laporan praktikum fistek acara 3

29
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN ACARA III MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT BUAH DAN SAYUR SELAMA CHILING DAN FREEZING OLEH Titin Indrawati J1B 013 116 Kelompok 9 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM 2015

Upload: titin-indrawati

Post on 16-Apr-2017

751 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

ACARA IIIMEMPELAJARI SIFAT-SIFAT BUAH DAN SAYUR SELAMA

CHILING DAN FREEZING

OLEHTitin Indrawati

J1B 013 116Kelompok 9

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM2015

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 27 November 2015

Mengetahui, Co. Ass Praktikum Fisiologi dan Praktikan,Teknologi Pasca Panen

Ida Kurniawati Titin IndrawatiNIM.J1A012049 NIM.J1B 013 116

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan-bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak

seragam, maka dari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk

dan ukuran bahan hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman

bentuk. Dalam dunia industri penanganan hasil pertanian merupakan salah satu

komponen penting dalam proses pasca panen khususnya memperhatikan

karakteristik hasil pertanian. Buah dan sayuran adalah jenis makanan yang

memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik

untuk dikonsumsi setiap hari.

Kedua bahan pangan tersebut memiliki sifat yang sama, yaitu mudah rusak

karena mempunyai tekstur lunak, kadar air (KA) tinggi, adanya komponen zat-zat

dan enzim yang masih aktif. Hal tersebut di indikasikan oleh adanya perubahan

fisiologis secara spontan yang disertai perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi

maka dari itu, perlu diketahui cara penanganan untuk mempertahankan mutunya

melalui proses pengolahan lebih lanjut. Tidak semua bagian sayuran dan buah-

buahan dapat dimakan untuk mengetahui jumlah bagian yang termakan dan  yang

terbuang dari sayuran dan buah (Syarief, 2013).

Konsumen tertentu memiliki penerimaan tertentu mempertimbangkan

karakteristik fisik. Bentuk dan ukuran berat dan warna yang seragam menjadi

pilihan konsumen. Untuk mencegah kerusakan seminimal mungkin, diperlukan

pengetahuan tentang karakteristik watak sifat teknik bahan hasil pertanian yang

berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan termis. Oleh sebab itu perlu

dilakukan praktikum ini agar dapat mempelajari sifat-sifat buah dan sayur selama

chiling dan freezing

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari sifat-sifat buah dan

sayur selama chiling dan freezing

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Dari seluruh bagian buah dan sayuran tidak semua dapat dikonsumsi,

contohnya seperti kulit dan biji pada buah-buahan. Bagian buah dan sayuran

yang dapat dimakan disebut dengan edible potion. Seringkali kita menemukan

buah dan sayuran yang mengalami pencoklatan, baik yang enzimatis maupun

yang non enzimatis. Oleh karena itu untuk menanggulanginya diperlukan

penanganan yang sesuai, karena jenis buah dan sayuran memiliki aroma, warna,

rasa, dan kekerasan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari

tingkat kematangan buah dan sayuran. Kematangan buah dan sayuran dipengaruhi

oleh adanya etilen (Rahardian, 2010)

Pendingin ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih

di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara -1oC

sampai -4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan

terhambat sehingga perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat

diminimalisir atau diperlambat. Pendinginan mempunyai pengaruh yang kecil

terhadap perubahan mutu bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan

hanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa

minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya (Winarno, 2009).

Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan,

jadi bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan

pada suhu kira-kira –17 oC atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan

bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu

antara – 12 oC sampai – 24 oC. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai

bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun. Perbedaan antara

pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas mikroba

(Susan, 2010).

