

    melibatkan bagian conus dan juga cauda

    equina. Sakit yang spontan terjadi biasanya

    berhubungan dengan bagian conus, sedangkan

    gejala yang paling menonjol terjadi pada

    pasien biasanya terjadi di bagian cauda equina.

    Rasa sakit cauda equina melibatkan daerah

    paha dan kaki.

    -toksik radiasi

    -Intratekal drugs: antibiotic ,anestesi ,

    kortikosteroid

    -DM

    B. Berdasarkan letak tulang belakang yang terkena :

    Radiculopathy servikalis Radiculopathy

    lumbalis

    Radiculopathy torasika

    Nyeri servikal dapat

    disebabkan oleh beberapa hal

    Seperti pada vertebra

    servikalis, kompresi radiks

    Insiden diskus torasika cukup

    rendah hampir semuanya

    timbul dibawah vertebra

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    25/51

    seperti : proses infeksi,

    perubahan degeneratif, trauma,

    tumor dan kelainan sistemik .

    Salah satu penyebab nyeri

    servikal adalah radikulopati.

    Berbagai keadaan yang

    menyebabkan perubahan

    struktur anatomi tulang leher

    dapat menimbulkan keluhan

    radikulopati. Ciri khas

    radikulopati servikal adalah

    rasa nyeri radikuler pada leher

    dan bahu yang menyebar ke

    lengan, yang akan bertambah

    pada perubahan posisi leher

    dan dapat diikuti terbatasnya

    gerakan leher dan rasa sakit

    pada penekanan tulang dan

    kadang-kadang disertaiparestesi pada lengan . Namun

    seringkali pula gejala nyeri

    radikuler tersebut tidak

    terlokalisasi baik sesuai

    dermatomal. Hal ini

    dikarenakan adanya tumpang

    tindih daerah persarafan.

    Degenerasi diskus servikal

    dapat mengakibatkan lesi yang

    dapat menyebabkan kerusakan

    medula spinalis dan radiks

    saraf. Penonjolan diskus

    servikal biasanya terjadi pada

    antar ruang C5-C6, C6-C7.

    Nyeri dan kekakuan terjadi

    pada leher bagian atas pundak

    saraf lumbalis bisa atas dasar

    diskus yang ruptur atau

    gangguan tulang pada

    foramen lateralis. Secara,

    patologi, diskus lunak terjadi

    akibat perkembangan

    progresif cacat di

    posterolateral di dalam

    anulus fibrosus. Secara

    klinis, didapatkan riwayat

    nyeri punggung bawah

    progresif dengan nyeri alih

    berikutnya ke dalam bokong

    atau tungkai proksimal

    didapatkan, kemudian

    berlanjut melibatkan

    keseluruhan dalam cara

    radikular. Di anggap bahwa

    ini terjadi berdasarkanpenonjolan progresif

    nukleus pulposus melalui

    anulus dengan ruptur

    melalui ligamentum

    longitudinalis posterius yang

    menyebabkan kompresi

    radiks saraf. Secara klinis

    lebih dari 90% herniasi

    diskus lumbalis timbul pada

    tingkat L5-S1 atau L4-L5.

    Radikulopati lumbalis bisa

    juga berdasarkan penyakit

    tulang, dengan degenerasi

    progresif dalam vertebra

    lumbalis, maka ada

    pembentukan osteofit

    torasika kelima. Secara klinis,

    distribusi nyeri terletak pada

    dinding dada atau abdomen,

    sehingga bisa mudah

    dikelirukan untuk penyakit

    toraks atau abdomen.

    Perubahan degeneratif dapat

    juga terlihat sebagai mielopati

    yang tak nyeri. Gejala klinis

    umumnya terbatas pada

    paraparesis spastik serta

    penurunan rasa tusukan jarumdan raba halus dalam

    ekstremitas bawah

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    26/51

    dan daerah skapula, nyeri dapat

    juga terjadi pada ekstremitas

    atas dan kepala yang disertai

    parastesia dan kebas pada

    ekstremitas atas. Nyeri dimulai

    mendadak dan menjalar ke

    leher , dan menurun ke lengan,

    atau subakut dengan nyeri

    leher menahun dan nyeri

    lengan yang dimulai diam-

    diam. Nyeri diperburuk oleh

    gerakan leher seperti batuk,

    mengejan, atau bersin yang

    meningkatkan tekanan intra

    toraks dengan akibat

    peningkatan tekanan vena

    epiduralis dan kompresi radiks

    saraf yang terlibat.

    Penatalaksanaan medis

    biasanya meliputi pembatasan

    akivitas, analgesik, agen

    antiinflamasi nonsteroid

    (NSAID) dan immobilisasi

    leher. Atau dengan traksi halter

    5-10 pon. Penting agar pasien

    selalu dipantau secara ketat

    perkembangan kelemahan

    motorik atau tanda mielopati

    yang merupakan indikasi untuk

    intervensi operasi.

    Ada 2 jenis umum operasi,

    pendekatan anterior dan

    pendekatan posterior :

    1. Pendekatan operasi

    posterior dan posterolateral,

    penyempitan resesus

    lateralis dan foramen serta

    hipertrofi unsur posterior.

    Hasil keseluruhan sama

    dengan radikulopathy

    servikalis disertai

    penyempitan kanalis

    spinalis, namun presentasi

    klinisnya lebih radikular

    akibat gangguan radiks

    lateral terhadap radiks saraf

    dibandingkan kompresi garis

    tengah, yang menyebabkan

    mielopati. Pada pemeriksaan

    fisik, pasien dengan radikulo

    aktif biasanya mempunyai

    bukti iritasi radiks saraf. Ini

    mencakup tanda mekanik,seperti spasme muskulus

    paravertebralis, penurunan

    rentang gerakan punggung

    bawah, skoliosis lumbalis,

    nyeri radikular.

