khazanah leksikon lingkungan alam …...kepala desa bakungan, kepala desa banjarsari, kepala desa...

58
KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK NI NYOMAN SARMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 DISERTASI

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

i

KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM

DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR

BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK

NI NYOMAN SARMI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

DISERTASI

Page 2: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

ii

KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM

DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR

BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK

NI NYOMAN SARMI

NIM0890171007

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

DISERTASI

Page 3: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

iii

KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM

DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR

BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor

pada Program Doktor, Program Studi Linguistik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI NYOMAN SARMI

NIM 0890171007

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 4: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

iv

LEMBAR PENGESAHAN

DISERTASI INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL,13 JULI 2015

Promotor,

Prof. Dr. Aron Meko Mbete

NIP 194707231979031002

Kopromotor I, Kopromotor II,

Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, MA.Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A.

NIP 195212251979031004 NIP1962020288032001

Mengetahui,

Ketua Program Doktor Linguistik

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. Aron Meko Mbete

NIP 19470723 197903 1 002

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K).

NIP 19590215 1985 102 001

Page 5: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

v

Disertasi ini telahdiuji pada Ujian Tertutup pada

Tanggal,21 April 2015

Panitia Ujian Disertasi, Berdasarkan SK Rektor Universitas

Udayana Nomor : 945/UN.14.4/HK/2015

Tanggal30Maret2015

Susunan Panitia Penilai Disertasi Program Doktor (S-3) Linguistik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Ketua :Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A.

Anggota :

1. Prof. Dr. Aron Meko Mbete (Promotor)

2. Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A, (Kopromotor I)

3. Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A., (Kopromotor II)

4. Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D.

5. Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum.

6. Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.

7. Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.

Page 6: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

vi

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Ni Nyoman Sarmi

NIM : 0890171007

Program Studi : Pendidikan Doktor (S-3) Linguistik Program

Pascarjana Universitas Udayana.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat.Apabila

dikemudian hari ternyata terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan PERMENDIKNAS RI No.17 Tahun

2001 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.

Denpasar, 7Juli 2015

Saya yang membuat

pernyataan,

Ni Nyoman Sarmi

Page 7: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Setelah melalui perjalanan dan perjuangan yang panjang serta melelahkan,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan desertasi ini. Karenanya, penulis

mengucapkan puji dan syukur ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa, Ida Sang Hyang

Widhi Wasa karena berkat karunia, rahmat serta bimbingan-Nya, disertasi ini

dapat diselesaikan. Di samping itu, penulis menyadari bahwa disertasi ini tidak

dapat terwujud seperti sekarang tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih pihak-pihak tersebut.

Pertama, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus

kepada Prof. Dr. Aron Meko Mbete, baik sebagai promotor, dosen, maupun

“Guru, Teman, Sahabat” yang telah mendorong penulis untuk melanjutkan studi

di Program Linguistik Pascasarjana Universitas Udayana, memberikan masukan

tentang teori ekolinguistik, mengusulkan untuk meneliti topik ini sehingga

penulis mendapatkan dana Hibah Disertasi Doktor,serta selalu memberi dorongan

serta membesarkan hati setiap mahasiswa yang merasa patah semangat karena

berbagai persoalan, baik masalah akademik maupun nonakademik. Rasa terima

kasih dan penghargaan yang tinggi juga ditujukan kepada Prof. Dr. Drs. Ida Bagus

Putra Yadnya, M.A., baik sebagai Kopromotor I, Pembimbing Akademik,

maupun sebagai dosen yang telah sepenuh hati dan keramahtamahan membimbing

dan mengarahkan penulis, baik dalam tahap penulisan proposal maupun pada

tahap penulisan disertasi. Hal yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. Ni

Page 8: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

viii

Nyoman Padmadewi, M.A., baik selaku Kopromotor II maupun sebagai figur

yang telah memberi dorongan kepada penulis untuk melanjutkan ke program

doktor serta memberi teguran dan saran manakala penulis merasa jenuh dan putus

asa dalam mengerjakan disertasi ini.

Selanjutnya, ucapan terima kasih ditujukan kepada Pemerintah Republik

Indonesia, terutama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, atas dukungan dana

berupa tunjangan belajar beasiswa BPPS; Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr.

dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEM.D, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor;

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A. A. Raka

Sudewi, Sp. S (K), Asistent Direktur I, Prof. Dr. Made Budiarsa, M. A., dan

Asisten Direktur II, Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph. D.; Ketua Program Doktor

Linguistik, Prof. Dr. Aron Meko Mbete dan Sekretaris Program Doktor

Linguistik, Dr. A. A. Putu Putra, M. Hum, yang telah memeberikan saran dan

motivasi selama penulis menempuh pendidikan di program ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga juga ditujukan

kepada tim penguji disertasi, Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Prof. Dr. Drs. Ida

Bagus Putra Yadnya, M.A., Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A., Prof. Dr.

Made Budiarsa, M.A., Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D., Prof. Dr. I Ketut

Darma Laksana, M.Hum, Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S., dan Dr. Made Sri

Satyawati, S.S., M.Hum., atas sumbangan pemikiran, saran, koreksi, kritikan,

serta sanggahan untuk penyempurnaan disertasi ini.

Page 9: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

ix

Selanjutnya, rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus juga ditujukan

kepada staf pengajar di Program Doktor Linguistik Universitas Udayana, Prof. Dr.

I Wayan Jendra, S.U., Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Prof. Drs. Ketut Artawa,

M.A., Ph.D., Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra

Yadnya, M.A., Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., Prof. Dr. I Wayan

Pastika, M.S., Prof. Dr. I G.M. Sutjaja, M.A., Prof. I Made Suastra, Ph.D., Prof.

Dr. N.L. Sutjiati Beratha, M.A., Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., Prof. Dewa

Komang Tantra, M.Sc., Ph.D., Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S., Dr. Anak Agung

Putu Putra, M.Hum.,dan Dr. Made Sri Satyawati, S.S., yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan linguitik pada masing-masing perkuliahan hingga penulis

memperoleh gelar doktor di bidang ini.

Rasa penghargaan dan terima kasih juga tujukan kepada Jajaran Rektorat,

terutama Wakil Rektor Bidang Akademik, Ir. M. Soemantoro, M.T., yang telah

banyak membantu penulis dalam menghadapi berbagai persoalan selama masa

studi lanjut; Dekan, Wakil Dekan, Ketua Program Studi beserta rekan-rekan dosen

di Fakultas Sastra, Universitas Dr. Soetomo atas segala bantuan, baik secara moral

maupun material, selama penulis melanjutkan studi di Universitas Udayana.

Terima kasih yang tulus dan mendalam juga penulis tujukan kepada para

senior dan rekan-rekan senasib dan seperjuangan di Program Doktor Linguistik

Universitas Udayana terutama untuk, Dr. I Ketut Jirnaya, M.Hum., Dr. Ni Made

Suryati, M.Hum., Dr. Agus Subianto, M.A., Dr. Dewa Putu Ramendra, M.Pd.,

Drs. I Gusti Ketut Alit Saputra, M.Hum., Dr. Ni Wayan Sartini, M.Hum., Dr. Ni

Ketut Mas Indrawati, M.A., Dr. Ni Wayan Sukarini, M.Hum., Dr. Wisman Hadi,

Page 10: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

x

M.Hum, Wawan Marhanjono Mustamar, S.S, M.Hum., Maryanti Etni

Mokoagouw, S.S., M.Ed., Dr. I Made Rajeg, M.Hum., Drs. Jekmen Sinulingga,

M.Hum., Dr. Majid Wajdi, M.Pd., beserta rekan-rekan lainnya yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, dorongan dan semangat, diskusi, serta

kebersamaan selama penulis menempuh studi di Program Doktor Linguistik,

Universitas Udayana.

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada pegawai/staf Program

Studi Doktor Linguistik, Program Pasacsarjana Universitas Udayana, yakni I

Nyoman Sadra, S.S., I Gusti Ayu Pt. Supadmini, I Ketut Ebuh, S.Sos., Nyoman

Adi Triani, S.E., Ida Bagus Suanda, S.Sos., Dra.Ni Nyoman Sumerti, dan Ni

Nyoman Sukartini, atas berbagai dukungan administratif dan keramahtamahan

yang diberikan kepada penulis selama menempuh studi program ini.

Terima kasih yang setinggi-tingginya, tulus, serta mendalam penulis

tujukan kepada I Nyoman Sukadana, S.Sos., S.Pd., M.B.A., dan Prof. Dr. Ni

Nyoman Padmadewi, M.A. serta kedua putra tercinta, I Gede Sukma Adisatria

Sukadana dan I Made Sukma Adisetiawan Sukadana, atas segala bantuan berupa

fasilitas tempat tinggal, baik di Denpasar maupun di Singaraja serta mengizinkan

penulis ikut bergabung dalam berbagai kegiatan sosial Yayasan Aura Sukma

Insani, seperti membimbing Guiding Program dan English Program sehingga

penulis dapat berinteraksi dengan berbagai kalangan yang terlibat dalam berbagai

kegiatan sosial yayasan tersebut.

Terima kasih yang tulus dan mendalam penulis juga sampaikan kepada

keluarga Bapak Ketut Jirnaya dan Mbok Kadek Suryati serta putra putri tercinta,

Page 11: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xi

atas persahabatan, persaudaraan, dorongan dan pertolongan mereka selama

penulis menempuh studi S3 di Universitas Udayana sehingga akhirnya penulis

dapat menyelesaikannya walau dengan waktu yang cukup lama.

Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam juga penulis ucapkan

kepada Prof. Dr. Santoso S. Hamijoyo, M.Sc., Ph. D. (alm), Rektor Universitas

Dr. Soetomo periode 2003-2007 dan Ibu Rochmaryani Santoso atas doa, suri

tauladan, motivasi, rasa persaudaraan dan persahabatan, serta pertolongan, baik

secara moral maupun material sejak kebersamaan mereka dan penulis di

Universitas Dr.Soetomo hingga nanti sehingga penulis mendapatkan banyak

pengalaman berharga.

Terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga juga penulis tujukan

kepada beberapa pihak di Kabupaten Banyuwangi, baik sebagai responden,

pembantu peneliti maupun informan penelitian, khususnya Kepala Desa

Kalipuro, Kepala Desa Glagah, Kepala Desa Kemiren, Kepala Desa Olehsari,

Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh,

Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan atas

ijin yang diberikan kepada penulis untuk pengambilan data penelitian di desa

mereka masing-masing; Drs. Aekanu Haryono, M.Pd., yang telah banyak

membantu penulis dalam mendokumentasikan beberapa flora yang ada di

lingkungan GTBU; Drs. Hasan Basri, M.Pd., yang telah mengizinkan penulis

untuk bermalam di rumah pada saat penulis mengumpulkan data di Desa Mangir

dan Aliyan, Kecamatan Rogojampi; Bapak A.A.Tahrim dan keluarga, Kepala

Desa Kemiren, yang pertama kali memperkenalkan segala sesuatu tentang budaya

Page 12: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xii

Using dan bahasa Using kepada penulis; Sesepuh dan Budayawan Using, Bapak

Hasnan Singodimayan, yang telah banyak memberi informasi kepada penulis

tentang situasi dan kondisi masyarakat dan budaya Banyuwangi umumnya dan

masyarakat Using khususnya; Sesepuh dan Ahli Tanaman Obat Suku Using,

Bapak Seraj, yang telah sangat banyak membantu penulis dalam menterjemahkan

leksikon flora dan fauna BU ke dalam BI; Bapak Johari Timbul dan Ibu, yang

membantu penulis dalam mengenal beberapa budaya dan adat istiadat Using;

Bapak Basuki, Ibu Raja Onah, Anang (Kakek), dan Adon (Nenek) yang telah

mengijinkan penulis untuk tinggal di rumah mereka dan menyediakan masakan

segar dan menyehatkan selama penulis mengumpulkan data di Kecamatan

Glagah; Adik Sri Hidayati dan keluarga yang telah sangat banyak membantu

penulis untuk mencari responden dan informan yang andal selama pengumpulan

data penelitian, di samping rasa persahabatan dan persaudaraan yang indah hingga

saat ini; dan Bapak Nepta, yang selalu siap mengantar penulis ke berbagai tujuan

selama pengumpulan data.

Terima kasih, rasa hormat, dan rasa saying sayang yang tak terhingga juga

penulis sampaikan untuk Ibunda Ni Nyoman Ladri dan Ayahanda I Ketut Rewen

(alm) atas kasih sayang, doa, dan cintanya kepada penulis. Terima kasih

mendalam juga penulis sampaikan kepada semua kakak (I Nengah Joter, I

Nyoman Kelemun, Ni Ketut Tantri, Ni Made Resik, dan Ni Ketut Dharmini) dan

para keponakan penulis ( Ni Nyoman Ariati, SS, I Wayan Suteja, I Made Sueka, I

Gde Mudana, ST, I Made Dedy Aryana, ST, drh. I Wayan Rudiyasa, I Made

Wirata, ST, Ni Putu Linda Sari, Ni Kadek Ardianik, dan Ni Nyoman Sandra Tri

Page 13: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xiii

Omeda) atas dukungan moral, spiritual, dan material yang tidak pernah henti yang

diberikan kepada penulis, khususnya pada saat penulis menghadapi berbagai

permasalahan.

Denpasar, 7 Juli 2015

Penulis

Ni Nyoman Sarmi

Page 14: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xiv

ABSTRAK

KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM DALAM DINAMIKA

GUYUB TUTUR BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK

Perubahan lingkungan alam, sosial, dan budaya telah menimbulkan

beberapa dampak pada bahasa Using (BU), termasuk pada tataran leksikon

lingkungan alam bahasa tersebut, yang mengakibatkan terjadinya dinamika

tingkat pemahaman dan penggunaan, kebertahanan, serta pergeseran leksikon-

leksikonnya. Adanya perubahan keadaan lingkungan seperti tersebut di atas

diprediksi memengaruhi karakteristik BU dan guyub tuturnya. Oleh sebab itu,

dirasa perlu untuk diadakan penelitian terkait dengan hal tersebut yang tujuannya

dapat dirumuskan, seperti (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk lingual

keberagaman leksikon lingkungan alam BU; (2) mendeskripsikan gambaran

keberagaman (diversity) leksikon BU yang mewadahi pengetahuan guyub tutur

bahasa Using tentang lingkungan alam daratan; (3) mendeskripsikan dinamika

pemahaman dan penggunaan leksikon-leksikon lingkungan alam antargenerasi

guyub tutur bahasa Using; dan (4) mendeskripsikan faktor-faktor yang

menyebabkan dinamika pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan alam

antargenerasi guyub tutur bahasa Using.

