laporan fieldtrip epp desa sumbersekar

60
LAPORAN HASIL PENGAMATAN LAPANG EKONOMI PEMBANGUANAN PERTANIAN DESA SUMBERSEKAR KECAMATAN DAU Disusun Oleh: Reni Anita (135040101111064) Anggoro Putra Pradita (135040101111067) Arny M.Lumbangaol (13504010111106) Suci Setyo Rahayu (135040101111132) Uswatun Khasanah (135040101111157) Mochammad Alfan Nurfa (13504010111177) Tiara Purba (135040101111193) Haffidh Fadhillah (135040101111207) Dyah Retnani N (134040107113003) Hetty yeshica H (135040101111246)

Upload: anggoro-putra-pradita

Post on 16-Sep-2015

296 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

makalah fieldtrip epp

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL PENGAMATAN LAPANG EKONOMI PEMBANGUANAN PERTANIANDESA SUMBERSEKAR KECAMATAN DAU

Disusun Oleh:Reni Anita (135040101111064)Anggoro Putra Pradita (135040101111067)Arny M.Lumbangaol (13504010111106)Suci Setyo Rahayu (135040101111132)Uswatun Khasanah (135040101111157)Mochammad Alfan Nurfa(13504010111177)Tiara Purba (135040101111193)Haffidh Fadhillah (135040101111207)Dyah Retnani N (134040107113003)Hetty yeshica H (135040101111246)Nyoman Ayu Maartsinta R.(135040101111262)Denny Lita Ocktavia (135040101111304)Theodorus Manaen Sinuraya (135040107111008)Moh.Wahyudi Priyanto (135040107111013)Feri Kurnia Sandy (135040107111018)Lisa Puspitasari (135040107111022)Bagas Menggala Putra (135040107111033)S.Dio Airlangga Putra (135040107111035)Sheylawati Riduwan (135040107111036)Ratna Wulandari(135040101111215)PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena bimbingan dan penyertaan-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ekonomi pembangunan pertanian ini guna untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh asisten praktikum ekonomi pembangunan pertanian.Kami menyadari bahwa laporan ekonomi pembangunan pertanian.ini masih belum sempurna disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan baik teori maupun praktek. Dengan demikian kelompok kami mengahrapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan penulisan laporan ekonomi pembangunan pertanian ini.Semoga yang Maha Kuasa tetap menyertai kita sekalian, dengan harapan pula agar laporan ekonomi pembangunan pertanian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Malang, 1 Juni 2015Penyusun

DAFTAR ISI

Kata pengantar iiDaftar IsiiiiBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Tujuan21.3 Manfaat2BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Peran Perekonomian dalam Pertanian32.2 Ketahanan Pangan62.3 Program Pembangunan Pertanian6BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil183.1.1 Kondisi Geografis Desa183.1.2 Luas dan Batas Wilayah Desa193.1.3 Kondisi Topografi Wilayah Desa203.1.4 Kondisi Demografi Desa203.1.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaarian Desa233.1.6 Kondisi Tingkat Pendidikan Penduduk Desa 243.1.7 Potensi Desa253.2 Pembahasan263.2.1 Ketahanan Pangan Desa263.2.2 Pembangunan Pertanian di Desa283.2.3 Implementasi Program Pembangunan Kepada Masyarakat30BAB 4 HASIL DAN KESIMPULAN4.1 Kesimpulan324.2 Saran33DAFTAR PUSTAKA34

33

BAB 1PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangSektor pertanian di Indonesia memiliki peranan sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang, papan, sebagai penymbang lapangan pekerjaan terbesar, memberikan sumbangan pendapatan nasional yang tinggi, dan juga turut menyumbangkan devisa negara dan mempunyai peranan penting dalam membangun pertanian desa. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah Indonesia dikarenakan perannya yang dapat membangun perekonomian jangka pendek maupun jangka panjang. Sektor pertanian di Indonesia juga memiliki efek sebagai pengganda bagi ekonomi, dampak dari pengganda tersebut relativ besar, sehingga sektor pertanian di Indonesia layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional.Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian warganya sebagai petani. Selain itu indonesia juga dikenal memiliki sumberdaya alam yang melimpah dan beraneka ragam dengan ditopang oleh tanahnya yang subur. Pertanian di Indonesia sangat menunjang perekonomian bangsa Indonesia. Kekayaan alam dan juga penduduk yang banyak sangat menunjang perkembangan pertanian di Indonesia. Namun pada kenyataannya bangsa Indonesia belum bisa memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Salah satu faktor yang membuat pertanian di Indonesia kurang maju adalah masih banyaknya petani yang menggunakan cara tradisional yang secara turun-menurun di wariskan oleh leluhurnya. Faktor lainnya adalah kurangnya pengetahuan teknologi budidaya yang baru dan aman untuk digunakan yang dapat meningkatkan produktifitas usahatani dan pendapatan petani.Keadaan perekonomian desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani serta usaha masyarakat desa dalam membangun pertanian di desa ini sangat menarik untuk dikaji secara lebih lanjut. Mahasiswa perlu mengetahui permasalahan dalam perekonomian serta pembangunan pertanian yang ada di desa secara lebih mendalam dan juga secara langsung supaya dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di lapang.

1.2 TujuanAdapun tujuan penulisan laporan ini adalah :1. Untuk mengetahui sebesar mana hasil pertanian desa sumber sekar berkontribusi untuk perekonomian masyarakat desa.1. Untuk mengetahui pembangunan sector pertanian di desa Sumber sekar.

1.3 ManfaatAdapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah :1. Dapat mengetahui banyaknya kontribusi hasil pertanian desa Sumber sekar dalam mensejahterakan masyarakat desa.1. Dapat mengetahui berbagai pembangunan di sector pertanian yang ada di desa Sumber Sekar