    Penatalaksanaan medis

    terdiri dari pembatasan

    aktivitas, analgesik, NSAID

    dan relaksan otot, panduan

    gerak badan untuk

    meningkatkan tonus otot

    abdomen sangat

    direkomendasikan. Setelah

    periode akut nyeri radikularatau nyeri punggung bawah

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    27/51

    anterior meliputi pemaparan

    korpus vertebralis melalui

    leher anterior dengan reseksi

    diskus yang terlibat.

    2. Pendekatan posterior

    terdiri dari dekompresi lamina

    dan fasies di posterior, yang

    memaparkan radiks saraf

    dibawahnya pada foramen.

    harus dihindari untuk

    membungkuk dan

    mengangkat beban berat.

    Untuk ruptura diskus

    lumbalis, terapi bedah

    standar adalah

    hemilaminektomi sebagian

    dengan eksplorasi dan

    dekompresi radiks saraf

    yang terlibat. Ini terdiri dari

    insisi lumbalis garis tengah

    dengan diseksi anatomi

    untuk memaparkan lamina

    dan fasies pada tingkat yang

    terlibat. Pembuangan

    sebagian lamina, fasies

    medial, dan ligamentum

    flavum dilakukan, yang

    memaparkan kantong duradan radiks saraf. Semua

    materi diskus yang ruptura

    harus disingkirkan.

    Dekompresi gangguan

    tulang lateral dilakukan bila

    diperlukan. Penting agar

    radiks saraf dieksplorasi

    sejauh mana yang

    diperlukan ke lateral untuk

    memastikan dekompresi

    yang memuaskan.

    Kimopapain adalah enzim

    proteolitik yang

    menimbulkan hidrolisiscepat polipeptida

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    28/51

    nonkolagen atau protein

    yang membentuk

    kondromukoprotein dari

    nukleus pulposus. Bila

    digunakan secrara bijaksana,

    kimopapain merupakan

    alternatif layak bagi operasi

    untuk pasien ruptura diskus.

    f. Komplikasi

    Paraplegia adalah kelumpuhan pada kedua belah bagian bawah tubuh, termasuk dua belah

    kaki. Maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu :

    Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau

    setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.

    DerajatII : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat

    melakukan pekerjaannya.

    Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi

    gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.

    Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan

    Paraperesis adalah gangguan menurun yang menyebabkan kelemahan bertahap dengan

    kejang otot (kelemahan kejang) pada kaki. Refleks menjadi berlebihan, dan kram kaki, gugp,

    dan terjadi kejang, membuat gerakan kaki menjadi kaku dan menyentak (disebut kejang gaya

    berjalan). Berjalan secara bertahap menjadi lebih sulit. Orang bisa tersandung atau tergelincir

    karena mereka cenderung untuk berjalan berjingkat dengan kaki memutar ke dalam. Sepatu

    seringkali dikenakan turun ke daerah lebih dari jempol kaki. Kelelahan sering terjadi. Pada

    beberapa orang, otot pada lengan menjadi lemah dan kaku.

    Disfungsi atau lesi medula spinalis.

    Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat

    trauma. Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status neurologi lokal merupakan hal yang

    sangat penting. Terapi cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan

    mempertahankan fungsi sensoris dan motorik

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    29/51

    Step 6 : Self study

    Step 7 : Reporting

    C. Asuhan Keperawatan

    a. Pengkajian

    1. Data Biografi

    Nama : Ny. X

    Usia : 27 tahun

    Jenis kelamin : wanita

    Pekerjaan : tidak teridentifikasi

    2. Anamnesa

    Keluhan utama : klien mengeluh sakit punggung yang dirasakan terus

    menerus.

    Riwayat Kesehatan Sekarang :

    Provoking Incident ( P )

    Osteoporosis yang menyebabkan fraktur patologis.

    Quality ( Q )

    Menanyakan kepada klien seperti apa nyeri punggung yang dirasakan dan

    apakah adanya nyeri apabila di tekan ?Tanyakan apakah sifat nyeri seperti

    ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri

    tumpul yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri

    radikular atau nyeri acuan (referred fain). Biasanya nyeri yang dialami

    bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri . Tanyakan

    juga apakah rasa nyeri terjadi pada bagian pinggang yang disertai kencing

    panas dan tekanan darah yang tinggi. Hal ini diperlukan untuk

    mengidentifikasi adanya tumor pada ginjal.

    Region : Radiation ( R )

    Daerah punggung.

    Severity (Scale) ( S )

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    30/51

    Kaji seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan jika di nilai dari skala 1-10 .

    Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas

    tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan

    memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri

    seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak.

    Time ( T )

    Kaji sejak kapan klien merasa nyeri pada bagian punggung dan kaji juga

    pada saat kapan klien mengalami rasa nyeri. Sifanya akut, sub akut,

    perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama

    makin nyeri. pada kasus nyeri bersifat akut, karena diberikan terapi opioid.

    3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

    Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan

    (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)

    Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan

    nyeri punggung bawah

    4. Riwayat Kesehatan Sekarang

    Nyeri punggung terus-menerus dengan beberapa myeloma.

    5. Riwayat Penggunaan obat

    Obat-obatan apa saja yang sedang diminum seperti analgetik, berapa lama

    diminumkan. Klien melakukan terapi alternatif untuk analgasia termasuk

    opioid aganist, NSAID, asetaminofen, atau kombinasi produk. kalsitonin,

    carticosteroids dan bifosfonat.

    6. Riwayat psikologis

    Menanyakan faktor-faktor yang membuat klien stres dan pendekatan untuk

    membangun rasa percaya diri.

    7. Pola-pola Fungsi Kesehatan

    Pola aktivitas/istirahat : Riwayat pekerjaan yang perlu

    mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama,

    membutuhkan papan / matras yang keras saat tidur, penurunan rentang

    gerak dari ekstermitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampumelakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    31/51

    Eliminasi : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam difekasi adanya

    inkontinesia / retensi urine.

    Integritas Ego : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas

    masalah pekerjaan, finansial keluarga.

    Nyeri / kenyamanan : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan

    semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan,

    mengangkat kkaki atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak hentinya atau

    adnya episode nyeri yang lebih berat secara intermiten, nyeri yang

    menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atu bahu / lengan, kaku pada leher

    (servikal), terdengar adanya suara krek saat nyeri baru timbul / saat

    trauma atau merasa punggung patah, keterbatasan untuk mobilisasi /

    membungkuk ke depan.

