laporan sgd 2 blok 8 lbm 2

22
LAPORAN SGD 2 BLOK 8 LBM 2 BASIC PHARMACOLOGY Nama Kelompok SGD : 1. Agus Prabowo (112110175) 2. Alifatul Rahmafitri (112110176) 3. Dessy Rahmawati (112110 ) 4. Eka febri (112110192) 5. Gerald Zulfikar (112110 ) 6. Kris Aditya (112110206) 7. Nur Habibah (112110217) 8. Nuri Augustini (112110218) 9. Octa Nana E (112110219) 10. Putri Fatmala (112110220) 11. Zaniar Febryan (112110240) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG 2011/2012

Upload: octa-nana-erviana

Post on 02-Aug-2015

339 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

LAPORAN SGD 2 BLOK 8 LBM 2

BASIC PHARMACOLOGY

Nama Kelompok SGD :

1. Agus Prabowo (112110175)2. Alifatul Rahmafitri (112110176)3. Dessy Rahmawati (112110 )4. Eka febri (112110192)5. Gerald Zulfikar (112110 )6. Kris Aditya (112110206)7. Nur Habibah (112110217)8. Nuri Augustini (112110218) 9. Octa Nana E (112110219)10. Putri Fatmala (112110220)11. Zaniar Febryan (112110240)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2011/2012

Page 2: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 2 “Basic Pharmacology”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.

  Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.

  Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil laporan ini. Karena itu kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita bersama. Semoga laporan yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Amin.

Semarang, 22 Juni 2012

Penyusun

Page 3: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

SKENARIO

Antibiotics, first used in the 1940s, are centainly one of the great advances in medicine. But over prescribing them has resulted in the development of resistant bacteria , which are bacteria that don’t respond to antibiotict that may have worked in the past. Plus, whenever kids take antibiotick they run the risk of side-effects, such as stomach upset and diarrhea or even a possible allergic reaction.

Taking antibiotics for cold and other viral illnasses not only won’t work, but also has a dangerous side effect : over time, this practice help create bacteria that have become more of a challange to kill.

Frequent and inappropiate use of antibiotics can cause bacteria or other microbes to resist the effect of antibiotic treatment. This is called bacterial resistance or antibiotic resisteance. Treating these resistant bacteria requires higher doses of medicine or stronger antibiotic. Because of antibiotic overuse, certain bacteria have become resistant to some of the most powerful antibiotics available today.

Page 4: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

KONSEP MAPPING

Penyakit

Teraupetik

Dosis tidak tepat , dllWaktu tidak tepat

Bakteri

Antibiotik

Resisten

Dosis tepat

Page 5: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

BASIC PHARMACOLOGY

Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Atau merupakan cabang ilmu yang mempelajari interaksi obat dan organisme hidup dan semua aspek dari interaksi tersebut. Cabang farmakologi diantaranya adalah farmakodinamika dan farmakokinetika.

Farmakodinamika merupakan ilmu yang mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Farmakodinamika menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh, melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakokinetik dan farmakodinamik membantu menjelaskan hubungan antara dosis dan efek dari obat. Respon farmakologis tergantung pada ikatan obat dan target. Konsentrasi obat pada reseptor mempengaruhi efek obat.Farmakodinamik dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti proses penuaan, penyakit atau adanya obat lain. Penyakit - penyakit ini yang mempengaruhi farmakodinamik contohnya adalah mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok), malnutrisi, dll.

Sedangkan Farmakokinetika yaitu ilmu mempelajari pengaruh organisme hidup terhadap obat atau mempelajari nasib obat di dalam tubuh atau mempelajari peristiwa – peristiwa yang dialami obat di dalam tubuh. Farmakokinetik adalah istilah yang menggambarkan bagaimanatubuh mengolah obat, kecepatan obat itu diserap (absorbsi), jumlah obat yang diserap tubuh (bioavailability), jumlah obat yang beredar dalam darah (distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya dibuang dari tubuh. Farmakokinetik sangat tergantung pada usia, seks, genetik, dan kondisi kesehatan seseorang. Ondisi kesehatan maksudnya adalah apakah seseorang itu sedang menderita sakit ginjal, sakit hati, kegemukan, kondisi dehidrasi , dll.

Ilmu farmakologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang obat dan seluruh aspeknya , tentunya kita harus paham apa yang dimaksut dengan obat. Ada banyak penegertian tentang obat , diantaranya adalah :

- Menurut PerMenKes 917/MenKes/Per/x/1993, obat adalah sediaan atau paduan – paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontasepsi.

- Senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosa penyakit/ gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu

Page 6: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

- Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontasepsi.

- Zat kimia yang mempengaruhi proses hidup yaitu metabolisme parasit penyebab penyakit dan metabolisme penderita

Obat digolongkan menjadi bermacam – macam jenis tergantung dari penggolongannya, antara lain berdasarkan;

a. Organisme atau organ tubuh yang menjadi sasaran obat.

1) Obat farmakodinamik

obat- obat yang ditujukan untuk mempengaruhi fungsi fisiologis

organ tubuh

mis. - asetosal

- furosemid

- digoksin

- narkotika ( mis. Morfin, kodein )

- psikotropika ( mis. MDMA, diazepam)

2) Obat kemoterapetik

obat- obat yang ditujukan untuk menghambat per-tumbuhan atau membunuh organisme atau mikro-organisme yang menyerang tubuh manusia atau hewan

mis. - penisilin

- griseofulvin

- ganziklovir

- klorokuin

- mebendazol

- doksorubisin

- vinkristin

b. Peraturan perundang-undangan di bidang farmasi

1) Obat Bebas

2) Obat bebas Terbatas

Page 7: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

3) Obat Keras

- Obat Keras Tertentu- Obat Keras- Obat Keras Wajib Apotik

4) Psikotropika

5) Narkotika

c. Efek Farmakologi

1) Antipiretika mis. – parsetamol

- asetosal

2) Analgetika mis. – asetosal

- parsetamol

3) Anti-inflamasi mis. – deksametason

- diklofenak

4) Sedativa mis. - fenobarbital

- meprobamat , dst.

Fungsi obat secara umum adalah :

- Penetapan diagnosa- Untuk pencegahan penyakit- Menyembuhkan penyakit- Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan- Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu- Peningkatan kesehatan- Mengurangi rasa sakit

Menurut golongannya fungsi obat adalah sebagai berikut :

Remedia cardinalObat yang berfungsi untuk menyembuhkan penyebab trjadinya sakit. Contih : antibiotik

Remedia Adjuvantia Obat tambahan yang membantu untuk kesembuhan.contoh : obat-obat simptomatik

Remedia CorrigensZat yang berfungsi untuk memperbaiki cita rasa obat.a. Corrigens action

Fungsinya memperbaiki kerja remedium cardinal

Page 8: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

Contoh : vitamin Cb. Corigens saporis

Fungsinya memperbaiki rasa Contoh : saccharin

c. Corrigens odoris Fungsinya memeperbaiki / menutupi bau yang tidak enak Contoh : aqua rosarum

d. Corrigens coloris Memperbaiki tampilan obat , memberikan warna menarikContoh : caramel

Macam – macam bentuk sediaan obat :

I. Obat Cair a. Obat luar - Solutiones (larutan)

Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan – bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya.

- MixturaAdalah campuran homogen cairan dengan cairan.

- Mixtura AgitandaObat cair yang mengandung bahan padat yang tidak larut dalam vehiculum, sehingga sebagian bahan obat berada berupa endapan.

- Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut , tetapi terdispersi dalam vehiculum.

- Emulsi Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi(emulgator).

b. Obat SuntikMerupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

c. Obat Minum - Solutio , mixtura, suspensi - Sirupus

Adalah bentuk sediaan cair yang mengandung saccharosa atau gula

Page 9: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

d. Obat Tetes Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi atau suspensi dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain :Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae ophthalmicae (tetes mata).

II. Setengah Padata. Encer / cairan kental - Linimentum

Adalah bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit.b. Setengah Padat- Unguentum

Sediaan setengah padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit tanpa kekerasan. Konsistensi seperti mentega.

- Cream Merupakan suatu variasi dari salep

- PastaAdalah obat luar yang digunakan untuk praktek dermatologi. Konsistensinya lebih kenyal dari unguentum.

c. Lebih Padat- Sapo/ sabun

Didapat dengan proses penyabunan alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi. Konsistensi sapo tergantung pada basa yang dipakai untuk proses penyabunan : KOH menghasilkan sabun lunak dan NaOH menghasilkan sabun keras.

III. Padat a. Pulvis

Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.

b. Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

c. TabletMerupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung atau pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.

d. PilulaeMerupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung baghan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral.

e. Kapsulae

Page 10: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut

f. SuppositoriaMerupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

Perjalanan obat di dalam tubuh adalah sebagai berikut :

a. Penyerapan (absorbsi)Penyerapan obat ditentukan oleh antara lain, bentuk sediaan (tablet, kapsul atau sirup), bahan pencampur obat, cara pemberian obat (diminum, injeksi,dihirup,dll). Absorbsi obat sudah dumulai sejak dimulut, kemudian lambung, usus halus, dan usus besar. Tapi terjadi terutama di usus halus karena permukaan yang luas, dan lapisan dinding mukosanya lebih permeable. Jadi selain pemilihan obat oleh dokter harus tepat, kondisi tubuh juga menentukan. Misalnya jika kita sedang sakit maag atau sedang diare, yang akan mempengaruhi proses absorbsi obat.Bioavailability artinya jumlah dan kecepatan bahan obat aktif masuk kedalam pembuluh darah, dan terutama ditentukan oleh dosis dari obat.

b. DistribusiSetelah obat masuk dalam sirkulasi darah, kemudian di distribusikan ke dalam jaringan tubuh. Distribusi obat ini tergantung pada rata – rata aliran darah pada organ target, massa dari organ target, dan karakteristik dinding pemisah diantara darah dan jaringan. Di dalam darah, obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan komponen darah albumin, gliko-protein, dan lipo-protein, sebelum mencapai organ target.

c. Metabolisme Tempat utama metabolisme obat di hati , dan pada umumnya obat sudah dalam bentuk tidak aktif jika sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif sampai di hati. Obat-obatan dimetabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi, kondensasi atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh lewat urin dan empedu. Kecepatan metabolisme pada tiap orang berbeda tergantung faktor genetik, penyakit yang menyertai, dan adanya interaksi diantara obat-obatan.

d. EkskresiGinjal adalah tempat utama ekskresi atau pembuangan obat. Sedangkan sistem biller membantu ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di absorbsi kembali dari sistem pencernaan. Sedangkan konstribusi dari intestin(usus), ludah , keringat, air susu ibu, dan lewat paru-paru kecil kecuali untuk obat-obat anestesi yang dikeluarkan waktu ekhalasi. Metabolisme dari hati membuat obat lebih polar dan larut air sehingga mudah di ekskresi oleh ginjal.

Dalam pemberian obat kepada pasien harus tahu betul dosis yang akan diberikan. Dosis merupakan jumlah obat yang diberikan kepada penderita untuk satu kali pemakaian, dalam

Page 11: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

satuan berat (gr, mg) atau satuan isi (mm, t) atau unit-unit yang lainnya (unit internasional) yang akan menimbulkan efek pengobatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian dosis obat :

a. Faktor obat Sifat fisika : daya larut obat dalam air atau lemakSifat kimiawi : asam, basa, garam, esterToksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksiksitasnya

b. Cara pemberian obat kepada penderitaOral : dimakan atau diminumPerenteral : injeksi (i.m , i.v , s.c)Rectal : vagina, uretalLocal, tropical, transdermalLain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal

c. Faktor penderita / karakteristik penderitaUmur : anak, dewasa, bayiJenis kelamin : untuk obat jenis hormonBerat badan ObesitasLaktasiKehamilan

Seorang dokter / dokter gigi tentunya harus paham betul tentang bagaimana cara menulis resep secara benar. Resep obat ditulis dengan menggunakan bahasa latin. Bagian-bagian dalam resep obat adalah :

inscriptio, meliputi :nama dokter, alamat praktek, nomer SIP, jam praktek , tempat dan tanggal pembuatan resep dan tanda R/ .

praescriptio, meliputi :nama obat beserta jumlahnya dan cara pembuatan obat.

Signatura, meliputi :Cara pemakaian obat dan pro (nama, usia dan alamat penderita).

Subscriptio, meliputi :Paraf dan tanda tangan dokter.

Antibiotik merupakan salah satu jenis golongan obat. Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Macam-macam antibiotik adalah sebagai berikut :

- Golongan aminoglikosida diantaranya amikasin , dibekasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, tobramisin.

- Golongan betalaktam diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem) , golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, seftazidim) , golongan beta laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Page 12: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

- Golongan Glikopeptida diantaranya vankomicin, teikoplamid, ramoplanin, dan dekaplanin.

- Golongan Poliketida diantaranya gol.makrolida (eritromicin, azitromicin, klaritromisin, roksitromisin) , gol. Ketolida (telitromicin) gol. Tetrasiklin (doksiklin , oksitetrasiklin, klortetrasiklin)

- Golongan Polimiksin diantaranya polimiksin , kolistin.

- Golongan Kinolon diantaranya asam nalidiksat , siprofloksasin, ofloksasid , norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

- Golongan Streptogamim diantaranya pristinamycin , virginiamycin , mikamycin

- Golongan Oksazolidinon diantaranya linezoid

- Golongan Sulfonamida diantaranya kontrimokzazol (mencegah infeksi saluran kemih) , sulfasetamid (infeksi mata) , sulfasalazim (radang usus), silver sulfadiazine (mencegah infeksi luka bakar), kontimoksazol (tifus )

- Golongan linkosamides diantaranya klindamisn (mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penicillin)

- Golongan Tetrasiklin (tetrasiklin, clor tetrasiklin, monisiklin) : mengobati infeksi jenis yg sm spr yg d obati penicilin , colera , konjungtivitas mata.

Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sbb:

Mengganggu sintesa dinding sel , seperti penicillin, sefalosporin , vankomisin, basitrasin

Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin , linkomisin, tetrasiklin, gentamisin, kloramfenicol

Menghambat sintesa folat seperti sulfonamida dan trimetropim Mengganggu DNA seperti metronidasol, kinolon , novobiosin. Mengganganggu fungsi membran sel

Setiap obat pasti ada efek samping tersendiri, penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti :

a. Sensitasi / hipersensitifBanyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersensitiv atau alergi seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya penisilin dan kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).

b. Resistensi Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan

Page 13: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.

c. Superinfeksi Infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus, saluran pernafasan dan urogenital. Mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur.

Mekanisme kerja dari antibiotik :

- Menghambat sintesis dinding sel atau mengaktivasi enzim yang merusak dinding sel mikroba sehingga menghilangkan kemampuan untuk berkembang biak, lisis (penisilin, sefalosporin, sikloserin, basitrasin).

- Antibiotika yang bekerja langsung terhadap membran sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga menimbulkan kebocoran dan menghilangkan senyawa intra seluler (polimiksin, nistatin, amfoterisin).

- Antibiotika yang mengganggu fungsi ribosom bakteri, menyebabkan inhibisi sintesis protein (kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, dll)

- Antibiotika menganggu pembentukan asam-asam inti (DNA, RNA) : rifampisin , kuinolon

- Antagonisme saingan yaitu menyaingi zat-zat yang penting untuk metabolisme bakteri (sulfonamid, trimetoprim).

Mekanisme kerja antibiotik berdasarkan jenis antibiotiknya :

a. Tetrasiklin Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif ; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 305 dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

b. KloramfenikolKloramfenikol bekerja dengan mengikat sub unit 50S ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat ialah enzim peptidil transferase yang merupakan katalisator untuk pembentukan ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Karena kemiripan ribosom mitokondriamamalia dengan bakteri, sintesis protein pada organela ini dihambat dengan kadar kloramfenikol tinggi yang dapat menimbulkan toksisitas sumsum tulang. Efek toksiknya pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem homopoetik dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini.

Page 14: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

c. KilindamisinMekanisme kerja klindamisn sama dengan eritromisin yaitu mengikat secara irreversibel pada tempat sub unit 50S ribosom bakteri, sehingga menghambat langkah translokasi sintesis protein.

d. SulfonamidaMenjadi impermeable terhadap asam folat, banyank bakteri harus tergantung pada kemampuannya untuk mensintesis asam folat dari PABA, pteridin dan glutamat.

Apabila dalam penggunaan antibiotik tidak tepat misal dosis atau waktu terapi yang kurang maka akan menyebabkan resistensi. Resistensi adalah keadaan dimana kuman tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Pada saat antibiotik diberikan, sejumlah kuman akan mati. Tapi kemudian terjadi mutasi gen kuman sehingga ia dapat bertahan dari serangan antibiotik tersebut. Kuman yang tidak bisa bertahan dari antibiotik akan mati tapi kuman yang mengalami mutasi akan bertahan dan hidup. Kuman ini lalu membelah dengan cepat dan terbentuklah jutaan koloni kuman yang mampu melawan antibiotik tersebut. Bila nanti kumpulan kuman ini menginfeksi individu lain, maka antibiotik tersebut tak akan mampu mengatasi infeksi tersebut.

