laporan kelompok kiman jadi2

Upload: ayu-may-zuhro

Post on 12-Jul-2015

444 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KELOMPOK KIMIA ANALITIK TEKNIK-TEKNIK LABORATORIUM

disusun oleh : Ayu May Zuhroh Titik Khoiriyah Arsyta Zeinka Frida Maslikhah Septy Handayani Ina Manikam W. ( 101710101004 ) ( 101710101039 ) ( 101710101056 ) ( 101710101064 ) ( 101710101065 ) ( 101710101090 )

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKUKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2010

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi, banyak peralatan laboratorium yang mengalami perkembangan, yang semula hanya alat sederhana menjadi alat yang lebih modern.termasuk peralatan praktikum yang digunakan di laboratorium kimia analitik. Dengan adanya peralatan tersebut, dapat mempermudah pelaksanakan praktikum kimia analitik. Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya (Achmad, 2009). Alat dan bahan di laboratorium kimia analitik berbeda dengan alat dan bahan yang ada di laboratorium lain. Alat-alat di laborotorium kimia analitik, sebagian besar berbahan dasar gelas yang rentan terhadap kerusakan jika salah dalam penggunaan, selain itu bahan-bahan yang di gunakan merupakan berbagai macam larutan kimia mulai dari yang tidak berbahaya hingga larutan yang berbahaya. Oleh karena itu, Sebelum melakukan praktikum kimia analitik dan bekerja di laboratorium kimia analitik diperlukan pengenalan alat-alat laboratorium disertai pengarahan dan simulasi bagaimana penggunaan alat laboratorium yang baik dan benar. Pengetahuan mengenai alat-alat laboratorium dan teknik teknik bekerja di laboratorium, sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan cara penggunaan yang dapat mengaibatkan gagalnya suatu percobaan atau mengakibatkan kerusakan pada alat laboratorium. Berdasarkan uraian di atas maka penting dilakukanlah praktikum mengenai teknikteknik laboratorium, untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan dalam melakukan suatu percobaan. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum yang akan dilaksanakan, diantaranya adalah:1. Untuk mengetahui dan mengenal alat-alat yang digunakan dalam laboratorium

kimia analitik.2. Untuk mengetahui teknik penyiapan dan penggunaan alat- alat laboratorium

dengan baik dan benar 3. Untuk mengetahui fungsi dan prinsip kerja dari alat-alat laboratorium kimia analitik.

1.3 Manfaat Praktikum Dengan adanya praktikum ini, praktikan dapat lebih memahami mengenai teknik-teknik laboratorium kimia analitik dan juga dapat mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat praktikum serta cara penggunaannya dengan baik dan benar.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Teknik-Teknik Laboratorium Dalam melakukan percobaan di laboratorium kimia analitik, diperlukan pemahaman terhadap teknik-teknik percobaan yang akan dilakukan di dalam laboratorium. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan saat melakukan praktikum. Teknik-teknik yang dimaksud adalah: 1. Teknik Penimbangan Menurut Rosa (2010),teknik penimbangan yaitu suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah sampel sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Satuannya merupakan satuan massa. Selain itu, teknik penimbangan juga digunakan untuk mengetahui massa/berat suatu benda. Hal- hal yang perlu dilakukan sebelum menimbang adalah: Kenali jenis timbangan Pilih timbangan sesuai dengan kebutuhan Duduk tepat menghadap timbangan Pastikan kedudukan timbangan datar Jika timbangan tidak beroperasi secara normal, panggil teknisi Hindari menimbang bahan yang panas Langkah-langkah dalam teknik penimbangan yaitu: neraca harus berada dalam posisi datar agar keseimbangannya dapat tetap terjaga. Dalam menimbang suatu zat, zat tidak boleh langsung diletakkan di atas neraca, melainkan dengan menggunakan kaca arloji, botol timbang, gelas kimia atau wadah yang lainnya. Berat bahan dapat dicari dengan cara Berat total-Berat wadah. Apabila neraca sudah lama tidak digunakan, maka dapat dilakukan kalibrasi terhadap alat tersebut .Ukuran ketepatan danketelitian pada saat penimbangan ditandai dengan: Tanda S pertama kali muncul Kandungan air dalam bahan harus konstant Alat yang digunakan dalam teknik penimbangan adalan neraca. Terdapat beberapa macam neraca, tetapi yang sering digunakan adalah neraca elektrik, karena penggunaannya lebih mudah dan lebih efisien (Day dan Underwood, 1986). 2. Teknik pemindahan larutan Menurut Tim Pengajar (2010), teknik pemindahan larutan ada 2 yaitu dengan menggunakan pipet dan menggunaka beaker glass. a. Dengan menggunakan Pipet Langkah-langkah pemindahan larutan menggunakan pipet adalah :

Larutan aduk dulu (homogen) dan sebaiknya gunakan pipet kering, jika tidak bilas dengan larutan yang dipindahkan minimal 2 kali. Ujung Pipet masukkan ke dalam larutan mendekati dasar wadah. Hisap larutan dengan mulut (jika tak bahaya) atau ball pipet sampai beberapa cm di atas angka /tanda batas . Angkat pipet dari larutan jika dengan mulut tutup pangkal pipet dengan jari telunjuk dan keringkan bagian luarnya dengsn kertas pengering lalu turunkan larutan dengan memutar-mutar pipet sampai tanda batas.

Jika dengan ballpipet lalu keringkan bagian luarnya dengan kertas pengering lalu turunkan larutan dengan menekan bagian pengeluaran larutan sampai tanda batas.

Keluarkan larutan dalam pipet ke dalam wadah/erlemeyer/labu takar. Menurut Rosa (2010),dalam mengeluarkan larutan, pipet berada dalam posisi

tegak dan ujung pipet hampir menempel pada dasar wadah.tujuannya adalah agar tidak ada larutan yang menempel pada dinding wadah. Jika pipet tidak dipakai untuk larutan yg sama segera cuci dengan air/aquades. b. Dengan menggunakan Beaker Glass Langkah-langkah dalam memindahkan larutan menggunakan beaker glass adalah :

Pastikan mulut beaker tepat pada wadah Arahkan dengan spatula/batang gelas (kasus) Cairan/bahan sisa yang menempel pada dinding wadah disemprot dengan botol semprot (Anonim B, 2010).

3. Teknik Titrasi Menurut Anonim B (2010),teknik ini berperan dalam proses standarisasi larutan. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan buret yang dilengkapi dengan statif. Berikut ini langkah-langkah dalam proses titrasi dengan menggunakan buret. Pastikan dalam buret tidak ada gelembung udara,

pembacaan skala awal

sebelum meniter,dan tegak lurus dengan permukaan cairan . Kran diolesi dg vaselin secukupnya dan bilasi dengan cairan yang akan

digunakan titrasi 3 kali.

Isi buret dengan larutan titran dan pastikan berada di atas skala nol . Alirkan larutan dengan memutar kran sampai ujung buret terisi penuh.

Aturlah tinggi larutan sampai miniskus tepat angka nol atau angka lainnya

mulai titrasi, tangan kiri memegang kran sambil memutarnya & tangan kanan memegang labu erlenmeyer sambil digoyangkan dengan gerakan memutar agar tetesan titran segera tercampur sampai titik akhir titrasi (Radit, 2010). 4. Teknik Penyaringan Teknik penyaringan bertujuan untuk mendapatkan larutan yang lebih murni atau dengan kata lain untuk memisahkan larutan dengan padatannya atau filtrat dengan residunya. Teknik penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan kertas saring atau alat penghisap. a. Penyaringan Tanpa Penghisap

Ikuti seperti gambar di samping Kertas saring tak boleh melebihi corong Basahi kertas dengan aquades dan hidari ada rongga udara Jika ada partikel padat, usahakan cairan dulu disaring dan terakhir suspensi padatnya Kadang-kadang proses cepat dan kertas saring dilipat sesuai petunjuk pelipatan kertas saring (seperti corong)

b. Penyaringan Dengan Penghisap

Pasanglah seperangkat seperti gambar di bawah ini Hubungkan erlenmeyer lain yang berisi bahan higroskopik (silika Hubungkan erlenmenyer c dengan penghisap (pompa) Pompa dijalankan jika mulai menyaring (Anonim B, 2010).

gel)

