laporan btt acara 5

23
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN ACARA V ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA Disusun oleh : Hilda Setya Umami (12642) Mirza Bintang A. (12695) Muhammad Darussalam Teguh (12696) Diah Vera Bakti Suryajana (12727) Natmatullailia (12754) Golongan/Kelompok : A2/I Asisten : 1. Elisa Anggraini 2. Poppy Arisandy 3. Wina Riandari Saadi LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

Upload: muhammad-darussalam-t

Post on 06-Nov-2015

288 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

Laporan BTT Acara 5

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMBUDIDAYA TANAMAN TAHUNANACARA VANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA Disusun oleh :Hilda Setya Umami(12642)Mirza Bintang A.(12695)Muhammad Darussalam Teguh (12696)Diah Vera Bakti Suryajana(12727)Natmatullailia (12754)

Golongan/Kelompok: A2/I

Asisten : 1. Elisa Anggraini 2. Poppy Arisandy 3. Wina Riandari Saadi

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2015ACARA VANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA

I. PENDAHULUANA. Latar belakangKelapa (Cocos nucifera) adalah salah satu pohon tropis yang masuk kedalam suku aren-arenan. Kelapa merupakan salah satu komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Di Indonesia tanaman kelapa banyak dibudidayakan di pesisir pantai. Kelapa Indonesia banyak ditanam pada perkebunan rakyat yang diusahakan di kebun atau pekarangan rumah. Perkebunan tersebut dikelola secara monokultur ataupun kebun campur.Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar. Air kelapa bisa dimanfaatkan untuk proses pembuatan minuman, jelly, alkohol, dektran, cuka, dan nata de coco. Pengembangan produk-produk kesehatan dan energi terbarukan dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan utama dalam agribisnis berbasis kelapa untuk menggerakkan perekonomian pedesaan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Tanaman kelapa memiliki banyak manfaat bagi masyarakat. Manfaat yang dikandung kelapa dapat diperoleh bila proses budidaya kelapa dilakukan dengan baik dan benar. Kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa menjadi bagian yang penting dalam proses budidaya kelapa karena lahan yang sesuai akan mendukung pertumbuhan kelapa secara maksimal. Analisis kesesuai lahan tanaman kelapa akan membantu mengetahui hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya dalam budidaya tanaman kelapa serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan pengunaan yang dapat diharapkan berhasil dalam budidaya tanaman kelapa. Analisis kesesuaian lahan tanaman kelapa akan membantu menganalisis permasalahan yang ada pada lahan tanaman kelapa sehingga dimungkin atau tidak dilakukan perbaikan untuk mendukung produksi tanaman kelapa.