Penelitian ini didasarkan pada perspektif fenomenologis dengan

menerapkan dua pendekatan, yakni pendekatan kualitatif dan pendekatan

kuantitatif. Responden dari penelitian yang dilakukan di Kabupaten Banyuwangi

ini dikelompokan menjadi tiga, yakni usia remaja (15-30 tahun), dewasa (31-50

tahun), dan tua (51 tahun ke atas) yang berjumlah 63 orang dengan 728 leksikon

lingkungan alam BU yang berkategori nomina dan verba yang digunakan sebagai

sampel. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan empat metode, yakni

metode dokumentasi, wawancara, pengamatan berpartisipasi, dan kuesioner

(angket). Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif

yang selanjutnya disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa leksikon lingkungan alam BU sangat

beragam. Keberagaman tersebut direpresentasikan oleh keberagaman bentuk-

bentuk lingualnya, keberagaman berdasarkan kategori kata, cara penamaan, dan

relasi makna antara leksikon-leksikonnya. Sementara itu, dinamika leksikon

lingkungan alam BU ditunjukkan oleh perbedaan tingkat pemahaman dan

penggunaan antargenerasi, kecenderungan dan daya tahan leksikon-leksikon

tersebut yang direpresentasikan oleh leksikon yang bertahan, yang mengalami

penurunan, yang hampir mengalami kepunahan, dan leksikon yang tergeser yang

mencakup leksikon dengan nama tergantikan bahasa lain dan perangkat leksikon

dengan fungsi tergantikan entitas lain. Secara kuantitas, kebertahanan leksikon

lingkungan alam tersebut ditunjukkan oleh tingkat pemahaman 100% dan tingkat

penggunaan 85% - 100% oleh ketiga kelompok responden untuk leksikon generik

dan leksikon spesifik yang entitas acuannya memiliki peranan penting dalam

kehidupan GBTU. Selanjutnya, leksikon-leksikon yang mengalami penurunan

ditemukan pada leksikon-leksikon dengan tingkat pemahaman hampir rata-rata

Page 15: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xv

100% untuk semua responden namun tingkat penggunaannya antara 19%-80%

yang diwakili oleh leksikon-leksikon yang entitas acuannya dengan populasi

sedikit serta perannya tidak lagi penting dalam kehidupan mereka, yang hampir

punah dengan tingkat penggunaan 0%, khususnya di kalangan remaja, ditemukan

pada leksikon-leksikon tanaman obat dan leksikon-leksikon spesifik yang entitas

acuannya sudah tergantikan oleh entitas lain.

Faktor-faktor penyebab terjadinya dinamika leksikon lingkungan alam BU

dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni faktor kebahasaan, faktor penutur, dan faktor

perubahan ekologi (lingkungan fisik). Dari faktor kebahasaan penyebabnya

adalah kehadiran BD lain di wilayah ini sehingga terjadi kontak bahasa.

Sementara itu, pengaruh faktor penuturnya adalah adanya perubahan pola hidup

GBTU yang terkait dengan perubahan profesi, perubahan pola makan, perubahan

konsumsi obat, serta orientasi kebahasaan mereka. Adanya perubahan ekologi

(perubahan lingkungan fisik) merupakan faktor lain penyebab terjadinya dinamika

leksikon lingkungan alam BU.

Kata kunci: leksikon lingkungan alam, keberagaman, interaksi, interelasi,

interdependensi, tingkat pemahaman dan penggunaan

Page 16: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xvi

ABSTRACT

USING LANGUAGE’S NATURE LEXICONS IN THE DYNAMICS OF ITS

SPEECH COMMUNITY: A STUDY ON ECOLINGUISTICS

The change of natural, social, and cultural environment has caused many

effects on Using language, including its nature lexicon causing the dynimics of the

understanding and using level , maintenance, and the shift of it. Such change is

predicted to influence the characteristics of Using language. Because of this, it is

concidered important to conduct a research in relation with this fenomena aiming

at (1) describing the lingual forms of Using language’s nature lexicon diversity;

(2) describing the diversity of Using language’s nature lexicon reflecting the

understanding among the three groups of respondence; (3) describing the the

dynamic of understanding and using level of Using language’s nature lexicon

among the three groups of respondence ; and (4) describing the contributing

factors causing the dynamics of the understanding and using level of Using

language’s naturelexicon among the three groups of respondence.

This research was coducted in Banyuwangi regency. It applies qualitative

and quaantitative approach. Its data, collected through appliying documentation,

interview, participation observation, quetionaire methods, are in the forms of the

percentage of the understanding and using level on 728 nature lexicon of Using

language by the three groups of respondence, both on nouns and verbs. The

colleted data, analyzed in qualitave and quantitative way, were finally displayed

by using formal and informal methods.

The results show that the nature lexicon of Using language is full of

diversities.These are seen based on its lingual forms, words category and the ways

of entity naming. Meanwhile, the dynamic of its nature lexicon is shown by the

difference of undestanding and using level among the three groups of

respondence. The tendency of maintenance power of nature lexicons are

represented by those which still exist with 100% in understanding level and 85%-

100% in using level for the three groups of respondence on generic and specific

lexicons, especially their entities have significant role for society’s life, those

which are in degradation with 100% in understanding level but 19%-80% in using

level for the lexicons with lack of population and no more important for their

life, those which are almost extinct represented by those which are in shift shown

by the lexicons in which the names of entity are replaced by orther language or

the lexicons whose function of their entities are replaced by that of others.

Meanwhile, the almost extinct lexicons are represented by those whose using

levels are mostly 0%, especially for young respondence, in which these lexicons

are mostly in the forms of indigenous medicine plants and the specific lexicons

whose entities are replaced by other entities. There are three contributing factors

causing the dynamic of nature lexicons of Using, namely the language, the speech

community, and the ecology change (physical environment). The language factor

is in relation with the existence of other indigenius languages in its environment

causing the language contact. In relation with the speech community factor, it is

found that the change of life pattern covering the change of profesion, eating

Page 17: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xvii

habit, medicine consumtion, and language orientation are considered to be

contributing factors causing the fenomena. Eventhough it has small effect, the

ecology change is also the factor causing the dynamic of nature lexicon of it.

Key words: the lexicons of nature environment, diversity, interaction,

interelation, interdependency, and understanding and using level

Page 18: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xviii

RINGKASAN

KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM DALAM DINAMIKA

GUYUB TUTUR BAHASA USING:KAJIAN EKOLINGUISTIK

1. Pendahuluan

1.2 Latar Belakang Masalah

Bahasa Using (BU) merupakan salah satu bahasa daerah (BD) kecil di

Nusantara ini yang dipakai oleh penduduk asli Kabupaten Banyuwangi. Dari 24

kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, terdapat 13 kecamatan tempat ditemukan

kantong-kantong guyub tutur bahasa Using (GTBU). Kehidupan mereka

tergantung pada lingkungan alam dan lingkungan fisik tempat tinggal mereka,

yang tidak hanya berupa hubungan ketergantungan mereka terhadap

lingkungannya, tetapi juga turut menciptakan corak dan bentuk lingkungannya.

Karena lingkungan mereka memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan kaya

akan sumber air, mereka terbentuk menjadi masyarakat bermatapencaharian

sebagai petani yang masih menjaga kelestarian lingkungan alam di sekeliling

mereka. Hal ini membuat jenis flora dan fauna yang hidup dan tumbuh di

wilayah tersebut sangat beragam sehingga membuat BU sangat kaya dengan

leksikon-leksikon lingkungan alam yang mengacu pada entitas-entitas flora dan

fauna tersebut, seperti leksikon-leksikon flora, di antaranya tentang padi,

kelapa, dan pisang, serta leksikon-leksikon fauna, di antaranya tentang burung,

reptil, dan ular. Karena globalisasi budaya dan bahasa, khususnya pengaruh

budaya luar dan pengaruh bahasa-bahasa internasional dan dominasi bahasa

nasional Indonesia, serta perubahan lingkungan alam, bertahanan budaya (culture

maintenance) dan kebertahanan bahasa (language maintenance), terutama yang

berkaitan dengan sikap bahasa (language attitude) mereka sedang diuji Kontak

sosial dengan etnis lain (di antaranya dengan etnis Jawa, Madura, Bali, dan

Bandar), menyebabkan munculnya penggunaan bahasa lain sebagai bahasa

pengantar dalam berkomunikasi GTBU. Fenomena ini dibuktikan melalui

perbandingan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herusantosa (1987) dan

Subyatiningsih (1999) seperti berikut.

Ranah Herusantosa Subyatiningsih

(1987) (1999)

Keluarga 75,00% 62,35%

Transaksi 50,67% 32,40%

Keagamaan 28,00% 18,65%

Seni/tradisi/budaya 73,50% 37,87%

Perbandingan kedua hasil di atas penelitian mengindikasikan bahwa fungsi

kultural dan natural yang diemban BU yang tercermin pada pemakaian bahasa

(language in use) dalam berbagai ranah dan ragam fungsionalnya semakin

berkurang. Perlu diingat bahwa penurunan fungsi BU dalam ranah-ranah keluarga.

transaksi, keagamaan, seni, tradisi, dan budaya yang secara kuantitatif itu terjadi

selama 12 tahun (1987-1999). Diasumsikan bahwa setelah berlalu 12 tahun pula,

Page 19: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xix

1999-2013, atau kurang lebih 14 tahun, penyusutan fungsi BU dalam ranah-ranah

tersebut tetap akan terjadi pula. Penyusutan pemakaian BU diawali pula oleh

ketidakterpakaian leksikon-leksikon BU dalam setiap konteks pemakaiannya, di

samping karena tidak adanya pewarisan bahasa sebagai wahana, sistem kode,

dan sistem simbol verbal kepada generasi berikutnya baik melalui jalur

pendidikan (formal, informal) maupun non-pendidikan. Karena fenomena di atas,

karakteristik BU berubah sehingga ditengarai ada sejumlah leksikon lingkungan

alam yang bertahan, bergeser, dan hampir punah.

Kajian terhadap BU sudah sangat banyak dilakukan, seperti tentang

linguistik makro, khususnya sosiolinguistik, di antaranya oleh Herusantosa

(1987), Subyatiningsih (1999); Kusnadi (2002), Sariono (2002), dan Sariono

(2007) dan linguistik mikro, di antaranya oleh Prijangga (1957), Tim Peneliti

FKSS IKIP Malang (1979), dan Herusantosa (1987), serta tentang budaya dan

sastra, di antaranya oleh Sudjarwadi (1995), Marwoto (1999), dan Arps (1990-

1992).

Terkait dengan objek kajian, penelitian ini merupakan penelitian baru.

Selama ini belum pernah ada penelitian terhadap BU tentang leksikon (khususnya

leksikon yang berkategori nomina dan verba dengan menggunakan kajian

ekolinguistiksehingga hasil penelitian dapat bermanfaat untuk kepentingan

beberapa pihak. Oleh karena itu, kajian tentang khsanah leksikon lingkungan alam

BU dalam dinamika guyub tuturnya difokuskan pada empat permasalahan yang

dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah bentuk-bentuk lingual keberagaman leksikon lingkungan alam

BU?

2) Bagaimanakah gambaran keberagaman (diversity) leksikon lingkunganalam

BU yang mewadahi pengetahuan GTBU?

3) Bagaimanakah dinamika pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan

alam antargenerasi GTBU?

4) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan dinamika pemahaman dan

penggunaan leksikon lingkungan alam antargenerasi GTBU?

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan

kekayaan leksikon tentang lingkungan alam BU, sedangkan tujuan khususnya,

yakni (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk lingual keberagaman leksikon

lingkungan alam BU; (2) mendeskripsikan gambaran keberagaman (diversity)

leksikon lingkungan alam BU yang mewadahi pengetahuan GTBU; (3)

mendeskripsikan dinamika pemahaman dan penggunaan leksikon-leksikon

lingkungan alam antargenerasiGTBU; dan (4) mendeskripsikan faktor-faktor

yang menyebabkan dinamika pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan

alamGTBU.

Page 20: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xx

1.3 Manfaat Penelitian

Dari perspektif teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi

pengembangan bidang kajian linguistik, khususnya ekolinguistik bidang leksikon.

Hal ini terkait dengan teori perubahan bahasa, sehingga hasil kajian ini

diharapkan dapat menambah data dan informasi tentang leksikon-leksikon

kealaman BU khususnya yang masih bertahan dan yang sudah punah karena

dampak dari perubahan lingkungan alam, bahasa, budaya, globalisasi, dan

modernisasi. Selanjutnya, fakta-fakta yang ditemukan dapat dijadikan acuan,

perbandingan, dan pengembangan penelitian aspek-aspek kebahasaan dan

penelitian yang serupa di tempat lain sehingga pada akhirnya peneliti berikutnya

dapat melakukan penguatan dan pembenaran teoretis, khususnya yang berkaitan

dengan teori ekolinguistik yang diterapkan dalam kajian ini. Sementara itu, secara

praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: (1) Pusat Bahasa

dan Balai Bahasa dalam merancang pembinaan, pengembangan, dan pelestarian

bahasa dan sastra daerah khususnya bahasa daerah kecil; (2) Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan dengan harapan hasil penelitian ini digunakan untuk

pengembangan pengajaran dan pembelajaran bahasa yang berwawasan

lingkungan; (3) para guru (dan orangtua) dalam merancang kurikulum muatan

lokal terkait dengan pengajaran BU, ataupun bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

terutama di sekolah dasar dan lanjutan; dan (4) bahan acuan dalam usaha

revitalisasi bahasa daerah, khususnya bahasa Using;

2. Kajian Pustaka, Konsep, dan Kerangka Teori

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian terhadap BD di Nusantara yang ada hubungannya dengan

leksikon telah banyak dilakukan, seperti di antaranya penelitian yang dilakukan

oleh Sariono (2002) dalam penelitiannya tentang tingkat penguasaan kosa kata BJ

oleh masyarakat berbahasa Jawa di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa

Timur. Persamaan antara penenitian Sariono (2002) dan penelitian ini tingkat

penguasaan leksikon berbanding lurus dengan tingkatan umur. Penelitian lainnya,

yakni dilakukan oleh Pilgrim (2006) dengan judul A CrosCultural Study into

Local Ecological Knowledge yang berlokasi, yaitu Inggris, India, dan Indonesia

dengan fokus kajian bagaimana masyarakat memahami hubungan, kedekatan, dan

ketergantungan mereka dengan alam sebagai sumber penghidupan. Temuan

Pilgrim (2006) dijadikan acuan dalam konsep tentang faktor-faktor yang

melatarbelakangi punahnya leksikon-leksikon tentang pemahaman dan

pengetahuan responden terhadap leksikon lingkungan alam. “Lnguistic Erotion on

the Chesapeak: Intergenerational Diachronic Shifts in the Lexicalization of the

Bay” adalah judul penelitian yang dilakukan oleh Pandey (2007) yang dimuat

dalam Jurnal Language and Ecology Vol.2: 3 dengan fokus kajian, yakni

pergeseran leksikalisasi sebuah ungkapan lokal “across the bridge”.

Pengelompokan umur responden dalam kajian Pandey (2007) dijadikan acuan

dalam penelitian ini. Sementara itu, Rasna (2010) dengan penelitiannya yang

berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Tanaman Obat Tradisional di

Kabupaten Buleleng: Sebuah Kajian Ekolinguistik” mengetes pengetahuan

leksikon dan pengetahuan manfaat responden terhadap 11 tanaman obat. Cara

Page 21: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxi

analisis data yang dilakukan Rasna (2010) dipakai pijakan dalam analisis data

dalam penelitian ini. Selanjutnya, Sukharani (2010) melakukan penelitian dengan

judul “Leksikon Nomina Bahasa Gayo dalam Lingkungan Kedanauan Lut Tawar:

Kajian Ekolinguistik” mengetes pengetahuan responden terhadap 360 leksikon

nomina tentang lingkungan ragawi Danau Lut Tawar tentang (1) nama-nama

ikan dan hewan yang hidup di dalam danau dan alirannya, (2) nama-nama burung,

hewan, dan padi di lingkungan danau, (4) nama-nama benda-benda mati yang

ditemukan di dalam dan lingkungan danau, (5) nama-nama alat penangkap ikan

tradisional dan penggemukan ikan di lingkungan danau, dan (6) kebertahanan

bahasa dan budaya Gayo yang terkait dengan kelestarian lingkungan Danau Lut

Tawar. Walaupun banyak perbedaan, penelitian Sukharani (2010) menjadi

inspirasi peneliti untuk melakukan penelitian yang serupa di tempat yang berbeda.

