lapkas neurologi
DESCRIPTION
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot-otot jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi secara bergantian. Laju denyut-denyut jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu “pengatur irama”. Ini terdiri dari sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotrialis, yang terletak didalam dinding serambi kanan. Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya di teruskan ke dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi secara serentak.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Periodik paralisis hipokalemi merupakan kelainan pada membran sel yang sekarang ini
dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot skeletal.
Kelainan ini dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik kelemahan tiba-tiba yang
diakibatkan gangguan pada kadar kalium serum
Paralisis hipokalemi merupakan penyebab dari acute flacid paralisis dimana terjadi
kelemahan otot yang ringan sampai berat hingga mengancam jiwa seperti cardiac aritmia dan
kelumpuhan otot pernapasan. Beberapa hal yang mendasari terjadinya hipokalemi paralisis
antaralain tirotoksikosis, renal tubular acidosis, Gitelman Syndrome, keracunan barium,
pemakaian obat golongan diuretik dan diare, namun dari beberapa kasus sulit untuk diidentifikasi
penyebabnya, salah diagnosa akan mengakibatkan penatalaksanaan yang salah juga.
Berdasarkan etiologinya paralisis hipokalemi dibagi menjadi 2 yaitu idiopatik periodik
paralisis hipokalemi disertai tirotoksikosis dan secondary periodik paralisis hipokalemi tanpa
tirotoksikosi. Selain itu faktor genetik juga mempengaruhi terjadinya paralisis hipokalemi,
terdapat 2 bentuk dari hipokalemic periodik paralysis yaitu familial hipokalemi dan sporadik
hipokalemi.
Insidensinya yaitu 1 dari 100.000 periodik paralisis hipokalemi banyak terjadi pada pria
daripada wanita dengan rasio 3-4 : 1. Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20
tahun, frekuensi serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan
peningkatan usia. Bila gejala-gejala dari sindroma tersebut dapat dikenali dan diterapi secara
benar maka pasien dapat sembuh dengan sempurna.
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : M. Rahmadani
Umur : 23 Tahun
Jelis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Matang Selimeng
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal masuk RS : 6 Desember 2015
ANAMNESIS
Diperoleh dari autoanamnesa
Keluhan Utama
Kelemahan keempat anggota gerak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Langsa dengan keluhan kelemahan keempat anggota gerak
sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini baru pertama kali dialami pasien. Kelemahan yang awalnya di
paha kemudian bertambah berat sampai ke ujung kaki dan disusul kelemahan tangan, sehingga
membuat pasien tak sanggup melakukan aktifitas sehari-hari. Pasien juga mengeluhkan pernah
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 2
sebelumnya mengalami mencret selama 2 hari yang frekuensinya 8 kali dalam sehari. Mual (+),
Muntah (+) 2 kali, Demam (-), Pingsan (-), Sakit kepala (-), Kejang (-), BAK (+), BAB (+).
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Gastroentritis (+) 2 kali
Trauma (-)
DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
Riwayat Penggunaan Obat-obatan:
Disangkal
ANAMNESA SISTEM
Sistem serebrospinal : Dalam Batas Normal
Sistem kardiovaskular : Dalam Batas Normal
Sistem respirasi : Dalam Batas Normal
Sistem gastrointestinal : Mual, muntah, dan diare
Sistem muskuloskletal : Kelemahan anggota gerak
Sistem integumentum : Dalam Batas Normal
Sistem urogenital : Dalam Batas Normal
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 3
RESUME ANAMNESIS
Telah diperiksa pasien atas nama M. Rahmadani , Usia 23 tahun dengan keluhan kelemahan
keempat anggota gerak sejak 1 hari yang lalu.. Keluhan ini baru pertama kali dialami pasien.
Kelemahan yang awalnya di paha kemudian bertambah berat sampai ke ujung kaki dan disusul
kelemahan tangan. Pasien juga mengeluhkan pernah sebelumnya mengalami mencret selama 2
hari yang frekuensinya 8 kali dalam sehari. Mual (+), Muntah (+) 2 kali.
DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosis klinis : Tetraparalisis
Diagnosis topis : Membran Otot Rangka
Diagnosis etiologis : Periodik paralisis Hipokalemia, dd : trauma medula Spinali
PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Generalis
BB : 63 kg
TB : 166 kg
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,8 ᵒC
Tekanan darah : Kanan : 120 /80 mmHg
Kiri : 120/80 mmHg
Denyut nadi : Kanan : 82x/menit
Kiri : 82x/menit
Keadaan umum : Tampak lemas
Status gizi : Baik
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 4
Paru-paru :
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), stemfremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV sinistra
Perkusi : Batas atas : Dalam Batas Normal
Batas kanan : Dalam Batas Normal
Batas kiri : Dalam Batas Normal
Auskultasi : gallop S3 (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat penonjolan, venektasi (-)
Palpasi : Soepel (+), Nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Tympani seluruh regio abdomen
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Hepar : Tidak teraba
Lien / Splen : Tidak teraba
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 5
II. Status Neurologis
Kesadaran kualitatif : Compos Mentis
Kesadaran kuantitatif : GCS : ( E4 V5 M6 )
Tingkah laku : Baik
Perasaan hati : Baik
Orientasi : Tempat (baik), Waktu (baik), Orang (baik)
Jalan pikiran : Bagus
Kecerdasan : Baik
Daya ingat kejadian : Baru ( baik ), lama (baik)
Kemampuan bicara : Baik
Sikap tubuh : Normal
Cara berjalan : Tidak dapat dinilai
Gerakan abnormal : Tidak ada
Kepala : Bentuk (normochepali), Ukuran (normal), Pulsasi (-), Nyeri
tekan (-), Bising (-)
Leher : Normal, Kaku kuduk (-), Bentuk vertebra(normal),
Nyeri tekan vertebra (-), pulsasi (-), Bising karotis (-), Bising
subklavia(-), Lhermitte (-), Nafziger (-), Valsava (-), Brudzinski(-)
NERVUS CRANIALIS
N.I (Olfaktorius) :
KANAN KIRI
Daya pembau DBN DBN
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 6
N.II (Optikus)
KANAN KIRI
Daya penglihatan Baik Baik
Pengenalan warna Baik Baik
Medan penglihatan DBN DBN
N.III (Okulomotorius)
KANAN KIRI
Ptosis - -
Gerak mata ke medial DBN DBN
Gerak mata ke atas DBN DBN
Gerak mata ke bawah DBN DBN
Ukuran pupil 2 mm 2 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak langsung + +
Refleks akomodatif TDP TDP
Strabismus divergen - -
Diplopia - -
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 7
N.IV (Troklearis)
KANAN KIRI
Gerak mata ke medial DBN DBN
Strabismus konvergen - -
Diplopia + +
N.V (Trigeminus)
KANAN KIRI
Mengigit + +
Membuka mulut + +
Sensibilitas muka atas + +
Sensibilitas muka tengah + +
Sensibilitas muka bawah + +
Refleks kornea TDP TDP
Refleks bersin TDP TDP
Refleks masseter TDP TDP
Refleks zigomaticus - -
Trismus - -
N.VI (Abdusen)
KANAN KIRI
Gerak mata ke lateral + +
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 8
N.VII (Fasialis)
KANAN KIRI
Kerutan dahi + +
Kedipan mata + +
Lipatan naso labial + +
Sudut mulut + +
Mengerutkan dahi + +
Mengerutkan alis + +
Menutup mata + +
Meringis + +
Menggembungkan pipi + +
Bersiul +
Tik fasialis - -
Lakrimasi - -
Daya kecap lidah 2/3 depan TDP TDP
Refleks glabela -
Tanda Myerson - -
Tanda chovstek - -
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 9
N.VIII (Akustikus)
KANAN KIRI
Mendengar suara berbisik + +
Mendengar suara arloji + +
Tes rinne TDP TDP
Tes weber TDP TDP
Tes schwabach TDP TDP
N.IX (Glosofaringeus)
KANAN KIRI
Arkus faring DBN DBN
Daya kecap lidah 1/3 belakang TDP TDP
Refleks muntah TDP TDP
Sengau TDP TDP
Tersedak TDP TDP
N.X (Vagus)
KANAN KIRI
