makalah teologi kel viii revisi

26
MAKALAH MODEL-MODEL INTEGRASI AGAMA DAN SAINS Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teologi Islam Dosen Pengampu : Achmad Nasihuddin M.A Disusun oleh : 1. Amalia Intifaada (09610090) 2. Hikmah Maghfirotun N (09610092) 3. Lusiana Wati (09610101) 4. Fitriana Handayani (09610104) . 5. Anis Fathona H (09610112 ) 6. Anis Safida (09610121) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

Upload: anis-fathona-himda

Post on 29-Dec-2014

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MODEL-MODEL INTEGRASI AGAMA DAN SAINS

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

MAKALAH

MODEL-MODEL INTEGRASI AGAMA DAN SAINS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teologi Islam

Dosen Pengampu : Achmad Nasihuddin M.A

Disusun oleh :

1. Amalia Intifaada (09610090)

2. Hikmah Maghfirotun N (09610092)

3. Lusiana Wati (09610101)

4. Fitriana Handayani (09610104)

. 5. Anis Fathona H (09610112 )

6. Anis Safida (09610121)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2010

Page 2: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, dengan rasa syukur kehadirat ilahi robbi yang masih memberikan

kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Model-model Integrasi Agama dan

Sains ” ini dengan baik. Shalawat maas salam semoga tetap terhaturkan kepada junjungan

kita nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan petunjuk dari kegelapan sehinga kita

bisa merasakan cahaya kebenaran, yakni agama Islam.

Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Nasichuddin, yang telah

memberikan bimbingan pembuatan makalah ini sehingga terselesaikan dengan tepat. Dan tak

lupa ucapan terima kasih kepada teman-teman serta berbagai pihak yang telah membantu

tersusunnya makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penyusun makalah ini menyadari bahwa masih banyak kekukarangan dan kesalahan

dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penyusun harapkan untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seluruh umat islam di Indonesia agar mampu

mengintegrasikan agama dan sains khususnya untuk seluruh civitas akedemika Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Amin.

Malang, 6 Juni 2010

Page 3: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia internasional, pada jurnal Zygon yang khusus membahas sains

dan agama menyebutkan pada tahun 1990 menjadi fenomena baru pembahasan antara

sains dan agama. Muncul banyak buku yang terbit pada masa itu yang membahas

keterkaitan antara sains dan agama, dan ini menjadi sebagai wacana intelektual yang

dimuliakan.

Sains dan agama sebenarnya sangatlah berkaitan. Keduanya jika dipadukan

dapat saling menunjang satu sama lain. Sains yang merupakan hasil pemikiran

manusia yang telah terealisasikan sebenarnya merupakan ilmu yang telah ada, dan

telah dijelaskan dalam salah satu unsur dari agama itu sendiri. Namun yang masih

menjadi pertanyaan, apakah ilmu itu lahir benar-benar tanpa agama yang dijadikan

sebagai sumbernya? Ataukah ilmu itu lahir setelah penemu ilmu itu mempelajari

sumber dari agama yang ada? Jika dilihat secara umum, ilmu itu memang bersumber

dari agama yang ada, dan dikembangkan oleh si pengamat isi kitab suci yang

merupakan dasar agama menjadi ilmu yang dikenal saat ini.

Dalam Al-Qur’an pun telah terpaparkan bagaimana suatu ilmu itu bekerja. Ini

yang menjadi perdebatan antara kaum muslim dengan kaum barat yang notabene

dikenal sebagai penemu ilmu itu sendiri. Apakah mereka yang mengaku-akukan ilmu

yang telah ada ataukah mereka memang telah menemukan ilmu itu dan secara

kebetulan ilmu yang mereka temukan itu sama dengan yang ada di dalam kitab suci

(Al-Qur’an).

Ilmu yang dikenal saat ini telah berkembang dengan begitu pesatnya, bahkan

ilmu yang seharusnya dipersembahkan untuk kemaslahatan ummat malah dapat

menghancurkan manusia yang tidak mengetahui apapun tentang ilmu itu. Hal ini telah

merugikan banyak pihak.

Pengintegrasian agama dan sains dapatlah dijadikan sebagai pelurus hal ini.

Perpaduan keduanya akan menjadi sebuah cahaya hebat yang akan membawa

manusia kepada kehidupan yang lebih baik lagi.

