laporan fieldtrip geostruk

34
LAPORAN FIELDTRIP PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR Disusun Oleh: RINALDY RIZKY AUFAHAQ 125090707111021 Asisten : Mochamad Sulton Farkhan PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

Upload: aldyrizk

Post on 20-Sep-2015

238 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan di coban rondo, batu, malang

TRANSCRIPT

  • LAPORAN FIELDTRIP PRAKTIKUM

    GEOLOGI STRUKTUR

    Disusun Oleh:

    RINALDY RIZKY AUFAHAQ

    125090707111021

    Asisten : Mochamad Sulton Farkhan

    PROGRAM STUDI GEOFISIKA

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

    ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2014

  • i

    LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN PRAKTIKUM FIELDTRIP GEOLOGI STRUKTUR

    NAMA : RINALDY RIZKY AUFAHAQ

    NIM : 125090707111021

    TANGGAL LAPORAN MASUK :

    Korektor Asisten

    MOCHAMAD SULTON FARKHAN MOCHAMAD SULTON FARKHAN

    125090701111007 125090701111007

    Co. Asisten

    NIRWANSYAH EKA BIMATARA

    125090707111001

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas ridho-Nya sejak melakukan

    praktikum, kuliah lapangan Geologi Struktur hingga laporan ini dapat tersusun. Pada kesempatan

    kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

    penulis dalam melancarkan pengerjaan laporan ini. Pertama-tama ingin mengucapkan kepada

    kedua orang tua penulis yang telah memberikan semangat melalui kasih sayang dan doanya.

    Kepada Bapak Adi Susilo selaku dosen mata kuliah geologi. Terima kasih kepada mas

    Mochamad Sulton Farkhan selaku asisten praktikum geologi struktur dan tak lupa terima kasih

    kepada teman-teman seperjuangan geologi struktur yang telah menemani penulis selama

    perkuliahan dan praktikum di kampus.

    Penulis sadar laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima

    saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sekalian. Penulis berharap pembaca

    memaklumi segala kekhilafan yang penulis lakukan selama penulisan laporan ini. Penulis juga

    berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Amin.

    Malang, 15 Desember 2014

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

    1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2

    1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

    BAB III METODOLOGI

    3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan ................................................................................ 18

    3.2 Peralatan yang digunakan ......................................................................................... 18

    3.3 Tata Laksana Praktikum ........................................................................................... 20

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Litologi Batuan ......................................................................................................... 22

    4.2 Penggunaan Alat ....................................................................................................... 23

    4.3 Kondisi Fisiografi, Stratigrafi, dan Struktur Geologi di Coban Rondo .................... 25

    BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 27

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 28

    LAMPIRAN ........................................................................................................................ 29

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Geologi Struktur merupakan studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh

    batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.

    Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi

    geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga

    dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik,

    lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya.

    Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya geologi

    struktur diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur bumi serta

    bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya struktur dan

    proses terbentuknya lipatan dan patahan. Selain itu, dengan mempelajari geologi

    struktur, kita dapat mengetahui proses kejadian jebakan sumber daya geologi seperti

    air, minyak bumi, gas, dan mineral lainnya. Dengan mengetahui jenis struktur yang ada,

    seperti lipatan atau sesar, kita dapat mengetahui keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik.

    Adanya praktikum lapang geologi struktur ini untuk mengetahui bentuk dan struktur

    geologi khususnya struktur patahan dan lipatan dipermukaan bumi secara nyata, proses terbentuk

    dan faktor-faktor yang memengaruhinya sehingga mahasiswa tidak hanya membayangkan

    bagaimana proses terbentuknya patahan dan lipatan dipermukaan bumi, adanya singkapan dan

    karakteristik suatu batuan, serta proses terjadinya di alam bebas. Tetapi dapat melihat langsung

    fenomena pembentukan patahan, lipatan, batuan, dan lain sebagainya secara nyata. Faktanya

    teori yang diperoleh di perkuliahan tidak sama dengan karakteristik bentuk permukaan bumi

    maupun karakteristik di alam secara nyata, sehingga perlu adanya pemahaman dilapangan

    mengenai faktor-faktor perbedaan yang terjadi di alam dengan teori yang diajarkan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Apa yang dimaksud dengan Lipatan dan Patahan?

    Bagaimana proses terbentuknya Patahan dan Lipatan?

    Faktor apa saja yang menyebabkan adanya lipatan dan patahan dipermukaan bumi?

  • 2

    Apa saja jenis-jenis lipatan dan patahan?

    Dimana contoh terjadinya lipatan dan patahan?

    Bagaimana cara menggunakan peralatan geologi struktur?

    Bagaimana cara membaca peta geologi?

    1.3 Tujuan

    Memahami konsep geologi struktur mengenai patahan dan lipatan

    Mengidentifikasi proses terbentuknya patahan dan lipatan, faktor penyebab adanya

    patahan dan lipatan serta jenis patahan dan lipatan.

    Mengaplikasikan teori patahan dan lipatan dengan studi kasus dilapangan secara nyata.