Peneliti lain yang menjadikan pemahaman dan pengetahuan leksikon responden

sebagai bagian dari penelitiannya adalah Saputra (2010) dengan judul penelitian

“Penyusutan Fungsi Sosio-Budaya Bahasa Melayu Langkat di Stabat di

Kabupaten Langkat”. Penerapan teori ekolinguistik dalam penelitian Saputra

(2010) dijadikan pijakan dalam peneitian ini. Penelitian tentang leksikon lainnya

yang berjudul “Khasanah Leksikon Alami Guyub Tutur Karoon: Kajian

Ekoleksikal” yang mengkaji leksikon bahasadilakukan oleh Baru (2012) dengan

temuan, di antaranya bahwa bertahannya sejumlah leksikon-leksikon tersebut

disebabkan oleh entitas-entitas acuannya merupakan sumber hidup dan

penghidupan GTK, di samping karena tingkat populasinya masih banyak

ditemukan di lingkungan tempat tinggal mereka sehingga leksikon-leksikon

tersebut masih ada dalam kognisi mereka. Dijadikannya leksikon tentang hewan

dan tumbuhan sebagai objek kajian dan menerapkan teori ekolinguistik untuk

membedah permasalahan penelitian oleh Baru (2010) dijadikan pembanding

dalam penelitian ini.

2.2 Konsep

Konsep-konsep yang dipakai pijakan dalam peneitian ini mencakup

konsep (1) dinamika, (2) leksikon, (3) lingkungan, Berikut adalah uraian singkat

dari masing-masing konsep yang dimaksud.

(1) Konsep leksikon mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Kridalaksana

(1982) karena leksikon yang dimaksud dalam kajian ini adalah sejumlah daftar

kata-kata tentang lingkungan alam yang disertai dengan penjelasannya dan juga

mengacu pada kekayaan kosakata seseorang, dalam hal ini responden penelitian.

(2)Konsep dinamika mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Crystal

(1985). Akan tetapi terkait dengan kajian ini, yang dimaksud dinamika adalah

perkembangan (development), pergeseran,pemertahanan, dan kebertahanan bahasa

(secara khusus pada tataran leksikon) yang disebabkan oleh perubahan lingkungan

alam dan sosialtempat guyub tutur bahasa itu bermukim.Pergeseran dan

pemertahanan bahasa adalah akibat panjang dari pilihan bahasa secara kolektif

yang dilakukan oleh suatu atau beberapa guyup tutur suatu bahasa. Fasold

(1984:213)mengatakan bahwa ketika sebuah guyub tutur mulai memilih bahasa

baru dalam sebuah domain yang dulunya memakai bahasa yang lama, itu

menandakan bahwa sebuah pergeseran bahasa sedang berlangsung. Di samping

Page 22: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxii

faktor masyarakat yang dwibahasawan, faktor migrasi, ekonomi, dan pendidikan

adalah faktor-faktor lain penyebab terjadinya pergeseran bahasa.Sebaliknya,

pemertahanan bahasa terjadi apabila sebuah masyarakat/guyub tutur secara

kolektif menentukan untuk melanjutkan menggunakan bahasa-bahasa yang

mereka pakai selama ini dalam komunikasi mereka. Di samping fenomena

pergeseran dan pemertahanan bahasa, dikenal juga fenomnena kebertahanan

bahasa minoritas (kecil) oleh penuturnya yang terjadi secara tidak sengaja dan

tidak terencana. Bertahannya pemakaian sebuah bahasa oleh penutur dapat

dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor`sosial budaya

psikologis penuturnya, faktor latar geografis, dan faktor demografis(Suhadi,

1990:195). Fasold (1984:181) mengaitkan hal ini dengan fungsi bahasa sebagai

contrastive self identification, yaitu bahasa memiliki fungsi sebagai alat

pemersatu atau pemisah diri dari kelompok lain.

(3) Konsep lingkungan mengacu pada konsep yang diajukan oleh Sapir (dalam

Fill dan Muhlhausler, ed., 2001:14), yaitu lingkungan ragawi dan sosial yang

menopang kehidupan GTBU yang terkait dengan lingkungan geografis tempat

mereka berinteraksi dengan flora dan fauna yang hidup di dalamnya.

2.3 Kerangka Teori

Untuk mengkaji permasalahan penelitian diterapkan sebuah teori payung,

dan tiga teori pendukung. Yang menjadi teori payung dalam kajian ini adalah

teori ekolinguistik, sedangkan teori pendukung meliputi teori perubahan bahasa,

teori semantik, dan teori morfologi. Penerapan teori-teori dalam penelitian

dilakukan secara terintegrasi karena saling melengkapi. Teori pertama adalah teori

ekolinguistik yang merupakan teori payung. Teori ini pada awalnya diperkenalkan

oleh Gumperz (1962) dalam gagasannya tentang ekologi bahasa (dalam hal ini

lingkungan sosial) dalam kajian sosiolinguistik. Gumpers (1962:137)

mengemukakan konsep bahwa ekolinguistik diartikan sebagai interaksi antara

bahasa dan lingkungannya lewat penutur bahasa tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa karena guyub tuturlah suatu bahasa dapat berkembang (munculnya

leksikon-leksikon baru), bertahan (tetap terpakainya leksikon-leksikon tertentu

dalam percakapan sehari-hari penutur, bergeser (tergantikannya leksikon-leksikon

tertentu oleh leksikon-leksikon bahasa lain), atau punah (lenyapnya leksikon-

leksikon tertentu dari konsepsi penutur). Gagasan Gumpers (1962) tentang

lingkungan bahasa diperkuat oleh Haugen (dalam Dil, 1972: 325--329) yang

mengatakan bahwa lingkungan suatu bahasa adalah panutur bahasa tersebut yang

dapat berbentuk latar sosial dan latar kultural. Selain lingkungan sosialnya, bahasa

melalui leksikonnya juga merepresentasikan lingkungan ragawinya (seperti

lingkungan kesungaian, kedanauan, pegunungan, persawahan, dan sebagainya).

Fakta menunjukkan bahwa lingkungan alam berubah, bahasa yang dipakai dalam

guyub tutur itu pun berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Bang & Doors (dalam Lindo dan Bundesgaard, ed.,2000:10—11)

mengatakan bahwa bahasa merupakan bagian dari sebuah aktivitas sosial yang

terkandung dan mengandung praksis sosial (social praxis). Praksis sosial adalah

sebuah konsep yang mengacu pada semua tindakan, aktivitas, perilaku

masyarakat, baik sesama anggota masyarakat (lingkungan sosial) maupun

Page 23: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxiii

terhadap lingkungan alamnya. Bahasa dan praksis sosial merupakan dua hal yang

saling berhubungan. Dalam hal ini praksis sosial merupakan aspek yang

mendominasi, sedangkan bahasa merupakan aspek yang didominasi. Hal ini

mengindikasikan bahwa perubahan praksis sosial (perubahan tindakan, aktivitas

dan perilaku manusia terhadap sesama dan juga terhadap lingkungan alamnya)

menimbulkan perubahan pada bahasa atau perubahan praksis sosial merupakan

penyebab perubahan bahasa dan yang paling mudah diamati adalah perubahan

pada tataran leksikon.Praksis sosial melingkupi tiga dimensi (triple dimensions),

yakni (1) dimensi ideologis, yaitu ideologi yang berhubungan dengan tatanan

mental individu atau masyarakat, kognitif, dan psikis yang melekat pada guyub

tutur; (2) dimensi sosiologis adalah dimensi yang berkaitan dengan bagaimana

guyub tutur menata, mengorganisasikan, dan mengomunikasikan interaksi mereka

dengan sesama sehingga muncul rasa kebersamaan, saling mengasihi, saling

membutuhkan dan pada akhirnya memunculkan rasa penghargaan terhadap

sesama; dan (3) dimensi biologis adalah dimensi yang berkenaan dengan

keberadaan kita secara biologis bersanding dengan spesies lain, yang identik

dengan adanya keberagaman (diversity) baik hewan maupun tumbuhan, secara

berimbang dalam sebuah ekosistem yang secara verbal terekam dalam leksikon

bahasa (dalam hal ini bahasa Using) sehingga entitas-entitas itu tertandakan,

dikenal, dan kemudian dipahami. Di samping, itu ketiga dimensi di atas dibentuk

dan sekaligus membentuk bahasa dan ketiganya saling berinteraksi (dialektikal)

sehingga berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa teori ekolinguistik

diterapkan untuk mengkaji keberagaman (diversity)leksikon nomina yang terdiri

atasleksikon flora dan fauna yang merepresentasikan keberagaman entitas-entitas

acuannya serta leksikon verba yang merepresentasikan keberagaman aktivitas

GTBU yang dilakukan, baik terhadap lingkungan ragawi maupun lingkungan

sosial tempat mereka bermukim. Di samping itu, teori ini juga diterapkan untuk

mengkaji adanya interaksi, interelasi, dan interdependensi antara GTBU dan

lingkungan mereka yang intensitasnya memunculkan dinamika tingkat

pemahaman dan penggunaan pada ketiga kelompok responden.

Teori kedua yang diterapkan dalam kajian ini adalah teori perubahan

bahasa yang dikemukakan oleh Labov (1994) dan Aitchison (1991). Kedua ahli

bahasa ini mengemukakan bahwa perubahan bahasa secara garis besar disebabkan

oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal kebahasaan. Labov (1994)

yang pada dasarnya mengungkapkan bahwa perubahan bahasa sering diawali

dengan penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma baku pemakaian bahasa

yang biasanya terjadi secara perlahan-lahan (evolutive) dan diawali oleh sesuatu

yang kecil yang terjadi saat ini disebut oleh Labov (1994) dengan istilah language

change in progress. Selanjutnya, Labov (1994) menyebutkan bahwa penyebaran

perubahan bahasa menyangkut dua hal, yakni penyebaran terkait dengan internal

kebahasaan yang menyangkut unsur-unsur kebahasaan tersebut, dan penyebaran

yang berhubungan dengan penuturnya yang dapat berupa penyebaran secara

alamiah, yaitu penyebaran yang dilakukan secara tidak sadar dan bersifat

sistematis oleh sekelompok guyub tutur melalui pemakaian unsur-unsur

kebahasaan tertentu yang berbeda dari kaidah-kaidah yang berlaku selama ini

yang pada akhirnya memunculkan variasi baru dan penyebaran secara sadar, yakni

Page 24: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxiv

penyebaran yang dlakukan secara sengaja oleh sekelompokanggota masyarakat

yan memiliki prestise , kekuasaan, dan status sosial tinggi yang kemudian ditiru

oleh kelompok “subordinate” sebagai model. Sementara itu, hal senada

dikemukan oleh Aitchison (1991:105-160) yang menyoroti penyebab perubahan

bahasa yang juga dipicu oleh dua faktor: faktor internal psikolinguistik dan faktor

sosial. Faktor pertama terkait dengan sistem bahasa itu sendiri, seperti adanya

proses asimilasi dan proses peminjaman. Sementara itu, faktor kedua yang

merupakan faktor ekternal kebahasaan yang mengacu pada perubahan bahasa

yang disebabkan oleh perubahan kehidupan sosial penuturnya yang terkait dengan

etnis, pekerjaan, jenis kelamin, dan umur (bdk. Holmes, 1992:164—181).

Teori ketiga yang diterapkan untuk mengkaji masalah penelitian ini adalah

teori semantik yang terkait dengan nomenklatur dan cara penamaan entitas-entitas

acuan dalam leksikon BU. Terkait dengan nomenklatur dijelaskan bahwa secara

secara teoritis, hal yang paling mendasar pada anggota masyarakat dalam

penguasaan nomenkaltur ialah mengenali dan/atau memahami nama-nama flora

dan fauna dalam guyub tuturnya sendiri. Pengenalan/pemahaman tersebut tersebut

paling tepat dibedah dengan menggunakan teori “Segitiga makna” dari Ogden dan

Richardas (periksa Ullmann, 1985: 55). Sebab, gagasan teori makna itu bertolak

dari penunjukkan nama-nama (nomenklatur) flora dan fauna itu dengan hal di luar

nama (lambang), yakni benda-benda (things) itu sendiri. Dengan kata lain,

penunjukkan nama-nama itu bersifat ostensif, menunjuk dengan telunjuk jari.

Oleh karen itu, teori makna yang demikian dinamakan Teori Referensial (Saeed,

2000:67).

Pengenalan/pemahaman terhadap nomenklatur itu berjalan sampai usia

(penutur) tertentu. Jadi, setiap anak yang memulai mengenali benda-benda di

sekelilingnya, ia melihat benda itu, atau ada orang lain yang menunjuk dengan

telunjuk jarinya (ostention) benda tertentu dengan nama tertentu pula (lihat teori

Penamaan berikut). Hal itu terjadi berulang, yang pada akhirnya, penutur menjadi

terbiasa dalam mengenali dan memahami nomenklatur flora ataupun fauna tadi.

Kebiasaan yang dimaksud itu didasarkan pada asumsi bahwa penutur

sudah menempatkan nomenklatur itu dalam benaknya. Jadi baik citra bunyi

(acoustic image) maupun makna (meaning) sudah tersimpan dalam otak penutur

ataupun sudah “membatin” (in mind). Oleh karena itu, seseorang yang sudah

mengetahui nama benda tertentu ia tidak perlu lagi melihat atau ada orang lain

yang menunjukkan benda tertentu itu padanya. Dengan kata lain, nama-nama

benda itu sudah menjadi pengetahuan (cognition) baginya. de Saussure menyebut

hubungan nama (lambang) dengan konsep (makna) itu bersifat resiprokal:

lambang langsung berhubungan dengan konsep tanpa perantara objek (referent).

Jadi, apabila penutur ingat akan benda tertentu, misalnya “bambu” sebagai

konsep, ia akan mengucapkan bambu. Secara teknis, berbeda dari Ogden dan

Richards di atas, teori makna dari de Saussure dinamakan Teori Representasinal

(Saeed, 2000:89).

Apabila dihubungkan dengan dinamika pemahaman dan penggunaan

antargenerasi GTBU terhadap kelompok leksikon flora dan fauna BU maka secara

teoritis yang berperan adalah nama-nama benda yang sudah menjadi pengetahuan

itu. Jadi, kajian teoritis dari sudut pemahaman makna atas leksikon flora dan

Page 25: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxv

fauna BU tidak membutuhkan waktu lama saat seorang anak mulai dalam

pemerolehan nomenklatur yang menjadi objek penelitian ini. Persoalannya ialah

nama-nama benda itu sudah menjadi pengetahuan mereka meskipun entitas

acuannya sudah tidak ditemukan lagi di sekliling mereka. Terkait dengan

penamaan Saeed (2000:27) mengatakan bahwa nama pada dasarnya merupakan

label-label, di antaranya untuk melabelkan manusia, tempat, hewan, tumbuhan

dan benda. Nama bersifat takrif (definite) karena nama-nama yang diberikan

terhadap entitas-entitas acuannya mengandung asumsi si pemberi nama sehingga

pembaca/pendengar dapat mengidentifikasi/ mengenali acuannya. Berdasarkan

ciri-ciri/deskripsi yang dimiliki entitas acuan, pendengar dapat mengidentifikasi

entitas yang dimaksud. Berdasarkan penjelasan di atas maka terkait dengan

penelitian ini, teori yang diterapkan untuk mengkaji keberagaman penamaan flora

dan fauna dalam BU adalah teori yang dikemukan oleh Saeed (2000) dengan

alasan bahwa penamaan terhadap beberapa entitas ada yang bisa ditelusuri

maknanya, namun ada yang tidak bisa ditelusuri. Untuk jenis yang kedua ini,

nama-nama beberapa entitas dianggap merupakan kesepakatan yang muncul

antara anggota masyarakat untuk memberi nama tertentu terhadap entitas tertentu

pula. Sementara itu, untuk mengkaji makna yang terkandung di balik nama- nama

flora dan fauna yang diacu oleh leksikonnya masing-masing digunakan teori yang

dikemukan oleh Jacobs (dalam Laird dan Gorrel, 1971:92-93) yang

mengklasifikasikan makna yang ada di balik nama-nama binatang dan Verheijen

(1984) yang mengkaji makna di balik nama beberapa tumbuhan yang hidup di

Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Sementara itu, teori yang diterapkan untuk membedah permasalahan

penelitian tentang bentuk-bentuk lingual leksikon keberagaman leksikon

lingkungan alam BU, adalah teori morfologi yang terkait dengan proses

pembentukan katayang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996). Hal ini

dilatarbelakangi oleh adanya kemiripan cara pembentukan kata antara

pembentukan kata dalam BI dan dalam BU, yakni di antaranya melalaui proses

afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Kridalaksana, 1996: 32—99).

