laporan ekotek acara 3

25
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Bisnis adalah usaha menukarkan barang atau jasa yang kita miliki dengan suatu keuntungan. Profit yang diharapkan oleh suatu usaha bisnis tidak hanya keuntungan yang berupa uang tapi juga jaminan kelangsungan daur kehidupan produk dan instalasi bisnis tersebut. Disamping itu aspek-aspek ekonomi makro dan ekonomi mikro pun berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan usah bisnis. Dan keadaan ekonomi saat ini relative tidak menentu dan sulit ditebak. Maka dari hal itulah yang melatar belakangi adanya suatu metode pengkuran kelayakan suatu usaha bisnis. Ada beberapa metode analisis kelayakan terhadap suatu usaha bisnis. Pembelajaran mengenahi analisis kelayakan dengan metode Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit. BEP (break even point) sangatlah penting ketika kita membuat suatu usaha karena dengan penganalisaan dengan metode Break Even point atau BEP maka kita dapat menganalisa tingkat prosentase kita untuk mengalami kerugian dan apakah itu usaha jasa atau manufaktur akan lebih kecil seiring berjalannya waktu. Karena dalam penganalisaan dengan Break Even point atau BEP ini kita juga memperhitungan dan memeperkirakan kelayakan suatu usaha untuk tetap terus dilakukan dan perkiraan terbaik

Upload: iftikar-se

Post on 15-May-2017

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ekotek Acara 3

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Bisnis adalah usaha menukarkan barang atau jasa yang kita miliki dengan suatu

keuntungan. Profit yang diharapkan oleh suatu usaha bisnis tidak hanya keuntungan yang

berupa uang tapi juga jaminan kelangsungan daur kehidupan produk dan instalasi bisnis

tersebut. Disamping itu aspek-aspek ekonomi makro dan ekonomi mikro pun berperan penting

dalam pertumbuhan dan perkembangan usah bisnis. Dan keadaan ekonomi saat ini relative

tidak menentu dan sulit ditebak. Maka dari hal itulah yang melatar belakangi adanya suatu

metode pengkuran kelayakan suatu usaha bisnis. Ada beberapa metode analisis kelayakan

terhadap suatu usaha bisnis.

Pembelajaran mengenahi analisis kelayakan dengan metode Break Even point atau BEP

adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual

kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta

mendapatkan keuntungan / profit. BEP (break even point) sangatlah penting ketika kita

membuat suatu usaha karena dengan penganalisaan dengan metode Break Even point atau BEP

maka kita dapat menganalisa tingkat prosentase kita untuk mengalami kerugian dan apakah itu

usaha jasa atau manufaktur akan lebih kecil seiring berjalannya waktu. Karena dalam

penganalisaan dengan Break Even point atau BEP ini kita juga memperhitungan dan

memeperkirakan kelayakan suatu usaha untuk tetap terus dilakukan dan perkiraan terbaik

ketika kita ingin membuka suatu usaha.

Manfaat dari analisis kelayakan suatu perusahaan berdasarkan analisis dengan metode

BEP antara lain : metode analisis merupakan alat perencanaan untuk hasilkan laba pada suatu

perusahaan, metode BEP memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan,

serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang

bersangkutan, metode BEP ini bisa mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan,

metode ini bisa mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan

dimengerti. Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis,

kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya

tetap,biaya variabel dan total biaya secara keseluruhan. Yang mana pada prakteknya untuk

memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel serta biaya tetap -

bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita

untuk produksi ataupun tidak, dan biaya ini bersifat tidak habis dalam sekali proses produksi

Page 2: Laporan Ekotek Acara 3

sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi

jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini dan besar biaya ini sangat bergantung pada

besar kuantitas produk yang diproduksi dalam suatu proses produksi produk.

