makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

25
AUDITING II [PENGAUDITAN SIKLUS PENGELUARAN II] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegagalan audit yang seringkali terjadi banyak disebabkan oleh tidak dilaksanakannya prosedur audit yang penting atau tidak dievaluasinya bukti-bukti audit dengan benar. Perencanaan audit yang baik seringkali dapat mencegah jenis kesalahan ini. Pada pembahasan kali ini, akan diuraikan secara umum gambaran umum proses audit mulai dari memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien hingga memperoleh bukti audit dan mengevaluasi bukti audit tersebut untuk memperoleh keyakinan yang memadai. Auditor mengawali perencanaan audit dengan meletakkan akhir audit dibenaknya. Sejak awal telah disebutkan bahwa tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP (prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum). Untuk itu auditor harus memperoleh bahan bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Disamping itu, pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh: 1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien 2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan klien 3. Keputusan tentang asersi yang material bagian laporan keuangan KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 1

Upload: jiantari-se

Post on 07-Nov-2014

3.644 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kegagalan audit yang seringkali terjadi banyak disebabkan oleh

tidak dilaksanakannya prosedur audit yang penting atau tidak dievaluasinya bukti-

bukti audit dengan benar. Perencanaan audit yang baik seringkali dapat mencegah

jenis kesalahan ini. Pada pembahasan kali ini, akan diuraikan secara umum gambaran

umum proses audit mulai dari memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien hingga

memperoleh bukti audit dan mengevaluasi bukti audit tersebut untuk memperoleh

keyakinan yang memadai.

Auditor mengawali perencanaan audit dengan meletakkan akhir audit

dibenaknya. Sejak awal telah disebutkan bahwa tujuan menyeluruh audit laporan

keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP (prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku umum). Untuk itu auditor harus memperoleh bahan bukti audit

yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.

Disamping itu, pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh:

1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien

2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan

catatan klien

3. Keputusan tentang asersi yang material bagian laporan keuangan

4. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pertimbangan Aktivitas Pengendalian – Transaksi Pengeluaran

Kas?

2. Bagaimana Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman?

3. Bagaimana Penetapan Risiko Pengendalian?

4. Bagaimana Pengujian Pengendalian?

5. Bagaimana Pengujian Substantif Saldo Aktiva Tetap?

6. Bagaimana Penetapan Risiko Deteksi?

7. Bagaimana Pengujian Substantif Saldo Utang Dagang?

8. Bagaimana Pertimbangan Program Audit?

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 1

Page 2: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

C. TUJUAN MAKALAH INI DIBUAT

1. Untuk mengetahui Pertimbangan Aktivitas Pengendalian – Transaksi

Pengeluaran Kas

2. Untuk mengetahui Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman

3. Untuk mengetahui Penetapan Risiko Pengendalian

4. Untuk mengetahui Pengujian Pengendalian

5. Untuk mengetahui Pengujian Substantif Saldo Aktiva Tetap

6. Untuk mengetahui Penetapan Risiko Deteksi

7. Untuk mengetahui Pengujian Substantif Saldo Utang Dagang

8. Untuk mengetahui Pertimbangan Program Audit

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 2

Page 3: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERTIMBANGAN AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI

PENGELUARAN KAS

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk prosedur ini adalah:

a. Penggunaan cek bernomor urut

b. Penandatanganan cek harus mengawasi atau mengendalikan pengiriman atau

penyerahan cek kepada pemasok.

c. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai, dan harus

dicegah penandatanganan dan penyerahan cek yang tidak menyebutkan jumlah

rupiah.

d. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang dikeluarkan

sekumpulan Voucher yang diproses untuk pembayaran.

e. Voucher dan dokumen pendukungnya dicap ditandai pada saat cek

ditandatangani.

f. Penandatanganan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap-tiap cek

sesuai voucher baik dalam nama, maupun jumlah uang yang harus dibayarkan.

g. Pengecekan independen superpervisor akunting atas kesesuain dengan jumlah

yang dijurnal dan diposting, dengan ringkasan cek yang diterima dari bagian

keuangan.

h. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara

membandingkan secara priodik tanggal jurnal pengeluaran kas dengan tanggal

pada tembusan cek

i. Pelaksanaan rekonsiliasi bank secara independen.

