laporan hplc kelompok 1

39
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK INSTRUMEN “PENENTUAN KADAR VITAMIN C DALAM SAMPEL TABLET VITACIMIN MENGGUNAKAN INSTRUMEN HPLC” (1 April 2011) Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Praktikum Kimia Analitik III: Kimia Analitik Instrumen (KI431) Dosen Pengampu: Soja Siti Fatimah, M.Si. Disusun Oleh: Kelompok 1 Imas Walijah (0800012) Eka Sulistiawati (0800053) Kuni Hidayatal M. (0800056) JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA 0

Upload: lana-tantriasa

Post on 25-Jul-2015

907 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan HPLC kelompok 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

“PENENTUAN KADAR VITAMIN C DALAM SAMPEL TABLET

VITACIMIN MENGGUNAKAN INSTRUMEN HPLC”

(1 April 2011)

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah

Praktikum Kimia Analitik III: Kimia Analitik Instrumen (KI431)

Dosen Pengampu:

Soja Siti Fatimah, M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Imas Walijah (0800012)

Eka Sulistiawati (0800053)

Kuni Hidayatal M. (0800056)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2011

0

Page 2: Laporan HPLC kelompok 1

Tanggal Praktikum: 1 April 2011

PENENTUAN KADAR VITAMIN C DALAM SAMPEL TABLET

VITACIMIN MENGGUNAKAN INSTRUMEN HPLC

A. Tujuan Praktikum

Menentukan kadar vitamin C dalam sampel tablet suplemen menggunakan

instrumen HPLC

B. Tinjauan pustaka

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-

komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan diantara dua fasa,

yaitu fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa

diam yang menahan cuplikan secara selektif. High Performance Liquid

Chromatography (HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan

cairan sebagai fasa gerak dan fasa diamnya.

Kromatografi didasarkan atas distribusi partisi sampel (komponen)

diantara fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak yaitu fasa yang bergerak dengan

arah yang telah ditentukan. Fasa gerak bergerak melalui fasa diam. Sedangkan

fasa diam adalah fasa yang secara tetap tidak bergerak.

Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan

kepolarannya, artinya komponen pada suatu analit (sampel) akan terpisah

berdasarkan sifat kepolaran masing-masing komponen dalam sampel, apakah

kepolarannya lebih mirip dengan fasa diam, maka dia akan tertinggal di fasa

diam atau bergerak lebih lambat, ataukah kepolarannya lebih mirip dengan fasa

gerak sehingga dia akan bergerak terdistribusi lebih jauh dan lebih cepat.

Dengan bantuan pompa, fasa gerak cair dialirkan melalui kolom detector.

Cuplikan (sampel) dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara

penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen

campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap

fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam, maka

komponen tersebut akan keluar lebih lama. Setiap campuran (komponennya)

yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk

kromatogram. Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram kromatografi

1

Page 3: Laporan HPLC kelompok 1

gas, dimana jumlah peak menyatakan jumlah kompenen, sedangkan luas peak

meyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer digunakan

untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data

hasil pengukuran. (Hendayana, Sumar. (2006): 69)

Keuntungan HPLC dibandingkan kromatografi gas diantaranya, HPLC

dapat menganalisis cuplikan yang labil (mudah terurai) karena HPLC

dilakukan pada suhu kamar, HPLC tidak terbatas pada senyawa organim saja

tetapi HPLC dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa anorganik,

HPLC dapat menganalisis cuplikan yang mempunyai berat molekul tinggi atau

titim didihnya sangat tinggi seperti polimer.

Jenis retensi solut merupakan dasar dalam HPLC karena pemisahan

senyawa bergantung pada jenis dan kekuatan interaksi solut dengan fasa diam.

Mekanisme retensi dapat dikelompokan menjadi:

1. Kromatografi adsorpsi (kromatografi fasa normal)

Kromatografi ini sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang

agak polar. Partikel- partikel silica atau alumina digunakan sebagai

adsorben. Jenis kromatografi ini menggunakan fasa gerak nonpolar seperti

heksana. Untuk mengontrol retensi solut, biasanya ditambahkan sedikit

senyawa polar kepada pasa gerak sebagai modifier yang akan bersaing

dengan solut untuk merebut tempat adsorpsi. Waktu retensi dapat

diperpendek dengan menaikkan konsentrasi modifier.

