laporan fieldtrip pertanian berlanjut

47
LAPORAN FIELDTRIP PRAKTIKUM PERTANIAN BERLANJUT Oleh: 1. Zella Oktaviana (105040201111087) 2. Moch. Randika Widiantoro (105040201111088) 3. Arif Budhiawan (105040201111089) 4. Fina Luthfiyanah (105040201111090) 5. M. Guruh Arif Zulfahmi (105040201111091) 6. Hadi Purnomo (105040201111092) 7. Hafidz Yudha Trinata (105040201111093) 8. Himatin Pramitha Sari (105040201111094) 9. Prihanti Panditia Kamukten (105040201111095) 10. M. Saifullah Mukti (105040201111096)

Upload: fahmiganteng

Post on 20-Jun-2015

4.144 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

LAPORAN FIELDTRIP PRAKTIKUM PERTANIAN BERLANJUT

Oleh: 1. Zella Oktaviana (105040201111087)2. Moch. Randika Widiantoro (105040201111088)3. Arif Budhiawan (105040201111089)4. Fina Luthfiyanah (105040201111090)5. M. Guruh Arif Zulfahmi (105040201111091)6. Hadi Purnomo (105040201111092)7. Hafidz Yudha Trinata (105040201111093)8. Himatin Pramitha Sari (105040201111094)9. Prihanti Panditia Kamukten (105040201111095)10. M. Saifullah Mukti (105040201111096)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 2: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

2012

Page 3: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya pertanian berkelanjutan merupakan upaya pemanfaatan sumber daya yang

dapat diperbaharui dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian

dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang

dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta kualitas

lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada

penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan sehingga dalam pelaksanaannya

akan mengarah kepada upaya memperoleh hasil produksi atau produktifitas yang optimal dan

tetap memprioritaskan kelestarian lingkungan. Jadi secara umum, sistem pertanian berlanjut

merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pada tingkat

bentang lahan upaya pengelolaannya diarahkan pada upaya menjaga kondisi biofisik yang bagus

yaitu dengan pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian untuk mempertahankan keberadaan

pollinator, untuk pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit dan mengupayakan

kondisi hidrologi (kuantitas dan kualitas air) menjadi baik serta mengurangi emisi karbon.

Serta pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia dilahan secara langsung yang dapat

digunkan sebagai variable untuk mendukung keberlanjutan suatu system pertanian. Seain itu juga

pemanfaatan siklus alam yang tersedia dilahan sebagi contoh pemanfaatan musuh alami sebagai

pengendali hama dan penyakit serta peran mikoorganisme pengurai tanah untuk menjaga dan

menyehatkan kualitas unsur hara tanah. Dari segi keberlanjutan tersebut diharapkan bisa

memperbaiki seluruh system yang ada di lahan. Dan dapat mewujudkan pertanian yang sehat,

berlanjut, alami dan tanpa mengurangi kualitas lahan yang tersedia.

Banyak macam penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana

komposisi dansebarannya beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi,

jenis tanah, vegetasi dan kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya.

Didalam ruang perkuliahan, mahasiswa mempelajari tentang beberapa indicator kegagalan

Pertanian berlanjut baik dari segi biofisik(ekologi), ekonomi dan sosial. Dalam konteks tersebut

perlu adanya pengenalan pengelolaan bentang lahan yang terpadu dibentang lahan sangat perlu

Page 4: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

dilakukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep dasar

Pertanian Berlanjut di daerah Tropis dan pelaksanaannyadi tingkat lanskap.

1.2. Maksud dan Tujuan

Memperoleh segala informasi yang berkaitan dengan pertanian berlanjut dari aspek

ekologi, ekonomi, dan sosial.

Untuk memahami macam-macam tutupan lahan, sebaran tutupan lahan dan interaksi

antar tutupan lahan pertanian yang ada di suatu bentang lahan.

1.3 Manfaat

Dengan dilaksanakannya fieldtrip mata kuliah Pertanian Berlanjut,I manfaat yang

diperoleh antara lain dapat menentukan apakah suatu lansekap yang diamati termasuk dalam

kategori pertanian berlanjut atau tidak. Selain itu, dapat mengaplikasikan dasar teori yang

diperoleh di perkuliahan ruang yang kemudian dapat menilai keberlanjutan suatu lansekap

berdasarkan indikator-indikator pertanian berlanjut melalui pengamatan kondisi karakteristik

lansekap, biodiversitas, kualitas air,dan cadangan karbon.

Page 5: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

BAB 2

METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan fieldtrip mata kuliah Pertanian Berlanjut diadakan di tiga tempat berbeda,

yaitu: Dusun Kekep, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

- Titik Pengamatan pertama yakni titik pengamatan aspek HPT di lahan Kubis lereng

rendah di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

- Titik pengamatan kedua yakni titik pengamatan aspek Sosial Ekonomi di lahan

Wortel lereng sedang di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota

Batu.

- Titik pengamatan ketiga yakni titik pengamatan aspek Tanah di sekitar sungai di

Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

- Titik pengamatan terakhir yakni titik pengamatan aspek Budidaya di lahan Kubis

lereng rendah di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Waktu pelaksanaan fieldtrip mata kuliah Pertanian berlanjut yaitu pada hari Sabtu, 20

Oktober 2012

2.2 Metode Pelaksanaan

2.2.1. Pemahaman Karakteristik Lansekap

a. Menentukan lokasi yang representatif untuk dapat melihat lansekap secara

keseluruhan.

b. Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai bentuk

penggunaan lahan yang ada. Isikan pada kolom penggunaan lahan, dokumentasi

dengan foto kamera.

c. Identivikasi jenis vegetasi yang ada, isi hasil identifikasi ke dalam kolom tutupan

lahan.

d. Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai tingkat

kemiringan lereng yang ada serta tingkat tutupan kanopi dan seresahnya.

e. isi hasil pengamatan pada form.

