laporan acara 7

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrografi adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi batuan secara mikro, sehingga ilmu ini terasa lebih detail daripada petrologi. Petrografi akan menjawab berbagai pertanyaan yang muncul saat kita belajar mengenai batuan dengan petrologi.Di dalam ilmu petrologi umumnya dikenal 3 jenis batuan yang terdapat di bumi ini, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistem yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan- perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan

Upload: ikhwan-rasyidin-hadi-abbas

Post on 17-Feb-2016

253 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi,

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Acara 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petrografi adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi batuan secara

mikro, sehingga ilmu ini terasa lebih detail daripada petrologi. Petrografi akan

menjawab berbagai pertanyaan yang muncul saat kita belajar mengenai batuan

dengan petrologi.Di dalam ilmu petrologi umumnya dikenal 3 jenis batuan yang

terdapat di bumi ini, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf.

Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,

biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi

merupakan sistem yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan

mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat

menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-

perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di

bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme. Proses

tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler

(1989), menyatakan bahwasanya “proses-proses metamorfisme itu mengubah

mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons

terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi

sebelumnya.Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa”.

Page 2: Laporan Acara 7

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya praktikum ini adalah mengidentifikasi nama-nama

mineral pada preparat sayatan batuan.

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui mineral penciri dari batuan metamorf

2. Mahasiswa dapat mengetahui nama batuan dari sampel yang diamati

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :

1. Mikroskop Polarisasi

2. Lap kasar

3. Lap halus

4. Alat tulis menulis

5. Lembar kerja praktikum

6. Pensil warna

7. Sayatan mineral

8. PenuntunPraktikumPetrografi 2014/2015

9. Buku Rocks and Mineral

10. Optical Mineralogi

1.4 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah:

Page 3: Laporan Acara 7

1. Menyediakan lembar kerja praktikum dan alat tulis yang akan digunakan

dalam menggambar

2. Menyalakan mikroskop, lalu menyentringkannya sehingga mikroskop dapat

digunakan

3. Pengamatan terdiri atas tiga sampel dengan menggunakan preparat sayatan

mineral dari suatu batuan yang telah disediakan dengan nomor

peragaSTA.32/IN/MQS, STA.26/IN/MQS, dan STA.36/IN/MQS. Preparat

diletakkan di atas meja preparat, lalu mengatur posisi nikol yang akan

digunakan, yaitu nikol sejajar dengan menggunakan analisator. Kemudian,

lengkapi data-data yang dibutuhkan sesuai dengan format praktikum yang

terdiri dari warna absorpsi, pleokrisme, intensitas, bentuk, indeks bias,

belahan, pecahan, relief, inklusi jika ditemukan dalam mineral yang diamati

dan mengukur mineral yang diamati.

4. Pengamatan ortoskop nikol silang dengan menggunakan preparat sayatan

mineral dari sampel yang sama, yaitu nomor peraga STA.32/IN/MQS,

STA.26/IN/MQS, dan STA.36/IN/MQS. Preparat diletakkan di atas meja

preparat, lalu mengatur posisi nikol yang akan digunakan, yaitu nikol silang

dengan menggunakan polarisator. Kemudian, lengkapi data-data yang

dibutuhkan sesuai dengan format praktikum yang terdiri dari ukuran

mineral, warna interferensi maksimum, bias rangkap, kembaran, sudut

gelapan, jenis gelapan dan tanda rentang optik.

Page 4: Laporan Acara 7

5. Tentukan persentase mineral dari tiga medan pandang, lalu rata-ratakan

persentase mineral tersebut. Setelah itu, tentukan nama batuan dari masing-

masing preparat.

6. Membersihkan kembali meja pengamatan dan mematikan mikroskop yang

digunakan.

Page 5: Laporan Acara 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain,

dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang

telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai

akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.

Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,

dengan temperatur 200oC-6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan

metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk

kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.Menurut H. G. F. Winkler (1967),

metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat

karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana

kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk

pelapukan dan diagenesa.Dalam siklus batuan, dapat diketahui bahwa batuan

metamorf dapat terbentuk dari batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf itu

sendiri. Untuk menjadi batuan metamorf, batuan haruslah mengalami proses

metamorfisme, yaitu proses dimana terjadi kenaikan suhu dan/atau temperatur yang

sangat tinggi pada batuan.

