amalgam fix

22
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II Topik : Amalgam Grup : C-5 Tgl. Praktikum : 25 Oktober 2012 Pembimbing : HelalSoekartono, drg.,M.Kes Penyusun : 1. SaktyaHutamiPinastiti 021111143 2. Michael Salomo Christian P. 021111144 3. IkhmadaZulfaNisa’Jannah 021111145 4. Olivier MaronSahetapy 021111146 5. Ardwinanto Yoga Nugroho 021111147 6. Della QoyyumAnggororatri 021111148 DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

Upload: ardwinanto-yoga-n

Post on 20-Oct-2015

110 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Amalgam Fix

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

Topik : Amalgam

Grup : C-5

Tgl. Praktikum : 25 Oktober 2012

Pembimbing : HelalSoekartono, drg.,M.Kes

Penyusun :

1. SaktyaHutamiPinastiti 021111143

2. Michael Salomo Christian P. 021111144

3. IkhmadaZulfaNisa’Jannah 021111145

4. Olivier MaronSahetapy 021111146

5. Ardwinanto Yoga Nugroho 021111147

6. Della QoyyumAnggororatri 021111148

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2012

Page 2: Amalgam Fix

Amalgam

1. TUJUAN

a. Dapat memanipulasi bahan restorasi amalgam dengan benar

menggunakan perbandingan antara bubuk amalgam dengan merkuri

b. Dapat membedakan antara hasil triturasi bahan restorasi amalgam secara

manual dengan mekanik

c. Dapat melakukan aplikasi bahan restorasi amalgam dalam kavitas

(cetakan model) dengan tepat

2. METODE PRAKTIKUM

2.1. Bahan :

a. Bubuk amalgam

b. Cairanmerkuri

2.2. Alat :

a. Mortar danpestle amalgam

b. Kondenser amalgam

c. Kainkasa

d. Pistol amalgam

e. Cetakan model

f. Dispenser bubuk amalgam

g. Dispenser cairanmerkuri

h. Stopwatch

i. Sonde

j. Spatula semen

k. Brander

l. Burnisher

m. Pinset

n. Pisau model

o. Amalgamator

p. Kapsul amalgam

Page 3: Amalgam Fix

q. Timbangan

Gambar 1.Cetakan model Gambar 2. Dispenser cairanmerkuri

Gambar 3.Pistol amalgam, Burnisher, SondeGambar 4. Amalgamator

2.3. Cara Kerja

2.3.1. TriturasiSecara Manual

a. Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan

(arah tegak lurus) ditimbang terdahulu pada timbangan lalu

dimasukkan dalam mortar.

Gambar 5.Penimbangan bubuk amalgam

Page 4: Amalgam Fix

b. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan

(arah tegak lurus) dimasukkan dalam mortar yang telah berisi

bubuk amalgam.

c. Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan pestle

pada dinding mortar (pen-type grip)dengan gerakan memutar

sampai homogen selama 60 detik. Pada saat mulai pengadukan

waktu dicatat.

Gambar 6.Pengadukan bubuk amalgam dan cairan dengan cara pestle

d. Adonan telah diaduk dimasukkan kedalam kain kasa, kelebihan

merkuri dikeluarkan dengan cara memeras kain kasa tersebut. Kain

kasa dijepit kuat dengan pinset kemudian kain kasa diputar

digerakkan keatas, maka sisa merkuri akan keluar dari kasa.

Pekerjaan ini dilakukan beberapa kali sampai tidak ada sisa

merkuri yang keluar.

Gambar 7.Adonan dimasukkan kedalam kain kasa Gambar 8.Adonan diperas di

dalam kainkasa

Page 5: Amalgam Fix

e. Adonan dari kain kasa diambil dengan pistol amalgam di

masukkan dalam cetakan model. Penempatan adonan amalgam

dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil dilakukan

kondensasi menggunakan condenser sampai adonan padat.

Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model

penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher.

Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan

amalgam menggunakan sonde pada menit ke-20

Gambar 9.AdonandiambilmenggunakanGambar 10.Penempatanadonanpada

pistol amalgam cetakan model

Gambar 11.Cetakan model telahterpenuhiGambar 12.Dihaluskandenganburnisher

olehadonan

f. Amalgam ditunggusampaimengeras. Waktu yang

diperlukansampai amalgam mengerasdicatat.