Page 6: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

2.2.2. Pengukuran Kualitas Air

Pendugaan kualitas air secara fisik (kekeruhan) dilakukan dalam beberapa

langkah:

- Tuangkan contoh air dalam tabung / botol air mineral samapai ketinggian

45 cm.tabung dapat dibuat dari tiga buah botol air kemasan ukuran 600 ml

yang disatukan.

- Aduk air secara merata.

- Masukkan „secchi disc‟ ke dalam tabung yang berisi air secara perlahan-

lahan dan amati secara tegak lurus sampai warna hitam-putih pada „secchi

disc‟ tidak dapat dibedakan.

- Baca berapa sentimeter kedalaman “secchi disc‟ tersebut.

- Masukkan data kedalaman yang diperoleh ke dalam persamaan berikut:

Konsentrasi sedimen (mg/l) = 9,7611e-0,136D

Dimana “D‟ adalah kedalaman “secchi disc‟ dalam cm.

Pengamatan suhu air dilakukan dalam beberapa langkah:

- Catat udara sebelum mengukur suhu dalam air.

- Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit.

- Baca suhu saat termometer masih dalam air, atau secepatnya setelah

dikeluarkan dari dalam air.

- Catat pada form pengamatan.

2.2.3. Pengukuran Biodiversitas

2.2.3.1. Aspek Agronomi

Indikator yang digunakan dalam mengukur biodiversitas dari aspek

agronomi adalah populasi dan jenis gulma pada lahan. Metode yang digunakan

adalah:

- Membuat sebuah kerangka persegi berukuran 1m x 1m dari bahan bambu.

- kerangka persegi dilempar secara acak ke tempat yang diduga memiliki

populasi gulma yang dapat mewakili keseluruhan lahan.

Page 7: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

- Catat jumlah dan jenis gulma yang ditemukan dalam kerangka persegi

tersebut. Untuk mengetahui jenis gulma dapat menggunakan buku Flora.

- Olah semua data yang telah diperoleh dengan bantuan modul fieldtrip mata

kuliah Pertanian Berlanjut.

Metode yang digunakan untuk mengukur biodiversitas tanaman pangan &

tahunan adalah sebagai berikut:

- Buatlah jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis

- Tentukan titik pada jalur (transek) yang mewakili masing-masig tutupan

lahan dalam hamparan lanskap

- Catat karakteristik tanaman budidaya di setiap tutupan lahan yang telah

ditentukan

- Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

2.2.3.2. Aspek Hama Penyakit

- Membuat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis

- Menentukan titik-titik pengambilan sampel pada jalur (transek) yang

mewakili mewakili agroekosistem dalam hamparan

- Tangkap serangga ndengan menggunakan sweep net dengan metode yang

benar pada agroekosistem yang telah ditentukan

- Kumpulkan semua serangga yang tertangkap sweep net dan masukkan

kedalam kantong plastik yang telah diberi secarik kertas tissue

- Serangga yang telah terkumpu dibunuh dengan memberikan etil asetat.

- Semua kantong plastik berisi serangga (sudah mati) dibawa ke

Laboratorium Hama. Apabila belum segera diamati hendaknya semua

serangga tersebut disimpan dilemari pendingin.

- Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

2.2.4. Identifikasi Keberlanjutan Lahan dari Aspek Sosial Ekonomi

Dalam mengevaluasi keberlanjutan dari aspek sosial ekonomi menggunakan

indikator-indikator sebagai berikut (dengan melakukan wawancara terhadap petani):

Page 8: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

1. Macam/jenis komoditas yang ditanam

2. Akses terhadap sumber daya pertanian

3. Penguasaan lahan

4. Saprodi

5. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap lingkungan atau

tidak

6. Diversifikasi sumber pendapatan

7. Kepemilikan hewan ternak

8. Pengelolaan produk sampingan.

Page 9: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

3.1.1. Kondisi Umum Wilayah

Kelerangan: 63% 30°

Macam Lanskap: Fragmanted

No.Penggunaan

LahanTutupanLahan

ManfaatPosisi

LerengTingkat Tutupan Jumlah

SpesiesKerapatan

C-Stock(ton/ha)Kanopi Seresah

1.Hutan

produksi

Alpukat, pisang, kopi,

mangga, lamtoro, rumput,

kayu putih

Bu, K, Bi, DArah: Barat Daya

Posisi: AtasTinggi Tinggi 7 Sedang 150

2.Kebun

campuran

Apel, jeruk, kopi,

wortel, pisang, rumput

Bu, A, Bi, DArah:Barat dayaPosisi: Tengah

Sedang Rendah 6 Sedang 50

3.Kebun

semusimWortel, rumput

A, DArah: Barat daya

Posisi: BawahSedang Rendah 2 Sedang 1

4. Semak belukar

Rumput/tanaman

Bu, D Posisi: Atas Rendah Rendah 2 Sedang 1

Page 10: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

lainKeterangan: Manfaat: Bu (buah), D (daun), A (akar), Bi (biji), K (kayu)

Fieldtrip ini dilaksanakan di Dusun Kekep Desa Tulungrejo Kecamatan Batu Kota Batu. Bagian hulu dusun kekep

merupakan kawasan hutan perhutani dan bagian hilirnya merupakan kawasan pertanian hortikultura yang sangat intensif dan

pemukiman. Dusun ini terletak diwilayah sub DAS mikro bagian DAS sumber Brantas yang dinamai DAS mikro Talun

karena di hulu dusun ini terdapat sebuah tempat wisata air terjun coban talun. DAS mikro ini memiliki luas ± 200 ha yang

terletak 1200-1500 mdpl. Kondisi biofisik DAS mikro talun hampir seluruhnya merupakan perbukitan vulkanik. Sekitar 90%

dari luasan DAS mikro talun adalah kawasan perhutani, sisanya adalah kawasan tahura dibagian hulu dan kawasan milik

masyarakat dibagian hilir. DAS mikro talun bermuara di kali Brantas, sebelah selatan dusun kekep. Di bagian hulu dusun

kekep terdapat beberapa sumber/mata air bersih bagi warga dusun kekep maupun desa-desa di hilirnya. Namun, beberapa

sumber mengalami penurunan debit dan beberapa mata air ada yang mati sejak tahun 2000-an.