Page 4: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian integrasi agama dan sains?

2. Bagaimana awal pertemuan agama dan sains, pandangan serta hubungan

antara keduanya?

3. Bagaimanakah integrasi agama islam dengan sains?

4. Bagaimana model-model integrasi agama dan sains?

1.3 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian integrasi agama dan sains.

2. Mengetahui awal pertemuan antara agama dan sains, dan pandangan serta

hubungan antara keduanya.

3. Mengetahui pengintegrasian agama islam dan sains.

4. Mengetahui model-model integrasi agama dan sains.

Page 5: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Integrasi Agama dan Sains

Integrasi dapat diartikan sebagai perpaduan, penyelarasan antara dua hal yang dapat

dipadukan. Beberapa orang mengupayakan suatu integrasi yang lebih sistematik antara sains

dan agama.

Jajak pendapat di Amerika menyatakan bahwa 45% penduduknya mengakui

keberadaan Tuhan sebagai pencipta manusia dalam bentuk yang sempurna. Dan sebanyak

40% dari mereka percaya bahwa “manusia berkembang dalam kurun waktu jutaan tahun dari

bentuk yang sederhana dan Tuhanlah yanng mengarahkan proses tersebut”. Sebanyak 10%

percaya bahwa Tuhan sama sekali tidak berperan dalam proses tersebut. Di kalangan negara-

negara industri maju, kalangan yang menafsirkan Alkitab secara harfian dan menolak teori

evolusi jumlahnya jauh lebih sedikit, hanya sekitar 7% di Inggris.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kebanyakan manusia, dari kalangan ilmuan

tentu ikut dalam hal ini, mengakui adanya hubungan antara sains dan agama. Denagn

berbagai temuan yang mereka lakukan, kebanyakan dari mereka menjadikan temuan yang

mereka temukan tersebut merupakan bukti kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan.

2.2 Awal Perjumpaan dan Beberapa Pandangan Agama dan Sains

Awal perjumpaan antara Agama dan Sains adalah sebagai sahabat yang begitu

mendukung, ini terjadi pada abad 18. Sekitar pada abad yang ke-19 mulai timbul masalah

pada pemikiran masing-masing pemikir yang begitu signifikan perbedaannya antara Agama

dan Sains. Sehingga beberapa dan Sains yang akhirnya berabad-abad mereka terpisah.

Salah satu pandangan terhadap hubungan antara Agama dan Sains, yaitu integrasi.

Pada kasus ini para Theolog Natural berharp dapat menemukan sebuah bukti akan kebenaran

keberadaan Tuhan. Ada pula yang mengawali harapan ini dari tradisi keagamaan tertentu dan

berusaha menunjukkan adanya keserasian dari keyakinannya terhadap ilmu pengetahuan

modern.

Beberapa versi pembahasan hubungan antara Agama dan Sains dalam segi pandang

intregasinya, sebagai berikut:

Page 6: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

1. Theology of Nature. Sumber utama terletak di luar Sains, yaitu teori ilmiah

yang bisa berdampak kuat atas perumusan ulang doktrin-doktrin tertentu

(penciptaan dan sifat dasar manusia).

2. Natural Theology. Eksistensi Tuhan terwujud atas bukti deasain alam semesta.

3. Sintesis Sistematis. Sains ataupun Agama memberikan konstruksi pada

pengembangan metafisika inklusif (filsafat proses).

1) Theology of Nature

Dalam segi pandang ini, tidak berangkat dari sains. Ini berangkat dari segi

keagamaan berdasarkan pengalaman keagamaan dan wahyu historis. Namun, ia berpendapat

bahwa beberapa doktrin tradisional harus dirumuskan ulang dalam sinaran sains terkini.

Di sini sains dan agama dipandang sebagai sumber ide-ide yang relatif independen,

tetapi bertumpang tindih dalam minatnya. Secara khusus, doktrin tentang penciptaan dan sifat

dasar manusia dipengaruhi oleh temuan-temuan sains. Jika kepercayaan keagamaan hendak

diselaraskan dengan pengetahuan ilmiah, dan mesti melakukan penyesuaian dan modifikasi

yang lebih besar daripada yang dilakukan oleh pendukung tesis Dialog.

