laporan akhir cha dm
DESCRIPTION
chaTRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
COMMUNITY HEALTH ANALYSIS
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN
KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMRANJEN TAHUN 2013”
Disusun oleh:
Erli Nur Ramdhan G1A212095
Fauziah Rizki Ismaulidiya G1A212101
Pembimbing Fakultas : dr. Joko Mulyanto, M.Sc
Pembimbing Lapangan : dr. Sinta Wulan Sari
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DANILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
AGUSTUS 2013
LEMBAR PENGESAHAN
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN
KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMRANJEN TAHUN 2013”
LAPORAN
COMMUNITY HEALTH ANALYSIS
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas/
Ilmu Kesehatan MasyarakatJurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu KesehatanUniversitas Jenderal Soedirman
Disusun Oleh :Erli Nur Ramdhan G1A212095
Fauziah Rizki Ismaulidiya G1A212101
Telah dipresentasikan dan disetujui
Tanggal, Agustus 2013
Preseptor Lapangan Preseptor Fakultas
dr. Sinta Wulan Sari dr . Joko Mulyanto, M.Sc NIP. 19750826.200801.2.006 NIP.19790502 200312 1 001
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif yang
prevalensinya terus meningkat di masyarakat dan masih menjadi masalah
global. Prevalensi DM di dunia pada tahun 2011 adalah 366 juta jiwa.
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan pada tahun 2030
terjadi peningkatan prevalensi DM menjadi 552 juta jiwa. Prevalensi DM di
Asia Tenggara pada tahun 2011 adalah 70,4 juta jiwa dan diperkirakan
meningkat menjadi 120,9 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi DM di
Indonesia pada tahun 2011 adalah 7,8 juta jiwa dan diestimasikan meningkat
menjadi 11,8 juta jiwa pada tahun 2030 (IDF, 2011).
Diabetes melitus yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik
mikroangiopati (nefropati, neuropati dan retinopati) maupun makroangiopati
(penyakit kardiovaskuler, penyakit vaskularisasi perifer dan stroke)
(Widiowati, 2008). Sekitar 80% pasien DM meninggal dunia karena penyakit
pembuluh darah (Schalkwijk dan Stehouwer, 2005). Perkiraan untuk dua
dekade mendatang akan terjadi peningkatan sebanyak tiga kali untuk kematian
karena DM dan penyakit stroke (Kenge et al., 2010).
Tingginya angka kejadian DM dan komplikasi yang menyertainya pada
masyarakat dapat disebabkan oleh perilaku hidup masyarakat yang kurang
sehat. Permasalahan ini dapat ditanggulangi atau diminimalisir dengan
optimalisasi upaya promosi kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas. Untuk
dapat mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, maka perlu dilakukan
pemecahan masalah terhadap tingginya angka kejadian penyakit yang
disebabkan karena perilaku hidup sehat yang kurang baik. Dengan adanya
pemecahan masalah di puskesmas Kebasen melalui promosi kesehatan ini
diharapkan berhasilnya pembangunan kesehatan di sektor paling dasar yaitu
puskesmas.
B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum
a) Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di
wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen.
2. Tujuan Khusus
a) Mengenali permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi di tempat
penelitian.
b) Menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di desa
yang menjadi tempat penelitian.
c) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula
darah penderita diabetes mellitus.
d) Mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan di tempat penelitian.
e) Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah kesehatan untuk
mengatasi masalah kesehatan di tempat penelitian.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
a) Memberikan informasi pada warga masyarakat di wilayah Puskesmas
Kemranjen khususnya tentang masalah kesehatan yang telah dianalisis
beserta solusinya.
b) Sebagai bahan untuk tindakan preventif terhadap kejadian diabetes
mellitus.
c) Sebagai pengetahuan untuk meningkatkan pemahaman kepada
masyarakat tentang diabetes mellitus.
2. Manfaat Teoritis
a) Memberikan pengalaman bagi peneliti pada bidang penelitian ilmu
kesehatan masyarakat.
b) Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai diabetes mellitus.
II. ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi, Situasi, Kondisi dan Wilayah Kerja Puskesmas
1. Keadaan Geografis
Puskesmas 1 Kemranjen Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas
Propinsi Jawa Tengah memiliki 8 (delapan) desa binaan, dengan luas
wilayah total 3.571.293 Ha. Batas wilayah kerja Puskesmas 1
Kemranjen meliputi :
a) Utara : Kec. Somagede Kab. Banyumas.
b) Selatan : Kec. Nusawunggu Kab. Cilacap
c) Barat : Kec. Kemranjen Kab. Banyumas (Wilayah kerja
Puskesmas 2 Kemranjen)
d) Timur : Kec. Sumpiuh Kab. Banyumas
Desa terluas di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen adalah Desa
Karangsalam. Desa terkecil adalah Desa Karangjati. Desa yang memiliki
kepadatan penduduk terbanyak adalah Desa Kecila sebesar 1358,75 per
km2. Topografi kecamatan Kemranjen dalam wilayah kerja Puskesmas 1
Kemranjen sekitar 40 % merupakan daerah dataran tinggi atau pegunungan.
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan penduduk
Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka Tahun 2012
didapatkan hasil registrasi penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas 1
Kemranjen terdiri dari 34.232 yang terdiri dari 17475 jiwa laki-laki (51
persen) dan 16.757 jiwa Perempuan (49 persen) tergabung dalam 8.913
Rumah Tangga atau Kepala Keluarga. Jumlah penduduk terbesar adalah
Desa Sibalung sebanyak 5.842 jiwa dan desa yang terendah adalah desa
Karangjati sebanyak 1.871 jiwa.
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
Jumlah penduduk menurut golongan jenis kelamin di Wilayah kerja
Puskesmas 1 Kemranjen Kabupaten Banyumas tahun 2012 adalah laki-
laki 17.475 jiwa dan perempuan 16757 jiwa. Jumlah total penduduk
adalah 34.232 jiwa.
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
0
100
200
300
400
500
600
700
TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH
TIDAK/ BELUM TAMAT SD
SD/MI
SLTP/ MTs
SLTA/ MA
AK/ DIPLO MA
UNIVERSITAS
c. Kepadatan Penduduk.
Penduduk di wilayah kerja Puskemas 1 Kemranjen untuk tahun
2012 belum menyebar dan merata. Pada umumnya penduduk banyak
menumpuk di daerah perkotaan dan di dataran rendah. Rata-rata
kepadatan penduduk di Kecamatan Kemranjen sebesar 957 jiwa km2.
Desa terpadat adalah desa Kecila dengan tingkat kepadatan sebesar
1358,75 km2, sedangkan kepadatan terendah pada desa Karangsalam
sebesar 608,73 km2 persegi dikarenakan desa terluas serta daerahnya
pegunungan.
d. Tingkat Pendidikan.
Dari data Kemranjen dalam Angka tahun 2012 menunjukan
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan usia 10 tahun keatas menurut
pendidikan yang tidak / belum pernah sekolah sebesar 3.617 (10,62 %),
tidak belum tamat SD sebesar 9712 ( 28,49 %) tamat SD/MI sebesar
13.315 (39,06 %) tamat SLTP/MTs/ sederajat sebesar 4433 ( 13 % ),
tamat SMU/ MA/SMK sebesar 2562( 7,51 %) ,tamat Akademi/ Diploma
sebesar 258 ( 7,57% ) dan tamat Universitas sebesar 187 (5,49 % )
Gambar 1. Penduduk Usia 10 tahun ke atas Menurut Pendidikan tertinggi
Yang di Tamatkan Tahun 2012
Dilihat dari gambar 1 diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan
di Kecamatan Kemranjen tergolong masih rendah dimana 30.42 % ( 9593
jiwa ) dari jenjang pendidikan formal yang ditempuh. Rendahnya tingkat
pendidikan disebabkan karena sosial ekonomi masyarakat yang rendah.
e. Mata Pencaharian Penduduk
Dari data Kecamatan Kemranjen dalam Angka tahun 2012 mata
pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen terdiri
dari :
1) Petani : 31,54 %
2) Buruh Tani : 23,96 %
3) Nelayan : 0,04 %
4) Pengusaha : 1,66 %
5) Buruh Industri : 3,39 %
6) Buruh Bangunan : 4,67 %
7) Pedagang : 6,63 %
8) PNS / TNI / POLRI : 2,76 %
9) Jasa Angkutan : 1,16 %
10) Pensiunan : 1,26 %
11) Lain – lain : 22,84 %
Mata pencaharian penduduk masih didominasi oleh petani dan
buruh tani sebesar 57,5 % setengah dari mata pencaharian yang ada.