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Peran Perekonomian dalam Pertanian Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa peranan, yang juga tertuang dalam Repelita VI sebagai berikut:1. Mensejahterakan petaniSektor pertanian merupakan sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani. Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.2. Menyediakan panganPeranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini sudah berjumlah 220 juta jiwa. Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatf murah, telah memungkinkan biaya hdup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya biaya hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang serta kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayahSebagai contoh, mengingat pembangunan besar-besaran terjadi di perkotaan adapun masyarakat mayoritas berdomisili di pedeaan yang merupakan sumber sektor pertanian. Maka pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustryIndonesia mempunyai sumber daya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk, banyak makan tempat, dan musiman. Sehingga dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengkonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka peranan agroindustri akan dominan.Dan jika sektor pertanian terus ditingkatkan maka diharapkan sektor ini mampu menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli rakyat, dan mampu melanjutkan proses industrialisasi. 5. Menghasilkan devisaSektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet, kopi, teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-komoditas tersebut adalah untuk diekspor. Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya (belum termasuk nilai ekspor produk olahan perkebunan) mencapai US$ 4 milyar per tahun. Sumbangan sector pertanian terhadap pembangunan dan devisa negara ditentukan oleh produktivitas dari sector ini. Karena sektor ini memilik sumbangan besar terhadap perekonomian nasional, maka rendahnya produktivitas pertanian akan berpengaruh terhadap produktivitas perekonomian secara keseluruhan. Sumbangan terbesar sektor pertanian selama PJP I (Pembangunan Jangka Panjang) adalah tercapainya swasembada pangan, khususnya beras dalam tahun. Pada masa tersebut Indonesia mampu mengekspor beras ke beberapa negara miskin sehingga dapat menambah devisa. Dampak swasembada tersebut adalah meningkatnya pendapatan masyarakat, kualitas gizi, serta penghematan devisa. Selain itu, swasembada pangan juga telah meningkatkan kestabilan ekonomi nasional.6. Menyediakan lapangan pekerjaanSebagaimana diterangkan di muka, sektor pertanian memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja. Di tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa angkatan kerja pada tahun itu diserap oleh subsector pertanian primer.Lagi, subsektor perkebunan memberikan kontribusinya dalam pembangunan nasional. Sampai tahun 2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini diperkirakan mencapai 17 juta jiwa. Kontribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaannya pun mempunyai nilai tambah tersendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Dengan demikian, selain menyediakan lapangan kerja subsektor perkebunan ikut mengurangi arus urbanisasi.7. Pembentukan produk domestik bruto/peningkatan pendapatan nasionalBerdasarkan data yang kami peroleh, subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi nilai absolut berdasarkan harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2003, atau meningkat dengan laju sekitar 11,7% per tahun. Dengan peningkatan tersebut, kontribusi PDB subsector perkebunan terhadap PDB sector pertanian adalah sekitar 16%. Terhadap PDB secara nasional tanpa migas, kontribusi subsector perkebunan adalah sekitar 2,9% atau sekitar 2,6% PDB total. Jika menggunakan PDB dengan harga konstan tahun 1993, pangsa subsektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah 17,6%, sedangkan terhadap PDB non migas dan PDB nasional masing-masing adalah 3,0% dan 2,8%. 8. Tetap mempertahankan kelestarian sumber daya (peranan dalam pelestarian lingkungan hidup)Tidak ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya akan beraneka ragam sumber daya pertanian secara alami (endowment factor). Maka dari itu, diharapkan dalam penggunaannya sumber daya ini digunakan secara optimal dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumber daya pertanian.

2.2 Ketahanan Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yag harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional.Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU no. 18/2012 tentang pangan. Disebutkan dalam UU tersebut bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agam, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.UU Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, namun juga memperjelas dan memperkuat pencapaian Ketahanan Pangan dengan mewujudkan Kedaulatan Pangan

