laporan praktikum bioetanol kel 6

21
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa diharapkan dapat: 1. Membuat hidrolisat kulit pisang (glukosa) melalui hidrolisis dengan asam kuat. 2. Mengolah hidrolisat kulit pisang menjadi alkohol melalui proses fermentasi. II. DASAR TEORI Adanya krisis energi di dunia telah mendorong para peneliti untuk mendapatkan bahan bakar alternatif sebagai penggantai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi. Bahan bakar alternatif yang layak dikembangkan adalah bahan bakar yang bersifat renewable atau terbarukan, ramah lingkungan dan efisien, khususnya yang berasal dari bahan nabati. Salah satu jenis bahan bakar nabati yang layak dikembangkan adalah bioetanol, etanol yang diperoleh melalui proses fermentasi glukosa menggunakan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae. Bioetanol tersebut merupakan biofuel pengganti premium ataupun biokerosin (bahan bakar nabati untuk memasak). Biokerosin merupakan salah satu jenis bahan bakar alternatif yang prospektif pada masa depan. Sebagai bahan bakar alternatif, biokerosin digunakan untuk memasak. Biokerosin dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baku

Upload: reno-hidayat

Post on 08-Feb-2016

179 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

prsktikum bioetanol polsri

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa diharapkan dapat:

1. Membuat hidrolisat kulit pisang (glukosa) melalui hidrolisis dengan asam kuat.

2. Mengolah hidrolisat kulit pisang menjadi alkohol melalui proses fermentasi.

II. DASAR TEORI

Adanya krisis energi di dunia telah mendorong para peneliti untuk mendapatkan

bahan bakar alternatif sebagai penggantai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.

Bahan bakar alternatif yang layak dikembangkan adalah bahan bakar yang bersifat

renewable atau terbarukan, ramah lingkungan dan efisien, khususnya yang berasal dari

bahan nabati. Salah satu jenis bahan bakar nabati yang layak dikembangkan adalah

bioetanol, etanol yang diperoleh melalui proses fermentasi glukosa menggunakan

enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae. Bioetanol

tersebut merupakan biofuel pengganti premium ataupun biokerosin (bahan bakar nabati

untuk memasak).

Biokerosin merupakan salah satu jenis bahan bakar alternatif yang prospektif

pada masa depan. Sebagai bahan bakar alternatif, biokerosin digunakan untuk

memasak. Biokerosin dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baku berupa

glukosa, pati, atau selulosa. Bahan baku berupa glukosa atau gula sederhana misalnya

adalah gula tebu dan buah – buahan yang telah masak. Sumber pati yang dapat diolah

menjadi biokerosin contohnya adalah singkong, jagung, ubi jalar. Adapun sumber

selulosa untuk bahan baku biokerosin dapat berupa merang padi, klobot jagung,

singkong, ilalang, kulit pisang, kulit nanas, serat kayu dan sebagainya. Dibandingkan

dengan glukosa, bahan baku berupa pati atau selulosa lebih awet dan tidak mudah rusak

oleh pengaruh lingkungan.

Jika digunakan bahan baku berupa pati atau selulosa, maka sebelum dilakukan

tahap fermentasi senyawa kompleks tersebut harus terlebih dahulu diuraikan sehingga

terbentuk gula sederhana. Pemecahan senyawa kompleks menjadi glukosa dapat

dilakukan dengan cara hidrolisis dengan katalis asam mineral encer. Apabila bahan

Page 2: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

baku berupa pati, maka penguraian karbohidrat kompleks dapat dilakukan secara

enzimatis menggunakan cendawan aspergillus s.p. cendawan itu menghasilkan enzim

alfaamilase dan glukoamilase yang berperan mengurai pati menjadi gula sederhana.

Setelah menjadi gula, dilakukan fermentasi menjadi etanol dengan bantuan ragi roti

(sacharomyces cereviceae).