3. Metode Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di tiga kecamatan di Kabupaten Banyuwangi,

yakni, Kecamatan Giri, Kecamatan Glagah, dan Kecamatan Rogojampi. Ada 63

orang yang dijadikan sampel penelitian yang terdiri dari tiga kelompok umur,

yakni kelompok remaja (15-30 tahun), kelompok dewasa (31-50 tahun), dan

kelompok tua (51 tahun ke atas). Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yakni

data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang merupakan data primer

diperoleh melalui pengakuan diri (self-report) responden yang berhubungan

dengan tingkat pemahaman dan tingkat penggunaan leksikon lingkungan alam,

data sekunder atau data kualitaif dalam penelitian ini digunakan untuk

menjelaskan data kuantitatif.

Untuk mengumpulkan data penelitian digunakan metode pengumpulan

data yang terdiri atas metode dokumentasi, wawancara, pengamatan

berpartisipasi, dan kusioner. Metode kuesioner diterapkan untuk memeroleh data

kuantitatif, sedangkan metode dokumentasi, wawancara, dan pengamatan

Page 26: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxvi

berpartisipasi digunakan untuk mendapatkan data kualitatif yang juga berfungsi

untuk verifikasi dan triangulasi data. Setelah data kuantitaf terkumpul kemudian

dianalisis dan dideskripsikan yang selanjutnya disajikan dengan menerapkan

metode formal dan informal.

4. Hasil Penelitian

4.1 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

Bahasa Using (BU) adalah salah satu BD yang digunakan oleh sebuah

guyub tutur yang berdomisili di beberapa desa di tiga belas kecamatan (dari 24

kecamatan yang ada) di Kabupaten Banyuwang. Secara geografis, Kabupaten

Banyuwangi umumnya, dan lingkungan tempat tinggal guyub tutur bahasa Using

(GTBU) khususnya, merupakan daerah subur, banyak sumber air, serta curah

hujan tinggi sehingga berbagai jenis flora dan fauna tumbuh dan hidup dengan

baik di wilayah ini. Keanekaragaman flora dan fauna ini diwadahi oleh leksikon-

leksikon lingkungan alamyang beragam pula.

Berdasarkan analisis data dan temuan di lapangan, ditemukan bahwa

bentuk-bentuk lingual leksikon lingkungan alam BU terdiri atas leksikon yang

berwujud bentuk dasar, bentuk turunan berafiks, bentuk ulang, dan bentuk

majemuk. Selanjutnya, keberagaman leksikon lingkungan alam BU

diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan(1) kategori kata, yakni leksikon

berkategori nomina dan berkategori verba; (2) cara penamaan, yakni cara

penamaan flora dan fauna; dan (3) relasi makna antara leksikonnya. Leksikon

yang berkategori nomina diklasifikasikan berdasarkan kebermanfaatannya bagi

kehidupan manusia dan dikelompokan menjadi kelompok leksikon flora yang

mencakup kelompok leksikon tanaman bahan pangan, tanaman tanaman buah-

buahan, tanaman sayur-sayuran, tanaman obat dan bumbu, tanaman bunga,

tanaman kelapa, tanaman bambu, dan tanaman lainnya. Sementara itu,

pengelompokan leksikon fauna BU diklasifikasikan berdasarkan

pengklasifikasian ilmu biologi sehingga terbentuk kelompok leksikon mamalia,

burung, reptil, serangga, dan ikan air tawar. Selanjutnya, keberagaman leksikon

lingkungan alam verba BU dikelompokan berdasarkan lokasi aktivitas terjadi dan

objek yang dikenai oleh aktivitas tersebut yang memunculkan kelompok leksikon

verba yang mengacu pada: (1) aktivitas di lahan pertanian dan kebun, aktivitas

terhadap fauna dan isi alam lainnya, aktivitas fauna, dan aktivita alam.

Selanjutnya relasi semantis yang ditemukan di antara leksikon lingkungan alam

BU adalah relasi semantis hiponimi dan relasi semantis meronimi.

4.2 Dinamika Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Lingkungan

Alam Antargenerasi GTBU

Keberagaman leksikon lingkunganalam BU, tidak saja terlihat pada

keberagaman jenis entitasa acuan, keberagaman cara penamaan, dan keberagaman

relasi semantis, akan tetapi keberagaman juga ditemukan pada tingkat

pemahaman dan pemakaiannya yang merepresentasikan dinamika tingkat

pemahaman dan tingkat penggunaan leksikon-leksikon lingkungan alam BU

tersebut. Ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat

pemahaman dan penggunaan antargenerasi terhadap leksikon lingkungan alam

Page 27: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxvii

BU. Tingkat pemahaman ketiga kelompok responden terhadap, terutama leksikon

generik kealaman flora BU rata-rata masih di atas 80%, sedangkan terhadap

leksikon-leksikon spesifik yang entitasnya memiliki kebermanfaatan yang tinggi

terhadap kehidupan GTBU tingkat pemahamannya juga tinggi karena adanya

interaksi, interelasi, dan interdependensi yang tinggi antara entitas-entitas acuan

dan GTBU sehingga ada usaha untuk membudidayakannya. Sebaliknya, jikalau

entitas acuannya kurang bermanfaat bagi kehidupan GTBU maka tingkat

pemahaman responden, khususnya remaja, terhadap leksikonnya agak rendah.

Selanjutnya, tingkat penggunaan responden terhadap leksikon flora juga sangat

beragam. Jikalau leksikon flora yang entitasnya memiliki peranan penting dalam

kehidupan GTB, tingkat penggunaan leksikonnya cukup tinggi, yakni di atas 70%

untuk semua kelompok responden karena adanya interaksi, interelasi, dan

interdependensi yang tinggi terhadap entitas acuannya sehingga secara biologis

GTBU membudidayakan dan mempertahankannya. Perihal tingkat pemahaman

dan penggunaan responden terhadap leksikon fauna BU tidak jauh berbeda.

Persentase tingkat pemahaman responden yang tinggi ditemukan pada leksikon-

leksikon generik dan spesifik yang entitas acuannya banyak ditemukan di

lingkungan sekitar dan atau memiliki manfaat bagi kehidupan GTBU cukup

tinggi. Fenomena sebaliknya ditemukan pada tingkat pemahaman, khususnya

leksikon-leksikon spesifik yang populasi entitas acuannya sedikit, ecoregion

tempat hidupnya jauh dari lingkungan tempat tinggal GTBU, serta kurang/tidak

memiliki manfaat bagi kehidupan mereka. Karena latarbelakang yang sama juga

menyebabkan persentase tingkat penggunaan leksikon fauna oleh ketiga

kelompok responden menunjukkan persentase menurun bahkan banyak yang

menunjukkan persentase 0%. Leksikon-leksikon dengan persentase tingkat

penggunaan tinggi juga ditemukan pada leksikon-leksikon yang entitas acuannya

populasinya banyak, memiliki manfaat bagi hidup GTBU, serta ecoregion tempat

hidupnya ada di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Tingkat pemahaman

dan penggunaan terhadap leksikon-leksikon verba pun beragam tergantung pada

sejauh mana mereka memahami dan melakukan aktivitas-aktivitas yang diacu

oleh verba-verba tersebut sehingga ada tingkat pemahaman dan penggunaan

dengan persentase tinggi dan ada yang rendah. Walaupun demikian, tingkat

pemahaman verba lingkungan alam BU oleh responden dewasa dan tua hampir

semuanya di atas 75% sedangkan tingkat penggunaannya adalah 60% ke atas,

kecuali untuk leksikon-leksikon verba yang mengacu pada aktivitas-aktivitas yang

jarang/hampir tidak pernah terjadi.

Karena berbagai faktor, utamanya karena adanya perubahan lingkungan

alam, dan sosial terjadi perubahan pada leksikon BU yang ditandai dengan

munculnya dinamika tentang pemahaman dan penggunaannya. Dinamika leksikon

ini dikategorikan ke dalam leksikon yang bertahan, leksikon yang mengalami

penurunan dalam pemahaman dan penggunaan, dan leksikon yang mengalami

pergeseran. Untuk menentukan leksikon-leksikon yang bertahan dilakukan

dengan membandingkan dan menganalisis perbedaan tingkat

pemahaman/penggunaan pada ketiga kelompok responden. Parameter yang

digunakan untuk menentukan kategori leksikon yang bertahan adalah dengan

menentukan tingkat panggunaan di atas 80% pada semua kelompok responden

Page 28: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxviii

dengan asumsi bahwa persentase tersebut menunjukkan bahwa frekuensi

kemunculan leksikon-leksikon tersebut dalam percakapan GBTU masih tinggi.

Leksikon-leksikon yang bertahan diwakili oleh leksikon-leksikon yang entitas

acuannya memiliki peran penting dalam beberapa aspek kehidupan GTBU

sehingga entitas-entitasnya dikenal, diakrabi, dimanfaatkan, dipertahankan, dan

dibudidayakan. Atau dengan kata lain dapat disebutkan bahwa secara biologis

entitas-entitas acuannya tumbuh subur di ecoregion ini, secara sosiologis entitas-

entitasnya berperan dalam merekatkan tali persaudaraan, serta secara ideologis

GTBU berusaha mengembangkan entitas-entitas tertentu untuk kepentingan sosial

dan ekonomi.

Sementara itu, leksikon-leksikon BU yang dikategorikan pada kelompok

yang mengalami penurunan adalah leksikon-leksikon dengan tingkat penggunaan

di bawah 80% untuk responden remaja walaupun tingkat pemahamannya tetap

100% dengan asumsi bahwa walaupun seseorang paham akan makna sebuah

leksikon namun leksikon-leksikon tersebut jarang atau tidak pernah digunakan

dan jikalau fenomena ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, dalam kurun

waktu tertentu, leksikon tersebut tidak lagi menjadi repertoire kebahasaan

seseorang. Selanjutnya, penurunan penggunaan leksikon juga ditemukan pada

leksikon verba, khususnya responden remaja karena ketidakakraban dan

ketidaktahuan mereka akan aktivitas yang diacu dalam BU atau tergantikannya

leksikon-leksikon tersebut oleh leksikon bahasa lain. Tentang leksikon-leksikon

yang hampir punah, ditemukan bahwa dari 728 leksikon yang digunakan sebagai

sampel penelitian, ditemukan sebanyak 210 leksikon dengan tingkat pemahaman

dan penggunaan yang sangat rendah bahkan mencapai 0%. Hal ini disebabkan, di

antaranya karena eksikon-leksikon tersebut termasuk kelompok yang populasi

entitas acuannya sedikit, kurang diakrabi, dan tidak berperan penting dalam

kehidupan GTBU, fungsi entitasnya digantikan oleh fungsi entitas lain, serta

tergantikannya leksikon BU yang mengacu entitas-entitas tersebut oleh leksikon

bahasa lain.

4.3 Faktor-faktor Penyebab Dinamika Pemahaman dan Penggunaan

Leksikon Lingkungan Alam BU Antargenerasi GTBU

Sementara itu, terjadinya dinamika pemahaman, penggunaan, pergeseran,

serta kebertahanan leksikon lingkungan alam BU disebabkan oleh tiga faktor,

yaitu: (1) faktor kebahasaan, yang terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal;

(2) faktor penutur BU karena adanya perubahan profesi, perubahan pola makan,

dan perubahan pola konsumsi obat. Orientasi kebahasaan penutur, dan (3) faktor

perubahan ekologi (lingkungan fisik) yang berupa perubahan varietis tanaman,

khususnya jenis padi, yaitu dari menanam padi lokal beralih menanam jenis padi

varietas unggul, seperti di antaranya C4, IR 64, dan IR 7 sehingga GBTU tidak

mengenal dan mengakrabi entitas-entitas padi lokal dan lekiskon-leksikonnya.

5. Temuan

Berdasarkan pencermatan terhadap penelitian BU yang telah dilakukan,

didapatkan fakta bahwa penelitian tentang leksikon, khususnya leksikon

lingkungan alam BU dari perspektif kajian ekolinguistik belum pernah

Page 29: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxix

dilakukan. Oleh sebab itu, apa yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan

temuan baru. Temuan baru tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

5.1 Refleksi Hasil Penelitian terhadap Teori yang Diterapkan

Berbicara tentang refleksi hasil penelitian ini terhadap teori yang

diterapkan berarti pembahasan pada bagian yang terkait dengan relevansi teori

yang digunakan dengan hasil temuan penelitian. Seperti telah disebutkan pada

bagian sebelumnya bahwa yang menjadi payung teori dalam penelitian ini adalah

teori ekolinguistik dengan konsep bahwa bahasa dan lingkungannya (lingkungan

sosial dan lingkungan ragawi) saling terkait. Hal senada juga merupakan

penekanan dari teori dialektikal dari Bang & Doors (dalam Lindo dan

Bundesgaard, ed., 2000). Bang & Doosr selanjutnya mengemukakan bahwa

bahasa merupakan bagian dari sebuah aktivitas sosial yang terkandung dan

mengandung praksis sosial (social praxis), yakni sebuah konsep yang mengacu

pada semua tindakan, aktivitas, perilaku masyarakat, baik sesama anggota

masyarakat (lingkungan sosial) maupun terhadap lingkungan alamnya. Dalam

praksis sosial ini terkandung tiga dimensi (triple dimensions), yakni (1) dimensi

ideologis, (2) dimensi sosiologis, dan (3) dimensi biologis, yang ketiganya

dibentuk dan sekaligus membentuk bahasa serta saling berinteraksi (dialektikal).

Sementara itu, penerapan ketiga teori lainnya, yakni teori perubahan bahasa, teori

linguistik antropologi, dan teori semantik sebagai teori pendukung, memantapkan

temuan penelitian. Semua teori yang diterapkan berkonsep dasar bahwa

perubahan bahasa disebabkan oleh perubahan lingkungan sosial dan lingkungan

ragawinya. Temuan penelitian sejalan dengan konsep dasar teori-teori yang

diterapkan, yakni perubahan BU pada tataran leksikon disebabkan oleh

lingkungan sosial dan lingkungan ragawi BU itu sendiri. Berdasarkan temuan di

lapangan, faktor perubahan lingkungan sosial jauh lebih kuat pengaruhnya

terhadap perubahan leksikon BU dibandingkan dengan perubahan lingkungan

ragawinya.

