lapkas ab imminens
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
1/19
BAB I
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Pa
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : IRT
Tgl dan jam masuk : 10/4/2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama : keluar darah pervaginam
Riwayat Penyakit Sekarang : Os mengaku sedang hamil 6 minggu,
keluar darah dari jalan lahir jam 18.00 darah yang keluar cair dan tidak banyak,
mules tidak dirasakan, mual (+)
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan : pemeriksaan sekali, di bidanm
Riwayat Penyakit Dahulu : Os menyangkal memiliki riwayat DM dan
hipertensi
Riwayat Peyakit Keluarga : Riwayat DM dan hipertensi dalam keluarga
disangkal
Riwayat Pengobatan : (-)
Riwayat Perkawinan : Kawin ke 1, masih menikah, lama 2 tahun
Riwayat Haid : Pertama 12 tahun, teratur, Tidak Sakit,
Lama haid 7 hari, siklus 28 hari, HPHT : 20-2-2013
T.P : 27-11-2013
Riwayat Persalinan :
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
2/19
2
Gravida ( -), Aterm ( - ), Premature ( - ), Abortus ( -), Anak Hidup (-), SC ( )
N
o
Tempat
Bersalin
Penolon
g
Thn Ater
m
Jenis
Persalinan
Penyuli
t
Anak
JK BB:
(gr)
PB:
(cm)
Keadaa
n
1 Ini
Riwayat Alergi : Alergi obat golongan -gin
Riwayat Operasi : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
Kesadaran : CM
Tanda Vital:
TD : 110/70 Nadi: 80 Suhu : 36,6 C RR: 20
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephale
Mata
Konjungtiva : Anemis (-)
Sclera : Ikterik (-)
Jantung : dalam batas normal
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
3/19
3
Paru-paru : dalam batas normal
Ekstremitas Atas : Akral hangat, Edem (-)
Ekstremitas Bawah : Edem (-)
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : -
Palpasi : -
Leopold I : -
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
Denyut Jantung Janin : -
TFU : -
Taksiran Berat Janin : -
PD : -
DIAGNOSIS:
Ibu : G1P0A0 H6 mg d/ Abortus imminens
Bayi : -
RENCANA TINDAKAN
-
R/ USG
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
4/19
4
- Observasi
PROGNOSIS
Ibu : diharapkan baik
Bayi : diharapkan baik
TGL 11/4/2013
USG
- CRL : 0,98 7 minggu
-
Janin hidup
- TP : 27/11/2013
Asessment
Ibu : G1P0A0 H7 mg d/ Abortus imminens
Bayi : Janin hidup
Planning
- Bed rest
- R/ Duphasten 2x1; Felavit 2x1; Anvomer 1x1; Lactofar 1x1; mediamer
B6 2x1
TGL: 12/4/2013
S : Tidak ada keluhan, darah sudah tidak keluar
O : TD : 110/70; N : 82; RR: 22; S : 36,2
A : G1P0A0 H 7 mg
P : Teruskan pentalaksanaan
Os boleh pulang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
5/19
5
2.1 Definisi
Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi
perdarahan pervaginam pada kehamilan
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
6/19
6
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah. Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel
telur dan sel sperma.
- Abortus imminens (thr eaned abortion)
Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari
intra uterine sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dengan atau tanpa kontraksi, tanpa dilatasi cerviks, dan tanpa
ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens sifatnya adalah
mengancam, tetapi masih ada kemungkinan untuk
mempertahankan hasil konsepsi. Abortus imminens ditegakan pada
wanita yang hamil dengan gejala perdarahan pervaginam yang
timbul dalam waktu kehamilan trimester pertama.
Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan , namun dapat
menetap dalam beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal
ini akan mengakitkan gangguan terhadap hasil konsepsi berupa
persalinan preterm, berat badan lahir rendah serta kematian
prenatal
- Abortus insipiens (inivitable)
Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai
dengan perdarahan pervaginam
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
7/19
7
pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.
- Abortus komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang
dari 20 mingguatau berat badan kurang dari 500 gram dan masih
terdapat hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.
- Abortus inkomplet
Adalah pengeluaran hasil konsepsi. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji
kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan USG didapatkan
uterus yang kosong (Sastrawinata, 2008).
b. Abortus ProvokatusAbortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis
abortus provokatus dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :
-Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan atas
indikasi medis
- Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan
karena indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau
melanggar hokum (Cunningham, 2007).
Abortus complete dan abortus incomplete (Mochtar, 2007)
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
8/19
8
Abortus imminens, abortus insipiens, dan miss abortion (Mochtar, 2007)
2.4 Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya
seperti kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran
dengan anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan
sekitar 10-15 % dari semua kehamilan.Namun, frekuensi angka kejadian
sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena abortus spontan
hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan pertolongan medis
dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang terlambat. Delapan puluh
persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal
ini banyak disebabkan karena kelainan pada kromosom.
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted
ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan
kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor
lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan.
2.5 Etiologi
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
9/19
9
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling
terkait. Abnsormalita dari kromosom adalah etiologi yang paling sering
menyebabkan abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester
pertama, lalu insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan
5-10 % pada trimester ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan
persentasi yang kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin,
factor immunologi, dan penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula
penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat in (Cunningham,
2007).
Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian
janin, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai
berikut :
1. hasil konsepsi
kelainan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti
kelainan kromosom ( trisomi dan popiplidi)
2. fakor ibu antara lain :
Infeksi : Mycoplasma,Ureaplasma,dll
Penyakit kronis : Celiac sprue (sindrom malabsorbsi)
Gangguan endokrin : diabetes melitus
Kelainan alat reproduksi
Kelainan darah
Pengaruh obat-obatan : tembakau,alcohol, kafein
Faktor lingkungan : radiasi
Faktor imunologis
Trauma fisik
2.6 Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
10/19
10
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses
abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua
dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun
sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di
canalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran
hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8-14 minggu
Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput
ketuban telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering
menimbulkan perdarahan pervaginam banyak.
Pada kehmilan minggu ke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih
sedikit namun rasa sakit lebih menonjol (Mochtar, 2007).
2.7 Diagnosis
Diagnosis abortus imminens ditegakan antara lain:
Tanda-tanda hamil muda
Perdarahan melalui OUE (+)
Uterus membesar sesuai usia kehamilan
Servis belum membuka
Sehingga untuk menegakan diagnosis abortus imminens kita perlu memperhatikan
:
Riwayat menstruasi
Riwayat penggunaan obat-obatan dan zat
Riwayat penyakit dahulu
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
11/19
11
Riwayat operasi terutama pada uterus dan adneksa
Riwayat obstetrik dan ginekologis dahulu (Sastrawinata, 2008).
Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam dengan
atau tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek (bercak-
bercak darah) hingga perdarahan banyak. Hal in sangat penting untuk menilai
apakah perdarahan semakin berkurang atau bahkan semakin memburuk. Adanya
gumpalan darah atau jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan
progresif. Bila ditemukan nyeri perlu dicatat letak dan lamanya nyeri tersebut
berlangsung.
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi
nyeri. Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal
toucher , tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks atau
keluar melalui OUE.
Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks
karenanya bila nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik perlu dipertimbangkan. Jika ditemukan UOI telah membuka,
kemungkinan yang terjadi adalah abortus insipiens, inkomplit maupun abortus
komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu dilakukan, tentukan besar,
konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri tekan atau massa. Bila
didapatkan adanya sekret vagina abdominal, sebaiknya dibuat pemeriksaan
biologisnya.
Pada kasus abortus, selain menghentikan perdarahannya, perlu dicari
penyebab terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganannya
selanjutnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan antara lain :
1. - HCG
2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht
3. Pemeriksaan golongan darah dan skrining antibodi
4. Pemeriksaan kadar progesteron serum
5. USG (Saifudin, 2002)
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/
Tanda
Diagnosis Tindakan
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
12/19
12
Bercak
hingga
Sedang
Tertutup Sesuai
dengan
usia gestasi
Kram perut
bawah uterus
lunak
Abortus
Imminens
Observasi
perdarahan,
istirahat,
hindarkan
coitus
Sedikit
membesar
dari normal
Limbung /
pingsan
Nyeri perut
bawah
Nyeri goyang
porsio
Masa adneksa
Cairan bebas
intra abdomen
Kehamilan
ektopik
yang
terganggu
Laparotomi
dan parsial
salpingektomi
atau
salpingestomi
Tertutup
/terbuka
Lebih kecil
dari usia
gestasi
Sedikit/tanpa
nyeri perut
bawah
Riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Abortus
komplit
Tidak perlu
terapi spesifik
kecuali
perdarahan
berlanjut atau
terjadi infeksi
Sedang
hingga
massif/
Banyak
Terbuka Sesuai usia
kehamilan
Kram atau
nyeri perut
bawah belum
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Abortus
insipiens
Evakuasi
Kram atau
nyeri perut
bawah ekspulsi
sebagian hasil
konsepsi
Abortus
inkomplit
evakuasi
Terbuka Lunak dan
lebih besar
Mual/muntah
Kram perut
Abortus
mola
Evakuasi
tatalaksana
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
13/19
13
dari usia
gestasi
bawah
Sindroma mirip
preeklamsia
Tak ada janin
keluar jaringan
seperti anggur
mola
2.8 Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopik terganggu ( KET )
Pada KET ditemukan amenore, perdarahan pervaginam, biasanya sedikit
sedangkan pada abortus biasanya perdarahan cukup banyak, nyeri bagian
bawah perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyerri pada KET
biasanya lebih hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan USG dapat
dikerjakan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini. Sebelum timbul KET,
suatu kehamilan ektopik hanya berupa kehamilan ektopik yang belum
terganggu. Pada keadaan ini yang ditemui berupa gejala gejala hamil muda
atau abortus imminens
2. Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat dibandingkan
dengan masa kehamilannya, dan kadang disertai dengan adanya hiperemis
gravidarum. Ini disebabkan oleh adanya kadar HCG yang tinggi di dalam
darah. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan gambaran seperti badai salju (
snowform like appearance )
3. Kelainan serviks
Karsinoma serviks uteri ,polipus serviks dan sebagainya. Perdarahan yangdisebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus imminens. Pemeriksaan
dengan spekulum , pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu dalam
menegakan diagnosis
2.9 Prognosis
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan. Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
14/19
14
berlangsung lama, mules mules disertai dengan perdarahan dan
pembukaan serviks. Jika kehamilan terus berlanjut, maka sering diikuti
dengan persalinan preterm, plasenta previa, dan IUGR. Prognosis
ditentukan lamanya perdarahan , jika perdarahan berlangsung lama, mules-
mules yang disertai pendataran serviks menandakan prognosis yang buruk
Prognosis buruk bila dijumpai pada pemeriksaan USG adanya :
- Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan
tidak adanya kutub janin
- Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung
kehamilan )
- DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ) (Mochtar, 2007).