Penyimpanan bahan makanan pada suhu rendah tidak hanya mengurangi

laju respirasi, tapi juga menghambat pertumbuhan kebanyakan mikroorganisme

penyebab kebusukan. Pendinginan dan pembekuan tidak dapat menigkatkan

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

kualitas bahkan dalam kondisi optimum perlakuan ini hanya dapat

mempertahankan kualitas dalam batas waktu tertentu. Pendinginan dan

pembekuan juga dapat menghambat proses metabolisme mikroorganisme dan

reaksi-reaksi enzimmatis serta reaksi-reaksi kimia lainya pada bahan. Karena

pendinginan dan pembekuan sifatnya hanya menghambat pertumbuhan

mikroorganisme, maka mikroorganisme tersebut dimungkinkan dapat aktif

kembali apabila bahan tersebut dikeluarkan dari tempat pendinginan maupun

pembekuan (Anonim, 2012).

Pertumbuhan organisme perusak dapat diperlambat pada suhu

penyimpanan rendah, namun komoditas segar berangsur-angsur kehilangan

resistensi alaminya terhadap pertumbuhan organism perusak. Oleh karena itu

lamanya umur simpan ditentukan oleh interaksi oleh senensensi alami (kehilangan

kualitas), pertumbuhan organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu

dingin ( Syarief, 2013).

Penyimpanan buah pada suhu rendah yang stabil dapat mempertahankan

tekstur alami karena pendinginan atau penyimpanan pada suhu rendah dapat

menghambat atau mengurangi laju respirasi dan transpirasi atau kehilangan air. 

Penyimpanan pada suhu dingin, namun sesekali difluktuasikan atau diekspose

pada suhu ruang menyebabkan penurunan mutu fisik/organoleptik dan nilai gizi

yang lebih cepat dibandingkan suhu stabil. Penyimpanan pada suhu ruang

(dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan) menyebabkan penurunan mutu fisik-

organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat yang diikuti dengan proses

pembusukan (Julianti, 2010).

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 13 November 2015 di

Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan

Agroindustri, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

A. Alat-Alat Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan,

lemari es, penetrometer, dan thermometer dan Freezer.

B. Bahan-Bahan Praktikum

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah

apel, wortel, pisang dan mentimun.

3.3. Prosedur Kerja

Apel, wortel, pisang dan mentimun

Ditimbang sebagai berat awal

Diukur tekstur dan diamati kenampakan

Dibagi dan diberi perlakuan menjadi 3 bagian

Disimpan selama 7 hari

Suhu dingin (didalam lemari es)

Suhu beku (didalam freezer)

Suhu kamar

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

Dihitung susut berat dengan rumus

Berat bahan = berat awal - berat akhir100 × 100%

Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan pada hari ke 7

Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan pada hari ke 3

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

BAB IVHASIL PENGAMATAN

4.1. Hasil PengamatanTabel 3. 1 Hasil Pengamatan Awal (Hari ke-0)Komoditi Kondisi suhu Berat awal (gr) Kenampakan Tekstur (kg/cm)

PisangKamar 140,34 Hijau, bercak hitam 1,5Dingin 135,16 Hijau, bercak hitam 1,5Beku 153,05 Segar, hijau bintik hitam 1

ApelKamar 99,37 Kuning kehijauan, bintik merah 2Dingin 99,04 Kuning kehijauan 2Beku 109,04 Hijau,kuning segar, bintik coklat 2

WortelKamar 129,27 Oranye segar, garis hitam 2Dingin 155,73 Oranye segar 2,25Beku 135,00 Segar, oranye normal 2

MentimunKamar 311,92 Hijau menguning 2,5Dingin 251,15 Hijau kekuningan, segar 2Beku 251,88 Hijau segar 1,5

Tabel 3.2. Hasil Pengamatan PerlakuanKomoditi Hari

ke-Kondisi

suhuBerat (gr) Kenampakan Tekstur

(kg/cm)Susut

berat (%)

Pisang

3

Kamar 122,09 Kehitaman terdapat bercak hitam dan jamur

0,5 18,25

Dingin 127,69 Hijau kehitaman tidak segar 1,0 7,47Beku 149,46 Bercak coklat 3,0 3,59

7

Kamar 100,42 Hitam berjamur, lembek, busuk 0,5 39,92Dingin 118,72 Coklat kehitaman 1,0 16,44Beku 149,35 Hitam kecoklatan, tidak segar 2,5 3,7