2.2 Pentingnya Penguasaan Alat Laboratorium dan Aplikasinya Laboratorium kimia analitik merupakan suatu tempat yang digunakan oleh mahasiswa, peneliti, dosen dan sebagainya untuk melakukan percobaan atau penelitian. Pada umumnya percobaan yang dilakukan berhubungan dengan bahan kimia, peralatan gelas dan juga instrumentasi khusus. Tanpa dibekali pengetahuan yang cukup, sering kali mengakibatkan terjadinya kecelakaan pada saat melakukan percobaan. Agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja dalam laboratorium, maka diperlukan pemahaman mengenai petunjuk keselamatan saat melakukan percobaan di dalam laboratorium (Hatsma, 2007). Pada saat melakukan percobaan di laboratorium, perlu juga diperhatikan mengenai kebersihan dan kerapian dalam laboratorium. Hal ini akan membuat

praktikan akan lebih disiplin dan akan menimbulkan kenyamanan dalam bekerja. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diterapkan pada saat dan setelah selesai melakukan percobaan di laboratorium.1. Meja harus dijaga agar tetap bersih dan setiap kali percobaan hendaknya

membawa tissue atau lap meja sehingga ceceran bahan kimia padat atau cair dapat segera dibersihkan.2. Semua alat kaca harus benar-benar bersih dan bila lama tidak digunakan

sebaiknya harus dibilas dengan air suling/air mineral sebelum alat tersebut digunakan kembali.3. Alat

yang sudah tidak digunakan hendaknya dikembalikan ke dalam

lemari/tempatnya. 4. Jika suatu endapan, filtrate atau larutan akan digunakan pada percobaan berikutnya, maka dikesampingkan terlebih dahulu. Jangan lupa memberi label agar mudah di identifikasi.5. Botol regensia jangan sampai berkumpul/berada pada meja kerja. Sebaiknya

botol ini segera dikembalikan ke tempatnya (Basset, 1994: 64).6. Setiap melakukan percobaan, hendaknya menyediakan alat tulis untuk mencatat

hasil pengamatan sehingga tidak terjadi kesalahan pada perolehan data (Dahar, 1986:8). 7. Jangan sekali-kali meninggalkan meja yang kotor. Biasakanlah juga untuk memeriksa apakah kran air telah ditutu. Tempat cuci tidak boleh diisi dengan barang-barang yang tidak larut (Anonim A, 2009:3). Dalam melakukan percobaan, petunjuk kerja sangatlah berguna. Petunjuk ini tidak hanya berisikan spesifikasi reaksi tetapi juga memberi label dari setiap senyawa yang digunakan. Informasi penting lebih lanjut dibutuhkan berupa risiko yang mungkin terjadi bagi orang dan lingkungan, taksiran perlindungan diri dan instruksi tentang pertolongan pertama pada kasus darurat, dan informasi tentang taksiran pemusnahan dari limbah yang dihasilkan. Sebelum memulai percobaan, perlu diperiksa apakah tersedia cukup waktu untuk menyusun percobaan sesuai alokasi waktu. Jika tidak maka perlu diputuskan jika suatu percobaan dapat dihentikan dengan aman pada selang waktu tertentu tanpa memberikan kerugian yang berpengaruh. Semua bahan kimia dan peralatan yang dibutuhkan untuk suatu unjuk kerja yang aman harus diperhatikan dari awal (Hatsma, 2007). Sebagai contoh nyatanya adalah percobaan dengan menggunakan larutan asam kuat. Percobaan harus dilaksanakan di lemari asam jika melibatkan bahan-

bahan yang bersifat toksik atau korosif dan / atau gas, uap atau aerosol yang mungkin terlepas dalam konsentrasi yang membahayakan. Gangguan aliran dapat juga meningkat akibat sumber panas. Biasanya nyala api terbuka seperti kompor Bunsen memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap unjuk kerja lemari asam dan hal ini jelas harus dihindari. Mengingat bahan-bahan kimi biasanya bersifat berbahaya maka bahan ini tidak boleh terjadi kontak dengan kulit selama penanganan. Bahan-bahan yang berbahaya harus ditangani hanya dalam jumlah yang kecil dan peralatan pelindung yang nyaman harus dikenakan. Contoh pentingnya pengusaan alat dapat dilihat pada penngunaan alat gelas. Hampir semua percobaan dengan bahan kimia dilakukan menggunakan peralatan gelas. Gelas memiliki banyak keuntungan dalam percobaan kimia. Gelas tidak hanya bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan visual selama reaksi berlangsung. Tetapi gelas dapat mudah pecah dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Luka terpotong atau tergores dari pecahan peralatan gelas merupakan salah satu luka yang sangat sering terjadi di laboratorium. Peralatan tersusun dari bahan gelas dapat menyebabkan bahan kimia yang berbahaya dan memungkinkan terjadinya kebakaran. Susunan peralatan gelas harus dilakukan dengan mengikuti petunjuk kerja yang aman. Penggunaan bagian peralatan yang tidak cocok harus dihindari seperti penggunaan tipe gelas yang berbeda, sambungan peralatan gelas yang tidak sesuai, dan lain sebagainya. Susunan peralatan gelas yang kompleks harus dibangun tanpa tekanan mekanik yang dapat memungkinkan gelas pecah. Hal ini dapat dilakukan pada tempat yang aman (yang terbaik adalah di lemari asam) dan aman dari gangguan. Peralatan laboratorium biasanya disusun pada sistem terbuka pada kondisi atmosfer supaya menjamin kompensasi tekanan dan menghindari ledakan, perkecualian reaktor autoklaf yang terbukan dari bahan logam baja dan non korosif. Pada banyak kasus, peralatan yang menggunakan listrik umum digunakan seperti pengaduk, pemanas, sentrifus dan lain-lain. Peralatan seperti ini harus dalam kondisi teknis yang baik dan memenuhi spesifikasi keamanan untuk dioperasikan dengan listrik. Hal ini harus diperiksa selama kisaran waktu tertentu oleh teknisi yang ahli meliputi perbaikan kabel yang tersayat, sambungan, konsluiting dan lain-lain atau menggantinya jika terjadi kerusakan. Pemeriksaan keamanan yang diperlukan untuk peralatan bersifat bergerak juga perlu dilakukan setara dengan peralatan diam (Dahar, 1986:8).

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat : Neraca Analitik Beaker Glass 250 ml, 500 ml. Erlenmeyer 250 ml

Pipet Tetes Pipet Ukur 20 ml, 50 ml

Bulb Pipet Buret 50 ml

Corong Botol semprot Spatula Oven Botol timbang

3.1.2 Bahan : Tissue Aquadest Kertas saring Vaselin Asam Nitrat 10% Asam Klorida 10% Larutan NaOH 0,1 M Serbuk kopi Indikator PP 1%

3.2 Skema Kerja 3.2.1 Pemindahan Larutan dengan pipet volume aquadest Diambil dengan pipet (5 ml, 10 ml gunakan pipet ukur) (25 ml gunakan pipet volum) Letakkan dalam botol timbang (telah diketahui beratnya) Timbang sebagai b ulangi sebanyak 3 kali 3.2.2 Teknik Pemindahan Daari Beaker Glass Beaker glass di timbang (bg awal) Tuang aquadest 10 ml pada beaker Timbang sebagia (beaker glass akhir) Tuang dalam botol semprot yang telah diketahui beratnya (berat awal) Timbang botol semprot + air sebagai berat akhir Aquadest diambil dan diletakkan dalam beaker glass ke 2 Telah di ketahui beratnya (berat kosong) Ditimbang beaker glass ke 2 + aquadest Hitung berat C

3.2.3 Teknik Titrasi 20 ml larutan HCl 0,1 N Dimasukkan Erlenmeyer 250 ml Ditambah 3 tetes indicator PP 1 % Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna Catat volume titran yang dibutuhkan Dan timbang Erlenmeyer + larutan Ulangi sebanyak 4 kali

3.2.4 Teknik Penyaringan Timbang botol semprot awal + isi (f gram) Timbang 1 gram serbuk kopi dalam beaker glass yang telah diketahui beratnya (a) Ditambah aquadest 10 ml Timbang berat beaker dan isi (b) Saring menggunakan corong + saringan (d gram) Dan letakkan dalam beaker glass ke 2 (A gram) Timbang beaker pertama + sisa yang tertinggal sebagai (c) Timbang corong + saringan yang telah digunakan (e gram) Timbang botol semprot akhir + isi (g gram) Timbang berat beaker glass ke 2 + Filtrat (b gram) Hitung berat isi (h gram) Hitung lama titrasi dan i

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan Kelompok 1 & 2Volume Nominal Pipet 5 ml a B C 4.424 9.36 4.936 4.431 9.36 4.929 4.427 9.367 4.94

A. Teknik pemindahan larutan dengan pipet volumUlanga n 1 2 3 rerata SD 10 ml A 4.175 4.171 4.172 25 ml a 4.36 4.359 4.361

b 13.98 13.98 13.97

c 9.81 9.809 9.805

b 28.73 28.74 28.78

c 24.37 24.38 24.42

Keterangan : a : berat wadah kosong b : berat (wadah kosong + Aquadest ) c : Berat ( wadah Kosong + Aquadest ) wadah kosongB. Teknik pemindahan larutan dari beaker glass ke wadah lainnyaUlangan Berat Beaker Glass 1 + isi Awal Akhir 47.1197 47.1186 47.119 56.9797 56.9787 56.9775 C Botol Semprot Awal Akhir 41.52 41.53 41.47 51.26 51.33 51.32 Beaker Glass 2 + isi Kosong Isi (B) + 61.21 61.2 61.2 kosong 71.36 71.22 71.32 -10.03 -9.96 -10.111

1 2 3 Rerata SD

Keterangan : C = berat (awal (akhir+B)) + (awal botol semprot akhir botol semprot)

C. Teknik titrasiUlangan 1 2 3 Berat Erlenmeyer Awal 73.1 85.95 84.95 Akhir 90.192 104.157 103.11 Jumlah Titran gram 17.09 18.2 18.16 ml 17.8 18.5 18.5