Kesimpulannya bahwa dengan pembelajaran mengenahi analisis kelayakan suatu

perusahaan perindustrian menggunakan metode analisis break even point (BEP) ini bertujuan

sebagai tolak ukur keberlangsungan usaha bisnis yang kita tekuni. Karena poin awal dan

terpenting dalam suatu bisnis adalah menukarkan barang ataupun jasa yang kita bisniskan

dengan keuntungan. Secara kongrit keuntungan yang diperoleh dapat diukur dari seberapa

besar keuntungan material yang mampu diraih oleh suatu usaha bisnis dan seberapa lama daur

hidup usaha bisnis tersebut.

b. Tujuan

1. Melakukan analisis kelayakan investasi dari suatu industri pertanian dengan analisis BEP

(Break Even point).

2. Menggunakan perangkat lunak komputer sebagai alat untuk melakukan analisis suatu

proyek investasi.

3. Menganalisa dan menentukan startegi pengembangan industri pertanian yang dapat

diterapkan perusahaan berdasarkan hasil analisa ekonomis yang telah dilakukan.

Page 3: Laporan Ekotek Acara 3

BAB II

LANDASAN TEORI

Analisa break even point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan

antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan. Karena analisa break even

point tersebut mempelajari hubungan antara baiya keuntungan – volume kegiatan, maka analisa

(break even point) tersebut sering pula disebut “cost-profit-volume analisis”(CPV analisi). Analisa

break even point merupakan “profit planning approach” yang mendasarkan pada hubungan antara

biaya (cost) dengan penghasilan (revenue)(Anonim,2012).

Apabila digunakan konsep “contribution margin” maka break even point akan tercapai

pada volume penualan dimana contribution marginnya sama besarnya dengan biaya tetap. Karena

analisa break even point tersebut mempelajari antara ‘revenue minus biaya variabel’ atau

‘contribution to fixed cost’ di satu pihak dengan biaya tetap dilain pihak, maka sering dikatakan

bahwa analisa break even point merupakan salah satu alat untuk mempelajari ‘operating leverage’.

Operating leverage terjadi setiap waktu dimana suatu perusahaan mempuntyai biaya tetap yang

ahrus ditutup betapapun besar volume kegiatanyaa(Halim,2006).

Analisis break even point dapat direkomendasikan sebagai analisa terhadap biaya

marginal yang perlu diperhatikan dan memiliki potesi yang besar untuk memicu permasalahan

(utamanya masalah harga) dan dan jalan untuk mengatasinya adalah menjadikan masalah –masalah

tersebut juga sebagai solusinya. Margin dari keamanan dalam sebuah aplikasi yang menerapkan

konsep analisis break even point yang mana dengan memperkirakan presentase dari penurunan serta

perubahann penjualan yang biasa terjadi akibat departemen kehilangan konsumen dan kehilangan

nama brandinya dimasyarakat(Herkimer,1986).

Metode profitability Index (PI) atau disebut juga dengan istilah Benefit Cost Ratio (B/C

Ratio) merupakan perbandingan nilai sekarang aliran kas masuk dimasa mendatang dengan nilai

investasi. Analisis keputusan dengan menggunakan profitability Index adalah jika nilai profitability

Index kurang dari 1 maka sebaiknya ditolak dan jika profitability Index diatas 1 maka sebaiknya

investasi dipertimbangkan untuk diterima(Muljo,2006).

Pendapatan atau omzet merupakan seluruh aliran uang yang diterima produsen dari

hasil penjualan produk. Sementara, keuntungan merupakan selisih antara pendapatan dengan total

biaya. Keuntungan dapat juga diartikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan harga pokok

penjualan. Indikator yang biasa digunakan diantaranya break even point(Suryani,2011).