5.2 Refleksi Hasil Penelitian dengan Hasil Penelitian BU yang Pernah

Dilakukan

Refleksi hasil penelitian terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah

dilakukan terhadap BU dipilah dalam tiga hal, yakni (1) bidang kajian, (2)

konten, dan (3) temuan daftar leksikon. Refleksi terkait dengan bidang kajian,

seperti telah diulas pada bagian (2.1.2) bahwa ada sejumlah penelitian yang

pernah dilakukan terhadap BU, kajian di bidang mikrolinguistik maupun

makrolinguistik. Khususnya di bidang makrolinguistik, tiga di antaranya berskala

cukup besar, yakni “Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi” oleh Herusantosa

(1987), “Fungsi dan Kedudukan Bahasa Using di Banyuwangi” oleh Subyatingsih

dkk. (1999), dan “Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Using: Studi Kasus pada

Masyarakat Using di Kelurahan Singotrunyan, Kecamatan Banyuwangi,

Kabupaten Banyuwangi” oleh Sariono (2007). Ketiga penelitian ini adalah kajian

di bidang sosiolinguistik yang hanya menghasilkan temuan yang mencerminkan

hubungan timbal balik antara bahasa dan masyarakat tuturnya (lingkungan sosial

bahasa). Jikalau sebuah bahasa masih dicintai sehingga masih digunakan oleh

Page 30: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxx

guyub tuturnya, hal ini menunjukkan bahwa bahasa tersebut masih bertahan yang

menghasilkan kebertahan sebuah bahasa. Sebaliknya, jikalau temuan penelitian

menunjukan bahwa masyarakat tutur sudah tidak lagi menggunakan bahasanya

sebagai alat komunikasi pada ranah-ranah yang mempersyaratkan penggunaannya

dan memilih menggunakan bahasa lain berarti bahasa tersebut sudah mengalami

pergeseran. Sementara itu, penelitian ini adalah kajian di bidang ekolinguistik

yang merupakan sebuah paradigma baru dalam penelitian bahasa, yakni sebuah

kajian yang yang menyandingkan ekologi (lingkungan) dan linguistik. Sebagai

sebuah disiplin ilmu, ekologi menjelaskan hubungan timbal balik antara mahluk

hidup dan alam di sekelilingnya, sedangkan linguistik adalah studi ilmiah atas

fenomena bahasa, baik secara makro maupun mikro. Temuan penelitian dengan

menerapkan kajian ekolinguistik dapat dipakai untuk meneropong bagaimana

hubungan guyub tutur sebuah bahasa, tidak saja dengan bahasanya, melainkan

juga dengan sesama anggota guyub tutur (lingkungan sosial) dan juga dengan

lingkungan alam (lingkungan ragawi) bahasa tersebut. Misalnya, dengan

menganalisis dinamika pemahaman dan penggunaan guyub tutur terhadap

leksikon lingkungan sosial dan lingkungan alam bahasanya, dapat diungkap

beberapa fakta kebahasaan, seperti apakah bahasa itu mengalami kebertahanan,

penurunan, atau pergeseran, serta ada-tidaknya interaksi, interelasi, atau

interdepensi antara guyub tutur dengan lingkungan ragawi tempat bahasa tersebut

digunakan. Di samping itu, hasil penelitian ini juga dapat dipakai untuk

mengetahui mutu lingkungan ragawi sebuah bahasa apakah masih lestari,

mengalami perubahan, mengalami kerusakan atau kemerosotan, melalui dinamika

pemahaman dan penggunaan leksikonnya.

Selanjutnya, terkait dengan konten penelitian dapat dijelaskan bahwa

dengan ditemukannya tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon antargenerasi

GTBU, temuan penelitian ini mempertegas bahwa BU sedang mengalami

pergeseran, khususnya pada tataran leksikon lingkungan alamnya. BU memang

mengalami dinamika dalam kelompok-kelompok: (1) leksikon yang bertahan; (2)

leksikon yang mengalami penurunan; (3) leksikon yang hampir punah; dan (4)

leksikon yang bergeser. Di samping itu, pengelompokan leksikon berdasarkan

kebermanfaatan entitasnya terhadap kehidupan GTBU pada leksikon flora

merupakan temuan baru yang dapat dipakai sebagai dasar untuk penyusunan

sebuah kamus khusus tentang leksikon lingkungan alam. Jikalau temuan ini dapat

ditindaklanjuti maka hal ini merupakan tindakan nyata sebuah syarat

pendokumentasian.

5.3 Kesenjangan Konsepsi Antargenerasi

Hasil temuan yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan

pada pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan alam BU antara responden

remaja di satu sisi dan responden dewasa dan tua di sisi lainnya, mengindikasikan

bahwa ada kesenjangan konsepesi antargenerasi. Rendahnya pemahaman dan

penggunaan leksikon tentang tanaman obat tradisional dan leksikon spesifik

tentang leksikon flora dan fauna pada responden remaja menandakan leksikon-

leksikon tersebut sudah hilang/hampir hilang dari konsepsi mereka. Jika dikaitkan

dengan tiga dimensi dalam praksis sosial, secara ideologis leksikon yang hampir

Page 31: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxi

atau sudah punah dari konsepsi mereka adalah leksikon yang entitas acuannya

tidak penting bagi kehidupan mereka sehingga secara sosioekologis tidak ada

interaksi, interelasi, dan interdependensi dengan entitas acuannya. Jikalau entitas

acuannya adalah jenis biotik, secara biologis penutur remaja merasa tidak merasa

perlu membudidayakan entitasnya. Akan tetapi, kesenjangan juga ditemukan pada

konsepsi penutur tua terhadap leksikon tertentu. Hal ini dilatarbelakangi oleh

eksistensi entitas acuan dari leksikon-laksikon yang entitas acuannya merupakan

entitas baru atau entitas tersebut tidak ada atau tidak banyak secara kuantitas

sehingga tidak ada pada konsepsi penutur tua.

6 Simpulan dan Saran

6.1 Simpulan

Bahasa Using (BU) adalah salah satu bahasa daerah yang yang didukung

dan dipakai oleh guyub tuturnya yang merupakan penduduk asli yang mendiami

sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi. Bahasa yang tidak mengenal pelapisan

bahasa atau tingkat tuturan (speech level) ini memiliki leksikon, khususnya

leksikon lingkungan alam, yang beragam. Keberagaman leksikon lingkungan

alam BU pada kajian ini ditemukan kemudian dikelompokan berdasarkan: (1)

bentuk-bentuk lingualnya, yakni leksikon berwujud kata dasar, kata turunan

berafiks, kata ulang, dan kata majemuk;(2) kategori kata, yakni leksikon

berkategori nomina dan leksikon berkategori verba; (3) cara penamaan entitas

acuan, yakni cara penamaan flora dan dan fauna; dan (4) relasi makna. Leksikon

yang berkategori nomina diklasifikasikan menjadi kelompok leksikon flora dan

fauna. Pengklasifikasian terhadap kelompok ini didasarkan pada

kebermanfaatannya pada kehidupan manusia yang mencakup kelompok leksikon

tanaman bahan pangan, tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat dan

bumbu, tanaman bunga, tanaman kelapa, tanaman bambu, dan tanaman lainnya.

Sementara itu, leksikon fauna diklasifikasikan berdasarkan pengelompokan ilmu

biologi sehingga didapatkan kelompok leksikon mamalia, burung, reptil,

serangga, dan ikan air tawar. Selanjutnya, keberagaman leksikon lingkungan

alam verba BU dikelompokan berdasarkan lokasi aktivitas terjadi dan objek yang

dikenai oleh aktivitas tersebut yang memunculkan kelompok leksikon verba yang

mengacu pada: aktivitas di lahan pertanian dan kebun, aktivitas terhadap fauna

dan isi alam lainnya, aktivitas fauna, dan aktivita alam. Relasi semantis antara

leksikon lingkungan alam BU mencakup relasi semantis hiponimi dan relasi

semantis meronimi.Sementara itu, keberagaman dari segi cara penamaan entitas

acuan ditemukan dan kemudian dikelompokan menjadi keberagaman cara

penamaan flora dan fauna. Ada 17 cara penamaan flora dan 12 cara penamaan

fauna. Keberagaman leksikon lingkungan alam BU dari segi relasi maknanya

ditemukan ada dua, yakni relasi makna hiponimi dan relasi makna meronimi.

Sementara itu, dinamika leksikon lingkungan alam BU direpresentasikan

oleh hal-hal, seperti dinamika tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon

antargenerasi, kecenderungan dan daya tahan leksikon lingkungan alam BU yang

ditunjukkan oleh leksikon yang bertahan, leksikon yang mengalami penurunan,

dan leksikon yang mengalami kepunahan, serta leksikon yang tergeser yang

tercermin pada perangkat leksikon dengan nama tergantikan bahasa lain dan

Page 32: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxii

perangkat leksikon dengan fungsi tergantikan entitas lain. Sementara itu, terkait

dengan terjadinya dinamika leksikon lingkungan alam BU, ditemukan bahwa ada

tiga faktor utama sebagai penyebabnya, yakni faktor kebahasaan, faktor penutur,

dan faktor perubahan ekologi (lingkungan fisik).

6.2 Saran

Berdasarkan informasi dan fakta yang ditemukan dalam kajian ini, pada

uraian berikut dikemukakan beberapa saran yang dianggap berguna bagi

keberlangsungan hidup BU dan penjagaan serta pelestarian lingkungan ragawi

BU.

Perangkat leksikon yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini

hanyalah sebagian kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah leksikon

lingkungan alam BU yang ada. Oleh karena itu, penelitian-penelitian terkait

sangat dibutuhkan demi terdiskripsikan dan terinventarisasikannya secara lebih

mendalam leksikon-leksikon yang ada yang merupakan representasi dari

keberagamannya serta interaksi, interelasi, dan interdenpendensi GTBU dengan

lingkungan alam sekitar mereka.

Rendahnya tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan alam

BU utamanya oleh generasi muda sangat penting dicermati dan menjadi perhatian

berbagai pihak. Sebagai “bahasa daerah kecil” (bahasa yang tidak memiliki tradisi

sastra) dapat dipastikan bahwa BU tidak pernah mencapai prestise

tinggi.Walaupun hal itu tidak mungkin dicapai, paling tidak GTBU masih

menghargai bahasanya sebagai salah satu aspek kebudayaan mereka dan tidak

menganggap memakai BU sebagai sikap ‘ndeso’.

Selanjutnya, adanya usaha pendokumentasian unsur kebahasaan,

khususnya leksikon lingkungan alam BU sangat perlu dilakukan, karena

berdasarkan temuan di lapangan masih sangat banyak entitas acuan yang

leksikon-leksikonnya tidak ditemukan dalam Kamus Bahasa Using sehingga dapat

disusun kamus bahasa Using khususnya, tentang leksikon lingkungan alam yang

dapat diwariskan kepada generasi GTBU yang akan datang.

Page 33: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxiii

SUMMARY OF DISSERTATION

THE REPERTOIRE OF NATURAL ENVIRONMENT LEXICONS IN THE

DYNAMICS OF USING LANGUAGE SPEECH COMMUNITY: AN

ECOLINGUISTIC STUDY

1. Introduaction

1.2 Background and Problems of Study

Using language (UL) is one of the local languages in the archipelago that

is used by the natives of Banyuwangi. Of the 24 districts in Banyuwangi, there are

13 districts where groups of UL speech community are found. Their lives depend

on the natural and the physical environments in which they live, which are not

only in the forms of their dependent relationship to the environment, but also

create patterns and shape the environment. Because of the environment they have

a fairly high rainfall and rich in water resources, they are formed into a farmer

community who still preserve the natural environment around them. This makes

the species of flora and fauna that live and grow in the region are very diverse so

that make UL very rich with the natural environment lexicons which refer to the

entities of the flora and fauna, such as lexicons of flora, padi ‘rice’, kelapa

‘coconut’, and pisang ‘bananas’, as well as lexicons of fauna, among them,

burung ‘birds’, reptil ’reptiles’ and ular ‘snakes’. The impact of globalization of

culture and language, particularly the influence of foreign cultures and

international languages and the dominance of the national language of Indonesia,

as well as changes in the natural environment, the cultural and language

maintenance, particularly with regard to their language attitude they are being

tested in the social contacts with other ethnic groups (among others with the

Javanese, Maduranese, Balinese, and Bandar), leading to the emergence of the use

of another language as the language of instruction in communication by the UL

speech community. This phenomenon is demonstrated through comparison of the

results of research conducted by Herusantosa (1987) and Subyatiningsih (1999) as

follows.

Domains Herusantosa Subyatiningsi

(1987) (1999)

Family 75,00% 62,35%

Transaction 50,67% 32,40%

Religius 28,00% 18,65%

Arts / tradition / culture 73,50% 37,87%

The comparison of the results of the above two studies indicates that the cultural

and natural functions carried by UL is reflected in the decrease of language use in

various domains and functional diversity. The decline in the function of UL in the

domains of the family, transaction, religious, art, traditions, and culture has

quantitatively happened for 12 years (1987-1999). It is assumed that after 12 years

passed, from 1999 to 2013, or approximately 14 years, depreciation functions of

UL in every domain is still going to happen anyway. The decline of UL usage is

also preceded by the lexicon unuse in every context of UL usage, in addition to

Page 34: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxiv

the absence of language inheritance as a vehicle, system of code and system of

verbal symbols to the next generation either through education (formal, informal)

and non-education. Due to the above phenomenon, the characteristic of UL

changed so that there are a number of suspected lexicon of natural environment

survive, shift, and are endangered.

A number of UL tudies have been done, such as on the macro linguistics,

especially sociolinguistics, including by Herusantosa (1987), Subyatiningsih

(1999); Kusnadi (2002), Sariono (2002), and Sariono (2007) and micro

linguistics, including by Prijangga (1957), the research team of FKSS IKIP

Malang (1979), and Herusantosa (1987), as well as about the culture and

literature, among them by Sudjarwadi (1995), Marwoto (1999), and Arps (1990-

1992)

Associated with the object of study, this research is a new one because, so

far, there has not been any research on lexicon, (especially on noun and verb by

using ecolinguistic study) so that the results can be beneficial to the interests of

some parties. Therefore, the study of the natural environment lexicon of UL

repertoire in the dynamics of its speakers is focused on four main issues

formulated as follows.

1) How is the lingual forms of the natural environment lexicon diversity

of UL?

2) How is the diversity of UL lexicon that embody the ULspeakers’

knowledge about the natural environment?

3) How is the dynamics of intergenerational understanding and use of

natural environment lexicons of UL speech community?

4) What factors make the dynamics of intergenerational understanding

and use of natural environment lexicons of UL speech community?

1.2 Objectives

The purpose of this study is divided into two, namely general purpose and

special purpose. The general objective of this study is to document the repertoire

of the UL natural environment lexicon, while the specific goal, namely (1)

describing the lingual forms of UL natural environment lexicon diversity; ( (2)

describing the diversity of natural environment lexicon of UL that embodies the

knowledge of UL speech community; (3) describing the dynamics of

intergenerational understanding and use of natural environment lexicons of UL

speech community; and (4) describing the factors that led to the dynamics of the

understanding and use of the natural environment lexicon of UL speech

community.

1.3 Research Benefits

From a theoretical perspective, the result of research is beneficial to the

development of linguistic study, especially ecolinguistics in the area of lexicon.

This is related to the theory of language change, so the result of this study is

expected to be able to add data and information about the UL natural lexicons in

particular that still survive and are already extinct due to the impact of changes in

the natural environment, language, culture, globalization, and modernization.