Karakteristik lansekap tersebut adalah fragmented, yaitu memiliki ekosistem alami 10-60% dari bentang lanskap. Hal

ini terlihat dari penggunaan lahan disana yang didominasi lahan pertanian, baik semusim maupun agroforestry. Sedangkan

untuk kawasan hutan, sudah merupakan hutan produksi, dimana hanya sebagian kecil saja yang tetinggal dari vegetasi alami.

Terkait dengan pertanian berlanjut, karakteristik fragmented tersebut, menandakan bahwa intensifnya alih fungsi lahan dari

ekosistem alami menjadi lahan pertanian.

3.1.2.4 Cadangan Karbon

1. Hutan

No.Penggunaan

LahanTutupan Lahan

ManfaatPosisi lereng

Tingkat Tutupan Jumlah Spesies

KerapatanC-Stock (ton/ha)Kanopi Seresah

1. Hutan Alpukat, pisang, kopi,

mangga,

Bu, K, Bi, D Arah: Barat

T T 7 S 150

Page 11: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

lamtoro, rumput,

kayu putih

DayaPosisi: Atas

2. Agroforestry

No.Penggunaan

LahanTutupanLahan

ManfaatPosisi

LerengTingkat Tutupan Jumlah

SpesiesKerapatan

C-Stock(ton/ha)Kanopi Seresah

1. Agroforestry

Apel, jeruk, kopi, wortel,

pisang, rumput

Bu, A, Bi, D

Arah:Barat daya

Posisi: TS R 6 S 50

3. Tanaman Semusim

No.Penggunaan Lahan

Tutupan Lahan

ManfaatPosisi lereng

Tingkat Tutupan Jumlah Spesies

KerapatanC-Stock (ton/ha)Kanopi Seresah

1.Kebun

tanaman semusim

Wortel, rumput

A, D

Arah: Barat daya

Posisi: B

S R 2 S 1

4. Tanaman Semusim dan Pemukiman

No.Penggunaan

LahanTutupan Lahan

ManfaatPosisi lereng

Tingkat Tutupan Jumlah Spesies

KerapatanC-Stock (ton/ha)Kanopi Seresah

Page 12: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

1. - - - - - - - - -Keterangan:

Manfaat : Bu (buah), D (daun), A (akar), Bi (biji), K (kayu)

Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah)

Tingkat tutupan Canopy dan seresah: T (tinggi), S (sedang), R (rendah)

Kerapatan : T (tinggi), R (rendah), S (sedang)

Page 13: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Tabel Nilai C-Stock pada berbagai tenis penggunaan lahan dan kerapatan pohon

No. Penggunaan Lahan Kerapatan pohonAbove Ground C-Stock

1. HutanT 250S 150R 100

2. AgroforestryT 80S 50R 20

3. Tanaman Semusim - 1

Page 14: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

3.1.2. Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik

3.1.2.1. Kualitas Air

Terdapat tiga jenis pendugaan kualitas air sungai yaitu fisik (suhu, warna, kekeruhan), kimia (meliputi pH, COD,

BOD) dan biologi (dengan memanfaatkan makroinvertebrata). Pendugaan kualitas air sungai ini hanya dilakukan aspek fisik

yaitu dengan mengukur tingkat kekeruhan dan suhu air. Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahan-bahan

terlarut dalam air misalnya lumpur, alga, detritus, dan kotoran lokal lainnya. Apabila kondisi air semakin keruh, maka

cahaya matahari yang masuk ke air semakin berkurang sehingga mengurangi proses fotosisntesis tumbuhan air. Hal ini

berdampak pada suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan air juga berkurang sehingga jumlah oksigen terlarut dalam

air juga berkurang. Metode cepat untuk mengukur kekeruhan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan ‘Secchi

disk’ atau piringan yang berwarna hitam-putih. ‘Secchi disk’ ini digunakan sebagai tanda batas pandangan mata pengamat

ke dalam air, semakin keruh air, batas penglihatan mata semakin dangkal. Berikut hasil pengamatan pada stop 3.

Parameter Satuan

Lokasi pengambilan sampel airKelas

(PP no. 82 tahun 2001)Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Kekeruhan Mg/l 25.61 25.61 25.61

Suhu air derajat 21 21 21

Suhu lingkungan

derajat 25 23 22

Pada stop 3 kondisi air tergolong baik karena dari data yang tertera di atas diketahui hasil survey lapang bahwa air

yang berada pada plot tiga (sawah) merupakan air kelas 4 yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Hal tersebut

Page 15: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

menandakan jika air pada stop tiga tidak tercemar oleh bahan-bahan terlarut. Namun, hal tersebut masih belum menutup

kemungkinan untuk pengaruh pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida yang belum dilakukan analisa laboratorium.