2

Page 4: Laporan HPLC kelompok 1

2. Kromatografi Partisi ( Kromatografi fasa terbalik)

Biasanya fasa gerak lebih polar daripada fasa diam. Oleh karena fasa diam

nonpolarnya hanya dilapiskan, maka fasa gerak harus tidak bercampur

dengan fasa diam, kemudian fasa gerak harus dijenuhkan dengan zat cair

fasa diam untuk mengurangi erosi lapisan fasa diam.

3. Kromatografi fasa terikat

Fasa terikat merupakan fasa yang stabil. Setiap pelarut dapat dipakai tanpa

harus menambahkan penjenuh. Kepolaran fasa gerak dapat diubah selama

proses pemisahan berlangsung bila solute-solut bervariasi. Kestabilan fasa

terbalik menyebabkan waktu retensi yang baik.

4. Kromatografi penukar ion

Merupakan teknik pemisahan campuran ion-ion atau molekul-molekul

yang dapat diionkan. Ion-ion bersaing dengan fasa gerak untuk

memperebutkan berikatan dengan fasa diam. Dasar pemisahan berasal dari

perbedaan afinitas senyawa bermuatan terhadap permukaan penukar ion.

5. Kromatografi ekslusi ukuran

Kriteria utamanya adalah ukuran molekul. Interaksi polar dan nonpolar

diantara solute dan fasa diam pada dasarnya akan mempersulit retensi

pemisahan yang terjadi karena solut-solut berdifusi masuk dan keluar pori-

pori material paking kolom.

Instrumentasi HPLC

1. Fasa Gerak

Fasa gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen atau

pelarut. Dalam HPLC, fasa gerak berfungsi membawa komponen-

komponen campuran menuju detektor dan dapat berinteraksi dengan

solute-solut. Oleh kerena itu, fasa gerak dalam HPLC merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.

Persyaratan fasa gerak HPLC:

a. Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang

dianalisis

b. Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran

yang dapat mengganggu interpretasi kromatogram

3

Page 5: Laporan HPLC kelompok 1

c. Zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada

kolom.

d. Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak

beracun.

e. Zat cair tidak kental. Umumnya kekentalan tidak melebihi 0,5 cP (centi

Poise).

f. Sesuai dengan detektor.

Jenis fasa gerak:

Fasa gerak untuk kromatografi partisi, adsorpsi, dan penukar ion

bersifat interktif dalam arti fasa gerak berinteraksi dengan komponen-

komponen cuplikan. Akibatnya waktu retensi sangat dipengaruhi oleh

jenis pelarut. Sebaliknya, fasa gerak untuk kromatografi ekslusi bersifat

non interaktif. Oleh kerena itu, waktu retensi dengan kromatogram ini

tidak bergantung pada komposisi fasa gerak.

Berdasarkan kepolaran fasa diam dan fasa gerak, HPLC

dikelompokan atas HPLC fasa normal dan fasa terbalik. Pada awal

perkembangannya, HPLC menggunakan fasa diam sangat polar seperti

silika atau alumina atau zat cair polar seperti trietilenaglikol yang

dilapiskan pada partikel silika. Sebagai fasa geraknya digunakan pelarut

yang relative nonpolar seperti heksana atau i-propileter. HPLC dengan

kombinasi antara fasa diam polar dan fasa gerak nonpolar disebut HPLC

fasa normal. Dengan perkembangan zaman, tuntutan untuk analisis juga

berkembang, cuplikan yang akan dipisahkan banyak yang bersifat polar.

HPLC fasa normal tidak dapat diterapkan pada cuplikan yang bersifat

polar. Untuk memisahkan cuplikan yang bersifat polar, maka kombinasi

fasa gerak dan fasa diam harus dibalik, yaitu fasa diam nonpolar dan fasa

gerak polar. Selanjutnya kombinasi tersebut dikenal dengan fasa terbalik.

Pemilihan fasa gerak:

Pemilihan zat cair sebagai fasa gerak ini merupakan hal yang kritis dalam

keberhasilan pemisahan. Pemilihan fasa gerak didasarkan atas eksperimen

trial-and error dengan berbagai jenis dan komposisi pelarut hingga

diperoleh kromatogram yang diharapkan. Dengan kata lain, fasa gerak

4

Page 6: Laporan HPLC kelompok 1

yang baik memberikan factor kapasitas k’ pada rentang yang sesuai. Untuk

cuplikan dengan 2-3 komponen, sebaiknya dicari fasa gerak yang

memberikan k’ antara 2-5. Sedangkan untuk campuran multi komponen,

rentang k’ harus diperlebar hingga 0,5-20 sehingga skala waktu cukup

untuk pemisahan semua kompenen. Biasanya beberapa pelarut atau

kombinasi pelarut dapat ditemukan untuk memberikan faktor kapasitas

yang cocok. Pemilihan pelarut-pelarut juga bergantung pada faktor

selektivitas (α) untuk komponen cuplikan.

2. Pompa

Berfungsi untuk menglirkan fasa gerak cair melalui kolom yang bersifat

serbuk halus.

Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus memenuhi persyaratan:

a. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi (pons/in2)

b. Keluaran bebas pulsa

c. Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit

d. Bahan tahan korosi

Dikenal tiga jenis pompa yang masing-masing memiliki

keuntungannya, yaitu:

Pompa reciprocating

Pompa ini

terdiri dari ruangan

kecil tempat pelarut

yang dipompa

dengan cara

gerakan piston

mundur-maju yang

dijalankan oleh

motor. Piston

berupa batang gelas dan berlangsung dengan pelarut.

Gerakan piston memberikan aliran eluen yang konstan.

Kentungan pompa ini adalah menghasilkan tekanan tinggi (sampai

10000 psi), memiliki volume internal yang kecil (35-400 µL)

5

Page 7: Laporan HPLC kelompok 1

Pompa displacement

Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik), terdiri dari tabung yang

dilengkapi pendorong yang digunakan oleh motor. Pompa ini juga

menghasilkan aliran yang cenderung tidak bergantung tekanan balik

kolom dan viskositas pelarut. Selian itu, keluaran pompa ini bebas

pulasa. Akan tetapi pompa ini keterbatasan kapasitas pelarut (~250

mL) dan tidak mudah unutk melakukan penggantian pelarut.

Pompa Pneumatic

Dalam pompa ini pelarut didorong oleh gas bertekanan tinggi. Pompa

jenis ini murah dan bebas pulsa. Akan tetapi mempunyai keterbatasan

kapasitas dan tekanan yang dihasilkan (<2000 psi) serta kecepatan alir

bergantung pada viskositas pelarut dan tekana balik kolom.

3. Pemasukan cuplikan

Beberapa teknik pemasukan cuplikan ke dalam system HPLC:

Injeksi syringe

Syringe disuntikan melalui septum (seat karet) dan dirancang syringe

yang tahan tekanan sampai 1500 psi. akan tetapi keterulangan injeksi

syringe ini sedikit lebih baik dari 2-3% dan sering lebih jelek.

Injeksi ‘stop-flow’

Injeksi stop-flow adalah jenis injeksi syringe kedua tapi disini aliran

pelarut dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka

dan cuplikan disuntikan langsung ke dalam ujung kolom. Setelah

menyambungkan kembali kolom maka pelarut dialirkan kembali.

Kran cuplikan

Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak

digunakan. Untuk memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak

perlu langkah :

a. Sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dalam posisi

‘load’, cuplikan masih berada dalam loop

6

Page 8: Laporan HPLC kelompok 1

b. Kran diputar untuk mengubah posisi ‘load’ menjadi posisi ‘injeksi’

dan fasa gerak membawa cuplikan ke dalam kolom. Loop dapat

diganti-ganti dan tersedia berbagai ukuran volume dari 5 hingga

500 µL. Dengan sistem pemasukan cuplikan pada tekanan 7000 psi

dengan ketelitian tinggi. Juga loop mikro tersedia dengan volume

0,5 hingga 5 µL.

Posisi pada saat memuat sampel           Posisi pada saat menyuntik sampel

4. Kolom

Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang

terbuat dari gelas berdinding tebal.

Kolom utama

Berisi fasa diam, tempat terjadinya pemisahan campuran menjadi

komponen-komponennya. Berdasarkan keperluannya, kolom utama

dapat digunakan untuk analisis atau preparative, setiap komponen yang

keluar kolom ditampung pada tabung yang berbeda dan keluaran

HPLC dihubungkan dengan fraction collector. Kolom utama biasanya

berukuran antara 5 sampai 30 cm dan diameter dalam berkisar antara 4

sampai 10 mm. kolom utama dipaking dengan pertikel berukuran

antara 3-100 µm.