    1.4 Manfaat

    Manfaat dari adanya praktikum geologi struktur ini agar praktikan memahami konsep

    dasar mengenai patahan dan lipatan mulai dari proses terbentuk hingga jenis-jenis lipatan

    sehingga dapat mengaplikasikannya dengan kejadian patahan dan lipatan dipermukaan bumi

    secara nyata.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bentuk-bentuk permukaan bumi yang tampak saat ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi

    melalui berbagai proses pembentukan permukaan bumi yang memaka waktu lama. Perubahan

    permukaan bumi disebabkan oleh tenaga geologi yang terdiri atas tenaga endogen (tenaga yang

    berasal dari dalam bumi) dan tenaga eksogen (tenaga yang berasal dari luar bumi).

    Tenaga endogen sering pula disebut sebagai tenaga tektonik. Tenaga endogen terdiri atas

    proses diatropisme (proses struktural yang mengakibatkan terjadinya lipatan dan patahan) dan

    vulkanisme (gejala alam yang berhubungan dengan kegiatan gunung api). Salah satu proses

    pembentukan bumi yang berasal dari tenaga didalam bumi yakni proses diatropisme. Diatropisme

    merupakan proses strutural yang menyebabkan adanya proses lipatan dan patahan

    (Ruhimat,dkk.2006).

    1. Lipatan

    Tenaga endogen berupa tekanan sering terjadi di dalam struktur lapisan-lapisan batuan

    pembentuk kulit bumi. apabila tekanan terhadap lapisan batuan ini arahnya mendatar dan

    bertumbukan, permukaan bumi akan melipat sehingga membentuk puncak dan lembah.

    2. Patahan

    Selain menyebabkan bentuk struktural lipatan, proses diatropisme dapat pula

    mengakibatkan struktur lapisan-lapisan batuan retak-retak dan patah. Lapisan batuan yang patah

    ini mengalami amblesan membentuk lembah patahan dan ada pula yang terangkat membentuk

    puncak patahan. Puncak patahan dinamakan horst, sedangkan lembah patahan dinamakan graben

    (Ruhimat,dkk.2006).

    Patahan adalah proses perubahan posisi batuan akibat bekerjanya tenaga endogen yang

    menekan struktur batuan keras sehingga antara struktur batuan satu dan lainnya menjadi patah

    dan terpisah. Biasanya patahan terjadi karena adanya gaya endogen yang bergerak dengan cepat

    dan mengenai struktur batuan yang kurang elastis. Pada umumnya patahan dapat dibedakan

    menjadi beberapa bentuk. Jenis jenis patahan yakni sebagai berikut :

    1) Patahan turun (normal fault)

    Patahan yang arah lempeng batuannya mengalami penurunan yang mengikuti arah gaya

    berat.

  • 4

    2) Patahan naik (reverse fault)

    Patahan naik adalah patahan yang arah lempeng batuannya bergerak naik berlawanan

    dengan arah gaya berat.

    3) Patahan geser (strike slip fault)

    Patahan geser adalah patahan yang arah lempeng batuannya mengalami pergeseran dan

    arahnya berlawanan dengan lempeng batuan lainnya (bergerak horizontal). Patahan ini

    disebabkan karena adanya 2 gaya yang berbeda dan berlawanan

    arah.(Sugiharyanto,2007).

    (a). patahan turun(b). Patahan naik (c). Patahan geser

    Gambar 2.1. jenis patahan

    (Noor,2009).

    Berbagai tipe patahan dapat menyebabkan beragamnya bentuk muka bumi, seperti graben,

    horst, dan fault scarp. Lapisan tanah yang lebih rendah dari sisi kiri dan kanan akibat terjadinya

    patahan disebut graben. Sedaangkan lapisan tanah yang lebih tinggi dari sekelilingnya dan terjadi

    sebagai akibat dari adanya patahan disebut horst.Fault scarp merupakan diding terjal yang

    dihasilkan oleh adanya patahan dengan patahan yang salah satu blok bergerak ke atas. Sedangkan

    patahan kompleks terjadi akibat bekerjanya tenaga endogen sehingga menghasilkan retakan,

    patahan naik, patahan turun, dan patahan geser. Patahan kompleks dapat menyebabkan terjadinya

    pegunungan blok. (Noor, 2009).

    Gambar 2.2. horst dan graben.

  • 5

    Sedangkan lipatan terjadi karena adanya tekanan horizontal yang berlawanan pada suatu

    lapisan batuan. Tekanan tersebut biasanya lemah tetapi berlangsung terus menerus dalam jangka

    waktu yang lama. Akibatnya, lapisan batuan menjadi melengkung membentuk suatu lipatan.

    (Sugiharyanto, 2007).

    Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, jens lipatan dibedakan atas

    lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung, lipatan monoklin, lipatan rebah yang berubah

    menjadi sesar sungkup, dan lipatan isoklin.

    Gambar 2.3. jenis-jenis lipatan

    (Utoyo,2007).

    a. Lipatan tegak

    Lipatan tegak yakni lipatan yang mempunyai antiklinal dan sinklinal dengan letak yang

    simetrik. Terdapat sumbu lipatan disampingnya. Lipatan jenis ini terjadi sebagai akibat

    adanya dua tenaga yang bertemu degan kekuatan yang seimbang.

    b. Lipatan miring

    Lipatan miring adalah lipatan yang mempunyai antiklinal agak miring. Lipatan ini dapat

    terjadi karena tekanan horizontal dari salah satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.

    c. Lipatan menggantung.