Proses utama dalam pembuatan biokerosin adalah fermentasi glukosa. Fermentasi

merujuk pada proses yang meliputi pemecahan molekul organik besar menjadi molekul

yang lebih sederhana sebagai hasil kinerja dari suatu mikroorganisme. Reaksi yang

terjadi pada proses fermentasi biokerosin adalah :

C6H12O6 + khamir 2C2H5OH + 2CO2 + panas

Pada tahun 1930-an, G. Embden dan O. Meyerhof mempelajari mekanisme

fermentasi glukosa menjadi alkohol. Diketahui bahwa prosess fermentasi tersebut

merupakan suatu sekuen yang terdiri atas 12 tahapan reaksi. Sejumlah enzim

diperlukan untuk menjalankan serangkaian reksi tersebut. Enzim terpenting dalam

proses fermentasi adalah zymase, yang diperoleh dari sel khamir saccharomyces

cereviceae.

Sejauh ini, bahan baku unggulan untuk produksi biokerosin di Indonesia adalah

gula tebu, jagung dan singkong. Akan tetapi bahan-bahan tersebut merupakan

komoditas pertanian yang ekonomis dan tergolong dalam komoditas pangan, maka

perlu di upayakan penggunaan bahan baku nonpangan untuk mendukung terwujudnya

industri biofuel dalam negeri. Bahan baku dari sumber nabati yang banyak

mengandung selulosa merupakan alternatif yang layak untuk dikembangkan. Salah satu

jenis selulosa yang dapat digunakan untuk substrat pada pembuatan biokerosin adalah

limbah singkong, selain murah juga tersedia melimpah di Indonesia. Selain itu kulit

pisang juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. (Tim Dosen

Praktikum Teknologi Bioproses, 2013)

1. Bahan Baku

Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat dalam berbagai jenis

tumbuh-tumbuhan yang disimpan dalam akar, batang buah, kulit, dan biji sebagai

cadangan makanan. Pati adalah polimer D-glukosa dan ditemukan sebagai karbohidrat

simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya ketela pohon, pisang, jagung,dan lain-

lain (Poedjiadi A, 1994).

Page 3: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

Kulit pisang digunakan karena mengandung karbohidrat. Karbohidrat tersebut

diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian di fermentasi dengan

menggunakan Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol. Bioetanol (C2H5OH) adalah

cairan dari fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan

mikroorganisme (Anonim, 2007). Bioetanol diartikan juga sebagai bahan kimia yang

diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar,

jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki

sifat menyerupai minyak premium (Khairani, 2007).

Komposisi kulit pisang ditunjukan pada tabel 1.

Tabel 1 Kandungan Kulit Pisang

Unsur Komposisi

Air 69,80 %

Karbohidrat 18,50%

Lemak 2,11%

Protein 0,32%

Kalsium 715mg/100gr

Pospor 117mg/100gr

Besi 0,6mg/100gr

Vitamin B 0,12mg/100gr

Vitamin C 17,5mg/100gr

(Anynomous, 1978)

Berdasarkan tabel 1, komposisi terbanyak kedua pada kulit pisang adalah

karbohidrat. Mengingat akan hal tersebut dan prospek yang baik di masa yang akan

datang, maka dari itu mencoba mencari peluang untuk memanfaatkan kulit pisang

sebagai bahan baku dalam pembuatan bioethanol (Prescott and Dunn, 1959).

2. Mikroorganisme pada Fermentasi

Alkohol dapat diproduksi dari beberapa bahan secara fermentasi dengan bantuan

mikroorganisme, sebagai penghasil enzim zimosa yang mengkatalis reaksi biokimia

pada perubahan substrat organic. Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk

fermentasi terdiri dari yeast (ragi), khamir, jamur, dan bakteri. Mikroorganisme tersebut

tidak mempunyai klorofil, tidak mampu memproduksi makanannya dengan cara

fermentasi, dan menggunakan substrat organic untuk sebagai makanan.

Page 4: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

Saccharomyces cereviseae lebih banyak digunakan untuk memproduksi alkohol

secara komersial dibandingkan dengan bakteri dan jamur. Hal ini disebabkan karena

Saccharomyces cereviseae dapat memproduksi alkohol dalam jumlah besar dan

mempunyai toleransi pada kadar alkohol yang tinggi. Kadar alkohol yang dihasilkan

sebesar 8-20% pada kondisi optimum. Saccharomyces cereviseae yang bersifat stabil,

tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah di dapat dan malah mudah dalam

pemeliharaan. Bakteri tidak banyak digunakan untuk memproduksi alkohol secara

komersial, karena kebanyakan bakteri tidak dapat tahan pada kadar alkohol yang tinggi

(Sudarmadji K., 1989).

3. Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan

satu zat baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan menggunakan air.

Proses ini melibatkan pengionan molekul air ataupun peruraian senyawa yang lain

(Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002). Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung

sangat lambat, maka untuk memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan

katalisator. Penambahan katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air,

sehingga reaksi hidrolisis tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering

digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida.

Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan reaksi

yang terbentuk sebagai berikut.

(C6H10O5)n+ nH2O n(C6H12O6)

(Agra dkk, 1973)

4. Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau anaerob

sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium klorida

bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah

pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu fermentasi yang busuk

biasanya adalah fermentasi yang mengalami kontaminasi, sedangkan fermentasi yang

normal adalah perubahan karbohidrat menjadi alkohol.

Mikroba yang digunakan untuk fermentasi dapat berasal dari makanan tersebut

dan dibuat pemupukan terhadapnya. Tetapi cara tersebut biasanya berlangsung agak

lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan mikroba yang tidak dikehendaki

lebih cepat. Maka untuk mempercepat perkembangbiakan biasanya ditambahkan

Page 5: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

mikroba dari luar dalam bentuk kultur murni ataupun starter (bahan yang telah

mengalami fermentasi serupa).

Manusia memanfaatkan saccharomyces cereviseae untuk melangsungkan

fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung alcohol.

Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alcohol dan

gas CO2 secara cepat dan efisien (Sudarmadji K., 1989).

Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae merupakan rangkaian reaksi

yang terarah yang berlangsung pada sel. Pada proses ini terjadi serangkaian reaksi yang

bersifat merombak suatu bahan tertentu dan menghasilkan energi serta serangkaian

reaksi lain yang bersifat mensintesis senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan

energi. Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan

fermentasi terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi karena mikroba tersebut

memiliki enzim yang disekresikan mampu memutuskan ikatan glikosida sehingga dapat

difermentasi menjadi alcohol atau asam.

Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula

menjadi bioethanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh

massa sel mikroba.

Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah perubahan glukosa

menjadi bioethanol oleh sel-sel saccharomyces cereviseae.

C6H12O6 + saccharomyces cereviseae C2H5OH + 2CO2

Glukosa enzim zimosa etanol karbondioksida

(Sudarmadji K., 1989)

Fermentasi bioethanol dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :

a. Media

Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama

glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi bioethanol

(Prescott and Dunn, 1959)

b. Suhu

Suhu optimum bagi pertumbuhan saccharomyces cereviseae dan aktivitasinya

adalah 25-35oC. Suhu memegang peranan penting karena secara langsung dapat

mempengaruhi aktivitas saccharomyces cereviseae dan secara tidak langsung akan

mempengaruhi kadar bioethanol yang dihasilkan (Prescott and Dunn, 1959). Pada

penelitian ini pertumbuhan saccharomyces cereviseae dijaga pada suhu 27oC

(Rhonny.A dan Danang J.W, 2003).

Page 6: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

c. Nutrisi

Selain sumber karbon, saccharomyces cereviseae juga memerlukan sumber

nitrogen, vitamin dan mineral dalam pertumbuhannya. Pada umumnya sebagian besar

saccharomyces cereviseae memerlukan vitamin seperti biotin dan thiamin yang

diperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa mineral juga harus ada untuk

pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat, kalium, sulfur, dan sejumlah

kecil senyawa besi dan tembaga (Prescott and Dunn,1959).

d. pH

pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang

menentukan kehidupan saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat saccharomyces

cereviseae adalah bahwa pertumbuhan dapat berlangsung dengan baik pada kondisi pH

4 – 6 (Prescott and Dunn, 1959).

e. Volume starter

Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media fermentasi. Jumlah

volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk fermentasi serta dapat

menghasilkan kadar alkohol yang relative tinggi (Monick, J. A., 1968).