Kolom utama berisi fasa diam dan jenisnya bervariasi bergantung

keperluan, misalnya dikenal kolom C-18, C-8, cyanopropil, penukar

ion. Kolom jenis C-18 dan C-8 paling banyak dipakai dalam HPLC.

Fasa diam jenis terikat ini dapat dibuat dengan mereaksikan silika

dengan alkilklorosilana yang dikenal dengan reaksi silanisasi.

Kolom pengaman

7

Page 9: Laporan HPLC kelompok 1

Kolom pengaman disebut juga pra-kolom karena diletakkan sebelum

pamasukan cuplikan.kolom ini berukuran pendek, 5 cm dengan

diameter 4,6 mm dan biasanya dipaking dengan partikel silika

berukuran lebih besar dari ukuran partikel kolom utama. Kolom

pengaman mempunyai dua fungsi yaitu untuk menyaring kotoran yang

terbawa dalam fasa diam dan untuk menjenuhkan fasa diam dalam

rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut.

5. Detektor

Persyaratan detektor:

a. Cukup sensitif

b. Stabilitas dan keterulangan tinggi

c. Respon linear terhadap solut

d. Waktu respon pendek sehingga tidak bergantung kecepatan alir.

e. Relibilitas tinggi dan mudah digunakan

f. Tidak merusak cuplikan

Detektor dikelompokan ke dalam tiga jenis, yaitu:

Detektor umum, member respon terhadap fasa gerak yang dimodulasi

dengan adanya solut.

Detektor spesifik, member respon terhadap sifat solut yang tidak

dimiliki oleh fasa gerak.

Detektor yang bersifat umum terhadap solut setelah fasa gerak

dihilangkan dengan penguapan.

Detektor yang paling banyak digunakan adalah detektor UV dan detektor

elaktrokimia.

Detektor UV

Digunakan untuk pendekatan senyawa-senyawa organic. Panjang

gelombang UV yang digunakan pada 254 nm dimana disesuaikan

dengan panjang gelombang jenis cuplikan yang akan diukur.

8

Page 10: Laporan HPLC kelompok 1

Detektor elektrokimia

Didasarkan pada daya hantar listrik (konduktometri) dan polarografi.

Biasanya digunakan untuk mendeteksi solut-solut yang dapat

mengalami reaksi redoks.

Teknik HPLC dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan

maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif pada HPLC didasarkan pada

pengukuran luas/area standard an juga dilakukan dengan teknik kurva kalibrasi.

Vitamin C atau asam askorbat adalah senyawa yang memiliki sifat

polar dan gugus kromofor yang dimilikinya menyebabkan senyawa ini dapat

menyerap sinar UV. Karakteristik senyawa ini memungkinkan analisis teknik

HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak seperti

methanol dan air.

C. Alat dan Bahan

Alat:

9

Page 11: Laporan HPLC kelompok 1

Perangkat HPLC 1 set

Labu ukur 25 mL 1 buah

Labu ukur 25 mL 6 buah

Neraca analitik terkalibrasi 1 set

Corong pendek 1 buah

Pipet tetes 3 buah

Spatula 1 buah

Gelas kimia 20 mL 1 buah

Gelas ukur 500 mL 1 buah

Ultrasonik vibrator 1 set

Lumpang dan alu 1 set

Bahan:

Vitamin C standar 50,2 gram

Metanol 135 mL

Tablet sampel vitacimin 2,5 gram

Asam oksalat 0,5% 365 mL

Membran PTFE 3 buah

D. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Fasa Gerak (Pelarut)

135 mL metanol dan 365 mL asam oksalat 0,5% (methanol: asam oksalat

=27:73) masing-masing disaring menggunakan membran PTFE, kemudian

keduanya dicampurkan dan didegasing selama 5 menit.

2. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C

Pembuatan Larutan Baku Vitamin C 1000 ppm

Vitamin C ditimbang sebanyak 50,2 mg. Kemudian dilarutkan dengan fasa

gerak (methanol : asam oksalat 0,5% = 27:73), larutan dimasukkan ke

dalam labu ukur 50 mL, lalu ditambahkan pelarut ke dalam labu ukur

tersebut hingga mencapai tanda batas.

Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 200 ppm dari larutan baku Vitamin

C 1000 ppm

10

Page 12: Laporan HPLC kelompok 1

Larutan baku 1000 ppm dipipet sebanyak 10 mL. Kemudian dimasukkan

ke dalam labu ukur 50 mL. ke dalam labu ukur tersebut ditambahkan

pelarut hingga mencapai tanda batas.

3. Pembuatan Deret Larutan Standar Vitamin C

Larutan standar yang dibuat adalah 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm

dan 120 ppm. Larutan standar dibuat 2 deret dalam labu ukur 10 mL,

dengan mengencerkan larutan induk. Masing-masing larutan standar

dihomogenkan dan disaring dengan menggunakan membran PTFE,

kemudian ditempatkan dalam botol vial yang telah diberi label. Larutan

standar dalam botol vial didegasing selama ± 5 menit. Larutan induk

vitamin C yang digunakan untuk membuat deret larutan standar dengan

konsentrasi yang telah ditentukan adalah 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL dan 6

mL.

4. Pembuatan Larutan Sampel Vitamin C

Sampel yang digunakan adalah tablet Vitacimin. Tablet sampel digerus dan

ditimbang sebanyak 2,5 mg. Sampel dilarutkan dengan fasa gerak (pelarut),

kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan pelarut

hingga mencapai tanda batas. Larutan sampel disaring dengan

menggunakan membran PTFE dan ditempatkan dalam botol vial yang telah

diberi label. Larutan sampel dalam botol vial didegasing selama ± 5 menit.

5. Pengoperasian Alat

1) Alat HPLC disambungkan dengan sumber listrik yang benar sesuai

dengan kapasitas alat.

2) Tombol ‘ON ‘ ditekan pada sakelar listrik.

3) Botol diisi fasa gerak dengan volume yang memadai dan botol

penampung dikosongkan.

4) Tombol ‘ON’ pada alat ditekan secara berturut-turut untuk power,

detector dan pompa.

5) Dilakukan pemrograman alat dengan komputer, sesuai dengan

instruksi dalam komputer.

6) Dipilih mode sesuai dengan parameter kondisi instrument.

Fasa gerak : methanol : asam oksalat 0,5% (27:73 )

11

Page 13: Laporan HPLC kelompok 1

O

OO

Si Si(CH3)2R

Kolom : C-18 (125 mm)

Panjang gelombang : 245 nm

Laju alir : 0,75 ml/ menit

Volume injeksi : 20 L

7) Larutan standar diinjeksikan (mulai dengan konsentrasi rendah),

selanjutnya larutan sampel diinjeksikan pula.

8) Hasil pengukuran dicetak, dicatat kondisi percobaannya.

9) Pompa dimatikan.

10) File ditutup, komputer dimatikan.

11) Tombol ‘OFF’ pada alat ditekan secara berturut-turut untuk pompa,

detector dan power.

12) Alat HPLC diputuskan dari sumber arus listrik.

E. Hasil dan analisis data

Sampel yang diuji kadar vitamin C-nya menggunakan instrumen HPLC

pada praktikum ini adalah tablet suplemen vitacimin. Metode yang digunakan

pada pengujian ini adalah metode fasa terbalik dimana fasa gerak yang

digunakan ini bersifat relatif lebih polar daripada fasa diamnya. Fasa gerak

yang digunakan adalah campuran metanol dan asam oksalat 0,5% dengan

perbandingan 27:73 sedangkan fasa diamnya berupa silika yang direaksikan

dengan organoklorosilana.

Struktur Fasa diam

Dalam preparasi larutan standar dan sampel digunakan membran PTFE

(Poly Tetra Fluoro Ethylene) untuk proses pemurnian dimana larutan standar

maupun sampel dipisahkan dari pengotornya.

Sebelum pengujian sampel, terlebih dahulu dibuat kurva kalibrasi dari

deret larutan standar dengan konsentrasi 40, 60, 80, 100, dan 120 ppm. Kurva

diplotkan antara konsentrasi setiap larutan standar terhadap luas area peak yang

12

Dimana gugus R berupa gugus nonpolar, C-18 (n-oktadesil) karena dalam praktikum ini digunakan kolom jenis C-18.

Page 14: Laporan HPLC kelompok 1

diperkirakan sebagai peak dari vitamin C, pada masing-masing

kromatogramnya.