2.3 Program Pembangunan PertanianPembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik,budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008).Dalam literatur klasik pembangunan pertanian karya Arthur Mosher yang berjudul Getting Agriculture Moving dijelaskan secara sederhana dan gamblang tentang syarat pokok dan syarat pelancar dalam pembangunan pertanian. Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi: (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3) tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, (3) adanya perangsang produksi bagi petani, dan (5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Adapun syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi: (1) pendidikan pembangunan, (2) kredit produksi, (3) kegiatan gotong royong petani, (4) perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan (5) perencanaan nasional pembangunan pertanian. Beberapa Negara berkembang, termasuk Indonesia, mengikuti saran dan langkah kebijakan yang disarankan oleh Mosher.Pembangunan pertanian di Indonesia dilaksanakan secara terencana dimulai sejak Repelita I (1 April 1969), yaitu pada masa pemerintahan Orde Baru, yang tertuang dalam strategi besar pembangunan nasional berupa Pola Umum 19 Pembangunan Jangka Panjang (PU-PJP) yaitu PU-PJP I (1969-1994) dan PU-PJP II (1994-2019). Dalam PU-PJP I, pembangunan dilaksanakan melalui lima serangkaian Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang semuanya dititik beratkan pada sektor pertanian sebagai berikut:1. Repelita I: titik berat pada sektor pertanian dan industri pendukung sektor pertanian.2. Repelita II: titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri pengolah bahan mentah menjadi bahan baku.3. Repelita III: titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri pengolah bahan baku menjadi bahan jadi.4. Repelita IV: titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri penghasil mesin-mesin.5. Repelita V: melanjutkan Repelita IV.Menurut Suhendra (2004) di banyak negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Para perancang pembangunan Indonesia pada awal masa pemerintahan Orde Baru menyadari benar hal tersebut, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap.Pada tahap pertama, pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi peratnian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian, diharapkan dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang, tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal.Pada saat Indonesia memulai proses pembangunan secara terencana pada tahun 1969, pangsa sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai lebih dari 40 persen, sementara itu serapan tenaga kerja pada sektor pertanian mencapai lebih dari 60 persen. Fakta inilah yang kemudian mengilhami penyusunan rencana, strategi dan kebijakan yang mengedepankan pembangunan pertanian sebagai langkah awal proses pembangunan.Kebijakan untuk menetapkan sektor pertanian sebagai titik berat pembangunan ekonomi sesuai dengan rekomendasi Rostow dalam rangka persiapan tinggal landas (Simatupang dan Syafaat, 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa revolusi pertanian merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan upaya menciptakan prakondisi tinggal landas. Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara juga dikemukakan oleh Meier (1995) sebagai berikut: (1) dengan mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam ekonomi yang berkembang, (2) dengan menyediakan surplus yang dapat diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada sektor lain yang berkembang, (3) dengan membeli barang konsumsi dari sektor lain, sehingga akan meningkatkan permintaan dari penduduk perdesaan untuk produk dari sektor yang berkembang, dan (4) dengan menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor.Pembangunan pertanian di masa pemerintahan Orde Baru telah membawa beberapa hasil. Pertama, peningkatan produksi, khususnya di sektor pangan yang berpuncak pada pencapaian swasembada pangan, khususnya beras, pada tahun 1984. Ketersediaan bahan pangan, khususnya beras, dengan harga yang relatif murah, memberikan kontribusi terhadap proses industrialisasi dan urbanisasi yang membutuhkan pangan murah. Kedua, sektor pertanian telah meningkatkan penerimaan devisa di satu pihak dan penghematan devisa di lain pihak, sehingga memperbaiki posisi neraca pembayaran Indonesia. Ketiga, pada tingkat tertentu sektor pertanian telah mampu menyediakan bahan-bahan baku industri sehingga melahirkan agroindustri.Sungguh pun demikian, pembangunan pertanian di masa pemerintahan Orde Baru tersebut mengandung sejumlah paradoks. Pertama, peningkatan produksi pertanian telah menimbulkan kecenderungan menurunnya harga produkproduk pertanian yang berakibat negatif pada pendapatan petani, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Ratnawati et al. (2004) bahwa peningkatan produktivitas pertanian menurunkan harga output di tingkat petani berkisar antara 0.28-10.08 persen dan akan menurunkan pendapatan rumah tangga perdesaan berkisar antara 2.10-3.10 persen. Kedua, peningkatan produktivitas dan produksi tidak selalu dibarengi atau diikuti dengan meningkatnya pendapatan petani, bahkan pendapatan petani cenderung menurun, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Siregar (2003) bahwa secara riil tingkat kesejahteraan petani dari tahun ke tahun justru mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh nilai tukar petani (NTP) yang mempunyai tendensi (trend) yang menurun (negatif) sebesar 0.68 persen per tahun. Di masa pemerintahan Orde Baru, ternyata sektor pertanian hanya bisa berkembang dalam kebijaksanaan yang protektif, memerlukan subsidi dan mendapat intervensi yang sangat mendalam, sehingga sektor pertanian dianggap sebagai most-heavily regulated.Menurut Arifin (2004) tidak berkembangnya sektor pertanian berakar pada terlalu berpihaknya pemerintah pada sektor industri sejak pertengahan tahun 1980-an. Menyusul periode pertumbuhan tinggi sektor pertanian satu dekade sebelumnya, pemerintah seolah menganggap pembangunan pertanian dapat bergulir dengan sendirinya. Asumsi ini membuat pemerintah mengacuhkan pertanian dalam strategi pembangunannya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh paradigma pembangunan saat itu yang menekankan industrialisasi. Pemerintah mencurahkan perhatiannya pada sektor industri, yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai kebijakan proteksi yang sistematis. Akibatnya, proteksi besar-besaran ini telah merapuhkan basis pertanian pada tingkat petani.Menurut Sudaryanto et al. (2005), pendekatan pembangunan pertanian selama pemerintahan Orde Baru dilaksanakan dengan pendekatan komoditas. Pendekatan ini dicirikan oleh pelaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan pengembangan komoditas secara parsial (sendiri-sendiri) dan lebih berorientasi pada peningkatan produksi dibanding peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pendekatan komoditas ini mempunyai beberapa kelemahan mendasar, yaitu: (1) tidak memperhatikan keunggulan komparatif tiap komoditas, (2) tidak memperhatikan panduan horizontal, vertikal dan spatial berbagai kegiatan ekonomi, dan (3) kurang memperhatikan aspirasi dan pendapatan petani.Oleh karena itu, pengembangan komoditas seringkali sangat tidak efisien dan keberhasilannya sangat tergantung pada besarnya subsidi dan proteksi pemerintah, serta kurang mampu mendorong peningkatan pendapatan petani.Menyadari akan hal tersebut di atas, maka pendekatan pembangunan pertanian harus diubah dari pendekatan komoditas menjadi pendekatan sistem agribisnis. Seiring dangan hal ini, maka orientasi pembangunan pertanian juga akan mengalami perubahan dari orientasi peningkatan produksi menjadi orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian.Suryana (2006) menyatakan bahwa perubahan lingkungan strategis yang sangat cepat, baik domestik maupun internasional, akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika pembangunan pertanian. Kondisi tersebut memerlukan penyesuaian terhadap arah dan kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan pertanian. Dengan demikian, strategi pembangunan pertanian harus lebih memfokuskan pada peningkatan daya saing, mengandalkan modal dan tenaga kerja terampil dan berbasis inovasi teknologi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal.Sejak awal 1990-an, seiring dengan menurunnya pangsa pertanian dalam struktur perekonomian (PDB), pembangunan ekonomi dan kebijakan politik mulai meminggirkan sektor pertanian. Fokus pembangunan ekonomi lebih banyak diarahkan pada sektor industri dan jasa, bahkan yang berbasis teknologi tinggi dan intensif kapital. Namun demikian, ketika krisis ekonomi terjadi, agenda reformasi yang bergulir tanpa arah, proses desentralisasi ekonomi yang menghasilkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat, maka Indonesia kembali menjadikan sektor pertanian sebagai landasan utama pembangunan ekonomi (Arifin, 2005).Peran penting sektor pertanian telah terbukti dari keberhasilan sektor pertanian pada saat krisis ekonomi dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok dalam jumlah yang memadai dan tingkat pertumbuhannya yang positif dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Keadaan ini menjadi pertimbangan utama dirumuskannya kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap sektor pertanian dalam memperluas lapangan kerja, menghapus kemiskinan dan mendorong pembangunan ekonomi yang lebih luas (Sudaryanto dan Munif, 2005).Secara lebih rinci, beberapa pertimbangan tentang pentingnya mengakselerasi sektor pertanian di Indonesia dikemukakan oleh Simatupang (1997) sebagai berikut:1. Sektor pertanian masih tetap sebagai penyerap tenaga kerja, sehingga akselerasi pembangunan sektor pertanian akan membantu mengatasi masalah pengangguran.2. Sektor pertanian merupakan penopang utama perekonomian desa dimana sebagian besar penduduk berada. Oleh karena itu, akselerasi pembangunan pertanian paling tepat untuk mendorong perekonomian desa dalam rangka meningkatkan pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan sekaligus pengentasan kemiskinan.3. Sektor pertanian sebagai penghasil makanan pokok penduduk, sehingga dengan akselerasi pembangunan pertanian maka penyediaan pangan dapat terjamin. Langkah ini penting untuk mengurangi ketergantungan pangan pada pasar dunia.4. Harga produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen, sehingga dinamikanya amat berpengaruh terhadap laju inflasi. Oleh karena itu, akselerasi pembangunan pertanian akan membantu menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.5. Akselerasi pembangunan pertanian sangatlah penting dalam rangka mendorong ekspor dan mengurangi impor produk pertanian, sehingga dalam hal ini dapat membantu menjaga keseimbangan neraca pembayaran.6. Akselerasi pembangunan pertanian mampu meningkatkan kinerja sektor industri. Hal ini karena terdapat keterkaitan yang erat antara sektor pertanian dengan sektor industri yang meliputi keterkaitan produk, konsumsi dan investasi.Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan program pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) sebagai manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih pro-growth, pro-employment dan pro-poor.Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal sebagai berikut:1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6.5 persen per tahun melalui percepatan investasi dan ekspor.2. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru.3. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual, melalui peningkatan kinerja sektor pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Sejalan dengan hal ini, Sudaryanto dan Munif (2005) menyatakan bahwa revitalisasi pertanian dimaksudkan untuk menggalang komitmen dan kerjasama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola pikir masyarakat dalam melihat pertanian tidak hanya sekedar penghasil komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian harus dilihat sebagai sektor yang multi-fungsi dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.Kegiatan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dilaksanakan melalui tiga program, yaitu: (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan agribisnis, dan (3) Program peningkatan kesejahteraan petani.Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan yang cukup aman dan halal di setiap daerah setiap saat, dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan. Operasionalisasi program pengembangan agribisnis dilakukan melalui pengembangan sentra/kawasan agribisnis komoditas unggulan. Operasionalisasi program peningkatan kesejahteraan petani dilakukan melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan, penjaminan usaha, perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi lainnya (Departemen Pertanian, 2005c).Contoh Program Pembangunan Pertanian Tahun 2015Untuk mencapai peningkatan produksi tanaman pangan tahun 2015, Kementerian Pertanian telah menyiapkan sejumlah kegiatan dan pendanaan yang cukup besar. Bagaimana halnya dengan program pembangunan hortikultura, perkebunan, peternakan, sarana dan prasarana pertanian?Upaya untuk mencapai target peningkatan produksi tanaman pangan pada tahun 2015 di antaranya dilakukan dengan refocussing dan tambahan dana APBN-P 2015. Untuk peningkatan produksi padi dilakukan kegiatan peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam untuk alternatif I sebesar 83.060357 ton (tambahan produksi 8.482.504 ton), alternatif II sebesar 79.956.560 ton (tambahan produksi 8.425.504 ton).Untuk peningkatan produksi jagung dilakukan kegiatan peningkatan produktivitas dan pengembangan areal tanam baru sebesar 25.063.731 ton (tambahan produksi 5.252.303 ton); Sedangkan peningkatan produksi kedelai melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam sebesar 1.500.000 ton (tambahan produksi 801.048 ton).Penetapan target produksi kedelai tahun 2015 yang cukup besar yaitu 1.500.000 ton dibandingkan dengan produksi menurut ARAM II 2014 sebanyak 921.000 ton, berarti target meningkat sebanyak 579.000 ton atau 62,81%. Untuk hal ini di antaranya diupayakan dengan peningkatan pengadaan benih kedele kelas Benih Sebar (BR / ES) melalui kegiatan penangkaran yang harus dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya.Permasalahan utama kegiatan yang dilaksanakan Balitbangtan yaitu adanya gap antara inovasi teknologi dan varietas baru dengan pemanfaatan oleh masyarakat maupun oleh Eselon I teknis lain lingkup Kementerian Pertanian yang merupakan stakeholder utama dari Balitbangtan. Sudah banyak varietas unggul baru yang telah dihasilkan, tetapi varietas yang digunakan oleh petani tidak banyak berubah. Selain itu, di Balai Benih Padi terdapat varietas baru yang tidak termanfaatkan dan tersimpan di gudang.Balitbangtan pun melakukan refocussing APBN TA 2015 untuk mendukung pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai melalui kegiatan: (1) Pengembangan model Desa Mandiri Benih Padi, Jagung dan Kedelai; (2) Pemetaan Daya Saing Pertanian Indonesia (Padi, Jagung dan Kedelai); (3) Pengembangan Agrimap Info; (4) Penerapan Teknologi Mekanisasi Pertanian pada Budidaya Padi Skala Luas; (5) Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil dan Penanganan Pascapanen Jagung, Kedelai; (6) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Padi, Jagung, Kedelai Mendukung Pencapaian Swasembada (LO); (7) Pengembangan Taman Agro Inovasi; (8) Pengembangan Laboratorium Lapang untuk Peningkatan Inovasi Teknologi Litbang Pertanian; (9) Kajian Sosial Ekonomi Pemantapan Pencapaian Swasembada Pangan; (10) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian; dan (11) Peralatan Monitoring Real Time Water Balance pada Waduk. Adapun dana APBN-P Tahun 2015 adalah untuk kegiatan: (1) Koordinasi, pembinaan, pendampingan/pengawalan kegiatan UPSUS, Agro Science dan Techno Park dan (2) Pembangunan 5 Agro Science Park (ASP) dan 10 Agro Techno Park (ATP).Refocussing APBN Ditjen Prasana dan Sarana Pertanian pada TA. 2015 adalah untuk kegiatan: (1) Pengelolaan Air Irigasi Pertanian, (2) Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan, (3) Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alsintan, (4) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya, (5) Fasilitas Pupuk dan Pestisida, (6) Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan.Ditjen PSP mendapatkan alokasi dana APBN-P 2015 terbanyak yaitu senilai Rp 11,225 triliun atau 66,35% dari total APBN-P tahun 2015 senilai Rp 16,918 triliun. Dana APBN-P 2015 Ditjen PSP untuk membiayai kegiatan fungsi layanan umum senilai Rp 70 miliar dan fungsi ekonomi senilai Rp 11,155 triliun. Selain itu, untuk kegiatan pembangunan infrastruktur pertanian pada TA 2015 juga mendapat tambahan alokasi anggaran melalui DAK senilai Rp 4 triliun yaitu untuk membiayai Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier, Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier, Pengembangan sumber air, dan Pembangunan/Rehabilitasi Jalan Usaha Tani.Sasaran produksi peternakan tahun 2015 yaitu produksi daging sebesar 3.827.020 ton, telur 2.983.520 ton, susu 799.970 ton. Refocussing APBN 2015 Ditjen Peternakan dan Keswan TA 2015 untuk kegiatan: (1) Pengembangan budidaya sapi potong, (2) Pengembangan integrasi ternak-sawit, (3) Penguatan pakan sapi potong penggemukan, (4) Pengadaan gedung bangunan dalam rangka pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular, (5) Peningkatan kualitas bibit unggul kambing, (6) Pengadaan gedung bangunan dalam rangka penjaminan produk hewan yang ASUH dan berdaya saing, (7) Perumusan kebijakan perencanaan pembangunan PKH, (8) Ketatalaksanaan organisasi, kepegawaian, hukum, dan TU, serta (9) Dukungan manajemen pengembangan kawasan. Target proporsi penyediaan daging terhadap konsumsi tahun 2015 sebesar 90,03%. Pelaksanaan kegiatan tahun 2015 akan terfokus pada 62 kawasan pada 118 kabupaten/kota. Adapun APBN-P Ditjen Peternakan dan Keswan TA 2015 untuk kegiatan Gerakan Birahi dan Inseminasi Buatan serta kegiatan Penambahan Sapi Indukan dan Sapi Bibit. Refocussing APBN dan alokasi APBN-P Barantan 2015 untuk mendukung Swasembada Padi, Jagung, Kedelai (PJK) dan mendukung peningkatan produksi daging sapi. APBN-P Ditjen Hortikultura TA 2015 untuk membiayai: (1) Manajemen Fungsi Layanan untuk Cabai dan Bawang Merah, (2) Manajemen untuk UPSUS Padi, Jagung dan Kedelai (monev), (3) Pengembangan cabai merah di 100 kabupaten, (4) Pengembangan cabai rawit di 100 kabupaten, dan (5) Pengembangan bawang merah di 64 kabupaten.Refocussing APBN Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) 2015 mendukung pencapaian swasembada dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan: (1) Peningkatan Kapasitas Balai Penyuluhan Kecamatan sebagai Posko Pelaksana Pembangunan Pertanian, (2) Fasilitasi sistem basis data mendukung Padi, Jagung, dan Kedelai; Pelatihan Teknis Pertanian Bagi Aparatur (padi, jagung, kedelai), (3) Pelatihan Teknis Pertanian Bagi non Aparatur (padi, jagung, kedelai), (4) Penyusunan Juklak Penyiapan SDM Pertanian mendukung Padi, jagung dan kedelai, (5) Peran Serta STPP dalam Pembinaan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, (6) Pendampingan Desa Mitra/WKPP Sentra Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai, (7) Praktek Kerja Lapang bagi 833 orang Mahasiswa STPP dan 2.000 siswa SMK, (8) Fasilitasi sistem basis data mendukung Padi, Jagung, dan Kedelai; serta (9) Monitoring dan Evaluasi kegiatan BPPSDMP mendukung Padi, Jagung, dan Kedelai.APBN-P BPPSDMP tahun 2015 mendukung swasembada pangan dialokasikan untuk kegiatan: (1) Pendampingan mahasiswa, (2) Pengawalan dan pendampingan penyuluhan, dan (3) Koordinasi dan supervisi.Pada TA 2015, Ditjen Perkebunan akan melaksanakan kegiatan: (1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah Penyegar seluas 25.116 ha, (2) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim seluas 65.123 ha, (3) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan seluas 32.810 ha, (4) Penanganan Pascapanen dan Pembinaan usaha sebanyak 299 KT, (5) Perlindungan Perkebunan seluas 19.843 ha, (6) Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan Pontianak).Isu-isu strategis dalam pembangunan sektor perkebunan antara lain dukungan sektor hulu dan hilir terhadap pelaksanaan pembangunan perkebunan; Sumberdaya manusia baik kualitas maupun kuantitasnya perlu ditingkatkan dan penugasan sesuai keahlian dan bidangnya; Dampak negatif dari otonomi daerah yang dirasakan oleh pelaku usaha perkebunan menyebabkan ketidaksinambungan kebijakan Pusat dan Daerah; Koordinasi lintas sektoral dan daerah yang belum optimal; Populasi tanaman, teknis budidaya dan standar mutu hasil masih belum sesuai dengan GAP ( Good Agricultural Practices); Kepemilikan lahan yang terbatas dan semakin sulitnya memperoleh lahan untuk perkebunan. Daya saing komoditas yang masih rendah disebabkan oleh mutu dan nilai tambah yang masih belum memadai; serta Keterbatasan akses teknologi pascapanen terlihat dari kesenjangan dalam inovasi teknologi pascapanen, rendahnya pengertian masyarakat terhadap teknologi dan kurangnya pemerataan alih teknologi ke pedesaan sebagai sentra pengembangan perkebunan; Pelaksanaan perizinan usaha perkebunan belum sinergi antara provinsi dan Kabupaten/Kota; Penurunan/kehilangan hasil perkebunan masih cukup tinggi; Investasi usaha perkebunan belum optimal.Dukungan Ditjen PPHP pada TA 2015 untuk pencapaian swasembada PJK dilkukan melalui: (1) Fasilitasi dan revitalisasi penggilingan padi, (2) fasilitasi agroindustri jagung, (3) Fasilitasi industry kedelai, (4) Fasilitasi agroindustry tebu, dan (5) Fasilitasi agroindustry daging sapi.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 0. Kondisi Geografis DesaSecara geografis Desa Sumbersekar terletak pada posisi 0749.113 Lintang Selatan dan 1123356.285 Bujur Timur. Topografi ketinggian Desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 650 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS Kabupaten Malang tahun 2014, selama tahun 2014 curah hujan di Desa Sumbersekar rata-rata mencapai1.100mm.Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2004-2014.Secara administratif, Desa Sumbersekar terletak di wilayah Kecamatan Dau Kabupaten Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah Desa-desa tetangga. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa Gadingkulon Kecamatan Dau,sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Mulyo agung Kecamatan Dau. Jarak tempuh Desa Sumbersekar keIbu kota Kecamatan adalah 3 km,yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 5menit. Sedangkan jarak tempuh ke Ibu kota Kabupaten adalah 30km,yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam. Luas Wilayah Desa Sumbersekar adalah 435,70 Ha. Luas lahan yang ada terbagi kedalam beberapa peruntukan,yang dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-lain. Luas lahan yang diperuntukkan untuk pemukiman adalah 102 Ha. Luas lahan yang diperuntukkan untuk Pertanian adalah 93,5 Ha. Luas lahan untuk ladang tegalan dan perkebunan adalah 192,05 Ha. Sedangkan luas lahan untuk fasilitas umum adalah sebagai berikut: untuk perkantoran 0,25 Ha, sekolah 2,10 Ha, Olahraga 0,8 Ha, dan tempat pemakaman umum 2,3Ha. Wilayah Desa Sumbersekar secara umum mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Secara prosentase kesuburan tanah Desa Sumbersekar terpetakan sebagai berikut: sangat subur 74,118 Ha, subur 101,551 Ha, sedang 260,061 Ha . Hal ini memungkinkan tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 828 ton/ th. Tanaman jenis palawija juga cocok ditanam di sini. Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang, jagung, dan ubi kayu, ubi jalar, serta tanaman buah seperti mangga, pepaya, melon dan pisang juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang cukup handal bagi penduduk Desa ini. Untuk tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman handalan. Kondisi alam yang demikian ini telah mengantarkan sektor pertanian secara umum menjadi penyumbang Produk Domestik Desa Bruto (PDDB) terbesar.3.1.2 Luas dan Batas Wilayah DesaLuas Wilayah Desa Sumbersekar adalah 435,70 Ha. Luas lahan yang ada terbagi kedalam beberapa wilayah yang masing-masing dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-lain. Luas lahan yang digunakan untuk pemukiman adalah 102 Ha. Luas lahan untuk Pertanian adalah 93,5 Ha. Luas lahan untuk ladang tegalan dan perkebunan adalah 192,05 Ha. Sedangkan luas lahan untuk fasilitas umum dibagi lagi menjadi beberapa kegunaan yaitu untuk perkantoran 0,25 Ha, sekolah 2,10 Ha, Olahraga 0,8 Ha, dan tempat pemakaman umum 2,3 Ha.Secara administratif, Desa Sumbersekar .terletak di wilayah Kecamatan Dau Kabupaten Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah Desa-desa tetangga. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa Gadingkulon Kecamatan Dau, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Mulyoagung Kecamatan Dau. Jarak tempuh Desa Sumber sekar menuju Ibu kota Kecamatan adalah 3 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 5 menit. Sedangkan jarak tempuh menuju Ibu kota Kabupaten adalah 30 km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam.

