lp dm disertai hiperglikemi

26
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DM DENGAN HIPERGLIKEMIA LAPORAN KOMPREHENSIF 2 oleh Aprilita Restunintyas NIM 122310101053

Upload: aprilita-restuningtyas

Post on 08-Nov-2015

295 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

LP ruang Wijaya Kusuma RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DM DENGAN HIPERGLIKEMIALAPORAN KOMPREHENSIF 2oleh

Aprilita RestunintyasNIM 122310101053PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015LAPORAN PENDAHULUAN

JUDUL: DM DENGAN HIPERGLIKEMIA Oleh: Aprilita Restunintyas NIM 122310101053

1. Kasus (diagnosa medis)

DM DENGAN HIPERGLIKEMIA2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda & gejala, penanganan)2.1 PengertianDiabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002).Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan Suddarth, 2002).Definisi lain menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa menginfeksi pada gangren diabetik adalah streptococcus (Soeatmaji, 1999).2.2 EtiologiFaktor faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren diabetik dibagi menjadi faktor endogen dan faktor eksogen.

a. Faktor endogen:1) Genetik

2) Metabolik

3) Angiopati diabetic

4) Neuropati diabetikb. Faktor eksogen:1) Trauma;2) Infeksi;3) Obat.Berbagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya gangren diabetik adalah neuropati, iskemia, dan infeksi (Sutjahyo, 1998). Iskemia disebabkan karena adanya penurunan aliran darah ke tungkai akibat makroangiopati (aterosklerosis) dari pembuluh darah besar di tungkai terutama pembuluh darah di daerah betis. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor resiko lebih banyak dijumpai pada diabetes mellitus sehingga memperburuk fungsi endotel yang berperan terhadap terjadinya proses atherosklerosis. Kerusakan endotel ini merangsang agregasi platelet dan timbul trombosis, selanjutnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah dan timbul hipoksia. Iskemia atau gangren diabetik dapat terjadi akibat dari atherosklerosis yang disertai trombosis, pembentukan mikrotrombin akibat infeksi, kolesterol emboli yang berasal dari plak atheromatous dan obat-obat vasopressor.2.3 KlasifikasiWagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :Derajat 0: Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti claw,callus .Derajat I: Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV: Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

Derajat V: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :

1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )

Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.

Gambaran klinis KDI :

a) Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.

b) Pada perabaan terasa dingin.

c) Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.

d) Didapatkan ulkus sampai gangren.2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )

Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.2.4 Tanda dan GejalaGangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :

a. Pain (nyeri).

b. Paleness (kepucatan).

c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).

d. Pulselessness (denyut nadi hilang).

e. Paralysis (lumpuh).

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari Fontaine, yaitu 4 :

a. Stadium I ; asimptomatis atau gejala tidak khas( kesemutan )

b. Stadium II ; terjadi klaudikasio intermiten.

c. Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.

d. Stadium IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).

(Smeltzer, 2001)2.5 Patofisiologi

a. Diabetes Militus

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 1200 mg/dl.

b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.

c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.b. Gangren Kaki DiabetikAda dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

1. Teori Sorbitol

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.

2. Teori GlikosilasiAkibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.

Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh. Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.2.6 Penatalaksanaana. Medis

penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:

1) Obat hiperglikemik oral (OHO).

Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :a. Pemicu sekresi insulin.

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin.

c. Penghambat glukoneogenesis.

d. Penghambat glukosidase alfa.2) Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan :

a) Penurunan berat badan yang cepat.

b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.

c) Ketoasidosis diabetik.

d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.3) Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.b. Keperawatanan

1) Memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai

2) Pemberian anti agregasi trombosit jika diperlukan, hipolipidemik dan anti hopertensi

3) Bila dicurigai suatu gangren, segera diberikan antibiotik spektrum luas, meskipun untuk menghancurkan klostridia hanya diperlukan penisilin.

4) Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Kadang-kadang jika sirkulasi sangat jelek, sebagian atau seluruh anggota tubuh harus diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi.

5) Terapi oksigen bertekanan tinggi (oksigen hiperbarik) bisa juga digunakan untuk mengobati gangren kulit yang luas. Penderita ditempatkan dalam ruangan yang mengandung oksigen bertekanan tinggi, yang akan membantu membunuh klostridia.

6) Bersihkan luka di kulit dengan seksama.

7) Waspada akan tanda-tanda terjadinya infeksi (kemerahan, nyeri, keluarnya cairan, pembengkakan).

2.7 Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan darahPemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.b. UrinePemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.2.8 KomplikasiKomplikasi akibat gangrene yakni:

a. Osteomyelitis

b. Sepsis

c. kematian

3. a. Pohon masalah

c. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

DataPenyebabMasalah

DS: Klien mengatakan kakinya terasa berdenyut, kulit di daerah lukanya pucat, dan ada bengkak disekitar luka juga luka bertambah parahDO:

a) Klien tampak gelisahb) Klien terus menerus memegang kakinyac) Kaki klien odemd) Luka gangren pucatGangguan perfusi jaringan

DS:Klien mengatakan ada nanah disekitar lukanya, bau dari lukanya sedikit busukDO:

a) Oedema sekitar luka

b) Adanya pus pada jaringanc) Adanya jaringan granulasid) Bau busuk pada lukaResiko kerusakan integritas kulit

DS : Klien mengatakan kakinya yang luka terasa sakitDS :

a) Klien nampak meringis sakitb) Skala nyeri 2 termasuk nyeri ringan

Nyeri

DS:Keluarga klien mengatakan kadar gula klien setelah diperiksa di UGD yaitu 50mmHg, keluarga takut luka klien semakin parah infeksinyaDO:

a) GDA klien rendahb) TTV tidak stabilc) Adanya tanda-tanda infeksi disekitar luka gangren klien seperti nanah

Potensi terjadinya penyebaran infeksi

DS: Keluarga klien mengatakan klien lemas seluruh tubuhnya

DO:

a) Lesub) Konsentrasi turun

Keletihan

4. Diagnosis keperawatan (minimal 5 diagnosa keperawatan)a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darahb. Risiko kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya cidera yang dialami pada ekstrimitasc. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringand. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengobatan yang tidak adekuate. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.5. Rencana tindakan keperawatan (masing-masing diagnosa minimal 5 rencana tindakan)a. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

Tujuan:

Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil:- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler - Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis- Kulit sekitar luka teraba hangat.- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.- Sensorik dan motorik membaikNo.TindakanRasional

1.Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasiMobilisasi meningkatkan sirkulasi darah

2.Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah: Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainyaMeningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.

3.Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa: Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksiKolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stress.

4.Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).Pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren

5Kolaborasikan pemberian analgetikUntuk mengurangi sensasi tidak nyaman pada daerah luka

b. Ganguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

Tujuan:Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil :

Berkurangnya oedema sekitar luka. Pus dan jaringan nekrosis berkurang Adanya jaringan granulasi. Bau khas gangren berkurang.

No.TindakanRasional

1.Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhanPengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya

2.Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang matimerawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi yang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi

3.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotikInsulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit

4.Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada lukaMengurangi keparahan luka karna tekanan-tekanan yang terjadi saat klien mobilisasi

5.Monitor status nutrisi klienUntuk mengetahui faktor nutrisi yang mempengaruhi luka klien

c. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Kriteria Hasil : - Tanda-tanda infeksi tidak ada.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 37,5 0C )

- Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.No.TindakanRasional

1.Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.

2.Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.

Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.

3.Lakukan perawatan luka secara aseptik.

untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

4.Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.

Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.

5.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.

d. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan

Tujuan:Rasa nyeri hilang/berkurang Kriteria hasil :

Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .

Pergerakan penderita bertambah luas.

Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S: 36 37,50 C, N: 60 80 x /menit, T : 100 130 mmHg, RR : 18 20 x /menit).No.TindakanRasional

1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasienUntuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien

2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeripemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan

3.Ciptakan lingkungan yang tenangRangasangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri

4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasiTeknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

5.Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasienPosisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin

6.Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat lukaMassage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman

7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesikObat obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien

e. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.Tujuan : Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelahKriteria Hasil :

- menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.- mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.- Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.No.TindakanRasional

1.Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah

2.Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup / tanpa terganggu.

mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.

mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi secara fisiologi.

4Diskusikan cara menghemat kalori selama melakukan mobilisasi

dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak kegiatan.

5Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan / toleransi pasien.

meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

Daftar PustakaBrunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC..Guyton, Arthur C. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta: EGC.Lynda juall, Carpenito. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8). Jakarta: EGC.NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta: Media Hardy.Wong, Dona L, dkk. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.Infeksi

Gangguan motorik

Luka sulit sembuh

Angiopati

Kematian jaringan

Pe nutrisi dan O2 sel & jaringan

Gangguan aliran darah ke kaki

Cemas

Gangguan sensorik

Neuropati

Glikosilasi Protein

Risti gangguan eliminasi urine

Ketoasidosis

Risti gangguan eliminasi urine

Nefropati

Pe viskositas darah

Gangguan pemenuhan nutrisi

Risiko tinggi cidera

Pe tingkat kesadaran

Ketoasidosis

Terbentuk benda keton

Pe katabolisme gliserol

Keletihan / Fatigue

Kelelahan

Prod. Energi metabolisme

Risiko Tinggi Penyebaran Infeksi

Adanya nanah pada daerah luka

GANGREN

Sel Kelaparan

Prod. Energi metabolisme

Sel Kelaparan

Nyeri

Iskemik Jaringan

Kerusakan & perubahan fungsi sel & jaringan

Sorbitol

Penumpukan glukosa sel & jaringan

GANGREN

Hiperglikemia

HIPERGLIKEMI (DM)

Keletihan / Fatigue

Kelelahan

Gangguan Perfusi Jaringan Perifer

Pe gliserol

Pe asam amino dan glukoheogenesis

Pe lipolisis

Kerusakan Neurovaskuler

GANGREN

Kematian jaringan

Pe metabolisme protein

Pe ambilan glukosa

Defisiensi insulin

Kelainan sel B pankreas

Gangguan sistem imunitas (auto-imun)

Kelainan insulin (penurunan res-pon insulin)

Faktor ling-kungan (infeksi, diet tinggi KH, obesitas dan kehamilan)

Kematian jaringan

Atrofi otot kaki

Perubahan titik tumpu

Ulserasi

Sensasi nyeri pada kaki me

Trauma tidak terasa

Ulkus

GANGREN

Penumpukan glukosa sel & jaringan

Sorbitol

Kerusakan & perubahan fungsi sel & jaringan

Risiko Tinggi Penyebaran Infeksi

Kerusakan Neurovaskuler

Gangguan Perfusi Jaringan

Kurang Pengetahuan

Klien mempunyai riwayat amputasi

Kurangnya informasi yang dimiliki oleh klien dan keluarga

Resiko kerusakan integritas kulit

Kerusakan & perubahan fungsi sel & jaringan

Resiko kerusakan integritas kulit