    Kebutuhan istirahat dan tidur

    Klien mungkin akan mengalami gangguan tidur karena merasa tidak

    nyaman seperti berkeringat, ansietas, berdebar-debar, dan mengeluhkan

    sakit punggung yang amat sakit.

    8. Pengkajian spiritual

    Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai keyakinannnya.

    Apakah klien secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam

    kegiatan keagamaan

    9. Pemeriksaan Umum

    Sistem Respirasi : kaji adanya peningkatan RR, biasanya nyeri kan

    diikuti dengan RR yang cepat.

    Sistem Kardiovaskular : kaji adanya peningkatan denyut jantung yang

    ditandai dengan HR meningkat.

    Sistem Integumen : kaji adanya kerusakan integritas kulit abibat

    immobilisasi.

    Sistem Persepsi Sensori : adanya penrunan sensasi raba, nyeri,

    panas, atau gatal.

    Sistem Reproduksi : penurunan fungsi seksual.

    Sistem Muskuloskeletal : paralisis yang mengganggu ADL.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    32/51

    Sistem Neurolog : Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada tangan

    dan kaki..

    10. Pemeriksaan fisik

    Inspeksi

    o Punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan

    untuk evaluasi neurogenik

    o Perhatikan adanya kurfatura yang berlebihan, pendataran arkus

    lumbal, pelvis yang miring atau adanya postur tingkai yang abnormal

    o Perhatikan apakah ada hambatan pada pergerakan punggung, pelvis

    dan tungkai selama bergerak,

    o Perhatikan apakah klien dapat mengenakan pakaian secara wajar

    atau tidak

    o Perhatikan kemungkinan adanya atrofi, pembengkakan dan

    perubahan warna kulit

    Palpasi dan perkusi

    o Harus dilakukan secara hati-hati dan halus supaya tidak

    mengganggu kenyamanan klien

    o Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke daerah yang

    paling terasa nyerinya

    o Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya

    deviasi ke lateral atau entero-posterior

    o Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kemih penuh.

    11. Pemeriksaan neurologik

    Pemeriksaan motorik

    o Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu

    jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak

    fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.

    o Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan

    kanan-kiri.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    33/51

    o Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot

    tertentu.

    Pemeriksaan sensorik

    Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar

    (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga

    dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.

    Pemeriksaan refleks

    o Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai

    menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.

    o Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi

    fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki

    ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles

    dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.

    12. Pemeriksaan range of movement (ROM)

    Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan

    derajat nyeri , functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya

    penyebaran nyeri .

    13. Pemeriksaan Diagnostik

    CT scan; CT scan menggabungkan sinar x untuk menghasilkan banyak

    gambaran pada bagian dalam tubuh. Digunakan untuk mendiagnosa berbagai

    kanker yang berada di berbagai bagian tubuh, mengukur lokasi, dan mengukur

    kepadatan mineral tulang untuk mendeteksi osteoporosis.

    MRI; merupakan pemeriksaan yang dapat menunujukan adanya

    perubahan tulang dan jaringan lunak yang mampu membuat potongan koronal,

    sagital, aksial, oblik hingga kebagian terdalam medulla spinalis. Sebelum

    dilakukan tindakan hendaknya lakukan pengakajian tentang adanya penyakit

    yang membahayakan pasien bila dilakukan pemeriksaan MRI( pasien dengan

    alat pacu jantung atau sendi palsu). Hal ini karena medan magnet pesawat MRI

    selalu dalam keadaan ON sehingga setiap saat dapat terjadi resiko

    kecelakaan.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    34/51

    Namun biasanya pada kasus-kasus pada tulang terdalam, biasanya MRI

    merupakan tes pencitraan utama untuk mengevaluasi sraf tulang belakang.

    Kelebihan MRI dibandingkan dengan CT scan adalah:

    o Lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak

    seperti otak, medulla spinalis serta muskuloskeletal.

    o Memberikan gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.

    o Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring.

    b. Data Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik)

    Diagnosa myeloradiculopathy, sukar untuk ditegakkan secara dini, dan biasanya pasen datang dan

    dirawat bila ada tanda-tanda mielopati. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam membantu

    menegakkan diagnosa myeloradiculopathy antara lain:

    o Laboratorium:

    o Gula darah yang berhubungan dengan diabetik neuropati

    o Pemeriksaan darah yang berhubungan dengan tumor primer

    o Lumbal punksi

    o Biasanya dilaksanakan bersamaan dengan mielografi, untuk mengetahui tingginya konsentrasi

    albumin didalam liquor, yang ditentukan oleh ada atau tidak adanya blok

    o Elektromyografi (EMG)

    o Pemeriksaan ini membantu dalam mendiagnosa radikulopati

    o Terdapat perubahan dari pola persarafan M. Rectus Abdominis atau otot Paraspinal

    o Radiologi

    o Foto thoraks, mencari fokus primer

    o Untuk melihat penyempitan dari disk space.

    o Melihat sclerosis dan pembentukkan osteophyte.

    o Foto polos vertebrae thorakalis

    o Dapat mengetahui apakah terdapat perubahan dari besar, bentukdan struktur dari vertebrae

    thorakalis, serta diskus intervertebralis,apakah terdapat perubahan dari pedikel

    o Visualisasi yang baik dari elemen tulang : melihat herniasi disk.

    o Mengkaji keadaan spinal cord dan akar saraf.

    o Mielografi

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    35/51

    o Dapat menegtahui lokasi tumor danmembedakan tumor ekstra meduler dan intra meduler serta

    ekstra dural

    o Mengetahui adanya herniasi diskus thorakalis

    o Memberikan gambaran khas pada arakhnoiditis

    o C.T.M.M.

    o Dapat mendeteksi kelainan intraspinal

    o M.R.I.

    o Memberikan informasi yang lenih sensitif, terhadap lesi lesi pada medula spinalis dan

    segmennya.

    o Untuk mendeteksi patologi jaringan lunak

    c.Analisa Data

    No. Data Etiologi Masalah

    keperawatan

    1. DO: -

    DS: klien mengeluh nyeri

    di daerah punggung.