    Lipatan menggantung yakni lipatan yang mempunyai antiklinal dan sinklinal yang miring

    dan lebih miring dibandingkan dengan lipatan miring. Lipatan ini terjadi sebagai akibat

    dari adanya tekanan horizontal dari salah satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.

    d. Lipatan rebah

    Lipatan rebah adalah lipatan yang terjadi sebagai akibat dari adanya tekanan kuat yang

    mendorong bagian dasar lipatan, sehingga antiklinalnya rebah. Lipatan ini dapat terjadi

    akibat adanya gaya horizontal dari satu arah. Lipatan rebah dapat menjadi patahan atau

    sesar sungkup apabila gaya yang bekerja pada lapisan tersebut sangat kuat dan terus

    menerus hingga melewati batas elastisitas lapisan batuan tersebut hingga patah. (utoyo,

    2007)

  • 6

    Gambar 2.4. jenis lipatan. (a).lipatan tegak, (b).lipatan miring, (c). Lipatan menggantung,

    (d). Lipatan isoklinal.

    (Utoyo,2007).

    Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan

    sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam bahan

    tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah struktur bidang, misalnya

    bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat

    dari deformasi terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk

    (distorsi) dan perputaran (rotasi). Lipatan terbentuk bilamana unsur yang telah ada sebelumnya

    berubah menjadi bentuk bidang lengkung atau garis lengkung.

    Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan Sinklin adalah

    bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung

    ke arah atas.

  • 7

    Gambar 2.5 Bagian Bagian Lipatan

    Limb (sayap) : bagian lipatan yang terletak down-dip dimulai dari lengkung maksimum

    suatu antiklin atau up-dip dimulai dari lengkung suatu sinklin.

    Hinge : titik pelengkungan maksimum pada lapisan yang terlipat.

  • 8

    Crest : titik puncak tertinggi dari lipatan.

    Trough : titik dasar terendah dari lipatan.

    Core : pusat lipatan.

    Inflection : pertengahan antara dua pelengkungan maksimum atau dua pelengkungan

    yang berlawanan.

    Axial line : garis khayal yang menghubungkan titik-titik pelengkungan maksimum pada

    setiap permukaan lapisan. Disebut juga hinge line.

    Axial surface : disebut juga hinge surface; bidang khayal yang memuat semua axial line

    atau hinge line. Bidang ini pada beberapa lipatan dapat merupakan bidang planar

    sehingga dinamakan axial plane.

    Crestal line : suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap

    permukaan suatu antiklin.

    Crestal surface : bidang khayal yang memuat semua crestal line suatu antiklin.

    Trough line : adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah pada

    suatu sinklin.

    Trough surface : bidang khayal yang memuat seluruh trough line suatu sinklin.

    Plunge : sudut penunjaman dari axial line yang diukur terhadap bidang horisontal. Sudut

    ini terletak pada bidang vertikal.

    Bearing : sudut horisontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan menyatakan arah

    penunjaman axial line.

    Pitch : sudut antara axial line dengan bidang atau garis horisontal yang diukur pada axial

    plane/surface.

    Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :

    1). Lipatan simetris: bidang sumbu vertikal

    Gambar 2.6 Lipatan simetris

    2.) Lipatan asimetris: bidang sumbu miring

  • 9

    Gambar 2.7 Lipatan asimetris

    3.) Lipatan overturned atau overfold: bidang sumbu miring namun kedua sayap telah

    miring kearah yang sama dengan besar sudut yang berbeda.

    Gambar 2.9 Lipatan overturned atau overvold

    4.) Lipatan rebah atau recumbent fold: bidang sumbu horizontal.

    Gambar 2.10 Lipatan rebah atau recumbent fold

    5.) Lipatan isoklinal: kedua sayap memiliki besar dip yang sama dan miring kearah yang

    sama.

    Gambar 2.11 Lipatan isoclinal vertical

  • 10

    Gambar 2.12 Lipatan isoclinal miring

    Gambar 2.13 Lipatan isoclinal rebah

    6.) Lipatan chevron: hinge bersifat menyudut tajam.

    Gambar 2.14 Lipatan chevron

    7.) Lipatan kotak: crest bersifat lebar dan datar sehingga memiliki dua hinge pada kedua

    ujung crest.

    Gambar 2.15 Lipatan kotak

    8.) Lipatan kipas: kedua sayap bersifat overturned; pada antiklin kipas kedua sayap akan

    saling mendekat sedangkan pada sinklin kipas kedua sayap akan saling menjauh.

  • 11

    Gambar 2.16 Lipatan kipas

    9.) Kink band: varian dari lipatan chevron dengan panjang kedua limb yang saling berbeda.

    Gambar 2.17 Lipatan kink band

    10.) Monoklin: terbentuk pada lapisan horisontal yang secara lokal memiliki kemiringan.

    Gambar 2.18 Lipatan monoklin

    11.) Teras struktural: terbentuk pada lapisan miring yang secara lokal memiliki lapisan

    horizontal.

    Gambar 2.19 Lipatan structural

    Berdasarkan Intensitas Lipatan

    Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan intensitas lipatan menjadi:

  • 12

    1. Open fold, yaitu lipatan yang lapisannya tidak mengalami penebalan atau penipisan karena

    deformasi yang lemah.