Dikatakan bahwa teolog harus mengambil bentangan luas sains yang telah diterima

secara luas. Doktrin teologi harus konsisten dengan bukti ilmiah bahkan jika ia tidak

dipengaruhi langsung oleh teori sains terkini.

2) Natural Theology

Nurut Thomas Aquinas beberapa sifat Tuhan dapat diketahui hanya dari wahyu kitab

suci, tapi eksistensi Tuhan itu sendiri dapat diketahui hanya dengan nalar. Argumen

Kosmologis menegaskan bahwa setiap peristiwa harus mempunyai sebab sehingga untuk

menghindari siklus yang tak berujung pangkal maka kita harus mengakui sebab Pertama

(Sang Pencipta).

Sains moderen sering menyatakan ketakjubannya terhadap koordinasi-koordinasi

yang ada pada alam semesta sebagai wujud eksistensi Tuhan. Menurut Newton mata tidak

dapat dirancang tanpa kecakapan yang tinggi pada bidang optik. Dan Robert Byle

mengagumi bukti-bukti melimpah tentang alam semesta ini.

Page 7: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Menurut David Hume ada beberapa prinsip yang bertanggung jawab atas pola-pola di

alam semesta ini. Setidak-tidaknya mengarah pada eksistensi Tuhan yang terbatas atau

eksistensi tuhan-tuhan yang tidak mengarah kepada eksistensi Pencipta Yang Maha Kuasa

sebagai mana diyakini agama monoteis. Dia juga mengklaim bahwa adanya kejahatan dan

penderitaan di dunia telah melemahkan argumen desain tradisional.

Diantara filosof kontemporer, Richard Swinburn adalah pembela gigih Natural

Theologi. Dia berangkat dari mendiskusikan teori konfirmasi dala filsafat sains. Swinburn

mengatakan bahwa eksistensi Tuhan mempunyai kemasukakalan awal (Initial Plausibility)

karena kesederhanaannya dan memberikan penjelasan secara terpadu tentang dunia dalam

kerangka tujuan pelaku. Dia juga menganggap bukti-bukti tentang keteraturan dunia

memperbesar kemungkinan bagi hipotesis teistik.

Versi yang tersohor dari argumen desain adalah Prinsip Antropik dalam kosmologi.

Menurut astrofisikawan, kehidupan di alam semesta akan menjadi mustahil jika beberapa

tetapan fisika dan kondisi-kondisi lain pada alam semsta ini sedikit berbeda dengan nilai yang

diketahui. Alam semesta tampaknya fine tuned dengan cermat sehingga memungkinkan

munculnya kehidupan.

3) Sintesis Sistematis

Dalam bahasan ini, jika sains dan agama dapat memberikan kontribusi kearah

pandangan-dunia yang lebih koheren yang lebih dielaborasi dalam kerangka metafisika1 yang

komprehensif maka integrasi sains dapat dilakukan lebih sistematis lagi.

Pada abad ke-13, Thomas Aquinas menuliskan metafisika yang impresif yang terus

berpengaruh dealam pemikiran Katolik. Tulisan-tulisannya yang begitu banyak seara

sistematis mengintegfrasikan gagasan penulis-penulis Kristen awal dengan filsafat dan sains

kontemporer, sebagian besar diturunkan dari karya Aristoteles yang telah ditemukan kembali

di Barat melalui terjemahan-terjemahan bahasa Arab2.

2.3 Hubungan Agama dan Sains

1 Pencarian seperangkat konsep umum yang dapat menafsirkan berbagai aspek realitas secara terpadu. (dok.)

2 Entah ini masih bisa dibenarkan ataupun tidak, Islam yang mencontoh atau um at Kristen yang mengada-ada. (dok. Penulis)

Page 8: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Ian G. Barbour (2002:47) mencoba memetakan hubungan sains dan agama dengan

membuka kemungkinan interaksi di antara keduanya. Melalui tipologi posisi perbincangan

tentang hubungan sains dan agama, dia berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang

dapat diambil berkenaan dengan hubungan sains dan agama. Tipologi ini berlaku pada

disiplin-disiplin ilmiah tertentu, salah satunya adalah biologi. Tipologi ini terdiri dari empat

macam pandangan, yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan Integrasi yang tiap-tiap

variannya berbeda satu sama lain.