Page 35: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxv

Furthermore, the findings can be used as a reference, comparison, and to develop

aspects of linguistic research and similar studies elsewhere so that future

researchers can eventually strengthen and offer theoretical justification,

particularly with respect to the theory of ecolinguistics applied in this study.

Meanwhile, in practice, this study is expected to provide benefits for: (1) Pusat

Bahasa and Balai Bahasa in planning, developing, and preservation of language

and literature in particular areas of small regional languages; (2) Department of

Education and Culture for the development of ecolanguage oriented teaching and

learning; (3) the teachers in designing local curriculum related to UL teaching, or

Indonesian and English, especially in primary and secondary schools; and (4) as a

reference to revitalization of local language especially UL.

2. Literature Review, Concepts and Theoretical Frameworks

2.1 Literature Review

Researches on local languages in the archipelago relating to lexicon have

much been carried out, such as the research conducted by Sariono (2002) on the

level of people’s mastery of Javanese vocabulary in Bawean Island, Gresik

Region, East Java. The similarity between Sariono’s research (2002) and this

research lexicon is that the mastery level is proportional to the age level. Other

research, which is conducted by Pilgrim (2006) under the title A CrossCultural

Study into Local Ecological Knowledge located, in the United Kingdom, India,

and Indonesia with a focus on the study of how people understand the

relationship, closeness, and their dependence on nature as a source of livelihood.

Pilgrim’s findings (2006) is used as a reference in the concept of the factors

underlying the extinction of lexicons of understanding and knowledge of

respondents about the lexicon of the natural environment."Linguistic Erotion on

the Chesapeak: Intergenerational Diachronic Shifts in the Lexicalization of the

Bay" is the title of the research conducted by Pandey (2007), published in the

Journal of Language and Ecology Vol.2: 3 with the focus of the study, namely the

lexical shift of a local expression "across the bridge ". Grouping the age of

respondents in the study of Pandey (2007) is used as reference in this study.

Meanwhile, Rasna (2010) with a research entitled “Pengetahuan dan Sikap

Remaja terhadap Tanaman ObatTradisional di Kabupaten Buleleng: Sebuah

Kajian Ekolinguistik” tested the respondents’ knowledge of the lexicon and the

benefits of 11 medicinal plants. The way how Rasna (2010) developed data

analysis is used as reference in the data analysis of this study. Furthermore,

Sukharani (2010) conducted a study with the title, “Leksikon Nomina Bahasa

Gayo dalam Lingkungan Kedanauan Lut Tawar: Kajian Ekolinguistik” tested the

respondents knowledge of 360 nouns of physical environment of the Lake of Lut

Tawar regarding (1) the names of fish and animals that live in the lake and flow,

(2) the names of birds, animals, and rice in the lake environment, (4) the names of

inanimate objects found in the environment of the lake , (5) the names of

traditional fishing gear and fattening of the fish in the lake, and (6) the survival of

Gayo language and culture related to environmental sustainability of Freshwater

Lake Lut Tawar. Inspite of many differences, Sukharani’s research (2010) was the

inspiration to conduct similar studies in different places. Other researcher who

Page 36: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxvi

made the understanding and knowledge of the lexicon of respondents as part of

the research is Saputra (2010) with the title “Penyusutan Fungsi Sosio-Budaya

Bahasa Melayu Langkat di Stabat di Kabupaten Langkat”. The application of

ecolinguistic theory in Saputra’s research (2010) is used as the basis in this study.

Another research on lexicon entitled “Khasanah Leksikon Alami Guyub Tutur

Karoon: Kajian Ekoleksikal” which examines the lexicon of a language was done

by Baru (2012) with the findings, including that the persistence of a number of

lexicons that are caused by entities of reference is the source of life and livelihood

of the community, in addition that the level of the population is still found in the

environment where they live so that the lexicons are still in their cognition. By

making the lexicon of animals and plants as objects of study and by applying

ecolinguistic theory to dissect the problems of the research by New (2010), a

comparison is made in this study

2.2 Concepts

The concepts used as the basis in this research include (1) dynamics, (2)

lexicon, and (3) environment,

(1) The concept of lexicon refers to the concept proposed by Kridalaksana

(1982) because of the lexicon in question in this study is a list of words

about the natural environment accompanied by an explanation and also

refers to the vocabulary of one's repertoire, in this case, the

respondents.

(2) The concept of dynamics refers to the concept by Crystal (1985). What

is meant by dynamics is the development, shifts, retention, and

survival of language (in particular at the level of lexicon) caused by

changes in the natural and social environment where the speech

community are settled. And the language shift and retention are due to

the length of collective language selection carried out by one or

several speech community of a language. Fasold (1984: 213) says that

when a speech community starts selecting a new language in a domain

that used to use old language, it indicates that a language shift is

underway. In addition to the bilingual community factors, factors of

migration, economics, and education are other factors causing a shift

in the language. In contrast, language maintenance occurs when a

speech community collectively determines to continue using languages

that they use in their communications. In addition to the phenomenon

of shift and the preservation of language, it is also known the survival

fenomnena of minority (small) languages by speakers that happened

by accident and unplanned. The persistence of the use of a language by

speakers can be motivated by several factors, among them the

psychological sociocultural factors of the speakers, geographical

background, and demographic factors (Suhadi, 1990: 195). Fasold

(1984: 181) attributes this to the function of language as contrastive

self-identification, that the language has a function as a means of

unifying or dividing itself from other groups.

Page 37: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxvii

(3) The concept of environment refers to the concept proposed by Sapir

(in Fill and Muhlhausler, ed., 2001: 14), namely the physical and

social environment that support the life of UL speech community

related to the geographical environment in which they interact with the

flora and fauna that live in therein.

2.3 Theoretical Framework

To cope with the research problems an umbrella theory and three

supporting theories are applied. The umbrella theory in this study is the theory of

ecolinguistics, while the supporting theory includes the theory of language

change, semantic theory, and the theory of morphology dealing with word

formation process. The application of theories in the research is carried out in an

integrated manner as complementary. The first theory is ecolinguistics as the

umbrella theory. Ecolinguistic theory was initially introduced by Gumperz (1962)

in his idea about language ecology (in this case the social environment) in the

study of sociolinguistics. Gumpers (1962: 137) argues that ecolinguistics is

defined as the interaction between language and the environment through the

speakers. It means that it is due to the speech group that a language can develop

(the emergence of new lexicons), survive (maintain to use specific lexicons in

everyday conversation), shifted (specific lexicons are replaced by the lexicons of

other languages), or extinction (disappearance of specific lexicons from the

speakers’ conception). Gumpers ideas (1962) about the language environment is

reinforced by Haugen (in Dil, 1972: 325-329) who said that the environment of a

language is the language speakers which may take the form of social and cultural

background. In addition to the social environment, the language through the

lexicon also represents its physical environment (such as rivers, lakes, mountains,

rice fields, and so on). Facts show that the natural environment is changed, the

language used by the speech community had changed over time. Bang & Doors

(in Lindo and Bundesgaard, ed., 2000: 10-11) says that language is part of a social

activity contained and containing social praxis. Social praxis is a concept that

refers to all the actions, activities, people's behavior, both fellow members of

society (social environment) and to the natural environment. Language and social

praxis are two things that are related. In this case the social praxis is an aspect that

dominates, while the language is an aspect that dominated. This indicates that

changes in social praxis (change of action, activity and human behavior towards

each other and also to the natural environment) cause changes in language or

changes in social praxis is the cause of language change and the most easily

observed is the change in the level of the lexicon. The social praxis includes triple

dimensions, namely (1) the ideological dimension, namely the ideology associated

with the order of the individual or community mental, cognitive, and

psychological attached to the speech community; (2) sociological dimension is the

dimension that is related to how the speech community arrange, organize, and

communicate their interaction with each other so there is a sense of togetherness,

mutual love, mutual need and ultimately bring a sense of respect for others; and

(3) biological dimensions, related to our being biologically coupled with other

species, which is synonymous with the diversity of both animals and plants, that

Page 38: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxviii

are balanced in an ecosystem that is verbally recorded in language lexicons (in

this context Using language) so that the entities are signified, known, and then

understood. The three above dimensions are formed and simultaneously interact

dialectically so it can be said that ecolinguistic theory is applied to study the

diversity of noun lexicons consisting of flora and fauna that represent the diversity

of the reference entities and verbs that represent the diversity of activities done by

the speech community to both the physical and social environment where they

live. In addition, this theory is also applied to study the interaction, interrelation

and interdependence between the speech community of Using language and their

environment which give rise to the dynamics of the level of understanding and use

of the three groups of respondents.

The second theory applied in this study is the theory of language change

proposed by Labov (1994) and Aitchison (1991). Both linguists have argued that

the change in language is broadly due to two factors, namely internal and external

factors of language. Labov (1994) which basically expresses that the language

change often begins with deviations from the norms of standard language usage

that normally occurs gradually (evolutive) and preceded by something that

happened today which is called by Labov (1994) as the language change in

progress. Furthermore, Labov (1994) mentions that the spread of language change

involves two things, namely the spread associated with an internal linguistic

concerning the linguistic elements, and with the spread of speakers that can be

either naturally, namely the deployment is done unconsciously and systematically

by a speech community through the use of certain linguistic elements that are

different from the existing rules that eventually gave rise to new variations and

conscious deployment, ie done intentionally by a prestigious group of people ,

power, and high social status which is then replicated by the "subordinate" as a

model. Meanwhile, similar opinion is also raised by Aitchison (1991: 105-160)

which highlights that the cause of language change is also driven by two factors:

internal, psycholinguistic and social factors. The first factor is related to the

language system itself, such as the assimilation process and the process of

borrowing. Meanwhile, the second factor is the external factor of language that

refers to the language changes caused by changes in the social life of native

speakers associated with ethnicity, occupation, gender, and age (cf. Holmes, 1992:

164-181).

The third theory applied to study the problem of this research is the theory

of semantics associated with the nomenclature and way of naming entities in the

lexicon reference of UL. Related to the nomenclature, theoretically, the most

basic things in the community members in nomenclature mastery is to recognize

and / or understand the names of the flora and fauna in its own speech community.

The introduction of / understanding is best approached using the theory of the

"Triangle of meaning" of Ogden and Richardas (see Ullmann, 1985: 55). The idea

of a theory of meaning departed from the appointment of the flora and fauna

names (nomenclature) with things beyond the name (symbol), the objects (things)

itself. In other words, the appointment of these names are ostensive, pointing with

his index finger. Therefore, the theory of meaning is called Referential Theory

(Saeed, 2000: 67).

Page 39: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xxxix

The introduction of / understanding of the nomenclature develops up to

certain age. Thus, every child who begins to recognize the objects around him, he

sees it, or anyone else pointed ostentively with his index finger certain objects

with certain names as well (see below Naming theory). It happens over and over,

that in the end, the speaker becomes accustomed to recognize and understand the

nomenclature of flora or fauna earlier.

The habit is based on the assumption that the speaker had put

nomenclature in his mind. So the good image of the acoustic image and meaning

is stored in the brain or the speaker has "thought" (in mind). Therefore, someone

who already knows the name of a particular thing does not need to see or anyone

else shows him the particular object. In other words, the names have become

knowledge (cognition) for him. de Saussure called the relationship between name

(symbol) with the concept (meaning) is reciprocal: the symbol is directly related

to the concept without an intermediary object (referent). So, when the speaker

remembers certain things, such as "bamboo" as a concept, he would say bamboo.

Technically, different from Ogden and Richards, the meaning theory of de

Saussure is called the Representational Theory (Saeed, 2000: 89). When linked

with the dynamics of intergenerational understanding and use of UL speech

community against the lexicon of flora and fauna then theoretically the names of

objects that have become knowledge have significant roles. Thus, the theoretical

study from the understanding of meaning of the Using flora and fauna lexicon

does not take long when a child starts in the acquisition of nomenclature which

becomes the object of this study. The problem is that the names of objects that

have become their knowledge yet its reference entity is no longer found in their

neighboring. Associated with naming Saeed (2000: 27) says that the name is

basically a label, including for labeling human, places, animals, plants and

objects. The name is definite because the name given to entities of reference

contains the name of the giver assumption that the reader/listener can identify/

recognize the reference. Based on the characteristics / description owned by the

reference entity, the listener can identify the entity in question. Based on the

above explanation the theory applied to the study the naming diversity of flora and

fauna in Ul is the theory proposed by Saeed (2000) on the grounds that the

naming of the few entities that can be traced, but there are still some that can not

be traced. For this second type, the names of some of the entities are considered to

be an emerging agreement among members of the community to give a specific

name to a particular entity as well. Meanwhile, in order to assess the meaning

behind the names contained in flora and fauna referred by each of the lexicon the

theory proposed by Jacobs is used (in Laird and Gorrel, 1971: 92-93), which

classifies meaning behind names of animals and Verheijen (1984), who examines

the meaning behind the names of some plants that grow in Manggarai regency,

East Nusa Tenggara.

Meanwhile, the theory applied to answer the problems of research on

lingual forms of different natural environment lexicon of Using, is the theory of

morphology dealing with word formation proposed by Kridalaksana (1996). This

is motivated by the similarity between the way of word formation in the

Page 40: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xl

Indonesian and Using languages, namely by the process of affixation,

reduplication, and composition (Kridalaksana, 1996: 32-99).

3. Research Methods

This research was conducted in three districts in Banyuwangi, namely, the

districts of Giri, Glagah, and Rogojampi. Sixty three (63) people are taken as

research sample consisting of three age groups, namely juvenile group (15-30

years old), adult group (31-50 years), and aged group (51 years and above). There

are two types of data in this study, namely quantitative and qualitative data.

Quantitative data is primary data obtained through a self-report by respondents

related to the level of understanding and level of use of the lexicon of the natural

environment, and the secondary data or qualitative data in this study is used to

explain the quantitative data.

To collect the research data methods of documentation, interviews,

participating observation and questionnaire are used. Questionnaire method is

applied to obtain quantitative data, whereas the method of documentation,

interviews, and participating observations are used to obtain qualitative data that

also serve to verify and data triangulation. The collected quantitative data were

then analyzed and described to be presented by implementing formal and informal

methods.

4. Result of Study

4.1 Diversity of Using Natural Environment Lexicons

UL is one of the local languges used by a speech community who live in

several villages in thirteen districts (out of 24 districts) in Banyuwangi Regency.

Geographically, Banyuwangi in general, and the neighborhood where the speech

community of UL settle in particular, is a fertile area, with a lot of water sources,

as well as heavy rainfall so that various types of flora and fauna grow and live.

The diversity of flora and fauna is facilitated by diverse natural environment

lexicons as well.

Based on the analysis of data and findings, it was found that the lingual

forms of Using natural environment lexicon take the form of basic form, affixed

derivative form, reduplication, and compounds. Furthermore, the diversity of the

natural environment lexicon of Using language is classified and analyzed

according to (1) categories of words, including nouns and verbs; (2) ways of

naming, i.e the way how to name flora and fauna; and (3) the relation of meaning

between the lexicons. The category of noun is classified by its usefulness for

human life and is grouped into a group of flora which includes food crops, fruit

trees, vegetables, herbs and spices, flowers, coconut, bamboo, and other crops.

Meanwhile, the grouping of fauna lexicon is classified based on the classification

of biological sciences to form groups of mammals lexicons, birds, reptiles,

insects, and freshwater fish. Furthermore, the diversity of the natural environment

lexicon of verbs is grouped by location of activity and the object that is subjected

by the activities that gave rise to the lexicon of verbs that refers to: (1) activity on

agricultural land and orchards, the activity of the fauna and other natural contents,

faunal activity, and activities of nature. Furthermore, semantic relationships that

Page 41: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xli

were found between the natural environment lexicon of UL is semantic

relationships of hyponimy and metonymy.