Arkus faring DBN DBN
Nadi + +
Bersuara +
Menelan +
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 10
N.XI (Aksesorius)
KANAN KIRI
Memalingkan kepala + +
Sikap bahu DBN DBN
Mengangkat bahu DBN DBN
N.XII (Hipoglosus)
KANAN KIRI
Sikap lidah DBN
Artikulasi jelas
Tremor lidah - -
Menjulurkan lidah DBN
Kekuatan lidah + +
Trofi otot lidah Eutrofi Eutrofi
Fasikulasi lidah -
Badan
Trofi otot punggung(eutrofi), Trofi otot dada(eutrofi)
Nyeri membungkukkan badan (-)
Palpasi dinding perut nyeri tekan (-)
Kolumna vertebralis: bentuk (normal), gerakan (DBN), nyeri tekan (-)
Refleks dinding perut: kanan (normal), kiri (normal)
Refleks kremaster(TDP), Alat kelamin(TDP)
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 11
Anggota Gerak Atas
INSPEKSI KANAN KIRI
Drop hand - -
Pitcher’s hand - -
Warna kulit Sawo matang Sawo matang
Claw hand - -
Kontraktur - -
PALPASI Tidak dijumpai kelainan
Lengan atas Lengan bawah Tangan
Gerakan Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas
Kekuatan 2 2 2 2 2 2
Tonus Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Termis DBN DBN DBN
Taktil DBN DBN DBN
Posisi Normal Normal Normal Normal Normal
Vibrasi TDP
Bicep Tricep Radius Ulna
Reflek fisiologis +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2
Perluasan reflek - - - - - - - -
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 12
Reflek patologis kanan (-) kiri ( -)
Tungkai atas Tungkai bawah Kaki
Gerakan Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas
Kekuatan 1 1 1 1 1 1
Tonus DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Taktil + + + + + +
Posisi + + + + + +
Vibrasi TDP
Patella Achiles
Reflek fisiologis +2 +2 +2 +2
Perluasan reflek - - - -
Reflek patologis - - - -
Refleks patologis KANAN KIRI
Babinsky - -
Chadock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaffner - -
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 13
Gonda - -
Bing - -
Rossolimo - -
Mendel - -
Bechtrew - -
Laseque - -
O’connel - -
Patrick - -
Kontrapatrick - -
Gaenslen - -
Brudzinki II - -
Guilan - -
Edelman - -
Kernig - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
Koordinasi, langkah, dan keseimbangan
Cara berjalan (TDP), Tes Romberg (-), Ataksia (TDP)
Disdiadokokinesis(-), Reboud Phenomen (TDP), Nistagmus ( -/-)
Dismetri: tes telunjuk hidung (-), tes hidung-telunjuk-hidung (-)
Tes telunjuk-telunjuk (-)
Gerakan abnormal: tremor(-), khorea(-), balismus (-), atetose(-)
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 14
Fungsi Vegetatif
Miksi: inkontinensia urin (-), retensi urin (-), anuria (-), poliuria (-)
Defekasi: inkontinensia alvi (-), retensi alvi (-), ereksi (TDP)
RESUME PEMERIKSAAN
- Keadaan umum : Tampak Lemas
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4 M6 V5
- Tanda vital : TD : 120/80 mmhg
HR : 82x/i
RR : 20x/i
T : 36,8 C
- Gerakan : Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
- Kekuatan motorik : 2 2
1 1
- Refleks fisiologis : +2+2 +2 +2
+2 +2 +2 +2
LAB Kimia Darah
Clorida (Cl) 113 mmol/L Normal : 90-105
Natrium (Na) 137 mmol/L Normal 130-145
Kalium (K) Menurun 1,3 mmol/L Normal 3,3-5,2
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 15
DIAGNOSA AKHIR
Diagnosis klinis : Tetraparalisis
Diagnosis topis : Membran Otot Rangka
Diagnosis etiologis :Periodik paralisis Hipokalemia,ec GEA dd thyrotoksik Periodik Paralisis,Trauma Medulla Spenalis
PENATALAKSANAAN
IVFD Ringer Laktat 16gtt/i
Kalxeti 10mg 1-0-0
Meloxicam 1x15mg
Omeprazole 1x1
Alprazolame 0,5mg 0-0-1
Metocloperamid LA (extra)
Domperidon 2x1
Drip KCL 1 Fls dalam 500cc RL dalam 6 jam,selanjutnya RL 20gtt/i
PROGNOSIS
Death : Dubia at bonam
Disease : Dubia at bonam
Disability : Dubia at bonam
Discomfort : Dubia at bonam
Dissatisfaction : Dubia at bonam
Destitution : Dubia at bonam
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Paralisis periodik (PP)
Paralisis periodik (PP) adalah sekelompok gangguan otot rangka dengan bermacam
etiologi, episodik, berlangsung sebentar, dan hiporefleks kelemahan otot rangka, dengan atau
tanpa myotonia tetapi tanpa defisit sensorik dan tanpa kehilangan kesadaran. Pasien
mengalami serangan kelemahan otot dengan durasi dan keparahan yang bervariasi. Serangan
dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa hari. Kelemahan dalam serangan
dapat general atau fokal. Dalam perjalanan penyakitnya dari penyakit otot ini, kekuatan
normal kembali setelah serangan, tetapi kemudian kelemahan otot signifikan yang menetap
sering berkembang. Pada awal perjalanan penyakit ini, kelumpuhan periodik primer atau
yang diturunkan (familial), kekuatan otot normal di antara serangan. Setelah bertahun-tahun
serangan ini, kelemahan interiktal terjadi dan mungkin progresif. Gangguan ini dapat diobati
dan kelemahan progresif dapat dicegah atau bahkan dapat sembuh.
2. PARALISIS PERIODIK HIPOKALEMI
A. Definisi Paralisis Periodik
Paralisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai kelemahan otot
akut karena hipokalemia yang terjadi secara episodik. Sebagian besar paralisis
periodik hipokalemik merupakan paralisis periodik hipokalemik primer atau familial.
Paralisis periodik hipokalemik sekunder bersifat sporadik dan biasanya berhubungan
dengan penyakit tertentu atau keracunan. Salah satu kelainan ginjal yang dapat
menyebabkan paralisis periodik hipokalemik sekunder adalah asidosis tubulus renalis
distal (ATRD) yang awitan pertama biasanya terjadi pada masa dewasa. Gejala klinis
yang karakteristik adalah kelemahan otot akut yang bersifat intermiten, gradual,
biasanya pada ekstremitas bawah, dapat unilateral atau bilateral, disertai nyeri di awal
serangan.
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 17
Periodik paralisis hipokalemia adalah kelainan yang ditandai dengan kadar
kalium (kalium) yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan, disertai
riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal. Pada hipokalemia
sedang kadar kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan hipokalemia berat kadar kalium
serumnya kurang dari 2,5 mEq/L.
B. Kalium
Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik
dalam tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai peranan
yang dominan dalam hal eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot
lurik.
Kalium mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utama
intrasel. Ion ini akan masuk ke dalam sel dengan cara transport aktif, yang
memerlukan energi. Fungsi kalium akan nampak jelas bila fungsi tersebut terutama
berhubungan dengan aktivitas otot jantung, otot lurik, dan ginjal. Eksitabilitas sel
sebanding dengan rasio kadar kalium di dalam dan di luar sel. Berarti bahwa setiap
perubahan dari rasio ini akan mempengaruhi fungsi dari sel – sel yaitu tidak
berfungsinya membrane sel yang tidak eksitabel, yang akan menyebabkan timbulnya
keluhan – keluhan dan gejala – gejala sehubungan dengan tidak seimbangnya kadar
kalium.
Kadar kalium normal intrasel adalah 135 – 150 mEq/L dan ekstrasel adalah
3,5 – 5,5 mEq/L. Perbedaan kadar yang sangat besar ini dapat bertahan, tergantung
pada metabolisme sel. Dengan demikian situasi di dalam sel adalah elektronegatif dan
terdapat membrane potensial istirahat kurang lebih sebesar -90 mvolt.