Page 4: Laporan Ekotek Acara 3

BAB III

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Sebelum praktikum dimulai, praktikan dan asisten terlebih dahulu membuka praktikum

dengan membaca do’a menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

2. Praktikan belajar selama beberapa menit sebelum pre-test dilakukan.

3. Praktikan mengerjakan soal pre-test yang telah diberikan oleh asisten.

4. Praktikan menghitung harga produk pada industri yang telah dikunjungi.

5. Praktikan menghitung jumlah produk tiap bulan pada industri yang telah dikunjungi.

6. Praktikan menghitung biaya tetap (fixed cost) mesin pada industri yang telah dikunjungi.

7. Praktikan menghitung total revenue (TR) yang ada pada industri yang telah dikunjungi.

8. Praktikan menghitung BEP normal pada industri yang telah dikunjungi.

9. Praktikan menghitung marginal income pada industri yang telah dikunjungi.

10. Praktikan menghitung BEP volume pada industri yang telah dikunjungi.

11. Praktikan menghitung BEP waktu pada industri yang telah dikunjungi.

12. Praktikan menghitung BEP rupiah dari industri tersebut.

13. Praktikan membuat grafik hubungan BEP volume dengan BEP rupiah pada industri yang

telah dikunjungi.

14. Praktikan membuat grafik hubungan BEP waktu dengan BEP rupiah pada industri yang

telah dikunjungi.

15. Praktikan menghitung kenaikan BEP volume, BEP waktu dan BEP rupiah pada kenaikan

10%, 20% dan 30% ada pada industri yang telah dikunjungi.

16. Praktikan membuat grafik kombinasi antara grafik-grafik kenaikan BEP volume, BEP waktu

dan BEP rupiah pada kenaikan 10%, 20% dan 30%

17. Praktikum selesai, sebelum praktikum diakhiri praktikan berdo’a sesuai agama dan

kepercayaan masing-masing.

Page 5: Laporan Ekotek Acara 3

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Diketahui :

a. Harga produk = Rp.11.000

b. Jumlah produk = 15.209 box

c. Fixed cost (FC) = biaya mesin =Rp.60.000.000

d. Variabel cost (VC) = 32.745.000

e. Total cost (TC) = FC + VC = 92.745.000

f. Total revenue (TR) = harga produk x jumlah produk = 167.299.000

Perhitungan

a. BEP normal

TR = 167.299.000 100%

VC = 32.745.000 19,57% -

Margin Income(MI) = 134.544.000 80,43%

FC = 60.000.000 0,8043 -

Profit = 74.494.000

b. BEP Volume = FC

Harga produk – ( VC )

Jumlah produk

= 60.000.000

11.000 – ( 32.745.000 )

15.209

= 6.781,97

c. BEP waktu = BEP volume

Jumlah produk

= 6.781,97 = 0,45

15.209

d. BEP rupiah = FC

MI

= 60.000.000 = 74.599.030,21

0,8043

Page 6: Laporan Ekotek Acara 3

e. Grafik hubungan antara BEP volume VS BEP rupiah

Y

FC

X

f. Grafik hubungan BEP waktu VS BEP rupiah

Y

FC

X

Perhitungan BEP setelah kenaikan

a. Kenaikan 10%

1. TR 10% = TR + (TR.10%)

= 167.299.000 + (16.729.900)

= 184.028.900

2. Produk 10% = Harga produk + (harga produk.10%)

= 11.000 + 1.100

= 12.100

3. Perhitungan

a. BEP normal

TR = 184.028.900 100%

VC = 32.745.000 17,79% -

Page 7: Laporan Ekotek Acara 3

Margin Income(MI) = 151.283.900 82,21%

FC = 60.000.000 0,8221 -

Profit = 91.283.900

b. BEP Volume = FC

Harga produk – ( VC )

Jumlah produk

= 60.000.000

12.100 – ( 32.745.000 )

15.209

= 6.031,98

c. BEP waktu = BEP volume

Jumlah produk

= 6.031,98 = 0,39

15.209

d. BEP rupiah = FC

MI

= 60.000.000 = 72.983.821,92

0,8221

b. Kenaikan 20 %

1. TR 20% = TR + (TR.20%)

= 167.299.000 + (33.459,8)