Penambahan volume starter yang sesuai pada proses fermentasi adalah 5% dari

volume fermentasi (Prescott and Dunn, 1959).Volume starter yang terlalu sedikit akan

mengakibatkan produktivitas menurun karena menjadi lelah dan keadaan ini

memperbesar terjadinya kontaminasi. Peningkatan volume starter akan mempercepat

terjadinya fermentasi terutama bila digunakan substrat berkadar tinggi. Tetapi jika

volume starter berlebihan akan mengakibatkan hilangnya kemampuan bakteri untuk

hidup sehingga tingkat kematian bakteri sangat tinggi.

f. Waktu fermentasi

Waktu fermentasi yang normal yaitu 3-14 hari, jika waktunya terlalu cepat,

bakteri Saccharomyces cerevisiae masih dalam masa pertumbuhan, dan jika terlalu

lama maka bakteri akan mati dan etanol yang dihasilkan tidak maksimal.

g. Konsentrasi gula

Konsentrasi gula yang cocok adalah 10-18 %, jika konsentrasi gulanya rendah

menyebabkan fermentasi tidak optimal sedangkan apabila konsentrasi gulanya terlalu

tinggi akan menyebabkan terhambatnya perkembangan saccharomyces cereviseae.

5. Alkohol

Alkohol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung pati dengan

menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba. Bioethanol merupakan senyawa organik

Page 7: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

yang mengandung gugus hidroksida dan mempunyai rumus umum CnHn+1OH. Istilah

bioethanol dalam industri digunakan untuk senyawa etanol atau etil bioethanol dengan

rumus kimia C2H5OH. Etanol termasuk bioethanol primer yaitu bioethanol yang

gugus hidroksinya terikat pada atom karbon primer. Sifat-sifat bioethanol yang mudah

menguap, mudah terbakar, berbau spesifik, cairannya tidak berwarna, dan mudah

larut dalam air, eter, khloroform, dan aseton (Rhonny. A dan Danang J.W., 2003).

III. ALAT DAN BAHAN

1) Alat

a. Blender

b. Set distilasi

c. Botol kaca, selang kecil, gelas plastik

d. Termometer

e. Hot plate

f. Magnetic stirrer

g. Beaker glass 50 mL

h. Beaker glass 200 mL

i. Pengaduk kaca

j. Indikator universal

k. Pipet ukur

l. Ball filler

2) Bahan

a. Kulit pisang kering 120 g

b. HCl 0,5 N 8,3 ml

c. Gula 20 g

d. Urea 0,24 g

e. Ragi roti (saccharomyces cereviceae) 10 g

f. NaOH 24 butir

Page 8: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

IV. CARA KERJA

Gambar IV.1 Skema Kerja Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang

Cairan dimasukkan botol yang sudah disterilisasi dan tunggu sampai fermentasi berakhir.

Cek pH. Jika pH <4 tambahkan NaOH :

Disaring dan diambil filtratnya

diblender dengan campuran kulit pisang 120 gram dan air 480 ml dengan campuran kulit pisang 120 gram dan air 480 ml

dicuci, dipotong-potong, dijemur ± 3 hari

Kulit pisang

Kulit pisang kering

Bubur kulit pisang

Filtrat dihidrolisis dengan HCl 8,3 ml dipanaskan pada suhu 120ºC selama 35 menit

200 ml filtrat

Filtrat ditambah gula 10% dan urea 0,12% dari volume hidrolisat

Filtrat berwarna coklat pekat

Filtrat berwarna coklat pekat + gula + urea

Tambahkan ragi roti yang diaktifkan air hangat 5%

Campuran filtrat + 24 butir NaOH

Campuran menjadi keruh dan berwarna coklat

Campuran menjadi keruh dan berwarna coklat

Campuran hasil penyaringan

Bioetanol

Fermentasi berakhir dan campuran disaring

distilasi pada suhu 78-85oC selama 75 menit

Page 9: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

Gambar IV.2 Alat Refluks

Gambar IV.3 Proses Penyaringan Gambar IV.4 Proses Fermentasi

Gambar IV.5 Alat Distilasi

Page 10: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

V. DATA PENGAMATAN

Tabel V.1 Pengamatan Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang

No.