    2. Closed fold, yaitu lipatan yang lapisannya mengalami penebalan dan penipisan karena

    deformasi yang kuat.

    3. Drag fold, yaitu lipatan lipatan kecil yang terbentuk pada sayap lipatan yang besar akibat

    terjadinya pergeseran antara lapisan kompeten dan lapisan tak kompeten

    Berdasarkan Pola Sumbu Lipatan

    Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan pola sumbu lipatan menjadi:

    1. En echelon fold, yaitu beberapa lipatan yang sifatnya local dan saling overlap satu dengan

    yang lain.

    2. Culmination dan depression, yaitu lipatan lipatan yang menunjam pada arah yang

    berbeda, sehingga terjadi pembubungan (culmination) dan penurunan (depression).

    3. Anticlinorium, yaitu antiklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih kecil.

    4. Synclinorium, yaitu sinklin yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih kecil.

    Berdasarkan Sifat Lipatan dengan Kedalaman

    Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan sifat lipatan dengan kedalaman

    menjadi:

    1. Similar fold, yaitu lipatan yang tiap lapisannya lebih tipis pada sayapnya dan lebih tebal

    pada hings nya.

    2. Pararel/concentric fold, yaitu lipatan dengan anggapan bahwa ketebalan lapisan tidak

    berubah selama perlipatan.

    3. Pierching/Diaphiric fold, yaitu lipatan dimana intinya yang aktif telah menerobos melalui

    batuan diatasnya yang lebih rapuh.

    4. Supratenous fold, yaitu lipatan yang terbentuk karena adanya perbedaan kompleks sedimen

    pada saat pengendapan terjadi di suatu punggung bukit.

  • 13

    5. Disharmonic fold, yaitu lipatan yang tidak seragam bentuknya dari lapisan ke lapisan.

    Berdasarkan Kedudukan Axial Surface dan Hings Line

    Turns dan Weiss, 1963 (Vide Hobbs et al, 1973) menggolongkan lipatan berdasarkan

    kedudukan axial surface dan hings line menjadi:

    1. Horizontal normal, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan hings line

    horizontal.

    2. Plunging normal, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan hings line

    menunjam.

    3. Horizontal inclined, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hings line

    horizontal.

    4. Plunging inclined, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hings line

    menunjam, tetapi jurus axial plane miring terhadap sumbu lipatan.

    5. Reclined, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hings line menunjam

    tetapi jurus axial plane tegak lurus terhadap sumbu lipatan.

    6. Vertical, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hings line vertikal.

    7. Recumbent, yaitu lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hings line horizontal.

    Gambar 2.20 Jenis Jenis lipatan yang terdapat di permukaan bumi (Noor, 2009).

  • 14

    Secara garis besar, gerakan tektonisme dapat dibedakan menjadi dua, yaitu epirogenesis

    dan orogenesis.

    a. Epirogenesis

    Epirogenesis merupakan suatu gerakan vertikal yang lambat dan meliputi daerah yang

    luas (benua).

    b. Orogenesis

    Orogenesis atau bisa disebut sebagai gerak pembentukan pegunungan merupakan gerakan

    tektonik yang meliputi daerah yang relatif sempit (regional). Orogenesis banyak dijumpai

    di dunia, sebagaimana terlihat dari penyebaran pegunungan.

    Gerak vertikal yang tidak merata disuatu daerah, khususnya yang berbatuan

    sedimen/endapan, akan menghasilkan perubahan struktur lapisan yang semula kurang lebih

    horizontal menjadi melengkung. Bila melengkung ke atas menjadi pegunungan yaitu

    geoantiklinal, dan bila ke bawah menghasilkan basin (cekungan) yaitu geosinklinal. Sehingga

    batuan sedimen biasa ditemukan di daerah yang mengalami pelipatan.(khosim dan kun,2007).

    Patahan terjadi karena tekanan yang sangat kuat. Tekanan yang melampaui titik patah

    batuan tak hanya membuat retak, tetapi juga menyebabkan terjadinya pergeseran posisi

    (displacement). Daerah sepanjang patahan umumnya merupakan daerah pusat gempa bumi,

    karena selalu mengalami pergeseran batuan kerak bumi di sepanjang bidang patahan. Bidang

    patahan umumnya berupa bidang miring. Dinding patahan yang letaknya diatas bidang patahan

    disebut atap sesar (hanging wall), dan yang letaknya di bawah disebut alas sesar (footwall).

    Adanya ai terjun juga dapat mengindikasikan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang

    mengalami patahan..(Khosim dan Kun,2007).

    Gambar 2.21. (a). patahan San Andreas, Kalifornia. (b). Jenis-jenis patahan. (Khosim

    dan Kun,2007).