= 200.758.800

2. Produk 20%= Harga produk + (harga produk.20%)

= 11.000 + 2.200

= 13.200

3. Perhitungan

a. BEP normal

TR = 200.758.800 100%

VC = 32.745.000 16,31 -

Margin Income(MI) = 168.013.800 83,69%

FC = 60.000.000 0,8369 -

Profit = 108.013.800

b. BEP Volume = FC

Harga produk – ( VC )

Page 8: Laporan Ekotek Acara 3

Jumlah produk

= 60.000.000

13.200 – ( 32.745.000 )

15.209

= 5.431,34

c. BEP waktu = BEP volume

Jumlah produk

= 5.431,34 = 0,36

15.209

d. BEP rupiah = FC

MI

= 60.000.000 = 71.693.153,3

0,8369

c. Kenaikan 30%

1. TR 30% = TR + (TR.30%)

= 167.299.000 + (50.189.700)

= 217.488.700

2. Produk 30%= Harga produk + (harga produk.30%)

= 11.000 + 3.300

= 14.300

3. Perhitungan

a. BEP normal

TR = 217.488.700 100%

VC = 32.745.000 15,05% -

Margin Income(MI) = 184.743.700 84,94%

FC = 60.000.000 0,8494 -

Profit = 124.743.700

b. BEP Volume = FC

Harga produk – ( VC )

Jumlah produk

= 60.000.000

14.300 – ( 32.745.000 )

15.209

= 4939,49

Page 9: Laporan Ekotek Acara 3

c. BEP waktu = BEP volume

Jumlah produk

= 4939,49 = 0,32

15.209

d. BEP rupiah = FC

MI

= 60.000.000 = 70.638.097,48

0,8494

B. PembahasanAnalisa dalam kelayakan suatu idustri perusahaan yang berdasarkan atas analisa BEP

(break even point) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya

tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Karena analisa break even point

tersebut mempelajari hubungan antara biaya keuntungan – volume kegiatan, maka analisa

(break even point) tersebut sering pula disebut “cost-profit-volume analisis” (CPV analisis)

dan analisa break even point ini digunakan dalam pengambilan alternatif yang cukup sensitif

terhadap variabel atau parameter dan bila nilai variabel tersebut sulit diestimasi. Analisa

break even point juga merupakan “profit-planning approach” yang mendasarkan pada

hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue).

Masalah – masalah yang akan muncul bila melakukan analisa break even point

dalam suatu uji kelayakan terhadap suatu perusahaan adalah perusahaan memiliki biaya

variabel dan juga biaya tetap. Secara total, besarnya biaya variabel akan berubah-ubah

sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap tidak mengalami

perubahan meskipun ada perubahan pada volume produksi. Biaya yang termasuk biaya

variabel adalah bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung dan komisi penjualan.

Sedangkan yang termasuk biaya variabel adalah depresiasi aktiva tetap, sewa, bunga hutang,

gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staff research dan biaya kantor. Penghasilan penjualan

setelah dikurangi biaya  variabel merupakan bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia

untuk menutup biaya tetap biasanya dinamakan ‘contribution margin’ atau contribution to

fixed cost’.

Bila contribution margin lebih besar daripada biaya total, berarti penghasilan penjualan lebih

besar daripada biaya total. Volume penjualan dimana penghasilannya sama besarnya dengan

Page 10: Laporan Ekotek Acara 3

biaya total (perusahaan tidak untung ataupun rugi) dinamakan dengan kondisi titik impas

atau ’break even point’. Apabila digunakan konsep’contribution margin’ maka analisis

break even point akan tercapai pada volume penjualan dimana contribution marginnya sama

besarnya dengan biaya tetap. Karena analisa break even point tersebut mempelajari antara

‘revenue minus dari biaya variabel’ atau ‘contribution to fixed cost’ di satu pihak dengan

biaya tetap di lain pihak, maka sering dikatakan bahwa analisa break even point merupakan

salah satu alat untuk mempelajari ‘operating leverage’ dalam suatu perusahaan.