2.2 Tipe – Tipe Metamorfisme

Proses metamorfisme dapat digolongkan ke dalam beberapa tipe,

diantaranya :

Page 6: Laporan Acara 7

a) Metamorfisme kontak, terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma

yang besar. Pancaran panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari

tubuh intrusinya. Hal ini berakibat adanya perbedaan pengaruh suhu pada batuan

sampingnya antara bagian yang dekat dengan tubuh intrusi dan yang lebih jauh.

Tentunya demikian juga dengan hasil perubahan mineraloginya. Zona aureole

yang melingkari tubuh intrusi merupakan gambaran ada perubahan tersebut.

Gambar 2.1 Metamorfisme kontak

b) Metamorfisme dinamik, tipe ini biasanya terjadi pada zona sesar dan terbentuk

pada tekanan yang sangat tinggi.

c) Metamorfisme regional, terjadi pada daerah yang luas akibat orogenesis.

Temperatur dan tekanan yang sangat tinggi berlangsung bersamaan dan terjadi di

dalam kerak bumi. Proses ini berlangsung di atas zone of weathering and

cementation namun berada di bawah zone of remelting. Tekanan pada proses ini

berkisar antara 2000 – 13.000 bar dan temperatur berkisar antara 200° - 800°C.

Page 7: Laporan Acara 7

Gambar 2.2 Metamorfisme regional

2.3 Klasifikasi Batuan Metamorf

Adapun klasifikasi yang umum digunakan dalam penentuan nama batuan

metamorf yaitu klasifikasi O’Dunn & Sill (1986). Dalam klasifikasi ini, ia membagi

batuan metamorf berdasarkan strukturnya yaitu foliasi dan non foliasi. Kemudian

memperhatikan warna dari batuan metamorf tersebut, lalu pada akhirnya menentukan

nama dari batuan metamorf tersebut. Untuk lebih jelasnya, perhatikan klasifikasi

tersebut di bawah ini.

Page 8: Laporan Acara 7

Gambar 2.10 Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan O’Dunn & Sill (1986)

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan

berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka

terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan

diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu

lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak

antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini

tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita

Page 9: Laporan Acara 7

informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di

dalam permukaan bumi.Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan

pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan

metamorf (Jackson, 1970). Berikut adalah macam-macam tekstur batuan metamorf

Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

o Relict/Palimpset/Sisa; masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan

blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini.Batuan yang

mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau metasedimen.

o Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan

dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak

tampak.Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

· Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

o Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.

o Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

· Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal

o Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.

o Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan

sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.

o Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di

sekitarnya.

o Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.

o Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral

o Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.

Page 10: Laporan Acara 7

· Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral

o Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.

o Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.

o Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas

mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.

o Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,

batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk

anhedral.

· Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :

o Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral

lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.

o Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak

melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

o Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar

material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).

o Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak

menunjukkan keteraturan orientasi.

o Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

v Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi

menjadi dua, yaitu :

§ Homeoblastik; jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur batuan.

§ Heteroblastik; jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis tekstur

batuan.

Page 11: Laporan Acara 7

Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf

mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur.Tekstur

pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena

kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau

blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi

karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses

reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang

pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis.

Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu

lipatannya.Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik.

Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami

hancuran yang fragmental sifatnya.

a. Struktur Foliasi

Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran

mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :

- Struktur Slatycleavage

- Struktur Gneissic

- Struktur Phylitic

- Struktur Schistosity

b. Struktur Non Foliasi

Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya

penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :

- Struktur Hornfelsik

Page 12: Laporan Acara 7

- Struktur Milonitik

- Struktur Kataklastik

- Struktur Flaser

- Struktur Pilonitik

- Struktur Augen

- Struktur Granulosa

– Struktur Liniasi

Page 13: Laporan Acara 7

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Sampel Pertama

Nomor Peraga : STA.36/IN/MQS Nama : Rizki Azizah AM Acara : Batuan Metamorf NIM : D611 13 308Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan MetamorfMikroskopis (Microscopic) :Berwarna abu-abu, ukuran mineral 0,1 – 0,2 mm, warna interferensi berwarna abu-abu orange, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik dengan komposisi mineral terdiri dari plagioklas, kuarsa, dan muskovit

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komponen Batuan

PiroklastikComponent of Pyroclastic

Rock

JumlahAmount

(%)

Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy

Plagioklas 35

Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,1 – 0,15 mm, warna interferensi abu-abu, sudut gelapan 34o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Plagioklas.

Kuarsa ( 20

Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,1 – 0,15 mm, warna interferensi abu-abu muda, belahan tidak ada, sudut gelapan 30o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Kuarsa.