Apel3

Kamar 98,13 Kuning, bercak coklat 2 1,24Dingin 97,96 Kuning kehijauan, tidak segar 2,0 1,08Beku 108,89 Bintik-bintik coklat, keriput 3,0 0,19

7Kamar 96,08 Kuning, bercak coklat 1,5 3,29Dingin 96,78 Kuning kehitaman 1,5 2,26Beku 108,74 Tidak segar, kecoklatan 3,0 0,3

Wortel

3

Kamar 106,40 Jingga tua, garis hitam lebih banyak, bercak hitam

1,5 22,87

Dingin 132,74 Oranye, garis-garis hitam, tidak segar

2 22,99

Beku 125,73 Bintik coklat, pecah, keriput, keras

2 9,27

7

Kamar 91,18 Berulat, berjamur, busuk, pucat, keriput

0,5 38,09

Dingin 108,92 Oranye kelayuan 2 46,81

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

Beku 125,04 Oranye, tidak segar, kecoklatan 2,5 9,96

Mentimun

3Kamar 299,38 Menguning layu 2 12,54Dingin 245,13 Hijau, kekuningan, tidak segar 1,5 -43,95Beku 250,78 Hijau segar,keras, tidak berubah 3 1,1

7 Kamar 291,20 Menguning, bercak coklat,keriput 2 20,72Dingin 238,37 Hijau kekuningan 2 12,81Beku 246,44 Hijau segar 2,5 5,44

4.2. Hasil Perhitungan

1. Analisis Susut Berat Bahan

Rumus Susut Berat :

Berat bahan = berat awal - berat akhir100 × 100%

a. Susut Berat Buah Pisang

Disimpan pada suhu Kamar

1. Hari ke-3 :

Susut Berat = 140,34 –122,09100 × 100%

= 18,25%.

2. Hari ke-7 :

Susut Berat = 140,34 – 100,42100 × 100%

= 39,92%.

Disimpan pada suhu dingin (lemari es)

1. Hari ke-3 :

Susut Berat = 135,16 – 127,69100 × 100%

= 7,47%.

2. Hari ke-7:

Susut Berat = 135,16 – 118,72100 × 100%

= 16,44%.

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

Disimpan pada suhu beku (freezing)

1. Hari ke-3 :

Susut Berat = 153,03 – 149,46 100 × 100%

= 3,59%.

2. Hari ke-7 :

Susut Berat = 153,03 – 149,35100 × 100%

= 3,7 %.

b. Susut Berat Buah Apel

Disimpan pada suhu Kamar

3. Hari ke-3 :

Susut Berat = 99,37−9813100 × 100%

= 1,24%.

4. Hari ke-7 :

Susut Berat = 99,37−96,08100 × 100%

= 3,29%.

Disimpan pada suhu dingin (lemari es)

3. Hari ke-3 :

Susut Berat = 99,04−97,6100 × 100%

= 1,08%.

4. Hari ke-7:

Susut Berat = 99,04−96,78100 × 100%

= 2,26%.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

Disimpan pada suhu beku (freezing)

3. Hari ke-3 :

Susut Berat = 109,04-108,89 100 × 100%

= 0,19%.

4. Hari ke-7 :

Susut Berat = 109,04−108,74100 × 100%

= 0,3%.

c. Susut Berat Buah Wortel

Disimpan pada suhu Kamar

5. Hari ke-3 :

Susut Berat = 129,27-106,40100 × 100%

= 22,87%.

6. Hari ke-7 :

Susut Berat = 129,27−91,18100 × 100%

= 38,09%.

Disimpan pada suhu dingin (lemari es)

5. Hari ke-3 :

Susut Berat = 155,73−132,74100 × 100%

= 22,9%.

6. Hari ke-7:

Susut Berat = 155,73−108,92100 × 100%

= 46,81%.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

Disimpan pada suhu beku (freezing)

5. Hari ke-3 :

Susut Berat = 135,00 – 125,73 100 × 100%

= 9,27%.

