lapkas ab imminens

Upload: elfha-monita

Post on 14-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    1/19

    BAB I

    KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. Pa

    Umur : 29 tahun

    Pekerjaan : IRT

    Tgl dan jam masuk : 10/4/2013

    ANAMNESIS

    Keluhan Utama : keluar darah pervaginam

    Riwayat Penyakit Sekarang : Os mengaku sedang hamil 6 minggu,

    keluar darah dari jalan lahir jam 18.00 darah yang keluar cair dan tidak banyak,

    mules tidak dirasakan, mual (+)

    Riwayat Pemeriksaan Kehamilan : pemeriksaan sekali, di bidanm

    Riwayat Penyakit Dahulu : Os menyangkal memiliki riwayat DM dan

    hipertensi

    Riwayat Peyakit Keluarga : Riwayat DM dan hipertensi dalam keluarga

    disangkal

    Riwayat Pengobatan : (-)

    Riwayat Perkawinan : Kawin ke 1, masih menikah, lama 2 tahun

    Riwayat Haid : Pertama 12 tahun, teratur, Tidak Sakit,

    Lama haid 7 hari, siklus 28 hari, HPHT : 20-2-2013

    T.P : 27-11-2013

    Riwayat Persalinan :

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    2/19

    2

    Gravida ( -), Aterm ( - ), Premature ( - ), Abortus ( -), Anak Hidup (-), SC ( )

    N

    o

    Tempat

    Bersalin

    Penolon

    g

    Thn Ater

    m

    Jenis

    Persalinan

    Penyuli

    t

    Anak

    JK BB:

    (gr)

    PB:

    (cm)

    Keadaa

    n

    1 Ini

    Riwayat Alergi : Alergi obat golongan -gin

    Riwayat Operasi : (-)

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum :

    Kesadaran : CM

    Tanda Vital:

    TD : 110/70 Nadi: 80 Suhu : 36,6 C RR: 20

    STATUS GENERALIS

    Kepala : Normocephale

    Mata

    Konjungtiva : Anemis (-)

    Sclera : Ikterik (-)

    Jantung : dalam batas normal

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    3/19

    3

    Paru-paru : dalam batas normal

    Ekstremitas Atas : Akral hangat, Edem (-)

    Ekstremitas Bawah : Edem (-)

    STATUS OBSTETRI

    Pemeriksaan Abdomen

    Inspeksi : -

    Palpasi : -

    Leopold I : -

    Leopold II : -

    Leopold III : -

    Leopold IV : -

    Denyut Jantung Janin : -

    TFU : -

    Taksiran Berat Janin : -

    PD : -

    DIAGNOSIS:

    Ibu : G1P0A0 H6 mg d/ Abortus imminens

    Bayi : -

    RENCANA TINDAKAN

    -

    R/ USG

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    4/19

    4

    - Observasi

    PROGNOSIS

    Ibu : diharapkan baik

    Bayi : diharapkan baik

    TGL 11/4/2013

    USG

    - CRL : 0,98 7 minggu

    -

    Janin hidup

    - TP : 27/11/2013

    Asessment

    Ibu : G1P0A0 H7 mg d/ Abortus imminens

    Bayi : Janin hidup

    Planning

    - Bed rest

    - R/ Duphasten 2x1; Felavit 2x1; Anvomer 1x1; Lactofar 1x1; mediamer

    B6 2x1

    TGL: 12/4/2013

    S : Tidak ada keluhan, darah sudah tidak keluar

    O : TD : 110/70; N : 82; RR: 22; S : 36,2

    A : G1P0A0 H 7 mg

    P : Teruskan pentalaksanaan

    Os boleh pulang

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    5/19

    5

    2.1 Definisi

    Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi

    perdarahan pervaginam pada kehamilan

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    6/19

    6

    Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-

    faktor mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktor-

    faktor alamiah. Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel

    telur dan sel sperma.

    - Abortus imminens (thr eaned abortion)

    Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari

    intra uterine sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu

    dengan atau tanpa kontraksi, tanpa dilatasi cerviks, dan tanpa

    ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens sifatnya adalah

    mengancam, tetapi masih ada kemungkinan untuk

    mempertahankan hasil konsepsi. Abortus imminens ditegakan pada

    wanita yang hamil dengan gejala perdarahan pervaginam yang

    timbul dalam waktu kehamilan trimester pertama.

    Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan , namun dapat

    menetap dalam beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal

    ini akan mengakitkan gangguan terhadap hasil konsepsi berupa

    persalinan preterm, berat badan lahir rendah serta kematian

    prenatal

    - Abortus insipiens (inivitable)

    Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai

    dengan perdarahan pervaginam

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    7/19

    7

    pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum

    atau dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.

    - Abortus komplit

    Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang

    dari 20 mingguatau berat badan kurang dari 500 gram dan masih

    terdapat hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.

    - Abortus inkomplet

    Adalah pengeluaran hasil konsepsi. Pada penderita ditemukan

    perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah

    banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji

    kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan USG didapatkan

    uterus yang kosong (Sastrawinata, 2008).

    b. Abortus ProvokatusAbortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu

    akibat tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis

    abortus provokatus dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :

    -Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan atas

    indikasi medis

    - Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan

    karena indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau

    melanggar hokum (Cunningham, 2007).

    Abortus complete dan abortus incomplete (Mochtar, 2007)

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    8/19

    8

    Abortus imminens, abortus insipiens, dan miss abortion (Mochtar, 2007)

    2.4 Epidemiologi

    Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya

    seperti kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran

    dengan anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan

    sekitar 10-15 % dari semua kehamilan.Namun, frekuensi angka kejadian

    sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak

    dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena abortus spontan

    hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan pertolongan medis

    dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang terlambat. Delapan puluh

    persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal

    ini banyak disebabkan karena kelainan pada kromosom.

    Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted

    ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan

    kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor

    lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan.

    2.5 Etiologi

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    9/19

    9

    Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling

    terkait. Abnsormalita dari kromosom adalah etiologi yang paling sering

    menyebabkan abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester

    pertama, lalu insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan

    5-10 % pada trimester ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan

    persentasi yang kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin,

    factor immunologi, dan penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula

    penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat in (Cunningham,

    2007).

    Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian

    janin, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai

    berikut :

    1. hasil konsepsi

    kelainan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti

    kelainan kromosom ( trisomi dan popiplidi)

    2. fakor ibu antara lain :

    Infeksi : Mycoplasma,Ureaplasma,dll

    Penyakit kronis : Celiac sprue (sindrom malabsorbsi)

    Gangguan endokrin : diabetes melitus

    Kelainan alat reproduksi

    Kelainan darah

    Pengaruh obat-obatan : tembakau,alcohol, kafein

    Faktor lingkungan : radiasi

    Faktor imunologis

    Trauma fisik

    2.6 Patofisiologi

    Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau

    seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.

    Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    10/19

    10

    menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses

    abortus.

    Pada kehamilan kurang dari 8 minggu

    Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua

    dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun

    sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di

    canalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran

    hasil konsepsi.

    Pada kehamilan 8-14 minggu

    Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput

    ketuban telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat

    namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering

    menimbulkan perdarahan pervaginam banyak.

    Pada kehmilan minggu ke 14-22 :

    Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta

    beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam

    uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi

    perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih

    sedikit namun rasa sakit lebih menonjol (Mochtar, 2007).

    2.7 Diagnosis

    Diagnosis abortus imminens ditegakan antara lain:

    Tanda-tanda hamil muda

    Perdarahan melalui OUE (+)

    Uterus membesar sesuai usia kehamilan

    Servis belum membuka

    Sehingga untuk menegakan diagnosis abortus imminens kita perlu memperhatikan

    :

    Riwayat menstruasi

    Riwayat penggunaan obat-obatan dan zat

    Riwayat penyakit dahulu

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    11/19

    11

    Riwayat operasi terutama pada uterus dan adneksa

    Riwayat obstetrik dan ginekologis dahulu (Sastrawinata, 2008).

    Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam dengan

    atau tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek (bercak-

    bercak darah) hingga perdarahan banyak. Hal in sangat penting untuk menilai

    apakah perdarahan semakin berkurang atau bahkan semakin memburuk. Adanya

    gumpalan darah atau jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan

    progresif. Bila ditemukan nyeri perlu dicatat letak dan lamanya nyeri tersebut

    berlangsung.

    Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi

    nyeri. Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal

    toucher , tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks atau

    keluar melalui OUE.

    Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks

    karenanya bila nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya

    kehamilan ektopik perlu dipertimbangkan. Jika ditemukan UOI telah membuka,

    kemungkinan yang terjadi adalah abortus insipiens, inkomplit maupun abortus

    komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu dilakukan, tentukan besar,

    konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri tekan atau massa. Bila

    didapatkan adanya sekret vagina abdominal, sebaiknya dibuat pemeriksaan

    biologisnya.

    Pada kasus abortus, selain menghentikan perdarahannya, perlu dicari

    penyebab terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganannya

    selanjutnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan antara lain :

    1. - HCG

    2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht

    3. Pemeriksaan golongan darah dan skrining antibodi

    4. Pemeriksaan kadar progesteron serum

    5. USG (Saifudin, 2002)

    Perdarahan Serviks Uterus Gejala/

    Tanda

    Diagnosis Tindakan

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    12/19

    12

    Bercak

    hingga

    Sedang

    Tertutup Sesuai

    dengan

    usia gestasi

    Kram perut

    bawah uterus

    lunak

    Abortus

    Imminens

    Observasi

    perdarahan,

    istirahat,

    hindarkan

    coitus

    Sedikit

    membesar

    dari normal

    Limbung /

    pingsan

    Nyeri perut

    bawah

    Nyeri goyang

    porsio

    Masa adneksa

    Cairan bebas

    intra abdomen

    Kehamilan

    ektopik

    yang

    terganggu

    Laparotomi

    dan parsial

    salpingektomi

    atau

    salpingestomi

    Tertutup

    /terbuka

    Lebih kecil

    dari usia

    gestasi

    Sedikit/tanpa

    nyeri perut

    bawah

    Riwayat

    ekspulsi hasil

    konsepsi

    Abortus

    komplit

    Tidak perlu

    terapi spesifik

    kecuali

    perdarahan

    berlanjut atau

    terjadi infeksi

    Sedang

    hingga

    massif/

    Banyak

    Terbuka Sesuai usia

    kehamilan

    Kram atau

    nyeri perut

    bawah belum

    terjadi ekspulsi

    hasil konsepsi

    Abortus

    insipiens

    Evakuasi

    Kram atau

    nyeri perut

    bawah ekspulsi

    sebagian hasil

    konsepsi

    Abortus

    inkomplit

    evakuasi

    Terbuka Lunak dan

    lebih besar

    Mual/muntah

    Kram perut

    Abortus

    mola

    Evakuasi

    tatalaksana

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    13/19

    13

    dari usia

    gestasi

    bawah

    Sindroma mirip

    preeklamsia

    Tak ada janin

    keluar jaringan

    seperti anggur

    mola

    2.8 Diagnosa Banding

    1. Kehamilan ektopik terganggu ( KET )

    Pada KET ditemukan amenore, perdarahan pervaginam, biasanya sedikit

    sedangkan pada abortus biasanya perdarahan cukup banyak, nyeri bagian

    bawah perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyerri pada KET

    biasanya lebih hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan USG dapat

    dikerjakan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini. Sebelum timbul KET,

    suatu kehamilan ektopik hanya berupa kehamilan ektopik yang belum

    terganggu. Pada keadaan ini yang ditemui berupa gejala gejala hamil muda

    atau abortus imminens

    2. Mola Hidatidosa

    Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat dibandingkan

    dengan masa kehamilannya, dan kadang disertai dengan adanya hiperemis

    gravidarum. Ini disebabkan oleh adanya kadar HCG yang tinggi di dalam

    darah. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan gambaran seperti badai salju (

    snowform like appearance )

    3. Kelainan serviks

    Karsinoma serviks uteri ,polipus serviks dan sebagainya. Perdarahan yangdisebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus imminens. Pemeriksaan

    dengan spekulum , pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu dalam

    menegakan diagnosis

    2.9 Prognosis

    Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan

    kehamilan. Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    14/19

    14

    berlangsung lama, mules mules disertai dengan perdarahan dan

    pembukaan serviks. Jika kehamilan terus berlanjut, maka sering diikuti

    dengan persalinan preterm, plasenta previa, dan IUGR. Prognosis

    ditentukan lamanya perdarahan , jika perdarahan berlangsung lama, mules-

    mules yang disertai pendataran serviks menandakan prognosis yang buruk

    Prognosis buruk bila dijumpai pada pemeriksaan USG adanya :

    - Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan

    tidak adanya kutub janin

    - Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung

    kehamilan )

    - DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ) (Mochtar, 2007).

    2.10 Penatalaksanaan

    Penanganan abortus iminens terdiri atas :

    1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan

    berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti, dilarang

    untuk koitus selama 2 minggu . Pemberian sedatif juga bisa diberikan, dan

    tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan

    2. Pemberian progesteron pada abortus imminens masih bersifat controversial.

    Hormon progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan didapatkan

    adanya kekurangan hormon progesterone

    3. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin

    4. bila perdarahan :

    berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang

    bila terjadi perdarahan lagi.

    Berlangsung lama : nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan

    kemungkinan adanya penyebab lain ( hamil ektopik atau mola )

    (Cunningham, 2007)

    2.11 Komplikasi

    Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    15/19

    15

    1. Perdarahan masif

    Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa sisa hasil konsepsi

    dan jika perlu pemberian transfusi darah erforasi

    2.

    Perforasi uterus

    Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika ditemukan

    tanda tanda abdomen akut perlu segera dilakukan laparotomi, dan

    tergantung luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka operasi atau perlu

    dilakukan histerektomi.

    3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya

    Dapat terjadi pada abortus dan dapat menyebar ke miometrium, tuba,

    parametrium dan peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau sepsis

    dapat disertai dengan terjadinya syok. Penanganan bisa diberikan antibiotik

    pilihan dan dilakukan laparotomi

    4. Syok

    Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan (syok

    hemoragik) dan karena infeksi berat ( syok septik )

    BAB 3ANALISA

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    16/19

    16

    Abortus berdasarkan definisinya adalah pengeluaran hasil konsepsi

    sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dengan usia kurang dari 20 minggu

    dan berat janin belum mencapai 500 gr.

    Keluhan utama pada abortus adalah perdarahan pervaginan, dimana pada

    pasien ini. Ny Partini , 22 th datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak

    jam 18.00, disertai keluhan tambahan berupa rasa mules.

    Penyebab abortus secara garis besar terbagi menjadi dua berdasarkan

    faktor maternal dan faktor hasil konsepsi . Pada pasien ini penyebabnya masih

    perlu dicari. Dari faktor konsepsi, kelainan perkembangan maupun pertumbuhan

    hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin maupun cacat , tetapi dari hasil

    pemeriksaan USG tidak didapati kelainan. Penyebab lain bisa berupa kelainan

    kromosom , dari beberapa penelitian tamapak bhwa 50-60% dari abortus dini

    spontan berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi. Pada pasien

    ini adanya kelainan kromoson pada janinnya yang menjadi penyebab abortus tidak

    dapat dibuktikan sebab tidak dilakukan pemeriksaan.

    Berdasarkan keluhan utama pasien berupa perdarahan pervaginam, pada

    kehamilan kurang dari 20 minggu, selain abortus perlu juga dicurigai adanya KET

    dan mola hidatidosa sebagai diagnosis banding.

    Kehamilan ekopik terganggu, gejala awalnya berupa amenore seperti pada

    kehamilan biasa dan kemudian terjadi perdarahan pervaginam, Tetapi hal ini dapat

    disingkirkan sebab tidak terdapatnya tanda-tanda akut abdomen yang merupakan

    tanda klasik pada KET dan pada pemeriksaan fisik tdak ditemukan nyeri goyang

    portio dan pada pemeriksaan USG didapati bvahwa hasil konsepsi berada dalam

    kavum uteri sehingga diagnosis banding KET dapat disingkirkan

    Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di

    mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami

    perubahan hidropik. Pada awalnya gejala yang timbul mirip pada kehamilan biasa,

    terjadi perdarahan. Tetapi diagnosa ini dapat disangkal, karena pada pasien ini

    terdapat tanda-tanda kehamilan pasti dari hasil USG, serta tidak ditemukannya

    snow flake pattern pada pemeriksaan USG. Penanganan abortus imminens yang

    utama adalah tirah baring (bed rest) dan Pemberian hormon progesteron.

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    17/19

    17

    BAB 4

    KESIMPULAN

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    18/19

    18

    Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan , dengan usia kehamilan

    dibawah 20 minggu. Selain dicurigai sebagai abortus tapi perlu juga dipikirkan

    adanya KET dan mola hodatidosa.

    Pada abortus imminens, perlu penanganan yang adekuat, dimana proses

    kehamilan dapat dipertahankan, dan sebisa mungkin dapat dicegah menjai

    berlanjut. Masih perlu juga dicari penyebab abortusnya, supaya dapat mencegah

    terjadinya abortus habitualis pada kehamilan selanjutnya.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/29/2019 Lapkas AB Imminens

    19/19

    19

    Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina Pustaka

    Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2007 : 302-312

    Cunningham, Macdonald. William Obstetrics. 22th edition. Appleton and Lange.

    Stanford Connecticut. 2007:856-877

    Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan

    Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

    Jakarta. 2004:146-147

    Mochtar R. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis Obstetri.

    Edisi kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta, 2007; 209-217