Muskovit 45

Berwarna kuning, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,1 – 0,2 mm, warna interferensi orange, belahan 1 arah, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Muscovit.

4

5

6

7

8

9

Page 14: Laporan Acara 7

3.1.2 Sampel Kedua

Nomor Peraga : STA.26/IN/MQS Nama : Rizki Azizah AM Acara : Batuan Metamorf NIM : D611 13 308Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan MetamorfMikroskopis (Microscopic) :Berwarna colorless, ukuran mineral 0,4 – 0,6 mm, warna interferensi berwarna abu-abu, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik dengan komposisi mineral terdiri dari plagioklas, kuarsa, ortoklas, dan muskovit

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komponen Batuan

PiroklastikComponent of Pyroclastic

Rock

JumlahAmount

(%)

Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy

Plagioklas 5

Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,2 – 0,4 mm, warna interferensi abu-abu, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Plagioklas.

Kuarsa ( 30

Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,2 – 0,3 mm, warna interferensi abu-abu muda, belahan tidak ada, sudut gelapan 30o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Kuarsa.

Ortoklas 25

Berwarna colorless, pleokrisme rendah, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 – 0,4 mm, warna interferensi abu-abu tua, belahan tidak ada, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Ortoklas.

Muskovit 45

Berwarna kuning, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,2 – 0,6 mm, warna interferensi orange, belahan 1 arah, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris dengan nama mineral Muscovit.

Page 15: Laporan Acara 7

9.1.1 Sampel Ketiga

Nomor Peraga : STA.32/IN/MQS Nama : Rizki Azizah AM Acara : Batuan Metamorf NIM : D611 13 308Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan MetamorfMikroskopis (Microscopic) :Berwarna colorless, ukuran mineral 0,05 mm – 1 mm, warna interferensi berwarna orange kehijauan, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik dengan komposisi mineral terdiri dari kuarsa, klorit dan muskovit

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komponen Batuan

PiroklastikComponent of Pyroclastic

Rock

JumlahAmount

(%)

Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy

Kuarsa ( 20

Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 mm, warna interferensi abu-abu, belahan tidak ada, sudut gelapan 34,5o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Kuarsa.

Klorit 35

Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,05 - 0,5 mm, warna interferensi hijau, belahan tidak ada, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Klorit.

Muskovit 45

Berwarna kuning, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,4 mm, warna interferensi biru kehijauan, belahan 1 arah, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris dengan nama mineral Muscovit.

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Page 16: Laporan Acara 7

3.2 Pembahasan

3.2.1 Sampel Pertama

Berdasarkan pengamatan pada sampel ketiga nomor peraga STA.36/IN/MQS

dengan warna abu-abu, ukuran mineral 0,1 – 0,2 mm, warna interferensi abu-abu

orange, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik diketahui bahwa

komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara plagioklas, kuarsa,

dan muskovit dengan persentase sebagai berikut:

Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-Rata

(%)

Plagioklas 35 40 30 35

Kuarsa 20 18 22 20

Muskovit 45 45 45 45

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah Sekis

Muskovit.

Page 17: Laporan Acara 7

Fasies green schist terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah,

tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu

fasies yang penyebarannya sangat luas.Nama fasies ini sendiri diambil dari warna

mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot.Batuan yang termasuk

dalam fasies ini bisa batusabak, filit, dan sekis.

Sekis muskovit dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih

tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Umumnya berbutir

lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneiss. Foliasi tersebut

terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal

prismatik.Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain :klorit, serisit,

muskovit, biotit, dan talk, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolit,

kyanite, hornblende, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri

Page 18: Laporan Acara 7

dari satu macam mineral saja, contohnya talk schist, tetapi pada umumnya terdiri dari

dua atau lebih mineral seperti calcite - sericalcite – albite schist. Sekis sering

mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky

nor prismatic), tetapi equigranular seperti misalnya: garnet dan feldspar, yang

biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan schist dapat pula berasal dari

gabro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone.

3.2.2 Sampel Kedua

Berdasarkan pengamatan pada sampel II nomor peraga STA.26/IN/MQS

dengan warna colorless, ukuran mineral 0,4 – 0,6 mm, warna interferensi abu-abu,

bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik diketahui bahwa komposisi

mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara plagioklas, kuarsa, ortoklas, dan

muskovit dengan persentase sebagai berikut:

Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-

Rata(%)

Plagioklas 5 5 5 5

Kuarsa 30 32 28 30

Ortoklas 20 25 15 20

Muskovit 40 45 50 45

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah Sekis

Muskovit.