Maka, break even point dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi

perusahaan, tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian (total revenue= total cost).

Apabila perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah

break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru muncul apabila

suatu perusahaan di samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap.

Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah – ubah sesuai dengan perubahan

volume produksi, sedangkan  besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami

perubahan meskipun ada perubahan volume produk

Prosedur praktikum yang dilakukan dalam melakukan analisa break even point

terhadap uji kelayakan suatu perusahaan adalah sebagai berikut ini : Praktikan menghitung

harga produk pada industri yang telah dikunjungi, kemudian menghitung jumlah produk tiap

bulan pada industri yang telah dikunjungi, selanjutnya menghitung biaya tetap (fixed cost)

mesin pada industri yang telah dikunjungi. Dan praktikan menghitung total revenue (TR)

yang ada pada industri yang telah dikunjungi, selanjutnya menghitung BEP normal pada

industri, kemudian menghitung marginal income pada industri yang telah dikunjungi

tersebut, selanjutnya menghitung BEP volume pada industri yang telah dikunjungi.

Selanjutnya praktikan menghitung BEP waktu pada industri yang telah dikunjungi pada saat

kunjungan.

Praktikan selanjutnya menghitung BEP rupiah dari industri tersebut.Kemudian

praktikan membuat grafik hubungan BEP volume dengan BEP rupiah pada industri yang

telah dikunjungi, kemudin praktikan membuat grafik hubungan BEP waktu dengan BEP

rupiah pada industri yang telah dikunjungi. Dan selanjutnya praktikan menghitung kenaikan

BEP volume, BEP waktu dan BEP rupiah pada kenaikan 10%, kenaikan 20% dan pada

kenaikan 30% ada pada industri yang telah dikunjungi tersebut. Dan yang terahir praktikan

membuat grafik kombinasi antara grafik-grafik kenaikan BEP volume, BEP waktu dan BEP

rupiah pada kenaikan 10%, 20% dan 30%.

Hasil yang diperoleh dari analisa break even point pada acara terahir praktikum ekonomi

Page 11: Laporan Ekotek Acara 3

teknik adalah sebagai berikut : harga produk sebesar RP.16000. Kemudian jumlah produk

tiap bulan 2100 loyang. Dan fixed cost yang dihitung dari besar dana yang digunakan untuk

membeli mesin yankni sebesar Rp.13.000.000. Selanjutnya variable cost

sebesar Rp.17.775.000. Sedangkan total cost dihitung dari Fixed CostRp.163.000.000 yang

ditambahkan dengan Variable Cost Rp.17.775.000 sehingga nilai total cost

menjadi Rp.180.775.000 dan total revenue (TR) adalah harga produk kemudian dikalikan

dengan jumlah produk hasilnya Rp.33.600.000. Kemudian hasil perhitungan .BEP normal

adalah TR (total revenue) Rp.33.600.000 yang dikurangi dengan VC (Variable

Cost)Rp.17.775.000 menjadi nilai Marginal income. Besar dari Marginal income

(MI)Rp.15.825.000. Nilai Marginal income yang dikurangi dengan Fixed Costakan

menghasilkan profit sebesar Rp.2825.000. Perhitungan dari BEP VOLUME adalah dengan

membagi fixed cost dengan hasil perhitungan dari harga produk yang dikurangi dengan

Variable Cost yang sebelumya dibagi dengan jumlah produk dan hasilnya adalah 1725.