C. Etiologi
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 18
Hipokalemia dapat terjadi karena adanya, misalnya:
a. Setelah olah raga
Pada saat olah raga jaringan melepaskan kalium yang meningkatkan
konsentrasi lokal kalium. Hal ini menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah,
dimana hal tersebut akan menghalangi treshold sistemik dari kalium itu sendiri
akibat vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan
rhabdomiolisis.
b. Hiperinsulin
Insulin juga dapat mempengaruhi kelainan ini pada banyak penderita,
karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel. Pada saat serangan
akan terjadi pergerakan kalium dari cairan ekstra selular masuk ke dalam sel,
sehingga pada pemeriksaan kalium darah terjadi hipokalemia.
c. obat
Kalium bisa hilang lewat urin karena beberapa alasan. Yang paling sering
adalah akibat penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal
membuang natrium, air dan kalium dalam jumlah yang berlebihan. Obat-obatan
asma (albuterol, terbutalin dan teofilin), meningkatkan perpindahan kalium ke
dalam sel dan mengakibatkan hipokalemia. Tetapi pemakaian obat - obatan ini
jarang menjadi penyebab tunggal terjadinya hipokalemia.
d. sindroma Cushing
Pada sindroma Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar
hormon kostikosteroid termasuk aldosteron. Aldosteron adalah hormon yang
menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium dalam jumlah besar.
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 19
e. Asupan yang kurang
Hipokalemia jarang disebabkan oleh asupan yang kurang karena kalium
banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari. Asupan K+ normal adalah 40—120
mmol/hari. Umumnya ini berkurang pada pasien bedah yang sudah anoreksia dan
tidak sehat.
f. Kehilangan kalium
Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika konsentrasi
kalium darah terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi
secara normal atau terlalu banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan
(karena diare, muntah, menstruasi).
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 20
g. kelainan genetik otosomal dominan
Hipokalemia periodik paralisis (HypoPP) merupakan bentuk umum dari
kejadian periodik paralisis yang diturunkan. Dimana kelainan ini diturunkan
secara autosomal dominan. Dari kebanyakan kasus pada periodik paralisis
hipokalemi terjadi karena mutasi dari gen reseptor dihidropiridin pada kromosom
1q. Reseptor ini merupakan calcium channel yang bersama dengan reseptor
ryanodin berperan dalam proses coupling pada eksitasi-kontraksi otot. Fontaine
et.al telah berhasil memetakan mengenai lokus gen dari kelainan HypoPP ini
terletak tepatnya di kromosom 1q2131. Dimana gen ini mengkode subunit alfa
dari L-type calcium channel dari otot skeletal secara singkat di kode sebagai
CACNL1A3. Mutasi dari CACNL1A3 ini dapat disubsitusi oleh 3 jenis protein
arginin (Arg) yang berbeda, diantaranya Arg-528-His, Arg-1239-His, dan Arg-
1239-Gly. Pada Arg-528-His terjadi sekitar 50 % kasus pada periodik paralisis
hipokalemi familial dan kelainan ini kejadiannya lebih rendah pada wanita
dibanding pria.
Sinyal listrik pada otot skeletal, jantung, dan saraf merupakan suatu alat
untuk mentransmisikan suatu informasi secara cepat dan jarak yang jauh.
Kontraksi otot skeletal diinisiasi dengan pelepasan ion kalsium oleh retikulum
sarkoplasma, yang kemudian terjadi aksi potensial pada motor end-plate yang
dicetuskan oleh depolarisasi dari transverse tubule (T tubule). Ketepatan dan
kecepatan dari jalur sinyal ini tergantung aksi koordinasi beberapa kelas voltage-
sensitive kanal ion. Mutasi dari gen dari kanal ion tersebut akan menyebabkan
kelainan yang diturunkan pada manusia. Dan kelainannya disebut chanelopathies
yang cenderung menimbulkan gejala yang paroksismal : miotonia atau periodik
paralisis dari otot-oto skeletal. Defek pada kanal ion tersebut dapat menyebabkan
hipokalemia namun mekanismenya belum diketahui, defek ini dapat
meningkatkan eksitasi elektrik suatu sel, menurunkan kemampuan eksitasi,
bahkan dapat menyebabkan kehilangan kemampuan eksitasi. Dan kehilangan dari
eksitasi listrik pada otot skeletal merupakan kelainan dasar dari periodik paralisis.