    Fraktur patologisinflamasimerangsang

    pengeluaran zat

    vasoaktifprostaglandinnyerinyeri

    Gangguan rasa

    nyaman : Nyeri

    2. DO:

    DS:

    Fraktur patologisinflamasimerangsang

    oengeluaran zat

    vasoaktifprostaglandinnyerinyeriim

    obilitas fisik

    Gangguam

    mobilitas fisik

    3. DO:

    DS:

    Fraktur patologisinflamasimerangsang

    oengeluaran zat

    vasoaktifprostaglandinnyerinyeriim

    obilitas fisikbedrest

    Risiko Gangguan

    Integritas Kulit

    4. DO:

    DS:

    Fraktur patologisinflamasimerangsang

    pengeluaran zat

    vasoaktifprostaglandinnyerinyeripe

    mberian obat analgetikmual, konstipasi

    Resiko gangguan

    pemenuhan

    kebutuhan nutrisi

    d. Diagnosa Keperawatan

    1. Gangguan mobilitas fisik b.d. nyer ditandai oleh klien mengeluh nyeri punggung yang terus

    menerus.

    2. Risiko Gangguan Integritas Kulit b.d penekanan terus menerus pada kulit akibat bedrest.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    36/51

    3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. konstipasi dan nausea akibat pemberian

    obat analgesic.

    4. Ansietas b.d kurangnya pengtahuan klien tentang penyakit yang dideritanya.

    e. Intervensi Keperawatan

    N

    o

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan Intervensi Rasional

    1. Gangguan

    mobilitas fisik

    b.d. nyeri

    DS:

    - Klien

    mengeluh

    nyeri

    punggung

    yang terus

    menerus

    Tupen : setelah

    dilakukan tindakan

    mandiri maupunkolaborasi selama

    2x24 jam klien

    menyatakan nyeri

    berkurang.

    Tupan : klien dapat

    mengontrol nyeri

    dan dapat

    melakukan

    aktivitasnya.

    MANDIRI

    1. Jelaskan dan bantu

    klien dengan tindakan

    pereda nyeri

    nonfarmakologi dan

    noninvasif.

    2. Ajarkan relaksasi :

    Teknik-teknik untuk

    menurunkan ketegangan

    otot rangka, yang dapat

    menurunkan intensitas

    nyeri.

    3. Ajarkan metode

    distraksi selama nyeri

    akut.

    4. Ajarkan klien

    untuk melakukan

    1. Pendekatan dengan

    menggunakan relaksasi

    dan nonfarmakologi

    lainnya telah

    menunjukkan

    keefektifan dalam

    mengurangi nyeri.

    2. Pendekatan dengan

    menggunakan relaksasi

    dan nonfarmakologi

    lainnya telah

    menunjukkan

    keefektifan dalam

    mengurangi nyeri.

    3. Akan melancarkan

    peredaran darah,

    sehingga kebutuhan

    oksigen oleh jaringan

    akan terpenuhi sehingga

    akan menguragi

    nyerinya.

    4. Mengalihkan perhatian

    nyerinya ke hal-hal

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    37/51

    latihan gerak aktif pada

    ekstremitas yang tidak

    sakit.

    KOLABORASI

    1. Farmakologi

    Berikan obat analgetik

    sesuai program:

    Evaluasi tindakan

    pengurang

    nyeri/kontrol nyeri.

    Kolaborasi dengan

    dokter bila ada

    komplain tentang

    pemberian analgetik

    tidak berhasil.

    Evaluasi

    efektifitas analgetik,

    tanda dan gejala efek

    samping.

    2.Non famakologi

    Laminektomi

    untuk grade 1-2.

    Korset atau traksi

    >2.

    yang menyenangkan.

    1. Farmakologi :

    Mengurangi rasa nyeri

    2.Non Farmakologi

    Tindakan ini dapat

    menghilangkan

    tekanan atau nyeri

    akibat myeloma atau

    fraktur pada arkus

    vertebrata posterior.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    38/51

    Sokongan anatomis

    berguna untuk

    menurunkan spasme

    otot dan

    menurunkan nyeri.

    2. Risiko

    Gangguan

    Integritas

    Kulit b.d

    penekanan

    terus menerus

    pada kulit

    akibat bedrest.

    Keadaan kulit klien

    utuh dan tidak

    terjadi dekubitus.

    MANDIRI

    1. Monitor daerah yang

    tertekan.

    2. Jaga kebersihan

    tempat tidur, laken

    tetap bersih,

    kencang, dan kering.

    3. Monitor intake dan

    output nutrisi.

    4. Lakukan alih posisi

    setiap 2 jam dan

    massage dengan

    kayu putih bagian

    yang akan

    mengalami

    penekanan.

    Pada fase akut

    (2x24jam) tidak

    dilakukan reposisi.

    5. Pertahankan sikap

    tubuh yang

    terapeutik pada bahu,

    lengan, panggu, dan

    tungkai. Kemiringan

    tubuh 300.

    6. Gunakan alat bantu

    untuk menjaga

    penekanan.

    1. Mengidentifikasi tanda-

    tanda awal dekubitus.

    2. Laken yang basah,

    kotor, dan kusut

    memudahkan terjadinya

    dekubitus.

    3. Nutrisi yang adekuat

    mengurangi risiko

    dekubitus.

    4. Melancarkan aliran

    darah pada bagian yang

    tertekan.

    5. Bagian yang tertekan

    memerlukan perhatian

    khusus karena berisiko

    terjadinya dekubitus.

    6. Mengurangi risiko

    dekubitus.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    39/51

    3. Resiko

    gangguan

    nutrisi kurang

    dari

    kebutuhan

    b.d. konstipasi

    dan nausea

    akibat

    pemberian

    obat

    analgesic.

    Kebutuhan

    nutrisi

    terpanuhi

    sesuai dengan

    berat badan

    ideal.