3.1.3 Kondisi Topografi Wilayah DesaTopografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bentuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereng, panjang lereng dan bentuk lereng. Topografi ketinggian Desa Sumbersekar ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 650 m di atas permukaan air laut.

3.1.4 Kondisi Demografi DesaBerdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2010, jumlah penduduk Desa Sumbersekar adalah 6.781 jiwa, dengan rincian 3.334 laki-laki dan 3.447 perempuan. Jumlah penduduk demikian ini tergabung dalam 2.073 KK. Berikut adalah table identifikasi jumlah penduduk dengan menitikberatkan pada klasifikasi usia : Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan UsiaNoUsiaJumlahProsentase

10-4555 orang8,19 %

25-6156 orang2,30 %

37 151.283 orang18,94 %

416 21 519 orang7,66 %

522 - 593.715 orang54,85 %

660 >545 orang8,05 %

Jumlah Total6.773 orang100 %

Dari data di atas Nampak bahwa penduduk usia poduktif pada usia 20-59 tahun Desa Sumbersekar .sekitar 3.715 orang atau hampir.55 %. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM. Tingkat kemiskinan di Desa Sumbersekar termasuk tinggi. Dari jumlah 2.206 KK di atas, sejumlah 138 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera, 823 KK tercatat sebagai Keluarga Sejahtera I, 78 KK tercatat Keluarga Sejahtera II, 1.073 KK tercatat Keluarga Sejahtera III dan 94 KK sebagai sejahtera III plus. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai golongan miskin, maka 43,56 % KK Desa Sumbersekar adalah keluarga miskin.a. PendidikanEksistensi pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka yang pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika berpikir atau pola pikir individu, selain mudah menerima informasi yang lebihmaju dan tidak gagap teknologi. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Sumbersekar

Tabel 5. Tamatan Sekolah MasyarakatNoKeteranganJumlahProsentase

1Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas4466,58 %

2Tidak Tamat SD4466,58 %

3Tamat Sekolah SD2.51537,09 %

4Tamat Sekolah SMP1.96028,90 %

5Tamat Sekolah SMA1.34119,78 %

6Tamat Sekolah PT/ Akademi731,08 %

Jumlah Total6781100 %

Rentetan data kualitatif di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Sumbersekar hanya mampu menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar dua belas tahun (SD dan SMA). Dalam hal kesediaan sumberdaya manusia (SDM) yang memadahi dan mumpuni, keadaan ini merupakan tantangan tersendiri. Sebab ilmu yang akan berimplikasi pada penciptaan kebaikan kehidupan.Rendahnya kualitas pendidikan di Desa Sumbersekar tidak terlepas dari masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Sumberskar. Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternative bagi persoalan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa Sumbersekar yaitu melalui pelatihan dan kursus.Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di Desa Sumbersekar. Mungkin dorongnan dari pemerintah dan masyarakat lemah. Inilah yang menjadi pekerjaan dasar pemerintahan Desa Sumbersekar sekarang ini.

