laporan ekotek acara 3
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Bisnis adalah usaha menukarkan barang atau jasa yang kita miliki dengan suatu
keuntungan. Profit yang diharapkan oleh suatu usaha bisnis tidak hanya keuntungan yang
berupa uang tapi juga jaminan kelangsungan daur kehidupan produk dan instalasi bisnis
tersebut. Disamping itu aspek-aspek ekonomi makro dan ekonomi mikro pun berperan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan usah bisnis. Dan keadaan ekonomi saat ini relative
tidak menentu dan sulit ditebak. Maka dari hal itulah yang melatar belakangi adanya suatu
metode pengkuran kelayakan suatu usaha bisnis. Ada beberapa metode analisis kelayakan
terhadap suatu usaha bisnis.
Pembelajaran mengenahi analisis kelayakan dengan metode Break Even point atau BEP
adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual
kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta
mendapatkan keuntungan / profit. BEP (break even point) sangatlah penting ketika kita
membuat suatu usaha karena dengan penganalisaan dengan metode Break Even point atau BEP
maka kita dapat menganalisa tingkat prosentase kita untuk mengalami kerugian dan apakah itu
usaha jasa atau manufaktur akan lebih kecil seiring berjalannya waktu. Karena dalam
penganalisaan dengan Break Even point atau BEP ini kita juga memperhitungan dan
memeperkirakan kelayakan suatu usaha untuk tetap terus dilakukan dan perkiraan terbaik
ketika kita ingin membuka suatu usaha.
Manfaat dari analisis kelayakan suatu perusahaan berdasarkan analisis dengan metode
BEP antara lain : metode analisis merupakan alat perencanaan untuk hasilkan laba pada suatu
perusahaan, metode BEP memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan,
serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan, metode BEP ini bisa mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan,
metode ini bisa mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti. Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis,
kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya
tetap,biaya variabel dan total biaya secara keseluruhan. Yang mana pada prakteknya untuk
memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel serta biaya tetap -
bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita
untuk produksi ataupun tidak, dan biaya ini bersifat tidak habis dalam sekali proses produksi
sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi
jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini dan besar biaya ini sangat bergantung pada
besar kuantitas produk yang diproduksi dalam suatu proses produksi produk.
Kesimpulannya bahwa dengan pembelajaran mengenahi analisis kelayakan suatu
perusahaan perindustrian menggunakan metode analisis break even point (BEP) ini bertujuan
sebagai tolak ukur keberlangsungan usaha bisnis yang kita tekuni. Karena poin awal dan
terpenting dalam suatu bisnis adalah menukarkan barang ataupun jasa yang kita bisniskan
dengan keuntungan. Secara kongrit keuntungan yang diperoleh dapat diukur dari seberapa
besar keuntungan material yang mampu diraih oleh suatu usaha bisnis dan seberapa lama daur
hidup usaha bisnis tersebut.
b. Tujuan
1. Melakukan analisis kelayakan investasi dari suatu industri pertanian dengan analisis BEP
(Break Even point).
2. Menggunakan perangkat lunak komputer sebagai alat untuk melakukan analisis suatu
proyek investasi.
3. Menganalisa dan menentukan startegi pengembangan industri pertanian yang dapat
diterapkan perusahaan berdasarkan hasil analisa ekonomis yang telah dilakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Analisa break even point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan. Karena analisa break even
point tersebut mempelajari hubungan antara baiya keuntungan – volume kegiatan, maka analisa
(break even point) tersebut sering pula disebut “cost-profit-volume analisis”(CPV analisi). Analisa
break even point merupakan “profit planning approach” yang mendasarkan pada hubungan antara
biaya (cost) dengan penghasilan (revenue)(Anonim,2012).
Apabila digunakan konsep “contribution margin” maka break even point akan tercapai
pada volume penualan dimana contribution marginnya sama besarnya dengan biaya tetap. Karena
analisa break even point tersebut mempelajari antara ‘revenue minus biaya variabel’ atau
‘contribution to fixed cost’ di satu pihak dengan biaya tetap dilain pihak, maka sering dikatakan
bahwa analisa break even point merupakan salah satu alat untuk mempelajari ‘operating leverage’.