Dokumen dan Catatan

Dalam transaksi pengeluaran kas,dokumen dan catatan yang dipakai adalah:

1. Cek, yaitu suatu formulir yang dapat digunakan perusahaan untuk

memerintahkan bank membayar sejumlah uang kepada nama yang tercantum

pada cek atau pembawa cek.

2. Ringkasan cek, yaitu dokumen yang digunakan untuk melaporkan total jumlah

cek yang telah dikeluarkan dalam jangaka waktu tertentu ataupun dalam suatu

kelompok cek.

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 3

Page 4: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 4

Page 5: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

3. File transaksi pengeluaran kas, yaitu file komputer yang berisi informasi

pengeluaran kas termasuk pembayaran kepada pemasok.

4. Jurnal pengeluaran kas, catatan akuntansi ini digunakan untuk merekam

pengeluaran kas melalui cek kepada pemasok atau pihak lain.

Fungsi

Fungsi yang terlibat adalah :

a. Fungsi pembayaran utang

b. Fungsi pencatatan pengeluaran kas

Fungsi pembayaran utang

Bagian atau departemen utang pada umumnya bertanggung jawab untuk menentukan

atau memastikan bahwa voucher yang belum dibayar,yang belum dibayar, diproses

sebagaimana mestinya.pembayaran harus dilakukan pada tanggal batas waktu

pembayaran. Hal ini dimaksudkan untuk memanfaatkan potongan harga seoptimal

mungkin. Semua pembayaran harus menggunakan cek.

Fungsi pencatatan pengeluaran kas

Pada sistem manual, personil akunting menjurnal pengeluaran kas atas cek yang

pengeluaran. Porsenel tersebut tidak boleh terlibat atau berpartisipasi dalam transaksi

pembelian, dan penyiapan serta pengeluaran cek.

B. PENGHIMPUNAN DAN PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN

Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan atau wawancara, observasi, menelaah dokumen, atau menelaah kembali

pengalaman auditor pada audit periode sebelumnya pada klien tersebut. Dokumentasi

pemahaman dilakukan dengan menggunakan kuesioner, Flowchart, atau memo atau

uraian tertulis naratif.

Berikut adalah contoh pertanyaan dalam kuesioner transaksi pengeluaran kas:

FUNGSI CONTOH PERTANYAAN

Pembayaran utang Apakah semua pengeluaran dilakukan

dengan cek?

Apakah penandatanganan cek

memeriksa keberadaan dokumen

pendukungnya?

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 5

Page 6: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

Pencatatan pengeluaran kas

Apakah voucher dan dokumen

pendukung dicap lunas apabila

ditandatangani?

Apakah cek yang bernomer urut

digunakan?

Apakah ada pembatasan akses ke buku

cek dan tanda tangan cek?

Apakah ada pemisahan tugas pelaksana

dengan pencatat transaksi pengeluaran

kas ?

Apakah ada pengecekan independen

kesesuaian jumlah dijurnal dan

diposting dengan ringkasan voucher

harian?

Apakah rekonsiliasi bank independen

secara priodik disusun?

Apakah pencatatan pengeluaran kas

dicatat sesegera mungkin?

C. PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN

Salah saji dan pengendalian yang perlu, dikembangkan auditor berdasar

pengetahuannya atas pengelolahan transaksi pengeluaran kas atau Checklist standar

milik kantor akuntan publiknya. Melalui pemahaman struktur pengendalian intern

klien, auditor akuntan publiknya. Melalui pemahaman struktur pengendalian intern

klien, auditor dapat mengetahui apakah pengendalian yang diperlukan, telah

dirancang, dan dijalankan oleh klien.

Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilakan bukti mengenai

efektivitas rancangan dan opersi pengendalian dalam transaksi pengeluran kas.bukti

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 6

Page 7: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan resiko pengendalian untuk setiap

asersi yang signifikan yang terkait dengan transaksi pengeluaran kas.

FUNGSI SALAH SAJI

PONTENSIAL

PENGENDALIAN

YANG PERLU

PENGUJIAN

PENGENDALIAN

Pembayaran

utang

Pencatatan

pengeluaran kas

Cek dikeluarkan

atas pembelian

tanpaotorisasi

Sebuah Voucher

dibayar dua kali

Pengeluaran cek

tidak dicatat

Kesalahan dibuat

dalam pencatatan

cek

Penandatanganan

cek menelaah

voucher dan

dokumen

pendukung

Voucher dan

dokumen

pendukung dicap

lunas apabilah telah

dibuatkan ceknya.