4.2 The Dynamics of Level of Intergenerationa Understanding and Use of

Natural Environment Lexicons of Using Language Speech Community

The diversity of natural environment lexicons of Using is not only

apparent at the diversity of the entity of reference, ways of naming, semantic

relations and diversity, but the diversity is also found at the level of understanding

and use that represent the dynamics of the level of understanding and use. It was

found that there are significant differences in the level of intergenerational

understanding and use of the natural environment lexicons. The level of

understanding of the three groups of respondents, especially of the generic natural

lexicon of Using flora is still in average above 80%, while against specific

lexicons which entity have a high usefulness to the life of Using speech

community resulting from their high interaction, interrelation and interdependence

among the reference entities and the speech community encouraging efforts to

cultivate them. Conversely, if the reference entity is less useful for the community

life, the level of understanding of respondents, especially teens, on the lexicon is

rather low.

Furthermore, the level of usage of respondents on the flora lexicon is also

very diverse. If the flora lexicon has an important role in the life of the

community, the level of use is quite high, above 70% for all groups of respondents

due to the high interaction, interrelation and interdependence against its reference

entitity so that biologically the speech community try to cultivate and maintain.

The level of understanding and use of the respondents to the lexicon of fauna is

not much different. The high percentage of respondents level of understanding is

found in generic and specific lexicons which referent entities are found in the

surrounding environment or have high enough benefits. Reverse phenomenon is

found at the level of understanding, especially specific lexicons with limited

reference entities, its ecoregion is far away from the neighborhood of the speech

community, as well as less / has no value in their lives. The same background also

causes the percentage rate of use of the fauna lexicon by three groups of

respondents indicate a decrease even many show the percentage of 0%. Lexicons

with high percentage of usage rates are also found in lexicons with numerous

reference entities, and benefitial to the speech community life, and its ecoregions

are in the neighborhood where they live. The level of understanding and use of the

verb lexicons also varied depending on the extent to which they understand and

carry out the activities referred to by such verbs that there is a level of

understanding and use of both high andlow percentage. However, the level of

understanding of the natural environment verbs of Using language by adults and

aged respondents almost all above 75% while the rate of usage is 60% and above,

except for the verb that refers to activities that rarely / almost never happen.

Due to various factors, mainly because of changes in the natural

environment, and social changes on Using lexicon characterized by the emergence

of the dynamics of understanding and use. The dynamics of this lexicon is

categorized into sustained lexicon, the lexicon decreased in the understanding and

Page 42: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xlii

use, and the shifted lexicon. To determine the sustained lexicons is performed by

comparing and analyzing the differences in levels of understanding / use in all

three groups of respondents. The parameters used to determine the category of the

lexicon that survive is by determining the level of use above 80% in all groups of

respondents on the assumption that the percentage shows that the frequency of

occurrence of such lexicons in conversations among the speech community still

high. Lexicons that survived are represented by those that the reference entities

have an important role in several aspects of speech community life so that its

entities are known, familiar, used, maintained and cultivated. Or in other words it

can be mentioned that biologically the reference entities thrive in this ecoregion,

sociologically its entities play a role in strengthening kinship ties, as well as

ideologically the speech community seek to develop certain entities for social and

economic interests.

Meanwhile, the Using lexicons that are categorized in the group that

experienced a decrease are lexicons with rates of usage below 80% for juvenile

respondents although the level of understanding remains 100% on the assumption

that even if a person understand the meaning of a lexicon but the lexicons are rare

or never used, and if this phenomenon occurs in a long period of time, within a

certain time, the lexicon is no longer a person's linguistic repertoire. Furthermore,

the decline in the use of the lexicon are also found in the lexicon of verbs,

especially teenagers because respondents ignorance of the activities referred to in

Using language or the replacement of certain lexicons by another language

lexicon. As regard to lexicons that are almost extinct, it is found that 728 lexicons

used as samples, 210 lexicons are found with a very low level of understanding

and use and even reached 0%. This is, among others, because the lexicons

belonged to a group whose reference entities are limited, less familiar, and do not

play an important role in the speech community life, its entities function is

replaced by another entity function, as well as on replacement of Using lexicon

that refer to these entities by lexicon of other languages.

4.3 Factors Causing the Dynamics of Intergenerational Understanding and

Use of Natural Environment Lexicon Using Language

Meanwhile, the dynamics of the understanding, usage, shift, as well as the

survival of the natural environment lexicon of UL are caused by three factors,

namely: (1) linguistic factors, consisting of internal and external factors; (2)

factors Using speakers because of changes in profession, eating patterns, and

patterns of drug consumption, language speakers orientation, and (3) changes in

ecological factors (physical environment) in the form of various crops changes,

particularly rice varieties, namely the switch from growing local rice into the

types of rice varieties, such as C4, IR 64 and IR 7 so that the speech community

of UL are ignorance and familiar with the entities of local rice and its lexicons.

5. Findings

The scrutiny of the research that has been done, identified the fact that any

research on the lexicon, particularly the natural environment lexicons of UL from

Page 43: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xliii

the perspective of ecolinguistics has never been done. Therefore, what was found

in this study is a new finding. The new findings can be described as follows.

5.1 Reflection onThe Results of the Theory Applied

As mentioned in the previous section that the umbrella theory in this

research is the theory of ecolinguistics with the concept that the language and the

environment (environmental, social and physical environment) are interrelated.

The same concept is also emphasised on dialectical theory of Bang & Doors (in

Lindo and Bundesgaard, ed., 2000). Bang & Doosr further argued that language is

part of a social activity contained and containing social praxis, which is a concept

that refers to all the actions, activities, people's behavior, both fellow members of

society (social environment) and to the natural environment. This social praxis

contained three-dimensional (triple dimensions), namely (1) the ideological

dimension, (2) sociological dimension, and (3) biological dimensions, the three

are formed and simultaneously shaped the language and interact (dialectical).

Meanwhile, the application of three other theories, namely the theory of language

change, the theory of linguistic anthropology, and semantic theory as a supporting

theory, strengthen the research findings. All the applied theories have the basic

concept that the language change is caused by social and physical environment

changes. The findings of the study is in line with the basic concepts of the theories

applied, namely the changes of Using language in the level of lexicon caused by

the social and physical environment of Using language itself. Based on the

findings, the social environmental change factors have much stronger influence

on Using lexicon changes compared with their physical environment.

5.2 Reflection on the Previous Studies of Using Language

Reflections on the results of study that have been conducted on the UL are

divided into three, namely (1) the field of study, (2) the content, and (3) findings

of the lexicon. Reflections related to the field of study, as has been reviewed in the

section (2.1.2) indicate that there are a number of studies that have been carried

out on UL, studies in the field of microlinguistics and macrolinguistics.

Particularly in the field of macrolinguistics, there are three studies, namely

“Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi” by Herusantosa (1987), “Fungsi dan

Kedudukan Bahasa Using di Banyuwangi” by Subyatingsih dkk. (1999), and

“Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Using: Studi Kasus pada Masyarakat

Using di Kelurahan Singotrunyan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten

Banyuwangi” by Sariono (2007). The three studies are in the field of

sociolinguistics which only resulted in findings that reflect the reciprocal

relationship between language and society. (language social environment). If a

language is still loved so it is still used by the speech community he said, it

indicates that the language is still persist that produce a language survival.

Conversely, if the findings of the study show that the speech community no longer

use the language as a communication tool in the domains that require its use and

choose to use another language it means the language is already shifting.

Meanwhile, this research is an ecolinguistic study which is a new paradigm in

language study, juxtaposing ecology (environment) and linguistics. As a

Page 44: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xliv

discipline, ecology explains the interrelationship between living beings and nature

around him, while linguistics is the scientific study of language phenomenon of,

both macro and micro. The findings can be used to observe how the relationship

of a speech community, not only with the language, but also with other members

of speech community (the social environment) and also with the natural

environment (physical environment) of the language. For example, by analyzing

the dynamics of understanding and use of the speech community on the lexicons

about the social and natural environment, some language facts can be revealed,

such as whether the language survives, decreases, or shifts, as well as the presence

or absence of interaction, interrelation, or interdepence between the speech

community and the physical environment where the language is used. In addition,

the results can nevertheless be used to determine whether the quality of physical

environment of a language is still preserved, unchanged, damaged or

deterioration, through the dynamics of understanding and use of the lexicons.

Furthermore, in relation to the content of the study it can be explained that

the findings of the level of intergenerational understanding and use of the

lexiconothe by the speech community, confirmed that UL is undergoing a shift,

especially at the level of the lexicon of the natural environment. UL is

experiencing the dynamics in groups of: (1) the lexicon that survive; (2) the

lexicon that decrease; (3) the lexicon that are almost extinct; and (4) the lexicon

that are shifted. The results have become new findings that can be used as a basis

for the preparation of a special dictionary on the lexicon of natural environment. If

these findings can be acted upon then this is a real act of documentation

requirements.

5.3 Intergenerational Conception Gap

The findings that show significant differences in the understanding and use

of the natural environment lexicon of UL among teenage respondents on the one

hand and adults and aged respondents on the other hand, indicate that there is a

conception gap between generations. The lack of understanding and use of the

lexicon of traditional medicinal plants and specific lexicon of flora and fauna on

juvenile respondents indicates that those lexicons are already missing / almost

disappeared from their conception.If it is associated with three dimensions in

social praxis, ideologicallythe lexicon that are almost or already extinct from their

conception are lexicons with unimportantreference entity to their lives so that

socioecologically no interaction, interrelation and interdependence with the

reference entity. If the reference entity is a type of biotic, biologically speaking

teenage speakers feel unnecessary to cultivate entity. However, a gap is also found

in the conception of the old speakers to specific lexicon. This is motivated by the

existence of a reference entity from the lexicons that the reference entity is a new

entity or entities is not much in quantity so that no one in the conception of some

old speakers.

Page 45: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xlv

6 Conclusion and Recommendation

6.1 Conclusion

Using language is one of the local languages that are supported and used

by Using speech community that become the native people inhabiting parts of

Banyuwangi. The language that has no speech level has a lexicon, in particular

diverse natural environment lexicons. The diversity of the Using natural

environment lexicons in this study was grouped based on: (1) lingual forms, the

lexicons taking the forms of base, derivative, affixed, reduplication and compound

words; (2) categories of words, the lexicons with the categories of noun and verb;

(3) ways of naming the reference entity, the way of naming of flora and fauna;

and (4) the relation of meaning. The lexicon categorized as a noun is classified

into groups of flora and fauna. The classification of the group is based on its

usefulness on human life which includes lexicon groups of food crops, fruit trees,

vegetables, herbs and spices, flowers, coconut, bamboo plants, and other plants.

Meanwhile, lexicon of fauna is classified on the basis of biological sciences,

namely lexicon group of mammals, birds, reptiles, insects, and freshwater fish.

Furthermore, the diversity of the natural environment lexicon of verbs is grouped

by location occurring activity and the object subjected by the activities of the

group that gave rise to the lexicon of verbs that refer to: activities on farms and

gardens, the activity of the fauna and other natural contents, fauna, and natural

activities, Semantic relationships between the natural environment lexicon of

Using include and semantic relationships of hyponimy and metonimy.

Meanwhile, the diversity in terms of how the naming of the reference entity is

found and then grouped into the diversity of ways of naming flora and fauna.

There are 17 ways of naming flora and 12 ways of naming fauna. The diversity of

Using natural environment in terms of its meaning relation includes relations of

hiponimy and metonymy.

Meanwhile, the dynamics of the natural environment lexicons of Using are

represented by things, such as the dynamics of the level of intergenerational

understanding and use of lexiconss, inclination and durability of natural

environmental lexicon demonstrated by sustained lexicons, the decreased

lexicons, and the of extinct lexicons, and lexicons that are displaced as reflected in

the lexicon that is replaced by another language. As regard to the dynamics of the

Using natural environment lexicons, it was found that there are three main causing

factors, namely the linguistic, speaker, and ecological change factors (physical

environment).

6.3 Recommendation

Based on the information and facts found in this study, some suggestions

are considered useful for the survival of UL and maintenance and preservation of

the Using physical environment. Lexicon device that is used as a sample in this

study is only a small part compared to the amount of existing natural environment

lexicons. Therefore, related research is needed in order to have a deeper

description and inventory of the lexicons that represent the diversity and

interaction, interrelation, and interdenpendence of the Using speech community

with the natural environment around them. The low level of understanding and

Page 46: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xlvi

use of the natural environment lexicon, particularly by the younger generation is

very important to be observed and to gain the attention of various parties. As a

"small regional language" (a language that does not have a literary tradition) it can

be ascertained that the UL will never reach high prestige. Although it is not

possible to achieve, at least the Using speech community still appreciate the

language as one aspect of their culture and do not consider speaking the Using as

a 'rustic' attitude.

Furthermore, the documentation effort of linguistic elements, particularly

the natural environment lexicon is very necessary, because there are still a great

number of reference entities of lexicons that are not found in the dictionary of UL

so that a special Using dictionary can be made in particular, about the natural

environment lexicon that can be passed on to generations to come.

Page 47: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xlvii

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ........................................................................................... i

SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii

PRASYARAT GELAR .................................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv

PENETAPAN PANITIA PENILAI .............................................................. v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................................ vi

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... xiv

ABSTRACT ..................................................................................................... xvi

RINGKASAN ................................................................................................. xviii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xlvi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... liii

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ............................................................. lvii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ lviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 8

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

1.4.1 Manfaat Teoretis .................................................................................... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................ 13

2.1.1 Beberapa Penelitian tentang Leksikon .................................................... 13

2.1.2 Beberapa Peneltian tentang Bahasa Using .............................................. 24

2.2 Konsep ....................................................................................................... 29

2.2.1 Dinamika ................................................................................................. 29

Page 48: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xlviii

2.2.2 Leksikon .................................................................................................. 31

2.2.3 Lingkungan ............................................................................................. 32

2.3 Landasan Teori ........................................................................................... 33

2.3.1 Teori Ekolinguistik ................................................................................. 33

2.3.2 Teori Perubahan Bahasa .......................................................................... 40

2.3.3Teori Morfologi ........................................................................................ 45

2.3.4 Teori Semantik ........................................................................................ 47

2.4 Model Penelitian ....................................................................................... 61

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Landasan Filosofis ..................................................................................... 63

3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 64

3.3 Responden (Subjek) Penelitian .................................................................. 68

3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 70

3.5 Istrumen Penelitian..................................................................................... 71

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 74

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 76

3.8 Metode Penyajian Analisis Data ............................................................... 77

BAB IV MASYARAKAT DAN BAHASA USING DI KABUPATEN

BANYUWANGI

4.1 Sejarah Kabupaten Banyuwangi ................................................................ 78

4.2 Topografi dan Demografi ........................................................................... 80

4.3 Masyarakat Using....................................................................................... 83

4.4 Bahasa Using .............................................................................................. 94

4.4.1 Sejarah Bahasa Using .............................................................................. 94

4.4.2 Karakteristik Ejaan Bahasa Using ........................................................... 95

4.5 Situasi Kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi ......................................... 97

4.6 Status Kebahasaan Bahasa Using............................................................... 99

Page 49: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

xlix

BAB V KEBERAGAMAN LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM

BAHASA USING

5.1 Pengantar .................................................................................................... 104

5.2 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using…..... 104

5.2.1 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

Berujud Kata Dasar……………………………………………………. 104

5.2.2 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

Berujud Kata Turunan ………………………………………………….. 106

5.2.2.1 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

Berujud Kata Turunan Berafiks …………………………………….. . 107

5.2.2.2 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

Berujud Kata Ulang ………………………………………………….. 114

5.2.2.3 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

Berujud Kata Majemuk ………………………………………………. 115

5.3 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using ........................ 118