1. Konflik

Pandangan konflik ini mengemuka pada abad ke–19, dengan tokoh-tokohnya seperti:

Richard Dawkins, Francis Crick, Steven Pinker, serta Stephen Hawking. Pandangan ini

menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim yang saling bertentangan. Bahwa sains dan

agama memberikan pernyataan yang berlawanan sehingga orang harus memilih salah satu di

antara keduanya. Masing-masing menghimpun penganut dengan mengambil posisi-posisi

yang bersebrangan. Sains menegasikan eksistensi agama, begitu juga sebaliknya. Keduanya

hanya mengakui keabsahan eksistensi masing-masing

2.Independensi

Tidak semua saintis memilih sikap konflik dalam menghadapi sains dan agama. Ada

sebagian yang menganut independensi, dengan memisahkan sains dan agama dalam dua

wilayah yang berbeda. Masing-masing mengakui keabsahan eksisitensi atas yang lain antara

sains dan agama. Baik agama maupun sains dianggap mempunyai kebenaran sendiri-sendiri

yang terpisah satu sama lain, sehingga bisa hidup berdampingan dengan damai (Armahedi

Mahzar, 2004:212). Pemisahan wilayah ini dapat berdasarkan masalah yang dikaji, domain

yang dirujuk, dan metode yang digunakan. Mereka berpandangan bahwa sains berhubungan

dengan fakta, dan agama mencakup nilai-nilai. Dua domain yang terpisah ini kemudian

ditinjau dengan perbedaan bahasa dan fungsi masing-masing.

3.Dialog

Pandangan ini menawarkan hubungan antara sains dan agama dengan interaksi yang

lebih konstruktif daripada pandangan konflik dan independensi. Diakui bahwa antara sains

dan agama terdapat kesamaan yang bisa didialogkan, bahkan bisa saling mendukung satu

sama lain. Dialog yang dilakukan dalam membandingkan sains dan agama adalah

menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep. Salah satu bentuk dialognya

Page 9: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

adalah dengan membandingkan metode sains dan agama yang dapat menunjukkan kesamaan

danperbedaan.

4.Integrasi

Pandangan ini melahirkan hubungan yang lebih bersahabat daripada pendekatan

dialog dengan mencari titik temu diantara sains dan agama. Sains dan doktrin-doktrin

keagamaan, sama-sama dianggap valid dan menjadi sumber koheren dalam pandangan dunia.

Bahkan pemahaman tentang dunia yang diperoleh melalui sains diharapkan dapat

memperkaya pemahaman keagamaan bagi manusia yang beriman.

2.4 Integrasi Agama Islam dan Sains

Berdasarkan paparan yang ada, kemunculan sains moderen dan beberapa

perkembangan dalam berbagai disiplinnya menunjukkan bahwa sains moderen sama sekali

tidak mirip dengan apa yang dikenal sebagai sains sebelum Revolusi Sains abad ke-17. Dan

juga menampakkan peran yang dimainkan oleh beberapa produsen utama sains ini, yang tak

seorang pun muslim.

Pada simposium “Membaca Alam Menemukan Tuhan” yang diadakan di Jakarta pada

tanggal 6 Januari 2003, seorang ilmuan Perancis, Bruno ‘Abdul Haqq’ Guiderdoni

menyebutkan ada persamaan secara epistimologi3 antara agama dan sains, yaitu proses

pencarian kebenaran yang terbuka. Tak ada yang absolut4 di antara keduanya. Malah

memiliki integritas tinggi yang harus ditemukan penghubung antara keduanya. Yang

akhirnya akan mencapai kebenaran haqiqi, dan kebenaran ini akan segera terkuak jika

keduanya dapat disatuka dan bisa bekerja sama.

''Meskipun berbeda, sains dan agama tidak bisa dipertentangkan. Justru keduanya bisa

bersatu dalam mencari kesempurnaan yang esensial,'' kata Bruno (Media Indonesia,

7/1/2003)

Antara sains dan agama sering kali dikontradiksikan. Sains yang dicap bersifat

rasionalitas dianggap tidak dapat dipadukan dengan agama yang telah dicap identik dengan

un-rasionalitas. Padahal secara sosiologis dan filosofis keduanya dapat dihubungkan dengan

adanya modernitas. Dan ini memungkinkan unutk keduanya bekerjasama.