B. Pencapaian Program Kesehatan
1. Derajat Kesehatan Masyarakat
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat
Kemranjen pada tahun 2012 disajikan situasi mortalitas dan morbiditas.
a. Mortalitas
1) Angka Kematian Bayi
Jumlah lahir mati di Tahun 2012 diketemukan sebanyak 5 dari
557 kelahiran hidup. Sedangkan di Tahun 2011 diketemukan 3 bayi
lahir mati, sedangkan jumlah bayi mati sebesar 8 orang. Angka
kematian Bayi (AKB) di wilayah Puskemas 1 Kemranjen adalah
sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup.
AKB tahun 2011 sebesar 14,2 per 1.000 kelahiran hidup.
Dengan demikian AKB tahun 2012 lebih rendah sebesar 3,2 per
1000 kelahiran hidup dibanding tahun 2011. Terjadi penurunan Angka
Kematian Bayi dibandingkan tahun 2011, hal ini karena kondisi pada
bayi memiliki berat badan lebih rendah dari 2 kg dan bayi memiliki
cacat bawaan. Jika dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat
terhitung masih rendah (IIS 2015 = 40 per 1.000 kelahiran bayi.)
2) Angka Kematian Ibu
Angka kematian Ibu (AKI) di wilayah kerja Puskesmas 1
Kemranjen tahun 2012 tidak ada. Sedangkan di Tahun 2011 Angka
kematian Ibu tidak ada di wilayah kami. Menurut Indikator Indonesia
Sehat (IIS 2015) AKI sebesar 150/100.000 Puskesmas 1 Kemranjen
sudah mencapai target yang diharapkan.
3) Angka Kematian Balita
Jumlah balita tahun 2012 sebanyak 2029 balita, balita mati
tahun 2012 sebanyak 2 anak. Angka Kematian per 1000 sebesar 3,6 .
Tahun 2011 sebanyak 1 anak balita di Wilayah Puskesmas 1
Kemranjen hal ini disebabkan adanya kelainan kelahiran bawaan.
4) Angka Kecelakaan
Pada Tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen telah
terjadi kecelakaan sebanyak 39 kecelakaan atau kejadiaan. Dari
peristiwa tersebut korban mati sebanyak 10 orang, luka berat 30 orang
dan luka ringan sebanyak 35 orang. Dengan demikian angka terjadi
kecelakaan per 100.000 penduduk sebesar 219.09
b. Morbiditas
1) Malaria
Tahun 2011 kasus penyakit malaria klinis sebanyak 337 kasus
atau sebesar 0,2 per 1000 penduduk. Tahun 2012 kasus malaria klinis
sebanyak 5 kasus atau 0,1 per 1000 penduduk . Namun Daerah
endemis malaria di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen tersebar di
3 desa (Petarangan, Karanggintung dan Karangsalam).
2) TB Paru
Jumlah kasus penderita BTA Positif tahun 2012 sebanyak 13
kasus atau CDR 39,39 % lebih rendah dari target penemuan tahun
2012 Dibandingkan tahun 2011, jumlah kasus penderita BTA Paru
positif sebanyak 24 kasus atau CDR 66 % .
Dengan demikian penemuan kasus dipengaruhi oleh
meningkatnya sosialisasi dan penyebaran informasi tentang penyakit
TB Paru kepada masyarakat disamping adanya partisipasi aktif dari
tokoh masyarakat dalam hal penemuan TB Paru serta aktifnya petugas
Miskoskopik di Puskesmas 1 Kemranjen.
3) HIV
Kasus HIV di wilayah kerja Puskesmas 1 Kermanjen belum
didapatkan adanya laporan kasusnya.
4) Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Kasus AFP di wilayah kerja Puskesmas 1 Kermanjen belum
didapatkan adanya laporan kasusnya.
5) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas 1 Kermanjen belum
didapatkan adanya laporan kasusnya.
2. Capaian Program Puskesmasa. Gizi
Belum dapat digambarkan secara rinci mengingat belum adanya
penemuan dan penelitian tentang kasus gizi. Kemungkinan masih
banyak kasus gizi kurang dan gizi buruk. Berdasarkan data yang ada
penimbangan balita (F/III/Gizi) selama tahun 2012 adalah sebagai
berikut :
1) Jumlah seluruh balita (S) = 2598 anak
2) Jumlah balita yang terdaftar dan punya KMS (K) = 2598 anak
3) Jumlah Balita yang ditimbang (D) = 1526 anak
4) Jumlah balita yang naik berat badannya (N) = 1024 anak
5) KEP Total (Gizi kurang + Gizi buruk) = 48 anak
Berdasarkan data diatas, maka jangkauan program penimbangan
(K/S) mencapai 100 % . Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) = 58,73
%. Efek penyuluhan (N/D) = 67,10 %.
b. Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang
sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara lebih cepat , tepat
dan lebih baik, diharapkan sebagaian besar masalah kesehatan sudah
dapat diatasi. Berbagai pelayan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Pelayanan Kesehatan berawal dari kesehatan Ibu dan Anak,
karena pertumbuhan tumbuh kembang anak ada pada seorang ibu
yang memiliki peranan penting dalam pembangunan dimasa
mendatang. Semenjak perawatan terhadap janin dalam kandungan
hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anak.
a) Pelayanan K – 4
Jumlah Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Kemranjen
pada tahun 2012 sebanyak 607 ibu hamil, adapun ibu hamil yang
mendapat pelayanan K-4 adalah sebesar 594 atau 99,2 % ibu hamil.
Dibandingkan tahun 2011 ibu hamil sebanyak 607 dan yang
mendapatkan pelayanan K-4 sejumlah 564 atau 92,8 %. Disini
terjadi kenaikan sebesar 6.4 persen.
Upaya – upaya telah dilakukan oleh Puskemas 1 Kemranjen
yang dibantu bidan-bidan didesa, namun hal itu menunjukan bahwa
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan
pada waktu hamil belum maksimal dalam memberikan motivasi
kepada ibu hamil. Standart Pelayanan Minimal untuk cakupan
kunjungan K – 4 sebesar 95 %. Dengan demikian Puskesmas 1
Kemranjen belum memenuhi standart pelayanan yang diharapkan.
b) Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
Jumlah sasaran ibu yang hamil tahun 2012 sebanyak 555
orang. Jumlah yang ditolong Nakes 577 atau sebesar 104 persen.
Dibandingkan tahun 2011, jumlah persalinan yang ditolong Nakes
567 atau sebesar 100,7 %.
Standart Pelayanan Minimal untuk pertolongan persalinan
oleh nakes tahun 2012 sebesar 90 %. Dengan demikian cakupan
persalinan Nakes di wilayah Puskesmas 1 Kemranjen tahun 2012
telah memenuhi standart pelayanan minimal.
c) Bumil Resti dirujuk
Jumlah ibu hamil resiko tinggi (resti) di Kecamatan
Kemranjen sebanyak 120 ibu hamil atau sebesar 5,07 %.
Sedangkan jumlah ibu hamil resti yang ditangani sebanyak 218
ibu hamil resti atau sebesar 182 persen.
Dibandingkan jumlah bumil resti tahun 2012 sebanyak 195
orang dan jumlah ibu hamil yang dirujuk sebanyak 127 ibu hamil
resti atau sebesar 100 persen yang dirujuk ke Rumah Sakit, baik
oleh Nakes maupun oleh Puskesmas.
d) Bayi dan Bayi BBLR
Jumlah bayi lahir tahun 2012 sebanyak 557 bayi dan yang
memiliki Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 39 bayi
atau sebesar 7 persen dari bayi yang lahir. Bayi BBLR yang
ditangani sebanyak 28 atau 100 % ditangani.
Jumlah bayi tahun 2011 sebanyak 564 bayi. Jumlah Bayi
BBLR sebanyak 28 atau sebesar 5 % dari bayi yang lahir. Bayi
BBLR yang ditangani sebanyak 28 atau 100 % ditangani.
Penanganan kasus BBLR berdasarkan standart Dinas Kesehatan
Kabupaten sudah memenuhi target yang diharapkan.
e) Pelayanan Keluarga Berencana
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2012 berdasarkan
sumber Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga
Berencana Kecamatan Kemranjen sebesar 6055 Jumlah PUS tahun
2011 sebesar 6034, terjadi kenaikan sebanyak 21 Pasangan Usia
Subur baru.
Jumlah PUS tertinggi di Desa Kecila sebesar 1019 PUS atau
sebesar 16,82 % dari jumlah PUS yang ada. Peserta KB Aktif
tahun 2012 sebesar 4938 atau 81,6 % dari Jumlah Pasangan Usia
Subur yang ada dalam wilayah Kerja Puskesmas 1 Kemranjen.
f) Pelayanan Imunisasi
Jumlah desa dalam wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen
sebanyak 8 desa. Desa Universal Child Immunization (UCI)
sebanyak 8 atau memenuhi Standart Pelayanan Minimal (SPM)
sebesar 100 %. Dengan Demikian Puskesmas 1 Kemranjen pada
tahun 2012 telah memenuhi target SPM tersebut.
c. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
1) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
Kasus Polio di Puskesmas 1 Kemranjen tidak diketemukan.