Page 19: Laporan Acara 7

Fasies green schist terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah,

tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu

fasies yang penyebarannya sangat luas.Nama fasies ini sendiri diambil dari warna

mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot.Batuan yang termasuk

dalam fasies ini bisa batusabak, filit, dan sekis.

Sekis muskovit dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih

tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Umumnya berbutir

lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneiss. Foliasi tersebut

terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal prismatik.

Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain :klorit, serisit, muskovit,

biotit, dan talk, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolit, kyanite,

hornblende, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri dari satu

Page 20: Laporan Acara 7

macam mineral saja, contohnya talk schist, tetapi pada umumnya terdiri dari dua atau

lebih mineral seperti calcite - sericalcite – albite schist. Sekis sering mengandung

mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky nor prismatic),

tetapi equigranular seperti misalnya: garnet dan feldspar, yang biasanya bertekstur

porphyroblastic. Batuan-batuan schist dapat pula berasal dari gabro, basalt,

ultrabasin, tuff, shale dan sandstone.

3.2.3 Sampel Ketiga

Berdasarkan pengamatan pada sampel ketiga nomor peraga

STA.32/IN/MQSdengan warna colorless, ukuran mineral 0,05 mm – 1 mm, warna

interferensi orange kehijauan, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur

lepidoblastik diketahui bahwa komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan

ini antara lain kuarsa, klorit dan muskovitdengan persentase sebagai berikut:

Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-Rata

(%)

Kuarsa 20 18 22 20

Klorit 35 40 30 35

Muskovit 45 45 45 45

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah Sekis

Muskovit.

Page 21: Laporan Acara 7

Fasies green schist terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah,

tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu

fasies yang penyebarannya sangat luas.Nama fasies ini sendiri diambil dari warna

mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot.Batuan yang termasuk

dalam fasies ini bisa batusabak, filit, dan sekis.

Sekis muskovit dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih

tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Umumnya berbutir

lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneiss. Foliasi tersebut

terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal prismatik.

Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain :klorit, serisit, muskovit,

biotit, dan talk, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolit, kyanite,

hornblende, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri dari satu

Page 22: Laporan Acara 7

macam mineral saja, contohnya talk schist, tetapi pada umumnya terdiri dari dua

atau lebih mineral seperti calcite - sericalcite – albite schist. Sekis sering

mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky

nor prismatic), tetapi equigranular seperti misalnya: garnet dan feldspar, yang

biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan schist dapat pula berasal dari

gabro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone.

Page 23: Laporan Acara 7

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara ini adalah:

1. Mineral penciri dari batuan metamorf adalah mineral-mineral yang telah

mengalami perubahan, seperti actinolite yang merupakan ubahan dari

hornblende dan piroksen, klorit yang merupakan mineral ubahan dari piroksen.

Selain itu, mineral penciri batuan metamorf juga dapat mineral yang tidak

mengalami perubahan, seperti muskovit.

2. Nama batuan yang diamati pada preparat pertama STA.36/IN/MQS adalah

Sekis Muskovit, preparat kedua STA.26/IN/MQS adalah Sekis Muskovit, dan

preparat ketiga STA.32/IN/MQS adalah Sekis Muskovit

4.2 Saran

4.2.1 Untuk Asisten

Metode yang digunakan oleh para asisten ketika melakukan asistensi dilakukan

dengan efektif.

4.2.2 Untuk Laboratorium

Jam penggunaan laboratorium lebih diperbanyak sehingga dapat melakukan

asistensi lebih maksimal.

Page 24: Laporan Acara 7

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.http://gemparbumi.blogspot.com/2012/10/struktur-dan-tekstur-batuan-

metamorf.html.Diakses pada hari kamis, 06 November 2014 pukul 21.35

WITA.

Anonim.http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-

metamorf/.Diakses pada hari kamis, 06 November 2014 pukul 21.38 WITA.

Anonim.http://khariswiratama.blogspot.com/2013/10/metamorfisme-lokal-dan-

regional.html.Diakses pada hari kamis, 06 November 2014 pukul 21.42

WITA.

Irfan, Ulfa Ria. 2013. “Kristalografi dan Mineralogi”. Laboratorium Petrografi

Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.

Simon dan Schuster’s.1977,1978. “Rocks and Minerals”. New York:

Fireside.

Asisten Petrografi. 2015. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar: Laboratorium

Petrografi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Page 25: Laporan Acara 7

L

A

M

P

I

R

Page 26: Laporan Acara 7

A

N