  • 15

    Geologi Jawa timur dibagi atas beberapa zona, menurut van Bemmelen jawa timur dibagi

    atas 4 bagian antara lain :

    a Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern Mountains) : batuan pembentuknya terdiri atas

    siliklastik, volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat.

    b Zona Gunung Api Kuarter (Quartenary Volcanoes) : merupakan gunung aktiv

    c Zona Kendeng (Kendeng Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas Sekuen dari volkanogenik

    dan sedimen pelagik.

    d Zona Rembang (Rembang Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas endapan laut dangkal ,

    sedimen klastik , dan batuan karbonat. Pada zona ini juga terdapat patahan yang dinamakan

    Rembang High dan banyak lipatan yang berarah timur-barat

    Gambar 2.22 Fisiografi daerah Jawa Timur (van Bemmelen 1949)

    Hukum-hukum dasar geologi:

    a. Uniformitarianisme

    Uniformitarianisme merupakan konsep dasar geologi modern. Doktrin ini menyatakan

    bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini berlangsung juga

    pada masa lampau. Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi

    seperti yang kita amati saat ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi. Doktrin ini lebih

    terkenal sebagai The present is the key to the past dan sejak itulah orang menyadari bahwa

    bumi selalu berubah. Dengan demikian jelaslah bahwa geologi sangat erat hubungannya

  • 16

    dengan waktu. Pada tahun 1785, Hutton mengemukakan perbedaan yang jelas antara hal

    yang alami dan asal usul batuan beku dan sedimen. James Hutton berhasil menyusun urutan

    intrusi yang menjelaskan asal usul gunungapi. Dia memperkenalkan hukum superposisi yang

    menyatakan bahwa pada tingkatan yang tidak rusak, lapisan paling dasar adalah yang paling

    tua. Ahli paleontologi telah mulai menghubungkan fosil-fosil khusus pada tingkat individu

    dan telah menemukan bentuk pasti yang dinamakan indek fosil. Indek fosil telah digunakan

    secara khusus dalam mengidentifikasi horison dan hubungan suatu tempat dengan tempat

    lainnya (Noor, 2009).

    b. Hukum Superposisi

    1. Horizontalitas (Horizontality) : Kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan adalah

    horisontal, kecuali pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-dip) karena

    dasar cekungannya yang memang menyudut.

    2. Superposisi (Superposition) : Dalam kondisi normal (belum terganggu), perlapisan suatu

    batuan yang berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan

    tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.

    3. Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) : Pelamparan suatu lapisan batuan akan

    menerus sepanjang jurus perlapisan batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan

    suatu lapisan batuan sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan

    bahwa perlapisan batuan tersebut berubah facies. Dengan demikian, konsep perubahan facies

    terjadi apabila dalam satu lapis batuan terdapat sifat, fisika, kimia, dan biologi yang berbeda

    satu dengan lainnya (Noor,2009).

    c. Unconformity

    Ketidak Selarasan (Unconformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis

    batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak menerus), yang

  • 17

    disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Dalam geologi dikenal 3 (tiga) jenis

    ketidak selarasan, yaitu

    1) Disconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu

    lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya)

    yang dibatasi oleh satu rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu dimana tidak

    terjadi pengendapan).

    2) Angular Unconformity (Ketidakselarasan Bersudut) adalah salah satu jenis

    ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan

    satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya), memiliki hubungan/kontak yang

    membentuk sudut.

    3) Nonconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu

    lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan beku atau metamorf (Noor,2009).

  • 18

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Praktikum Geologi Struktur ini dilakukan sebanyak 3 kali, dengan rincian 2 kali

    praktikum teori (pengenalan alat dan struktur geologi) dan 1 kali praktikum kuliah lapang.

    Praktikum teori dilaksanakan di Lantai Dasar Gedung Rektor pada tanggal 1 Oktober 2014 pukul

    16.00 WIB dan di Lapangan Rektorat pada 15 Oktober 2014 tanggal pukul 16.00 WIB.

    Kemudian praktikum kuliah lapangan Geologi Struktur di Coban Rondo, Kecamatan Pujon,

    Kabupaten malang. Tepatnya pada koordinat titik S: 070 53

    02 , 35 E: 1120 28 34, 66 pada

    tanggal 13 Desember 2014.

    3.2 Alat dan Bahan

    Peralatan yang digunakan dalam melakukan praktikum geologi struktur secara

    keseluruhan adalah sebagai berikut:

    1. GPS

    Instrumen yang digunakan untuk menentukan letak di permukaan bumi

    dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit.

    Gambar 3.2.1 GPS

  • 19

    2. Palu Geologi

    Palu Geologi terdapat dua macam, yaitu palu batuan beku dan palu batuan

    sedimen. Palu batuan beku berujung runcing dan umumnya dipakai untuk

    batuan keras, palu ini juga dapat dipakai untuk batuan metamorf. Palu batuan

    sedimen berujung lebar, umumnya dipakai untuk batuan berlapis seperti

    sedimen.

    Gambar 3.2.2 Palu Geologi (batuan beku)

    3. Kompas Geologi

    Alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis

    yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara

    akurat.

    Gambar 3.2.3 Kompas Geologi

  • 20

    4. Peta Geologi

    Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu

    daerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala yang

    menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur,

    stratigrafi, stuktur, tektonika,fisiografi dan sumberdaya mineral serta energi.

    5. Peta Dasar

    Digunakan untuk mengetahui gambaran secara garis besar terhadap daerah

    yang akan kita selidiki, sehingga dapat memudahkan penelitian lapangan.

    6. Papan dada

    Digunakan sebagai alas untuk menulis, serta dapat digunakan untuk

    membantu menentukan strike dan dip pada suatu struktur.

    7. Alat tulis

    Digunakan untuk menulis sesuatu yang penting dan menggambar sketsa dari

    suatu bentuk struktur.