Pengukuran suhu merupakan faktor penting dalam keberlangsungan proses biologi dan kimia yang terjadi dalam di

dalam air. Tinggi rendahnya suhu berpengaruh pada kandungan oksigen di dalam air, proses fotosintesis tumbuhan air, laju

metabolisme organisme air dan kepekaan organisme terhadap polusi, parasit dan penyakit. Pada stop tiga memiliki suhu

24˚C. Banyaknya jumlah vegetasi air dan organisme akan berpengaruh pada suhu air yang akan mengakibatkan berubah

pula.

Page 16: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

3.1.2.2. Biodiversitas Tanaman dari Aspek Agronomi

Biodiversitas tanaman pangan dan tahunan

Titik Pengambilan

sample tutupan lahan

Semusim/tahunan/

campuran

Informasi tutupan lahan dan tanaman dalam lanskap

LuasJarak tanam

Populasi Sebaran

Plot 4 Tahunan (Alpukat) 6,5 16 SedangPlot 4 Tahunan (Alpukat) 7,5Plot 4 Tahunan (Alpukat) 4,7Plot 4 Tahunan (Alpukat) 9,8Plot 4 Tahunan (Alpukat) 8,0Plot 4 Tahunan (Alpukat) 16,5Plot 4 Tahunan (Alpukat) 14,3Plot 4 Tahunan (Pisang) - 26 SempitPlot 4 Semusim (Rumput) - 511 Luas

Identifikasi dan analisis gulma

Nama LokalKelebatan Gulma

Lebat (> 50%)Agak lebat (25%-50%)

Jarang (<25%)

Rumput gajah 35%Rumput teki 65%Babadotan 10%Goletrak beuti 5%

Keterangan:

Rumput gajah 35%

Rumput Teki 65%

Ageratum conyzoides L. 10%

Richardia brasiliensis Gomez 5%

Page 17: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Pengamatan Biodiversitas Gulma

Nama Lokal Nama Ilmiah Lokasi sample Jumlah FungsiRumput Gajah Pennisetum purpureum Stop 1 91Rumput Teki Cyperus rotundus Stop 1 170Daun tombak/babadotan

Ageratum conyzoides L Stop 1 8Obat luka, sakit mata, demam

Goletrak BeutiRichardia brasiliensis gomez

Stop 1 14 Tanaman liar

Tabulasi Data

Kelompok GulmaTutupan Lahan

Teki-tekian (65%)

Daun Sempit/rumput

Daun Lebar

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat yang tidak

dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka dimana pun gulma tumbuh selalu

dicabut, disiangi, dan bahkan dibakar. Gulma tidak hanya berfungsi sebagai rumput

liar, akan tetapi bias juga berfungsi sebagai tanaman obat. Selain itu, bis ajuga sebagai

tempat hidup musuh alami sehingga gulma tidak harus disiangi, dibasmi, maupun

dibakar, melainkan perlu dikelola supaya lebih bermanfaat. Apabila gulma dikelola

dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan lingkungan pertanaman yang baik

karena dapt menjadi tempat tinggal musuh alami. Pemanfaatan lain dari gulma

diantaranya sisa penyiangan gulma dapat menjadi mulsa atau untuk membuat kompos.

Berdasarkan data pengamatan gulma di lahan, maka gulma yang ada termasuk banyak,

terutama didominasi oleh teki-tekian. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan

Page 18: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

tanaman budidaya jika populasinya terlalu banyak, namun tidak perlu disiangi sampai

bersih, karena akan mengurangi tutupan lahan. Jika disiangi sampai bersih, maka lahan

akan menjadi terbuka sehingga rentan terhadap erosi maupun longsor, apalagi dengan

kelerengan yang cukup curam. Erosi dapat menyebabkan degradasi lahan sehingga

akan mengganggu keberlanjutan pertanian di lanskap tersebut. Untuk itu, perlu

dilakukan pengelolaan gulma agar tidak mengganggu tanaman budidaya, dan justru

mendukung keberlanjutan lahan pertanian.

Page 19: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

3.1.2.3. Biodiversitas Hama Penyakit

Kondisi lahan brokoli yang dijadikan tempat observasi hama dan penyakit

Dari lahan ini kita melakukan pengamatan/observasi tentang bagaimana hama, penyakit, musuh alami, dan serangga lain. Untuk tambahan informasi, alat untuk yang digunakan untuk menangkap hama berukuran besar dan bisa terbang yaitu Swipnet. Sedangkan untuk menangkap serangga yang berukuran kecil kita menggunakan Respirator. Dari kegiatan yang kami lakukan, berhasil ditemukan beberapa serangga dengan klasifikasi sebagai berikut.

a) Laba-Laba

sebagai predator kutu daun, dan wereng.

Bagian tubuh : Kepala, cepalotoraks, kaki, abdomen.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnidae

Ordo : Aroneceae

Page 20: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Famili : Lycosidae

Genus : Lycosa

Spesies : Lycosa sp.

Memiliki penglihatan yang tajam, dan 4 pasang tungkai. Tubuhnya terdiri dari caput,

abdomen dan thoraknya termodifikasi dengan kepala. Menyerang mangsa dengan sangat

cepat.

b) Kutu daun (Myzus persicae / Sulz)

kingdom : Animalia

filum : Arthropoda

kelas : Insecta

ordo : Hemiptera

famili : Aphidhidae

genus : Aphid

spesies : Myzus persicae.

Serangga hama ini dikenal dengan kutu daun persik atau tobacco aphid termasuk ordo

Homoptera, famili Aphididae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Nimfa dan

serangga dewasa M persicae menyerang per tanaman kubis dengan cara menghisap cairan

daun kubis. Lamanya daur hidup berkisar 7-10 hari. Daun kubis yang terserang M. persicae

memperlihatkan bercak coklat di sekitar tusukan stiletnya. Bila serangan tinggi akan

menurunkan kualitas brokoli.

c) Semut Rang-Rang

kingdom : Animalia

filum : Arthropoda

kelas : Insekta

ordo : Heminoptera

famili : Kamilidae

genus : Solenopsis

spesies : Solenopsis sp.