B. TujuanTujuan praktikum ini adalah mempelajari kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa Daerah Istimewa Yogyakarta dan mempelajari aspek teknis budidaya yang diterapkan di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKATanaman kelapa termasuk tanaman yang memiliki ukuran batang dari sedang sampai tinggi berkisar antara 10-20 m dan terkadang dapat juga mencapai 30 m. batang tanaman kelapa berdiameter hingga 50 cm dan berbentuk lurus atau juga dapat berbelok tergantung pada kondisi lahan tanaman kelapa ditanam. Tanaman kelapa memiliki syarat tumbuh dengan toleransi yang relative luas tetapi berkembang optimal pada kondisi tanah yang memiliki fraksi tanah yang banyak dan dalam, serta pH antara 5,5 sampai dengan 8. Walaupun mampu tumbuh pada ketinggian di atas 1200 mdpl untuk daerah tropis dan 900 mdpl pada daerah subtropis, pada umumnya tanaman kelapa dapat tumbuh dan berproduksi optimal pada ketinggian 600 mdpl atau di bawahnya (Allen, 1989).Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber daya lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai harapan produksi yang kemungkinan akan diperoleh. Evaluasi kesesuaian lahan sangat diperlukan untuk Perencanaan penggunaan lahan yang produktif dan lestari (Wirosoedarmo et al., 2011).Di Indonesia, sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang sering dipakai ada dua macam, yaitu klasifikasi kemampuan lahan USDA (Klingebiel & Montgomery, 1961) dan Klasifikasimenurut FAO (1976). Klasifikasi kemampuan lahan menurut Amerika Serikat membagilahan menjadi kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII, di mana semakin tinggi kelasmenunjukkan kualitas tanah semakin jelek, sehingga pilihan penggunaannya makin terbatas.Tanah yang cocok untuk pertanian adalah tanah kelas I-IV, sedang kelas V-VIII tidak cocokuntuk pertanian. Klasifikasi kesesuaian lahan FAO membagi lahan menjadi kelas S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal), N1 (tidak sesuai untuk saat ini), N2 (tidaksesuai selamanya), atau dapat juga dibagi menjadi S1, S2, S3, N1, N2. kedua sistem tersebut hanya menjelaskan garis besar metode klasifikasinya, sedang rincian tentang faktor-faktoryang dinilai, pengharkatan dan lain-lain harus dikembangkan sendiri-sendiri (Notohadiprawiro et al., 1999).Kerangka dasar dari evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat-sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Hasil evaluasi kesesuaian lahan memberikan alternatif penggunanan lahan dan batas-batas penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat dipergunakan secara lestari sesuai dengan hambatan atau ancaman yang ada (Mardawilis, 2011)Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976 dalam Rayes (2007) terdiri dari 4 kategori sebagai berikut:1. Ordo (Order) : menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum.2. Klas (Class) : menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.3. Sub-Klas : menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.4. Satuan (Unit) : menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut dapat digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu. Karakteristik lahan yang digunakan adalah temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, bahaya di permukaan, dan singkapan batuan (Djaenudin et al., 2003).Terdapat dua macam kesesuaian lahan, yaitu kesesuaian lahan kualitatif dan kesesuaian lahan kuantitatif. Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang hanya dinyatakan dalam istilah kualitatif, tanpa perhitungan yang tepat baik biaya maupun keuntungan, dan didasarkan hanya pada potensi fisik lahan. Sedangkan Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang didasarkan tidak hanya pada fisik lahan, tetapi juga mempertimbangkan aspek ekonomi. Masing-masing kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai secara aktual dan potensial, yaitu Kesesuaian lahan aktual dan Kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan perbaikan. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan, seperti penambahan 42 pupuk, pengairan atau terasering tergantung dari jenis faktor pembatasnya (Djaenudin et al., 2003).Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas (karakteristik) lahannya.Bila semua persyaratan penggunaan lahan dapat dipenuhi oleh kualitas (karakteristik) lahan yang ada maka lahan tersebut masuk kelas sesuai untuk penggunaan lahan yang dimaksud. Sebaliknya bila ada salah satu kualitas atau karakterisik yang tidak sesuai, maka lahan tersebut termasuk dalam kelas tidak sesuai (Samuel et al., 2013).Kelas kesesuaian lahan untuk pertanaman kelapa pada dasarnya didasarkan atas horizon di mana tanaman kelapa akan ditanam, sifat fisika tanah, dan kemampuan tanah dalam menahan air. Kebaradaan air di dala tanah merupakan dasar pengkelasan kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa karena berpengaruh terhadap penggunaan air khususnya ketika masa kekeringan. Air tanah tersedia juga berpengaruh terhadap luas daun tanaman kelapa dan kapasitas penyimpanan air di batang yang keduanya berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman. Perbedaan varietas tanaman kelapa juga memiliki perbedaan dalam kebutuhan air tanaman yang juga nantinya berpengaruh terhadap kesesuain lahan yang diperlukan tanaman kelapa (Madurapperuna and Jayasekara, 2009).