Penggunaan cek

bernomer urut

Adanya rekonsiliasi

bank independen

secara priodik

Mengamati

penandatangan cek

pelaksanaan

pengecekan

dokumen

pendukung

Memeriksa

keberadaan cap

lunas atas cek

terbayar

Pemerisaan bukti

penggunaan cek

bernomer urut.

Memeriksa

rekonsiliasi bank.

D. PENGUJIAN PENGENDALIAN

Pengujian pengendalian pengeluaran kas dan pencatatan meliputi langka-langka

berikut :

1. Untuk setiap sampel voucher, mintakan cancelled check

2. Memeriksa cancelled check untuk melihat apakah telah ada tanda tangan yang

sah.

3. Membandingkan voucher dengan cancelled check, serta memeriksa nomor,

tanggal, penerimaan cek dan jumlah.

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 7

Page 8: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

4. Mengusut voucher dan cancelled check ke pemostingan ke buku pembantu

utang dagang dan pejurnalan dalam register voucher,kemudian:

o Menelaah penjurnalan dalam register voucher untuk menentukan

klasifikasi rekening yang tepat.

o Memeriksa ketepatan perhitungan dalam register voucher untuk suatu

priode tertentu, serta mengusut jumlahnya ke penjurnalannya.

o Mengamati sepintas register voucher untuk menemukan item yang

tidak wajar.

5. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpanan yang diperoleh melalui

keempat langkah diatas.

E. PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO AKTIVA TETAP

Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan aset

perusahaan yang mempunyai mamfaat ekonomis lebih dari satu tahun atau satu siklus

produksi normal. Aset-aset yang termasuk dalam kategori ini antara lain tanah dan

bangunan,mesin,peralatan,dan alat pengangkutan, dan sebagainya. Rekening nominal

yang berkaitan erat dengan aktiva tetap adalah biaya depresiasi, biaya perbaikan, dan

biaya sewa gedung atau aset lainya.

Aktiva tetap merupakan komponen terbesar total aset dalam neraca. Biaya –

biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap merupakan faktor material dalam

laporan laba rugi. Pemeriksaan aktiva tetap relatif lebih sedikit memakan waktu dan

biaya dari pada pemeriksaan aktiva lancar.

F. PENETAPAN RESIKO DETEKSI

Jenis aktiva tetap yang berbeda mempunyai resiko bawaan dan resiko

pengendalian yang berbeda pula. Resiko bawaan tanah lebih rendah dari pada resiko

bawaan kendaraan maupun bangunan. Hal ini beralasan sebab adanya kerentanaan

pengendalian dan kerumitan perhitungan dalam estimasi umur ekonomis kendaraan

dan nilai resedunya. Variasi resiko bawaan dan resiko pengendalian diantara berbagi

aset tersebut perlu diperhatikan auditor.

Perbedaan jenis perusahaan juga mempengaruhi penetapan resiko bawaan

arsesi keberadaan atau keterjadian. Resiko bawaan arsesi keberadaan atau kejadian

pada perusahaan dagang, relatif lebih rendah dari pada perusahaan manufaktur. Hal

ini beralasan sebab kemungkinan terjadinya ketiadaan pencatatan atas keausan aktiva

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 8

Page 9: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

tetap,aktiva yang tidak mempunyai umur ekonomis lagi,adalah lebih besar dari

perusahaan maknufaturan dan perusahaan dagang.

Resiko pengendalian aktiva tetap pada umumnya relatif rendah karena

transaksi ini jarang terjadi dan adanya otorisasi direktur ataupun dewan komisaris atas

pembelian aktiva tetap yang penting. Meskipun resiko pengendaliannya rendah

sehingga menyebabkan resiko deteksinya ditetapkan ditetapkan pada tingkat yang

tinggi,auditor perlu menggunakan pendekatan pengutamaan pengujian subtantif atau

primarily substantive approach.

Prosedur Inisial

Sebelum melakukan pengujian yang lain dalam program audit, auditor

menentukan bahwa saldo awal aktiva tetap sesuai denganm kertas kerja tahun

sebelumnya.Pembandingan ini mengkonfirmasikan bahwa penyesuaian yang

dilakukan pada tutup buku tahun sebelumnya telah dicatat.