Operating leverage terjadi setiap waktu dimana suatu perusahaan mempuntyai biaya tetap yang
ahrus ditutup betapapun besar volume kegiatanyaa(Halim,2006).
Analisis break even point dapat direkomendasikan sebagai analisa terhadap biaya
marginal yang perlu diperhatikan dan memiliki potesi yang besar untuk memicu permasalahan
(utamanya masalah harga) dan dan jalan untuk mengatasinya adalah menjadikan masalah –masalah
tersebut juga sebagai solusinya. Margin dari keamanan dalam sebuah aplikasi yang menerapkan
konsep analisis break even point yang mana dengan memperkirakan presentase dari penurunan serta
perubahann penjualan yang biasa terjadi akibat departemen kehilangan konsumen dan kehilangan
nama brandinya dimasyarakat(Herkimer,1986).
Metode profitability Index (PI) atau disebut juga dengan istilah Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio) merupakan perbandingan nilai sekarang aliran kas masuk dimasa mendatang dengan nilai
investasi. Analisis keputusan dengan menggunakan profitability Index adalah jika nilai profitability
Index kurang dari 1 maka sebaiknya ditolak dan jika profitability Index diatas 1 maka sebaiknya
investasi dipertimbangkan untuk diterima(Muljo,2006).
Pendapatan atau omzet merupakan seluruh aliran uang yang diterima produsen dari
hasil penjualan produk. Sementara, keuntungan merupakan selisih antara pendapatan dengan total
biaya. Keuntungan dapat juga diartikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan harga pokok
penjualan. Indikator yang biasa digunakan diantaranya break even point(Suryani,2011).
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Sebelum praktikum dimulai, praktikan dan asisten terlebih dahulu membuka praktikum
dengan membaca do’a menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Praktikan belajar selama beberapa menit sebelum pre-test dilakukan.
3. Praktikan mengerjakan soal pre-test yang telah diberikan oleh asisten.
4. Praktikan menghitung harga produk pada industri yang telah dikunjungi.
5. Praktikan menghitung jumlah produk tiap bulan pada industri yang telah dikunjungi.
6. Praktikan menghitung biaya tetap (fixed cost) mesin pada industri yang telah dikunjungi.
7. Praktikan menghitung total revenue (TR) yang ada pada industri yang telah dikunjungi.
8. Praktikan menghitung BEP normal pada industri yang telah dikunjungi.
9. Praktikan menghitung marginal income pada industri yang telah dikunjungi.
10. Praktikan menghitung BEP volume pada industri yang telah dikunjungi.
11. Praktikan menghitung BEP waktu pada industri yang telah dikunjungi.
12. Praktikan menghitung BEP rupiah dari industri tersebut.
13. Praktikan membuat grafik hubungan BEP volume dengan BEP rupiah pada industri yang
telah dikunjungi.
14. Praktikan membuat grafik hubungan BEP waktu dengan BEP rupiah pada industri yang
telah dikunjungi.
15. Praktikan menghitung kenaikan BEP volume, BEP waktu dan BEP rupiah pada kenaikan
10%, 20% dan 30% ada pada industri yang telah dikunjungi.