Mekanisme tejadinya resistensi :

Mekanisme resistensi peda awalnya, problem resistensi bakteri terhadap antibiotik telah dapat dipecahkan dengan adanya penemuan golongan baru dari antibiotik, sepeerti amnogsida, makrolida, dan glikopeptida. Mekanisme resistensi pada bakteri meliputi mutasi, penghambatan aktivitas antibiotik secara enzimatik, perubahan protein yang merupakan target antibiotik, perubahan jalur metabolik, efluks antibiotik, perubahan pada porin channel, dan perubahan permeabilitas membran. Mutasi genetic tunggal mungkin menyeabkan terjadinya resistensi tanpa perubahan patogentas atau viabilitas dari satu bakteri. Perkembangan resistensi terhadap obat-obatan tuberkulos, seperti streptomisin merupakan contoh dari perunbahan sistem ini :- adanya system enzim dalam bakteri yang dapat merusak antibiotika- merubah permebilitas dindingnya bakteri menjadi kuat sehingga tidak dapat masuk dalam sel baketeri- adanya system antagonisme resistensinya dalam bentuk sekresi suatu substansi oleh mikro organisme.

Faktor-faktor yang menyebabkan resistensi bakteri :

Secra umum

- Adanya faktor genetic dari pasien terhadap bakterinya

- Penggunaan terlalu sering

- Adanya pelangan dan perpanjangan dosisi yang tidak sesuai dengan anjuran dokter

- Pemutusan pemakaian

Page 15: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

Secara khusus

- Genetic : terjadi perubahan genetic bakteri kromosonal maupun extra kromosonal

- Non genetic : keadaan bakteri pada saat istirahat sehingga tidak peka terhadap antibiotik

Cara pencegahan resistensi :

a. Penggunaan obat sesuai anjuran dokterb. Meminum antibiotik hanya bila anda memerlukannya dan bila diberi oleh dokterc. Meminum obat antibiotik sampai habis sesuai petunjuk dokter. Jangan

menghentikannya di tengah-tengah hanya karena anda merasa sudah baikan.d. Janganlah minum antibiotik dengan orang lain hanya karena anda merasa penyakit

anda sama dengan orang tersebute. Jangan membeli antibiotik sendiri untuk flu dan common cold dan nyeri tenggorok.

Penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus.f. Cucilah tangan untuk menghindari penularan penyakit infeksi.

Macam-macam resistensi terhadap antibiotik :

Resistensi terhadap penisilin dan sefalosporin Resistensi bakteri terhadap penisilin dapat timbul akibat adanya mutasi yang menyebabkan dihasilkannya produksi pengikat penisilin yang berbeda atau akibat bakteri memerlukan gen-gen pengikat protein pengikat penisilin yang beru. Hal lain yang memungkinkan terjadinya resistensi bakteri terhadap penisilin dan sefalosporin adalah apabila bakteri memiliki kemampuan untuk memproduksi B-laktamase, yang akan menghidrolisis ikatan pada cincin B-laktam molekul penisilin dan mengakibatkan inaktivasi antimikroba.

Resisten terhadap tetrasiklin Resistensi terhadap tetrasiklin dapat muncul apabila dihasilkan membran sitoplasma yang berbeda (bentuk perubahan) dan mencegah pengikatan tetrasiklin pada subunit 30S ribosom, sehingga sintesis protein dapat terus berlangsung.

Resistensi terhadap aminoglikosidaResistensi terhadap golongan aminoglikosida munul karena sel bakteri memproduksi enzim-enzim yang dapat menambah fosfat, atau gugus adenil pada berbagai macam tempat pada antibiotik aminoglikosida.

Page 16: Laporan Sgd 2 Blok 8 Lbm 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Arief, Moh. Drs, Apt. Ilmu Farmasi.1984. Jakarta : Ghalia Indonesia2. Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Pres3. Aslam, Mohammed, Chik Kaw Tan, Adi Prayitno.2003. Farmasi Klinis. Jakarta : PT

Elex Media Komputindo.4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995.5. Farmakologi dan terapi. Jakarta6. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan7. Undang-undang bidang kesehatan dan farmasi. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia8. Muhlis, Muhammad, S.Si,Apt. 2003. Diklat Kuliah Farmasetika I. Yogyakarta :

Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.9. Dr. Silvia Surini, staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA-UI dan Anggota ISTECS

chapter Jepang dengan judul “Antibiotik, si Peluru Ajaib”.