Page 6: Amalgam Fix

2.3.2 TriturasiSecaraMekanik

a. Sambungkan listrik amalgamator ke sumber listrik

b. Bubuk amalgam dan merkuri ditimbang 1:1, dimasukkan kedalam

kapsul

c. Kapsul diletakkan di tempat pengaduk pada amalgamator dengan tepat

d. Tentukan waktu pengadukan selama 8 detik dengan menekan tombol

High

e. Triturasi sesuai waktu yang ditentukan, selanjutnya kapsul dikeluarkan

dari amalgamator.kapsul dibuka dan amalgam diletakkan di atas kain

kasa, kemudian diperas.

f. Adonan darikain kasa diambil dengan pistol amalgam di masukkan

dalam cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan

model sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan

condenser sampai adonan padat.Pekerjaan ini dilakukan berulang-

ulang sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan

burnisher.

g. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan

amalgam menggunakan sonde.

Page 7: Amalgam Fix

HASIL PRAKTIKUM

No Triturasi amalgam

Kuantitas bubuk

amalgam dan cairan

merkuri (gr)

Waktu setting

amalgam

(menit)

1 Manual1 0,41 28

2 Manual2 0,50 22

3 Mekanik Sesuai takaran pabrik 13:22

Percobaan pertama, dimulai dengan manipulasi bubuk amalgam dan

cairan merkuri yang telah ditimbang dengan perbandingan 1:1, pada percobaan

pertama ini didapatkan kuantitas masing – masing bubuk dan cairan sebesar

0,41gr. Kemudian bubuk dan cairan tersebut diaduk di dalam mortar dengan

pestle. Setelah 20 menit, dihitung dari awal proses manipulasi, dilakukan

pengecekan kekerasan amalgam, setiap 2 menit sonde digoreskan tanpa tekanan

pada permukaan amalgam, sampai sonde tidak meninggalkan bekas. Pada

percobaan pertama, di menit ke 28, sonde sudah tidak meninggalkan bekas

goresan.

Percobaan kedua, dimulai dengan manipulasi bubuk amalgam dan

cairan merkuri yang telah ditimbang dengan perbandingan 1:1, pada percobaan

kedua ini didapatkan kuantitas masing – masing bubuk dan cairan sebesar 0,41gr.

Seperti cara kerja pada percobaan pertama , setelah 20 menit, dihitung dari awal

proses manipulasi, dilakukan pengecekan kekerasan amalgam, setiap 2 menit

sonde digoreskan tanpa tekanan pada permukaan amalgam, sampai sonde tidak

meninggalkan bekas. Pada percobaan kedua, di menit ke 22, sonde sudah tidak

meninggalkan bekas goresan.

Percobaan ketiga adalah triturasi amalgam secara mekanik dengan alat

amalgamator. Dalam percobaan ketiga ini, operator tidak perlu menimbang

kuantitas bubuk amalgam dan cairan merkuri, karena bubuk amalgam dan cairan

merkuri telah disediakan di dalam kapsul. Setelah 6 menit, dihitung dari awal

proses manipulasi, digoreskan sonde pada permukaan amalgam setiap 2 menit

Page 8: Amalgam Fix

sekali. Padamenit ke-13:22, sonde sudah tidak meninggalkan bekas goresan pada

amalgam.

Dalam percobaan triturasi mekanik, kapsul berisi bubuk amalgam dan

cairan merkuri yang telah ditakar diletakkan pada tempat pengaduk pada

amalgamator. Amalgamator dapat diatur lama triturasi dan kecepatannya sesuai

dengan yang dibutuhkan. Keuntungan triturasi secara mekanik antara lain;

didapatkan hasil pencampuran yang seragam (homogen), waktu untuk proses

triturasi lebihpendek daripada triturasi secara manual, dan rasio alloy dan merkuri

yanglebih besar dapat digunakan dalam teknik triturasimekanik . (Mc Cabe

andWalls, 2008, p.192). Selain itu, triturasi secara mekanik dapat mengurangi

adanya kontaminasi antara merkuri dengan pekerja.

Kondensasi juga dapat dilakukan dengan cara mekanis. Prosedur, prinsip,

dan hasil klinis dari kondensasi mekanis sama dengan kondensasi dengan tangan.

Perbedaanya adalah bahwa pemadatan amalgam dilakukan dengan alat otomatis.