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN

1 Kulit pisang dicuciKulit pisang dipotong-potongKulit pisang dijemur ± 3 hari

Kulit pisang bersihKulit pisang terpotong-potong kecilKulit pisang kering

2 Kulit pisang kering diblender dengan campuran kulit pisang 120 gram dan air 480 ml

Bubur kulit pisang berwarna coklat

3 Disaring dan diambil filtratnya Filtrat yang dipakai 200 ml4 Filtrat dihidrolisis dengan HCl 8,3 ml dipanaskan pada

suhu 120ºC selama 35 menitFiltrat berwarna coklat pekat

5 Filtrat ditambah gula 10% dan urea 0,12% dari volume hidrolisat

Filtrat berwarna coklat pekat

6 Cek Ph. Jika Ph <4 tambahkan NaOH Ph awal = 0 , ditambah 24 butir NaOH menjadi Ph = 4 (penambahan tiap 2 butir NaOH dilakukan uji Ph)

7 Tambahkan ragi roti yang diaktifkan air hangat 5% Campuran menjadi keruh dan berwarna coklat

8 Cairan dimasukkan botol yang sudah disterilisasi dan tunggu sampai fermentasi berakhir.

Terlihat gelembung udara pada botol yang berisi air sebagai tanda terjadinya proses fermentasi

9 Proses Fermentasi:Hari I

Hari IV

Terlihat gelembung-gelembung udara sebagai tanda terjadinya proses fermentasi

Tidak ada gelembung-gelembung udara sebagai tanda bahwa proses fermentasi telah berhenti

10 Penyaringan dengan corong buchner Filtrat berwarna kuning ke oranyean11 Distilasi antara suhu 78 ºC – 85 ºC Tetes I pada suhu 80ºC pukul 10.00

WIBTetes terakhir pada suhu 85ºC pukul 10.50 WIB sebanyak 2,46 ml.

12. Rendemen yang dihasilkan 1,23 %13. Pengujian:

Uji Nyala

Uji Densitas

Dapat menyala dan menghasilkan warna api biruTidak dilakukan karena bioetanol yang dihasilkan terlalu sedikit

Page 11: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

Gambar V.2 uji nyala

VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam pratikum kali ini kami mengangkat sebuah judul yaitu mengenai

“Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang”, kulit pisang ini mengandung serat kasar

dengan karbohidrat yang tinggi yaitu, senyawa selulosa. Bioetanol ini dibuat melalui

proses anaerob dengan bantuan mikroba yaitu Saccharomyses cerevisiae dengan

teknik fermentasi.

Proses pembuatan etanol ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu yang

pertama tahap pengambilan pati dari kulit pisang tersebut, dimana kulit pisang ini

dipotong kecil-kecil dan diblender, kemudian disaring dan diambil filtratnya. Dari

kulit pisang sebanyak 120 gr yang kemudian ditambahkan air sebanyak 480 ml untuk

diblender, lalu diambil filtratnya sebanyak 200 ml.

Selanjutnya tahap kedua yaitu hidrolisis pati dari kulit pisang. Hidrolisis

merupakan suatu reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan zat

baru :

(C6H10O5)n + nH2O  HCl  n(C6H12O6)

    Pati             air               glukosa

dimana pati kulit pisang tadi ditambahkan HCl 0,5 N sebagai katalisator karena reaksi

air dengan pati berlangsung sangat lambat. Kemudian campuran tadi direfluks sampai

suhu 120oC selama 35 menit, setelah itu didinginkan sampai suhu ruangan. Untuk

mendapatkan HCl 0,5 N dapat dicari dengan :

M = nv

37 % artinya 37 g HCl

100 g campuran

=

37 g36,5 g/ gmol

100 g1,19 g /ml

= 37 g

36,5 g /gmol x

1,19 g /ml100 g

= 0,012063 mol/ml

= 12,06 mol/l

M1.V1 = M2.V2

12,06. V1 = 0,5. 200

Page 12: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

V1 = 8,3 ml

Lalu, sebelum dilakukan proses fermentasi terlebih dahulu di cek pH dari

filtrat tersebut dengan menggunakan indikator pH universal. Setelah dilakukan

pengecekan ternyata pH nya 0, dan untuk melakukan proses fermentasi pH

seharusnya tidak boleh <4. Karena mikroorganisme yang akan ditambahkan untuk

fermentasi cenderung rentan terhadap media yang pH nya terlalu asam. Oleh karena

itu, dilakukan penambahan NaOH sebanyak 24 butir hingga pH filtrat mencapai 4

(penambahan NaOH dilakukan per 2 butir yang diikuti dengan pengecekan dengan

menggunakan indikator pH universal).