    Defekasi lancer

    dan teratur.

    Pasien tidak

    mengalami

    nausea.

    MANDIRI

    1. Berikan diet dengan

    kadar serat tinggi

    dalam bentuk tepung

    sereal, roti, buah-

    buahan segar.

    2. Kurangi atau batasi

    makanan seperti

    produk susu.

    3. Dorong peningkatan

    pemasukan cairan.

    4. Berikan makanan

    sedikit tapi sering.

    5. Buat pilihan menu

    yang ada dan

    diizinkan untuk

    mengontrol pilihan

    sebanyak mungkin.

    KOLABORASI

    1. Berikan obat-obat

    sesuai petunjuk,

    seperti obat pelunak

    feses, misalnya

    Metamucil.

    2. Berikan anti emetik.

    1. Meningkatkan

    konsistensi feses,

    meningkatkan

    pengeluaran feses.

    2. Makanan ini diketahui

    sebagai pencetus

    konstipasi.

    3. Tingkatkan konsistensi

    feses normal.

    4. Untuk mengurangi rasa

    mual dan meningkatkan

    pemasukan yang

    adekuat.

    5. Klien yang meningkat

    kepercayaan dirinya

    dan merasa menontrol

    lingkungan lebih suka

    menyediakan makanan

    untuk makan.

    1. Meningkatkan

    regularitas dengan

    meningkatkan serat dan

    atau meningkatkan

    konsistensi feses.

    2. Mencegah dan

    mengurangi rasa mual

    dan muntah.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    40/51

    4. Ansietas b.d

    kurangnya

    pengtahuan

    klien tentang

    penyakit yang

    dideritanya.

    Klien tampak

    rileks dan

    melaporkan

    ansietas

    berkurang pada

    tingkat yang

    dapat diatasi.

    Mengetahui

    penyakitnya.

    Mampu

    mejelaskan

    kembalipenyebab,

    tanda dan

    gejala,

    komplikasi dan

    cara

    pencegahannya

    .

    Klien dan

    keluarga

    kooperatif saat

    dilakukan

    tindakan.

    MANDIRI

    1. Kaji tingkat ansietas

    klien dan tingkat

    pengetahuan klien.

    2. Berikan informasi

    yang akurat dan

    jawab dengan jujur.

    3. Berikan kesempatan

    pada klien untuk

    mengungkapkan

    masalah yang

    dihadapinya.

    4. Kaji adanya masalah

    sekunder yang

    mungkin merintangi

    keinginan untuk

    sembuh dan mungkin

    menghalangi proses

    penyembuhannya.

    5. Jelaskan proses

    terjadinya penyakit,

    1. Membantu dan

    mengidentifikasi

    kekuatan dan

    keterampilan yang

    mungkin membantu

    klien mengatasi

    keadaannya sekarang

    dan untuk memberikan

    bantuan yang sesuai.

    2. Memungkinkan klien

    untuk membuat

    keputusan yang

    didasarkan atas

    pengetahuannya

    3. Kebanyakan klien

    mengalami masalah

    yang perlu untuk

    diungkapkan dan

    diberikan respon

    dengan informasi yang

    akurat untuk

    meningkatkan koping

    terhadap situasi yang

    sedang dihadapi.

    4. Klien mungkin secara

    tidak sadar memperoleh

    keuntungan seperti

    terlepas dari tanggung

    jawab, perhatian, dan

    kontrol dari yang lain.

    5. Memungkinkan klienuntuk membuat

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    41/51

    tanda gejala serta

    komplikasi yang

    mungkin terjadi.

    6. Berikan informasi

    pada keluarga tentang

    perkembangan klien

    dan tentang tindakan

    yang akan dilakukan

    dan Jelaskan

    komplikasi kronik

    yang mungkin akan

    muncul.

    7. Diskusikan pilihan

    terapi.

    8. Berikan penjelasan

    tentang pentingnya

    ambulasi dini.

    keputusan yang

    didasarkan atas

    pengetahuannya.

    6. Keluarga mungkin

    secara tidak sadar

    memungkinkan klien

    untuk mempertahankan

    ketergangtungannya

    engan melakukan

    sesuatu yang klien

    sendiri mampumelakukannya tanpa

    bantuan orang lain.

    7. Menurunkan resiko

    komplikasi atau trauma.

    8. Dapat menurunkan

    regangan otot melalui

    dukungan struktural

    dan pencegahan

    terhadap hiperekstensi

    dari tulang belakang.

    Penatalaksanaan

    Tujuan keseluruhan dal;am pengobatan nyeri adalah mengurungu nyeri sebesar-besarnya dengan

    kemungkinan efek samping paling kecil. Terdapat dua metode umum untuk terapi nyeri :

    Farmakologik dan nonfamakologik.

    A. PENDEKATAN FARMAKOLOGIK

    Obat adalah bentuk pengendalian nyeri yang paling sering digunakan. Terdapat tiga kelompok obat

    nyeri :

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    42/51

    1. Analgesic Nonopioid : Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)

    Langkah pertama, sering efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang,

    menggunakan analgesic nonopioid, terutama asetaminofen (Tylenol) dan OAINS. Tersedia

    bermacam-macam OAINS dengan efek antipiretik, analgesic dan (kecuali asetaminofen)

    antiinflamasi. Asam asetilsalisilat (aspirin) dan ibuprofen (motrin, advil) mungkin

    merupakan OAINS yang paling sering digunakan. OAINS sangat efektif untuk mengatasi

    nyeri akut derajat ringan, penyakit meradang yang kronik seperti arthritis, dan nyeri akibat

    kanker yang ringan.

    OAINS menghasilkan analgesia yang bekerja ditempat cedera melalui inhibisi

    sintesis prostaglandin dari precursor asam arakidonat. Prostaglandin (terutama PGE1, PGE2,

    dan PGE3) mensensitisasi nosiseptor dan bekerja secara sinergitis dengan produkinflamatorik lain ditempat cedera, misalnya bradikinin, histamine, untuk menimbulkan

    hiperanalgesia. Dengan demikian, OAINS menganggu mekanisme transduksi di nosiseptor

    aferen primer dengan menghambat sintesis prostaglandin.