3 Cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber-sumber serta kebenaran pengetahuan; teori penngetahuan. (dok. Kamus ilmiah)

4 Diartikan sebagai kuasa penuh, mutlak dan tidak terbatasi, tak bersyarat. (dok. Kamus ilmiah)

Page 10: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Sains dan agama mereprentasikan dua sistem besar pemikiran manusia. Mayoritas

manusia di bumi ini menjadikan agama sebagai faktor yang sangat mempengaruhi pola pikir

dan perilaku dalam urusan mereka. Ketika sains menyentuh kehidupan mereka, tidak ada pola

pikir dimana sains tersebut adalah bukti dari agama mereka. Dan pure teknologi yang mereka

pegang sekarang.

Perkembangan sains yang ada memunculkan pertanyaan berbagai pertanyaan yang

begitu vital tentang asal-usul alam semesta dan kehidupan, dan agaknya sains moderen

memiliki jawaban atas ini. Namun jawaban ini juga perlu ditafsirkan melalui perenungan

religius.

Berdasarkan sejarah yang ada, ada mitos antara perang sains dan agama. Pada abad pencerahan, sains dan teologi berjalan seiring bersama seperti yang telah diperlihatkan oleh Newton, Copernicus, dan Boyle. Menurut Newton dan Boyle, mengkaji alam adalah tugas keagamaan. Pengetahuan tentang kekuasaan dan kearifan Tuhan dapat dipahami melalui inteligensia yang tampak dalam desain alam semesta.

Secara psikologis, kebersamaan sains dan agama adalah mungkin. Sains tidak memberikan sense of well-being5. Sains sangat diperlukan, namun belum dapat mencukupi kebutuhan yang memang dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia secara kesuluruhan. Dan disinilah peran agama sebagai pelengkap, penyedia kebutuhan dari kekurangan sains. Kesadaran akan arah hidup dan harapan dalam hidup. Agama, menekankan caring for others6

dan saving the earth7 (Holmes Rolston). Sementara sains sama sekali tidak berurusan dengan itu.

Namun, agama bukanlah satu-satunya solusi ataupun sumber sains. Juga tidak bisa diartikan sains dapat disusun dari hanya membaca kitab suci saja, namun harus ada sumber-sumber penguat ataupun fakta yang sesuai sebab pengetahuan juga pengajaran membutuhkan observasi dan pengukuran. Agama dan sains saling berpelengkap. Ini berarti, klaim bahwa kitab suci sumber dari segala sains sama bahayanya dengan klaim bahwa agama tidak dapat bersanding dengan sains.

2.5 Model-Model Integrasi Agama dan Sains

Telah banyak model yang diajukan orang untuk mengintegrasikan agama dan sains,

Beberapa model-model tersebut diantaranya adalah: model IFIAS, model ASASI, model

5

6 Kepedulian terhadap sesama. (dok. Penrj)

7 Menjaga bumi. (dok. Penrj)

Page 11: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

diadik komplementer, model diadik dialogis, model triadik komplementer, dan model

tetradik.

1) Model IFIAS

Model integrasi keilmuan IFIAS (International Federation of Institutes of Advance

Study) muncul pertama kali dalam sebuah seminar tentang "Knowledge and Values", yang

diselenggarakan di Stickholm pada September 1984. Model yang dihasilkan dalam seminar

itu dirumuskan dalam gambar skema berikut ini:

Ilmu Pengetahuan

Gambar 1. Model IFIAS

Skema di atas kurang lebih dapat dijelaskan sebagai berikut:

Iman kepada Sang Pencipta membuat ilmuwan Muslim lebih sadar akan segala

aktivitasnya. Mereka bertanggungjawab atas perilakunya dengan menempatkan akal di bawah

otoritas Tuhan. Karena itu, dalam Islam, tidak ada pemisahan antara sarana dan tujuan sains.