Bagian : antena, kepala, toraks, abdomen, ekor, kaki

Page 21: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Sebagai predator kutu daun.

Morfologi Semut Rang-rang :

Secara umum semut terdiri dari tiga bagian yaitu : kepala, dada, dan perut. Kepalasemut

dilengkapi oleh sepasang antenna , sepasang rahang, dan mata semut.

Dada semut dilengkapi dengan tiga kaki tang kokoh dan sepayang sayap untuk

semutjantan.Sedangkan bagian ujung belakang perut dilengkapi dengan sengat sebagai alat

perlindungan diri.

d) Kumbang Kubah spot M

Kingdom     : Animalia

Filum           : Arthropoda

Kelas            : Insecta

Ordo            : Coleoptera

Famili           : Minochilas

Genus          : Menochilussexmaculatus

Spesies        : Menochilussexm aculatus

Ciri-ciri specimen : memiliki panjang tubuh 5-6 mm, warna merah dengan bercak-bercak

hitam putih dan kuning, merupakan predator tungau dan kutu daun, menangkap mangsa

dengan gerak lambat. Mangsa/inang utama : Aphid sp., kutu daun, kebul.

e) Kumbang kubah spot

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Suku : Coccilinedae

Genus : Epilachna

Spesies : Epilachna sparsa

Peran : hama

Larva mudanya berwarna kelabu, telur berwarna kuning dan panjang 0,5 cm. Pupanya

bebentuk segi empat, telur diletakkan 20-50 butir di balik daun. Dalam 4-5 hari akan

Page 22: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

menetas dan keluar larva. Larva ini yang sangat rakus dari pada waktu senja bergerak ke

permukaan daun.

f) Belalang Hijau

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Orthoptera

Family : Acrididae MacLeay

Genus : Oxya Serville

Species : Oxya chinensis

Peran : Serangga lain

Fase hidup dari telur, limfa, imago. Gejala serangannya daun berlubang dan sobek, pangkal daun mudah

patah serta terdapat bekas kotoran disekitar tanaman yang terserang.

g) Bekicot

Kingdom : Animalia

Filum : Molusca

Kelas : Gastrhopoda

Ordo : Pulmonata

Family : Achatinadae

Genus : Achatina

Spesies : Achatina fulica

Peran : Hama.

Bersifat lunak yang dilindungi oleh cangkang yang keras. Di bagian ineterior dijumpai 2

pasang antena yang masing-masing ujungnya terdapat mata, pada bagian bawah terdapat alat

mulut yang dilengkapi dengan gigi parut. Anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian

tepi matel tubuh. Bekicot hidup pada daerah yang memiliki kelembaban tinggi.

Page 23: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

h) Lebah

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo :Hymenoptera

Family : Apidae

Genus : Apis

Species : Apis Andreniformis

Peran: Polinator (Serangga Lain)

Lebah madu membantu penyerbukan tanaman berbunga dengan cara membawa serbuksari

dari suatu bunga ke bunga yang lainnya yang menempel di kakinya pada waktu mengambil

madu dari bunga tersebut.

Form pengamatan biodiversitas serangga

No.Lokasi

pengambilan sampel

Nama lokal Nama ilmiah JumlahFungsi

(H, MA, SL)

1 PLOT 1 Laba-laba Lycosa sp. 2 MA2 PLOT 1 Kutu daun Myzus persicae. 5 H

3 PLOT 1Semut rang-

rangSolenopsis sp 3 MA

4 PLOT 1Kumbang

Kubah Spot Coccinella septempunctata

3 H

5 PLOT 1Kumbang kubah spot

MEpilachna sparsa 1 MA

6 PLOT 1Belalang

hijau Oxya chinensis 2 SL

7 PLOT 1 Bekicot Achatina fulica 1 H

8 PLOT 1 LebahApis Andreniformis

1 SL

Page 24: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Form tabulasi data

No.Lokasi

pengembalian sampel

Jumlah individu yang berfungsi sebagai

Persentase

Hama MA SL Total Hama MA SL1 PLOT 1 8 7 3 18 44,4% 38,89% 16,67%

Pengamatan untuk faktor hama dilakukan pada waktu pagi. Dari photo lahan terlihat

tanaman brokoli masih segar dan hampir tidak ada kerusakan. Kita berhasil menangkap 8 jenis

serangga yang masing-masing ada yang bertindak sebagai hama, musuh alami dan serangga lain.

Untuk jenis hama kami menemukan kutu daun brokoli (Myzus persicae), dan kumbang kubah

spot (Coccinella septempunctata). Jumlah kutu daun yang terlihat sangat banyak, dan ada juga

serangga seperti ngengat, akan tetapi tidak berhasil kami tangkap. Sedangkan untuk kumbang

kubah spot jumlahnya hanyalah sedikit begitu juga dengan bekicot (Achatina fulica). Secara

keseluruhan bisa dikatakan bahwa intensitas serangan hama pada lahan brokoli yang kami amati

sangatlah rendah. Tidak ditemukannya hama penting pada brokoli seperti ulat grayak, ulat krop,

dan ulat daun diperkirakan karena pemberian pestisida yang diterapkan petani cukup berhasil.

Pembuktiaannya dengan adanya bau pestisida yang menyengat pada lahan tersebut.

Musuh alami yang berhasil kita dapatkan ada 3 spesies dengan jumlah keseluruhan

sebanyak 7 ekor. Terdapat 2 ekor laba-laba (Lycosa sp.) yang memiliki peran sebagai predator

bagi serangga. Disini laba-laba berpotensi memangsa kutu daun yang menyerang tanaman

brokoli. Akan tetapi kami menduga peran laba-laba disini tidaklah optimal karena jumlahnya

yang sedikit. Selain laba-laba kami juga menemukan kumbang kubah M dan dan semut rang-

rang yang juga memangsa telor dari hama. Secara keseluruhan dapat di analisa bahwa

keberadaan alami pada lahan ini tidak mampu mengendalikan perkembangan hama.

Kami juga menemukan beberapa serangga lain yaitu belalang hijau (Oxya chinensis) dan

lebah (Apis Andreniformis). Belalang kami temukan pada rerumputan yang terdapat disekitar

pematang lahan. Kami menggolongkan belalang hijau sebagai serangga lain karena pada literatur

yang kami temukan tidak terdapat pernyataan yang mengatakan belalang hijau sebagai hama.

Belalang hijau biasanya menyerang tanaman yang memiliki strukur daun jorong (seperti padi,

jagung, rumput, dll). Sedangkan untuk lebah dia memiliki peran sebagai polinator, akan disini

tidakdiperlukan karena yang dipanen adalah brokolinya bukan buahnya.

Page 25: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Adapun untuk perbandingan dari masing-masing peran serangga itu dapat diketahui

bahwa persentase hama paling besar diantara lainnya (44,4%), melebihi musuh alami (38,89),

dan serangga lain (16,67). Akan tetapi jumlah serangga yang kami dapat tidak bisa mewakili

kondisi lahan sebenarnya, karena lahan tersebut baru saja dilakukan penyemprotan pestisida

yang membasmi hama penting pada brokoli yaitu ulat grayak. Sehingga untuk kesimpulan

awalnya kami mengatakan bahwa pertumbuhan hama dapat dikendalikan dengan baik

menggunakan pestisida. Peran musuh alami tidak bisa optimal, begitu juga jumlah serangga lain

hanya sedikit. Tingkat biodiversitas lahan rendah sehingga perlu dilakukan konservasi.

Page 26: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

3.1.2.4. Cadangan Karbon

1. Hutan

No.Penggunaan

LahanTutupan Lahan

ManfaatPosisi lereng

Tingkat Tutupan Jumlah Spesies

KerapatanC-Stock (ton/ha)Kanopi Seresah

1.Hutan

Produksi

Alpukat, pisang, kopi,

mangga, lamtoro, rumput,

kayu putih

Bu, K, Bi, D

Arah: Barat Daya

Posisi: Atas

T T 7 S 150

2. Agroforestry

No.Penggunaan

LahanTutupanLahan

ManfaatPosisi

LerengTingkat Tutupan Jumlah

SpesiesKerapatan

C-Stock(ton/ha)Kanopi Seresah

1. Agroforestry

Apel, jeruk, kopi, wortel,

pisang, rumput

Bu, A, Bi, D

Arah:Barat daya

Posisi: TS R 6 S 50

3. Tanaman Semusim

No.Penggunaan Lahan

Tutupan Lahan

ManfaatPosisi lereng

Tingkat Tutupan Jumlah Spesies

KerapatanC-Stock (ton/ha)Kanopi Seresah

1.Kebun

tanaman semusim

Wortel, rumput

A, D

Arah: Barat daya

Posisi: B

S R 2 S 1

Page 27: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

4. Tanaman Semusim dan Pemukiman

No.Penggunaan

LahanTutupan Lahan

ManfaatPosisi lereng

Tingkat Tutupan Jumlah Spesies

KerapatanC-Stock (ton/ha)Kanopi Seresah

1. - - - - - - - - -

Keterangan:

Manfaat : Bu (buah), D (daun), A (akar), Bi (biji), K (kayu)

Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah)

Tingkat tutupan Canopy dan seresah: T (tinggi), S (sedang), R (rendah)

Kerapatan : T (tinggi), R (rendah), S (sedang)

Page 28: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Tabel Nilai C-Stock pada berbagai tenis penggunaan lahan dan kerapatan pohon

No. Penggunaan Lahan Kerapatan pohonAbove Ground C-Stock

1. HutanT 250S 150R 100

2. AgroforestryT 80S 50R 20

3. Tanaman Semusim - 1

Peran lansekap dalam menyimpan cadangan karbon bergantung pada besarnya luasan

tutupan lahan hutan alami dan lahan pertanian berbasis pepohonan baik tipe campuran atau

monokultur. Namun demikian besarnya karbaon tersimpan di lahan bervariasi antar penggunaan

lahan tergantung pada jenis, kerapatan dan umur pohon. Oleh karena itu ada dua parameter yang

diamati pada setiap penggunaan lahan yaitu jenis pohon dan biomassa yang diestimasi dengan

“Above Ground C-Stock”. Ada tiga macam penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang pertama

adalah hutan produksi dengan tutpan lahan Alpukat, pisang, kopi, mangga, lamtoro, rumput,

kayu putih. Berdasarkan kondisi tersebut, diketahui bahwa tingkat tutupan kanopi tinggi dan

tingkat tutupan seresah tinggi dan kerapatan sedang, sehingga estimasi C-Stok 150 ton/ha.

Penggunaan lahan yang kedua adalah agroforestry dengan tutupan lahan Apel, jeruk, kopi,

wortel, pisang, rumput. Tingkat tutupan lahan kanopi sedang dan tingkat tutupan seresah rendah,

dan kerapatan sedang, sehingga C-Stok 50 ton/ha. Penggunaan lahan ketiga adalah tanaman

semusim denga ntutupan lahan wortel dan rumput. Tingkat tutupan kanopi sedang dan tingkat

tutupan seresah rendah, kerapatan sedang, dengan nilai C-Stok 1 ton/ha.

Maka dapat diketahui bahwa penggunaan lahan hutan produksi lebih banyak menyimpan

karbon daripada agroforestry, dan tanaman semusim hanya memiliki cadangan karbon 1 ton/ha.

Pepohonan dapat menyimpan karbon dalam jumlah yang lebih banyak sehingga semakin banyak

tutupan lahan berupa tanaman pohon, maka cadangan karbon di lahan tersebut semakin banyak.

Cadangan karbon merupakan indikator pertanian berlanjut

Page 29: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

3.1.3 Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi

3.1.2.1. Economically viable (keberlangsungan secara ekonomi)

Kemampuan masyarakat menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari bidang pertanian (perhitungan pendapatan usahatani)!Untuk komoditas tanaman yang paling dominan adalah tanaman wortel tetapi petani juga menanam tanaman seladah, gubis, tomat, dan lombok. Modal berasal dari uang sendiri dan tidak meminjam dibank, untuk bibit dan pupuknya semua serba beli. Untuk hasil panennya semuanya dijual ketengkulak dengan harga wortel Rp. 3000 per kilo, untuk komoditas tomat harga perkilonya Rp. 4000 untuk 1 kali panennya mengahsilkan 20ton perhektarnya sedangkan sealdah air, harga 1 iketnya 1 ribu. Harga yang dijual ketengkulak memang rendah karena komoditasnya sering terkena hama sehingga produksi rendah.

Penghasilan yang didapat masyarakat untuk pengembalian input produksi: Contoh : tenaga kerja,

Petani ini tidak memperkerjakan buruh tetapi lahan dikelola sendiri sehingga petani tidak mengembalikan input produksi

bibit, Untuk bibitnya petani membeli, dan harga bibit wortel Rp.60.000 per

kalengnya. Untuk 1 ha nya bibit wortel memerlukan 150 kaleng. Penggunaan bibitnya yaitu dengan cara disebar setelah tanaman sudah tumbuh diambil dan dialihkan ke lahan dengan penggunaan jarak tanam terserah.

PupukUntuk kebutuhan pupuk tanaman wortel, menggunakan pupuk kandang

dan pupuk kimia dengan cara membeli. Harga pupuk kandang 1 karung Rp. 13.000

3.1.2.2. Ecologically sound (ramah lingkungan)

Kualitas & kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan landscape (manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah) dipertahankan dan ditingkatkan Berdasarkan hasil wawancara kami dilapang, kemampuan dan kualitas

agroekosistem masih terjaga dengan baik. Dibuktikan dengan masih tetap produktifnya lahan tersebut dengan ditandai dengan hasil panen yang masih cukup tinggi mencapai 20 ton/ha. Ini membuktikan bahwa kemampuan dan kualitas agroekosistem masih terjaga dengan baik. Dan untuk saat ini adalah perlunya menjaga keadaaan tersebut agar tetap mempunyai kualitas dan kemampuan yang tinggi di masa yang akan datang.

Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan & keragaman hayati (biodiversitas).

Page 30: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Pada petani yang kami wawancarai, menyatakan bahwa dalam pembudidayaan tanamannya menggunakan pupuk kimia dan pupuk kandang, serta dalam penanggulangan hama dan penyakit. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa sistem pertanian yang dilakukan mulai berorientasi pada ramah lingkungan, namun dari sebagian besar inputnya masih terdiri dari bahan kimia yang tidak ramah lingkungan. Kemudian dilihat dari pola tanamnya, bapak tersebut menggunakan monokultur sehingga biodiversitas rendah.

Pelestarian sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat Petani disana terlalu individualis, bahkan tidak adanya kelembagaan pada

masyarakat setempat, sehingga rendahnya teknologi yang diterima oleh masyarakat tersebut tidak ada penyuluhan. Hal itu menyebabkan masyarakat disana kurang peduli pada lingkungan sekitarnya, sehingga mereka tidak melakukan pelestarian sumber daya alam, mereka hanya terpaku pada pertanian mereka sendiri tanpa memperdulikan pertanian sekitarnya.

Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang Dilihat dari kondisi lahan yang terdapat pada daerah pengamatan masih

banyaknya masalah-maslah yang timbul seperti halnya banyaknya lahan terbuka membuat resiko-resiko alami seperti banjir, erosi, dan longsor dapat terjadi. Namun pembukaan lahan tersebut dilakukan oleh masyarakat atau petani setempat. Dan mereka kurang menyadari akan bahay-bahaya yang mungkin terjadi karena pengaruh perlakuan mereka sehingga membuat minimalisasi resiko-resiko itu sangat kurang.

3.1.2.3. Socially just (berkeadilan = menganut azas keadilan)

Kebutuhan dasar sebagai pengelola pertanian hak-hak Penggunaan fungsi lahan pertanian

Kondisi penggunaan fungsi lahan disana kurang sesuai karena para petani menanam tanaman semusim sedangkan kondisi didaerah tersebut memiliki kelerengan yang sangat curam sehingga lebih cocok ditanami tanaman tahunan agar dapat mengendalikan laju erosi dan longsor

Keanekaragaman, kepemilikan& melestarikan keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati sudah cukup baik karana dalam satu lahan

terdapat beberapa macam tanaman sehingga dapat mengurangi seangan hama dan penyakit

Pemuliaan & pengembangan Saling menukar & menjual benih di masyarakat

Tidak terjadinya penjualan atau tukar benih kesesama masnyarakat petani karena petani langsung menjual ketengkulak dari kota

Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas Demand –Supply)

Page 31: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Memiliki karakter yang humanistik (manusiawi), artinya semua bentuk kehidupan baik tanaman, hewan dan manusia dihargai secara proporsional Mereka hanya memperhatikan sistem pertanian yang berbasis pada

keuntungan ekonomi dan kurang memperhatikan tentang kesehatan lingkungan sehingga seakan-akan membuat rasa keadilan terhadap aspek lingkungan sangatlah kurang.