2) Pencegahan dan Pemberantasan TB Paru
Data yang diolah tahun 2012 kasus TB Paru (Klinis dan Positif)
sebanyak 62 kasus, sedangkan yang sembuh 11 orang atau 68,75 persen
Standart Pelayanan Minimal untuk kesembuhan penderita TBC BTA
positif (>85). Dengan demikian kesembuhan penderita di Kabupaten
Banyumas dibanding dengan SPM belum tercapai. Hal ini disebabkan
kurangnya. kepatuhan minum obat dari penderita TB Paru masih kurang
dan lemahnya pengawasan minum obat (PMO) dari keluarga. Kondisi
tersebut dapat diawasi melalui kegiatan penyuluhan dan peningkatan
pengawasan minum obat.
3) Pencegahan dan pemberantasan Penyakit ISPA
Kasus Pheumonia balita di Puskesmas 1 Kemranjen sebanyak 33
kasus, yang ditangani sebanyak 33 (100%). Standart Pelayanan Minimal
untuk balita dengan pneuminia yang ditangani 100 %, dibanding dengan
SPM sudah tercapai, tetapi dalam hal penemuan kasus lebih tinggi dari
target (10 % X jumlah balita (2.060). Kondisi tersebut dapat diatasi
melalui pertemuan pemantapan program dan pelatihan MTBS
(Managemen Terpadu Balita Sakit) untuk dokter, perawat dan bidan.
4) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV – AIDS
Kasus HIV – AIDS di Puskesmas 1 Kemranjen tidak diketemukan.
Namun Puskesmas 1 Kemranjen selalu mengupayakan pencegahan
dengan pendekatan kepada masyarakat dengan bimbingan atau
penyuluhan secara berkelanjutan untuk mencegah terjadinya penularan di
wilayah Puskesmas 1 Kemranjen.
5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD.
Kasus penyakit DBD tahun 2012 tidak diketemukan karena adan
upaya Puskesmas untuk pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal
yaitu :
(a). Peningkatan surveilance penyakit dan vektor,
(b). Diagnosis dini dan pengobatan dini,
(c). Peningkatan upaya pemberantasan vektor penuranan DBD.
Dalam rangka pemberantasan penyakit DBD Puskesmas 1
Kemranjen berserta lintas sektor telah melaksanakan langkah-langkah
kokrit antara lain Foging Focus, abatisasi selektif, penggerakan PSN dan
Penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan disetiap desa.
6) Pengendalian Penyakit Malaria
Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan yang berdampak pada penurunan kualitas sumber
daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-
ekonomi. Penegakan diagnosis penderita secara tepat, lebih cepat dan
lebih baik dalam pengobatan sesuai fakta yang ada merupakan hal
penting dalam pemberantasan penyakit Malaria.
7) Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
Kasus KLB tahun 2012 tidak ada dan tidak diketemukan,
Penanganan dan penyuluhan selalu dilakukan dalam hidup berperilaku
hidup bersih dan sehat menuju Indonesia 2015.
8) Pelayanan Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor yang dilakukan secara rutin adalah dengan
gerakan PSN , Abatisasi, fogging dan penyuluhan. Pada tahun 2012 dari
sejumlah 8.916 rumah/bangunan yang ada, diperiksa sebanyak 1.600
rumah (17,95 %), yang terbukti bebas jentik sebanyak 1.311 rumah
(81,94 %)
d. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
1) Pelayanan Kesehatan Lingkungan.
Pada tahun 2012 dari 8.916 rumah yang diperiksa sebanyak 1.600
rumah, yang memenui syarat kesehatan sebanyak 1.034 atau 64.6 persen
dari jumlah rumah yang diperiksa. Dibanding tahun 2011 yang diperiksa
sebanyak 2.240 dan yang memenuhi syarat rumah 1.222 (54,60 %).
Cakupan rumah sehat ini tidak dapat menggambarkan kondisi
rumah sehat seluruh wilayah binaan kami, mengingat hasil cakupan
hanya berdasarkan pada jumlah rumah yang diperiksa (tidak seluruh
rumah diperiksa).
2) Pelayanan Higiene Sanitasi Tempat Tempat Umum
Pada tahun 2012 jumlah tempat-tempat umum (TTU) yang
diperiksa kesehatannya sebanyak 73 tempat dari 121 tempat yang ada.
TTU yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 51 buah (69,86 %) dari
jumlah yang diperiksa. Ini dikatagorikan Perilaku untuk Hidup Bersih
dan Sehat tidak ada peningkatan yang berarti.
III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH
A. Daftar Permasalahan Kesehatan
Kesenjangan antara realitas dengan keinginan atau target merupakan
pengertian dari masalah. Masalah dapat diidentifikasi dengan melihat target
yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi, untuk melihat adanya masalah
dapat melihat beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Adanya kesenjangan yang nyata
2. Menunjukan trend yang meningkat
3. Berdampak pada banyak orang
4. Ada konsekuensi serius
5. Dapat diselesaikan yaitu ada intervensi yang terbukti efektif
Kegiatan Kepanitraan Ilmu Kesehatan (IKM) di wilayah kerja
Puskesmas I Kemranjen mengidentifikasi permasalahan yang dilihat dari
angka kesakitan penyakit yang diambil dari besar penyakit di wilayah kerja
Puskesmas I Kemranjen.
Tabel 3.1 Daftar Masalah di Puskesmas I Kemranjen Januari-Desember
2012
No Nama Masalah Jumlah
1 ISPA 3182
2 Dispepsia 1332
3 Dermatitis 810
4 Artritis 712
5 Chepalgia 698
6 Hipertensi 691
7 Febris Typhoid 680
8 Diare 440
9 Abses 327
10 DM 261
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Kemranjen 2012
B. Penentuan Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah yang dilakukan di Puskesmas I Kemranjen
dengan menggunakan metode Hanlon, dimana prioritas masalah didasarkan
pada empat kriteria yaitu:
Komponen A : besarnya masalah
1. Besarnya masalah didasarkan pada ukuran besarnya populasi yang
mengalami masalah tersebut.
2. Bisa diartikan sebagai angka kejadian penyakit.
3. Angka kejadian terbesar diberikan skor lebih besar.
Komponen B : keseriusan masalah
1. Urgensi : apakah masalah tersebut menuntut penyelesaian
segera dan menjadi perhatian publik.
2. Keparahan (severity) : memberikan mortalitas atau fatalitas yang tinggi.
3. Ekonomi (cost) : besarnya dampak ekonomi kepada masyarakat.
Masing-masing aspek di berikan nilai skor. Aspek paling penting diberikan
aspek yang paling tinggi kemudian di rata- rata.
Komponen C : ketersediaan solusi
1. Ketersediaan solusi yang efektif menyelesaikan masalah.
2. Semakin tersedia solusi efektif diberikan skor yang semakin tinggi.
Komponen D : kriteria PEARL
Berupa jawaban ya dan tidak, ya diberikan skor 1, tidak diberikan skor 0
1. P : Propiety : kesesuaian program dengan masalah
2. E : Economic : apakah secara ekonomi bermanfaat
3. A : Acceptability : apakah bisa diterima masyarakat
4. R : Resources : adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah
5. L: Legality : tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada
Penentuan prioritas masalah di Puskesmas I Kemranjen sebagai berikut :
Kriteria A (besarnya masalah).
Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari banyaknya
penderita:
1. 25 % atau lebih : 10
2. 10% - 24,9%: 8
3. 1% - 9,9 % : 6
4. 0,1% - 0,9% :4
5. 0,01 – 0,09 % : 2
6. Kurang dari 0,01 : 0
Tabel 3.2 Nilai Kriteria A metode Hanlon
Masalah
kesehatan
Besarnya masalah dari data sekunder Puskesmas I Kemranjen
(%)
0,01%0,01%-
0,09%0,1% -
0,9%
1 % -
9,99 %10% -
24,9%
25 %
atau
lebih
NILAI
ISPA X 10
Dispepsia X 8
Dermatitis X 6
Artritis X 6
Chepalgia X 6
Hipertensi X 6
Febris
Typoid
X 6
Diare X 6
Abses X 6
DM X 6
Kriteria B (kegawatan masalah)
Kegawatan (paling cepat mengakibatkan kematian)
1. Tidak gawat : 2
2. Kurang gawat : 4
3. Cukup gawat : 6
4. Gawat : 8
5. Sangat gawat : 10
Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat menyebabkan
kematian)
1. Tidak urgen : 2
2. Kurang urgen : 4
3. Cukup urgen : 6
4. Urgen : 8
5. Sangat urgen : 10
Biaya (dampak ekonomi)
1. Sangat murah : 2
2. Murah : 4
3. Cukup mahal : 6
4. Mahal : 8
5. Sangat mahal : 10
Tabel 3.3 Nilai Kriteria B metode Hanlon
Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Nilai
ISPA 6 4 4 14
Dispepsia 6 4 4 14
Dermatitis 4 4 4 12
Artritis 4 4 4 12
Chepalgia 6 4 4 14
Hipertensi 8 6 4 18
Febris Typoid 6 6 4 16
Diare 8 8 4 20
Abses 6 6 6 18
DM 8 6 8 22
Kriteria C (ketersediaan solusi)
Ketersediaan solusi dilihat dari apakah sumber daya yang ada mampu
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kriteria pemberian skor sebagai
berikut :
1. Sangat efektif : 10
2. Relatif efektif : 8
3. Efektif : 6
4. Moderate efektif : 4
5. Relative inefektif : 2
6. Inefektif : 0
Penentuan nilai C dilakukan dengan pemberian skor dari empat orang
kemudian diambil rata- ratanya
Tabel 3.4 Nilai Kriteria C metode Hanlon
Masalah Kesehatan C
ISPA 7
Dispepsia 6,5
Dermatitis 6
Artritis 5,5
Chepalgia 6
Hipertensi 7,5
Febris Typoid 5,5
Diare 8
Abses 5,5
DM 7,5
Kriteria D (PEARL faktor)
Propriety : Kesesuaian (1/0)
Economic : Ekonomi murah (1/0)
Acceptability : Dapat diterima (1/0)
Resources availability : Tersedianya sumber daya (1/0)
Legality : Legalitas terjamin (1/0)
Tabel 3.5 Nilai Kriteria D metode Hanlon
Masalah P E A R L Hasil
Perkalian
ISPA 1 1 1 1 1 1
Dispepsia 1 1 1 1 1 1
Dermatitis 1 1 1 1 1 1
Artritis 1 1 1 1 1 1
Chepalgia 1 1 1 1 1 1
Hipertensi 1 1 1 1 1 1
Febris Typoid 1 1 1 1 1 1
Diare 1 1 1 1 1 1
Abses 1 1 1 1 1 1
DM 1 1 1 1 1 1
Penetapan prioritas masalah dilakukan setelah komponen A, B, C, D
diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B)x C
Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Masalah A B C D NPD NPT Urutan
prioritasP E A R L
ISPA 10 14 7 1 1 1 1 1 168 168 4
Dispepsia 8 14 6,5 1 1 1 1 1 143 143 6
Dermatitis 6 12 6 1 1 1 1 1 108 108 9
Artritis 6 12 5,5 1 1 1 1 1 99 99 10
Chepalgia 6 14 6 1 1 1 1 1 150 150 5
Hipertensi 6 18 7,5 1 1 1 1 1 180 180 3
Febris
Typoid
6 16 5,5 1 1 1 1 1 121 121 8
Diare 6 20 8 1 1 1 1 1 208 208 2
Abses 6 18 5,5 1 1 1 1 1 132 132 7
DM 6 22 7,5 1 1 1 1 1 210 210 1
Dari perhitungan diatas didapatkan prioritas masalah sebagai berikut :
1. DM
2. Diare
3. Hipertensi
4. ISPA
5. Chepalgia
6. Dispepsia
7. Abses
8. Febris Typoid
9. Dermatitis
10. Artritis
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolik yang disebabkan oleh
berbagai etiologi, yang ditandai dengan hiperglikemia kronik disertai
gangguan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan
defek dari sekresi insulin, aksi insulin maupun keduanya (WHO, 2006).
Diabetes melitus disebabkan karena ketidakmampuan tubuh menghasilkan
insulin, resisten terhadap insulin maupun keduanya (Desphande et al.,
2008). Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan,
disfungsi maupun kegagalan berbagai macam organ terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah (American Diabetes Association (ADA),
2010).
2. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kejadian DM, seperti
riwayat keluarga, ras dan infeksi pada masa kanak-kanak yang merupakan
faktor risiko untuk DM tipe 1. Sedangkan untuk faktor risiko pada DM tipe
2 dikelompokkan menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
meliputi gaya hidup yang dapat meningkatkan indeks masa tubuh,
kurangnya aktivitas fisik, kurang nutrisi, hipertensi, merokok dan minum
alkohol. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi
usia, ras atau etnik, riwayat keluarga, riwayat diabetes gestasional, dan
riwayat berat lahir rendah (Desphande et al., 2008).
Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita
sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan
ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa
terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit
kardiovascular.
a) Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh untuk
seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik
sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari
penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan
memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola
makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang
mengerikan ini.
b) Obesitas Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi
terhadap hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan
lemak untuk menyerap insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu
untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan
organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak. Segera hindari makan
makanan yang tinggi kalori.
c) Usia Yang Semakin Bertambah
Usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai
mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah
mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka
terhadap hormon insulin.
d) Kurangnya Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang
mengalami kegemukan dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti
jantung, liver, ginjal dan juga pankreas. Lakukan olahraga secara teratur
minimal 30 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu.
e) Merokok
Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan
sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah
terserang penyakit diabetes melitus. Jadilah orang yang berakal dan cerdas
dengan tidak menimbun racun dalam tubuh kita walaupun rokok dianggab
bisa memberikan kenikmatan. Kasihanilah tubuh Anda. Efek jangka
panjang rokok sungguh sangat mengerikan. Maka sangat sesuai sekali
kalau agama sangat membenci rokok karena memang lebih banyak
kerusakannya ketimbang manfaatnya.
f) Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Manakan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup
tinggi untuk seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Batasi
konsumsi kolestorol Anda tidak lebih dari 300mg per hari.
g) Stres Dalam Jangka Waktu Lama
Kondisi setres berat bisa mengganggu keseimbangan berbagai hormon dalam
tubuh termasuk produksi hormon insulin. Disamping itu setres bisa
memacu sel-sel tubuh bersifat liar yang berpotensi untuk seseorang
terkena penyakit kanker juga memicu untuk sel-sel tubuh menjadi tidak
peka atau resiten terhadap hormon insulin. Belajarlah untuk berpola hidup
santai walau dalam keadaan serius. Banyak-banyaklah untuk selalu
bertawakkal kepada Allah dalam setiap menghadapi masalah hidup.
Bergantunglah hanya kepada Allah dalam setiap lika-liku kehidupan agar
pikiran tenang dan beban terasa ringan.
h) Hipertensi Atau Darah Tinggi
Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu
banyak konsumsi makanan yang asin-asin. Garam yang berlebih memicu
untuk seseorang teridap penyakit darah tinggi yang pada akhirnya
berperan dalam meningkatkan resiko untuk Anda terserang penyakit
diabetes melitus.
i) Kehamilan
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu
keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel
tubuh menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini biasanya
kembali normal selah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun
demikian menjadi sangat beriso terhadap bayi yang dilahirkan untuk
kedepan punya potensi diabetes melitus.
j) Ras
Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi untuk
terserang diabetes melitus. Peningkatan penderita diabetes di wilawah Asia
jauh lebih tinggi dibanding di benua lainnya. Bahkan diperkirakan lebih
60% penderita berasal dari Asia.
k) Terlalu Sering Konsumsi Obat-Obatan Kimia
Konsumsi obatan kimia dalam jangka waktu yang lama diyakini akan
memberika efek negatif yang tidak ringan. Obat kimia ibarat pisau bermata
dua. Di satu sisi mengobati di sisi yang lain mengganggu kesehatan.
Bahkan tidak sedikit kasus penyakit berat seperti jantung dan liver serta
diabetes diakibatkan oleh terlalu seringnya mengkomsumsi obat kimia.
Salah satu obat kimia yang sangat berpotentsi sebagai penyebab diabetes
adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua jenis obat
tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus karena bisa
merusak pankreas.
3. Klasifikasi
American Diabetes Association mengklasifikasikan diabetes mellitus
kedalam empat tipe, yaitu (Purnamasari, 2009) :
a) Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 merupakan kondisi defisiensi insulin
absolut yang diakibatkan oleh adanya destruksi sel beta pankreas
sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Kerusakan maupun
defisiensi sel β disebabkan oleh proses imunologi dan idiopatik.