b. KesehatanMasalah kesehatan adalah hak setiap orang dan merupakan aset yang amat penting bagi masa depan bangsa secara umum. Masyarakat yang produktif adalah masyarakat yang sehat fisik dan mentalnya. Salah satu cara untuk mengukur status kesehatan masyarakat adalah mencermati banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Laporan warga menunjukkan adanya gejala masyarakat yang terserang penyakit relative tinggi, yang antara lain disebabkan oleh infeksi pernapasan akut bagian atas, demam berdarah, penyakit system otot dan jaringan pengikat. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering di alami penduduk adalah penyakit yang bersifat cukup berat dan berdurasi lama bagi kesembuhannya, yang di antaranya di sebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas masyarakat Desa Sumbersekar secara umum.

c. Mata PencaharianSecara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Sumbersekar dapat teridentifikasi kedalam beberap sector yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industry dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sector pertanian berjumlah 2.650 orang, yang bekerja di sector jasa berjumlah 1.761 orang, yang bekerja di sector industri 70 orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 4481 orang. Berikut ini adalah table jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 6 Macam-macam Pekerjaan dan JumlahnyaNo Macam PekerjaanJumlahProsentase

1Pertanian2.650 orang59,14 %

2Jasa/ Perdagangan1.761 orang

39,30 %

3 Sektor Industri70 orang1.56 %

4Sektor lain--

Jumlah 4481 orang100 %

Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa Sumbersekar masih cukup tinggi. Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebesar 66,08 %, dan jumlah penduduk yang menganggur sebesar 33,92 %.

3.1.5 Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian desaPara penduduk yang ada di desa Sumber sekar cukup berpartisipasi dalam pekerjaan terutama dalam mata pencaharian. Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Sumbersekar dapat teridentifikasi kedalam beberapa sector yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industry dan lain-lain.Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sector pertanian berjumlah 2.650 orang, yang bekerjadi sector jasa berjumlah 1.761 orang, yang bekerja di sector industri 70 orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumla 4481 orang.3.1.6 Kondisi Tingkat Pendidikan Penduduk DesaPendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam membangun dan memajukan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan perekonomian pada khususnya. Tingkat pendidikan yang tinggi, akan mendorong terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas dan tumbuhnya keterampilan kewirausahaan serta terciptanya lapangan kerja baru. Hal ini senantias akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.Pada dasarnya, pendidikan akan dapat mempertajam sistematika berpikir atau pola pikir individu. Selain itu, pendidikan juga akan membuat individu mengetahui dan memahami informasi yang diterima. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat mempermudah masuknya inovasi baru yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas petani. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Sumbersekar.NoKeteranganJumlahPersentase

1Tamat Sekolah SD2.51538 %

2Tamat Sekolah SMP1.96030 %

3Tamat Sekolah SMA1.34120 %

4Tamat Sekolah Perguruan Tinggi/ Akademi7312 %

Jumlah Total5.889100 %

Tabel. Tingkat Pendidikan Masayarakat Desa SumbersekarData kuantitatif di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Sumbersekar hanya mampu menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar duabelas tahun (SD, SMP, dan SMA) dan hanya 12 % saja yang melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi/ akademi. Dalam hal kesediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dan terammpil, keadaan ini menjadi sebuah permasalahan tersendiri.Rendahnya kualitas pendidikan di Desa Sumbersekar tidak terlepas dari masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Rendahnya perekonomian masyarakat membuat sebagian orang harus meninggalkan pendidikan dan memilih untuk bekerja. Selain itu, pandangan hidup masyarakat yang masih belum menyadari arti penting dari pendidikan menyebabkan masyarakat enggan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Di Desa Sumbersekar sudah memiliki sarana untuk warga masyarakat yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya melalui pelatihan dan kursus. Ini merupakan solusi alternatif yang dibuat oleh perangkat Desa Sumbersekar untuk mengatasi persoalan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Namun sarana atau lembaga alternatif tersebut belum mampu mengatasi permasalahan dengan baik. Hal ini di indikasikan karena kurangnya dorongan pemerintah dan masyarakat dalam memanfaatkan sarana atau lembaga alternatif tersebut, sehingga sampai saat ini belum terealisasi secara optimal. 3.1.7 Potensi Desa Wilayah Desa Sumbersekar mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Prosentase kesuburan tanah di Desa Sumbersekar sebagai berikut: 1. Sangat subur 74,118 Ha1. Subur 101,551 Ha1. Sedang 260,061 HaHal ini memungkinkan tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 828 ton/ th. Tanaman jenis palawija seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang, jagung, dan ubi kayu, ubi jalar, serta tanaman buah seperti mangga, pepaya, melon dan pisang, cocok ditanam di sini daerah ini. Selain itu tanaman Palawija terebut juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang cukup handal bagi penduduk Desa ini. Untuk tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman yang menjadi andalan. Sehingga di desa tersebut mempunyai potensi yang sangat unggul dibidang kesuburan tanahnya.