Tahap selanjutnya dari percobaan ini adalah tahap fermentasi, fermentasi

adalah suatu proses oksidasi karbohidrat yang bersifat anaerob. Dimana fermentasi ini

mengubah glukosa menjadi bioetanol oleh sel-sel Saccharomyces cereviseae dengan

reaksi :

C6H12O6     saccharomyces cereviseae

            C2H5OH + 2CO2

Glukosa     enzim zimosa           etanol

dimana langkahnya filtrat hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam botol yang

sebelumnya telah disterilisasi dan ditambahkan 0,24 gram urea dan 20 gram gula

sebagai nutrisi bagi mikroorganisme yang akan digunakan untuk fermentasi nantinya.

Selanjutnya filtrat ditambahkan ragi yang telah diaktifkan menggunakan air

hangat. Setelah ditambahkan ragi kedalam botol, selanjutnya botol ditutup rapat

hingga tidak ada udara yang masuk. Botol tersebut diberikan selang yang diletakkan

pada wadah lain yang berisi air sebagai indikator berjalannya proses fermentasi. Lalu,

botol tersebut disimpan dan diamati jalannya proses fermentasi tersebut dari wadah

yang berisi air yang ditandai dengan keluarnya gelembung – gelembung CO2 sebagai

tanda proses fermentasi berlangsung. Pada hari keempat proses fermentasi tersebut

berlangsung, proses fermentasi berakhir yang ditandai dengan tidak keluarnya lagi

gelembung – gelembung CO2.

Tahap selanjutnya adalah distilasi yang bertujuan untuk mengurangi kadar air

dari bietanol tersebut. Distilasi dilakukan pada suhu 78°- 85° C selama 75 menit.

Page 13: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

Setelah dilakukan proses distilasi selama 75 menit, didapatkan hasil bietanol sebanyak

2,46 ml.

Uji Nyala

Dari pengujian yang dilakukan bioetanol tersebut dapat menyala

dengan baik, namun masih mengandung kadar air yang cukup tinggi.

Uji Densitas

Uji densitas tidak dapat dilakukan karena hasil produk yang didapatkan

sangat sedikit.

Perhitungan rendemen bioetanol :

Rendemen ¿volume bioetanol yang dihasilkan

volumebahan mula−mula×100 %

= 2,46 ml200 ml

× 100 %

= 1,23 %

Rendemen yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur yang ada, karena pada saat

praktikum proses distilasi yang dilakukan kurang optimal. Waktu 75 menit yang

dilakukan untuk distilasi kurang karena seharusnya bioetanol yang dihasilkan lebih

banyak.

Page 14: Laporan Praktikum Bioetanol Kel 6

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII.1 SIMPULAN

1. Hidrolisis merupakan suatu reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O)

dengan suatu zat lain yang menghasilkan zat baru, pada percobaan ini pati di

ubah menjadi glukosa dengan bantuan katalis asam yakni HCl.

2. Pembuatan Bioetanol dari kulit pisang ini dibuat melalui proses anaerob

dengan bantuan mikroba yang terdapat dalam ragi yaitu saccharomyses

cerevisiae dengan teknik fermentasi.

VII.2 SARAN

1. Sebaiknya proses penyaringan setelah selesainya fermentasi dilakukan secara

cepat agar bioetanol tidak menguap.

2. Proses distilasi dilakukan dengan waktu yang lebih lama lagi agar bioetanol

yang dihasilkan lebih maksimal.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Praktikum Teknologi Bioproses. 2013. Petunjuk Praktikum Teknologi

Bioproses. Semarang: Laboratorium Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang.

Arbianto, Purwo. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Depdikbud.

Lechninger. 1986. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Poedjadji, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI.

Pudjatmaka, A.H dan Qodratillah,M.T. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rhonny dan Danang. 2003. Laporan Penelitian Pembuatan Bioethanol dari Kulit

Pisang. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional.