laporan kelompok seminar

25
LAPORAN KELOMPOK SEMINAR OPERAN Oleh : ANGERNANI TRIAS W. 115070200111008 RENNY RINOVANTI 115070200111020 YOUSHIAN ELMY 115070200111032 ERVINA AYU MISGIARTI 115070200111044 ENY DWI OKTAVIANI 115070207111022 INDAH DWI RAHAYU 115070201111016 WINDIARTI RAHAYU 115070201111028 SITI ROSLINDA ROHMAN 115070206111002 DICKY SYAHRULLOH B. 115070207111012 RISYDA MARIFATUL K. 115070207111030

Upload: nadifatus-susana

Post on 19-Dec-2015

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kelompok

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kelompok Seminar

LAPORAN KELOMPOK SEMINAR

OPERAN

Oleh :

ANGERNANI TRIAS W. 115070200111008

RENNY RINOVANTI 115070200111020

YOUSHIAN ELMY 115070200111032

ERVINA AYU MISGIARTI 115070200111044

ENY DWI OKTAVIANI 115070207111022

INDAH DWI RAHAYU 115070201111016

WINDIARTI RAHAYU 115070201111028

SITI ROSLINDA ROHMAN 115070206111002

DICKY SYAHRULLOH B. 115070207111012

RISYDA MARIFATUL K. 115070207111030

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

Page 2: Laporan Kelompok Seminar

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergantian dinas pada setiap rumah sakit dilakukan timbang terima antar

perawat. Masing-masing perawat berperan sesuai dengan kewenangan dan tanggung

jawabnya. Profesionalisme pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat ditingkatkan

melalui pengoptimalan peran dan fungsi perawat khususnya dalam memberikan

pelayanan keperawatan mandiri. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui

komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan lain. Salah satu

bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift

(timbang terima pasien).

Timbang terima merupakan caradalam menyampaikan dan menerima sesuatu

(laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien, terjadi perpindahan atau transfer

informasi mengenai pasien dari perawat satu ke perawat yang lain. Tujuan dari

timbang terima ini adalah menyediakan informasi yang akurat tentang kondisi atau

keadaan secara umum klien (data focus), hal yang sudah/belum dilakukan dalam

pemberian asuhan keperawatan kepada pasien, hal-hal penting yang perlu

ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya serta membantu penyusunan rencana kerja untuk

dinas berikutnya (Nursalam, 2008).

Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan

secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan

kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien saat itu.

Informasi yang disampaikan akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan

dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer

keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas

malam secara tertulis atau lisan, diperlukan juga suatu komunikasi yang jelas tentang

kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta

respon pasien yang terjadi.

Clair dan Trussel (dalam Kerr, 2001) menyusun pengertian dari handover

(timbang terima)adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan

oleh perawat pada pergantian shift jaga. Perawat melakukan timbang terima dengan

berjalan bersama dengan perawat lainnya dan menyampaikan kondisi pasien secara

akurat didekat pasien. Perawat dapat mengajukan pertanyaan, klarifikasi dan

konfirmasi mengenai keadaan pasien langsung (Frisen, 2008). Cara ini lebih efektif jika

Page 3: Laporan Kelompok Seminar

dibanding timbang terima dalam bentuk tulisan, juga akan membantu perawat dalam

menerima timbang terima secara nyata.

Prosedur timbang terima, selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian

shift jaga, namun cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara

komprehensif, meliputi: isi timbang terima (masalah keperawatan pasien lebih fokus

pada diagnosis medis), dilakukan secara lisan tanpa ada pendokumentasian, sehingga

rencana tindakan yang belum dan sudah dilaksanakan, dan hal-hal penting masih ada

yang terlewati untuk disampaikan pada shift berikutnya. Selain itu mekanisme timbang

terima belum sesuai dengan standar baku (Nurssalam, 2009).

Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena

dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan

bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan

tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik,

maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak

lengkapnya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan

keperawatan selanjutnya. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan

dan menurunkan tingkat kepuasan pasien atau bahkan mengancam keselamatan

pasien.

Penyebab yang lazim terjadinya cedera pasien yaitu perintah medis yang tak

terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan, prosedur yang dijalankan

pasien yang keliru, pembedahan keliru tempat, kesalahan medis, penundaan ruang

darurat, para perawat yang tak berdaya untuk turun tangan saat mereka melaporkan

perubahan signifikan pasien, ketidakmauan bertindak sebelum suatu situasi menjadi

krisis, ketidakmauan membelanjakan uang untuk pencegahan, dokumentasi tak

memadai dan kurangnya komunikasi (Fabre, 2010). Maka timbang terima perlu

mendapat perhatian khusus dari perawat sebab tidak dapat dipungkiri bahwa dalam

proses timbang terima inilah banyak hal yang jika tidak dilakukan dengan benar dapat

mengancam keselamatan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana keterkaitan antara prosedur pelaksanaan timbang terima dengan isi

atau informasi yang disampaikan dengan kinerja perawat?