4 Rerata SD

84.52

102.34

17.82

17.8

Keteranagan : Berat awal = berat kosong + berat sampel + berat indicator Berat akhir = berat awal + berat titran Jumlah Gram = berat akhir - berat awal D. Teknik penyaringanUlangan Wadah 1 a 56.41 56.45 56.42 b 76.31 76.31 76.33 c 56.8 56.81 56.83 Berat Corong+saring an 1 2 3 Rerata SD d 14.55 14.61 14.58 e 19.69 19.65 19.69 f 39.44 39.56 39.47 g 69.17 68.85 68.98 a 50.65 50.65 50.68 b 64.94 64.71 64.73 h 14.29 14.06 14.05 Botol Semprot Wadah 2 T (ja m) i

Kelompok 3 & 4 A. Teknik Pemindahan Larutan Dengan Pipet VolumeVolume Nominal Pipet Ulangan A 1 2 3 4 4,42 4,41 4,41 4,41 5 ml b 9,38 9,34 9,37 9,35 C 4,96 4,93 4,96 4,94 A 4,17 4,15 4,15 4,15 10 ml b 14,06 14,06 14,06 14,05 c 9,89 9,91 9,91 9,9 a 4,36 4,36 4,36 4,35 25 ml b 29,3 29,29 29,29 29,27 c 24,94 24,93 24,93 24,92

rerata SD

Keterangan : a : berat wadah kosong b : berat (wadah kosong + Aquadest ) c : Berat ( wadah Kosong + Aquadest ) wadah kosong B. Teknik Pemindahan Larutan Dari Beaker Glass ke Wadah LainnyaBerat Ulangan 1 2 3 Rerata SD Beaker Glass 1 + isi Awal 57,96 56,95 57,94 Akhir 47,36 47,32 47,3 Botol Semprot Awal 399,77 397,9 397,32 Akhir 397,93 397,36 391,58 Beaker Glass 2 + isi Awal 56,43 56,49 56,45 Akhir 67,98 67,51 67,34 C

Keterangan : C = berat (awal (akhir+B)) + (awal botol semprot akhir botol semprot) C. Teknik TitrasiUlangan 1 2 3 4 Rerata SD Berat Erlenmeyer Awal Akhir 66,26 85,22 66,27 85,27 66,19 85,12 65,97 85,07 Jumlah Titran Awal Akhir 18,96 22,5 19 22,25 18,93 22,9 19,1 21,9

Keteranagan : Berat awal = berat kosong + berat sampel + berat indicator Berat akhir = berat awal + berat titran Jumlah Gram = berat akhir - berat awal D. Teknik PenyaringanBerat Ulangan 1 2 Rerata SD Corong+ Wadah 1 a b 147,85 168,52 148,35 168,5 c 150,7 150,5 Saringan D E 11,25 15,22 11,33 14,62 Botol Semprot f 466,83 449,76 G 449,69 429,79 T Wadah 2 a 157,16 157,79 b 176,95 171,76 h 19,79 13,93 (jam) 5,47 5,38

4.2 Hasil Perhitungan

Kelompok 1&2Volume Nominal Pipet 5 ml a B C 4.424 9.36 4.936 4.431 9.36 4.929 4.427 9.367 4.94 13.282 9.367 9.865 4.427 9.367 4.933 0.00351 0.004 0.0055

A. Teknik pemindahan larutan dengan pipet volumUlanga n 1 2 3 Rerata SD 10 ml A 4.175 4.171 4.172 12.51 4.173 0.002 25 ml a 4.36 4.359 4.361 8.720 4.360 0.001

B 13.98 13.98 13.97 42 14 0.00577

c 9.81 9.809 9.805 19.614 9.807 0.0026

b 28.73 28.74 28.78 86 29 0.02646

C 24.37 24.38 24.42 74 25 0.026

B. Teknik pemindahan larutandari beaker glass ke wadah lainnyaUlangan Beaker Glass 1 + isi Awal Akhir 1 2 3 Rerata SD 0,045149 0,011015 47.1197 47.1186 47.119 141,4346 47,14487 56.9797 56.9787 56.9775 1709,359 569,7863 Berat Botol Semprot Awal Akhir 41.52 41.53 41.47 124,52 41,5066666 7 0,03214550 3 51.26 51.33 51.32 153,91 51,30333 0,037859 C Beaker Glass 2 + isi Kosong Isi (B) + 61.21 61.2 61.2 183,63 61,21 0 kosong 71.36 71.22 71.32 213,9 71,3 0,072111 -10.03 -9.96 -10.111 -30,101 -10,0337 0,075567

C. Teknik titrasiUlangan 1 2 3 4 Rerata SD Berat Erlenmeyer Awal Akhir 73.1 90.192 85.95 104.157 84.95 103.11 84.52 102.34 328,52 399,799 82,13 99,94975 6,049732776 6,547649 Jumlah Titran gram 17.09 18.2 18.16 17.82 71,27 17,8175 0,514093 ml 17.8 18.5 18.5 17.8 72,6 18,15 0,404145

D. Teknik penyaringanUlangan Wadah 1 A 56.41 56.45 56.42 169,28 b 76.31 76.31 76.33 228,95 c 56.8 56.81 56.83 170,44 Corong+saringa n D 14.55 14.61 14.58 43,74 e 19.69 19.65 19.69 59,03 Berat Botol Semprot F 39.44 39.56 39.47 118,47 g 69.17 68.85 68.98 207 T Wadah 2 a 50.65 50.65 50.68 151,98 b 64.94 64.71 64.73 194,38 h 14.29 14.06 14.05 42,4 (jam )

1 2 3

X SD

56,426 0,0208

76,316 0,011

56,813 0,0152

14,58 0,03

19,67 0,023

39,49 0,06245

69 0,16093

50,66 0,01732

64,7933 0,12741

14,13 0,135

Kelompok 3 & 4

A. Teknik Pemindahan Larutan Dengan Pipet VolumeVolume Nominal Pipet Ulangan a 1 2 3 4 rerata SD 4,42 4,41 4,41 4,41 17,65 4,4125 0,005 b 9,38 9,34 9,37 9,35 37,44 9,36 0,01826 5 ml C 4,96 4,93 4,96 4,94 19,79 4,9475 0,015 A 4,17 4,15 4,15 4,15 16,62 4,155 0,01 B 14,06 14,06 14,06 14,05 56,23 14,057 5 0,005 10 ml c 9,89 9,91 9,91 9,9 39,61 9,9025 0,00957 a 4,36 4,36 4,36 4,35 17,43 4,3575 0,005 25 ml b 29,3 29,29 29,29 29,27 117,15 29,2875 0,01258 c 24,94 24,93 24,93 24,92 99,72 24,93 0,00816

B. Teknik Pemindahan Larutan Dari Beaker Glass ke Wadah LainnyaBerat Ulangan 1 2 3 Rerata SD Beaker Glass 1 + isi Awal 57,96 56,95 57,94 172,85 57,6167 0,57744 Akhir 47,36 47,32 47,3 141,98 47,3267 0,03055 Botol Semprot Awal 399,77 397,9 397,32 1194,99 398,33 1,28035 Akhir 397,93 397,36 391,58 1186,87 395,623 3,51321 Beaker Glass 2 + isi Awal 56,43 56,49 56,45 169,37 56,4567 0,03055 Akhir 67,98 67,51 67,34 202,83 67,61 0,33151 C

C. Teknik TitrasiUlangan 1 2 3 4 Rerata SD Berat Erlenmeyer Awal Akhir 66,26 85,22 66,27 85,27 66,19 85,12 65,97 85,07 264,69 340,68 66,1725 85,17 0,13961 0,09129 Jumlah Titran Awal Akhir 18,96 22,5 19 22,25 18,93 22,9 19,1 21,9 75,99 89,55 18,9975 22,3875 0,07411 0,42106

D. Teknik Penyaringan

Berat Ulan gan 1 2 X SD a 147,8 148,3 296,2 148,1 0,354 Wadah 1 b 168,52 168,5 337,02 168,51 0,014 c 150,7 150,5 301,2 150,6 0,163 Corong Saringan d 11,25 11,33 22,58 11,29 0,057 E 15,22 14,62 29,84 14,92 0,424 + Botol Semprot f 466,83 449,76 916,59 458,3 12,07 g 449,69 429,79 879,48 439,74 14,07 a 157,16 157,79 314,95 157,48 0,445 T Wadah 2 B 176,95 171,76 348,71 174,36 3,67 h 19,79 13,93 33,72 16,86 4,144 (jam) 5,47 5,38

BAB 5. PEMBAHASAN5.1. Hal-hal yang Harus Dilakukan pada Saat Praktikum (Etika Praktikum) di Laboratorium. Laboratorium kimia analitik merupakan suatu tempat yang digunakan oleh mahasiswa, peneliti, dosen, dan sebagainya untuk melakukan percobaan atau penelitian. Pada umumnya percobaan yang dilakukan berhubungan dengan bahan kimia, peralatan gelas, dan juga instrumentasi khusus. Tanpa dibekali pengetahuan yang cukup, seringkali mengakibatkan terjadinya kecelakaan pada saat melakukan percobaan. Agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja dalam laboratorium, maka diperlukan pemahaman mengenai petunjuk keselamatan saat melakukan percobaandi dalam laboratorium dan memahami etika praktikum pada saat praktikum berlangsung (Fujiati, 2002). Dalam praktikum teknik laboratorium diperlukan upaya-upaya pengetahuan dan penggunaan peralatan laboratorium maupun perlakuan-perlakuan selama teknik laboratorium. Hal iniakan sangat membantu, khususnya bagi pemula seorang praktikan. Adapun beberapa prosedur yang mestinya menjadi kebiasaan praktikan sebelum memulai teknik laboratorium, diantaranya sebagai berikut : 1. Meja harus dijaga agar bersih dan harus tersedia lap meja. Sehingga ceceran bahan kimia padat ataupun cair (larutan) apapunsegera dapat dibuang. 2. Semua alat kaca harus benar-benar bersih dan jika telah dibiarkan agak lama, harus dibilas dengan air suling atau air mineral, sebelum digunakan.

3. Alat-alat tanpa kecuali tidak boleh berserakan di atas meja kerja. Semua alat yang bertalian dengan suatu operasi tertentu hendaknya dikelompokkan di atas meja itu, ini sangat penting untuk menghindari kebingungan bila sedang dilakukan penetapan duplikat. 4. Jika suatu larutan, endapan, filtrat, dsb dikesampingkan harus dibubuhi etinet sehingga isinya mudah diidentifikasi dan wadah itu harus ditutup sepantasnya agar tidak dikotori oleh debu. 5. Botol reagensia tak pernah boleh berkumpul pada meja kerja, botol ini harus segera dikembalikan ketempatnya. 6. Setiap melakukan percobaan hendaknya menyediakan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan sehingga tidak tejadi kesalahan pada perolehan data. 7. Jangan sekali-kali meninggalkan meja dalam keadaan kotor. Biasakan untuk memeriksa apakah kran air telah ditutup,tempat cuci tidak boleh diisi dengan barang-barang yang tidak larut. 8. Alat disimpan supaya aman dari pencuri dankerusakan, alat yang mudah di bawah dan mahal harganya disimpan pada lemari berkunci. 9. Alat diletakkan pada tempat yang mudah dicari, untuk memudahkan mencari letak alat dan baha, perlu diberi tanda dengan label pada setiap penyimpanan. 10. Alat diletakkan atau disimpan pada tempat yang mudah diambil. Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan prlengkapan seperti almari, rak, dan laci. (Bassett, 1994). Pada saat melakukan percobaan, praktikan diharuskan mengetahui peraturan dan tata tertib pada saaat praktikum berlangsung guna mencegah terjadinya kecelakaan praktikum. Kecelakaan dalam laboratorium biasanya disebabkan oleh api, racun, pecahan alat gelas, bahan ledakan. Sebelum memulai praktikum, praktikan sebaiknya dapat mengenal terlebih dahulu peralatan yang akan dipergunakan beserta fungsinya. Agar dalam praktikum, peralatan dapat dipergunakan dengan sebagaimana fungsinya sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan (Dinoto, 2007). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat-alat gelas kimia, sehingga terhindar dari kecelakaan pada saat praktikum yaitu : 1. Mengeringkan alat-alat setelah dicuci, gelas setelah dicuci diletakkan terbalik. Hanya dibagian luar yang di lab.

2. Meja harus dijaga kebersihannya dan harus selalu tersedia lap bersih agar ceceran bahan dapat segera dibuang. 3. Tutup botol, pada tutup botol yang bagian atasnya datar, letakkan terbalik. Bila tutup botol berbentuk penuh, tutup jangan dicabut, membuka dan menutup dengan cara mengatur saluran pada botol dan tutup. 4. Menuang cairan dari botol yang beretiket, etiket harus dipegang menghadap telapak tangan dan cairan dialirkan dari sisi yangberjauhan dari etiket, supaya cairan yang mengalir pada dinding luar botol tidak menesak etiket. 5. Mencium isi botol, jangan mencium secara langsung, tetapi dengan mendekatkan hidung dengan mulut botol . menimbang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang suatu zat yakni : a). Penimbangan harus dilakukan dalam ruang tertutup. b). Zat yang ditimbang harus diletakkan dalam gelas arloji atau botol timbang. c). Dilarang menimbang barang-barang panas sebelum didinginkan terlebih dahulu. d). Menjaga kebersihan timbangan. 6. Membersihkan alat-alat gelas volumetrik harus bebas dari lemak. Untuk mengatasi hal tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan detergen. Apabila masih sulit untuk dibersihkan maka dapat menggunakan larutan kalium dikromat. Setelah dibersihkan alat-alat tersebut disimpan dengan posisi terbalik (Fujiati, 2002). Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium adalah sebagai berikut : 1. Aman Alat disimpan supaya aman dri pencuri dan kerusakan, alat yang mudah dibawa dan mahal harganya disimpan didalam lemari berkunci. 2. Mudah dicari Untuk memudahkan mencari letak alat dan bahan, perlu diberi tanda dengan label pada setiap penyimpanan. 3. Mudah diambil Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpan dan perlengkapan seperti lemari, rak, dan laci (Pudjatmaka, 1992). 5.2 Alat-alat Laboratorium

1. Gelas Kimia Gelas kimia adalah sebagai tempat untuk melarutkan zat yang tidak butuh ketelitian tinggi, misalnya analisa pereaksi/reagen untuk analisa kimia kualitatif atau untuk pembuatan larutan standar sekunder pada titrimetri/volumetri. Terdapat berbagai ukuran mulai dari 25 mL sampai 5 Liter. Jadi tidak cocok untuk pembuatan larutan yang perlu ketelitian tinggi (secara kuantitatif) (Saskia, 2011). 2. Labu Ukur Labu Ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL sampai 5 L dan biasanya instrumen ini digunakan untuk mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu ukur. Alat ini biasanya digunakan untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Dalam sistem pengenceran, untuk zat yang tidak berwarna, penambahan aquadest sampai menunjukkan garis meniscus berada di leher labu. Untuk zat yang berwarna, penambahan aquades hingga dasar meniskus yang menyentuh leher labu (meniskus berada diatas garis leher). Langkah kerja alat ini ialah : Zat terlarut ditimbang teliti ke dalam sebuah labu volumetri ( labu ukur ) Ditambahkan air suling Campuran digoyang melingkar ( diolek ) untuk melarutkan zat terlarut Setelah ditambahkan air lagi, digunakan pipet tetes untuk menambahkan air dengan hati hati sampai volume permukaan cairan tepat berimpit dengan tanda lingkaran pada leher labu Labu disumbat dan kemudian dikocok agar larutan seragam/homogeny (Hadi, 2009). 3. Spatula Spatula adalah alat untuk mengambil obyek. Spatula yang sering digunakan di laboratoriumbiologi atau kimia

berbentuk sendok kecil, pipih dan bertangkai. Ada tiga jenis spatula untuk keperluan laboratorium:

Spatula yang terbuat dari logam (stainlessteel) digunakan untuk mengambil obyek yang telah diiris untuk sediaan mikroskop. Spatula politena atau tanduk, digunakan sebagai sendok untuk mengambil bahan kimia padat. Spatula nekel adalah spatula yang disepuh dengan nekel, digunakan sebagai sendok kecil untuk mengambil bahan kimia.

Alat ini juga dapat digunakan untuk mengaduk dalam pembuatan larutan kecuali larutan asam (Hadi,2009).

4. Termometer Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa. Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan kandungan air raksa di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Adapun cara kerja secara umum adalah sebagai berikut : 1. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi awal. 2. Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa dengan perubahan volume. 3. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan menyusut jika suhu menurun. 4. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan lingkungan (Wirjosoemarto, 2004). 5.Buret

Buret adalah sebuah peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya. Ia digunakan untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan presisi, seperti pada eksperimen titrasi. Oleh karena presisi buret yang tinggi, kehati-hatian pengukuran volume dengan buret sangatlah penting untuk menghindarigalat sistematik. Ketika membaca buret, mata harus tegak lurus dengan permukaan cairan untuk menghindari galat paralaks. Bahkan ketebalan Cara kerja alat ini yaitu : 1. Saat mengisi buret, tutup kran dan gunakan corong saring. Agar larutan dapat mengalir dengan lancar, angkat corong saat memasukan larutan. Isi buret hingga skala 0. baca miniskus dengan benar. Lap bagian atas buret dengan tissue agar tetesan larutan yang menempel pada bagian dalam buret tidak menetes. 2. Sebelum digunakan, pastikan buret tidak bocor dan kran dapat berfungsi dengan baik. Pastikan pula, sudah tidak terdapat gelembung di bagian bawah buret 3. Keluarkan larutan dari buret hingga mencapai titik akhir. Titik akhir ditandai dengan adanya perubahan fisik. 4. Bilas bagian bawah buret dengan bantuan botol semprot. Demikian pula dinding bagian dalam Erlenmeyer (Dwidjoseputro, 1994). 6.Erlenmeyer Erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan,bahan atau cairan. Labu Erlenmeyer dpt digunakan utk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dlm kultur cair, dan lain-lain. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yg dpt ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dan sebagainya (Hadi, 2009). garis ukur juga mempengaruhi; bagian bawah meniskus cairan harus menyentuh bagian atas garis.

7.Neraca Analitik Neraca digital merupakan alat yang sering ada dalam laboratorium yang digunakan untuk menimbang bahan yang akan digunakan. Neraca digital berfungsi untuk membantu mengukur berat serta cara kalkulasi fecare otomatis harganya dengan harga dasar satuan banyak kurang. Cara kerja neraca digital hanya bisa mengeluarkan label, ada juga yang hanya timbul ditampilkan layar LCDnya. Kita mengenal neraca digital sebagai alat ukur untuk satuan berat. Dibandingkan dengan neraca jaman dulu yang masih menggunakan neraca analog atau manual, neraca digital memiliki fungsi lebih sebagai alat ukur, diantaranya neraca digital lebih akurat, presisi, akuntable (bisa menyimpan hasil dari setiap penimbangan). Cara kerja alat ini ialah : 1. Sebelum dan sesudah memakai alat ini bersihkan ruangan timbangan, hubungkan neraca dengan listrik. 2. Pastikan bahwa posisi timbangan dalam keadaan datar (Water Pass berada di tengah-tengah lingkaran). 3. Tekan dan lepas plat kontrol dengan hati-hati pada posisi ON segera akan tampak di layar sistem kalibrasi yang dilakukan oleh timbangan secara otomatis. Tunggu sebentar sampai timbul tampilan OK. 4. Siapkan botol timbang atau gelas arloji kosong, bersih dan kering. Kemudian tempatkan di atas piring timbang, panel yang semula tampak 0,0000 akan segera berubah menunjukkan berat gelas arloji atau tombol timbang. Tekan tombol ZERO panel akan segera berubah lagi menjadi 0,0000. Pada posisi demikian bahan sesuai dengan berat yang diperlukan. Tunggu sampai berat konstan dengan cara menutup pintu timbangan. Catat hasilnya, keluarkan dari timbangan.5. Setelah selesai menimbang, tekan tombol OFF, dan jangan lupa bersihkan

ruang timbangan (Khotimah, 2009). 8. Bulb Pipet Pipet Filler / Rubber Bulb Filler adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur. Karet sebagai bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler memiliki 3 saluran yang

masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol A (aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (suction) merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Cara kerja alat ini ialah : 1. Sebelum dipakai menghisap, bola dikosongkan dengan menekan bola dan ujung atas pipa. 2. Pasang ujung bawah pipa ke pipet. Pipet yang digunakan dimasukkan melalui ujung bawah dan jangan sampai melebihi pipa cabang. 3. Pijit pipa bawah bola untuk menyedot cairan ke atas. Perhatikan :Jangan Sampai Larutan Masuk ke Dalam Bola. Lepas pijatan bola, cairan akan terhenti. 4. Cairan dapat dikeluarkan dengan memijit pipa cabang. biarkan udara masuk kembali (Saskia, 2011). 9. Gelas Ukur Gelas ukur terbuat dari kaca yang diameternya serba sama dan pada bagian atasnya dilengkapi dengan bibir yang berfungsi untuk menuangkan cairan, sedangkan bagian bawahnya dilengkapi dengan kaki sehingga gelas ukur itu dapat ditegakkan di atas meja. Gelas ukur dilengkapi dengan skala-skala, meskipun demikian gelas ukur hanya digunakan untuk pengukuran volume cairan yang tingkat ketelitiannya kurang, karena luas permukaannya lebih besar sehingga kekurangan satu garis skala akan menyebabkan kesalahan yang amat besar. Tata cara penggunaan gelas ukur : 1. Sebelum digunakan, gelas ukur harus bersih. 2. Gelas ukur diletakkan tegak di atas meja, lalu cairan dituang ke dalamnya sampai mendekati volume yang dikehendaki. 3. Untuk mengimpitkan permukaan cairan dengan garis skala digunakan pipet tetes sehingga penambahan cairan dapat sedikit demi sedikit.4. Pada saat mengamati cairan, mata harus sejajar dengan permukaan cairan 5. esudah menggunakan alat ini, bola harus segera dilepaskan dari pipetnya dan

tersebut (Khotimah, 2009). 10. Pipet Ukur

Pipet ukur merupakan alat utk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya adalah cairan disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume yang diingini. Volume yang dipindahkan dikeluarkan mengikuti skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus tepat sejajar dengan mensikus cekung cairan) dengan cara menyamakan tekanan filler dengan udara sekitar. Cara kerja alat ini adalah :1. Celupkan ujung bawahnya dalam cairan dan mengisap ujung atasnya (dengan

mulut atau karet pengisap), sehingga permukaan cairan dalam pipet akan naik. 2. Cairan dipipet sampai permukaan cairan dalam pipet naik melampaui garis tanda batas, dan ujung atasnya segera ditutup dengan jari telunjuk. Setelah itu pipet diangkat dari cairan dan ujung bawahnya dikeringkan dengan kertas saring/tissue. Selanjutnya permukaan cairan diimpitkan dengan garis tanda batas. 3. Disaat mengiimpitkan, posisi pipet harus tegak lurus dan ujung bawah pipet disentuhkan dengan gelas piala/Erlenmeyer, yang diletakkan membentuk sudut 45 derajat. Selanjutnya jari telunjuk dilepaskan perlahan sehingga permukaan cairan di dalam pipet akan turun sampai miniskus (permukaan bawah untuk cairan bening dan permukaan atas untuk cairan berwarna) berimpit dengan tanda batas. 4. Bertepatan dengan berimpitnya miniskus cairan dengan garis tanda batas, telunjukpun ditutupkan lagi sehingga cairan berhenti mengalir. Selanjutnya ujung bawah disentuhkan dengan bagian dalam wadah yang akan menampung cairan yang di ukur, dan jari telunjuk dilepaskan bebas sampai cairan pindah.5. Setelah pipet kosong, biarkan pipet sekitar 15 detik dan cairan yang masih

tertinggal di ujung, jangan ditiup (Khotimah, 2009) 11. Spektrofotometer Spektrofotometer transmitans kerja atau adalah alat untuk suatu mengukur contoh bila yang cahaya absorbans

dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang. Prinsip spektrofotometer adalah (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu

medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Cara kerja alat ini, ialah dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Hadi, 2009). 12. Lemari Asam Lemari asam ini digunakan untuk tempat mereaksikan berbagai jenis reaksi kimia, terutama dalam mereaksikan zat-zat yang berbahaya, beracun, maupun dalam mereaksikan zat-zat yang menghasilkan zat lain yang mengeluarkan gas berbahaya, hingga percikan api. Lemari asam tidak boleh dijadikan sebagai tempat penyimpanan bahan kimia, karena jika kita sedang bekerja dan didalam lemari asam tersebut terdapat berbagai jenis bahan kimia, kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat reaksi yang salah semakin berpeluang. Oleh karena itu, lemari asam selain harus mendapatkan perawatan rutin, juga harus digunakan sesuai dengan kebutuhannya (Saskia, 2011). 13. Corong Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalamsuatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya, digunakan juga sebagai tempat untuk meletakkan kertas saring dalam proses penyaringan campuaran kimia dengan gravitasi (Saskia, 2011) 14. Oven Sterilizer Oven merupakan alat sterilisasi yang menggunakan udara panas kering. Dimana fungsi oven adalah mensterilisasi alat-alat gelas yang tidak berskala prinsip oven yaitu menghancurkan lilis mikroba mengunakan pasan udara kering. Selain itu oven juga berfungsi sebagai alat untuk mengeringkan alat-alat gelas.

Ozon sterilizer berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak berskala. Ozon sterilizer terdiri dari dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas, prinsip kerja ozon sterilizer bagian atas adalah membunuh mikroba menggunakan ozon (O3), dimana ozon itu dapat merusak mekanisme dari mikroba, sehingga sel protein pada mikroba mengalami oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kematian pada mikroba, karena ozon (O3) itu sendiri bersifat racun, sedangkan fungsi dari bagian bawah ozon sterilizer (elektra) adalah mensterilkan medium menggunakan sinar lampu dengan panas tinggi, yang cara kerjanya hampir sama dengan oven (Wirjosoemarto, 2004). 15. Micropipet Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 l. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1l sampai 20 l, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 l. dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip. Cara menggunakan alat ini ialah :1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk

memastikan lancarnya mikropipet.2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet. 3.

Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke dalam lagi.

4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb

Knob maka cairan akan masuk ke tip. 6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan

semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka

tip akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat tambahan yang berfungsi mendorong tip keluar (Ryan, 2010). 5.3 Analisa Data Data Kelompok 1 dan 2

Pada praktikum kali ini yaitu tentang teknik laboratorium dimana kita mempelajari tentang beberapa teknik yang ada pada laboratorium. Teknik-teknik tersebut antara lain meliputi teknik pemindahan larutan, teknik titrasi, teknik penyaringan, dan juga teknik pencucian. 5.3.1 Teknik Pemindahan larutan Dalam teknik pemindahan larutan ini dibagi menjadi 2 teknik yaitu teknik pemindahan larutan dengan menggunakan pipet dan teknik pemindahan larutan dengan menggunakan beaker glass. 5.3.1.1 Dengan Pipet a. Larutan diaduk terlebih dahulu hingga menjadi homogen dan menggunakan pipet kering (lebih baik). b. Ujung pipet masukkan ke dalam larutan mendekati dasar wadah. c. Hisap larutan dengan menggunakan mulut atau ball pipet sampai beberapa cm di atas tanda batas. d. Angkat pipet, apabila menggunakan mulut maka tutup dengan pangkal jari telunjuk dan keringkan bagian pangkalnya dengan menggunakan kertas pengering lalu turunkan dengan memutar-mutar pipet sampai tanda batas. e. Jika dengan ball pipet keringkan bagian luarnya dengan kertas pengering lalu turunkan larutan dengan menekan bagian pengeluaran larutan sampai tanda batas. f. Keluarkan larutan dalam pipet ke dalam wadah atau erlenmeyer ataupun labu takar dengan posisi tegak lurus dan ujung pipet menempel pada wadah atau erlenmeyer. g. Cuci apabila pipet tidak dipakai untuk larutan yang sama dengan air ataupun dengan aquades (Pudjaatmaka, 1992). Dari hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh data pengambilan volume 5 ml didapatkan standart deviasi (SD) sebesar 0,00557. Standart deviasi merupakan ukuran seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-rata. Standart deviasi adalah parameter ukuran presisi yang sangat berguna dan paling sering digunakan dalam konteks presisi (Pudjaatmaka, 1992). Pada pengambilan volume 5ml didapatkan rerata 4,9 dan SD sebesar 0,00557, berarti dalam perlakuan ini yang semula aquadest 5ml menjadi hanya 4,9 jadi 0,1ml adalah kehilangan airnya. Pada pengambilan volume 10ml didapatkan rerata 9,8 dan SD sebesar 0,0026, berarti dalam perlakuan ini yang semula aquadest 10ml setelah

dipindahkan menjadi hanya 9,8 jadi 0,2ml adalah kehilangan airnya. Kehilangan air ini dikarenakan mungkin aquadest masih menempel pada pipet atau mungkin pada saat pengambilan aquadest kurang teliti sehingga ukuran 5ml dan 10ml nya tidak tepat. Sedangkan pada pengambilan volume 25ml didapatkan rerata 25 dan SD sebesar 0ml, berarti tidak terjadi kehilangan air pada pengambilan volume 25ml ini sehingga pada perlakuan inilah yang paling konstan karena perolehan nilai C yang konstan (tetap) dan SD = 0 (tidak terjadi kesalahan). 5.3.1.2 Dari Beaker Glass a. Pastikan dahulu mulut beaker glass tepat pada wadah. b. Arahkan dengan spatula / batang gelas (kasus). c. Cairan / bahan sisa yang menempel pada dinding wadah semprot dengan botol semprot (Pudjaatmaka, 1992). Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan rerata 0,0756 dan SD sebesar 0,0736, berarti dalam hal ini kopi yang dipindah berkurang karena SD nya cukup jauh dari 0 (nol). Hal ini mungkin dikarenakan pada saat penimbangan kurang teliti dan kurang benar sehingga hasilnya kurang akurat atau mungkin pada saat pemindahan masih menempel pada pipet atau masih ada sisa kopi dalam wadah sebelumnya sehingga berkurang. 5.3.1.3 Teknik Titrasi Cara yang dilakukan dalam proses titrasi ataupun teknik-tekniknya akan dijelaskan sebagai berikut a.Pastikan dalam buret tidak ada gelembung udara, pembacaan skala awal sebelum meniter dan tegak lurus dengan permukaan cairan. b.Kran diolesi dengan vaselin secukupnya dan dibilasi dengan cairan yang akan digunakan titrasi tiga kali. c.Isi buret dengan larutan di atas titran dan pastikan berada di atas skala nol. d.Alirkan larutan dengan memutar kran sampai ujung buret terisi penuh. e.Aturlah tinggi larutan sampai miniskus tepat angka nol atau angka lainnya. f.Mulai titrasi, tangan kiri memegang kran sambil memutarnya dan tangan kanan memegang labu erlenmeyer sambil digoyangkan dengan gerakan memutar agar tetesan titran segera tercampur sampai titik akhir titrasi (Pudjaatmaka, 1992).

Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan rerata gram 4,4544 dan rerata ml 4,5375 dengan SD sebesar 0,51409 dan 0,40415. Hal ini berarti terjadi perbedaan pada pencapaian titik akhir titrasinya, mungkin bisa dikarenakan saat pemindahan ke gelas ukur kurang meniskus. Selain itu, bisa juga terjadi saat titrasi mungkin tetesan titran menempel ke labu erlenmeyer sehingga tidak cepat bereaksi dengan larutan di dalam erlenmeyer. Bisa juga disebabkan karena pembacaan buret yang tidak benar, misal melihatnya tidak sejajar dengan skala buret. Kemudian mungkin juga disebabkan saat mendekati 45 kurang hati-hati dalam melakukan titrasi sehingga larutan tidak cepat berubah. 5.3.1.4 Teknik Penyaringan Menyaring adalah memisahkan endapan dari lapisan-lapisannya melalui dinding berpori yang dapat menahan endapan. Dalam analisis gravimetri digunakan macam alat penyaring antara lain : 1. Kertas saring yang ditempatkan pada corong. 2. Krus Goch dari porselen atau silika yang sebelum digunakan untuk penyaring dilapisi dulu dengan asbes murni. 3. Krus Kaca berpori atau silika (Machlaurin, 2008). Ukuran kertas saring yang digunakan tergantung pada jumlah endapan, yang sering digunakan ialah diameter 11cm. Kertas saring hendaknya berada 1-2cm di bawah sisi corong atas. Atur dengan baik kertas saring pada corong agar mempermudah penyaringan. Gunakan corong yang mempunyai sudut kerucut sekitar 800, sesuaikan lipatan agar kertas saring dapat melekat rapat pada corong (Pangaribowo, 2009). Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan SD sebesar 0,135, berarti masih terdapat kesalahan dalam teknik penyaringan karena hasil SD masih cukup jauh dari nol. Hal ini mungkin dikarenakan masih menempel pada kertas saring atau corong. Bisa juga mungkin kurang dalam pengendapannya sehingga kopi tidak larut semua. Selain itu, mungkin juga karena saat penyaringan endapan kopi terlalu banyak sehingga menutupi pori-pori kertas saring. Perbedaan waktu ini mungkin dikarenakan pada saat pengendapan kopi terlalu lama dalam melarutkan atau mungkin pada saat penyaringan endapan kopi terlalu banyak sehingga menutupi pori-pori kertas saring yang mengakibatkan air yang tersaring lama keluarnya. 5.3.1.5 Teknik Pencucian

Dalam teknik pencucian terdapat dua macam teknik pencucian pada benda yang berbeda yaitu : a. Peralatan Gelas Umum 1. Bilas awal dengan air segera setelah pemakaian untuk memindahkan kontaminan biasanya diikuti dengan penyikatan atau penggosokan.2. Rendam jika kotoran sulit dibilas, perendaman dilakukan dengan detergen

bebas P dengan konsentrasi selama 2-24 jam pada suhu 500C. 3. Bilas lagi dengan air kran atau sumur untuk menghilangkan detergen dan kontaminan serta ulangi lagi dengan aquadest.4. Keringkan dalam oven, alat non volumetrik dan alat volumetrik < 800C.

b. Pipet dan Labu Takar 1. Prinsipnya sama dengan peralatan gelas umum hanya berbeda pada perendamannya. 2. Perendaman berupa larutan asam selama semalam Asam nitrat 10% Asam klorida 10% Kaliumbikromat asam