Kelebihan dari kondensasi mekanis adalah tenaga yang diperlukan lebih sedikit

dibandingkan kondensasi dengan tangan. Pada proses kondensasi, pemberian

kekuatan tekanan yang berbeda akan mengurangi kepadatan pada cetakan

sehingga akan mempengaruhi waktu setting. Perbedaan tekanan dalam proses

kondensasi akan mempengaruhi setting time. Kekuatan tekanan yang diberikan

oleh amalgamator tentunya berbeda dengan tekanan yang dilakukan secara

manual. Tekanan yang diberikan amalgamator lebih besar dan cepat daripada

secara manual. Tekanan yang lebih kuat dan cepat akan menghasilkan setting time

yang semakin cepat karena adonan semakin homogen. (Anusavice, 2003, p.530)

Pembahasan

Amalgam adalah suatu paduan dari merkuri dan satu atau lebih logam

lainnya.Amalgam ini diproduksi oleh pencampuran merkuri cair dengan partikel

padat dari paduan perak, timah, tembaga, seng dan terkadang juga dengan

paladium, indium, dan selenium.Kombinasi dari logam padat ini dikenal sebagai

paduan amalgam. Setelah amalgam yang baru dicampur dengan merkuri cair,

memiliki plastisitas yang memungkinkan untuk mudah dikemas menjadi preparasi

Page 9: Amalgam Fix

gigi.Amalgam paling sering digunakan untuk direct, permanen, restorasi posterior

dan untuk restorasi besar, atau inti yang merupakan precursor untuk menempatkan

mahkota(Craig, 2002,pp 288).

Kelemahan utama dari amalgam adalah bahwa warna perak tidak sesuai

struktur warna gigi.Selain itu, amalgam juga sifatnya mudah rapuh, dapat

menimbulkan korosi dan galvanik, mungkin menunjukkan tingkat kerusakan

marginal, dan tidak membantu mempertahankan struktur gigi yang melemah

(Craig, 2002,pp 288).

Komposisi dan Morfologi

ANSVADA Keterangan No.1 untuk paduan amalgam (IS0 1559)

mencakup persyaratan untuk spesifikasi komposisinya.Hal ini tidak dapat

menyatakan secara tepat apa komposisi paduannnya, melainkan memungkinkan

beberapa variasi dalam komposisinya. Dasar komposisi kimianya harus terdiri

dari perak dan timah. Tembaga, seng, emas, paladium,indium, selenium, atau

merkuri dapat dimasukkan dalam jumlah yang lebih kecil, dan tembaga dapat

dimasukkan dalam jumlah besar untuk dapat mengubah ketahanan korosi dan sifat

mekanik tertentu dari massa amalgam (Craig, 2002,pp 288-289)

284 289

Page 10: Amalgam Fix

Paduan secara luas diklasifikasikan sebagai low-copper alloys(5% atau

kurang tembaga) dan high-copper alloys (13% sampai 30% tembaga). Partikel

yang berbentuk tidak teratur, mikrosfer dari berbagai ukuran, atau kombinasi dari

keduanya (Craig, 2002).

Proses Amalgamation

LOW-COPPER ALLOYS

Paduan amalgam dicampur dengan merkuri cair untuk membasahi

permukaan partikel sehingga reaksi antara merkuri cair dan bubuk amalgam dapat

dilanjutkan pada tingkat yang seimbang.Pencampuran ini disebut triturasi.

Jumlah merkuri cair yang digunakan untuk menggabungkan partikel alloy tidak

cukup untuk bereaksi dengan partikel sepenuhnya. Oleh karena itu massa

amalgam mengandung partikel bereaksi. Sekitar 27% dari Ag asli, senyawa Sn

tetap sebagai partikel bereaksi.Reaksi disederhanakan dari paduan amalgam

rendah tembaga dengan merkuri yang dapat diringkas dengan cara berikut (Craig,

2002,pp 292)

288 2

HIGH-COPPER ALLOYS

Perbedaan utama antara low-copper alloys dan high-copper alloys bukan

hanya pada persentase tembaganya tetapi juga pada efek bahwa kandungan

tembaga yang lebih tinggi dimiliki pada reaksi amalgam. Tembaga dalam paduan

ini baik bentuknya dalam eutektik perak-tembaga atau E(Cu, Sn).Dari fase2 untuk

dihilangkan dalam waktu beberapa jam setelah pembentukannya, atau mencegah

Page 11: Amalgam Fix

pembentukan seluruhnya. Tahap2 di amalgam adalah yang paling lemah dan

paling rentan terhadap korosi, sehingga restorasi menggunakan amalgam yang

dibuat dengan tembaga cukup memiliki periode lebih pendek dari servis,

sedangkan high-copper alloys cenderung memiliki sifat fisik dan mekanik unggul

(Craig, 2002,pp 292).

KONDENSASI

Setelah triturasi, bahan ini dikemas atau terkondensasi ke dalam

rongga.Berbagai metode telah disarankan untuk menyingkat amalgam termasuk

getaran ultrasonik dan mekanis terkondensasi alat. Alat mekanik menerapkan

cukup tinggi beban dengan cukup besar amplitudo dari gerakan terkondensasi alat.

Sebagai konsekuensi mereka mungkin terkait dengan kerusakan gigi, terutama

cuspal fraktur selama kondensasi. Kondensor ultrasonik berkecenderungan untuk

menghasilkan pemanasan lokal dari amalgam dengan efek merugikan baik dari

segi uap merkuri melepaskan dan modifi kation dalam pengaturan reaksi materi

Yang paling banyak digunakan metode kondensasi adalah dengan alat

tangan yang disebut pencampur. Bentuk dan ukuran yang kondensor harus dipilih

seusai dengan ukuran . Yang kondensor harus mampu fit di dalam rongga garis

besar dan harus bisa mendapatkan cukup dekat dengan margin perifer pemulihan.

Ini dapat menjadi masalah dengan kotak di permukaan gigi, alat yang baik di

dalam kotak dinding dekat dengan matriks. Hal ini sering menggunakan diameter

yang lebih kecil, bulat kondensor untuk memfasilitasi bentuk yang diinginkan.

Amalgam dikemas dalam bertahap, setiap kenaikan yang setara dengan

volume material yang dapat dibawa dalam pistol amalgam, perangkat yang

digunakan untuk mentransfer materi dari tabung pencampuran ke rongga yang

telah dipersiapkan. Selama kondensasi, lapisan cairan yang kaya akan merkuri

terbentuk pada permukaan setiap lapisan inkremental. Rongga terisi lebih dan

lapisan kaya merkuri yang diukir dari permukaan. Hal ini secara efektif

mengurangi kadar merkuri, dengan demikian meningkatkan sifat mekanik.

Teknik kondensasi yang dipilih harus menjamin berikut.

( 1 ) adaptasi yang memadai dari bahan untuk semua bagian rongga dasar dan

dinding.

( 2 ) ikatan antara yang baik tersebut lapisan bertahap dari amalgam.

Page 12: Amalgam Fix

( 3 ) optimal sifat mekanis dalam mengatur amalgam oleh meminimalkan porositas

dan mencapai sebuah konten merkuri terakhir dari 44 - 48 %.

Harus ada sebuah waktu minimal penundaan antara triturasi dan

kondensasi. Jika kondensasi dimulai terlalu terlambat, amalgam tersebut akan

mencapai tingkat tertentu dalam mengatur dan adaptasi, ikatan sedikit demi sedikit

dari semua sifat mekanis akan merugikan.

Ada korelasi yang baik antara kualitas restorasi amalgam dan tenaga yang

dikeluarkan oleh operator yang menkondensasikan. Untuk mesin lathe-cut

amalgam paduan hasil terbaik dicapai dengan menggunakan kekuatan kondensasi

tinggi pada frekuensi kondensasi yang cepat dan terus kondensasi sampai amalgam

terasa keras dan lapisan kaya merkuri telah terbentuk di permukaan. amalgam

terbuat dari partikel alloy sangat berbeda dengan lathe-cut dalam karakteristik

kondensasi. Mereka membutuhkan kondensasi tekanan lebih rendah untuk

mencapai tingkat yang sama homogen dan kekuatan fisik. Ada risiko ketika

terkondensasi dengan kondensasi tekanan terlalu besar. Jika hal ini terjadi partikel

alloy terlepas satu sama lain dan digantikan oleh kondensor yang terkondensasi ke

dalam massa homogen. Baru-baru ini beberapa produsen telah mulai dengan

ledakan pasir partikel alloy . Ini memiliki efek yang sama memberikan materi

penanganan karakteristik untuk lathe-cut alloy tetapi mereka masih

mempertahankan kemudahan terkondensasi dengan tekanan rendah.(McCabe,

2008, pp 193)

Carving

Tujuan Carving suatu restorasi amalgam untuk menghilangkan lapisan kaya

merkuri di permukaanya dan untuk membangun kembali bentuk gigi, re-

establishing kontak dengan lawan dentinisasi. Jelas pengetahuan tentang normal

anatomi gigi yang diperlukan untuk tujuan ini. Setelah kondensasi amalgam,

lapisan permukaan, yang kaya dalam merkuri, di carving dengan alat yang tajam.

Carving harus dibawa keluar ketika bahan telah mencapai tingkat tertentu setting.

Jika untuk mengukir terlalu cepat akan terseret keluar jumlah signifikan dari

materi di permukaan. Jika carving ditunda terlalu lama, bahan mungkin sudah

menjadi terlalu keras dan akan mengalami perubahan di margin. Hal ini berguna

Page 13: Amalgam Fix

untuk mempertahankan sebuah gambaran mental dari tingkat rongga ukiran. ketika

Amalgam tersebut perlu memotong kembali untuk margin rongga. Jika hal ini

tidak dilakukan, bagian runcing panjang ekstensi dari amalgam akan terletak di

atas permukaan enamel. Ini akan berakibat buruk dan akan fraktur cepat jika di

bawah beban occlusal yang memproduksi margin yang positif (amalgam berdiri

dari struktur gigi). Ini akan diperlukan untuk memeriksa pola occlusal kontak

sementara ukiran pemulihan. Ketika campuran masih lembut, menggosok

permukaan dengan kapas menghasilkan selesai matt, jika subjek kemudian lembut

keran gigi mereka bersama-sama atau bergerak mereka dari satu sisi ke sisi dalam

kontak, daerah kontak akan muncul sebagai bintik terang mengilap dan dapat

dihapus/dikurangi seperti yang diperlukan. Jika carving tidak tepat waktu pada

saat amalgam menjadi keras, kontak occlusal perlu ditandai menggunakan pita

artikulasi tipis. Daerah tinggi dapat dibuang menggunakan steel instrumen atau

bur, biasanya bur adalah slow hand piece. Amalgam spherical mudah untuk

dicarving daripada lathe-cut dan bahan butiran halus lebih mudah daripada butiran

kasar.( McCabe,2008 pp 1993)

Percobaan yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil

triturasi amalgam secara manual dan mekanik ini dilaksanakan tiga kali, yakni:

percobaan triturasi amalgam secara manual yang pertama, percobaan triturasi

amalgam manual kedua, dan percobaan triturasi amalgam secara mekanik dengan

amalgamator dan kapsul. Jumlah air raksa dan logam campur yang akan digunakan

disebut sebagai rasio air raksa:logam campur, yang menunjukkan berat air raksa

dan berat logam campur yang akan digunakan untuk suatu teknik tertentu.

Perbandingan yang dianjurkan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi

logam campur, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. Teknik

manipulasi dan kondensasi yang dipilih oleh dokter gigi juga menjadi faktor yang

akan menentukan rasio yang dipilih. Rasio yang dianjurkan untuk logam campur

lathe-cut termodern adalah 1:1 atau 50% air raksa, seperti yang telah disebutkan di

atas, meskipun presentase ini juga bervariasi. Untuk logam campur sferis, jumlah

air raksa yang dianjurkan adalah sebesar 42% (Anusavice, 2003, p.522). Rasio

antara bubuk amalgam dengan merkuri yang digunakan pada percobaan ini yaitu

Page 14: Amalgam Fix

sebesar 1:1. Pada percobaan manual pertama misalnya, perbandingan sebesar

0,41:0,41, pada percobaan manual kedua sebesar 0,50:0,50. Proporsi yang tepat

antara alloy dan merkuri penting untuk pembentukan masa yang pas untuk

penempatan amalgam pada rongga mulut yang dirawat (Craig, 2002, p.303).

Kesimpulan :

Dari percobaan yang telah dilakukan terbukti bahwa penggunaan mesin

untuk proses manipulasi menghasilkan produk yang lebih baik. Hal ini

didukung pula dengan proses manipulasi yang lebih mudah dan praktis

serta meminimalkan kesalahan yang terjadi selama percobaan.

Daftar Pustaka

Anusavice,KJ 2003, Phillips’Science of Dental Material, 11 th ed,Saunders, pp.530

Craig, Robert G and John M. Powers, 2002, Restorative Dental Materials,

edition11th, St. Louis, Missouri: Mosby,pp., 284,288,289,303.

McCabe,JW & Walls, AWG 2008, Applied Dental Material,9 th ed, Blackwell

Publishing, Oxford,pp.,1993,192,193,

Page 15: Amalgam Fix