Keduanya tunduk pada tolok ukur etika dan nilai keimanan. Ia harus mengikuti prinsip bahwa

sebagai ilmuwan yang harus mempertanggungjawabkan seluruh aktivitasnya pada Tuhan,

Tauhid

Khilafah

Ibadah

haram halal

Adl zhulm

istishlah dhiya

Page 12: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

maka ia harus menunaikan fungsi sosial sains untuk melayani masyarakat, dan dalam waktu

yang bersamaan melindungi dan meningkatkan institusi etika dan moralnya. Dengan

demikian, pendekatan Islam pada sains dibangun di atas landasan moral dan etika yang

absolut dengan sebuah bangunan yang dinamis berdiri di atasnya. Akal dan objektivitas

dianjurkan dalam rangka menggali ilmu pengetahuan ilmiah, di samping menempatkan upaya

intelektual dalam batas-batas etika dan nilai-nilai Islam.

Anjuran nilai-nilai Islam abadi seperti khilafala, ibadah, dan adl adalah aspek

subjektif sains Islam. Emosi, penyimpangan, dan prasangka manusia harus disingkirkan

menuju jalan tujuan mulia tersebut melalui penelitian ilmiah. Objektivitas lembaga sains itu

berperan melalui metode dan prosedur penelitian yang dimanfaatkan guna mendorong

formulasi bebas, pengujian dan analisis hipotesis, modifikasi, dan pengujian kembali teori-

teori itu jika mungkin.

Karena sains menggambarkan dan rnenjabarkan aspek realitas yang sangat terbatas, ia

dipergunakan untuk mengingatkan kita akan keterbatasan dan kelemahan kapasitas manusia.

Alquran juga mengingatkan kita agar sadar pada keterbatasan kita sebelum terpesona oleh

keberhasilan penemuan-penemuan sains dan hasil-hasil penelitian ilmiah8.

2) Model Akademi Sains Islam Malaysia (ASASI)

Model yang dikembangkan oleh Akademi Sains Islam Malaysia (ASASI) muncul

pertama kali pada Mei 1977 dan merupakan satu usaha yang penting dalam kegiatan integrasi

keilmuan Islam di Malaysia karena untuk pertamanya, para ilmuwan Muslim di Malaysia

bergabung untuk, antara lain, menghidupkan tradisi keilmuan yang berdasarkan pada ajaran

8 Dalam Alquran surat Yasin [36]:77-83, Allah Swt berfirman:

) �ين� م�ب خص�يم� ه�و �ذا فإ �ط�فة� ن م�ن� اه� ق�ن ل خ �ا ن أ ان� �س �ن اإل� ر ي م� ول

ام ) ٧٧أ �ع�ظ ال ي �ح�ي� ي ن� م قال �قه� ل خ س�ي ون ال0 مث ا ن ل ب وضريم ( � م ر ي ل� ) ٧٨وه� ق�

) �يم� عل خل�ق� �ل: �ك ب وه�و ة� �مر و�ل أ ها أ �ش ن أ �ذ�ي ال �يها ي �ح� د�ون ) ٧٩ي �وق� ت �ه� م�ن �م� �ت ن

أ �ذا فإ ا ار0 ن خ�ضر� األ� جر� �الش م�ن �م� ك ل جعل �ذ�ي ال

)٨٠ ) �يم� ) �عل ال ق� ��خال ال وه�و لى ب ه�م� �ل م�ث خ�ل�ق ي ن� أ على �قاد�ر� ب ر�ض

واأل� موات� �الس ق خل ذ�ي �ال ي�س ول �ذا ) ٨١أ إ ه� م�ر�

أ �ما �ن إ ) �ون� ك في �ن� ك ه� ل ق�ول ي ن�

أ 0ا �ئ ي ش اد ر �ذ�ي ) ٨٢أ ال �حان ب فس�

( ) جع�ون �ر� ت �ه� ي �ل وإ ي�ء� ش �ل: ك �وت� ملك د�ه� �ي ٨٣ب

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu." Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Page 13: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Kitab suci al-Qur’an. Tradisi keilmuan yang dikembangkan melalui model ASASI ini

pandangan bahwa ilmu tidak terpisah dari prinsip-prinsip Islam. Model ASASI ingin

mendukung dan mendorong pelibatan nilai-nilaidan ajaran Islam dalam kegiatan penelitian

ilmiah; menggalakkan kajian keilmuan di kalangan masyarakat; dan menjadikan Alquran

sebagai sumber inspirasi dan petunjuk serta rujukan dalam kegiatan-kegiatan keilmuan.