(Tim Pengajar, 2011). Semua peralatan yang akan digunakan harus berada dalam kondisi bersih dan kering. Pengecekan yang dilakukan sebelum penggunaan alat bertujuan untuk memastikan kebersihan alat dan untuk mengetahui apakah alat dapat berfungsi normal atau tidak dan apakah alat cacat atau tidak. Alat yang bersih dapat dibuktikan dengan tidak ada kotoran dalam bagian dalam dan luar peralatan tersebut. Data Kelompok 3 dan 4 Pada praktikum teknik-teknik laboratorium kimia dilakukan beberapa percobaan untuk mengetahui teknik-teknik penggunaan alat-alat labratorium dan fungsinya. Percobaan yang dilakukan adalah pemindahan larutan dengan pipet volume, teknik pemindahan dari beaker glass, teknik titrasi, dan teknik penyaringan. 5.3.1 Teknik Pemindahan 5.3.1.1 Larutan Dengan Pipet Volume Dalam memindahkan larutan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik misalnya dengan menggunakan pipet ataupun beaker glass. Percobaan pertama yang dilakukan adalah pemindahan larutan dengan pipet volume. Pipet yang

digunakan dalam percobaan ini ada 3 macam, yaitu pipet skala 5 ml, 10 ml, dan 25 ml. Teknik memindahkan larutan dengan pipet secara umum adalah : Larutan diaduk dulu hingga homogen dan sebaiknya menggunakan pipet kering, jika tidak bilas dengan larutan yang akan dipindahkan minimal 2 kali Masukkan ujung pipet kedalam larutan mendekati dasar wadah. Hisab larutan dengan mulut (jika tidak berbahaya) atau dengan ball pipet sampai beberapa cm di atas tanda batas / angka. Angka pipet dari larutan, jika dengan mulut tutup pangkal pipet dengan jari telunjuk dan keringkan bagian luarnya dengan kertas pengering lalu turunkan dengan memutar-mutar pipet sampai tanda batas. Jika dengan ball pipet, keringkan bagian luarnya dengan kertas pengering lalu turunkan dengan menekan bagian pengluaran (E) larutan sampai tanda batas. Keluarkan larutan dalam pipet kedalam wadah / erlenmeyer ataupun labu takar denganposisi tegak lurus dan ujung pipet menempel pada wadah / erlenmeyer atau labu takar. Jika pipet tidak dipakai untuk larutan yang sama segera cuci dengan air / aquadest. Pada percobaan teknik pemindahan larutan dengan pipet volume pada volume pengambilan 5 ml diperoleh rata-rata berat (c) yakni berat [( wadah Kosong + Aquadest ) wadah kosong] atau bisa dibilang sebagai berat aquadest setelah dipindahkan dari wadah 1 ke wadah 2 menggunakan pipet volume adalah 4,9475. Terdapat kehilangan air sebesar 0,0525. Hal ini terjadi karena adanya air yang masih menempel di pipet. Dan diperoleh standart deviasinya sebesar 0,015. Pada volume pengambilan 10 ml diperoleh rata-rata berat (c) adalah 9,9025. Terdapat kehilangan air sebesar 0,0975. Hal ini terjadi karena adanya air yang masih menempel di pipet. Dan diperoleh standart deviasinya sebesar 0,00957. Pada volume pengambilan 25 ml diperoleh rata-rata berat (c) adalah 24,93. Terdapat kehilangan air sebesar 0,07. Hal ini terjadi karena adanya air yang masih menempel di pipet. Dan diperoleh standart deviasinya sebesar 0,00816. Pada percobaan teknik pemindahan larutan dengan pipet volume diperoleh teknik pemindaha terbaik ada pada volume pengambilan 25 ml karena nilai SD-nya paling kecil. Air yang masih menempel pada pipet mungkin masih dapat diabaikan. Namun, hal ini perlu dijadikan perhatian khusus supaya dilakukan kalibrasi yang benar sebelum pipet dipakai supaya besarnya air yang masih tersisa dalam pipet tidak terlalu besar. Selain itu diperlukan ketepatan dalam membaca volume pengambilan air (ditunjukkan oleh skala pada pipet) sebab

ketidaktepatan membaca skala pipet mengakibatkan jumlah aquadest yang diambil tidak tepat besarnya bisa kurang ataupun lebih.

5.3.1.2 Dari Beaker Glass ke Wadah Lainnya Sebelumnya telah dijelaskan mengenai pemindahan larutan dengan pipet. Berikut akan diuraikan mengenai cara pemindahan larutan dari beaker glass kewadah lain secara umum langkanya sebagai berikut : Pastikan mulut beaker glass tepat pada wadah Arahkan dengan spatula atau batang gelas Cairan / bahan sisa yang menempel pada dinding wadah, disemprot dengan botol semprot. Pada percobaan ini dilakukan 3 kali pengulangan, tujuannya untuk mengetahui nilai ketidak pastian atau standart deviasi sehingga dapat diketahui keakuratan dan timbangan beaker glass 1 + isi SD-nya adalah 0,57744 (awal) dan 0,03055 (akhir). Pada penimbangan botol semprot SD awal = 1,28035 dan akhir = 3,51321. Dan pada penimbangan beaker glass 2 + isi SD awal =0,03055 dan akhir = 0,33151. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa SD botol semprot lebih tinggi dibandingkan dengan beaker glass hal ini menandakan bahwa larutan yang dipindahkan dari botol semprot keakuratannya rendah dan tidak pasti jumlah larutan/cairan yang dipindahkan sehingga didapatkan nilai SD besar. Pada prcobaan ini juga diapatkan nilai (C) yaitu merupakan nilai yang dihitung dari berat awal (beaker glass 1) dikurangi berat akhir yang ditambahkan dengan erat isi pada beaker glass akhir. Nilai (C) yang didapatkan pada pengulangan 1 sebesar 0,89. Pada pengulangan 2 sebesar -0,85. Pada pengulangan 3 sebesar 5,49. Antara pengulangan 1 sampai 3 terdapat nilai (C) yang sangat jauh sehingga dapat dikatakan keakuratan pemindahannya kurang baik. Hal ini diakibatkan karena botol semprot yang dipakai bocor sehingga banyak air yang terbuang saat memasukkan air. Seharusnya praktikan lebih berhati-hati lagi dalam melakukan percobaan. Kesalahan pada satu titik tertentu akan mempengaruhi hasil selanjutnya. Selain itu, ketelitian dalam menimbang serta memasukkan aquadest dengan cermat sangat dibutuhkan. Jika kurang benar menyemprotkan aquadest atau ada sebagian ari yang tidak masuk ke dalam beakerglass tentu nantinya akan mempengaruhi berat awal dan akhir botol semprot.

5.3.2 Teknik Titrasi Teknik itrasi merupakan suatu cara untuk menentukan konsentrasi larutan tertentu, dimana untuk menentukan konsentrasi larutan tersebut digunakan suatu larutan standart yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Cara melakukan titrasi adalah sebagai berikut : Pastikan dalam buret tidak ada gelembung udara, pembacaan skala awal sebelum meniter adalah tegak lurus dengan skala. Kran diolesi dengan vaselin secukupnya dan bilasi dengan cairan yang akan dipakai titrasi sebanyak 3 kali. Isi buret dengan larutan titran dan pastikan berada di atas skala nol. Alirkan larutan dengan memutar kran sampai ujung buret terisi penuh. Atur tinggi larutan sampai meniskus tepat pada angka nol atau lainnya. Mulai titrasi, tangan kiri memegang kran sambil memutarnyaa dan tangan kanan memegang labu erlenmeyer sambil digoyangkan dengan gerakan memutar agar tetesan titran segera tercampur sampai titik akhir titrasi. Dari hasil percobaan titrasi jumlah titran pada ulangan 1 sebesar 22,5ml ; ulangan 2 sebesar 22,25 ml ; ulangan 3 sebesar 22,9 ml dan ulangan 4 sebesar 21,9 ml. Dari keempat ulangan tersebut didapatkan rata-rata sebesar 22,3875 dan SD sebesar 0.40415. Dari nilai SD dapat disimpulkan bawa titrasi yangdilakukan kurang baik karena angka SD-nya jauh dari angka nol dimana pada SD nol percobaan yang dilakukan berarti sangat baik dan valid. Hal ini diakibatkan mungkin karena pada saat pemindahan gelas ukur kurang meniskus atau bisa juga karena pada proses titrasi tetesan titran menempel pada erlenmeyer dan bisa diakibatkan juga karena pembacaan buret saat mendekati 45 kurang hati-hati sehingga warna larutan tidak berubah. 5.3.3 Teknik Penyaringan Teknik penyaringan merupakan suatu teknik dimana endapan itu dipisahkan dari larutan induk dalam bentuk mampat. Terdapat dua macam teknik penyaringan yaitu : a. Tanpa Penghisap Kertas saring dilipat sedemikian rupa sehingga memberikan suatu ruang antara kertas saring dan corong. Kertas saringtak boleh melebihi corong. Basahi kertas dengan aquadest dan hindari adanya rongga udara.

-

Jika ada partikel padat, usahakan cairan dulu disaring dan terakhir suspensi padatnya.

b. Dengan penghisap Erlenmeyer yang berisi bahan higroskopik (silika gel) dihubungkan dengan erlenmeyer yang telah dihubungkan dengan penghisap (pompa). Kemudian pompa dijalankan jika mulai menyaring. Pada percobaan ini dilakukan dua kali pengulangan. Percobaan ini didapatkan standart deviasi yag tidak terlalu besar pada wadah 1 (beaker glass) sebesar 0,014; corong+ saringan sebesar 0,057. Sedangkan nilai SD tertinggi ada pada botol semprot yakni sebesar 12,07 dan 14,07. Pada wadah 2 (beaker glass 2) sebesar 3,67 dan 4,144. Hal ni disebabkan karena kurangnya ketelitian saat menimbang atau aquadestyang diukur tidak tepat. Selain itu, mungkin saat menyaring kertas saring pori-porinya tertutup sebab telah jenuh oleh ampas kopi sehingga masih ada air yang menggenang di ertas saring akibatnya volume penyringan menjadi berkuran. 5.3.4 Teknik Pencucian Setelah maupun sebelum digunaka, peralatn laboratoriumharus dicuci. a. Peralatan Gelas Umum Menggunakan larutan sabun atau detergen untuk kotoran yang tidak terlalu sulit dibersihkan, alat-alat dapat dicuci dengan larutan sabun atau detergen dengan bantuan sikat pembersih. Setelah disikat, dibilas denganair kran sampai tidak ada busa bekas sabun. Terakhir dibilas dengan air suling 1-2 kali lalu dikeringkan.-

Dengan cleansing mixture. Campuran pencuci ini digunakan untuk kotoran yang sangat sulit dibersihkan. Namun bekerja dengan cleansing mixture harus berhati-hati sebab dapat merusak kulit dan pakaian.

b. Pipet dan Labu Takar Prinsipnya sama dengan pencucian peralatan gelas umum, namun perendamannya dilakukan dengan larutan asam selama semalam. Larutan yang biasa dipakai yaitu asam nitrat 10%, asamklorida 10%,dan kalium bikromat asam.