0. Pembahasan 3.2.1 Ketahanan Pangan DesaDesa Sumbersekar Kecamatan Dau adalah desa dengan penduduk jumlah penduduk yang terhitung besar yaitu sebanyak 6.680 orang berdasarkan kriteria usia, dengan total luas wilayah sebesar 435,70 Ha dengan 102 Ha sebagai wilayah pemukimannya dan sisanya sebagai lahan tegalan, sawah dan perkebunan, perkantoran, sekolah, sarana umum serta pemakaman umum. Dari keadaan yang demikian kondisi ekonomi penduduk terlihat stabil bahkan bisa dikatakan meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut tidak luput dari peran pemerintah dan lembaga desa yang terus-menerus membantu dalam pengembangan pembangunan khususnya dalam sektor pertanian. Ketahanan pangan di Desa Sumbersekar dari hasil wawancara dengan salah satu narasumber yaitu bapak Rahmad tergolong cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Komoditas tanaman yang di usahakan di desa Sumbersekar diantaranya palawija seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang, jagung, dan ubi kayu, ubi jalar, serta tanaman buah seperti mangga, pepaya, melon dan pisang juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang cukup handal bagi penduduk Desa ini. Untuk tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman handalan. Kondisi alam yang demikian ini telah mengantarkan sektor pertanian secara umum menjadi penyumbang Produk Domestik Desa Bruto (PDDB) terbesar.Tanaman yang ditanam di Desa Sumbersekar mengikuti musim, dimana pada saat musim kemarau yang ditanam adalah jagung dan sayur sedangkan saat musim hujan semua difokuskan dengan menanam padi karena melihat kondisi yang ada. Program yang di berikan oleh pemerintah untuk warga di Desa Sumbersekar salah satunya adalah GAPOKTAN yang mana dengan adanya kegiatan itu benar-benar sangat membantu pembangunan ekonomi pertanian di daerah tersebut. Dari GAPOKTAN para petani di beri arahan serta bimbingan bagaimana melakukan usahatani yang baik dan benar, selain itu mereka juga diberikan bantuan subsidi berupa pupuk, bibit dengan harga yang lebih murah dari harga di pasar, serta bantuan alat-alat yang memudahkan kelompok tani dalam melakukan usahataninya. Narasumber yang kami wawancarai yaitu bapak Rahmat mengatakan bahwa banyak sekali manfaat yang didapat dengan mengikuti GAPOKTAN yaitu :1. Menguntungkan dengan adanya penyuluhan dan bimbingan dari pemerintah sehingga membuat para anggota kelompok tani bisa mengenal dan mengadopsi inovasi baru2. Meningkatkan perekonomian, karena dengan adanya arahan dan bimbingan maka para anggota kelompok tani terarah dalam melakukan usahatani sehingga kegagalan dalam panen dapat teratasi seperti dalam penanggulangan hama dan penyakit tanaman.3. Adanya subsidi dan bantuan lainnya seperti sarana dan prasarana serta infrastruktur dapat memudahkan kegiatan kelompok tani dalam dalam melakukan usahatani sehingga kebutuhan pangan dapat tetap terpenuhi.Terlihat jelas bahwa masyarakat desa Sumbersekar tidak kesulitan dalam mengakses kebutuhan pangan. Selain bertani hasil dari wawancara dengan narasumber bapak Rahmat beliau mengatakan bahwa memiliki usaha sampingan yaitu membuat pupuk kompos yang mana itu berasal dari kotoran kambing dan seresah daun-daun, dimana ilmu membuat pupuk tersebut beliau peroleh juga dari hasil mengikuti GAPOKTAN di desanya tersebut. Banyak keahlian lain yang dimiliki oleh narasumber antara lainnya yaitu membuat pakan ternak atau pakan kambing yang kotorannya beliau gunakan sebagai kompos yaitu dari campuran antara tongkol jagung, ampas kopi yang beliau ekstrak sehingga bisa menghasilkan pakan ternak yang mana dari semua itu bisa menghasilkan uang. Begitu banyak keahlian serta ilmu yang beliau rasakan dengan adanya kelompok tani di desa Sumbersekar yang membuat warganya tidak kesulitan dalam mengakses kebutuhan pangannya.Selain itu, di desa Sumbersekar pernah mengadakan kerjasama dengan perusahaan pioner dimana petani diberi benih dari pabrik dan petani yang menanam serta merawatnya, lalu saat panen pabrik langsung mengambil tanpa harus petaninya mencari pembeli. Namun, beberapa tahun ini sudah tidak ada lagi, karena petani merasa kurang untung. Selanjutnya, petani menanam jagung dan di panen saat muda (baby corn) yang dirasa lebih menguntungkan karena dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa langsung menghasilkan untung. Dari pernyataan-pernyataan di atas jelas terlihat bahwa warga desa Sumbersekar tidak kesulitan dalam mengakses kebutuhan pangannya, dimana mereka senantiasa aktif mengikuti kegiatan kelompok tani sehingga program-program yang dijalankan oleh pemerintah bisa benar-benar tepat sasaran dan mensejahterakan rakyat dalam meninkatkan ketahanan pangan dapat terealisasi. Saat musim panen padi, hasil yang didapat tidak dijual kebanyakan di simpan dimana digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sendiri, dimana mulai dari awal panen hingga rotasi tanam padi lagi masih bisa mencukupi pangan dari warga disana. Sehingga, masyarakatnya tidak mengalami kesulitan dalam hal pangan. 3.2.2 Pembangunan Pertanian di DesaDari hasil survey lapang yang telah dilakukan di Desa Sumber Sekar Kecamatan Dau Kota Malang, ada beberapa program pembangunan desa yang dilaksanakan oleh pemerintah khususnya dalam bidang pertanian, yaitu antara lain:1. Di bentuknya Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)Pada Desa Dau tersebut terdapat atau di bentuk tiga gabungan kelompok tani sesuai dengan jumlah dusun yang terdapat dalam desa Dau tersebut. Nama gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) yaitu pada dusun pertama nama GAPOKTAN Sumber Sekar 1, dusun kedua yaitu nama yaitu Sumber Sekar 2 dan dusun terakhir sumber sekar 3. Sedangkan dusun dengan GAPOKTAn yang kelompok kami survey yaitu pad Sumber Sekar 1.Tujuan dibentuknya gabungan kelompok tani pada desa tersebut yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan desa, khususnya untuk mensejahterakan petani dan umumnya untuk mengembangkan pembangunan di desa. Dengan terbentuknta GAPOKTAn pada desa tersebut diharapkan dapat membantu petani dalm meningkatkan penghasilan bahkan pengetahuan dan keahlian dengan adanya program-program yang di canangkan2. Program Subsidi pemerintahPada desa Dau tersebut juga terdapat program yang dapat membantu kegiatan pertanian yang di lakukan petani antara lain pembagian alat pertanian berupa traktor, alat perontok padi, alat pemotong rumput serta pompa air. Pada GAPOKTAN sumber sekar 1 di bagikan 2 traktor, 1 alat perontok padi, 2 potong rumput dan 1 pompa air serta 1 penggiling pupuk (coper). Sumber sekar 2 hanya mendapat subsidi 1 perontok padi dan pada sumber sekar 3 mendapat 1 traktor, 1 perontok padi dan 1 pompa air.Pembagian alat pertanian yang berbeda ini di karenakan ada syarat tertentu yaitu apabila petani atau anggota GAPOKTAN aktif dalam mengikuti program-program dari pemerintah, kreatif dalam menciptakan inovasi untuk mengembangkan pertaniannya dan rutin dalam perkumpulan dalam GAPOKTAN tersebut, sehingga kelompok petani yang memenuhi syarat tersebutlah yang dapat subsidi alat pertanian.Pemerintah juga memberikan bantuan bibit murah kepada para anggota petani di desa tersebut, sehingga para petani tidak mengalami kesulitan mendapatkan bibit yang berkualitas serta harga yang masih dapat dijangkau oleh para petani.3. Pembangunan Infrasruktur DesaPembangunan infrastruktur desa ini ini yaitu di bangunnya jalan menuju lahan pertanian petani sejauh 150 m, sehingga di harapkan akses ke lahan pertanian mudah dan cepat dalam melakukan setiap kegiatan pertanian di desa tersebut.