Martabat dasar semua mahluk hidup dihormati Dalam ekosistem seluruh makhluk hidup memiliki peran dan fungsi masing-

masing, yang semuanya akan menjadi penting dalam suatu rantai kehidupan oleh karena itu keberadaannya perlu dilestarikan dan dijaga sehingga semua makhluk hidup memiliki hak untuk dihormati untuk menjalankan peran dan fungsinya.

3.1.2.4. Culturally acceptable (berakar pd budaya setempat)

Selaras/sesuai dengan sistem budaya yg berlaku Karena masyarakat memiliki sifat individualisme yang tinggi mereka tidak

menganut pada sistem budaya yang ada sehingga mereka menetapkan sendiri peraturan-peraturan untuk mereka, hal ini diperburuk dengan tidak adanya sosialisasi dari pemerintah setempat.

Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerja sama dan rasa kasih sayang. Adanya hubungan serta intitusi yang ada yaitu sebuah kelompok tani tetapi

kegiatan ini tidak pernah berjalan dikarenakan masyarakat disana individualis sehingga para petani kurangnya berkomunikasi dan berinteraksi antar masyarakat petani disana selain itu belum terjadi penyuluhan ke petani sehingga petani kurang dalam berdiskusi yang menyebabkan sulit untuk menerapkan teknologi baru pada petani dalam mengolah lahannya.

Fleksibel atau luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus.

Masyarakat setempat memang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi usaha tani yang terus berlangsung, dapat dilihat dari cara pola tanam mereka dalam merotasi komoditas di lahan pertanian mereka pada waktu tertentu, sehingga mampu mencegah degradasi pada lahan pertanian dan dapat mencegah menurunnya produktivitas yang dihasilkan. Dapat dilihat juga dari banyaknya petani yang memiliki ternak dan pekerjaan sambilan untuk mengantisipasi kondisi usahatani yang tidak menentu.

Page 32: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

Hasil Wawancara

Tanaman yang paling banyak di dusun kekep yaitu wortel, seladah, gubis, tomat,

Lombok. Lahan yang dimilikinya adalah lahan sendiri. Tidak ada lahan yang disewakan.

Digarapnya lahan itu juga digarap oleh pemiliknya sendiri.

Untuk bibitnya petani membeli, harga bibit wortel Rp.60.000 per kalengnya. Untuk 1 ha

nya bibit wortel memerlukan 150 kaleng. Penggunaan bibitnya yaitu dengan cara disebar. Jarak

tanam yang digunakan petani yaitu terserah. Untuk pupuknya menggunakan pupuk kandang dan

pupuk kimia dengan cara membeli. Harga pupuk kandang 1 karung 13 ribu. Hama yang

menyerang tanaman wortel dibasmi dengan menggunakan pestisida setiap 3 hari sekali. Modal

pestisidanya sebesar Rp.500.000 untuk 20 drum. Stelah wortel dipanen, ada sisa-sisa daun yang

nantinya akan dimasukkan kelahan dan di uruk untuk menjadi kompos.

Untuk komoditas tanaman yang paling dominan adalah tanaman wortel. Untuk modalnya

semua milik sendiri, maksutnya tidak pinjam ke bank. Dan untuk bibit dan pupuknya semua

serba beli. Untuk hasil panennya semuanya dijual. Untuk 1 kali panennya mengahsilkan 20ton

perhektarnya. Sedangkan untuk komoditas tomat, harga perkilonya 4 ribu. Harga yang

ditengkulak rendah karena jumlah tanamannya rendah. Untuk sealdah air, harga 1 iketnya 1 ribu.

Komoditasnya sering terkena penyakit.

Untuk masalah yang dihadapi selain terkena hama, penurunan produksi juga ada, itu

terjadi pada musim hujan yang mengakibatkan produksi turun dan harganya pun juga turun.

Semua hasil panennya dijual ke pasar dengan menggunakan mobil. Bapaknya tidak ada lagi

pekerjaan selain petani.

Untuk bencana longsor belum pernah terjadi. Banyak penebangan pohon yg terjadi.

Untuk penyuluhannya tidak ada, kelompok tani ada tapi tidak pernah berjalan, dikarenakan

masyrakat disana sangat individualis. Untuk pengairan menggunakan irigasi secara gentian.

Sumbernya dari sungai berantas.

Page 33: Laporan fieldtrip pertanian berlanjut

3.2 Pembahasan Umum

3.2.1 Keberlanjutan Sistem Pertanian di Lokasi Pengamatan

IndikatorKeberhasilan

Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4

Produksi 4 2 3Air 3 3 3Karbon 1 2 1Hama 3 3 3Gulma 3 2Rerata

Note : v = kurang; vv= sedang; vvv = baik; vvvv = sangat baik. Plot 1 = Perkebunan Pinus , Plot 2 = Agroforestri,Plot 3 = Tanaman

semusim, Plot 4. Permukiman

Table di atas merupakan tabulasi data dari keempat plot pengamatan, yaitu Plot I, Plot II, Plot III,

dan Plot IV. Dalam data tersebut ada indikator yang digunakan untuk menilai kondisi biofisik di

keempat plot. Indikator tersebut meliputi produksi (ekonomi), kualitas air, karbon, hama

(biodiversitas aspek HPT), dan gulma (biodiversitas aspek agronomi).

Secara umum,

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

LAMPIRAN

Sketsa Penggunaan Lahan di Lokasi Pengamatan

Sketsa Transek

Data-data lapangan lainnya

Hasil Interview