16. Praktikan membuat grafik kombinasi antara grafik-grafik kenaikan BEP volume, BEP waktu
dan BEP rupiah pada kenaikan 10%, 20% dan 30%
17. Praktikum selesai, sebelum praktikum diakhiri praktikan berdo’a sesuai agama dan
kepercayaan masing-masing.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Diketahui :
a. Harga produk = Rp.11.000
b. Jumlah produk = 15.209 box
c. Fixed cost (FC) = biaya mesin =Rp.60.000.000
d. Variabel cost (VC) = 32.745.000
e. Total cost (TC) = FC + VC = 92.745.000
f. Total revenue (TR) = harga produk x jumlah produk = 167.299.000
Perhitungan
a. BEP normal
TR = 167.299.000 100%
VC = 32.745.000 19,57% -
Margin Income(MI) = 134.544.000 80,43%
FC = 60.000.000 0,8043 -
Profit = 74.494.000
b. BEP Volume = FC
Harga produk – ( VC )
Jumlah produk
= 60.000.000
11.000 – ( 32.745.000 )
15.209
= 6.781,97
c. BEP waktu = BEP volume
Jumlah produk
= 6.781,97 = 0,45
15.209
d. BEP rupiah = FC
MI
= 60.000.000 = 74.599.030,21
0,8043
e. Grafik hubungan antara BEP volume VS BEP rupiah
Y
FC
X
f. Grafik hubungan BEP waktu VS BEP rupiah
Y
FC
X
Perhitungan BEP setelah kenaikan
a. Kenaikan 10%
1. TR 10% = TR + (TR.10%)
= 167.299.000 + (16.729.900)
= 184.028.900
2. Produk 10% = Harga produk + (harga produk.10%)
= 11.000 + 1.100
= 12.100
3. Perhitungan
a. BEP normal
TR = 184.028.900 100%
VC = 32.745.000 17,79% -
Margin Income(MI) = 151.283.900 82,21%
FC = 60.000.000 0,8221 -
Profit = 91.283.900
b. BEP Volume = FC
Harga produk – ( VC )
Jumlah produk
= 60.000.000
12.100 – ( 32.745.000 )
15.209
= 6.031,98
c. BEP waktu = BEP volume
Jumlah produk
= 6.031,98 = 0,39
15.209
d. BEP rupiah = FC
MI
= 60.000.000 = 72.983.821,92
0,8221
b. Kenaikan 20 %
1. TR 20% = TR + (TR.20%)
= 167.299.000 + (33.459,8)
= 200.758.800
2. Produk 20%= Harga produk + (harga produk.20%)
= 11.000 + 2.200
= 13.200
3. Perhitungan
a. BEP normal
TR = 200.758.800 100%
VC = 32.745.000 16,31 -
Margin Income(MI) = 168.013.800 83,69%
FC = 60.000.000 0,8369 -
Profit = 108.013.800
b. BEP Volume = FC
Harga produk – ( VC )
Jumlah produk
= 60.000.000
13.200 – ( 32.745.000 )
15.209
= 5.431,34
c. BEP waktu = BEP volume
Jumlah produk
= 5.431,34 = 0,36
15.209
d. BEP rupiah = FC
MI
= 60.000.000 = 71.693.153,3
0,8369
c. Kenaikan 30%
1. TR 30% = TR + (TR.30%)
= 167.299.000 + (50.189.700)
= 217.488.700
2. Produk 30%= Harga produk + (harga produk.30%)
= 11.000 + 3.300
= 14.300
3. Perhitungan
a. BEP normal
TR = 217.488.700 100%
VC = 32.745.000 15,05% -
Margin Income(MI) = 184.743.700 84,94%
FC = 60.000.000 0,8494 -
Profit = 124.743.700
b. BEP Volume = FC
Harga produk – ( VC )
Jumlah produk
= 60.000.000
14.300 – ( 32.745.000 )
15.209
= 4939,49
c. BEP waktu = BEP volume
Jumlah produk
= 4939,49 = 0,32
15.209
d. BEP rupiah = FC
MI
= 60.000.000 = 70.638.097,48
0,8494
B. PembahasanAnalisa dalam kelayakan suatu idustri perusahaan yang berdasarkan atas analisa BEP
(break even point) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya
tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Karena analisa break even point
tersebut mempelajari hubungan antara biaya keuntungan – volume kegiatan, maka analisa
(break even point) tersebut sering pula disebut “cost-profit-volume analisis” (CPV analisis)
dan analisa break even point ini digunakan dalam pengambilan alternatif yang cukup sensitif
terhadap variabel atau parameter dan bila nilai variabel tersebut sulit diestimasi. Analisa
break even point juga merupakan “profit-planning approach” yang mendasarkan pada
hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue).
Masalah – masalah yang akan muncul bila melakukan analisa break even point
dalam suatu uji kelayakan terhadap suatu perusahaan adalah perusahaan memiliki biaya
variabel dan juga biaya tetap. Secara total, besarnya biaya variabel akan berubah-ubah
sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap tidak mengalami
perubahan meskipun ada perubahan pada volume produksi. Biaya yang termasuk biaya
variabel adalah bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung dan komisi penjualan.