6. Hari ke-7 :

Susut Berat = 135,00-125,04100 × 100%

= 9,96 %.

d. Susut Berat Buah Mentimun

Disimpan pada suhu Kamar

7. Hari ke-3 :

Susut Berat = 311,92−299,38100 × 100%

= 12,54%.

8. Hari ke-7 :

Susut Berat = 311,92−291,20100 × 100%

= 20,73%.

Disimpan pada suhu dingin (lemari es)

7. Hari ke-3 :

Susut Berat = 251,15−245,13100 × 100%

= -43,95%.

8. Hari ke-7:

Susut Berat = 251,15−238,37100 × 100%

= 12,81%.

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

Disimpan pada suhu beku (freezing)

7. Hari ke-3 :

Susut Berat = 251,88 -250,78 100 × 100%

= 1,1%.

8. Hari ke-7 :

Susut Berat = 251,88−246,44100 × 100%

= 5,44 %.

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

BAB IVPEMBAHASAN

Sumber pangan merupakan sumber energi dan makanan, dan berasal

langsung dari tanaman yang sebagian besar termasuk dalam kelompok sayur-

sayuran. Seringkali kita menemukan pada saat penyimpanan buah dan sayuran

mengalami pencoklatan, baik yang enzimatis maupun yang non enzimatis. Oleh

karena itu untuk menanggulanginya diperlukan penanganan yang sesuai, salah

satunya adalah penyimpanan dengan cara pendinginan dan pembekuan (Susan,

2010).

Praktikum ini menggunakan empat macam sampel buah diantaranya Apel,

Wortel, Pisang dan Mentimun. Dari ke empat macam sampel buah ini memiliki

berat, warna dan tekstur yang berbeda-beda sehingga susut berat yang terjadi pada

buah akan berbeda juga. Berdasarkan hasil pengamatan bahan sesudah disimpan

dalam tiga kondisi penyimpanan berbeda, untuk pengamatan berat, warna, dan

tekstur awal buah pisang berutrut-turut 140,34gr, Hijau, bercak hitam 1,5kg/cm,

buah apel, 99,37gr, kuning kehijauan, bintik merah, 2kg/cm, buah wortel,

129,27gr, oranye segar, garis hitam, 2kg/cm, dan pada buah mentimun berturut-

turut diperoleh 311,92gr, hijau menguning, 2,5kg/cm. Sampel yang telah

ditimbang dan diamati berat, warna dan tekstur awal kemudian disimpan dalam

kondisi penyimpanan suhu kamar, dingin dan beku yang mengalami perubahan-

perubahan lagi sehingga terjadi susut berat.

Penyimpanan dalam suhu kamar selama jangka waktu 3 sampai 7 hari

dapat dilihat nilai perubahan terkecil di hari ke-7 untuk sampel buah pisang

mengalami perubahan berat, tekstur dan warna yang diperoleh berturut-turut

sebesar 100,42gr, 0,5kg/cm, hitam berjamur, lembek, tidak segar, buah apel

diperoleh perubahan berturut-turut sebesar 96,08gr, 1,5 kg/cm, kuning, bercak

coklat. Pada buah wortel diperoleh perubahan berturut-turut juga 91,18gr, tekstur