    Berbeda dengan opioid, OINS tidak menimbulkan ketergantungan atau toleransi

    fisik. Semua memiliki ceiling effect; yaitu peningakatan dosis melebihi kadar tertentu tidak

    menambah efek analgesic. Namun, dosis puncak tertentu tersebut (ceiling dose) mungkin

    lebih tinggi daripada dosis awal anjuran, dengan demikian penambahan dosis dapat

    diterima. Penyulit tersering yang berkaitan dengan pemberian OAINS adalah gangguan

    saluran cerna, meningkatnya waktu perdarahan (aspirin), penglihatan kabur, perubahan

    minor fungsi hati, dan berkurangnya fungsi ginjal.

    Asetaminofen (Tylenol) hamper sama efektinya dengan aspirin dalam sifat

    analgesic-antipiretik. Namun, asetaminofen kurang memiliki efek antiinflamasi, karena obat

    ini merupakan inhibitor kelas siklooksigenase yang lemah apabila terdapat peroksida dalam

    konsentsi tinggi seperti dijumpai di jaringan perifer yang meradang. Sebaliknya,

    asetaminofen memiliki kemampuan menghambat siklooksigenase di otak, tempat

    konsentrasi peroksida rendah-sehingga obat ini memiliki efek antipiretik. Keunggulan

    asetaminofen dibandingkan aspirin sebagai obat antipiretik dan analgesic adlah bahwa obat

    ini tidak menimbulkan efek pada system kardiovaskular atau pernafasan, dan tidak

    menimbulkan gangguan keseimbangan asam dan basa, fungsi trombosit, atau aktivitas

    siklooksigenase kelas satu di lambung dan ginjal. Apabila asetaminofen atau aspirin tidak

    efektif untuk menghilangkan nyeri maka keduany dapat dikombinasikan dengan suatu

    narkotik lemah seperti oksikodon atau kodein agar lebih efektif meredakan obat.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    43/51

    Kekurangan utama asetaminofen adalah bahwa obat ini dapat menyebabkan kerusakan hati

    fatal dalam dosis yang berlebihan.

    Implikasi keperawatan :

    1. Informasi umum: pasien yang menderita asma, alergi akibat aspirin, dan polips hidung

    beresiko tinggi mengalami reaksi hipersensitivitas. Kaji adanya rhinitis, asma dan

    urtikaria.

    2. Kaji nyeri (catat jenis, lokasi dan intensitasnya) dan rentang gerak sebelum dan 1-2 jam

    setelah pemberian.

    3. Pemberian bersama analgesic opioid akan menghasilkan efek analgesic yang lebih besar

    dan memungkinkan penurunan dosis opioid.

    4. Untuk efek awal yan lebih cepat, berikan 30 menit sebelum atau 2 jam setelah makan.

    Dapat diberikan bersamaaan dengan makanan, atau antacid untuk mengurangi iritasi

    lambung. Makanan akan memperlambat namun tidak mengurangi absorbs.

    2. Analgesic Opioid

    Opioid saat ini adalah analgesic paling kuat yang tersedia dan digunakan dalam

    penatalaksanaan nyeri sedang-berat sampai berat. Obat ini merupakan patokan dalam

    pengobatan nyeri pascaoperasi dan nyeri terkait kanker. Morfin adalah salah satu obat yang

    paling luas digunakan untuk nyeri berat dan masih menjadi standar pembanding untuk

    menilai obat analgesic lain.

    Berbeda dengan OAINS, yang bekerja di perifer, morfin menimbulkan efek

    analgesiknya di sentral. Mekanisme pasti kerja opioid telah semakin jelas sejak penemuan

    reseptor-reseptor opioid endogen di system limbic, thalamus, PAG, substansia gelatinosa

    kornu dorsalis, opioid eksogen seperti morfin menimbulkan efek dengan mengikat reseptor

    opioid dengan cara serupa dengan opioid endogen (endorphin-enkefalin); yaitu morfin

    memiliki efek agonis (meningkatkan kerja reseptor). Dengan mengikat reseptor opioid di

    nucleus modulasi-nyeri di batang otak, morfin menimbulkan efek pada system-sistem

    desenden yang mengahmbat nyeri. Di tingkat kornu dorsalis medulla spinalis, morfin juga

    menghambat transmisi impuls nosiseptor yang datang dengan mengikat reseptor opioid di

    substansi gelatinosa.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    44/51

    Efek opioid dapat bergantung pada tipe reseptor yang diikat. Telah cukup banyak

    yang diketahui tentang tiga tipe reseptor opioid : reseptor mu-, kappa- dan delta-. Tipe

    reseptor yang paling penting untuk analgetik klinis disebut reseptor mu karena afinitasnya

    terhadap morfin. Banyak obat dari golongan morfin agonis-mu, walaupun potensinya

    berbeda-beda (Baumann, 1997). Pengetahuan tentang dosis ekuianalgesik obat opioid

    bermanfaat saat kita mengganti obat atu cara pemberian. Perlu dicatat bahwa pemberian

    meperidin (Demerol) tidak di anjurkan untuk digunakan dalam penatalaksanaan nyeri karena

    toksisitasnya yang nyata, terutama kejang (American Society of Anesthesiologist [ASA],

    1996; Waitman,McCaffery, 2001).

    Obat-obat golongan opioid memiliki pola efek samping yang sangat mirip, termasuk

    depresi pernafasan, mual dan muntah, sedasi, dan konstipasi. Selain itu, semua opioid

    berpotensi menimbulkan tolerans, ketergantungan dan ketagihan (adiksi). Toleransi terhadap

    opioid tertentu terbentuk apabila opioid tersebut diberikan dalam jangka panjang, misalnya

    pada terapi kanker.