Sedangkan yang termasuk biaya variabel adalah depresiasi aktiva tetap, sewa, bunga hutang,
gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staff research dan biaya kantor. Penghasilan penjualan
setelah dikurangi biaya variabel merupakan bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia
untuk menutup biaya tetap biasanya dinamakan ‘contribution margin’ atau contribution to
fixed cost’.
Bila contribution margin lebih besar daripada biaya total, berarti penghasilan penjualan lebih
besar daripada biaya total. Volume penjualan dimana penghasilannya sama besarnya dengan
biaya total (perusahaan tidak untung ataupun rugi) dinamakan dengan kondisi titik impas
atau ’break even point’. Apabila digunakan konsep’contribution margin’ maka analisis
break even point akan tercapai pada volume penjualan dimana contribution marginnya sama
besarnya dengan biaya tetap. Karena analisa break even point tersebut mempelajari antara
‘revenue minus dari biaya variabel’ atau ‘contribution to fixed cost’ di satu pihak dengan
biaya tetap di lain pihak, maka sering dikatakan bahwa analisa break even point merupakan
salah satu alat untuk mempelajari ‘operating leverage’ dalam suatu perusahaan.
Maka, break even point dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi
perusahaan, tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian (total revenue= total cost).
Apabila perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah
break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru muncul apabila
suatu perusahaan di samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah – ubah sesuai dengan perubahan
volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami
perubahan meskipun ada perubahan volume produk
Prosedur praktikum yang dilakukan dalam melakukan analisa break even point
terhadap uji kelayakan suatu perusahaan adalah sebagai berikut ini : Praktikan menghitung
harga produk pada industri yang telah dikunjungi, kemudian menghitung jumlah produk tiap
bulan pada industri yang telah dikunjungi, selanjutnya menghitung biaya tetap (fixed cost)
mesin pada industri yang telah dikunjungi. Dan praktikan menghitung total revenue (TR)
yang ada pada industri yang telah dikunjungi, selanjutnya menghitung BEP normal pada
industri, kemudian menghitung marginal income pada industri yang telah dikunjungi
tersebut, selanjutnya menghitung BEP volume pada industri yang telah dikunjungi.
Selanjutnya praktikan menghitung BEP waktu pada industri yang telah dikunjungi pada saat
kunjungan.
Praktikan selanjutnya menghitung BEP rupiah dari industri tersebut.Kemudian
praktikan membuat grafik hubungan BEP volume dengan BEP rupiah pada industri yang
telah dikunjungi, kemudin praktikan membuat grafik hubungan BEP waktu dengan BEP
rupiah pada industri yang telah dikunjungi. Dan selanjutnya praktikan menghitung kenaikan
BEP volume, BEP waktu dan BEP rupiah pada kenaikan 10%, kenaikan 20% dan pada
kenaikan 30% ada pada industri yang telah dikunjungi tersebut. Dan yang terahir praktikan
membuat grafik kombinasi antara grafik-grafik kenaikan BEP volume, BEP waktu dan BEP
rupiah pada kenaikan 10%, 20% dan 30%.
Hasil yang diperoleh dari analisa break even point pada acara terahir praktikum ekonomi
teknik adalah sebagai berikut : harga produk sebesar RP.16000. Kemudian jumlah produk
tiap bulan 2100 loyang. Dan fixed cost yang dihitung dari besar dana yang digunakan untuk
membeli mesin yankni sebesar Rp.13.000.000. Selanjutnya variable cost
sebesar Rp.17.775.000. Sedangkan total cost dihitung dari Fixed CostRp.163.000.000 yang
ditambahkan dengan Variable Cost Rp.17.775.000 sehingga nilai total cost
menjadi Rp.180.775.000 dan total revenue (TR) adalah harga produk kemudian dikalikan
dengan jumlah produk hasilnya Rp.33.600.000. Kemudian hasil perhitungan .BEP normal
adalah TR (total revenue) Rp.33.600.000 yang dikurangi dengan VC (Variable
Cost)Rp.17.775.000 menjadi nilai Marginal income. Besar dari Marginal income
(MI)Rp.15.825.000. Nilai Marginal income yang dikurangi dengan Fixed Costakan
menghasilkan profit sebesar Rp.2825.000. Perhitungan dari BEP VOLUME adalah dengan
membagi fixed cost dengan hasil perhitungan dari harga produk yang dikurangi dengan
Variable Cost yang sebelumya dibagi dengan jumlah produk dan hasilnya adalah 1725.