ASASI mendukung cita-cita untuk mengembalikan bahasa Arab, selaku bahasa Alquran,

kepada kedudukannya yang hak dan asli sebagai bahasa ilmu bagi seluruh Dunia Islam, dan

berusaha menyatukan ilmuwan-ilmuwan Muslim ke arah memajukan masyarakat Islam

dalam bidang sains dan teknologi9.

Pendekatan ASASI berangkat dari menguraikan epistemologi Islam dengan

menggunakan pemikiran keilmuan para ulama klasik semacam al-Ghazali yang pada

umumnya menggunakan pendekatan fiqh di satu sisi dan pendekatan para filosof seperti al-

Farabi di sisi lain. Model integrasi keilmuan ASASI berangkat pada pandangan klasik bahwa

ilmu diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu ilmu fard ‘ain yang wajib bagi setiap

manusia Islam, ilmu fard kifayah yang wajib oleh masyarakat Islam yang perlu dikuasai oleh

beberapa orang individu, ilmu mubah yang melebihi keperluan, dan ilmu sia-sia yang haram.

Model ASASI menggagas kesatuan dan integrasi keilmuan sebagai satu ciri sains Islam yang

berdasarkan Keesaan Allah. ASASI mengembangkan model keilmuan Islam yang memiliki

karakteristikn menyeluruh, integral, kesatuan, keharmonisan dan keseimbangan.1 ASASI

berpendapat bahwa ilmu tidak hanya diperoleh melalui indra persepsi (data empirik) dan

induksi, dan deduksi, akan tetapi juga melalui intuisi, heuristik, mimpi dan ilham dari Allah.

3) Model Diadik Komplementer

Model Diadik ini dapat dinyatakan dalam gambar sebuah lingkaran yang terbagi oleh

sebuah garis lengkung menjadi dua bagian yang sama luasnya, seperti symbol Tao dalam

tradisi Cina. Dalam model ini, sains dan agama adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Agama dan ilmu saling melengkapi karena keduanya sama-sama dibutuhkan untuk mencari

kebenaran dalam hidup manusia.

9 Wan Ramli bin Wan Daud dan Shaharir bin Mohamad Zain, Pemelayuan, Pemalaysiaan danPengislaman Ilmu Sains dan Teknologi dalam Konteks Dasar Sains Negara, Jurnal Kesturi, No. 1. 1999,hal. 15-16

Page 14: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Sains

Gambar 2. Model Diadik Komplementer

4) Model Diadik Dialogis

Model diadik dialogis ini dapat dilukiskan secara diagram dengan dua buah lingkaran

sama besar dan saling berpotongan. Jika kedua lingkaran tersebut mencerminkan agama dan

sains, maka akan terdapat sebuah kesamaan. Kesamaan itulah yang merupakan bahan bagi

dialog antara sains dan agama. Misalnya Maurice Bucaille menemukan sejumlah fakta ilmiah

di dalam kitab suci Al-Qur’an. Atau para ilmuwan yang menemukan sebuah bagian pada otak

yang disebut sebagai “the God Spot” yang dipandang sebagai pusat kesadaran religious

manusia. Model inilah yang disebut model diadik dialogis.

Gambar 3. Model Diadik Dialogis

5) Model Triadik Komplementer

Dalam model ini ada unsur ke 3 yang menjembatani sains dan agama. Jembatan itu

adalah filsafat. Model ini diajukan oleh kaum teosofis yang bersemboyankan” There is no

religion higher than truth”. Kebenaran atau truth adalah kesamaan antara sains, filsafat dan

agama.

Agama

Page 15: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Tampaknya model ini merupakan perluasan saja dari model diadik komplementer

dengan memasukkan filsafat sebagai komponen ketiga yang letaknya diantara sains dan

agama. Model triadik komplementer ini mungkin dapat di modifikasi dengan

menggabungkan filsafat dengan humaniora atau ilmu-ilmu kebudayaan.

Gambar 4. Model Triadik komplementer

6) Model Tetradik.

Sebagai koreksi terhadap model diadik dan triadik komplementer, telah

dikembangkan sebuah model tetradik. Salah satu interpretasi dari model diadik

komplementer adalah identifikasi komplementasi “sains/ agama” dengan komplementasi

“luar/dalam”, pemisahan luar/dalam identik dengan pemilihan “objek/ subyek” dalam

persepektif epistimologi. Permulaan ini untuk sementara, menurut pemikiran Ken Wilber,

dianggap tidak mencukupi untuk memahami fenomena budaya.