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 21
D. Patofisiologi
Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang sering terjadi pada praktek
klinis yang didefinisikan dengan kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L, pada
hipokalemia sedang kadar kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan hipokalemia berat kadar
kalium serumnya kurang dari 2,5 mEq/L. Keadaan ini dapat dicetuskan melalui
berbagai mekanisme, termasuk asupan yang tidak adekuat, pengeluaran berlebihan
melalui ginjal atau gastrointestinal, obat-obatan, dan perpindahan transelular
(perpindahan kalium dari serum ke intraselular). Gejala hipokalemi ini terutama
terjadi kelainan di otot. Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan
dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia. Pada
konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih berat terutama
pada bagian proximal dari tungkai. Ketika serum kalium turun hingga dibawah dari
2,5 mEq/L maka dapat terjadi kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisis
dan miogobinuria. Peningkatan osmolaritas serum dapat menjadi suatu prediktor
terjadinya rhabdomiolisis. Selain itu suatu keadaan hipokalemia dapat mengganggu
kerja dari organ lain, terutama sekali jantung yang banyak sekali mengandung otot
dan berpengaruh terhadap perubahan kadar kalium serum. Perubahan kerja jantung
ini dapat kita deteksi dari pemeriksaan elektrokardiogram (EKG). Perubahan pada
EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L.
Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang T, timbulnya gelombang U dan ST
depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT interval.
Periodik paralisis hipokalemi (HypoPP) merupakan bentuk umum dari
kejadian periodik paralisis yang diturunkan, dimana kelainan ini diturunkan secara
autosomal dominan. Dari kebanyakan kasus pada periodik paralisis hipokalemi terjadi
karena mutasi dari gen reseptor dihidropiridin pada kromosom 1q. Reseptor ini
merupakan calcium channel yang bersama dengan reseptor ryanodin berperan dalam
proses coupling pada eksitasi-kontraksi otot. Fontaine et.al telah berhasil memetakan
mengenai lokus gen dari kelainan HypoPP ini terletak tepatnya di kromosom 1q2131.
Dimana gen ini mengkode subunit alfa dari L-type calcium channel dari otot skeletal
secara singkat di kode sebagai CACNL1A3. Mutasi dari CACNL1A3 ini dapat
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 22
disubsitusi oleh 3 jenis protein arginin (Arg) yang berbeda, diantaranya Arg-528-His,
Arg-1239-His, dan Arg-1239-Gly. Pada Arg-528-His terjadi sekitar 50 % kasus pada
periodik paralisis hipokalemi familial dan kelainan ini kejadiannya lebih rendah pada
wanita dibanding pria. Pada wanita yang memiliki kelainan pada Arg-528-His dan
Arg-1239-His sekitar setengah dan sepertiganya tidak menimbulkan gejala klinis.
Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan
kelemahan dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun
kognitif yang berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan
tidak ditemukan tanda-tanda miotonia dan tidak ada penyebab sekunder lain yang
menyebabkan hipokalemi. Gejala pada penyakit ini biasanya timbul pada usia
pubertas atau lebih, dengan serangan kelemahan yang episodik dari derajat ringan
atau berat yang menyebabkan quadriparesis dengan disertai penurunan kapasitas vital
dan hipoventilasi, gejala lain seperti fatigue dapat menjadi gejala awal yang timbul
sebelum serangan, namun hal ini tidak selalu diikuti dengan terjadinya serangan
kelemahan. Serangan sering terjadi saat malam hari atau saat bangun dari tidur dan
dicetuskan dengan asupan karbohidrat yang banyak serta riwayat melakukan aktivitas
berat sebelumnya yang tidak seperti biasanya. Serangan ini dapat terjadi hingga
beberapa jam sampai yang paling berat dapat terjadi beberapa hari dari kelumpuhan
tersebut
Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai biasanya
terjadi lebih dulu daripada lengan dan sering lebih berat kelemahannya dibanding
lengan, dan bagian proksimal dari ekstremitas lebih jelas terlihat kelemahannya
dibanding bagian distalnya. Terkecuali, kelemahan ini dapat juga terjadi sebaliknya
dimana kelemahan lebih dulu terjadi pada lengan yang kemudian diikuti kelemahan
pada kedua tungkai dimana terjadi pada pasien ini. Otot-otot lain yang jarang sekali
lumpuh diantaranya otot-otot dari mata, wajah, lidah, pharing, laring, diafragma, dan
spingter, namun pada kasus tertentu kelemahan ini dapat saja terjadi. Saat puncak dari
serangan kelemahan otot, refleks tendon menjadi menurun dan terus berkurang
menjadi hilang sama sekali dan reflek kutaneus masih tetap ada. Rasa sensoris masih
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 23
baik. Setelah serangan berakhir, kekuatan otot secara umum pulih biasanya dimulai
dari otot yang terakhir kali menjadi lemah. Miotonia tidak terjadi pada keadaan ini,
dan bila terjadi dan terlihat pada klinis atau pemeriksaan EMG menunjukkan
terjadinya miotonia maka diagnosis HypoPP kita dapat singkirkan.
Selain dari anamnesa, pemeriksaan penunjang lain seperti laboratorium darah
dalam hal ini fungsi ginjal, elektrolit darah dan urin, urinalisa urin 24 jam, kadar
hormonal seperti T4 dan TSH sangat membantu kita untuk menyingkirkan penyebab
sekunder dari hipokalemia. Keadaan lain atau penyakit yang dapat menyebabkan
hipokalemi diantaranya intake kalium yang kurang, intake karbohidrat yang
berlebihan, intoksikasi barium, kehilangan kalium karena diare, periodik paralisis
karena tirotoksikosis, renal tubular asidosis, dan hyperaldosteronism .
E. Gejala Klinis
Gejala biasanya muncul pada kadar kalium <2,5 mEq/L. Sebagai gejala klinis
dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan:
a. Mual dan muntah
b. Diare
c. Poliuria
d. Fatigue, dapat menjadi gejala awal yang timbul sebelum serangan namun hal ini
tidak selalu diikuti dengan terjadinya serangan kelemahan.
e. Nyeri otot/kram
f. kelemahan otot-otot skeletal
Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai
biasanya terjadi lebih dulu daripada lengan, dapat juga terjadi sebaliknya dimana
kelemahan lebih dulu terjadi pada lengan yang kemudian diikuti kelemahan pada
kedua tungkai. tidak ada gangguan dari sensoris ataupun kognitif yang
berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah.
g. jantung berdebar-debar.
F. Pemeriksaan fisik
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 24
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
a. Refleks tendon menurun
b. Kelemahan anggota gerak
c. Kekuatan otot menurun
d. Rasa sensoris masih baik
e. Aritmia jantung
G. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Kadar elektrolit serum dan urin
- Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan dengan
suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia.
- Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi
lebih berat terutama pada bagian proximal dari tungkai.
- Ketika serum kalium turun hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat
terjadi kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisis dan
miogobinuria.
2) Fungsi ginjal
3) Kadar glukosa darah
pengambilan glukosa darah ke dalam sel menyebabkan kalim
berpindah dari luar sel (darah) ke dalam sel-sel tubuh
4) pH darah
Dibutuhkan untuk menginterpretasikan K+ yang rendah.
- Alkalosis biasa menyertai hipokalemia dan menyebabkan pergeseran K+
ke dalam sel.
- Asidosis menyebabkan kehilangan K+ langsung dalam urin.
-
5) Hormon tiroid: T3,T4 dan TSH
Untuk menyingkirkan penyebab sekunder hipokalemia
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 25
b. EKG
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 26
normal
Mild hipokalemia
severe hipokalemia
c. EMG (Elektromiografi)
H. Penatalaksanaan
a. Koreksi hipokalemia
defisit (mEq) = 4.0 – [K+] × 100
o Rute
- Oral. KCL merupakan suplemen oral yang efektif. Dapat diberikan
sebagai liquid ( rasanya tidak enak) atau pil. Kalium yang terdapat pada
makanan kurang begitu efektif dibanding suplemen KCL oral.
- IV. Dapat secara cepat meningkatkan kadar kalium. Mudah diberikan.