    8. Kamera

    Digunakan untuk mengambil dokumentasi saat praktikum berlangsung.

    3.3 Tata Laksana Praktikum

    3.3.1 Praktikum 1

    Praktikum pertama dilaksanakan di lantai dasar Gedung Rektorat pada tanggal 1 Oktober

    2014 pukul 16.00 WIB. Pada pertemuan tersebut dilakukan praktikum tentang pengenalan alat

    dan cara menggunakannya, dimana alat yang digunakan adalah Palu geologi (batuan beku dan

    sedimen), Kompas, dan GPS. Praktikum dilakukan secara rolling berpindah ke tiap pos dengan

    alat yang berbeda. Setelah selesai praktikum diadakan pre-test.

    3.3.2 Praktikum 2

    Praktikum ketiga dilaksanakan di lapangan depan Gedung rektorat pada tanggal 15

    Oktober 2014 pukul 16.00 WIB. Pada pertemuan tersebut dilakukan praktikum tentang struktur

    geologi. Asisten praktikum menjelaskan tentang proses terjadinya struktur geologi mulai dari

  • 21

    rekahan, lipatan, hingga menjadi patahan. Kemudian tentang litologi batuan, asisten praktikum

    menjelaskan tentang simbol-simbol litologi dari batuan. Lalu, setelah itu praktikan menjelaskan

    secara singkat dari studi kasus tentang suatu struktur geologi dari sebuah jurnal yang merupakan

    tugas yang telah diberikan sebelumny.

    3.3.3 Praktikum 3 (Fieldtrip)

    Praktikum fieldtrip ini dilaksanakan di Coban Rondo pada tanggal 13 Desember 2014.

    Berangkat dari Fakultas MIPA Universitas Brawijaya pukul 06.15 WIB sampai di Coban Rondo

    sekitar pukul 07.05 WIB. Sesampainya disana langsung diberikan briefing oleh Bapak Sunaryo,

    kemudian dilanjutkan ke lokasi praktikum. Praktikum fieldtrip kali ini hanya melakukan praktek

    penggunaan alat seperti yang dijelaskan pada Praktikum yang pertama. Pertama praktikan

    mencoba mengambil sampel batuan dengan menggunakan palu geologi. Kedua praktikan

    mencoba menentukan nilai strike dan dip pada suatu struktur geologi (tetapi dilakukan pada

    bongkahan batuan). Ketiga praktikan melakukan penentuan posisi dengan koordinat UTM

    menggunakan GPS dan menentuan litologi di sekitar lokasi dengan bantuan peta geologi. Lalu

    setelah melakukan praktikum semua praktikan melakukan makan bersama dengan kelompoknya

    masing-masing. Kemudian kembali ke Universitas Brawijaya sekitar pukul 10.15 WIB.

  • 22

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Litologi Batuan

    Litologi merupakan deskripsi fisik komposisi dan tekstur suatu batuan. Secara umum

    litologi dibagi menjadi tiga, yaitu golongan batuan beku, golongan batuan sedimen, dan

    golongan batuan metamorf.

    Batuan beku dalam terbentuk dari magma yang membeku didalam perut bumi, sedangkan

    batuan beku luar terbentuk diatas permukaan bumi. Ciri-ciri batuan beku adalah

    teksturnyaberbentuk kristalin dan umumnya keras.

    Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses metamorphosis dari suatu

    batuan akibat pengaruh tekanan dan suhu yang ekstrim. Batuan sedimen adalah batuan yang

    terbentuk dari sedimen yang terendapkan dan mengalami proses kompaksi serta sementasi. Ciri-

    ciri batuan sedimen adalah tersusun atas fragmen batuan yang lainnya, pada umumnya

    teksturnya lunak.

    Untuk menggambarkan jenis litologi batuan biasanya digunakan simbol-simbol yang

    menunjukan jenis litologi dari suatu formasi batuan. Berikut ini gambar 4.1 adalah gambar

    simbol-simbol yang umum dipakai untuk mengidentifikasi litologi batuan.

    Gambar 4.1 Simbol-simbol litologi

  • 23

    Pada daerah praktikum di Coban Rondo telah ditemukan dan diidentifikasikan bahwa

    terdapat beberapa batuan pada daerah tersebut seperti breksi vulkanik, batu lempung, batu

    andesit, batu gravel dan batu tuff serta material sedimen. Andesit merupakan batuan beku yang

    bertekstur lebih halus dari diorite, terdiri dari feldspar terutama plagioklas, tetapi plagioklas sodik

    adalah tipe yang utama, dan kuarsa tidak ada, tetapi ada mineral gelap seperti hornblende atau

    augit. Jika hornblende atau augit yang banyak, maka batuannya disebut dengan andesit

    hornblende atau andesit biotit. Warna dari andesit abu-abu hijau, tetapi sering merah atau jingga.

    Andesit sulit dibedakan dengan desit, latit, dan tracit. Meskipun demikian kebanyakan andesit

    adalah porfitis. Jika banyak penokrisnya disebut dengan porfir andesit. Jikan tanpa penokris

    dengan absidian. Batu apung dari komposisi andesit juga diketemukan, demikian juga tuff andesit

    dan breksi andesit.