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUMPraktikum Budidaya Tanaman Tahunan Acara V, yaitu Analisis kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa, dilaksanakan pada hari Minggu, 22 Maret 2015 di Kebun Kelapa milik petani yang beralamat di Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah alat tulis, kendaraan, dan komputer atau laptop dengan koneksi internet. Bahan yang digunakan tanaman kelapa. Mula-mula dikunjungi kebun kelapa yang beralamat di kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keadaan lingkungan di lokasi yang dapat digunakan sebagai kriteria penentuan kelas kesesuaian lahan diamati diantaranya ketinggian tempat, jenis tanah, kedalaman air tanah, suhu udara rata-rata tahunan, panjang penyinaran, dan tekstur tanah. Selanjutnya pendekatan-pendekatan ilmiah digunakan untuk menentukan beberapa kriteria di lokasi misalnya kedalaman air tanah dilihat dari kedalaman sumur milik petani yang bersangkutan, suhu udara rata-rata dihitung dengan rumus Braak, tekstur tanah didekati dengan metode perabaan. Ketinggian tempat dan latitude ditentukan menggunakan teknologi informasi. Kemudian, dokumentasi kegiatan yang dilakukan dibuat dengan menujukkan foto dan gambar yang menyertakan saudara melaksanakan kegiatan praktikum lapangan. Data kriteria kesesuaian lahan yang berhasil dikumpulkan ditentukan kelas kesesuaian lahan lokasi yang dipilih untuk budidaya tanaman kelapa. Laporan dibuat tentang perbandingan antara kondisi ideal dan kenyataan di lapangan serta dikaitkan dengan budidaya tanaman kelapa.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PengamatanResponden: Ibu WastiniUmur: 35 TahunHari tanggal pengamatan: 22 Maret 2015Lokasi Pengamatan: Sitimulyo, Piyungan, Bantul, DIY. Altitude : 100 m dplLetak lintang : 749'38.47"S 11027'00.38"TJenis Tanah: InceptisolPenggunaan Lahan saat ini: Pekarangana. Tanaman/vegetasi dominan: Kelapab. Tanaman/vegetasi non dominan : Pisang, Tanaman Cerryc. Kondisi pertumbuhan: Suburd. Jenis Kelapa: Kelapa Dalamd. Produksi tanaman dominan: 120 buah/pohon/tahun Parameter kesesuaian lahanSyarat tumbuh tanaman kelapaKondisi di lapanganKelas kesesuaian lahan

Suhu udara (0C)25-2827,30CS1

Lama penyinaran (jam/bulan)120168S1

Ketinggian tempat (mdpl)0-450100S1

Curah hujan (mm per tahun)1300-23001825S2

Kelembaban udara (%)70-8074S1

Tekstur tanahBerpasir sampai tanah liatGeluh PasiranS1

Tebal solum (cm)>100240S1

Lereng (%)0-30-2S1

Sumber : http://earth.google.comGambar 1. Lokasi pengamatan Sitimulyo, Piyungan, Bantul, DIY.

B. PembahasanDalam melakukan kegiatan kesesuaian lahan diperlukan suatu kaidah yang nantinya akan memberikan informasi apakah suatu lahan perlu dilakukan perbaikan atau tidak. Evaluasi tingkat kesesuaian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu. Hal itu dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta tanah dalam kaitannya dengan kesesuain lahan utuk berbagai tanaman dan tindakan pengelolaan yang diperlukan. Fungsi evaluasi lahan memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan pengunaan yang dapat diharapkan berhasil, dengan demikian manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang mungkin dilakukan. Pengamatan kesesuaian lahan untuk kelapa ini dengan mewawancarai seorang petani yaitu Ibu Wastini, yang beralamat di Tegalyoso Rt 03, Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Varietas kelapa yang digunakan oleh narasumber adalah kelapa dalam, dengan tinggi pohon mencapai 15 m dan jumlah pohon kelapa sebanyak 11 pohon dengan jarak tanam sekitar 2 m. Produktivitas jenis ini berpotensi menghasilkan 4000-5000 butir/ha/thn, yang didapatkan setelah umur tanaman 3-4 tahun setelah tanam. Hasil tersebut mampu diwujudkan dengan cara mengoptimalkan Budidaya Kelapa sesuai SOP yang ditetapkan.Budidaya yang dilakukan narasumber untuk mengahsilkan buah kelapa tidak dilakukan perlakuan khusus atau teknis khusus, dengan kata lain pohon kelapa dibiarkan begitu saja, dimana pohon kelapa yang sudah ada tumbuh sendiri secara sederhana. Perlakuan yang semestinya dilakukan dalam usaha pencapaian produksi optimum ialah penggemburan tanah sebagai medium tanamnya. Pola tanam yang dianjurkan untuk budidaya kelapa adalah sistem tanam segi tiga, untuk memaksimalkan jumlah kelapa dalam satu lahan. Untuk proses pemeliharaannya diberikan pemupukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian 2 kali setahun. Selain itu pemeliharaan yang dilakukan adalah sanitasi lahan sekitar areal penanaman pohon kelapa.Keadaan lingkungan di sekitar Kecamatan Piyungan memiliki beberapa kriteria, yaitu Jenis tanah pada daerah ini adalah Inceptisol yang merupakan jenis tanah dominan di wilayah Kabupaten Bantul. Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, pada tempat ini yaitu Gunung Merapi, bertekstur (mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan memiliki tingkat kesuburan rendah-sedang. Dari hasil pantauan saat pengamatan, didapatkan bahwa banyak diantara halaman rumah warga yang memiliki pohon kelapa. Namun tidak banyak yang membudidayakan untuk dikomersilkan, hanya sebatas untuk konsumsi sendiri dan penjualan skala kecil. Ini menunjukkan bahwa untuk tanah jenis regosol cocok ditanami tanaman kelapa, namum tanah yang paling ideal untuk kelapa adalah pada tanah jenis latosol yang memiliki kandungan lempung yang cukup banyak dan mampu mengikat air lebih baik.Dari referensi foto satelit yang didapat di atas lokasi pengamatan terletak 749'38.47"S dan 11027'00.38"T. Kecamatan Piyungan berada di daerah dataran rendah. Ibu kota kecamatannya berada pada ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Untuk topografis wilayah ini cocok untuk tanaman kelapa, karena tanaman kelapa dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian dari pesisir sampai mencapai 600-700 mdpl. Kecamatan Piyungan beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Piyungan adalah 34C dengan suhu terendah 22C, sedangkan suhu rata-rata tahunan yaitu sebesar 27,30C. Pada suhu rata-rata yang diperoleh sangat cocok untuk tanaman kelapa karena suhu rata-rata untuk tanaman kelapa skitar 27C 28oC. Bentangan wilayah di Kecamatan Piyungan berupa daerah yang datar sampai berombak dan berupa daerah yang berombak sampai berbukit. Intensitas penyinaran mencapai 11-12 jam perhari. Intensitas penyinaran ini cocok untuk tanaman kelapa karena tanaman kelapa tumbuh baik pada intensitas tidak kurang dari 5 jam perhari atau 2000 jam pertahunnya. Dari data yang didapat, curah hujan rata-rata untuk Kabupaten Bantul pada tahun 2009 tercatat 1780,71 mm, dan tahun 2010 adalah 1089,13mm. Kedalaman air tanah pada lokasi pengamatan adalah + 5 m, yaitu diketahui dengan melihat kedalaman rata-rata sumur petani.Dari data kesesuaian lahan yang telah didapat, kemudian ditentukan kesesuaian lahannya. Kesesuaian wilayah Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul untuk budidaya tanaman kelapa diklasifikasikan sebagai berukut :Ordo: S (sesuai digunakan untuk penanaman tanaman kelapa dalam jangka waktu yang tidak terbatas). Kelas: S1 (sangat sesuai) Sub kelas: S1w (memiliki factor penghambat berupa ketersedian air)Unit: S1w-1 (factor penghambat curah hujan tingkat 1).NoAnasir-anasirPerbandingan

Kondisi IdealKondisi di Lapangan

1.Suhu (T) rata-rata tahunan27 C27,30 C

2.Curah Hujan1000 2250 mm1434,85 mm

3.Intensitas penyinaran> 5 jam/ hari11-12 jam/ hari

Tabel hasil perbandingan kondisi di lapangan dan kondisi ideal budidaya kelapaDari data kesesuaian lahan di atas, dapat dilihat bahwa lokasi pemangamatan yang berada di Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul sangat sesuai untuk tanaman kelapa sepanjang waktu (S dan S1). Karena syarat tumbuh pohon kelapa terpenuhi sempurna oleh syarat tempat antara lain : suhu rata-rata ideal adalah 27C dan suhu tempat sama dengan 27,30C. Kelapa membutuhkan intensitas penyinaran panjang yaitu < 2000 jam / tahun (> 5 jam/hari) dan tempat penghamatan memiliki intensitas penyinaran matahari 11-12 jam /hari (BMKG, 2015). Kelapa sebenarnya tidak menghendaki syarat yang terlalu khusus untuk tumbuhnya. Artinya, kelapa mudah tumbuh di mana saja, seperti pada tanah alluvial yang notabene dominan pasir hingga tanah latosol yang bertekstur liat. Tanah pada lokasi pengamatan diindikasikan adalah tanah Inceptisol yang bertekstur kasar (dominan pasir), namun sudah terbentuk bagian liat yang juga memiliki horizon B.Sub kelas daerah pengamatan adalah S1w, artinya memiliki factor penghambat ketersediaan air berupa curah hujan tahunan, walau tidak berpengaruh/menghambat secara besar (S1w-1), namun karena curah hujan tiap tahunnya berkurang tahun 2009 tercatat 1780,71 mm, dan tahun 2010 adalah 1089,13 mm, dan curah hujan yang dikehendaki kelapa agar menguntungkan sebesar 1800-2000 mm/tahun, maka kekurangan air dapat terjadi. Terlebih tekstur tanah di lokasi yang bertekstur kasar (pasir) menyebabkan kemampuan meloloskan air besar dan perkembangan akar tidak terlalu diikat kuat oleh partikel tanah sehingga pohon kelapa tidak tertopang sempurna menyebabkan pohon menjadi miring seperti akan roboh. Inceptisol merupakan tanah muda, yang tingkat perkembangannya masih rendah, sehingga walau sudah cukup baik pada sifat fisik tanahnya, namum sifat kimianya belum sempurnya. Artinya mineral-mineral dari pelapukan materi pembentuk tanah (batu-batu, seresah) belum sempurna sehingga hara sedikit dan tidak banyak yang tersedia.

V. KESIMPULAN1. Wilayah Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul cocok ditanamami kelapa.2. Kesesuaian lahan untuk pohon kelapa pada tempak pengamatan yaitu, S1w-1 (sangat sesuai sepanjang masa, dengan faktor penghambat ketersediaan air tingkat curah hujan 1).3. Teknis budidaya kelapa yang diterapkan yaitu membudidayakan pohon kelapa yang sudah ada tumbuh sendiri secara sederhana dan tanpa perlakuan khusus.

DAFTAR PUSTAKAAllen, J.A. 1989. Arecaceae (Palm Family). Paul Smiths College, New York.BMKG. 2015. http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Cuaca/ Prakiraan_Cuaca/ Prakiraan_Cuaca_Propinsi.bmkg?prop=15 (Diakses pada tanggal 27 Maret 2015).Djaenudin, D., H. Marwan, H. Subagyo dan Hidayat, A..2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.Madurrapperuma W.S. and C. Jayasekara 2009. Estimation of water use of mature coconut cultivars grown in the low country intermediate zone using the compensation heat pulse method. Journal of the National Science Foundation of Sri Lanka 37: 175-186.Mardawilis, Bambang Hendro Sunarminto, Djafat Shiddieq, dan Putu Sudira. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Tanaman Kedelai (Glycine max L.) pada Beberapa Type Klasifikasi Tanah. Agronomika 11(1).Notohadiprawiro, T, R. Sutanto, A. Maas, dan S. Yasni. 1999.Kebutuhan Riset, Inventarisasi, dan Koordinasi Pengeloaan Sumber Daya Tanah di Indonesia. KantorMenteri Negara, Riset dan Teknologi & Dewan Riset Nasional, Jakarta.Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 298 halaman.Samuel, C., Bintang S., Supriadi. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Apel di Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Online Agroekoteknologi 1(4).Wirosoedarmo, Ruslan, A Tunggul Sutanhaji, Evi Kurnianti, dan Rizky Wijayanti. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung Menggunakan Metode Analisis Spasial. Agritech 31(1).

LAMPIRAN

Syarat-syarat tumbuh tanaman kelapa

A. Iklim1. Ketinggian tempatTanaman kelapa dapat tumbuh optimal pada ketinggian tempat 0-450 m dpl. Tanaman kelapa dapat tumbuh baik pada ketinggian dari pinggir laut sampai 600 m dpl.2. SuhuTanaman kelapa dapat tumbuh optimal pada suhu 27C3. Curah hujanTanaman kelapa dapat tumbuh baik pada curah hujan 1300-2300 mm/tahun dengan drainase yang baik.4. Sinar matahariTanaman kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran matahri 120 jam/bulan5. Kelembaban relatifTanaman kelapa menyukai udara yang lembab. Kelapa dapat tumbuh baik pada rH bulanan rata-rata 70-80% minimum 65%.6. Kemiringan lerengTanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%).

B. TanahTanaman kelapa dapat tumbuh pada beberapa jenis tanah alluvial, lateril, vulkanis, berpasir, liat dan tanah berbatu. pH tanah yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman kelapa adalah 6,5-7,5. Namun kelapa dapat masih tumbuh baik pada tanah dengan pH 5-8. Jeluk dan kedalaman air tanah yang dikehendaki tanaman kelapa minimal 80-100 cm.

Tanaman Kelapa

Tanah dan Penentuan Tekstur

Foto Bersama Ibu Wastini