2) Bagaimana pentingnya dokumentasi saat melakukan operan?

Page 4: Laporan Kelompok Seminar

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui keterkaitan antara prosedur pelaksanaan timbang terima dengan isi

atau informasi yang disampaikan dengan kinerja perawat.

Page 5: Laporan Kelompok Seminar

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Operan (Timbang Terima)

Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya

handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover

adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat

pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover

adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)

selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang

pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi

mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan

perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

Timbang terima adalah satu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu

(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002). Menurut Kim

Alvarado (2006) timbang terima adalah penyampaian informasi yang diberikan saat

pergantian shift. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer

tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan

dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana

perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan

antisipasinya.

2.2 Tujuan Timbang Terima

a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).

b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada klien.

c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas

berikutnya.

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi

komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk

kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang terima

(handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:

Page 6: Laporan Kelompok Seminar

a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan

perawat.

b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan

dan tindakan keperawatan.

2.3 Langkah – langkah Timbang Terima

a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.

b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan

disampaikan.

c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift

selanjutnya meliputi:

Kondisi atau keadaan pasien secara umum

Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan

Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan

d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak

terburu-buru.

e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung

melihat keadaan pasien.

(Nursalam, 2002)

2.4 Prosedur dalam Timbang Terima

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap

pergantian shift/operan

2. prinsip timbang terima, semua pasien

baru masuk dan pasien yang

dilakukan timbang terima khususnya

pasien yang memliki permasalahan

yang belum/dapat teratasi serta yang

membutuhkan observasi lebih lanjut.

3. PP menyampaikan timbang terima

pada PP berikutnya, hak yang perlu

disampaikan dalam timbang terima :

Jumlah

5 menit Ners

Station

PP dan PA

Page 7: Laporan Kelompok Seminar

Identitas klien dan diagnosis

medis

Data (keluhan/subjektif dan

objektif)

Masalah keperawatan yang masih

muncul

Intervensi keperawatan yang

sudah dan belum dilaksanakan

(secara umum)

Internvensi kolaboratif dan

dependen

Rencana umum dan persiapan

yang perlu dilakukan (persiapan

operasi, pemeriksaan penunjang

dan lain-lain)

Pelaksana

an

1. Kedua kelompok dinas sudah siap

(shift jaga)

2. kelompok yang akan bertugas

menyiapkan buku catatan

3. kepala ruang membuka acara

timbang terima

4. perawat yang melakukan timbang

terima dapat melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan melakukan validasi

terhadap hal-hal yang telah

ditimbangterimakan mengenai hal-hal

yang kurang jelas

5. kepala ruangan PP menanyakan

kebutuhan dasar pasien

6. penyampaian yang jelas, singkat dan

padat

7. perawat yang melaksanakan timbang

terima mengkaji secara penuh

terhadap masalah keperawatan,

20 menit Ners

Station

KARU, PP

dan PA

Page 8: Laporan Kelompok Seminar

kebutuhan dan tindakan yang

telah/belum dilaksanakan serta hal-

hal penting lainnya selama masa

perawatan

8. hal-hal yang sifatnya khusus dan

memerlukan perincian yang matang

sebaiknya dicatat secara khusus

untuk kemudian diserahterimakan

kepada petugas berikutnya

9. lama timbang terima untuk tiap

pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali

pada kondisi khusus dan

memerlukan keterangan yang rumit

Ruang

Perawat

an

1. diskusi

2. pelaporan untuk timbang terima

dituliskan secara langsung pada

format timbang terima yang

ditandatangani oleh PP yang jaga

saat itu dan PP yang jaga berikutnya

diketahui oleh Kepala Ruangan

3. ditutup oleh kepala ruangan

5 menit Ners

Station

KARU, PP

dan PA

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift

2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan tugas dinas

4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien

5. Timbang terima harus berorientsai pada permasalahan pasien

6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang

cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia

Page 9: Laporan Kelompok Seminar

bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara

langsung di dekat pasien

7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan

di nurse station.

2.5 Metode Dalam Timbang Terima

1. Timbang terima dengan metode tradisional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di

sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:

a. Dilakukan hanya di meja perawat.

b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan

munculnya pertanyaan atau diskusi.

c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi

secara umum.

d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga

proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak

up to date.