Perhitungan dari adalah dengan membagi hasil perhitungan BEP volume dengan

jumlah produk dan hasilnya adalah 0,82. Perhitungan dari BEP rupiah dengan membagi nilai

fixed cost dengan besar presentase Marginal income (MI %) dan hasilnya Rp.27.600.849.

kemudian membuat grafik hubungan antara BEP Volume vs BEP Rupiah dan membuat

grafik hubungan BEP waktu vs BEP rupiah. Dan terahir melakukan perhitungan BEP

setelah kenaikan pada kenaikan 10%. Hasilnya TR-nya berubah

menjadi Rp.33.600.000 + Rp.3360.000 dan sama dengan Rp.36.960.000. Harga produk

jugan naik 10% maka harganya menjadi harga produk + (10% x harga) dan

hasilnya Rp.17.600. Selanjutnya perhitungan BEP normal dari kenaikan 10% adalah

sebesar Rp.36.960.000. Besar Marginal income (MI) adalah Rp.36.960.000 –

Rp.17.775.000 hasilnya adalah sebesar Rp.19.185.000. Dan profitnya adalah Rp.6.185.000.

BEP volumenya sebesar = Rp.1422,9. BEP waktunya dihasilkan dengan membagi BEP

volume dengan jumlah produk, hasilnya 0,678 . Dan BEP Rupiah adalah

sebesar Rp.25.048.159,56. Dengan cara yang sama juga digunakan untuk menghitung

kenaikan 20% dan 30%. Untuk kenaikan 20% nilai TRnya adalahRp.40.320.000, besar

harga produk adalah Rp.19.200. Dalam perhitungan BEP normalnya yang 100% nilainya

Rp. 40.320.000. Marginal income (MI) adalah Rp. 40.320.000

– Rp.17.775.000 hasilnya Rp.22.545.000. Profitnya adalah Rp.9.545.000. BEP Volumenya

1210 dan BEP waktunya adalah 0,57 dan besar BEP Rupiahnya adalah Rp.23.247.496 dan

untuk kenaikan 30% maka TRnya adalah Rp.43.680.000. Harga produknya

menjadi Rp.20.800. BEP normal pada 100%nya akan memilki nilai Marginal income (MI)

Page 12: Laporan Ekotek Acara 3

dari Rp. 43.680.000 – Rp.17.775.000 dan hasilnyaRp.25.905.000. Profitnya pada kenaikan

30% adalah Rp.12.905.000. Kemudian untuk BEP Volumenya adalah sebesar 1054 . BEP

Waktunya sebesar 0,49 dan BEP Rupiahnya sebesar 21.918.732.

Grafik yang telah terbentuk pada hasil adalah gambar grafik sebagai sebuah grafik

yang menggambarkan hubungan antara BEP volume dibandingkan dengan BEP Rupiah

yang menunjukan gambaran bahwa grafik bersifat positif, grafik naik ke atas dan

menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan tersebut mengalami keuntungan maka

akan baik jika diteruskan. Analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break

even point untuk mengetahui : hubungan antara penjualan biaya dan laba, untuk mengetahui

struktur biaya tetap dan biaya variabel, untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi dan untuk

mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba. Analisa break even point

memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam

mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain.

Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan

perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan

informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta

hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang

bersangkutan.

Manfaat yang dapat didapat dari uji analisis kelayakan suatu perusahaan berdasarkan

uji break even point antara lain : analisa BEP (break even point) sangat berguna bagi

perusahaan untuk menentukan besaran jumlah produksi yang akan dihasilkan dan nilai harga

jual barang tersebut. Dengan menerapkan analisa BEP, perusahaan dapat melihat laba,

kerugian, harga jual, produksi, keuntungan, dan lain sebagainya yang telah dapat diprediksi

sebelumnya, sehingga mempermudah bagi pemimpin perusahaan untuk menentukan

kebijaksanaan. Serta salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan

sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin

dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu : menekan biaya produksi

maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga,

kualitas dan kunatitas, menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang

dikehendaki, dan meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin. Dari ketiga langkah-

langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor

tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor

akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi.

Page 13: Laporan Ekotek Acara 3

Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even

point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

Kemudian Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam

pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu : guna menetapkan jumlah

minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian, penetapan

jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu serta penetapan

seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.

Analisis break even point sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam

analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus

ini untuk mengetahui: hubungan antara penjualan, biaya, dan laba. Kemudian struktur biaya

tetap dan variable, kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap,

kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak

mengalami laba dan rugi. Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan

sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga

manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan

keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan harga

jual persatuan, produksi minimal, dan pendesainan produk, dan lainnya.