5.3.1Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using Berdasarkan

Kategori Katanya .................................................................................... 119

5.3.1.1 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

Berkategori Nomina .............................................................................. 119

5.3.1.2Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

Berkategori Verba……………………………………………………. 173

5.3.2.1 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using tentang

Aktivitas di Lahan Pertanian dan Kebun .............................................. 174

5.3.2.2 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using tentang

Aktivitas terhadap Fauna dan Isi Alam Lainnya ..................................... 177

5.3.2.3 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

tentangAktivitas Fauna ........................................................................... 179

5.3.2.4 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

tentang Aktivitas Alam ........................................................................... 181

5.4 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using tentang

Cara Penamaan Entitas Acuan .............................................................. 182

Page 50: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

l

5.4.1 Keberagaman Cara Penamaan Flora …………………………………. . 183

5.4.2 Keberagaman Cara Penamaan Fauna……………………………........ ... 196

5.5 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam BU dari Segi Relasi

Maknanya .................................................................................................. 206

5.5.1 Relasi Makna Hiponimi ……………………………………………….. 206

5.5.2 Relasi Makna Meronimi ......................................................................... 211

BAB VI DINAMIKA PEMAHAMAN DAN PENGGUNAAN LEKSIKON

LINGKUNGAN ALAM ANTARGENERASI GUYUB TUTUR

BAHASA USING

6.1 Tingkat Pemahaman Leksikon Lingkungan Alam

Antargenerasi GTBU………………………………… ............................. 214

6.1.1Tingkat Pemahaman Leksikon Lingkungan Alam

Antargenerasi GTBU Berkategori Nomina ............................................. 216

6.1.1.1 Tingkat Pemahaman Leksikon Flora Antargenerasi GTBU ................ 216

6.1.1.2 Tingkat Pemahaman Leksikon FaunaAntargenerasi GTBU ............... 237

6.1.2 Tingkat Pemahaman LeksikonVerba Antargenerasi GTBU .................. 251

6.1.2.1 Tingkat Pemahaman Leksikon Aktivitas di Lahan

Pertanian dan Kebun Antargenerasi GTBU ......................................... 251

6.1.2.2 Tingkat Pemahaman Leksikon Aktivitas terhadap Fauna dan Isi Alam

Lainnya Antargenerasi GTBU ............................................................ 254

6.1.2.3 Tingkat Pemahaman Leksikon Aktivitas Fauna

Antargenerasi GTBU ........................................................................... 256

6.1.2.4 Tingkat Pemahaman Leksikon Aktivitas Alam

Antargenerasi GTBU ........................................................................... 257

6.2 Tingkat Penggunaan LeksikonLingkungan Alam Antargenerasi GTBU .. 258

6.2.1 Tingkat Penggunaan Leksikon Lingkungan Alam

Antargenerasi GTBU Berkatogori Nomina ............................................ 259

6.2.1.1 Tingkat PenggunaanLeksikon Flora Antargenerasi GTBU ................. 260

6.2.1.2 Tingkat PenggunaanLeksikon Fauna Antargenerasi GTBU ................ 283

6.2.2 Tingkat Penggunaan Leksikon Lingkungan Alam

Antargenerasi GTBU Berkategori Verba ................................................ 297

6.2.2.1 Tingkat Penggunaan Leksikon Aktivitas di Lahan

Pertanian dan Kebun Antargenerasi GTBU ....................................... 297

Page 51: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

li

6.2.2.2 Tingkat Penggunaan Leksikon Aktivitas terhadap Fauna dan Isi

Alam Lainnya Antargenerasi GTBU ................................................... 301

6.2.2.3 Tingkat Penggunaan Leksikon Aktivitas Fauna

Antargenerasi GTBU ........................................................................... 304

6.2.2.4 Tingkat Penggunaan Leksikon Aktivitas Alam

Antargenerasi GTBU ........................................................................... 306

6.3Kecenderungan dan Daya Tahan Leksikon Lingkungan Alam

Bahasa Using ........................................................................................ 308

6.3.1 Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using yang Bertahan .................... 308

6.3.2 Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using yang

Mengalami Penurunan ........................................................................... 312

6.3.3 Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using yang Hampir Punah............ 316

6.4 Perangkat Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Usingyang Tergeser ........ 325

6.4.1 Perangkat Leksikon Lingkungkungan Alam Bahasa Using dengan

Nama Entitas Tergantikan Bahasa Lain ................................................. 324

6.4.2 Perangkat Leksikon Lingkungkungan Alam Bahasa Using dengan

Fungsi Tergantikan oleh FungsiEntitas Lain .......................................... 326

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERBEDAAN TINGKAT

PEMAHAMAN DAN PENGGUNAAN LEKSIKON

LINGKUNGANALAM ANTARGENERASI GTBU

7.1 Faktor Kebahahasaan ................................................................................. 329

7.2 Faktor Penutur BU ..................................................................................... 330

7.2.1 Orientasi Kebahasaan .............................................................................. 332

7.2.2 Pudarnya Kesetiaan terhadap Bahasa Ibu ............................................... 333

7.2.3 Mobilitas Sosial Horisontal ..................................................................... 333

7.2.4 Transfer Pengetahuan yang Terputus ...................................................... 335

7.3 Faktor Perubahan Ekologi (Lingkungan Fisik) .......................................... 335

7.3.1Peralihan Fungsi Lahan ............................................................................ 336

7.3.2Perubahan Varietas Tanaman ................................................................... 337

BAB VIII TEMUAN PENELITIAN

8.1 Refleksi Hasil Penelitian terhadap Teori yang Diterapkan …………… .. 339

Page 52: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

lii

8.2 Refleksi Hasil Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu ………..... 340

8.3 Kesenjangan Konsepsi Antargenerasi ……………………………….. .. 342

BAB IX SIMPULAN DAN SARAN

9.1 Simpulan .................................................................................................... 344

9.2 Saran ........................................................................................................... 350

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 352

DAFTAR LAMPIRAN

A. DAFTAR RESPONDEN .......................................................................... 359

B. DAFTAR INFORMAN ............................................................................. 362

C. SAMPEL PERCAKAPAN DALAM BAHASA USING ....................... 387

D. PETA KABUPATEN BANYUWANGI .................................................. 395

E. SURAT IZIN PENELITIAN .................................................................... 396

Page 53: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

liii

DAFTAR TABEL

3.1Rincian Responden Penelitian.................................................................... 69

3.2 Sebaran Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using ................................. 73

4.1 Situasi Demografi Kabupaten Banyuwangi ............................................... 82

4.2 Perbandingan Pemilihan Bahasa berdasarkan Ranah antara

Herusantosa (1987) dan Subjatiningsih (1999) .......................................... 98

5.1 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

yang Berwujud Kata Dasar ........................................................................ 105

5.2 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

yang Berwujud Kata Turunan Berafiks {N-} ............................................ 109

5.3 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

yang Berwujud Kata Turunan Berimbuhan Gabung {N-/-i} .................... 113

5.4 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

yang berwujud Kata Ulang......................................................................... 114

5.5 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using

yang berwujud Kata Majemuk ................................................................... 116

5.6 Keberagaman Leksikon Tanaman Bahan Pangan Bahasa Using .............. 122

5.7 Keberagaman Leksikon Tanaman Buah-buahan Bahasa Using .............. 126

5.8 Keberagaman Leksikon Tanaman Sayur-sayuranBahasa Using ............... 131

5.9 Keberagaman Leksikon Tanaman Bumbu dan Obat Bahasa Using ........ 136

5.10 Keberagaman Leksikon Tanaman Bunga Bahasa Using ........................ 140

5.11 Keberagaman LeksikonTanaman Kelapa Bahasa Using ......................... 143

5.12 Keberagaman LeksikonTanaman Bambu Bahasa Using ......................... 147

5.13 Keberagaman Leksikon Tanaman Lain Bahasa Using ............................ 152

5.14 Keberagaman Leksikon Mamalia Bahasa Using ..................................... 156

5.15 Keberagaman Leksikon Unggas Bahasa Using ....................................... 159

5.16 Keberagaman Leksikon Burung Bahasa Using........................................ 161

5.17 Keberagaman Leksikon Reptil Bahasa Using .......................................... 165

5.18 Keberagaman Leksikon Serangga Bahasa Using ..................................... 167

5.19 Keberagaman Leksikon Ikan Air Tawar Bahasa Using ........................... 172

Page 54: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

liv

5.20 Keberagaman Leksikon Verba Bahasa Using tentang Aktivitas di

Lahan Pertanian dan Kebun ..................................................................... 175

5.21 Keberagaman Leksikon Verba Bahasa Using tentang Aktivitas

terhadap Fauna dan Isi Alam Lainnya .................................................... 177

5.22 Keberagaman Leksikon Verba Bahasa Using tentang Aktivitas Fauna ... 180

5.23 Keberagaman Leksikon Verba Bahasa Using tentang Aktivitas Alam ... 181

5.24 Keberagaman Cara Penamaan Flora Acuan Leksikon Lingkungan

Alam Bahasa Using ................................................................................ 194

5.25 Keberagaman Cara Penamaan Fauna Acuan Leksikon Lingkungan

Alam Bahasa Using ................................................................................ 204

5.26 Relasi Makna Hiponimi Leksikon Lingkungan Alam Flora Bahasa

Using ....................................................................................................... 207

5.27 Relasi Makna Hiponimi Leksikon Lingkungan Alam Fauna Bahasa

Using ....................................................................................................... 209

5.28 Relasi Makna Meronimi Leksikon Lingkungan Alam Flora Bahasa

Using ....................................................................................................... 211

5.29 Relasi Makna Meronimi Leksikon Lingkungan Alam Flora Bahasa

Using ....................................................................................................... 213

6.1 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Bahan Pangan

Antargenerasi GTBU ................................................................................ 218

6.2 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Buah-buahan

Antargenerasi GTBU ................................................................................ 220

6.3Tingkat Pemahaman Leksikon TanamanSayur-sayuran

Antargenerasi GTBU ................................................................................ 223

6.4 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Bumbu dan Tanaman Obat

Antargenerasi GTBU ................................................................................ 226

6.5 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Bunga Antargenerasi GTBU .... 228

6.6 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Kelapa Antargenerasi GTBU ... 229

6.7 Tingkat Pemahaman Leksikon TanamanBambu Antargenerasi GTBU .... 233

6.8 Tingkat Pemahaman Leksikon TanamanLain Antargenerasi GTBU ........ 236

6.9 Tingkat Pemahaman Leksikon Mamalia Antargenerasi GTBU ................ 239

Page 55: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

lv

6.10 Tingkat Pemahaman LeksikonUnggas Antargenerasi GTBU ................. 241

6.11 Tingkat Pemahaman Leksikon BurungAntargenerasi GTBU.................. 242

6.12 Tingkat Pemahaman Leksikon Reptil Antargenerasi GTBU ................... 245

6.13 Tingkat Pemahaman Leksikon Serangga Antargenerasi GTBU .............. 247

6.14 Tingkat Pemahaman Leksikon Ikan Air TawarAntargenerasi GTBU ..... 250

6.15 Tingkat Pemahaman LeksikonVerba tentang Aktivitas di Lahan

Pertanian dan KebunAntargenerasi GTBU ............................................. 252

6.16 Tingkat Pemahaman LeksikonVerba tentang Aktivitas terhadap Fauna dan

Isi Alam Lainnya Antargenerasi GTBU ................................................. 254

6.17 Tingkat PemahamanLeksikonVerba tentang Aktivitas Fauna

Antargenerasi GTBU .............................................................................. 256

6.18 Tingkat Pemahaman LeksikonVerba tentang Aktivitas Alam

Antargenerasi GTBU .............................................................................. 258

6.19 Tingkat Penggunaan Leksikon Tanaman Bahan Pangan

Antargenerasi GTBU .............................................................................. 261

6.20 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Bauh-buahan

Antargenerasi GTBU .............................................................................. 263

6.21 Tingkat Penggunaan LeksikonTanamanSayur-sayuran

Antargenerasi GTBU .............................................................................. 266

6.22 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Bumbu dan Tanaman

Obat Antargenerasi GTBU ..................................................................... 269

6.23 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Bunga Antargenerasi GTBU ... . 272

6.24 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Kelapa Antargenerasi GTBU.. 274

6.25 Tingkat Penggunaan LeksikonTanamanBambu Antargenerasi GTBU.. 278

6.26 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Lain Antargenerasi GTBU ...... 281

6.27 Tingkat Penggunaan Leksikon Mamalia Antargenerasi GTBU .............. 285

6.28 Tingkat Penggunaan Leksikon Unggas Antargenerasi GTBU ................ 287

6.29 Tingkat Penggunaan Leksikon Burung Antargenerasi GTBU ................ 289

6.30 Tingkat Penggunaan Leksikon Reptil Antargenerasi GTBU ................... 291

6.31 Tingkat Penggunaan Leksikon Serangga Antargenerasi GTBU .............. 292

6.32 Tingkat Penggunaan Leksikon Ikan Air Tawar Antargenerasi GTBU .... 296

Page 56: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

lvi

6.33 Tingkat Penggunaan Leksikon Verba tentang Aktivitas di Lahan

Pertanian dan Kebun Antargenerasi GTBU ........................................... 298

6.34 Tingkat Penggunaan Leksikon Verba tentang Aktivitasterhadap

Fauna dan Isi Alam Lainnya Antargenerasi GTBU ................................ 303

6.35 Tingkat Penggunaan Leksikon Verba tentang Aktivitas Fauna

Antargenerasi GTBU .............................................................................. 305

6.36 Tingkat Penggunaan Leksikon Verbatentang Aktivitas Alam

Antargenerasi GTBU ............................................................................... 307

6.37 Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using yang Bertahan ..................... 309

6.38 Leksikon Nomina Lingkungan Alam Bahasa Using yang

Mengalami Penurunan ............................................................................. 314

6.39 Leksikon Verba Lingkungan Alam Bahasa Using yang

Mengalami Penurunan ............................................................................. 316

6.40 Leksikon Nomina Lingkungan Alam Bahasa Using yang

Hampir Punah .......................................................................................... 317

6.41 Leksikon Verba Lingkungan Alam Bahasa Using yang

Hampir Punah .......................................................................................... 322

6.42 Perangkat Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using dengan

Nama EntitasTergantikan oleh Bahasa Lain ............................................ 324

6.43 Perangkat Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using dengan

Fungsi Entitasnya Tergantikan oleh Fungsi Entitas Lain ..................... 326

Page 57: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

lvii

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

2.1 Hubungan Antara Dimensi Ideologis, Sosiologis, dan Biologis

terkait dengan Perubahan Bahasa ............................................................. 38

2.2 Hubungan Antara masalah Penelitian dan Teori yang Diterapkan ............ 60

2.3 Model Penelitian Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using ................... 62

Page 58: KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM …...Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh, Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan

lviii

DAFTAR SINGKATAN

Adj = adjektif

BB = bahasa Bali

BD = bahasa daerah

BI = bahasa Indonesia

BJ = bahasa Jawa

BM = bahasa Madura

BU = bahasa Using

GTBU = guyub tutur bahasa Using

N = nomina

N-Adj = nomina-adjektiva

N-N = nomina-nomina

N-Num = nomina-numeralia

TPh = tingkat pemahaman

TPg = tingkat penggunaan

V = verba

V-N = verba-nomina