Selain proses autoimun terdapat proses nonimun yang
menyebabkan defisiensi insulin. Mekanisme nonimun tersebut adalah
karena kecepatan mengalami ketosis, kebanyakan hal ini diwariskan pada
orang Afrika, Amerika, atau Asia. Pada mereka ini jelas ditemukan
insulinopeni tanpa petanda imun, dan mudah sekali mengalami
ketoasidosis (Fauci, 2008).
b) Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) dikarakteristikkan dengan
berkurangnya sekresi insulin, resisten insulin, over produksi dari glukosa
hepar, dan abnormalitas metabolisme lemak. Patogenesis DM tipe 2
kompleks dan merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah gaya hidup. DM
tipe 2 sebagian besar penyebabnya adalah komponen. Mayoritas kejadian
intoleransi glukosa dalam diabetes disebabkan oleh resistensi insulin.
c) Diabetes mellitus tipe lain
Diabetes mellitus tipe lain merupakan keadaan hiperglikemia yang
disebabkan oleh berbagai macam sebab, diantaranya :
1) Defek genetik fungsi sel β, defek Genetik dalam kerja insulin,
2) Penyakit eksokrin pankreas misalnya: pankreatitis, pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, fibrocalculous
pancreatopathy, mutasi pada carboxyl ester lipase
3) Endokrinopati misalnya akromegali, Cushing's syndrome,
glucagonoma, pheochromocytoma, hyperthyroidism,
somatostatinoma, aldosteronoma
4) Karena obat atau zat kimia misalnya Vacor, pentamidine, nicotinic
acid, glucocorticoids, thyroid hormone, diazoxide, β-adrenergic
agonists, thiazides, phenytoin, α -interferon, protease inhibitors,
clozapine
5) Infeksi misalnya infeksi congenital rubella, cytomegalovirus,
coxsackie
6) Sindrom genetik lain Down's syndrome, Klinefelter's syndrome,
Turner's syndrome, Wolfram's syndrome, Friedreich's ataxia,
Huntington's chorea, Laurence-Moon-Biedl syndrome, myotonic
dystrophy, porphyria, Prader-Willi syndrome.
d) Diabetes kehamilan
Diabetes kehamilan merupakan suatu kondisi hiperglikemia yang terjadi
selama masa kehamilan.
4. Penegakan Diagnosis
Diagnosa diabetes mellitus dapat ditegakkan dengan melihat gejala
klinis diabetes mellitus dan pemeriksaan kadar glukosa darah. Gejala klinis
yang khas pada penderita diabetes antara lain poliuria, polidipsia, polifagia,
dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Gejala klinis yang tidak
khas diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi. Adanya gejala khas DM ditambah hasil
pemeriksaan glukosa abnormal satu kali saja sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis. Sedangkan jika ditemukan gejala tidak khas
diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah dengan hasil abnormal
(Purnamasari, 2009).
Gambar 4.1. Langkah Diagnosis Diabetes mellitus Menurut PERKENI(Sumber : Purnamasari, 2009)
5. Patogenesis
Insulin bekerja untuk menghasilkan cadangan energi dalam tubuh.
Insulin meningkatkan ambilan asam amino dan glukosa terutama di otot dan
sel lemak (Silbernagl dan Lang, 2007). Pada kondisi DM terjadi gangguan
insulin baik dari sekresi, aksi maupun keduanya (Desphande et al., 2008).
Defisiensi insulin pada penderita DM memiliki manifestasi utama berupa
hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi akibat berkurangnya jumlah glukosa
yang masuk ke dalam sel, berkurangnya penggunaan glukosa berbagai
jaringan tubuh, dan peningkatan produksi glukosa (Ganong, 2008).
Kelainan metabolik pada defisiensi insulin absolut atau relatif yang
tidak diterapi secara adekuat, dalam waktu beberapa tahun atau dekade akan
menyebabkan perubahan yang luas dan bersifat ireversibel didalam tubuh
(Silbernagl dan Lang, 2007). Mekanisme terjadinya komplikasi pada DM
dapat diterangkan melalui peningkatan aktivitas aldosa reduktase, glikosilasi
non enzimatik, pembentukan senyawa dikarbonil, dan stres oksidatif
(Widowati, 2008; Wulandari, 2003; Silbernagl dan Lang, 2007).
Peningkatan aktivitas aldosa reduktase. Glukosa direduksi menjadi
sorbitol didalam sel yang mengandung enzim aldosa reduktase. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kadar sorbitol didalam sel. Akumulasi sorbitol
akan meningkatkan osmolaritas didalam sel, sehingga terjadi perubahan
fisiologi sel. Sel dengan kadar sorbitol yang tinggi menunjukan aktivitas
penurunan aktivitas protein kinase C dan Na+, K+ ATPase membran.
Penumpukan sorbitol di lensa mata mengakibatkan penarikan air yang
merusak kejernihan lensa atau perkabutan lensa (katarak) sedangkan
penumpukan sorbitol di sel schwann dan neuron akan mengurangi konduksi
saraf (polineuropati) (Wulandari, 2003; Silbernagl dan Lang, 2007).
Glikosilasi non enzimatik. Glukosa adalah suatu aldehid yang bersifat
reaktif, yang dapat bereaksi secara spontan, walaupun lambat dengan
protein. Melalui proses yang disebut dengan glikosilasi non enzimatik,
protein mengalami modifikasi. Gugus aldehid glukosa bereaksi dengan
gugus amino yang terdapat pada suatu protein, membentuk produk
glikosilasi yang bersifat reversibel. Produk ini mengalami serangkaian
reaksi dengan gugus NH2 dari protein dan mengadakan ikatan silang
membentuk advanced glycoliation end-product (AGE). Akumulasi AGE
pada kolagen dapat menurunkan elastisitas jaringan ikat sehingga
menimbulkan perubahan pada pembuluh darah dan membran basalis
(Wulandari, 2003).
Pembentukan senyawa dikarbonil. Monosakarida seperti glukosa
dapat mengalami oksidasi yang dikatalis oleh Fe dan Cu, membentuk
radikal OH, O2, H2O2 serya senyawa dikarbonil toksik yang dapat merusak
protein, reaksi ini disebut dengan Maillard Browning. Senyawa dikarbonil
yang terbentuk dapat bereaksi dengan gugus –NH2 protein membentuk
AGE (Wulandari, 2003; Widowati, 2008).
Stres oksidatif. Stres oksidatif timbul jika ada pembentukan ROS
melebihi kemampuan mekanisme seluler dalam mengatasi yang melibatkan
sejumlah enzim dan vitamin yang bersifat antioksidan. Stres oksidatif pada
diabetes melitus bisa diakibatkan oleh gangguan keseimbangan redoks
karena perubahan metabolisme karbohidrat dan lipid yang akan
meningkatkan pembentukan ROS dari reaksi glikasi dan oksidasi lipid
sehingga menurunkan sistem pertahanan antioksidan (Wulandari, 2003;
Widowati, 2008).
6. Terapi
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dapat dibagi menjadi 4 golongan:
1. Golongan pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue), contoh
sulfonilurea dan glinid.
Sulfonilurea
Sulfonilurea merupakan obat hipoglikemik oral dengan efek
utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas sehingga
jika pankreas dari si penderita sudah tidak mampu mensintesis insulin,
penggunaan obat ini menjadi tidak efektif.Sulfonilurea terbagi menjadi
dua kelompok yaitu sulfonilurea generasi pertama (klorpropamid) dan
generasi kedua (glibenklamid, glipizid, glimepirid).Efek samping dari
obat golongan ini adalah hipoglikemia sehingga penggunaannya
memerlukan perhatian terutama pada orang tua, penderita dengan
ganguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit
kardiovaskular.Contoh obat golongan ini adalah klorpropamid,
glibenklamid, glipizid, gliklazid, glikuidon dan glimepirid (PERKENI,
2006; Lehne, 2007).
Glinid
Glinid merupakan obat hipoglikemik oral yang memiliki
mekanisme kerja yang sama dengan sulfonilurea, yaitu dengan
menstimulasi pankreas untuk mensekresi insulin. Obat ini diabsorbsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara
cepat melalui hati sehingga penggunaannya pada penderita dengan
gangguan fungsi hati diperlukan perhatian khusus, karena akan
memperlambat metabolisme dari obat ini sehingga dapat
mengakibatkan hipoglikemia. Contoh-contoh obat golongan glinid
antara lain repaglinid dan nateglinid (PERKENI, 2006; Lehne, 2007).
2. Golongan penambah sensitivitas terhadap insulin
Tiazolidindion
Tiazolidindion, yang juga dikenal dengan glitazon, bekerja
dengan cara berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor
gamma (PPARγ), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa (glukosa
transporter), sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer
(PERKENI, 2006).
Efek samping yang paling menonjol dari penggunaan
tiazolidindion adalah dapat meretensi cairan, sehingga terjadi edema
dan penambahan berat badan (2-3 kg).Karena efeknya ini,
pemakaian obat golongan ini dikontraindikasikan pada pasien dengan
gagal jantung kelas I-IV.Selain itu, tiazolidindion juga bersifat
hepatotoksik sehingga obat ini dikontraindikasikan juga untuk
penderita dengan gangguan faal hati dan dalam penggunaannya pasien
diminta untuk melakukan pemantauan hati secara berkala.Contoh obat
golongan ini adalah rosiglitazon dan pioglitazon (PERKENI, 2006;
Lehne, 2007).
3. Golongan penghambat glukoneogenesis
Metformin
Efek utama metformin adalah dengan mengurangi produksi
glukosa di hati (glukoneogenesis), di samping itu obat ini juga
memperbaiki ambilan glukosa perifer.Metformin diekskresi oleh
ginjal dalam bentuk yang tidak berubah, sehingga pada penderita
diabetes melitus yang mengalami kerusakan ginjal, metformin dapat
terakumulasi sampai dengan batas toksik.Metformin mencegah
terjadinya oksidasi asam laktat dan hal ini dapat menyebabkan
asidosis laktat (Lehne, 2007).
4. Golongan penghambat glukosidase alfa
Acarbose
Acarbose bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah
sesudah makan. Obat golongan ini diindikasikan pada penderita
diabetes melitus tipe 2 yang hiperglikemianya tidak dapat terkontrol
dengan diet dan latihan jasmani.Efek samping yang paling sering
ditimbulkan oleh obat golongan ini adalah kembung dan
flatulen.Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia
(PERKENI, 2006).
Insulin
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel beta pankreas sebagai
respon dari rangsangan glukosa dan perangsang-perangsang lain seperi
asam-asam amino, asam-asam lemak bebas, hormon-hormon lambung,
stimulasi parasimpatetik, stimulasi beta-adrenergik (Williams, 2001).
Indikasi terapi insulin antara lain: Penurunan berat badan yang cepat
(dekompensasi metabolik), hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
ketoasidosis diabetik. Berdasarkan lama kerjanya, insulin terbagi menjadi
empat jenis, yaitu:
1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Contoh insulin golongan ini adalah insulin lispro (Humalog), insulin aspart
(NovoRapid).
2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Contoh insulin golongan ini adalah human regular insulin (Actrapid).
3. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
Contoh insulin golongan ini adalah Neutral Protamine Hagedorn (NPH) insulin
(Insulatard, Humulin N), insulin lente.
4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Contoh insulin golongan ini adalah insulin glargine (Lantus), insulin detemir
(Levemir).
5. Insulin campuran tetap (premixed insulin)
Contoh dari golongan ini adalah campuran dari 70% NPH dan 30% human
regular insulin (Mixtard, Humulin 30/70), campuran dari 75% insulin lispro
protamine dan 25% insulin lispro (Humalog Mix 25).
Terapi kombinasi OHO dan Insulin
Pemberian obat hipoglikemik oral maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
dengan respons kadar glukosa darah. Untuk kombinasi obat hipoglikemik
oral dan insulin yang banyak dipergunakan adalah kombinasi obat
hipoglikemik oral dan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang) yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur.Dengan pendekatan terapi
tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja
menengah/panjang adalah 10 unit yang diberikan sekitar pukul 22.00,
kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa
darah puasa keesokan harinya.
Bila dengan terapi kombinasi obat hipoglikemik oral dan insulin,
kadar glukosa darah masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral
dihentikan dan diberikan insulin saja (PERKENI, 2006).
B. KERANGKA KONSEP
HOST Usia Ras Jenis Kelamin Genetik (Riwayat
Keluarga) Riwayat diabetes
mellitus gestasional
AGENT Virus (infeksi
kongenital cytomegalovirus, dll)
PERILAKU Pengetahuan
mengenai DM Gaya hidup (asupan
tinggi gula, kurang aktivitas fisik, merokok, dll)
C. KERANGKA KONSEP
D. HIPOTESIS
Terdapat pengaruh antara pengetahuan dan perilaku terhadap kadar gula darah
pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen.
V. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional.
B. Ruang Lingkup Kerja
a. Tempat: Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas
Defisiensi insulin relatif atau absolut
Hiperglikemia
Diabetes Mellitus
Pengetahuan dan Perilaku Kadar gula darah pasien DM
b. Waktu : Rabu-Kamis, 14-15 Agutus 2013.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dan Sampel
a) Populasi target
Semua penderita diabetes mellitus.
b) Populasi terjangkau
Semua penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas 1
Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas tahun 2012 yaitu sebanyak
261 pasien.
2. Kriteria Sampel
Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan metode simple
raomn sampling. Sampel yang diteliti merupakan populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
a) Kriteria inklusi
1) Warga Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.
2) Bersedia menjadi sampel penelitian.
b) Kriteria eksklusi
1) Mengundurkan diri dalam perjalanan penelitian.
3. Besar sampel
berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus
n=Zα 2 PQ d2
untuk menentukan besar sampel minimal, diperoleh bahwa subyek
penelitian berjumlah 31 penderita.
D. Faktor yang Diteliti (Variabel Penelitian)
1. Identitas
2. Kadar Gula Darah
3. Pengetahuan mengenai diabetes mellitus
E. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Skala
Identitas Identitas adalah ciri, tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau kelompok sehingga membedakannya dengan yang lain. Identitas berisi: nama, jenis kelamin, usia, alamat, status perkawinan, nama kepala keluarga, pekerjaan, pendidikan terakhir dan pendapatan.
Nominal
Pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus (DM)
Pengetahuan adalah sesuatu yang dikemukakan seseorang yang merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. DM adalah suatu keadaan dimana ditemukan gejala klinis khas DM (poliuria, polifagia, polidipsia) ditambah dengan 1 kali pemeriksaan glukosa (GDS/GD2PP/GDP) yang abnormal atau suatu keadaan dimana ditemukannya gejala klinis tidak khas DM (kesemutan, luka sulit sembuh, lemas, pandangan mata kabur) ditambah dengan 2 kali pemeriksaan glukosa GDS/GD2PP/GDP) abnormal.Pengetahuan mengenai DM adalah sesuatu yang merupakan hasil dari tahu mengenai DM, yaitu pengertian, penyebab, komplikasi, faktor resiko, dan cara pengendalian kadar glukosa darah.
Nominal
F. Instrumen Pengambilan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner sebagai jenis data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari
sumbernya. Kuesioner digunakan untuk mengetahui pengetahuan penderita
DM mengenai penyakitnya.
G. Rencana Analisis Data
Data dari hasil penelitian akan dianalisis secara univariat dan bivariat
menggunakan alat bantu program komputer.
VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Responden
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 di beberapa desa di
wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen yaitu desa Karang Jati, desa Kecila,
desa Kedung Pring, dan desa Sibalung. Di setiap desa terdapat 5-7 orang
yang menderita diabetes mellitus (DM) dan rutin mengikuti aktivitas
Prolanis di Puskesmas 1 Kemranjen. Di desa Karang Jati terdapat 6 orang,
di desa Kecila 4 orang, di desa Kedung Pring 5 orang, dan di desa Sibalung
5 orang.
Dari hasil penelitian dapat diperoleh karakteristik responden seperti
yang terlihat pada tabel 6.1 dibawah ini.
Karakteristik Responden Jumlah (orang) Presentase(%)
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 9 45
2. Perempuan 11 55
Usia
1. ≤ 65 tahun 10 50
2. > 65 tahun 10 50
Pekerjaan Responden
1. Buruh 1 5
2. Pensiunan 7 35
3. Lainnya 12 60
Tingkat Pendidikan
1. Tidak Sekolah 2 10
2. SD 5 25
3. SMP 5 25
4. SMA 6 30
5. Perguruan Tinggi 2 10
Pengetahuan
1. Baik 7 35
2. Kurang 13 65
Perilaku
1. Baik 8 40
2. Kurang 12 60
2. Analisis Bivariat
Tabel 6.2 Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-Square Pengetahuan dengan Kadar Gula Darah
Kadar Gula Darah
Pengetahuan
pBaik Kurang
N % N %Normal 7 58,3 5 42,7 0,015Tinggi 0 0 8 100
Berdasarkan analisis menggunakan uji chi-square diperoleh p-value =
0,015 atau probabilitas di bawah 0,05 (p<0,05), sehingga diinterpretasikan
memiliki hubungan bermakna atau signifikan.
Tabel 6.3 Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-Square Pengetahuan dengan Kadar Gula Darah
Berdasarkan analisis menggunakan uji chi-square diperoleh p-value =
0,005 atau probabilitas di bawah 0,05 (p<0,05), sehingga diinterpretasikan
memiliki hubungan bermakna atau signifikan.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini peneliti ingin menganalisis pengetahuan dan perilaku
yang mempengaruhi kadar gula darah pada penderita DM di Kecamatan
Kemranjen.
Hipotesis yang peneliti ajukan adalah terdapat pengaruh antara
pengetahuan dan perilaku terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus
di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen.
Uji Chi-square antara pengetahuan dengan kadar gula darah
menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p 0,015. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yessi Ariani (2006) yang
menyebutkan bahwa semakin rendah pengetahuan, maka kadar gula darah
semakin tinggi.
Penelitian ini juga meneliti pengaruh antara perilaku dengan kadar gula
darah. Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p
= 0,005 atau p < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu
Kadar Gula Darah
Perilaku
pBaik Kurang
N % N %Normal 8 66,7 4 33,3 0,005Tinggi 0 0 8 100
yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku pengendalian
dengan kadar gula darah, yaitu kebiasaan minum obat, aktivitas fisik, olahraga
dan kebiasaan makan (Joko, 2012).
VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan mengenai pengetahuan dan perilaku yang mempengaruhi kadar
gula darah pada penderita DM di Kecamatan Kemranjen adalah:
1. Memberikan penyuluhan dan penjelasan mengenai penyakit diabetes
melitus kepada penderita DM
2. Pemberian iklan berupa leaflet tentang DM.
3. Memberdayakan kegiatan sosial untuk menambah pengetauan masyarakat
tentang penyakit DM
4. Melakukan konseling mengenai bahayanya penggunaan dan konsumsi
gula berlebih, makanan berlemak dan cara pemakaian gula yang benar
serta pentingnya olahraga secara teratur
B. Penentuan Alternatif Terpilih
Pemilihan prioritas alternatif pemecahan masalah harus dilakukan
karena adanya keterbatasan baik dalam sarana, tenaga, dana, serta waktu.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pemilihan prioritas pemecahan
masalah adalah metode Rinke. Metode ini menggunakan dua kriteria yaitu
efektifitas dan efisiensi jalan keluar.
Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,
kelanggengan selesainya masalah, dan kecepatan penyelesaian masalah.
Efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan dalam
menyelesaikan masalah. Skoring efisiensi jalan keluar adalah dari sangat
murah (1), hingga sangat mahal (5).
Tabel 7.1. Kriteria dan Skoring Efektivitas Jalan Keluar
S M (Besarnya masalah yang dapat diatasi)
I (kelanggengan
selesainya masalah)
V (Kecepatan penyelesaian masalah)
C(efisiensi
jalan keluar
dikaitkan dengan biaya)
1 Sangat kecil Sangat tidak langgeng
Sangat lambat Sangat murah
2 Kecil Tidak langgeng
Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng
Cukup cepat Cukup mahal
4 Besar Langgeng Cepat Biaya mahal5 Sangat besar Sangat
langgengSangat cepat Sangat mahal
Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Reinke
adalah sebagai berikut:
Tabel 7.2. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Reinke
NoDaftar Alternatif
Jalan KeluarEfektivitas Efisiensi MxIxV
C
Urutan Prioritas MasalahM I V C
1 Memberikan penyuluhan dan penjelasan mengenai penyakit diabetes melitus kepada penderita DM
5 5 5 2 62,5 1
2 Pemberian iklan berupa leaflet tentang DM.
5 5 4 3 33,33 2
3
4
Memberdayakan kegiatan sosial untuk menambah pengetauan masyarakat tentang penyakit DM
Melakukan konseling mengenai bahayanya penggunaan dan konsumsi gula berlebih, makanan berlemak dan cara pemakaian gula yang benar serta pentingnya olahraga secara
4
4
3
4
2
3
3
3
8
16
4
3
teratur
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah
menggunakan metode Reinke, didapat prioritas pemecahan masalah, yaitu
memberikan penyuluhan dan penjelasan mengenai penyakit diabetes
melitus kepada penderita DM juga pemberian iklan berupa leaflet tentang
DM.
VIII. RENCANA KEGIATAN (Plan of Action)
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil Community Health Analysis di wilayah kerja
Puskesmas 1 Kemranjen, dapat diketahui bahwa pengetahuan dan perilaku
berpengaruh terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus.
Ilahraga merupakan salah satu cara untuk menurunkan berat badan
pada pasien DM. Rendahnya keaktifan masyarakat terhadap olah raga dapat
berkaitan dengan tingkat pengetahuan, dan motivasi untuk melakukan olah
raga secara rutin. Selain olahraga rutin, pola diet yang salah seperti konsumsi
gula dan makanan berlemak yang berlebihan juga menjadi penyebab
terjadinya diabetes melitus. Hal ini dapat dikarenakan masyarakat terbiasa
mengonsumsi makanan manis yang kaya rasa dan lebih menyukai makanan
yang digoreng tanpa memikirkan dampak dari pola makan seperti itu.
Pengetahuan yang kurang baik akan mengakibatkan sikap dan
perilaku seseorang menjadi kurang tepat dalam menanggapi suatu hal.
Waktu, sarana, dan motivasi yang kurang dapat menjadikan seseorang
enggan untuk melakukan olah raga secara rutin. Kesadaran masyarakat yang
rendah untuk mengubah pola makan pun menjadikan masyarakat enggan
untuk membatasi konsumsi gula dan makanan berlemak yang telah menjadi
kebiasaan mereka.
Oleh karena itu diperlukan peningkatan pengetahuan dan motivasi
agar masyarakat lebih menyadari pentingnya membatasi konsumsi gula dan
menjaga berat badan yang ideal untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Upaya yang dapat dilaksanakan sesuai dengan penentuan prioritas
pemecahan masalah adalah melakukan konseling mengenai pembatasan
konsumsi gula dan makanan berlemak serta pentingnya olahraga secara
teratur.
B. Tujuan
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya penggunaan gula
secara berlebihan.
2. Meningkatkan motivasi masyarakat untuk mempertahankan berat badan
ideal dengan membatasi konsumsi makanan berlemak dan olahraga secara
rutin.
C. Bentuk Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk pengukuran
kadar gula darah dan penyuluhan secara interaktif tentang manfaat
pembatasan konsumsi gula dan makanan berlemak serta olah raga teratur
terhadap pencegahan dan pengendalian diabetes melitus. Materi yang
digunakan dalam bentuk leaflet yang dibagikan pada pasien balai pengobatan
Puskesmas Kemranjen 1.
D. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah pasien anggota Prolanis di wilayah kerja
Puskesmas 1 Kemranjen yang berjumlah 65 orang.
E. Pelaksanaan
1. Personil
- Penanggung jawab: dr. Sinta Wulan Sari (Kepala Puskesmas 1
Kemranjen)
- Pelaksana : Erli Nur Ramdhan dan Fauziah Rizki Ismaulidya
2. Waktu danTempat
- Hari : Selasa
- Tanggal : 20 Agustus 2013
- Tempat : Rumah Dinas Puskesmas 1 Kemranjen
- Waktu :08.00 WIB - selesai
F. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berupa pengukuran gula darah serta tanya
jawab apakah pasien telah melakukan saran yang diberikan pada saat
penyuluhan. Hasil tanya jawab kemudian dapat dicocokkan dengan jawaban
keluarga yang mengantar pasien.
IX. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEGIATAN
A. Evaluasi Hasil Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Kegiatan
Intervensi kesehatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan
pemberian leaflet mengenai tanda dan gejala, faktor-faktor yang
berpengaruh, dan cara mencegah diabetes melitus. Penyuluhan yang
dilakukan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan tingginya jumlah pasien yang kadar gula darahnya tidak
terkontrol. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan melalui 3
tahap yaitu :
a. Tahap Persiapan
1) Materi. Materi yang disiapkan adalah materi tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, faktor-faktor yang berpengaruh, cara
pencegahan, dan komplikasi dari DM.
2) Sarana : Sarana yang dipersiapkan berupa alat tulis, dan leaflet.
b. Tahap pelaksanaan
1) Judul Kegiatan : Penyuluhan dan pemberian leaflet tentang
diabetes melitus
2) Hari/Tanggal : Selasa, 20 Agustus 2013, Pukul: 08.30
WIB
3) Tempat : Rumah Dinas Puskesmas 1 Kemranjen
4) Penanggungjawab : dr. Sinta Wulan Sari (kepala Puskesmas 1
Kemranjen)
5) Pembimbing : Ibu Tati (selaku pemegang program
Prolanis Diabetes Melitus)
6) Pelaksana : Dokter Muda UNSOED (Erli Nur Ramdhan
dan Fauziah Rizki Ismaulidya)
7) Peserta : Anggota Prolanis Diabetes Melitus wilayah
kerja Puskesmas 1 Kemranjen.
8) Penyampaian materi : Penyampaian materi dilakukan dengan lisan
dan tulisan untuk menjelaskan tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
faktor-faktor yang berpengaruh dan cara
pencegahan penyakit diabetes melitus
c. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal, yaitu
evaluasi sumber daya, evaluasi proses, evaluasi hasil. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai hasil evaluasi masing-masing aspek.
1. Evaluasi sumber daya
Evaluasi sumber daya meliputi evaluasi terhadap 5 M yaitu
man, money, metode, material, machine.
a. Man.