    Ketergantungan fisik adalah juga suatu proses fisiologi yang ditandai dengan

    timbulnya gejala-gejala putus obat setelah penghentian mendadak suatu obat opioid atau

    setelah pemberian antagonis. Sindrom putus obat ini diperkirakan disebabkan oleh aktivitas

    cerminan noradrenergic di SSP yang tertekan selama pemberian opioid jangka panjang.

    Adiksi atau ketergantungan psikologik, mengacu kepada sindrom perilaku berupa hilangnya

    kekhawatiran berkaitan dengan penggunaan dan akuisisi obat, yang menyebabkan perilaku

    menimbun obat dan peningkatan dosis tanpa pengawasan.

    Implikasi keperawatan :

    1. Kaji jenis, lokasi dan intensitas nyeri sebelum dan pada puncak reaksi setelah

    pemberian.

    2. Kaji tekanan darah, nadi, dan pernapasan sebelum dan secara periodic selama

    pemberian.

    3. Kaji fungsi usus secara rutin. Peningkatan asupan cairan dan serat, pelunak feses dan

    laksatif dapat meminimakan efek konstipasi.

    4. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan psikologis dan

    fisiologis serta toleransi.

    5. Pantau asupan dan haluaran. Jika terjadi perbedaan yang bermakna, kaji adanya retensi

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    45/51

    urin dan beri tahu dokter.

    3. Antagonis dan Agonis-Antagonis Opioid

    Antagonis opioid adalah obat yang melawan efek obat opioid dengan mengikat reseptor

    opioid dan menghambat pengaktifannya. Nalokson, suatu antagonis opioid murni,

    menghilangkan analgesia dan efek samping opioid. Nalokson digunakan untuk melawan

    efek kelebihan dosis narkotik, yaitu yang paling serius adalah depresi pernafasan dan sedasi.

    Obat opioid lain adalah kombinasi agonis dan antagonis seperti pentazonin (Talwin) dan

    butorfanol (Stadol). Apabila diberiakn kepada pasien yang bergantung pada narkotik, maka

    obat-obat ini dapat memicu gejala putus obat. Agonis-antagonis opioid adalah analgetik

    efektif apabila diberikan tersendiri dan lebih kecil kemungkinannya menimbulkan efek

    samping yang tidak di inginkan (misalnya, depresi pernafasan) dibandingkan dengan agonis

    opioid murni.

    4. Adjuvant atau Koanalgesik

    Obat adjuvant atau koanalgesik adalah obat yang semula di kembangkan untuk

    tujuan selain menghilangkan nyeri tetapi kemudian memiliki sifat analgeti atau efek

    komplementer dalam penatalaksanakan nyeri. Sebagian dari obat ini sangat efektif dalam

    mengendalikan nyeri neuropatik yang mungkin tidak berespon terhadap opioid.

    Antidepresan trisiklik, seperti amitriptilinn (elavil) atau imipramin (tofranil), adalah

    analgetik yang sangat efektif untuk nyeri neuropatik, serta berbagai penyakit lain yang

    menimbulkan nyeri. Antidepresan trisiklik menghilangkan nyeri dengan menghambat

    penyerapan ulang amina-amina biogenic di SSP. Antidepresan trisiklik diperkirakan

    meningkatkan efek inhibitorik serotonin dan norepinefrin pada neuron-neuron untuk

    transmisi nyeri spinal.

    Obat adjuvant lain yang bermanfaat dalam pengobatan nyeri adalah hidroksizin

    (Vistaril) yang memiliki efek analgetik pada beberapa penyakit dan efek adiktif apabila

    diberikan bersama morfin; pelemas otot misalnya Diazepam (Valium), yang digunakan

    untuk mengobati kejang otot yang berkaitan dengan nyeri; dan steroid misalnya

    deksametazol (dekadron), yang telah di gunakan untuk mengendalikan gejala yang berkaitan

    dengan kompresi medulla spinalis atau metastasis tulang pada pasien kanker.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    46/51

    B. PENDEKATAN NONFARMAKOLOGIK

    Walaupun obat-obat analgesic sangat mudah diberikan, namun banyak pasien dan dokter

    kurang puas dengan pemberian jangka panjang untuk nyeri yang tidak terkait dengan keganasan.

    Metode nonfarmakologi untuk menghilangkan nyeri dapat dibagi menjadi pungtudua kelompok :

    1. Terapi dan Modalitas Fisik

    Terapi fisik utnuk meredakan nyeri mencakup berbagai bentuk stimulasi kulit (pijat,

    stimulasi saraf dengan listrik transkutis, akupungtur, aplikasi panas atau dingin, olahraga).

    Dasar dari stimulasi kulit adalah teori pengendalian gerbang dari transmisi nyeri. Stimulasi

    kulit akan merangsang serat-seratnon-nosiseptif yang berdiameter besar untuk menutup

    gerbang bagi serat-serat berdiameter kecil yang menghantarkan nyeri sehingga nyeri dapat

    dikurangi. Stimulasi kulit juga dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan endorphin dan

    neurotransmitter lain yang menghambat nyeri.

    Salah satu strategi stimulasi kulit tertua dan paling sering digunakan adalah

    pemijatan atau penggosokkan. Pijat dapat dilakukan dengan jumlah tekanan dan stimulasi

    yang bervariasi terhadap berbagai titik-titik pemicu miofasial diseluruh tubuh. Utnuk

    mengurangi gesekan digunakan minyak atau lotion. Pijat akan melemaskan ketegangan otot

    dan meningkatkan sirkulasi local. Pijat punggung memiliki efek relaksasi yang kuat.

    Stimulasi saraf dengan listrik melalui kulit (TENS atau TNS) terdiri dari suatu alat

    yang digerakkan oleh batere yang mengirim impuls listrik lemah melalui elektroda yang

    diletakkan di tubuh. Elektroda umumnya di letakkan di atas atau dekat dengan bagian yang

    nyeri. TENS digunakan untuk penatalaksanaan nyeri akut dan kronik : nyebri pascaoperasi,

    nyeri punggung bawah, phantom limb pain, neuralgia perifer, dan arthritis rheumatoid.