Dalam penentuan titik impas  perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar

titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu

periode, kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan, besarnya

biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variabel. Maupun rugi

tertentu disamping itu juga untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi

berapakah suatu perusahaan belummendapat laba atau rugi. Sehingga hal itu dijadikan dasar

oleh pimpinan sebagai pengambilan keputusan di masa periode tersebut dan di masa yang

akan datang.

Analisis break even secara umum juga dapat memberikan informasi kepada

pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat

keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat

membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut: jumlah

penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian,

jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. Kemudian

seberapa jauhkah berkurangnya -

penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi, untuk mengetahui bagaimana efek

perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Page 14: Laporan Ekotek Acara 3

Analisis break even point ini selain digunakan untuk menganalisis pada unit berapa

atau pada omzet penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi dan tidak menerima

keuntungan. Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” memaparkan

kegunaan break even point adalah sebagai berikut : untuk menunjukkan berapa tingkat

penjualan yang harus dicapai, jika perusahaan ingin mendapatkan laba, untuk membantu

menganalisis rencana untuk modernisasi atau otomatisasi untuk mengganti biaya variabel

menjadi biaya tetap, untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi

terhadap tingkat operasi atau kegiatan, dan untuk membantu dalam keputusan mengenai

produk baru dalam hal biaya dan hasil penjualan.

BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling

berhubungan, yaitu  untuk: menganalisa program otomatisasi  dimana suatu perusahaan akan

beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap,

menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum dan untuk membuat keputusan

tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan BEP dalam suatu

proyek yang diusulkan. Kemudian kelemahan utama dari analisa BEP ini antara lain :

asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu

yang pendek. Asumsi-asumsi dasar analisi BEP adalah menentukan posisi laba rugi

perusahaan, menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak

mengalami  kerugiaan dan menetukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk

memperoleh keuntungan tertentu. Kemudian komponen yang berperan pada BEP yaitu

biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya

untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah

pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak

produksi maka tidak ada biaya ini.

Page 15: Laporan Ekotek Acara 3

BAB V

KESIMPULAN

1. Dari analisis break even point pada keadaan normal yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa perusahaan ini mengalami titik impas jika sudah bisa mempunyai

nilai BEP volume sebesar 1725,09, BEP waktu sebesar 0,82 dan besar BEP rupiah

sebesar 2760849 karena dalam nilai BEP tersebut didapatkan hasil grafik yang bernilai

positif.

2. Analisis break even point ini juga bisa dilakukan dengan perhitungan yang dilakukan

dengan bantuan spreadsheet yang ada pada software pada komputer. Misalnya pada

software Microsoft Exel.

3. Startegi penetrasian segmen dan negara (Country and segment penetration strategy) yang

berarti pemusatan pada segmen atau celah pasar tertentu di beberapa negara dan pada

kenaikan setahap demi setahap pada jumlah pasar yang dilayani, sehingga perusahaan

industri rumah tangga mampu bersaing sedikit demi sedikit dengan industri besar.

Page 16: Laporan Ekotek Acara 3

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.Analisa Break Even Point.Dari http://jurnalakuntansi.blogspot.com/2012/05/analisa-break-even-point.html diakses pada tanggal 11 mei 2013 pada pukul 17:02 WIB

Halim,Abdul.2006.Warren Reeve Fess Accounting Pegantar Akuntansi.Penerbit Salemba.Semarang

Henkimer,Jr dan Allen G.1986.Understanding Hospital Financial Manajement.Jonesand Bartlelt learnig.USA

Muljohardjo,Muchi.2006.Aplikasi Exel dalam Bisnis Perbankan Terapan.Elek Media Komputindo.Jakarta

Suryani,Ani.2011.Bisnis Kue Kering.Niaga Swadaya.Jakarta