2. Timbang terima dengan metode bedside handover

Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah

menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di

samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien

secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang

disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun

bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa

kelebihan diantaranya:

a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait

kondisi penyakitnya secara up to date.

b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan

perawat.

c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien

secara khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan

pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi

penyakit atau persepsi medis yang lain.

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:

Page 10: Laporan Kelompok Seminar

a. Menggunakan Tape recorder

Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan

kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one

way communication.

b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken

Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.

c. Menggunakan komunikasi tertulis –written

Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja

atau media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan

bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.

Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman

implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:

1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya

pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.

2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,

pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.

3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat

penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau

mengklarifikasi.

4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk

perawatan dan terapi sebelumnya.

5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan

informasi atau terlupa.

Page 11: Laporan Kelompok Seminar

PASIEN

DIAGNOSA KEPERAWATAN(didukung data)

DIAGNOSA MEDIS

MASALAH KOLABORATIF

TELAH DILAKUKAN

BELUM DILAKUKAN

RENCANA TINDAKAN

PERKEMBANGAN / KEADAAN PASIEN

MASALAH :

1. TERATASI2. BELUM TERATASI3. TERATASI SEBAGIAN4. MUNCUL MASALAH BARU

2.6 Skema Timbang Terima

Gambar 2.1 Skema timbang terima pasien menurut Nursalam (2008)

2.7 Dokumentasi pada Timbang Terima

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi

keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana

komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian

asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat

untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa

yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.

Page 12: Laporan Kelompok Seminar

Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:

a. Identitas pasien.

b. Diagnosa medis pesien.

c. Dokter yang menangani.

d. Kondisi umum pasien saat ini.

e. Masalah keperawatan.

f. Intervensi yang sudah dilakukan.

g. Intervensi yang belum dilakukan.

h. Tindakan kolaborasi.

i. Rencana umum dan persiapan lain.

j. Tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah:

Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.

Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan

lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai

informasi mengenai pasien telah dicatat.

(Suarli & Yayan B, 2009)

2.8 Evaluasi Timbang Terima

1. Evaluasi Struktur

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia

antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang

terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan

pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima

pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.

2. Evaluasi Proses

Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh

seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat

primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan

mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian

ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup

jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang

Page 13: Laporan Kelompok Seminar

belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang

terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.

3. Evaluasi Hasil

Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat

dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan

dengan baik.

Page 14: Laporan Kelompok Seminar

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Bagaimana keterkaitan antara prosedur pelaksanaan timbang terima dengan isi atau

informasi yang disampaikan dalam kerja perawat?

Prosedur pelaksanaan timbang terima sangat berkaitan dengan isi atau informasi yang

disampaikan oleh perawat selama timbang terima berlangsung (operan) . Sesuai dengan teori

yang dibahas pada bab sebelumnya menurut Friesen ( 2008) menyebutkan bahwa dalam

timbang terima (operan) terjadi transfer informasi ( termasuk tanggung jawab dan tanggung

gugat) yang mencakup tentang klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Sedangkan menurut

Kim Alvarado (2006) timbang terima merupakan penyampaian informasi yang diberikan saat

pergantian shift. Dalam melakukan timbang terima tentunya ada prosedur yang harus

dijalankan agar proses timbang terima menjadi efektif dan segala informasi yang penting

tentang pasien dapat tersampaikan dengan akurat. Ketika prosedur timbang terima itu tidak

benar atau kurang tepat tentunya akan mengakibatkan informasi yang seharusnay

disampaikan efektif menjadi kurang efektif.

Oleh karena itu perlu suatu standar khusus (SOP) dalam pelaksanaan operan (timbang

terima), dimana SOP tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanan operan

(tinbang terima) antar perawat yang bertugas. Berdasarkan SOP timbang terima antar shift

terdapat 3 sesi selama melakukan kegiatan operan (timbang terima) yaitu fase persiapan,

pelaksanaan dan penutupan. Untuk penjelasan terkait 3 fase dalam operan sudah di bahas

pada bab sebelumnya. Menurut Depkes (2006) saat timbang terima pasien hal yang sangat

diperlukan adalah komunikasi. Komunikasi terbuka harus dilaksanakan dengan baik oleh

perawat pelaksana. Sebab perawat berperan penting dalam meningkatkan komunikasi dengan

pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam operan (timbang terima) saat terjadi komunikasi

maka disitu terdapat infornasi yang tentunya disampaikan kepada tenaga kesehatan yang

Page 15: Laporan Kelompok Seminar

lainnya. Oleh karena itu sebuah standar atau SOP sangat diperlukan selama melakukan

timbang terima. Adapun isi dan substansi timbang terima yang dilakukan selama ini adalah

identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, program terapi yang sudah

dilakukan dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Timbang terima dilakukan secara lisan

dan tertulis kemudian dilakukan keliling ke semua psien. Timbang terima perlu terus

ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima merupakan bagian penting

dalam menginformasikan permasalahan klien sehari-hari.

Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, dan keakuratan

data itu juga sangat ditentukan pada prosedur yang dilakukan oleh perawat selama proses

timbang terima. Karena dengan timbang terima yang berdasarkan pada prosedur yang benar

tentunya segala informasi yang disampaikan juga akan akurat, karena dengan timbang terima

ini maka pelyanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara

berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab serta tanggunggugat dari seorang perawat.

Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik atau tidak sesuai denga prosedur yang

ditetapkan maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena

tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan,

tentunya hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan menurunkan tingkat

kepuasan pasien. Oleh karena itu kegiatan timbang terima yang telah dilakukan perlu

dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.

3.2 Bagaimana pentingnya dokumentasi saat melakukan operan (timbang terima)

Dokumentasi merupakan salah satu hal yang penting dalam operan, hal ini karena

dokumentasi dapat memberikan informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien,

kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang

diterimanya kepada perawat yang akan menerima operan. Dokumentasi keperawatan juga

mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu

atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat

Page 16: Laporan Kelompok Seminar

sebagai sarana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat

dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.

Dokumentasi keperawatan juga merupakan suatu bukti otentik respon pasien dan perubahan

yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secaramandiri maupun kolaborasi

yang merupakan bagian permanen dari rekam medis lain.

Saat melakukan timbang terima atau operan, dokumentasi dapat berfungsi sebagai

salah satu sarana komunikasi. Dokumentasi yang dilakukan secara akurat dan lengkap dapat

berguna dalam membantu koordinasi asuhan keperawatan yang akan diberikan oleh perawat.

Selain itu dengan adanya dokumentasi saat melakukan timbang terima dapat mencegah

informasi yang berulang mengenai kondisi pasien yang dibutuhkan oleh perawat yang

menerima operan, serta tidak terjadi tumpang tindih informasi untuk mengurangi kesalahan

dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang akan

dilakukan oleh perawat yang menerima operan.

Dokumentasi yang lengkap dan akurat saat melakukan operan akan membantu

perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam mempersiapkan kelengkapan yang

dibutuhkan ketika akan melakukan asuhan keperawatan tanpa harus melakukan pengkajian

ulang. Dengan adanya kelengkapan data pasien mengenai identitas,diagnosa medis, kondisi

umum, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan belum dilakukan, tindakan

kolaborasi, serta rencana umum dan persiapan lainnya dapat mencegah terjadinya kesalahan

pasien dan mencegah kesalahan dalam memberikan intervensi bagi perawat yang menerima

operan. Sehingga dokumentasi yang lengkap dan akurat sangat penting saat melakukan

timbang terima atau operan karena berguna sebagai pedoman untuk perawat yang menerima

operan dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien.

Page 17: Laporan Kelompok Seminar

BAB 4

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dalam melakukan timbang terima diperlukan adanya prosedur yang

harus dijalankan agar segala informasi yang penting tentang pasien dapat

tersampaikan dengan akurat. Oleh karena itu diperlukan suatu standar khusus

(SOP) yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanan operan (timbang

terima) antar perawat yang bertugas, Dimana terdapat 3 sesi antar shift yaitu

fase persiapan, pelaksanaan dan penutupan. Terdapat dua hal penting yang

mempengaruhi keefektifan pelaksanaan operan yaitu komunikasi dan

dokumentasi. Dimana saat terjadi komunikasi maka disitu terdapat infornasi

yang disampaikan kepada tenaga kesehatan lainnya. Sedangkan dokumentasi

merupakan suatu bukti otentik respon pasien dan perubahan yang terjadi dari

tindakan yang dilakukan oleh perawat yang merupakan bagian permanen dari

rekam medis dan sebagai pedoman untuk perawat yang menerima operan

dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien

Bila timbang terima tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan dan hal ini

akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan serta menurunkan tingkat

kepuasan pasien.

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat professional sudah seharusnya

melaksanakan proses operan sesuai dengan SOP yang berlaku di instansi

dimana dia bekerja. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan serta meningkatkan kepuasan pasien.

Page 18: Laporan Kelompok Seminar

DAFTAR PUSTAKA