    Akupungtur adalah teknik kuno dari Cina berupa insersi jarum halus ke dalam

    berbagai titik akupungtur (pemicu) di seluruh tubuh untuk meredakan nyeri. Metode

    noninvasive lain untuk merangsang titik-titik pemicu adalah pemberian tekanan dengan ibu

    jari, suatu teknik yang disebut akupresur. Efektivitas metode ini mungkin dapat dijelaskan

    dengan teori control gerbang dan teori bahwa akupungtur merangsang pelepasan opioid

    endogen.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    47/51

    Range of Motion (ROM) exercise (pasif, dibantu, atau aktif) dapat digunakan untuk

    melemaskan otot, memperbaiki sirkulasi, dan mencegah nyeri yang berkaitan dengan

    kekakuan dan imobilitas.

    Aplikasai panas adalah tindakan sederhana yng telah lama diketahui sebagai metode

    yang efektif untuk mengurangi nyeri dan juga kejang otot. Panas dapat salurkan melalui

    konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik, lampu, kompres basah panas), konveksi

    (whirpool, sitz bath, berendam air panas), atau konversi (ultrasonografi, diatermi). Nyeri

    akibat memar, spasme otot, dan arthritis berespon baik terhadap panas. Karena melebarkan

    pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah local, panas jangan digunakan setelah

    cedera traumatic saat masih ada edema dan peradangan. Karena meningkatkan aliran darah,

    panas mungkin meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti

    bradikinin, histamine, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri local. Panas juga

    mungkin merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke

    medulla spinalis dan otak dapat di hambat.

    Berbeda dengan terapi panas, yang efektif untuk nyeri kronik, aplikasi dingin lebih

    efektif untuk nyeri akut (misalnya trama akibat luka bakar, tersayat, terkilir). Aplikasi dingin

    mengurangi aliran darah kesuatu bagian dan mengurangi perdarahan serta edema. Terapi

    dingin menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf

    sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.

    2. Strategi Kognitif-Perilaku

    Strategi kognitif-perilaku bermanfaat dalam mengubah persepsi pasien terhadap

    nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi pasien perasaan yang lebih mampu untuk

    mengendalikan nyeri. Strategi-strategi ini mencakup relaksasi, penciptaan khayalan(imagery), hypnosis, dan biofeedback.

    Pada metode-metode yang menekankan relaksasi otot, fasilitator memimta passion

    untuk memfokuskan diri ke kelompok otot yang berbeda dan secara voluntary

    mengontraksikan dan melemaskan otot-otot tersebut secara berurutan. Cara lain untuk

    menginduksi relaksasi adalah olahraga bernafas dalam, meditasi, dan mendengarkan musik-

    musik yang menenangkan. Teknik-teknik relaksasi akan mengurangi rasa cemas, tegangan

    otot, dan stress emosi sehingga memutuskan siklus-nyeri, saat nyeri dan stress saling

    memperkuat.

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    48/51

    Teknik-teknik pengalihan mengurangi nyeri dengan memfokuskan perhatian pasien

    kepada stimulasi lain dan menjauhi nyeri. Menonton televise, membaca buku,

    mendengarkan music, dan melakukan percakapan adalah contoh-contoh umum pengalihan,

    penciptaan khayalan dengan tuntunan adalah suatu bentuk pengalihan fasilitator yang

    mendorong pasien untuk memvisualisaikan atau memikirkan pemandangan atau sensasi

    yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian metode ini juga bergantung pada

    menjauhi nyeri. Teknik ini sering dikombinasikan dengan relaksasi.

    Hypnosis adalah suatu metode kognitif yang bergantung pada bagaimana

    memfokuskan perhatian pasien menjauhi nyeri; metode ini bergantung pada kemampuan

    ahli terapi untuk menuntun perhatian pasien kfisiologik tere bayangan-bayangan yang paling

    konstruktif. Intervensi pengalihan yang paling efektif apabila digunakan untuk nyeri akut.

    Tetapi dapat juga efektif pada nyeri kronik. Kemempuan intervensi pengalihan untuk

    meredakan nyeri didasarkan pada teori bahwa apabila dua rangsangan yang berpisah, focus

    pada salah satu akan menghilangkan focus pada yang lain. Namun, semakin besar rasa nyeri,

    semakin kompleks rangsangan pengalih yang harus diberikan.

    Umpan-balik hayati adalah suatu teknik yang bergantung pada kemampuan untuk

    memberikan ukuran-ukuran terhadap parameter ukuran-ukuran tertentu terhadap pasien.

    Sehingga pasien dapat belajar mengendalikan parameter tersebut termasuk suhu kulit,

    ketegangan otot, kecepatan denyut jantung, tekanan darah dan gelombang otak. Alat umpan

    balik hayati mengubah parameter-parameter fisiologik menjadi sinyal visual dan dilihat oleh

    pasien. Pasien mula-mula dikenalkan kepada respon yang berkaitan dengan stress seperti

    meningkatnya ketegangan otot, denyut jantung, atau tekanan darah dan kemudian diajar

    bagaimana mengendalikan respon-respon ini melalui citra visual, bernafas dalam, atau

    olahraga relaksasi. Biasanya diperlukan beberapa sesi sebelum pasien belajar

    mengendalikan respon mereka. Walaupun umpan balik hayati sudah dilakukan untuk

    mengatasi berbagai masalah nyeri kronik, namun pemakaian metode ini untuk mengobati

    nyeri kepala. Factor-faktor yang mungkin berperan member efek menguntungkan adalah

    relaksasi otot, berkurang rasa cemas, pengalihan, dan adanya perasaan peningkatan

    kemampuan mengendalikan gejala.

    Penatalaksanaan Operatif :

    Penatalaksanaan dan prognosa dari myeolariculopathy tergantung dari penyebab. Pada tumor ektra

    meduler tindakan operatif (laminectomy) sedini mungkin, dapat mencegah kecacatan. Demikian

  • 7/30/2019 Makalah Myeloradiculopathy Kel.6

    49/51

    pula dengan herniasi diskus thorakalis, tindakan operatif mencegah perburukan dari defisit

    neurologi

    Kesimpulan

    Myel