BAB 5. PENUTUP5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan percobaan, hendaknya dipahami terlebih dahulu mengenai tata tertib pada saat melakukan percobaan. 2. Pengetahuan tentang teknik-teknik dan alat-alat laboratorium sangat penting karena hal tersebut merupakan aspek dasar dalam melakukan suatu percobaan.3. Aspek teknik laboratorium meliputi : penimbangan, pemindahan larutan,

titrasi, homogenasi, sterilisasi, penyaringan, dan pencucian. 4. Pada setiap teknik laboratorium, digunakan alat yang berbeda satu sama lain. Berikut adalah teknik laboratorium disertai dengan alat yang berperan di dalamnya .

Teknik penimbangan : neraca Teknik pemindahan larutan : pipet dan beaker glass Teknik titrasi : buret Teknik penyaringan : kertas saring dan botol hisap Teknik homogenasi : vortex dan sentrifuse Teknik sterilisasi : Autoklaf Teknik pencucian: menggunakan aqudes, sabun atau larutan asam.

5. Alat-alat yang sering digunakan dalam laboratorium kimia analitik adalah:

neraca, pipet, beaker glass, buret, erlenmeyer, autoklaf, gelas ukur, vortex, gelas ukur, botol semprot, sentrifuse dan lain sebagainya. 5.2 Saran

Menurut kami asisten sudah cukup baik dalam memberi penjelasan kepada praktikan dan saran kami adalah supaya hal tersebut terus dipertahankan dan ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKAAbynoel. 2008. Pengenalan Alat Laboratorium. http://abynoel.wordpress.com [diakses tanggal 6 November 2010]. Adijuwana, Hendra. 1989. Teknik Pemisahan Dalam Analisis Biologis. Bogor : ITB Press. Basset, J., dkk.1994. Buku Ajar Vogel:Kimia analitis Kuantitatif. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Dahar, Ratna Wilir. 1986. Tata Tertib Praktikum. Jember: FMIPA UNEJ. Day, J.R dan Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarata : Erlangga. Dinoto, Ahmad. 2007. Etika Laboratorium. Jakarta : Penerbit Erlangga. Fujiati. 2002. Tata Cara dan Etika di Laboratorium. Semarang : Bina Aksara. Hatsma.2007. Seputar Keamana Kerja di Laboratorium.

http://hatsma.bekasi.blogspot.com [diakses tanggal 7 November 2010]. Patkipa. 2007. Alat-Alat dan Bahan Laboratorium. www.p4tkipa.org [diakses tanggal 7 November 2010]. Pudjaatmaka. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Radit. 2010. Pengenalan Alat Laboratorium. http://ayosinauonline.blogspot.com [diakses tanggal 7 November 2010]. Rosa. 2010. Teknik-Teknik Percobaan. http://rosadora.blogspot.com [diakses tanggal 7 November 2010]. Tim Pengajar A. 2009. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Jember : FMIPA UNEJ. Tim Pengajar B. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik. Jember : FTP UNEJ. Yalun. 2009. Teknik-Teknik Sterikisasi. http://yalun.wordpress.com [diakses tanggal 7 November 2010].

LEMBAR PERHITUNGAN Kelompok : 1 dan 2A. Teknik Pemndahan Larutan Dengan Pipet Volume

1. Volume Nominal Pipet 5 ml a. 11.424 + 4,431 + 4,427 = 13,28 b. 9,36 + 9,36 + 9,367 = 28,06 c. 4,936 + 4,929 + 4,94 = 14,81 2. Jumlah Volume Nominal Pipet 10 ml a. 4,175 + 4,171 + 4,172 = 12, 518 b. 13,98 + 13,98 + 13,97 = 41,98 c. 9,81 + 9,809 + 9,805 = 29,41 3. Jumlah Volume Nominal Pipet 25 ml a. 4,36 + 4,359 + 4,361 = 13,08 b. 28,73 + 28,74 + 28,28 = 85,89 c. 24,32 + 24,38 + 24,42 = 73,17

Rata-rata 1. Rata-rata Volume Nominal Pipet 5 ml

a.

= 4,172 = 13,97 = 9,80

b.

c.

2. Rata-rata Volume Nominal Pipet 10 ml a. = 4,172

b

= 13,97

c.

= 9,80

3. Rata-rata Volume Nominal Pipet 25 ml a. = 4,36

b.

= 28,63

c.

= 24,39

B. Teknik Pemndahan Larutan Dengan Beaker Glass ke Wadah Lainnya 1. a) Berat Beaker Glass 1 + Isi Awal 47,1197 + 47,1186 + 47,1190 = 141,36 b) Jumlah Berat Beaker Glass 1 + Isi Akhir 56,9797 + 56,9787 + 56,9775 = 170,94 2. a) Jumlah Berat Botol Semprot Awal

41,52 + 41,53 + 41,47 = 124,52 b) Jumlah Berat Botol Semprot Akhir 51,26 + 51,33 + 51,32 = 153,91 3. a) Jumlah Berat Beaker Glass 2 + Isi Awal 61,21 + 61,20 + 61,20 = 183,61 b) Jumlah Berat Beaker Glass 2 + Isi Akhir 71,36 + 71,22 + 71,32 = 213,8

Rata-rata 1. Beaker Glass 1 + Isi Awal = 47,119

Akhir 2. Berat Botol Awal = 41,50

= 56,98

Akhir 3. Beaker Glass 2 + Isi Awal

= 51,30

= 61,20

Akhir

= 71,26

C = Berat A Berat B (Berat akhir botol semprot Berat awal botol semprot)

1. C = 9,86 10,15 (9,74) = 10,03 2. C = 9,86 10,02 (9,8) = 9,96 3. C = 9,85 10,12 (9,85) = 10,02

Jumlah C = ( 10,03) + ( 9,96) + ( 10,02) = 30,01 Rata rata C =

= 10

C. Teknik Titrasi Jumlah 1. Berat Erlenmeyer Awal

73,10 + 85,95 + 84,94 + 84,52 = 328,52 2. Berat Erlenmeyer Akhir 90,192 + 104,157 + 103,11 + 102,34 = 399,8 Rata-rata Berat Erlenmeyer1.

Awal

= 82,13

2.

Akhir

= 99,95

Jumlah Titrasi

1. Jumlah Titran dalam Gram 17,09 + 18,20 + 18,16 + 17,82 = 71,27 mL 17,8 + 18,5 + 18,5 + 17,8 = 72,6 2. Rata-rata Jumlah Titran dalam Gram = 17,81

mL D. Teknik Penyaringan 1. Berat Wadah 1 Berjumlah a. 56,41 + 56,45 + 56,42 = 169,28 b. 76,31 + 76,31 + 76,33 = 228,95 c. 56,80 + 56,81 + 56,83 = 170,44 2. Corong dan Saringan Berjumlah d. 14,55 + 14,61 + 14,58 = 43,74 e. 19,69 + 19,65 + 19,69 = 59,03 3. Botol Semprot f. 39,44 + 39,56 + 39,47 = 118,47 g. 69,17 + 68,85 + 68,98 = 207 4. Wadah 2 a. 50,65 + 50,65 + 50,65 = 151,98 b. 64,94 + 64,71 + 64,73 = 194,38 h. 14,29 + 14,06 + 14,05 = 42,4

= 18,15

Rata-rata

1. Berat Wadah 1 a. = 56,42

b.

= 76,31

c. 2. Corong dan Saringan d.

= 42,61

= 14,58

e. 3. Botol Semprot f.

= 19,67

= 39,49

g.

= 69

4. Wadah 2 a. = 50,65

b.

= 64,78

h.

= 14,13

Kelompok 3 dan 4 Teknik Pemindahan Larutan Dari Beaker Glass ke Wadah Lain

C1 = Berat (awal (akhir + B )) + (awal botol semprot akhir botol semprot) = (57,96 (47,36 + (67,98 56,43)) + (389,77 397,91) = 0,89 C2 = Berat (awal (akhir + B )) + (awal botol semprot akhir botol semprot) = (56,95 (47,32 + (67,51 56,49)) + (397,9 397,36) = 0,85

C3 = Berat (awal (akhir + B )) + (awal botol semprot akhir botol semprot) = (57,94 (47,3 + (67,34 56,45)) + (397,32 391,58) = 5,49