Perhitungan dari adalah dengan membagi hasil perhitungan BEP volume dengan
jumlah produk dan hasilnya adalah 0,82. Perhitungan dari BEP rupiah dengan membagi nilai
fixed cost dengan besar presentase Marginal income (MI %) dan hasilnya Rp.27.600.849.
kemudian membuat grafik hubungan antara BEP Volume vs BEP Rupiah dan membuat
grafik hubungan BEP waktu vs BEP rupiah. Dan terahir melakukan perhitungan BEP
setelah kenaikan pada kenaikan 10%. Hasilnya TR-nya berubah
menjadi Rp.33.600.000 + Rp.3360.000 dan sama dengan Rp.36.960.000. Harga produk
jugan naik 10% maka harganya menjadi harga produk + (10% x harga) dan
hasilnya Rp.17.600. Selanjutnya perhitungan BEP normal dari kenaikan 10% adalah
sebesar Rp.36.960.000. Besar Marginal income (MI) adalah Rp.36.960.000 –
Rp.17.775.000 hasilnya adalah sebesar Rp.19.185.000. Dan profitnya adalah Rp.6.185.000.
BEP volumenya sebesar = Rp.1422,9. BEP waktunya dihasilkan dengan membagi BEP
volume dengan jumlah produk, hasilnya 0,678 . Dan BEP Rupiah adalah
sebesar Rp.25.048.159,56. Dengan cara yang sama juga digunakan untuk menghitung
kenaikan 20% dan 30%. Untuk kenaikan 20% nilai TRnya adalahRp.40.320.000, besar
harga produk adalah Rp.19.200. Dalam perhitungan BEP normalnya yang 100% nilainya
Rp. 40.320.000. Marginal income (MI) adalah Rp. 40.320.000
– Rp.17.775.000 hasilnya Rp.22.545.000. Profitnya adalah Rp.9.545.000. BEP Volumenya
1210 dan BEP waktunya adalah 0,57 dan besar BEP Rupiahnya adalah Rp.23.247.496 dan
untuk kenaikan 30% maka TRnya adalah Rp.43.680.000. Harga produknya
menjadi Rp.20.800. BEP normal pada 100%nya akan memilki nilai Marginal income (MI)
dari Rp. 43.680.000 – Rp.17.775.000 dan hasilnyaRp.25.905.000. Profitnya pada kenaikan
30% adalah Rp.12.905.000. Kemudian untuk BEP Volumenya adalah sebesar 1054 . BEP
Waktunya sebesar 0,49 dan BEP Rupiahnya sebesar 21.918.732.
Grafik yang telah terbentuk pada hasil adalah gambar grafik sebagai sebuah grafik
yang menggambarkan hubungan antara BEP volume dibandingkan dengan BEP Rupiah
yang menunjukan gambaran bahwa grafik bersifat positif, grafik naik ke atas dan
menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan tersebut mengalami keuntungan maka
akan baik jika diteruskan. Analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break
even point untuk mengetahui : hubungan antara penjualan biaya dan laba, untuk mengetahui
struktur biaya tetap dan biaya variabel, untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi dan untuk
mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba. Analisa break even point
memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam
mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain.
Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan
perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan
informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
Manfaat yang dapat didapat dari uji analisis kelayakan suatu perusahaan berdasarkan
uji break even point antara lain : analisa BEP (break even point) sangat berguna bagi
perusahaan untuk menentukan besaran jumlah produksi yang akan dihasilkan dan nilai harga
jual barang tersebut. Dengan menerapkan analisa BEP, perusahaan dapat melihat laba,
kerugian, harga jual, produksi, keuntungan, dan lain sebagainya yang telah dapat diprediksi
sebelumnya, sehingga mempermudah bagi pemimpin perusahaan untuk menentukan
kebijaksanaan. Serta salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan
sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin
dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu : menekan biaya produksi
maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga,
kualitas dan kunatitas, menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki, dan meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin. Dari ketiga langkah-
langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor
tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor
akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi.
Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even
point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Kemudian Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu : guna menetapkan jumlah
minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian, penetapan
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu serta penetapan
seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.
Analisis break even point sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam
analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus
ini untuk mengetahui: hubungan antara penjualan, biaya, dan laba. Kemudian struktur biaya
tetap dan variable, kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap,
kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan rugi. Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan
sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga
manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan
keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan harga
jual persatuan, produksi minimal, dan pendesainan produk, dan lainnya.
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar
titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu
periode, kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan, besarnya
biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variabel. Maupun rugi
tertentu disamping itu juga untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi
berapakah suatu perusahaan belummendapat laba atau rugi. Sehingga hal itu dijadikan dasar
oleh pimpinan sebagai pengambilan keputusan di masa periode tersebut dan di masa yang
akan datang.
Analisis break even secara umum juga dapat memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat
membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut: jumlah
penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian,
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. Kemudian
seberapa jauhkah berkurangnya -
penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi, untuk mengetahui bagaimana efek
perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Analisis break even point ini selain digunakan untuk menganalisis pada unit berapa
atau pada omzet penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi dan tidak menerima
keuntungan. Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” memaparkan
kegunaan break even point adalah sebagai berikut : untuk menunjukkan berapa tingkat
penjualan yang harus dicapai, jika perusahaan ingin mendapatkan laba, untuk membantu
menganalisis rencana untuk modernisasi atau otomatisasi untuk mengganti biaya variabel
menjadi biaya tetap, untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi
terhadap tingkat operasi atau kegiatan, dan untuk membantu dalam keputusan mengenai
produk baru dalam hal biaya dan hasil penjualan.
BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling
berhubungan, yaitu untuk: menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan
beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap,
menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum dan untuk membuat keputusan
tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan BEP dalam suatu
proyek yang diusulkan. Kemudian kelemahan utama dari analisa BEP ini antara lain :
asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu
yang pendek. Asumsi-asumsi dasar analisi BEP adalah menentukan posisi laba rugi
perusahaan, menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugiaan dan menetukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk
memperoleh keuntungan tertentu. Kemudian komponen yang berperan pada BEP yaitu
biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya
untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah
pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak
produksi maka tidak ada biaya ini.
BAB V
KESIMPULAN
1. Dari analisis break even point pada keadaan normal yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan ini mengalami titik impas jika sudah bisa mempunyai
nilai BEP volume sebesar 1725,09, BEP waktu sebesar 0,82 dan besar BEP rupiah
sebesar 2760849 karena dalam nilai BEP tersebut didapatkan hasil grafik yang bernilai
positif.
2. Analisis break even point ini juga bisa dilakukan dengan perhitungan yang dilakukan
dengan bantuan spreadsheet yang ada pada software pada komputer. Misalnya pada
software Microsoft Exel.
3. Startegi penetrasian segmen dan negara (Country and segment penetration strategy) yang
berarti pemusatan pada segmen atau celah pasar tertentu di beberapa negara dan pada
kenaikan setahap demi setahap pada jumlah pasar yang dilayani, sehingga perusahaan
industri rumah tangga mampu bersaing sedikit demi sedikit dengan industri besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Analisa Break Even Point.Dari http://jurnalakuntansi.blogspot.com/2012/05/analisa-break-even-point.html diakses pada tanggal 11 mei 2013 pada pukul 17:02 WIB
Halim,Abdul.2006.Warren Reeve Fess Accounting Pegantar Akuntansi.Penerbit Salemba.Semarang
Henkimer,Jr dan Allen G.1986.Understanding Hospital Financial Manajement.Jonesand Bartlelt learnig.USA
Muljohardjo,Muchi.2006.Aplikasi Exel dalam Bisnis Perbankan Terapan.Elek Media Komputindo.Jakarta
Suryani,Ani.2011.Bisnis Kue Kering.Niaga Swadaya.Jakarta