    4.2 Penggunaan Alat

    Palu geologi adalah palu khusus yang digunakan para geofisikawan untuk mengambil

    sampel batuan. Terdapat dua macam palu geologi, yaitu palu geologi untuk batuan beku (dapat

    digunakan untuk batuan metamorf) dan palu geologi untuk batuan sedimen. Palu batuan beku

    disebut juga pick point, karena berujung runcing dan umumnya dipakai untuk jenis batuan keras.

    Palu batuan sedimen disebut juga chisel point, karena berujung lebar dan umumnya dipakai

    untuk batuan berlapis seperti sedimen. Dalam mengambil sampel batuan usahakan pukul batuan

    dibagian yang mudah, jangan di bagian yang masih kompak. Batuan diinjak dengan

    menggunakan kaki, lalu wajah jangan terlalu dekat dengan batuan yang dipalu.

    Kompas adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis

    yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas

    memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Dengan

    menggunakan kompas kita dapat menentukan nilai strike dan dip dari suatu struktur geologi.

    Berikut ini cara menentukan strike dengan menggunakan kompas geologi:

    1. Cari bidang batuan yang agak rata (dapat menggunakan bantuan papan dada) 2. Tempelkan sisi E (east) badan kompas ke bidang batuan dengan lengan kompas

    searah strike

    3. Atur badan kompas hinggan gelembung udara pada bulls eye tepat di tengah 4. Tekan tombol kecil yang berada di badan kompas untuk mengunci posisi jarum

    kompas

    5. Baca derajat yang ditunjukkan oleh jarum utara (N)

  • 24

    Berikut ini cara menentukan dip dengan menggunakan kompas geologi:

    1. Tempelkan sisi W (west) badan kompas ke bidang batuan dengan lengan kompas tegak lurus dengan strike

    2. Lalu atur level tabung klinometer hingga tepat di tengah dengan tuas yang berada di belakang badan kompas

    3. Baca derajat yang ditunjukkan derajat klinometer

    Gambar 4.2 Praktikan menggunakan kompas untuk menentukan strike dan dip

    GPS atau Global Positioning System merupaka alat yang digunakan untuk menentukan

    letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24

    satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima oleh alat

    penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu.

    Sebelum kita menentukan titik posisi, udah dahulu letak koordinat menjadi UTM.

    Pertama, GPS dinyalakan dengan menekan tombol power. GPS akan menyala, dan akan

    menunjukan halaman satelit. Pilih menu, lalu ke bagian unit ganti koordinat menjadi UTM. Lalu

    balik lagi ke halaman awal, beberapa saat kemudian GPS mencari sinyal satelit dengan

    terhubung pada tiga satelit atau lebih. Hal ini tampak pada layar GPS. Setelah itu muncul menu

    utama pada layar GPS. Untuk mengetahui koordinat dipilih menu mark. Pada menu tersebut

    akan muncul informasi koordinat lokasi beserta ketinggiannya. Koordinat yang didapat yakni

    posisi 07533.73S ;1122837.78E dengan elevasi 1426 mdpl.

  • 25

    Langkah berikutnya dalam praktikum ini yaitu dilakukan pembacaan peta geologi. Hal ini

    dilakukan agar dapat mengetahui umur batuan, litologi batuan penyusun lapisan dan lokasi

    daerah berdasar kondisi geologi daerah sekitar. Pada pembacaan peta geologi ini digunakan peta

    geologi daerah Kediri. Pertama yang dilakukan yaitu mencari posisi lokasi praktikum pada peta

    dengan cara melihat titik koordinat lintang, bujur dan ketinggian sesuai hasil pembacaan GPS.

    Kemudian dilihat ketinggian lokasi praktikum pada peta geologi sesuai hasil pengukuran GPS.

    Kemudian setelah mengetahui lokasi praktikum pada peta geologi, tanda pada peta dilihat

    kemudian dikorelasikan dengan keterangan yang terletak di bagian pojok kiri bawah peta. Tanda

    pada peta berupa nama untuk satuan batuan. Nama tersebut digunakan untuk mengetahui jenis

    batuan penyusun lapisan beserta umur pembentukan.

    4.3 Kondisi Fisiologi, Stratigrafi, dan Struktur Geologi di Coban Rondo

    Kondisi lahan di Kabupaten Malang bagian utara relatif subur, sementara di sebelah

    selatan relatif kurang subur. Masyarakat Kabupaten Malang umumnya bertani, terutama yang

    tinggal di wilayah pedesaan sebagian lainnya telah berkembang sebagai masyarakat industri.

    Keadaan tanah di wilayah Kabupaten Malang berbeda-beda menurut letaknya yaitu :

    1. Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas dan cocok untuk industri.

    2. Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, sehingga cocok untuk pertanian

    3. Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang kurang subur dan

    4. Bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah pendidikan

    Batuan tertua yang menyusun lajur pegunungan selatan Jawa Timur adalah kelompok

    batuan malihan Pra Tersier dan batuan sedimen Eosen yang diterobos oleh batuan diorit Eosen.

    Kelompok batuan yang relatif lebih muda didominasi oleh perselingan antara batuan vulkanik

    andesitan dengan vulkanik klastik dan batuan sedimen berumur Oligo Miosen sampai dengan

    Miosen Tengah yang ditutupi batugamping Miosen dengan beberapa terobosan batuan andesit,

    trakhit, tonalit, dasit, granodiorit dan diorit (Oligosen), batuan granodiorit dan diorit (Miosen)

    dan batuan andesit dan dasit (Mio-Pliosen). Batugamping yang menutupinya seringkali

    berkembang sebagai fasies terumbu seperti yang dijumpai di daerah selatan Malang. Pegunungan

    Selatan didominasi oleh topografi karst yang umurnya relatif muda, kemungkinan merupakan

    hasil pengangkatan Kuarter pada sayap bagian selatan dari rantai volkanik modern. Batuan

  • 26

    andesit dan dasit Mio-Pliosen menerobos batuan gunungapi Oligo-Miosen yang kemungkinan

    menyebabkan terjadinya ubahan kuat dan mineralisasi logam.

    Patahan adalah rekahan atau retakan pada batuan yang telah mengalami pergeseran.

    Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yg menyebabkan

    satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain. Patahan terjadi ketika suatu batuan

    mengalami retakan terlebih dahulu yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan

    batuan yang mendapatkan gaya sehingga timbul adanya retakan (fracture). Tekanan yang

    diberikan mampu memberikan perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat lama dan

    hingga memberikan gerakan sebesar seperseratus sentimeter dan bahkan sampai beberapa meter.

    Ketika ini terjadi, maka akan timbul sebuah gaya yang sangat besar yang berdampak getaran bagi

    sekitarnya saat suatu batuan mengalami patahan atau yang sering kita sebut dengan gempa. Arah

    pergerakan pada suatu patahan tergantung pada kekuatan batuan. Patahan diakibatkan oleh

    batuan yang ditekankan atau mendapatkan gaya yang pada umumnya dalam bentuk tekanan

    (pada umumnya membentuk lipatan) yang kemudian batuan dapat pecah. Patahan adalah istilah

    yang menandai adanya gaya tekan atau tekanan dan terjadi secara alami yang geometris. Patahan

    dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Berdasarkan

    pergerakan bagian atau blok yang terpatahkan, patahan dibedakan menjadi patahan naik (reverse

    fault), turun (normal fault), geser (strike slip fault), dan diagonal (oblique slip fault).

    Berdasarkan pengamatan, dapat dianalisis bahwa pada daerah coban rondo ini terdapat

    sesar tampak (sesar yang dapat diamati secara langsung pada permukaan bumi) dimana terdapat

    bidang geser yang membagi daerah menjadi dua bagian yakni ada bagian yang naik dan ada

    bagian yang turun. Sesar ini termasuk jenis normal fault atau sesar turun. Sesar normal ini

    terbentuk akibat adanya gaya ekstensional sehingga pada bagian tertentu gaya gravitasi lebih

    dominan. Bisa jadi dahulu kala pada daerah Coban Rondo ini terdapat sungai yang alirannya

    cukup deras kemudian karena ada suatu gaya yang bekerja menyebabkan adanya pergeseran

    bidang sehingga terjadilah patahan. Ada bagian bidaang yang relatif turun terhadap bidang

    lainnya. Maka pada daerah ini terdapat air terjun. Dikatakan sebagai sesar normal karena

    Hanging-wall bergerak ke bawah terhadap Foot-wall.

  • 27

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan. Setelah melakukan

    praktikum mengenai analisis struktur geologi di Coban Rondo, praktikan dapat menyimpulkan

    bahwa kawasan Coban Rondo terbentuk pada masa kuarter menurut peta geologi dan batuan

    yang ada. Pada kawasan ini telah tersingkap beberapa lapisan batuan seperti lapisan batuan

    breksi vulkanik pada lapisan paling atas, lapisan batuan gravel dan lapisan batuan tuff, batuan

    clay serta batuan andesit juga ditemukan. Daerah Coban Rondo dapat dijadikan sebagai

    pemodelan patahan normal karena kawasan ini jika dilihat secara lokal mirip kawasan patahan.

    Seorang Geophysicist haru dapat menggunakan alat-alat dasar geologi seperti kompas,

    palu, GPS, dan membaca peta geologi, karena hal tersebut sangat penting serta menjadi dasar

    untuk melakukan akuisisi dengan metode geofisika apapun.

    5.2 Saran

    Sebaiknya praktikan sarapan (makan) terlebih dahulu sebelum melalukan fieldtrip agar

    tidak pingsan karena kelelahan.

  • 28

    DAFTAR PUSTAKA

    Bemmelem, V. 1949. The Geology of Indonesia.Government Printing Office, the Hague.

    Haryanto,I.,dkk. 2011. Struktur Lipatan Anjakan Daerah Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Bulletin of

    Scientific Contribution, Volume 9, Nomor 1, April 2011: 1-7

    Khosim.A,Kun.M. 2007. Geografi.Erlangga.Jakarta

    Natawidjaja.D.H.,W.Triyoso. 2007. The Sumatran Fault Zone-From Source ToHazard. Journal of

    Earthquake and Tsunami, Vol. 1, No. 1:21-47.

    Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Graha Ilmu. Bogor.

    Ruhimat,M. dkk. 2006. Bentuk Muka Bumi. Erlangga. Jakarta.

    Sugiharyanto. 2007. Geografi Bentuk Muka Bumi. Yudhistira. Jakarta.

    Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka Wawasan Cakrawala Dunia. Setia Purnama Inves. Bandung

  • 29

    LAMPIRAN

  • 30