0,5kg/cm, Berulat, berjamur, busuk, pucat, keriput sedangkan buah mentimun

diperoleh perubahan sebesar 291,20gr, 2kg/cm, Menguning, bercak coklat,

keriput.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

Penyimpanan dalam kondisi dingin untuk pengamatan berat, warna, dan

tekstur awal buah pisang berutrut-turut 135,16gr, Hijau, bercak hitam 1,5kg/cm,

buah apel, 99,04gr, kuning kehijauan, 2kg/cm, buah wortel, 155,73gr, oranye

segar, 2kg/cm, dan pada buah mentimun berturut-turut diperoleh 251,15gr, hijau

kekuningan, segar, 2kg/cm. Setelah dilakukan penyimpanan pada suhu dingin,

mengalami perubahan berat, tekstur dan warna yang berbeda selama jangka waktu

3 sampai 7 hari. Nilai perubahan terkecil di hari ke-7 untuk sampel buah pisang

mengalami perubahan berat, tekstur dan warna yang diperoleh berturut-turut

sebesar 118,72gr, 1,0kg/cm, coklat kehitaman , tidak segar, buah apel diperoleh

perubahan sebesar 96,78gr, 1,5 kg/cm, kuning kehitaman, pada buah wortel

diperoleh perubahan berturut-turut 108,92gr, tekstur 2kg/cm, oranye kelayuan

pada buah mentimun diperoleh perubahan sebesar 238,37gr, 2kg/cm, hijau

kekuningan. Buah yang di simpanan pada suhu dingin akan lebih bertahan sedikit

lebih lama dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu kamar, karena

pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat sehingga perubahan

yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau diperlambat.

Penyimpanan untuk kondisi beku pada pengamatan berat, warna, dan tekstur

awal buah pisang berutrut-turut 153,05gr, segar hijau, bintikk hitam 1kg/cm, buah

apel, 109,04gr, hijau, kuning segar, bintik coklat, 2kg/cm, buah wortel, 135,00gr,

segar oranye normal, 2kg/cm, dan pada buah mentimun berturut-turut diperoleh

251,88gr, hijau segar, 1,5kg/cm. Sama halnya dengan penyimpanan kondisi suhu

kamar dan dingin, dalam kondisi beku ini mengalami perubahan berat, tekstur dan

warna yang berbeda setelah disimpan dalam jangka waktu 3 sampai 7 hari. nilai

perubahan terkecil juga didapat di hari ke-7 untuk sampel buah pisang

mengalami perubahan berat, tekstur dan warna yang diperoleh berturut-turut

sebesar 149,35r, 2,5kg/cm, hitam kecoklatan, tidak segar, buah apel diperoleh

perubahan sebesar 108,74gr, 3,0kg/cm, tidak segar, kecoklatan, pada buah wortel

diperoleh perubahan berturut-turut 125gr, tekstur 2,5 kg/cm, oranye, tidak segar,

kecoklatan sedangkan pada buah mentimun diperoleh perubahan sebesar

246,44gr, 2,5kg/cm, hijau segar. Buah yang disimpan pada kondisi beku tidak

akan mengalami proses respirasi, biokimia karena proses penyimpanan dengan

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

cara ini bakteri aktif yang membuat buah segar menjadi busuk terhambat oleh

pembentukan kirstal es sehingga mutu buah dapat dipertahankan dalam jangka

waktu yang panjang.

Perubahan-perubahan ini terjadi karena cara proses penyimpanan maupun

lama penyimpanan, berbeda perlakuan cara penyimpanan berbeda pula hasil yang

diperoleh. Sehingga penyimpanan suhu kamar, menyebabkan buah pisang dan

apel  akan mengalami proses pematangan. Yang dpat dilihat dari perubahan

tingkat ketuaan dan kematangan. umumnya buah-buahan mengalami serangkaian

perubahan komposisi kimia maupun fisiknya. Rangkaian perubahan tersebut

mempunyai implikasi terhadap metabolisme dalam jaringan tanaman tersebut.

Diantaranya yaitu perubahan kandungan asam-asam organik, gula, kekerasan, dan

lain sebagainya. Kekerasan buah merupakan fungsi dari dinding sel yang

merupakan komponen struktural yang mengelilingi setiap sel tanaman.

Perlakuan lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar vitamin C buah. Hal ini

dimungkinkan karena masih  berlangsungnya biosintesis vitamin C yaitu UDP-

glukoronat menjadi asam askorbat. Vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik

oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C

berkurang. Proses kerusakan atau  penurunan vitamin C ini disebut oksidasi.

Sehingga buah percoban yang disimpan dalam suhu kamar mengalami

penurunan berat, tekstur dan warna semakin jelek (tidak segar).