3.2.3 Implementasi Program Pembangunan Kepada Masyarakat Melalui kecamatan yang perlu membuat restra yaitu Rencana Strategis merupakan rencana operasional untuk menjalankan tupoksi yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Adapun pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh dinas daerah yang dipadu dengan swadaya masyarakat. Sedangkan dalam perencanaan pembangunan, kemasyarakatan dan kepemerintahan Camat berkewajiban membuat Renstra kepada Bupati. Dalam rencana strategi program pembangunan sendiri sudah di buat oleh kecamatan dau dengan berlandaskan hukum Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamgbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);Adapun kinerja program pembangunan yang akan di laksanakan , yiatu :1. Pembinaan dan pelaksanaan program pembangunan pola kemitraan antara lain dengan Memfasilitasi, membina dan memantau kegiatan peningkatan ketersediaan infrastruktur wilayah yang berbasis masyarakat (kemitraan, swadaya murni, PPKM, PNPM dan sumber dana lainnya);1. Memfasilitasi, membina dan memantau kegiatan revitalisasi pertanian, perikanan dan peternakan;1. Penertiban organisasi HIPPA di masing-masing desa;1. Pemantauan kegiatan perluasan, rehabilitasi dan normalisasi jaringan irigasi;1. Memfasilitasi, membina dan memantau kegiatan pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah;1. Monitoring pelaksanaan musrenbang desa dan melaksanakan musrenbang kecamatan;1. Pembinaan, koordinasi dan sinkronisasi penyusunan rencana strategis kecamatan dengan seluruh elemen di tingkat kecamatan;1. Pembinaan, koordinasi dan sinkronisasi rencana pembangunan di desa dengan melibatkan para tokoh masyarakat;1. Pelestarian lingkungan hidup dengan gerakan penghijauan dan gerakan kebersihan, ketertiban dan keindahan di wilayah Kecamatan Dau;1. Memfasilitasi, membina dan memantau kegiatan Sanitasi Masyakat (SANIMAS);1. Memfasilitasi dan monitoring pengelolaan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Desa Mulyoagung;1. Pembinaan, koordinasi dan sinkronisasi Gerakan Keluarga Berencana serta Kesehatan;1. Pembinaan, koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Posyandu;1. Pembinaan, koordinasi dan sinkronisasi Pendataan Keluarga SejahteraDari hasil rencana yang telah di buat oleh kecamatan dau yang juga akan di laksanakan oleh dinas Kota Batu menunjukan program kegiatan pembangunan yang akan di lakukan 2011 sampai dengan tahun 2015. Namun dari hasil survey lapang di desa sumbersekar di kecamatan dau melalui salah satu narasumber yaitu bapak racmad sebagai petani desa sumber sekar menyatakan bahwa perencanaan sudah sesuai dengan implementasi yang beliau rasakan. Program pembangunan itu sendiri juga tidak hanya di satu desa yaitu sumber sekar. Jadi masih belum bisa di simpulkan implementasi yang sudah di laksanakan di kecamatan dau itu sudah maksimal atau belum. Program yang paling banyak di laksanakan oleh pemerintahan di kecamatan dau adalah program pembangunan pertanian dan pertenakan. Seperti yang sudah di jelaskan di program pembangunan pertanian. Seperti yang sudah di laksanakan akhir akhir ini yaitu pengembangan Apel Kesadaran KORPRI di Desa Karangwidoro Kec.Dau, kemudian penyuluhan di bidang pertenakan yaitu sosialisasi/pembinaan pertenakan se Kec. Dau dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi RI Blusukan ke Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan Desa Sumbersekar merupakan desa dengan potensi yang baik untuk pengembangan di sektor pertanian. Hal ini tampak dari keadaan tanah yang subur dan sangat cocok untuk ditanami tanaman palawija maupun perkebunan. Potensi inilah yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk bekerja di sektor pertanian dan menggantungkan hidupnya dari sektor ini. Dengan memanfaatkan potensi sumberdaya ini, pertanian menjadi sektor penyumbang pendapatan unggulan bagi desa ini.Keadaan yang demikian kondisi ekonomi penduduk terlihat stabil bahkan bisa dikatakan meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut tidak luput dari peran pemerintah dan lembaga desa yang terus-menerus membantu dalam pengembangan pembangunan khususnya dalam sektor pertanian. Ketahanan pangan di Desa Sumbersekar dari hasil wawancara dengan salah satu narasumber yaitu bapak Rahmad tergolong cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri dari hasil pertanian Desa Sumbersekar. GAPOKTAN di Desa Sumbersekar juga berjalan dengan baik. Terbukti dengan dampak terhadap perekonomian masyarakat desa yang mengalami peningkatan hampir setiap tahun. Menurut kesimpulan dari hasil wawancara kami dengan narasumber dari masyarakat desa, dikatakan bahwa perencanaan sudah sesuai dengan implementasi yang dirasakan. Peran pemerintah dalam pengembangan pertanian di desa Sumbersekar juga sudah berjalan. Hal ini tampak dengan pemberian subsidi saprodi kepada GAPOKTAN yang selanjutnya akan disalurkan kepada petani yang menjadi anggota. Secara keseluruhan, kesejahteraan petani di desa Sumbersekar sudah baik, tampak dari rumah-rumah petani yang sudah layak huni dan juga usaha petani yang sudah merembat ke beragam sektor. Itu artinya petani sudah memiliki modal yang cukup untuk menjalankan usaha diluar sektor pertanian.

4.2 SaranRendahnya kualitas pendidikan di Desa Sumbersekar tidak terlepas dari masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Rendahnya perekonomian masyarakat membuat sebagian orang harus meninggalkan pendidikan dan memilih untuk bekerja serta pandangan hidup masyarakat yang masih belum menyadari arti penting dari pendidikan menyebabkan masyarakat enggan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.Dengan adanya layanan pendidikan dan pelatihan diharapkan para petani dapat mengendalikan produk pangan sejak dari produksi, distribusi serta pengelolaan pendapatan mereka. Oleh karena itu, peran sarjana pertanian serta pemerintah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas SDM petani yang memiliki daya saing tinggi serta berpartisipasi aktif terhadap permasalahan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.Departemen Pertanian. 2005c. Rumusan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2006. Jakarta, 11-12 Mei 2005. Farthany,firdiana. Peranan Pertanian Dalam Perekonomian Nasional. 31 mei 2015. http://firdianafarhatany.blogspot.com/2011/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.Iqbal, M. Dan T. Sudaryanto. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Prespektif Kebijakan Pembangunan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No. 2, Juni 2008: 155-173.Meier, G.M. 1995. Leading Issues in Economic Development. Oxford University Press. New York.Raharditya, R. 2010. Sistem Ketahanan Pangan. Jakarta : Pustaka Mandiri.Ratnawati, A., R. Oktaviani, dan Sahara. 2004. Dampak Restrukturisasi Perbankan dan Peningkatan Produktivitas Pertanian terhadap Kinerja Ekonomi Makro, Sektor Pertanian, dan Distribusi Pendapatan di Indonesia. Laporan Akhir Hibah Bersaing XI/3 Tahun Anggaran 2003-2004. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.Simatupang, P. 1997. Akselerasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Melalui Strategi Keterkaitan Berspektrum Luas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.Simatupang, P. dan N. Syafaat. 2000. Strategi Pembangunan Ekonomi Nasional: Industrialisasi Berbasis Pertanian. Makalah dalam Konggres XIV ISEI, 21-23 April 2000. Makasar.Siregar, H. 2003. Changes in Farmer Terms of Trade and Agricultural Net-Barter Terms of Trade: An Empirical Analysis. Jurnal Manajemen dan Agribisnis, Vol. 1 No. 1, April 2003: 1-19.Sudaryanto, T. Dan A. Munif. 2005. Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian. Agrimedia, Volume 10 No. 2, Desember 2005.Sudaryanto, T., P. Simatupang, dan K. Kariyasa. 2005. Konsep Sistem Usaha Pertanian, serta Peranan BPTP dalam Rekayasa Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 3 No. 3, Desember 2005: 349-366.Suhendra, E.S. 2004. Analisis Struktur Sektor Pertanian Indonesia: Analisis Model Input-Output. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 2, Jilid 9, Tahun 2004: 55-65.Suryana, A. 2006. Sambutan Kepala Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian pada Seminar Sehari Kinerja Pembangunan Pertanian 2006 dan, Prospek 2007 pada tanggal 20 Desember 2006 di Jakarta.Tabloid Sinar Tani. http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news %5D=1693&cHash=8444434b75be38185d56ca3e387075f2. Diakses pada hari Selasa, 03 Februari 2015, 11:27 WIB.

1