Auditor memulai pengujian subtantif saldo aktiva tetap dengan menguji

ketepatan perhitungan matematis skedul aktiva tetap dan kesesuaian saldo aktiva tetap

dalam buku pembantu aktiva tetap dengan saldo aktiva tetap dalam buku besar.

Pada penugasan audit atas klien lama, saldo lama aktiva tetap dapat

dibandingkan dengan saldo aktiva dalam kertas kerja audit tahun sebelumnya. Hal ini

perlu dilakukan untuk memastikan bahwa klien benar-benar telah melakukan

penyesuaian sebagaimana mestinya sesuai permintaan auditor, yang berkaitan rat

dengan asersi penilaian dan pengalokasian.

Penerapan Prosedur Analitis

Rasio yang dapat dipakai untuk menerapkan prosedur analitis yaitu :

a. Turnover atau tingkat perputaran aktiva tetap. Rasio ini diperoleh dengan

menentukan jumlah penjualan bersih kemudian dibagi dengan rata-rata aktiva

tetap.

b. Rasio biaya perbaikan per penjualan bersih.

c. Tingkat laba terhadap aktiva tetap.

d. Aktiva tetap terhadap ekuitas pemilik.

Apabila setelah dilakukan analisi ternyata ditemukan rasio yang tidak masuk akal atau

fluktuasi yang besar, maka auditor akan mengekstnsifkan pengujian subtantif saldo

aktiva tetap. Auditor juga dapat melakukan investigasi lebih lanjut apabila

menemukan rasio yang tidak wajar.

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 9

Page 10: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

Pengujian Detail Transaksi

Pengujian subtantif detail transaksi ditujukan untuk menguji: (1). Penambahan aktiva

tetap (2). Pelepasan aktiva tetap , (3) Perbaikan dan pemeliharaan.

Menyusut Penambahan Aktiva

Seluruh penambahan aktiva tetap harus didukung dengan otorisasi, vouchers,

faktur. Cancelled check dan kontrak. Cancelled check adalah cek perusahaan yang

telah dibayarkan bank atas beban rekening perusahaan, kemudian bank mengirimkan

dokumen yang membuktikan bahwa cek tersebut telah dibayar.

Auditor melakukan vouching dengan cara melihat jurnal penambahan

(pembelian) aktiva tetap. Auditor kemudian memeriksa dokumen-dokumen

pendukungnya. Pengujian itu menghasilkan bukti mengenai asersi keberadaan atau

keterjadian ,hak dan kewajiban , dan penilaian atau pengalokasian.

Mengusut Pelepasan Aktiva

Bukti penjualan, penghentian, tukar tambah hendaknya didapatkan oleh

auditor dengan bentuk remittance advice, otorisasi tertulis dan persetujuan penjualan.

Prosedur berikut ini biasanya dilakukan untuk menentukan apakah semua pelepasan

sudah dicatat :

1. Menganalisa pendapatan lain-lain dari kelebihan penjualan aktiva tetap.

2. Menyelidiki fassilitas yang dihentikan berkaitan dengan penghentian lini

produksi dan operasi.

3. Menelusur penghentian order pekerjaan dan otorisasi penghentian catatan

akuntansi.

4. Menelaah polis asuransi untuk penghentian.

5. Meneliti manajemen berkaitan dengan penghentian aktiva tetap.

Menelaah jurnal Untuk Beban Perbaikan dan Pemeliharaan

Tujuan auditor merancang pengujian ini adalah untuk menentukan ketepatan

konsisten perlakuan trhadap beban perbaikan. Ketepatan berkaitan dengan

pertimbangan apakah klien membuat perbedaan antara pengeluara ekuitas dengan

pengeluaran untuk mendapatkan penghasilan.

Pengujian Detail Saldo

Inspeksi atas penambahan aktiva tetap

Inspeksi ini memungkinkan auditor untuk mengetahui keberadaan aktiva tetap.

Sebagai contoh dalam neraca dicantumkan adanya tambahan aktiva tetap berupa lima

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 10

Page 11: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

mesin baru. Dalam hal ini, auditor dapat melakukan inspeksi fisik untuk mengetahui

apakah memang benar-benar ada mesi baru yang dimiliki perusahaan. Karena itu

prosedur ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian.