Proses penyimpanan buah-buahan pada percobaan selain mengalami

perubahan berat, warna, dan tekstur juga mengalami susut berat di masing-masing

perlakuan kondisi dan susut berat yang paling banyak pada hari ke tujuh yaitu

untuk buah pisang, dengan kondisi suhu kamar, dingin, dan beku memperoleh

nilai susut berat berturut-turut sebesar 39,92%, 16,44%, 3,7% , pada buah apel

dengan kondisi berturut-turut memperoleh nilai susut berat sebesar 3,29%, 2,26%,

0,3% untuk wortel diperoleh nilai kondisi yang berturut juga sebesar 38,09%,

46,81%, 9,96%, 20,72%, 12,81%, 5,44%. Dari nilai susut berat yang diperoleh

dengan perlakuan kondisi yang sama yaitu pada kondisi suhu kamar, dingin, dan

beku didapat nilai susut berat yang paling banyak mengalami susut berat ada pada

buah wortel dengan kondisi dingin masa simpan selama tujuh hari. pada

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

pengamatan wortel mengalami susut berat paling banyak dari bahan yang lain

mungkin wortel dapat disebabkan oleh baanyaknya kandungan vitamin C yang

mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar

sehingga kadar vitamin C berkurang. Proses kerusakan atau  penurunan vitamin C

ini disebut oksidasi. Menurut ( Helmiyesi, 2010 ) Produk buah-buahan dan sayur-

sayuran sesudah dipanen masih mengalami proses hidup meliputi perubahan

fisiologis, enzimatis, dan kimiawi. Perubahan fisiologis yang dapat

mempengaruhi sifat dan kualitas produk sesudah dipanen adalah, fotosintesisi,

respirasi, transpirasi, dan men uanya produk. Tetapi dalam penyimpanan suhu

kamar adalah penurunan kualitas akibat menurunnya berat serta nilai gizi seperti

vitamin C dan kadar gula. Hal ini disebabkan oleh proses transpirasi dan respirasi

yang berlangsung cepat dan terus menerus.

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

BAB VIPENUTUP

6.1 Kesumpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pendinginan dapat mempertahankan bahan (buah maupun sayur)

dalam kendisi dingin selama lebig dari dua hari maupun satu minggu dan

tergantung jenis buah

2. Buah tidak mampu bertahan lama dalam keadaan suhu kamar karena buah

yang dalam keadan ini akan mengalami proses respirasi yang membuat buah

mengalami perubahan fisik maupun visualnya, misalnya saja pada perubahan

fisik buah akan mengalami perubahan warna, tekstur dan berat sedangkan

pada visunlnya bahan akan mengalami perubahan terhadap rasa dan

sebagainya.

3. Kondisi beku buah akan mengalami proses respirasi yang sangat lambat

karena pada kondisi beku raspirasi tidak berjalan secara optimal yang di

akibatkan karena kandungan air pada buah telah menjadi kristal es.

4. Susut berat pada buah meningkat jika buah telah lama disimpan dalam

kondisi suhu ruang dan dingin dngan masa simpan buah selama tujuh hari.

5. Pendinginan ( Chiling ) mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perubahan

mutu bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan ( Chiling )

hanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa

minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya.

6. Buah yang disimpan pada kondisi beku ( Freezing) tidak akan mengalami

proses respirasi, karena pada Freezing akan mengalami pembentukan kristal

es yang dapat mempertahankan mutu buah dalam jangka waktu yang panjang

dibandingkan dengan proses Chiling.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 3

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Penyimpanan Bebuah Utuh. http://anynuraisyahtin46.blogspot.com/. Diakses 25 November 2015.

Julianti, E. 2010. Penyimpanan Produk Holtikultura Pada Suhu Rendah. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Rahardian, D. 2010. Chilling Injury. Jurusan Ilmu Dan Teknologi Pangan Universitas Sebelas Maret.

Susan Lurie a., Carlos H., Crisosto b. 2011 Chilling injury in peach and nectarine. Postharvest Biology and Technology 37 . hal:197 – 198

Syarief, 2013. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Winarno, F.G, 2009. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta