laporan praktikum fistek acara 2

29
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN ACARA II SIFAT FISIK, KIMIA DAN KECEPATAN RESPIRASI BEBERAPA KOMODITI HASIL PERTANIAN OLEH TITIN INDRAWATI J1B 013 116 KELOMPOK IX PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM

Upload: titin-indrawati

Post on 08-Jan-2017

694 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

ACARA IISIFAT FISIK, KIMIA DAN KECEPATAN RESPIRASI

BEBERAPA KOMODITI HASIL PERTANIAN

OLEHTITIN INDRAWATI

J1B 013 116KELOMPOK IX

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM2015

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 14 Desember 2015

Mengetahui, Co. Ass Praktikum Fisiologi dan Praktikan,Teknologi Pasca Panen

IDA KURNIAWATI TITIN INDRAWATINIM.J1A 012 049 NIM.J1B 013 116

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan-bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang

tidak seragam, maka dari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan

menganalisa bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian untuk

mengklasifikasinya kedalam keseragaman bentuk. Dalam dunia industri

penanganan hasil pertanian merupakan salah satu komponen penting dalam

proses pasca panen penanganan ini dapat dilakukan, sehingga diperlukan

pengetahuan tentang karakteristik bahan tersebut, selain itu dalam

penanganan hasil pertanian dibutuhkan juga beberapa alat dan mesin yang

bisa mempermudah proses penanganan. Mesin-mesin yang akan di buat

berdasarkan karakteristik dari bahan itu sendiri khususnya memperhatikan

karakteristik hasil pertanian dari sisi bentuk (Sutopo, 2011).

Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan,

meskipun demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung

bahan-bahan padatan (solid) dan sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat

pula bahan cair. Pada bahan pangan uji sifat fisik biasanya dilakukan

terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji

kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar gula.

Buah-buahan dan sayuran apabila setelah dipanen tidak ditangani

dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik,

kimiawi, parasitik atau mikrobiologis. Diantara sifat fisik tersebut berat dan

volume biasanya dipakai untuk pemutuan buah berdasarkan kuantitas.

Dalam kegiatan pascapanen lainnya seperti pengemasan dan pengangkutan,

sifat fisik sangat diperhatikan. sebab itu perlu dilakukan praktikum ini agar

dapat mempelajari Sifat Fisik, Kimia Dan Kecepatan Respirasi Beberapa

Komoditi Hasil Pertanian.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Sifat

Fisik, Kimia Dan Kecepatan Respirasi Beberapa Komoditi Hasil Pertanian.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan,

meskipun demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung

bahan-bahan padatan (solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan

padatan terdapat pula bahan cair. Bahan pangan pada umumnya bersifat

encer. Kedua sifat bahan pangan inilah yang diketahui sebagai sifat alir

bahan pangan. Bahan pangan yang memililki sifat alir yang sangat mudah

mengalir disebut fluiditas. Berbagai tingkat kematangan buah dan sayuran,

sifat fisik dan kimia bahan tersebut berbeda-beda. Uji sifat fisik biasanya

dilakukan terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut.

Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar

gula (Solube Solida) (Soesantos, 2009).

Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat

penting dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan

merancang suatu alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa

prilaku produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian

adalah bentuk, ukuran, luas permukaan, warna, penampakkan, berat,

porositas, densitas dan kadar air. Bentuk dan ukuran sangat penting dalam

perhitungan energi untuk pendinginan dan pengeringan, rancangan

pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan bahan, seperti

elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam

pengembangan alat grading dan sortasi (Suharto, 2011).         

Pemasakan buah, kandungan zat-zat terlarut dan oleh karena itu

berat jenis bertambah. Itulah sebabnya mengapa telah diusulkan

kemungkinan menggunakan berat jenis sebagai metode pengujian

kemasakan secara cepat. Buah-buah yang mengapung di atas air mempunyai

berat jenis lebih kecil, jadi masih belum masak. Buah-buah yang tenggelam

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

mempunyai berat jenis lebih besar dari 1, total zat terlarut lebih banyak dan

oleh karena itu berarti sudah matang (Pantastico, 2011).

Produk holtikultural seperti buah dan sayur adalah produk yang

masih melakukan aktifitas metabolisme setelah dipanen. Produk buah dan

sayur akan mengalami perubahan dari warna produk, aroma, dan tekstur

produk menjadi matang dan tua, kemudian setelah itu mulai mengalami

kerusakan setelah melewati masa optimal. Aktivitas ini tidak dapat

dihentikan akan tetapi dapat diperlamvat hingga batas waktu tertentu.

Aktivitas metabolisme berhubungan dengan laju respirasi yang berlangsung

pada produk holtikultural. Laju respirasi merupakan proses yang

menggunakan bahan organik yang tersimpan kemudian dirombak menjadi

produk yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi (Dwi P. dkk.,

2013).

Berdasarkan aktivitas respirasi, sifat hasil tanaman diklasifikasikan

menjadi yang bersifat klimatrik dan non-klimatrik. Hasil tanaman yang

bersifat klimatrik akan menurun aktivitas respirasinya pada saat menjelang

masak, sedangkan hasil tanaman non-klimaterik yaitu aktivitas respirasi

naik dan selanjutnya menurun setelah kelewat matang. Pengaruh penekanan

respirasi buah-buah klimatrik oleh CO2 tidak teramati pada buah jeruk.

CO2 menyebabkan timbulnya rangsang respirasi yang menarik untuk

diketahui pada buah jeruk sitrun. Namun pada umumnya umur buah jeruk

sitrun masih diperpanjang oleh CO2, terutama pada kandungan O2 rendah.

(Khatir, 2009).

            Laju respirasi buah dan sayuran merupakan petunjuk aktivitas

metabolisme jaringan dan oleh karena itu berguna sebagai petunjuk lama

penyimpanan buah dan sayuran tersebut. Jika laju respirasi buah atau

sayuran diukur, oksigen yang dikonsumsi dan karbondioksida yang

dilepaskan selama periode perkembangan, pematangan, pemasakan, dan

senesen, maka pola respirasi tertentu akan di peroleh. Laju respirasi per unit

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

berat tertinggi terjadi pada buah mentah (hijau) atau sayuran yang belum

dewasa dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur (Kanoni, 2009)

Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan,

meskipundemikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung bahan-

bahan padatan( solid ) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan

terdapat pula bahan cair.Pada bahan pangan uji sifat fisik biasanya

dilakukan terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut.

Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar

gula. Diantara sifat fisik tersebut berat dan volume biasanyadipakai untuk

pemutuan buah berdasarkan kuantitas. Dalam kegiatan pasca panen lainnya

seperti pengemasan dan pengangkutan, sifat fisik sangat diperhatikan. Berat

jenis dari produk pertanian dapat digunakan untuk mendugakematangan dari

buah. Volume merupakan salah satu sifat fisik yang banyakdigunakan

dalam perhitungan awal menduga sifat fisik yang lain seperti

massa jenis. Volume bahan pangan dapat dihitung dengan menggunakan pe

ngukuran berdasarkan pendekatan aproksimasi (pendekatan geometris) dan 

denganmenggunakan metode platform scale (Anarlina, 2009).

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

Tomat, jeruk, bayam

Diukur tekstur sebanyak tiga kali

Dihancurkan dengan mortar

Ditimbang bahan (m = 5gr)

Diencerkan dalam labu ukur sampai batas 100 ml

Disaring dan diambil filtratnya

Diukur pH, total asam dan vitamin C

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 27 November 2015 di

Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan

Agroindustri Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat Praktikum

Adapun alat–alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

timbangan analitik, penetrometer dan thermometer, blender, pisau, kain

saring, beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, pipet tetes, pH,

buret, statif, corong, labu ukur 100ml, labu ukur 250ml dan mortar

b. Bahan Praktikum

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

pisang, mangga, kantong plastik, batu bata merah, larutan KMnO4 jenuh,

KOH, CaCl2 dan kertas saring.

3.3. Prosedur Kerja

a. Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

Ditimbang masing-masing bahan

Dimasukkan larutan NaCH 0,1 N ke dalam erlenmayer

Dihubungkan alat-alat respirasi dan di jalankan vakum pump selama 30 menit

Diambil total larutan yang dihasilkan alat respirasi

Ditambahkan indicator PP (3 tetes)

Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai titik equivalen

Ditetapkan kadar CO2 blanko yaitu dengan menitrasi larutan NaOH 0,1 N yang tidak mengandung CO2

Ditimbang bahan (m = 15 gr)

Ditambahkan aquades sampai tanda batas kedalam labu ukur 250 ml

Disaring bahan

Dipipet (v = 100 ml) dan dimasukkan kedalam erlenmayer 250 ml

Ditambah 3 tetes indicator PP

Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai perubahan warna menjadi merah muda

Dicatat V NaOH yang digunakan dan dihitung total asam

b. Pengukuran Laju Respirasi

c. Analisa Total Asam

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

d. Analisa Kadar Vitamin C

Ditimbang bahan (m = 15 gr)

Dihitung kadar vitamin C

Dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N sampai biru muda

Ditambahkan 1 ml amilum, bila larutan kurang jernih di tambahkan 20 ml aquades

Dipipet ( v = 25 ml) filtrate dan dimasukkan ke dalam erlenmayer 250 ml

Disaring Filtrat dan dimasukkan ke dalam erlenmayer 25 ml

Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades hingga tanda batas

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Sifat Fisik Bahan

Komoditi Tekstur (kg/cm) Warna Berat awal (gr)1 2 3

Tomat muda 0,5 1,0 1,5 Kuning kehijauan 66,79Tomat matang 1,0 1,0 1,0 Merah 47,66Jeruk muda 0,5 1,0 1,5 Hijau 78,75Jeruk matang 1,o 0,5 1,0 Hijau kekuningan 79,37Mangga muda 1,5 1,0 1,5 Hijau 236,37Mangga matang 1,5 1,5 1,5 Kuning kehijauan 268,83

Tabel 2.2. Hasil Pengamatan Sifat KimiaKomoditi pH

Tomat muda 3,60Tomat matang 3,81Jeruk muda 4,27Jeruk matang 4,32Mangga muda 3,40Mangga matang 4,35Bayam 6,23

Tabel 2.3. Hasil Pengamatan Kecepatan Respirasi

Komoditas ml HCL (Blanko) ml HCL (Sample) Jumlah CO2

(ml/g/jam)Tomat muda 24,55 24,2 0,023

Tomat matang 24,55 23,6 0,087Jeruk muda 24,55 24,15 0,022

Jeruk matang 24,55 24,05 0,027Mangga muda 24,55 16,85 0,143Mangga matang 24,55 16,95 0,124

Tabel 2.4. Hasil Pengamatan Total Asam

Komoditi Normalitas FP W (gr) V Titrasi (ml) Total Asam

Tomat muda 0,1 4 15 0,5 1,3333Tomat matang 0,1 4 15 0,2 0,5333Jeruk muda 0,1 4 15 1,5 4Jeruk matang 0,1 4 15 0,2 0,5333

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

Tabel 2.5. Hasil Pengamatan Kadar Vitamin C

Komoditi Normalitas FP W (gr) V Titrasi (ml) Total Vitamin C

Tomat muda 0,1 4 15 1,8 42,24Tomat matang 0,1 4 15 1 23,47Jeruk muda 0,1 4 15 2 46,93Jeruk matang 0,1 4 15 3 70,4

4.2. Hasil Perhitungan

1. Perhitungan analisa CO2 hasil respirasi

Rumus CO2 = 44berat bahan x ( ml HCl blanko- ml HCl sampel) x

NHCl

a. Tomat muda

CO2 = 4466,79 x ( 24.55 ml – 24.2 ml) x 0.1

= 0.023 ml/g/jam

b. Tomat matang

CO2 = 4447,66 x (24.55 ml – 23.6 ml) x 0.1

= 0.087 ml/g/jam

c. Jeruk muda

CO2 = 44 78,75 x (24.55 ml – 24.15 ml) x 0.1

= 0.022 ml/g/jam

d. Jeruk matang

CO2 = 4479,37 x (24.55 ml – 24.05 ml) x 0.1

= 0.027 ml/g/jam

e. Mangga muda

CO2 = 44236,37 x (24.55 ml – 16,85 ml) x 0.1

= 0.143 ml/g/jam

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

f. Mangga matang

CO2 = 44268,83 x (24.55 ml – 16,95 ml) x 0.1

= 0.124 ml/g/jam

2. Perhitungan analisa total asam

Rumus :

Total asam = V x N x FPW x 100

a. Tomat muda

Total asam = 0,5 x 0.1 x 415 x 100

= 1,3333

b. Tomat matang

Total asam = 0,2 x 0.1 x 415 x 100

= 0,5333

c. Jeruk muda

Total asam = 1,5 x 0.1 x 415 x 100

= 4

d. Jeruk Matang

Total asam = 0,2 x 0.1 x 415 x 100

= 0,5333

3. Perhitungan analisa kadar vitamin C

Rumus :

Kadar Vitamin C = T x 0.88 x FPW x 100

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

a. Tomat muda

Kadar Vitamin C = 1,8 x 0.88 x 415 x 100

= 42,24

b. Tomat matang

Kadar Vitamin C = 1 x 0.88 x 415 x 100

= 23,47

c. Jeruk muda

Kadar Vitamin C = 2 x 0.88 x 415 x 100

= 46,93

d. Jeruk matang

Kadar Vitamin C = 3 x 0.88 x 415 x 100

= 70,4

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

BAB VPEMBAHASAN

Hasil pertanian buah-buahan dan sayuran mudah atau cepat

mengalami kerusakan yang di tandai dengan terjadinya perubahan fisik

maupun perubahan kimia pada bahan pangan tersebut. Perubahan fisik dan

perubahn kimia dapat di tentukan oleh kematangan buah, curah hujan,

cahaya, pemupukan selama penanaman, suhu dan kelembaban relatif.

Terjadinya proses kerusakan buah menandai atau mulainya suatu proses

kelayuan di mana suatu sel menjadi terganggu yang akan menyebabkan

kerusakan komposisi kimia produk atau bahan pangan seperti kandungan

pati dan vitamin C-nya. Dalam hal ini pengujian sifat fisik, kimia dan laju

respirasi pada komoditi hasil pertanian di lakukan pada pisang, jambu air

dan sawi di mana parameter yang di uji sifat fisiknya yaitu warna, rasa,

tekstur dan bau. Sedangankan dari segi sifat khemisnya memiliki tingkat

kearomaan (pH) dan kadar vitamin C-nya (Agung, 2010)

Selama proses hidrolis terjadi pemecahan klorofil, pati, pektin dan

lain-lain. Dengan demikaian selama proses pematangan buah dan sayur akan

mengalami perubahan fisik dan kimia. Perubahan fisik di antaranya adalah

perubahan warna, tekstur, rasa dan bau. Sedangkan, perubahan kimia antara

lain perubahan kandungan asam (pH), kandungan pati, kandungan vitamin,

kandungan gula dan asam-asam organik (Dinarwi, 2013).

Berdasarkan hasil pengamatan buah Tomat muda yang diperoleh

nilai tekstur adalah 1,5kg, memiliki warna kuning kehijauan, berat awal

66,79gr, dan nilai pH sebesar 3,60 sedangkan tomat matang diperoleh nilai

tekstur adalah 1kg, berwarna merah, berat awal 47,66gr dan pH sebesar

3,81, pada buah jeruk muda diperoleh nilai tekstur adalah 1,5kg, memiliki

warna kehijauan, berat awal 78,75gr dan nilai pH sebesar 4,27 ,sedangkan

jeruk matang diperoleh nilai tekstur adalah 1kg, memiliki warna hijau

kekuning, berat awal 79,37gr dan nilai pH sebesar 4,32, pada buah mangga

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

muda diperoleh nilai tekstur adalah 1,5kg, memiliki warna kehijauan, berat

awal 236,37gr, dan nilai pH sebesar 3,40 sedangkan mangga matang

diperoleh nilai tekstur adalah 1,5kg, memiliki warna kuning kehijauan,

berat awal 268,35gr dan nialai phnya 4,35. Pada percobaan dilakukan

pengamatan tambahan bahan yaitu bayam yang diperoleh nilai pH sebesar

6,23.

Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat

penting dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan

merancang suatu alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa

prilaku produk dan cara penanganannya sehingga nilai gizi dari hasil

pertanian masih dapat diperoleh selama proses penyimpanan tersebet

berlangsung (Suharto, 1991). Dapat dilihat dari hasil pengamatan diperoleh

nilai tekstur, warna dan berat yang berbeda pada jenis buah yang masih

muda dan matang sehingga diperoleh nilai pH yang berbeda pula. Ini

membuktikan bahwa nilai fisik yang semakin matang buah semakin

memiliki menurun untuk nilai tekstur maupun berat, warna berubah dan

nilai pH yang semakin meningkan.

Pengamatan kecepan respirasi pada tiga buah yang berbeda dan jenis

fisik yang berbeda yaitu buah muda dan matang dengan penambahan HCl

(Blangko) yang sama banyaknya yaitu sebanyak 24,55ml pada semua jenis

buah. Untuk buah tomat mudan dan matang dengan penambah HCl

(Sampel) di buah yang berbeda berturut-turut adalah 24,2ml dan 23,6

sehingga diperoleh jumlah CO2 berturut-turut sebanyak 0,023 dan 0,087

ml/gr/jam, Untuk buah jeruk muda dan matang dengan penambah HCl

(Sampel) di buah yang berbeda berturut-turut adalah 24,15ml dan 24,05ml

sehingga diperoleh jumlah CO2 berturut-turut sebanyak 0,022ml/gr/jam dan

0,027 ml/gr/jam, dan terakhir Untuk buah mangga mudan dan matang

dengan penambah HCl (Sampel) di buah yang berbeda berturut-turut adalah

16,85ml dan 16,95ml diperoleh jumlah CO2 berturut-turut sebanyak 0,023

dan 0,087 ml/gr/jam.

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

Kecepatan laju respirasi dari hasil pengamatan dapat dilihat dari

ketiga macam buah dan dua jenis yaitu buah matang dan buah muda

diperoleh nilai jumlah CO2 yang tinggi pada buah tomat matang sebesar

0,087 ml/g/jam. Dapat dijelaskahn bahwa buah tomat matang memiliki

jumlah CO2 yang tinggi akan memiliki laju respirasi yang cepat sehingga

buah tomat matang perlu dilakukan penangan yang lebih dibandingkan buah

yang lain untuk mempertahankan kesegaran maumpun untuk

memperpanjang umur simpan. Pengaruh penekanan respirasi buah-buahan

klimaterik oleh CO2 tidak teramati pada buah jeruk. CO2 menyebabkan

timbulnya rangsang repirasi yang menarik untuk di ketahui pada buah jeruk

dan mangga. Namun pada umumnya umur pada buah jeruk dan mangga

masih di perpanjang oleh CO2 terutama pada kandungan O2 yang rendah

(Pantastico, 2006)

Pengamatan selanjutnya pada buah tomat, dan jeruk dengan dua

jenis buah muda dan buah matang dapat dicari nilai total asam yang terdapat

dalam buah tersebut dengan diketahuinya nilai yang sama untuk semua buah

yaitu nilai Normalitas sebesar 0,1 nilai Faktor pengenceran 4, nilai berat

15gr dan nilai volume yang berbeda dimasing-masing buah dapat dihitung

total asamnya. Pada buah tomat muda dan matang dengan niali volume

berturut-turut 0,5ml dan 0,2ml, diperoleh nilai total asamnya 1,3333 dan

0,5333, Pada buah jeruk muda dan matang dengan niali volume berturut-

turut 1,5ml dan 0,2ml, diperoleh nilai total asamnya 4 dan 0,5333. Dan

terakhir untuk pengamatan menentukan kadar vitamin C pada buah tomat

dan jeruk dengan nilai normalitas, faktor pengenceran dan berat yang sama

sperti mencari nilai total asam, dapat diperoleh dengan nilai volume yang

berbeda yaitu pada buah tomat muda dan matang berturut-turut nilai

volumenya 1,8ml, dan 1ml sehingga diketahui total vitamin C yang terdapat

pada buah tomat berturu-turut 42,24 dan 23,47 sedangkan pada buah jeruk

muda dan matang berturut-turut nilai volumenya 2ml, dan 3ml sehingga

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

diketahui total vitamin C yang terdapat pada buah jeruk berturu-turutsebesar

46,93 dan 70,4.

Nilai total asam yang paling tinggi terdapat pada buah jeruk yang

masih muda sendangkan total vitamin C yang tinggi pada buah jeruk yang

sudah matang. Tingkat kematangan buah mempengaruhi kandungan vitamin

C pada buah-buahan. Dimana buah yang masih mentah mengandung

vitamin C yang cukup banyak. Seiring berkembangnya buah menjadi lebih

tua dan masak, kandungan vitamin C sebagian dirombak dan menyebabkan

vitamin C berkurang. Lingkungan tempat tumbuh buah tersebut juga sangat

mempengaruhi kandungan vitamin C. Menurut Aprianto (2009), semakin

banyak buah mendapat sinar matahari pada waktu tanam dan pertumbuhan,

maka semakin banyak pula kandungan asam askorbat. Hal ini disebabkan

karena semakin banyak mendapatkan cahaya, setiap proses fotosintesis akan

semakin giat dan gula heksosa akan semakin banyak terbentuk.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan, maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Komoditi hasil pertanian sayuran lebih mudah atau cepat mengalami

kerusakan dibandingkan dengan buah-buahan yang di tandai dengan

terjadinya perubahan fisik maupun perubahan kimia pada bahan pangan

tersebut..

2. Percobaan dua macam buah untuk nilai total vitammin C yang paling

tinggi diperoleh pada buah yang sudang mengalami pematangan.

3. Faktor yang mempengaruhi kandungan vitamin C dalam bahan pangan

adalah tingkat kemasakan bahan, keadaan buah dan lama penyimpanan

bahan.

4. Total asam yang tertinggi yaitu pada jeruk muda

5. Faktor yang mempengaruhi kandungan asam pada jeruk yang masih

muda yaitu tingkat kematangan buah sehingga jeruk muda masih

memiliki kandungan asam yang tingi dibandingkan dengan jeruk

matang,

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti Ngurah. 2010. Pigmen Pada Pengolahan Buah dan Sayur (Kajian Pustaka). Majalah Ilmiah Teknologi Pangan Vol 2(1).

Anarlina SS dan Sudirman. 2009. Evaluasi Mutu dan Penanganan Pasca Panen Jeruk di Sentra Produksi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta.

Dwi P, dkk., 2013. KARAKTERISTIK JAMUR TIRAM (Pleurotus Ostreatus) SELAMA PENYIMPANAN DALAM KEMASAN LASTIK POLYPROPILEN (PP). Jurnal Agrointek. Vol. 7. No.2

Dinarwi. 2013. Pengaruh Penggunaan Gas Oksigen dan Karbondiokasida terhadap Umur Simpan Buah Mangga. Berita Litbang Industri. Volume XXXIX No. 1

Kanoni, Sri, 2009. Handout Viskositas TPHP. Universitas Gadjah Mada: Jogjakarta.

Khatir, Rita, 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan Pasca Pane n . Faperta_UNSYIAH: Banda Aceh.

Pantastico, 2011. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press: Jogjakarta.

Soesanto, Loekas Ir, M.S., Ph. D. 2009. Penyakit Pascapanen; Sebuah Pengantar.Kanisius. Yogyakarta.

Suharto, 2011. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Sutopo. 2011. Penanganan Panen dan Pasca Panen Buah Jeruk. http://kpricitrus.wordpress.com. Diakses pada tanggal 06 desember 2015 pukul 12.59 WIB.