Memeriksa dokumen dan kontrak leasing

Bukti kepemilikan perusahaan atas suatu aktiva tetap dapat diperoleh dengan

memeriksa dokumen yang berkaitan dengan aktiva tetap tersebut. Pemeriksaan

dokumen ini menghasilkan bukti mengenai asersi keberadaan atau keterjadian, dan

asersi hak dan kewajiban.

Menelaah penjurnalan akumulasi depresiasi

Dalam pengujian ini, auditor mencari bukti mengenai kewajaran, konsistensi

dan akurasi perhitungan pembebanan depresiasi.

Menelaah Penyajian dan Pengungkapan Laporan Kuangan

Auditor harus memahami persyaratan penyajian dan pengungkapan aktiva

tetap sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Penyajian dan pengungkapan

aktiva tetap dalam laporan keuangan sangat ekstensif dan sangat luas.

G. PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO UTANG DAGANG

Utang dagang dikelompokkan ke dalam utang atau kewajiban lancar dalam

neraca. Utang dagang sangat mempengaruhi solvabilitas perusaan. Utang dagang

memiliki potensi besar terjadi salah saji. Hal ini disebabkan oleh tingginya volume

transaksi pembelianpembelian secara kredit. Perusahaan dapat meng-understated

utangdagang untuk menunjukkan posisi keuangan dan solvabilitas perusahaan yang

baik.

Penentuan Resiko Deteksi

Dalam rangka untuk merancang penujian substantif, akuntan pertama kali

harus menentuk tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk masing-masing asersi

yang terkait secara signifikan. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung pada

besarnya risiko audit yang ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian

transaksi pembelian dan pengeluaran kas. Risiko pengendalian masing-masing asersi

tergantung resiko pengendalian transaksi-transaksi tersebut yang mempengaruhi

transaksi utang dagang. Risiko pengendalian diperoleh auditor berdasar bukti atau

hasil pengujian pengendalian.

Pada umumnya risiko bawaan untuk asersi penilaian atau pengalokasian

tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya risiko bahwa utang dicatat kurang dari

jumlah yang semestinya (understated). Tingginya kemungkinan understatement utang

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 11

Page 12: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

dagang menyebabkan auditor perlu mengintensifkan perhatiannya pada asersi

kelengkapan. Disamping itu, risiko bawaan asersi kelengkapan yang tinggi

mengakibatkan risiko deteksi yang rendah. Oleh karena itu, auditor perlu

mengintensifkan dan mengekstensifkan pengujian substantif atas asersi kelengkapan.

Komponen Risiko – Asersi Utang Dagang

Komponen Risiko

EO C RO VA PO

Resiko Audit

Resiko Bawaan

Risiko pengendalian transaksi pembelian

Risiko pengendalian transaksi pengeluaran kas

Risiko Pengendalian gabungan

Risiko Deteksi yang diterima

Rendah

Sedang

Rendah

Sedang

Rendah

Tinggi

Rendah

Tinggi

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

Rendah

Sedang

Sedang

Rendah

Sedang

Sedang

Rendah

Tinggi

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

Rendah

Rendah

Sedang

Rendah

Sedang

Tinggi

H. PERTIMBANGAN PROGRAM AUDIT

Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat risiko deteksi

yang dapat diterima untuk masing-masing asersi. Pada umumnya pengujian substantif

lebih banyak diterapkan unntuk asersi penilaian dan pengalokasian dan kelengkapan.

Hal ini konsisten dengan potensi understated saldo utang dagang.

Bila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah untuk suatu

asersi, maka lebih banyak prosedur pengujian substantif yang perlu dilakukan, dan

auditor perlu mengintensifkan efektivitas prosedur pengujian. Di samping itu, auditor

juga dapat memodifikasikan penentuan waktu dan luas pengujian substantif tertentu.

Dalam peleksanaan pengujian substantif utang dagang, auditor terutama

mengandalkan bukti yang diperoleh melalui konfirmasi utang dagang yang diperoleh

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 12

Page 13: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

langsung dari pemasok, pengujian pisah batas, dan menelaah dokumentasi yang

dilakukan dalam organisasi klien.

Prosedur Inisial

Langkah awal dalam pengujian substansif utang dagang adalah melakukan

penelusuran saldo awal tahun.selain itu, auditor hendaknya menganalisa terjadinya

transaksiyang tidak bisa yang mempengaruhi jumlah utang dagang dengan

mendapatkan data utang dagang pada tanggal neraca.

Auditor harus menguji ketepatan perhitungan matematis skedul, dan

kesesuaian saldo utang dagang dalam buku pembantu utang dagang dengan saldo

utang dagang dalam buku besar. Skedul utang dagang merupakan daftar saldo utang

dagang individual atas setiap pemasok. Saldo utang dagang pada setiap pemasok

tercantum dalam skedul tersebut. Total jumlah yang tercantum dalam skedul utang

dagang, harus sesuai dengan saldo utang dagang dalam buku besar. Pengujian ini

berkaitan erat dengan asersi penilaian dan pengalokasian,keberadaan atau

keterjadian,keberadaan atau keterjadian, dan kelengkapan.

Menerapkan Prosedur Analitis

Rasio yang dapat dipakai untuk menerapkan prosedur analitis misalnya

turnover atau tingkat perputaran utang dagang. Rasio ini diperoleh dengan

menentukan jumlah pembelian kredit neto kemudian dengan rata-rata utang dagang.

Prosedur analitis dapat digunakan untuk mengidentifikasikan rekening yang:

a. Nampak layak dalam hubungannya dengan rekening yang lain dan

selanjutkanya tidak memerlukan pengujian substantif tambahan.

b. Nampak tidak layak dan tidak beralasan dan selanjutnya memerlukan prosedur

pengujian substantif tambahan.

Untuk utang dagang, auditor dapat menggunakan prosedur analitas berikut untuk

menaksir kelayak catatan:

1. Membandingkan jumlah rata-rata jumlah hari pembelian antara tahun yang

lalu dengan tahun yang sekarang.

2. Membandingkan pembelian dibagi dengan jumlah utang untuk tahun yang

lalu dengan tahun yang sekarang.

3. Membandingkan utang dibagi dengan total utang lancar.

4. Membandingkan baik pembelian dan utang dengan anggaran atau jumlah yang

diperkirakan.

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 13

Page 14: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

Apabila setelah dilakukan analisis ternyata ditemukan penyimpangan atau fluktuasi

yang tidak masuk akal mengidikasikan adanya utang dagang yang tidak tercatat. Oleh

karena itu, auditor akan mengekstensifkan pengujian substantif saldo utang dagang.

Prosedur berkaitan dengan asersi kelengkapan, keberadaan dan keterjadian, dan

penilaian dan pengalokasian.

Pengujian Detail Transaksi

Melakukan pengujian pisah batas pembelian

Pengujian pisah batas pembelian dirancang auditor untuk memperoleh keyakinan

yang memadai bahwa:

a. Semua pembelian telah dicatat dalam periode dimana barang dikirimkan oleh

pemasok (FOB shipping point)

b. Semua pembelian telah dicatat dalam periode dimana barang sudah benar-

benar diterima dari pemasok (FOB destination)

Pengujian ini biasanya dilakukan pada tanggal neraca. Jika risiko pengendalian tinggi,

akuntan harus mempertimbangkan kemungkinan pembelian fiktif. Jika pengujian ini

membuktikan indikasi kesalahan material, akuntan harus meminta klien melakukan

penyesuaian. Pengujian ini menghasilkan bukti yang berkaitan dengan asersi

kelengkapan, dan keberadaan atau keterjadian utang.

Melakukan pengujian pisah batas pengeluaran kas

Pengujian ini dirancang auditor untuk memastikan bahwa pengeluaran kas

dicatat dalam periode dikeluarkannya kas tersebut. Pengujian ini sangat penting dalam

menentukan berapa saldo utang dagang yang semestinya tercantum dalam neraca

akhir tahun. Oleh karena itu, pengujian ini semestinya dilakukan pada tanggal neraca.

Memeriksa pembayaran kemudian

Pengujian ini dirancang auditor terutama untuk mendeteksi adanya utang

dagang yang tidak tercatat. Auditor dapat menerapkan prosedur pengujian ini untuk

memperoleh bukti yang berkaitan dengan pembayaran yang belum tercatat pada

tanggal neraca. Melalui pengujian ini, auditor dapat menemukan.

a. Adanya utang dagang akhir tahun yang tidk terbayar

b. Pengeluaran kas sebagai pelunasan utang atas utang dagang yang tidak tercatat

pada tanggal neraca. Pengujian ini menghasilkan bukti mengenai asersi

keberadaan atau keterjadian, penilaian atau pengalokasian, hak dan kewajiban,

serta asersi kelengkapan.

Menguji Utang Dagang Tak Tercatat

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 14

Page 15: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

Pengujian ini melalui investigasi khusus untuk menemukan keberadaan faktur

pemasok yang signifikan yang belum tercatat pada tanggal neraca. Dalam hal ini,

auditor dapat menerapkan prosedur berikut:

a. Mengajukan pertanyaan pada karyawan bagian akuntansi dan pembelian.

b. Memeriksa dokumen seperti order pembelian, laporan penerimaan barang, dan

faktur yang mengandung perbedaan data seperti kuantitas dan harga

pembelian.

c. Menelaah anggaran modal, permintaan produksi, dan kontrak lain untuk

jumlah yang belum tercatat.

Pencarian utang dagang yang tidak dicatat berkaitan erat dengan test cut-off yang

dapat mendeteksi catatan transaksi yang salah periode. Sumber yang dapat digunakan

sebagai dasar untuk mendeteksi utang dagang yang tidak tercatat.

Catatan utang dagang pada neraca lajur

Jurnal pengeluaran kas

Daftar voucher yang dibayar

File of unmateched receiving reports

Pengujian Datail saldo

Pengujian datail saldo dilakukan dengan (1) konfirmasi utang dagang, (2)

rekonsiliasi utang dagang yang tidak konfirmasi dengan laporan bulanan dari kreditur.

Konfirmasi Utang Dagang

Tidak seperti konfirmasi piutang dagang. Prosedur ini tidak disyaratkan dalam

prosedur auditing yang diterima umum. Prosedur ini, optional karena :

a. Konfirmasi tidak memberikan kepastian bahwa saldo utang dagang yang

belum tercatat akan dapat ditemukan auditor.

b. Ada dokumen yang lebih meyakinkan sebagai bukti yaitu faktur pemasok, dan

surat utang bulanan dari pemasok.

Menelaah Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan

Auditor harus memahami persyaratan penyajian dan pengungkapan utang

dagang dan pembelian bahan baku maupun bahan bahan pembantu sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berterima umum. Utang dagang diklasifikasikan sebagai aktiva

lancar dalam neraca.

BAB III

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 15

Page 16: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

KESIMPULAN

Siklus pengeluaran terdiri dari 2 transaksi utama, yaitu transaksi pembelian dan

transaksi pengeluaran kas. Dalam melakukan pengauditan atas kelas transaksi dan jumlah

akun, perlu diperhatikan kategori asersinya yang terdiri dari: existence or occurance

(keberadaan atau keterjadian), completeness (kelengkapan), right and obligations (hak dan

kewajiban), valuation or allocation (penilaian atau alokasi) dan presentation and disclosure

(penyajian dan pengungkapan). Dalam melakukan aktivitas kontrol pada transaksi pembelian,

harus melakukan pertimbangan penaksiran atas risiko kontrol terhadap fungsi: permintaan

barang dan jasa, penyiapan permintaan pembelian, penerimaan barang, penyimpanan barang

sebagai persediaan, penyiapan voucher pembayaran dan pencatatan utang. Hal ini dilakukan

untuk menentukan adanya salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang diperlukan dan

pengujian pengendalian yang dapat dilaksanakan. Sedangkan untuk aktivitas kontrol pada

transaksi pengeluaran kas, pertimbangan penaksiran atas risiko kontrol yang harus dilakukan

adalah terhadap fungsi : pembayaran utang dan pencatatan pengeluaran kas. Pada penyusunan

program audit, baik untuk transaksi pembelian maupun transaksi pengeluaran kas, harus

berdasarkan asersi yang dituju, yaitu: keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan

penilaian atau alokasi.

DAFTAR PUSTAKA

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 16

Page 17: Makalah auditing ii kel 4 audit siklus pengeluaran ii (jiantari c 301 09 013)

AUDITING II [

Halim, Abdul & Santoso, Totok Budi. AUDITING II Edisi ke-3 Dasar-dasar Prosedur

Pengauditan Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN

Sumber: http://www.google.com//pengauditansikluspengeluaran

KELOMPOK 4 (EMPAT) Page 17