Secara keseluruhan sumber daya dalam pelaksanaan
diskusi sudah termasuk baik karena narasumber memiliki
pengetahuan yang cukup memadai mengenai materi yang
disampaikan.
b. Money
Sumber dana juga cukup untuk menunjang terlaksananya
diskusi termasuk untuk menyiapkan sarana dan prasarana.
c. Metode
Metode penyuluhan yang digunakan adalah melalui
pemberian materi secara lisan dan tulisan dengan pembagian
leaflet serta dilakukan diskusi. Evaluasi pada metode ini
termasuk cukup baik dan sasaran penyuluhan tertarik untuk
mengikuti dan mendengarkan penjelasan narasumber.
d. Material
Materi yang diberikan pada penyuluhan telah
dipersiapkan dengan baik, materi penyuluhan diperoleh dari
buku ilmu penyakit dalam serta artikel-artikel yang berkaitan
dengan diabetes mellitus.
2. Evaluasi proses
Evaluasi terhadap proses disini adalah terhadap proses
pelaksanaan penyuluhan. Penyuluhan yang dijadwalkan pada Hari
Selasa 20 Agustus 2013 pukul 08.30 WIB sesuai dengan waktu
yang sudah dijadwalkan. Proses penyuluhan berlangsung kurang
lebih 30 menit, meliputi penjelasan mengenai penyakit DM,
evaluasi dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab sehingga
beberapa pasien yang pengetahuannya rendah dapat memahami
lebih baik tentang diabetes melitus.
B. Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Terdapat pengaruh antara pengetahuan dan perilaku terhadap
kadar gula darah pada pasien DM di wilayah kerja Puskesmas 1
Kemranjen
b. Saran
Peran serta keluarga menjadi modal utama keberhasilan
pengendalian kadar gula darah pasien DM di Kemranjen, karena
mayoritas adalah pasien lansia yang sangat memerlukan orang lain untuk
menjalani hidupnya
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetic Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 33:562-569.
Deshpande, A. D.; Harris-Hayes, M.; dan Schootman, M. 2008. Epidemiology of Diabetes and Diabetes-Related Complication. Physical Terapy Journal. 88(11): 1254-1264.
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
International Diabetes Federation. 2011. The Global Burden. Available at : http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/the-global-burden. Diakses pada tanggal : 31 Juli 2013.
Joko Mulyono, Sulchan, Tri Hartiti. 2012. Hubungan Faktor Demografi, Sosial dan Perilaku dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus. Universitas Muhammadiyah Semarang
Kenge, A. P.; Amoah, A. G.; dan Mbanya, J. C. 2010. Cardiovascular Complications of Diabetes Mellitus in Sub-Saharan Africa. The American Heart Association. 112: 3592-3601
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Konsensus PERKENI, Jakarta.
Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing.
Schalkwijk, C. G. dan Stehouwer, C. D. 2005. Vascular complications in diabetes mellitus: the role of endothelial dysfunction. The Biochemical Society. 109: 143-159.
Silbernagl, S. dan Lang, F. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC, Jakarta.
World Health Organization. 2006. Guidelines for The Prevention, Management and Care of Diabetes Melitus. Diperoleh dari: http://libdoc.who.int/emro/2006/9789290214045 eng.pdf. Diakses tanggal 31 Juli 2013.
Widowati, W. 2008. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. JKM. 7: 1-10.
Wulandari, N. 2003. Perubahan Pupil Cycle Time pada Penderita Diabetes Melitus. Diperoleh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6389/1/pnymata-novi%20wulandari.pdf. Diakses 31 Juli 2013.
Yessi Ariani. 2006. Pengetahuan Diabetes Melitus dengan Kadar Gula Darah pada Pasien DM Tipe 2. Skripsi. FK Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIANDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTERPURWOKERTO
LEMBAR PERSETUJUAN
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb
Kami dokter muda dari Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, saat
ini sedang melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH
PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS 1 KEMRANJEN TAHUN 2013”. Penelitian ini
diselenggarakan dalam rangka penyusunan Community Health Analysis di stase
IKM/IKK Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dengan segala kerendahan
hati, saya bermaksud mengharapkan kesediaan saudara untuk meluangkan
waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar
kuesioner.
Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan yang
saudara ketahui. Oleh karena itu, diharapkan saudara memberi jawaban yang
jujur, terbuka dan apa adanya sesuai dengan yang saudara ketahui. Penelitian
ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan, kerahasiaan informasi akan
sepenuhnya dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas kesediaan dan kerjasama saudara sebagai responden dalam
penelitian ini, saya sampaikan terimakasih. Semoga penelitian ini bisa
memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb
Hormat kami,
Peneliti
LEMBAR PERNYATAAN
Setelah mendengar penjelasan tentang maksud dan tujuan serta manfaat
penelitian ini, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………
Bersedia untuk menjadi responden yang diselenggarakan dalam rangka
penelitian dengan judul “ FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH
PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS 1 KEMRANJEN TAHUN 2013” yang dilakukan oleh
dokter muda Kedokteran UNSOED.
Kemranjen, Agustus 2013
(……………………………)
A. Kuesioner Data Demografi
1. Pendidikan terakhir
( ) Tidak sekolah
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) Perguruan tinggi
2. Pekerjaan
( ) PNS
( ) Wiraswasta
( ) Buruh
( ) lainnya, sebutkan……
B. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus
1. Penyakit Diabetes Mellitus adalah Penyakit kelebihan kadar gula dalam
darah.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
2. Penyakit Diabetes Mellitus disebut juga dengan penyakit kencing manis.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
3. Penyakit Diabetes Mellitus salah satunya juga bisa disebabkan karena
kurang atau tidak adanya hormon insulin.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
4. Umur, keturunan dari keluarga, dan berat badan/kegemukan merupakan
faktor–faktor resiko penyebab timbulnya penyakit Diabetes Mellitus.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
5. Seseorang yang menderita penyakit Diabetes Mellitus dapat menurunkan
penyakit tersebut kepada anaknya atau keturunanya.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
6. Salah satu gejala penyakit Diabetes Mellitus adalah sering buang air kecil.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
7. Penglihatan kabur, mulut kering, dan berat badan menurun merupakan
gejala-gejala penyakit Diabetes Mellitus.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
8. Kerusakan organ ginjal dan Infeksi pada kaki hingga membusuk (luka tidak
cepat sembuh) merupakan akibat penyakit Diabetes Mellitus.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
9. Merokok dan alkohol merupakan hal – hal yang harus dihindari oleh
penderita Diabetes Mellitus.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
10. Cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus adalah dengan menjaga pola
makan dan rajin berolahraga.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
11. Untuk pencegahan penyakit Diabetes Mellitus juga diperlukan
pemeriksaan kadar gula darah berkala atau teratur.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
12. Direbus, dibakar, dan dikukus merupakan cara memasakak makanan yang
dapat lebih menyebabkan penyakit Diabetes Melitus .
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
13. Penyakit DM adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun dapat
dikendalikan.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
14. Pengendalian gula darah sangat dipengaruhi oleh keteraturan minum obat
dan pengaturan pola makan yang baik.
[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau
[ ] Benar [ ] Salah
C. Kuesioner Perilaku Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus
N
Pernyataan SSSS S TY TSTS STSTS
1Jika ada acara penyuluhan tentang penyakit Diabetes Mellitus saya akan datang.
2
Saya akan sering mencari informasi tentang penyakit Diabetes Mellitus agar lebih mengetahui gejala,penyebab, akibat, dan cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus
3Saya akan periksa kadar gula darah saya dengan teratur.
4Saya berolahraga teratur untuk dapat mempertahankan atau menurunkan berat badan
5Saya kan mengkonsumsi kopi atau teh manis dari pada minum air putih terutama pada saat bekerja.
6
Saya akan mengganti cara memasak yang digoreng menjadi cara memasak makanan dikukus atau direbus agar tidak terkena Diabetes Mellitus.
7 Saya akan sering makan-makanan yang manis.
8Saya akan mengurangi makanan makanan cepat saji agar tidak terkena penyakit Diabetes Mellitus.
9Untuk mempertahankan kesehatan, saya tidak perlu berolahraga karena saya minum suplemen vitamin/mineral secara teratur
10Saya tidak perlu berolahraga bila sudah mengurangi makan yang manis-manis.
11Untuk mempertahankan kesehatan, saya berolahraga secara teratur seperti bersepeda, jogging, badminton atau lainnya.
Lampiran 2
Hasil Uji Analisa Data
1. Hasil uji Chi-Square hubungan kadar gula darah dan perilaku pasien diabetes
mellitus
2. Hasil uji Chi-Square hubungan kadar gula darah dan pengetahuan pasien
diabetes mellitus
Lampiran 3
Dokumentasi
Kegiatan Penyuluhan Penyakit Diabetes Melitus