Penentuan peak vitamin C pada kromatogram larutan standar ini

dilakukan dengan mengamati peak yang waktu retensinya relatif tetap atau

sama pada setiap konsentrasi larutan standar, serta memerhatikan luas area

peaknya. Karena larutan standar adalah larutan vitamin C maka kadar vitamin

C di dalamnya adalah yang terbesar dibanding komponen lain sebagai hasil

penguraian vitamin C atau senyawa lainnya (pengotor). Adanya penguraian ini

ditunjukkan salah satunya dari adanya lebih dari satu peak pada kromatogram.

Dari penentuan ini, diketahui bahwa vitamin C ditunjukkan oleh peak dengan

waktu retensi 1,59 menit (pada kromatogram 1, 2 dan 3) serta 1,60 menit (pada

kromatogram 4 dan 5) dari kromatogram deret larutan standar I.

Pada kromatogram sampel tampak tiga peak yang yang muncul. Peak

yang memiliki waktu retensi 1,60 menit (sama dengan peak vitamin C pada

kromatogram standar) adalah peak ke dua pada kromatogram. Peak ini

ditafsirkan sebagai peak vitamin C dalam sampel. Faktanya didukung oleh luas

luas area peak yang sangat dominan, dengan proporsi luas peak lebih dari 95%

dari seluruh peak yang ada. Meski demikian, ternyata luas peak ini sangat besar

dan berada di luar rentang luas peak pada kromatogram standar. Ini karena

larutan sampel yang dibuat terlalu pekat.

Dari perhitungan diketahui bahwa konsentrasi larutan sampel adalah

211,059 ppm sedangkan konsentrasi terbesar dari deret larutan standar adalah

120 ppm. Namun, pembandingan luas area peak vitamin C pada sampel

terhadap luas peak vitamin C pada larutan standar dengan konsentrasi tertinggi

tetap dilakukan. Untuk meningkatkan presisinya akan lebih baik jika dilakukan

pengenceran larutan sampel.

F. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan ini, diketahui bahwa konsentrasi vitamin C

dalam sampel tablet suplemen vitamicin yang diuji adalah 211,059 mg/L.

13

Page 15: Laporan HPLC kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Hendayana, Sumar. (2006) . KIMIA PEMISAHAN Metode Kromatografi dan

Elektroforensis Modern. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Kimia Analitik Instrumen. (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik

Instrumen (KI 512). Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Usman, Anif. HPLC (High Performance Liquid Chromatography) [online].

http://lansida.blogspot.com. (Diakses tanggal 23 Februari 2011)

Wiryawan, Adam, dkk. 2008. Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Kejuruan.

14

Page 16: Laporan HPLC kelompok 1

LAMPIRAN

A. Data Pengamatan

1. Hasil Pengukuran

Pengukuran deret standar

Konsentrasi (ppm) Luas Area

40 1152935

60 2199380

80 3298327

100 6545137

120 7746624

30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 1300

100000020000003000000400000050000006000000700000080000009000000

f(x) = 87665.675 x − 2824773.4R² = 0.955355239858071

Kurva kalibrasi standar 1

Konsentrasi

Luas

Are

a

B. Pembuatan Larutan

Bagan AlirPengamatan

15

Page 17: Laporan HPLC kelompok 1

1. Pembuatan Fasa Gerak (Pelarut)

- Metanol dan asam oksalat =

cairan tak berwarna

- 500 mL larutan tak berwarna

- Larutan tak berwarna

2. Pembuatan Larutan Induk

Vitamin C

Pembuatan Larutan Baku

Vitamin C 1000 ppm

Pembuatan Larutan Induk

Vitamin C 200 ppm dari larutan

baku Vitamin C 1000 ppm

- Vitamin C = padatan, tak berwarna

- Vitamin C larut, terbentuk

larutan tak berwarna

- Larutan baku vitamin C 1000

ppm

- 50 mL larutan induk vitamin C

16

50,2 mg vitamin C

135 mL metanol

365 mL asam oksalat 0,5%

disaring menggunakan membran PTFE

disaring menggunakan membran PTFE

Fasa gerak (pelarut)

Dicampurkan dan didegasing selama 5 menit

dilarutkan dengan fasa gerak di dalam labu ukur 50 mL

ditandabataskan dengan fasa gerak

Hasil

10 mL larutan baku vitamin C 1000 ppm

disaring menggunakan membran PTFE

ditambah pelarut (fasa gerak) hingga mencapai tanda batas

Hasil

dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL

Page 18: Laporan HPLC kelompok 1

200 ppm, tak berwarna

3. Pembuatan Deret Larutan

Standar Vitamin C

Larutan standar 40 ppm

Larutan induk Vitamin C yang

dipipet adalah sebanyak 2 mL.