2.10 Penatalaksanaan
Penanganan abortus iminens terdiri atas :
1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti, dilarang
untuk koitus selama 2 minggu . Pemberian sedatif juga bisa diberikan, dan
tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan
2. Pemberian progesteron pada abortus imminens masih bersifat controversial.
Hormon progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan didapatkan
adanya kekurangan hormon progesterone
3. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin
4. bila perdarahan :
berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila terjadi perdarahan lagi.
Berlangsung lama : nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan
kemungkinan adanya penyebab lain ( hamil ektopik atau mola )
(Cunningham, 2007)
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
15/19
15
1. Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah erforasi
2.
Perforasi uterus
Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika ditemukan
tanda tanda abdomen akut perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka operasi atau perlu
dilakukan histerektomi.
3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya
Dapat terjadi pada abortus dan dapat menyebar ke miometrium, tuba,
parametrium dan peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau sepsis
dapat disertai dengan terjadinya syok. Penanganan bisa diberikan antibiotik
pilihan dan dilakukan laparotomi
4. Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat ( syok septik )
BAB 3ANALISA
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
16/19
16
Abortus berdasarkan definisinya adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dengan usia kurang dari 20 minggu
dan berat janin belum mencapai 500 gr.
Keluhan utama pada abortus adalah perdarahan pervaginan, dimana pada
pasien ini. Ny Partini , 22 th datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak
jam 18.00, disertai keluhan tambahan berupa rasa mules.
Penyebab abortus secara garis besar terbagi menjadi dua berdasarkan
faktor maternal dan faktor hasil konsepsi . Pada pasien ini penyebabnya masih
perlu dicari. Dari faktor konsepsi, kelainan perkembangan maupun pertumbuhan
hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin maupun cacat , tetapi dari hasil
pemeriksaan USG tidak didapati kelainan. Penyebab lain bisa berupa kelainan
kromosom , dari beberapa penelitian tamapak bhwa 50-60% dari abortus dini
spontan berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi. Pada pasien
ini adanya kelainan kromoson pada janinnya yang menjadi penyebab abortus tidak
dapat dibuktikan sebab tidak dilakukan pemeriksaan.
Berdasarkan keluhan utama pasien berupa perdarahan pervaginam, pada
kehamilan kurang dari 20 minggu, selain abortus perlu juga dicurigai adanya KET
dan mola hidatidosa sebagai diagnosis banding.
Kehamilan ekopik terganggu, gejala awalnya berupa amenore seperti pada
kehamilan biasa dan kemudian terjadi perdarahan pervaginam, Tetapi hal ini dapat
disingkirkan sebab tidak terdapatnya tanda-tanda akut abdomen yang merupakan
tanda klasik pada KET dan pada pemeriksaan fisik tdak ditemukan nyeri goyang
portio dan pada pemeriksaan USG didapati bvahwa hasil konsepsi berada dalam
kavum uteri sehingga diagnosis banding KET dapat disingkirkan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami
perubahan hidropik. Pada awalnya gejala yang timbul mirip pada kehamilan biasa,
terjadi perdarahan. Tetapi diagnosa ini dapat disangkal, karena pada pasien ini
terdapat tanda-tanda kehamilan pasti dari hasil USG, serta tidak ditemukannya
snow flake pattern pada pemeriksaan USG. Penanganan abortus imminens yang
utama adalah tirah baring (bed rest) dan Pemberian hormon progesteron.
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
17/19
17
BAB 4
KESIMPULAN
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
18/19
18
Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan , dengan usia kehamilan
dibawah 20 minggu. Selain dicurigai sebagai abortus tapi perlu juga dipikirkan
adanya KET dan mola hodatidosa.
Pada abortus imminens, perlu penanganan yang adekuat, dimana proses
kehamilan dapat dipertahankan, dan sebisa mungkin dapat dicegah menjai
berlanjut. Masih perlu juga dicari penyebab abortusnya, supaya dapat mencegah
terjadinya abortus habitualis pada kehamilan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
-
7/29/2019 Lapkas AB Imminens
19/19
19
Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2007 : 302-312
Cunningham, Macdonald. William Obstetrics. 22th edition. Appleton and Lange.
Stanford Connecticut. 2007:856-877
Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta. 2004:146-147
Mochtar R. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis Obstetri.
Edisi kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta, 2007; 209-217