laporan sgd 1 blok 12 lbm 3
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
1/12
LAPORAN SGD 1 BLOK 12 LBM 3
LABIOPALATOSCHISIS
Disusun oleh:
1. Auliya Rahma (112090058)2. Ernawati (112090072)3. Afaf (112110174)4. Agus Prabowo (112110175)5. Alifatul Rahmafitri (112110176)6. Andhika A. A (112110177)7. Annisa Ghina (112110180)8. Hanifah Hasna Huda (112110200)9. Irfan Cahya (112110201)10.Istiana (112110202)11.Karunia Budi (112110204)12.Nur Habibah (112110217)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2011/2012
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
2/12
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbilalamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan SGD 1 BLOK 12 LBM 3 mengenai Labiopalatoschisis.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaan laporan,
Alhamdulillah kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang sudah bersusah payah membantu membuat laporan ini baik
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan ini. Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran dengan terbuka dari
para pembaca.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para pembaca dari hasil
laporan ini. Karena itu, kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi kita semua. Pada bagian akhir, kami akan mengulas mengenai pendapat-
pendapat dari para ahli. Oleh karena itu, kami berharap hal ini dapat berguna bagi kita.
Semoga laporan ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Amin.
Jazakumullahi khoiro jaza
Semarang, 3 Maret 2013
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
3/12
Skenario
Bu Carol (24 tahun) merasa kaget dan sangat bersedih melihat kondisi putranyayang baru lahir dengan keadaan bibir dan langit-langit mulutnya terbelah menjadi dua
sehingga putranya tidak bisa menyusu, seperti bayi-bayi yang lain. Hal ini yang
membuat bu Carol merasa bingung karena seingat dia dalam keluarganya tidak ada
yang mengalami kondisi tersebut. Setelah di telusuri ternyata bu Carol sewaktu hamil
muda mengalami depresi yang cukup berat karena orang tuanya meninggal dan oleh
dokter diberi obat penenang selama kurang lebih 1 bulan. Pada saat itu belum diketahui
kalau bu Carol sedang mengandung. Bu Carol juga tidak terlalu suka buah-buahan dan
sayur-sayuran.
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
4/12
LABIOPALATOSCHISIS
Labiopalatoschisis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit-langit rongga
mulut dapat melalui palatum durum dan palatum molle, hal ini disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesoderm pada saat
kehamilan.
Labiopalatoschisis yang terjadi seringkali berbentuk fistula, dimana fistula ini dapat
diartikan sebagai suatu lubang atau celah yang menghubungkan ronggga mulut dan hidung
(Sarwoni, 2001).
ETIOLOGI
Etiologi labiopalatoschisis multifaktor dan belum dapat diketahui secara pasti.
Etiologi palatoschisis berhubungan dengan faktor herediter dan lingkungan.
1. Faktor herediter
Faktor herediter pada palatoschisis karena adanya mutasi gen, penderita memiliki
kelebihan kromosom. Kromosom dengan penderita labiopalatoschisis memiliki 47
kromosom, sedangkan normalnya 46 kromosom. Penderita palatoschisis memiliki riwayat
keluarga yang menderita penyakit yang sama. Orang tua dengan labiopalatoschisis
mempunyai resiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan labiopalatoschisis.
2. Faktor lingkungan (faktor eksternal)
Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan lapiopalatoschisis adalah:
- Faktor mekanik (trauma)Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan
kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut.
Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudahterjadinya deformitas suatu organ.
- Faktor infeksiFaktor infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang
terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trisemester I kehamilan. Beberapa
infeksi yang terjadi pada trisemester I yang dapat menimbulkan kelainan
kongenital antara lain infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis.
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
5/12
- Faktor umur ibuBertambahnya usia ibu akan menyebabkan pembelahan sel tidak sempurna
sehingga menghasilkan kelainan kongenital pada bayi yang akan dilahirkan.
- Faktor hormonBayi yang dilahirkan oleh ibu dengan hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes
mellitus (DM) kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih
besar.
- Faktor radiasiAdanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan
dapat mengakibatkan mutasi gen yang dapat menyebabkan kelainan kongenitalpada bayi yang dilahirkan. Pada radiasi terdapat efek teratogenik yang dapat
membuat bayi cacat. Dosis pada sinar X akan mempengaruhi pembelahan sel dan
faktor genetik, bila dosis terlalu banyak dapat merusak pembelahan sel dan faktor
genetik.
- Faktor gizi (nutrisi)Defisiensi vitamin kekurangan Zn, B6, dan asam folat (semua orang
membutuhkanya 400mikroperhari namun pada ibu hamil membutuhkan lebih
banyak, yaitu 600mikroperhari untuk meningkatkan kualitas sel darah merah yangbersumber dari sayuran). Vitamin B6 dan Zn banyak terkandung dalam sayuran
dan buah-buahan. Maka diusahakan untuk ibu hamil mengkonsumsi saruy dan
buah untuk mencegah danmengurangi terjadinya cacat pada janin.
- Pada ibu yang memiliki banyak anak akan mengakibatkan menurunnya dayapembentukan embrio sehingga mungkin akan menyebabkan kelainan kongenital.
-- Faktor obat-obatan
Obat-obatan memiliki faktor teratogenik seperti kokain, aspirin, asetosal,
talidomide, dan diazepam. Rifampisin, fenasetin, sulfonamid, aminoglikosid,
indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, penisilamin, antihistamin,
antineuroplastic, dan kortikosteroid, serta nikotin juga dapat mempengaruhi janin
dalam kandungan ibu. Sedangkan obat yang dapat meningkatkan
labiopalatoschisis adalah obat anti epilepsi seperti penitoin dan sodium falproat.
Obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, seperti fenitoin, retinoid (golongan
vitamin A), dan steroid beresiko menimbulkan palatoschisis pada bayi. Infeksi selama
kehamilan semester pertama seperti infeksi rubella dan cytomegalovirus, dihubungkan
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
6/12
dengan terbentuknya celah. Alkohol, keadaan yang menyebabkan hipoksia, merokok, dan
defisiensi makanan (seperti defisiensi asam folat) dapat menyebabkan palatoschisis.
Beberapa sumber mengatakan obat penenang yang dikonsumsi ibu hamil tidak
terlalu memberikan efek barbahaya pada janin, namun obat yang menyebabkan cacat pada
janin, diantaranya seperti lithium (dapat menyebabkan sakit bawaan pada jantung),
penobarbital (menyebabkan berkurangnya jaundis)
Terdapat fase-fase pembentukan bayi, dan apabila ibu yang sedang mengandung
mengkonsumsi obat maka akan menyebabkan janin dalam kandungan cacat bahkan
meninggal, fase tersebut diantaranya:
Fase implantasiFase pada kurang dari 3 minggu. Pada fase ini, saat ibu yang mengandungmengkonsumsi obat-obatan pada awal kehamilan dapat menyebabkan bayi
meninggal.
Fase embrionikFase ini disebut juga organogenesis, yaitu fase dimana pembentukan organ mulai
dibentuk. Obat yang dikonsumsi akan sampai pada janin sehingga menyababkan
keguguran atau cacat bawaan.
Fase fetalFase ini terjadi pada trisemester kedua dan ketiga serta terjadi maturasi sel-sel
sehingga janin dalam kandungan memiliki peluang kecil menderita cacat
bawaan.
MANIFESTASI DAN KOMPLIKASI
Manifestasi dari labiopalatoschisis diantaranya:
Kesulitan bicara : palatum tidak dapat menyatu hingga menyebabkannada suara tinggi dan bila dilakukan reparasi kemampuan otot tidak sepenuhnya
normal dan suara yang keluar akan sengau karena gangguan fonasi bicara.
Kesulitan makan : karena palatum terbalah maka makanan kemungkinanakan masuk ke sistem pernafasan
Segi estetik : akan merusak bentuk muka Regur gitasinasal : bila bayi menyusu, susu akan keluar lewat hidung Terjadi anomali gigi : terjadi kelainan pada jumlah, ukuran, dan bentuk gigi Terdapat celah di palatum dan bibir
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
7/12
Infeksi telinga berulang-ulang Distorsi hidung Kelainan susunan arcus dentis yang berhubungan dengan terjadinya anomali gigi Terjadi infeksi saluran pernafasan karena celah palatum terbuka akibatnya
makanan atau minuman yang masuk, sebagian akan mengarah ke saluranpernafasan dan menyebabkan infeksi.
Masalah asupan makanan merupakan masalah utama pada bayi penderita
labiopalatoschisis. Pada penderita labiopalatoschisis membutuhkan penggunaan dot khusus.
Secara medis karena inkompetensi dentofaringeal closure, aliran rongga hidung ke saluran
nafas terpisah dengan saluran makan di rongga mulut. Secara anatomis memiliki langit langit
mulut yang membatasi saluran nafas dan saluran pencernaan, karena palatum membuka maka
tidak ada yang membatasi antara saluran nafas dan saluran pencernaan, hal ini menyebabkan
si anak malas makan karena akan tersedak. Komplikasi lain pada penderita labiopalatoschisis
antara lain:
Masalah dental : anak yang lahir dengan labiopalatoschisis mungkinmengalami masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi,
dan malposisi dari gigi geligi pada area celah yang terbentuk.
Infeksi telinga : anak yang menderiota labiopalatoschisis denganmudah menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan
dari otot-otot yang mengkontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachii.
Psikologis : anak dengan labiopalatoschisis akan mengalami stressdan merasa tidak percaya diri karena perbedaan fisik dan mengakibatkan
pergaulan sosial yang terbatas.
Selognatopalatoskisis : pneumonia aspirasi akibat salah menelan Segi estetik : pertumbuhan pola wajah asimetris Aspirasi paru yang dapat menyababkan kematian bila tidak ditangani Celah obliques
Dari komplikasi tersebut dapat mengakibatkan gangguan fungsi pendengaran karena
adanya celah pada palatum sehingga ketika makanan atau minuman masuk ke rongga mulut
akan mengenai tuba eustachii yang berfungsi untuk mendrainase, memventilasi dan jugamenghalangi masuknya sekret. Tuba eustachii merupakan penghubung antara nasofaring
dengan telinga bagian tengah, bila terdapat cairan pada tuba eustachii maka telinga tidak
terdapat getaran suara dan akan menyebabkan gangguan pendengaran.
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
8/12
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
9/12
KLASIFIKASI
Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah:
Unilateral : terdapat celah pada satu sisi Bilateral : terdapat celah pada dua sisi Komplet : terdapat celah yang membelah sempurna sampai dasar hidung Inkolmpet : terdapat celah yang membelah tidak sempurnaSumber lain juga mengklasifikasikan sumbing menjadi 4, yaitu:
Unilateral inklompet : celah pada satu sisi tidak sampai dasar hidung Unilateral komplet : celah pada satu sisi dan memanjang ke hidung Bilateral komplet : celah pada dua sisi dan meanjang sampai ke hidung PalatoskizisMerurut organ yang terlibat:
Cleft lip tanpa disertai cleft palate Cleft palate tanpa disertai cleft lip Cleft lip disertai dengan cleft palateBerdasarkan tempat, terdapat dibibir, dipalatum, dan dipalatum sub mukosa.
a. Sumbing dibibir:
Bilateral dan unilateral Total dan sebagian
b. Sumbing dipalatum:
Lokasi dalam acuan dalam foramen incisiva-Primer di anterior-Sekunder di posterior
Unilateral atau bilateral Total atau sebagian
c. Sumbing dipalatum sub mukosa
Menurut feau, terdapat 4 kelas:
I. Sumbing terbatas pada palatum normalII. Cacat pada palatum lunak dan keras namun tidak melewati foramen incisivIII. Sumbing pada platum sekunderIV. Sumbing bilateral pada palatum lunak dan keras
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
10/12
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan labiopalatoschisis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan
operasi pertama kali dikerjakan untuk menututp celah bibir palatum berdasarkan kriteria rule
of ten, yaitu:
Umur lebih dari 10 minggu (3 bulan) Berat lebih dari 10 pond (5 kg) Hb lebih 10 g/dl Leukosit lebihdari 10.000/ulTindakam operasi yang umum digunakan adalah cara millard. Tindakan operasi
selanjutnya adalah menutup bagian langitan (palato plasti), dikerjakan sedini mungkin (15-24
bulan) sebelum anak mampu berbicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum
membentuk cara bicara. Bila operasi dikerjakan terlambat, seringkali hasil operasi dalam hal
kemampuan mengeluarkan suara normal sulit dicapai akibatnya suara akan sengau.
Bila tindakan ini sudah dilakukan tapi suara masih sengau dapat dilakukakan
laringoplasti. Operasi ini dengan membuat bendungan pada faring untuk memperbaiki fonasi,
biasanya dilakukan pada umur 6 tahun.
Pada umur 8-9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolus atau
maxila untuk memungkinkan ahli ortodonti mengatur pertumbuhan gigi di kanan kiri celah
supaya normal. Tibdakan operasi terakhir yang mungkin perlu dikerjakan setelah
pertumbuhan tulang-tulang muka mendekati selesai, pada umur 15-17 tahun.
Sering ditemukan hiperplasi pertumbuhan maxila sehingga gigi geligi depan atas
atau rahang atar kurang maju pertumbuhannya. Dalam hal ini dapat dilakukan bedah
ortognatik memotong bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan mengubah
posisinya maju kedepan.
Dalam tindakan operasi bedah palatoschisis diperlukan disiplin ilmu dokter spesialis
THT, bedah plastik, anak, orthodonsi, ahli nutrisi, dan psikolog.
MACAM-MACAM KELAINAN KONGENITAL
Kelainan kongenital lain selain labiopalatoschisis diantaranya:
Atresia koane : penutupan satu atau kedua saluran hidung. Sifilis kongenital : dapat mengakibatkan bentuk gigi abnormal Cleidokranial distorsi : dapat mengakibatkan maloklusi Cerebral palsy : mengakibatkan paralisis otot dan maloklusi DoublelixKelainan kongenital lainnya yang berhubungan dengan rongga mulut dapat dibagi
menurut jaringan lunak seperti gangguan perkembangan pada lidah dan jaringan keras seperti
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
11/12
gangguan perkembangan pada rahang. Dan juga terdapat kelainan kongenital yang
mengakibatkan bentuk, ukuran, dan jumlah gigi abnormal.
Jaringan Lunak
Makroglossia : ukuran lidah lebih besar dari normal Mikroglossia : ukuran lidah lebih kecil dari normal Ankyoglossia : flenulum lingual pendek sehingga membatasi pergerakan
lidah
Celah lidahJaringan Keras
Agnathia : tidak memiliki maxila atau mandibula Micrognathia : ukuran rahang lebih kecil dari normal Macrognathia : ukuran rahang lebih besar dari normal
Kelainan kongenital pada gigi
Ukuran Gigi- Macrodontia : ukuran gigi lebih besar dari normal- Microdontia : ukuran gigi lebih kecil dari normal
Jumlah Gigi- Anodonsia : tidak berkembangnya sebagian atau seluruh gigi- Supernumeri : gigi tambahan diantara dua gigi dengan bentuk dan
ukuran gigi abnormal
Bentuk Gigi- Fusi : penyatuan sebagian atau seluruh dua benih gigi selama
pertumbuhan. Secara klinis terlihat sebuah gigi yang besar dan jumlah gigi
dalam rahang kurang.
- Dislaserasi : penyimpangan pertumbuhan gigi sehingga hubunganaksialantara mahkota dan akar berubah.
- Kelainan erupsi gigi
- Erupsi prematur : Erupsi yang terjadi sebelum waktunya. Terdapat gigisulung atau gigi tetap pada waktu bayi dilahirkan atau pada usia beberapa
hari.
- Erupsi lambat : Erupsi yang terjadi melewati waktu yang seharusnya.- Ankilosis : tidak terdapat membran periodontal diantara akar gigi
dan tulang, sehingga gigi langsung melekat pada tulang.
-
8/12/2019 Laporan Sgd 1 Blok 12 Lbm 3
12/12
KONSEP MAPPING
Bayi Bu Carol
Manifestasi klinis Etiologi Patofisiologi
Stress dan Obat-obatan
Diagnosa
labiopalatoschisis
Klasifikas
Penatalaksanaan
Komplikas
Evaluasi