Wilber tampaknya memerlukan komplementasi baru untuk melengkapi

komplementasi-komplementasi modernis yang disebut terdahulu. Komplementasi baru itu

komplementasi postmodernis “satu/banyak”. Komplementasi itu disebut Ken Wilber sebagai

komplementasi “individu/sosial”. Dengan adanya dua komplementasi, yang lama dan yang

baru, maka realitas budaya dibagi menjadi empat kuadran dimana satu lingkaran dibelah oleh

dua buah sumbu komplementasi yang saling tegak lurus satu sama lainnya, horizontal dan

vertikal. Pada diagram empat kuadaran Wilber ini, sumbu individual/sosial diletakkan secara

horizontal dengan individualitas di sebelah kiri dan sosialitas di sebelah kanan. Sedangkan

sumbu interior /eksterior diletakkan pada arah vertical dengan interioritas sebelah kiri dan

eksterioritas di sebelah kanan.

Dalam diagram Wilber, kuadran kiri atas berkaitan dengan subjektivitas, yang

menjadi topik bagi psikologi barat dan mistisme timur, dan kuadran kanan atas berkaitan

dengan objektivitas yang menjadi topic bagi sains atau ilmu-ilmu kealaman. Sedangkan

kuadrat kiri bawah berkaitan dengan intersubjektivitas yang menjadi topic bahasan

humaniora dan kebudayaan. Sementara itu kuadaran kanan bawah menyangkut

interobjektifiatas yang mempelajari gabungan objek-objek yang disebut Wilber sebagai

masyaeakat, tetapi tampaknya lebigh seusai jika diberi judull teknologi.

Filsafat Sains Agama

Page 16: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Dengan demikian, ada empat kuadran keilmuawan, yaitu ilmu-ilmu kealaman

(kanan atas), ilmu-ilmu keagaman (kiri atas), ilmu-ilmu kebudayaan (kiri bawah) dan ilmu-

ilmu keteknikan (kanan bawah).

Subjektivitas Objektivitas

Intersubjektivitas Interobjektivitas

Gambar 5. Model Tetradik

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Individual

Interior Eksterior

Sosial

Page 17: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari materi ini adalah:

1. Integrasi Agama dan Sains merupakan perpaduan, penyelarasan dan penyatuan

antara sains dan agama. Perpaduan atau integrasi adalah hubungan yang bertumpu

pada keyakinan bahwa pada dasarnya tujuan ilmu dan agama adalah satu dan

sama, yaitu mencari kebenaran tentang rahasia besar alam ini.

2. Awal perjumpaan antara Agama dan Sains adalah sebagai sahabat yang begitu

mendukung, ini terjadi pada abad 18. Sekitar pada abad yang ke-19 mulai timbul

masalah pada pemikiran masing-masing pemikir yang begitu signifikan

perbedaannya antara Agama dan Sains.

3. Tipologi hubungan antara agama dan sains terdiri dari empat macam pandangan,

yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan Integrasi yang tiap-tiap variannya

berbeda satu sama lain.

4. Model-model integrasi antara agama dan sains diantaranya adalah: model IFIAS,

model ASASI, model diadik komplementer, model diadik dialogis, model triadik

komplementer, dan model tetradik.

3.2 Saran

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu untuk

menambah kesempurnaan, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca

sangat diharapkan. Selain itu, untuk lebih memperluas wawasan mengenai

pembahasan dalam makalah ini, maka diperlukan buku referensi yang lebih banyak

lagi yang berhubungan dengan integrasi agama dan sains.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal Bagir, dkk. 1960. Integrasi Ilmu dan Agama : Interpretasi dan Aksi.

Yogyakarta: Mizan Pustaka.

Page 18: Makalah Teologi Kel VIII Revisi

Barbour, Ian G.. 2005. Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan Agama.

Bandung: Mizan.

Davies, Paul. 2002. Tuhan, Doktrin dan Rasionalitas, dalam Debat Sains Modern.

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Barbour, Ian G.. 2002. Juru Bicara Tuhan, Antara Sains dan Agama. Bandung:

Mizan.

Partanto, Pius A. dan Albarry, M. Dahlan. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arkola.