Larutan standar 60 ppm

Larutan induk Vitamin C yang

dipipet adalah sebanyak 3 mL.

Larutan standar 80 ppm

Larutan induk Vitamin C yang

dipipet adalah sebanyak 4 mL.

Larutan standar 100 ppm

Larutan induk Vitamin C yang

dipipet adalah sebanyak 5 mL.

Larutan standar 120 ppm

Larutan induk Vitamin C yang

dipipet adalah sebanyak 6 mL.

- Larutan standar = tak berwarna

4. Pembuatan Larutan Sampel

Vitamin C

- Padatan berwarna kuning

- Serbuk sampel vitamin C

(Vitacimin)

- Sampel larut dalam fasa gerak.

Larutan berwarna kuning

seulas

17

Larutan induk vitamin C 200 ppm

diencerkan menggunakan pelarut (fasa gerak) menjadi 5 larutan dengan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm dan 120 ppm masing-masing sebanyak 10 mL.

dihomogenkan

disaring menggunakan membran PTFE

ditempatkan dalam botol vial yang telah diberi label

Larutan standar dalam botol vial

didegasing selama 5 menit

Hasil

Sampel tablet Vitacimin

digerus

ditimbang sebanyak 2,5 mg

Serbuk Vitacimin

dilarutkan dengan fasa gerak (pelarut)dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL

Page 19: Laporan HPLC kelompok 1

- 25 mL larutan sampel vitamin

C, larutan berwarna kuning

seulas

C. Perhitungan

1. Pembuatan Larutan Baku Vitamin C 1000 ppm

Konsentrasi (ppm) = massa VitaminC (gram)

volume pelarutx106

1000 ppm = massa VitaminC (gram)

50 mLx106

Massa Vitamin C = 50 mg

2. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 200 ppm dari larutan baku Vitamin

C 1000 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 1000 ppm = 50 mL x 200 ppm

V1 = 10 mL

3. Pembuatan Deret Larutan Standar Vitamin C

Larutan Standar 40 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 200 ppm = 10 mL x 40 ppm

V1 = 2 mL

18

ditambah pelarut hingga men-capai tanda batas

Larutan sampel

disaring menggunakan membran PTFEditempatkan dalam botol vial yang telah diberi label

Larutan sampel dalam botol vial

didegasing selama 5 menit

Hasil

Page 20: Laporan HPLC kelompok 1

Larutan Standar 60 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 200 ppm = 10 mL x 60 ppm

V1 = 3 mL

Larutan Standar 80 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 200 ppm = 10 mL x 80 ppm

V1 = 4 mL

Larutan Standar 100 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 200 ppm = 10 mL x 100 ppm

V1 = 5 mL

Larutan Standar 120 ppm

V1 M1 = V2 M2

V1 200 ppm = 10 mL x 120 ppm

V1 = 6 mL

4. Penghitungan konsentrasi sampel

Konsentrasi standar = luas area standard

Konsentrasi sampel luas area sampel

120 ppm = 7746624

Konsentrasi sampel 13624963

Konsentrasi sampel = 211,059 ppm

Keterangan :data sampel yang digunakan adalah hasil injeksi 1 karena

lebih mendekati rentang larutan standar.

19

Page 21: Laporan HPLC kelompok 1

Hasil pengukuran standar dengan HPLC

20

Page 22: Laporan HPLC kelompok 1

21

Page 23: Laporan HPLC kelompok 1

22

Page 24: Laporan HPLC kelompok 1

23

Page 25: Laporan HPLC kelompok 1

24

Page 26: Laporan HPLC kelompok 1

25

Page 27: Laporan HPLC kelompok 1

Hasil pengukuran sampel dengan HPLC

26

Page 28: Laporan HPLC kelompok 1

27

Page 29: Laporan HPLC kelompok 1

Dokumentasi Praktikum

28

Pembuatan Larutan

Proses Degasing

Proses Injeksi