Dapat mengiritasi vena. Perlu hati-hati dalam memberikannya.
o Dosis
- Oral. Perlu dibatasi hingga 40 mEq dalam 4-6 jam.
- IV.1 0 mEq per Jam dengan peripheral lines and 20 mEq per jam dengan
central lines.
b. Koreksi Magnesium
Hipokalemia tidak dapat dikoreksi apabila konsentrasi magnesium rendah,
sehingga perlu juga diperiksa kadar magnesium. Peran magnesium dalam fungsi
seluler adalah berperan dalam pertukaran ion kalsium, natrium dan kalium
transmembran pada fase depolarisasi dan repolarisasi, melalui aktivasi enzim Ca-
ATPase dan Na-ATPase.
Defisiensi Mg akan menurunkan konsentrasi kalium dalam sel dan
meningkatkan konsentrasi Na dan Ca dalam sel yang pada akhirnya mengurangi
ATP intraseluler, sehingga Mg dianggap sebagai stabilisator membrane sel.
Magnesium juga merupakan regulator dari berbagai kanal ion. Konsentrasi Mg
yang rendah intraseluler membuat kalium keluar sel sehingga mengganggu
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 27
konduksi dan metabolisme sel. Pada pasien dengan hipomagnesium, monitoring
untuk serum magnesium yang ingin dicapai adalah antara 2 – 4 mmol/liter.
BAB IV
KESIMPULAN
Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang sering terjadi pada praktek klinis yang
didefinisikan dengan kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L, pada hipokalemia sedang kadar
kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan hipokalemia berat kadar kalium serumnya kurang dari 2,5
mEq/L. Keadaan ini dapat dicetuskan melalui berbagai mekanisme, termasuk asupan yang tidak
adekuat, pengeluaran berlebihan melalui ginjal atau gastrointestinal, obat-obatan, dan
perpindahan transelular (perpindahan kalium dari serum ke intraselular). Gejala hipokalemi ini
terutama terjadi kelainan di otot. Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan
dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia. Pada
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 28
konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih berat terutama pada
bagian proximal dari tungkai.
Periodik paralisis hipokalemi (HypoPP) merupakan bentuk umum dari kejadian periodik
paralisis yang diturunkan, dimana kelainan ini diturunkan secara autosomal dominan. Dari
kebanyakan kasus pada periodik paralisis hipokalemi terjadi karena mutasi dari gen reseptor
dihidropiridin pada kromosom 1q. Reseptor ini merupakan calcium channel yang bersama
dengan reseptor ryanodin berperan dalam proses coupling pada eksitasi-kontraksi otot.
Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan kelemahan
dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun kognitif yang berhubungan
dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan tidak ditemukan tanda-tanda miotonia dan
tidak ada penyebab sekunder lain yang menyebabkan hipokalemi. Gejala pada penyakit ini
biasanya timbul pada usia pubertas atau lebih, dengan serangan kelemahan yang episodik dari
derajat ringan atau berat yang menyebabkan quadriparesis dengan disertai penurunan kapasitas
vital dan hipoventilasi, gejala lain seperti fatigue dapat menjadi gejala awal yang timbul sebelum
serangan, namun hal ini tidak selalu diikuti dengan terjadinya serangan kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arya, SN. Lecture Notes: Periodic Paralysis. Journal Indian Academy of Clinical Medicine. 2002. Vol 3 No 4.
2. Graves TD. Hanna MG. Neurological Channelopathies. Postgrad. Med. J 2005;81;20-32
3. Fialho, D & Michael GH. Periodic Paralysis. Chapter 4. 2007;77-105
4. Widjajanti, A & SM Agutini. Hipokalemik Periodik Paralisis. 2005; 19-22
5. Graber M. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik, ed.1. Farmedia. Jakarta.2002
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 29
6. Kawamura S, Ikeda Y, Tomita K, et.al. A Family of Hypokalemic Periodic Paralysis with CACNA1S Gene Mutation Showing Incomplete Penetrance in Women. InternalMedicine Vol.43, No.3 March 2004. p 21-8 – 222
7. Cannon SC. Myotonia and Periodic Paralysis: Disorders of Voltage-Gated Ion Channels in Neurological Theurapeutics Principles and Practice, vol.2 part 2. Mayo Foundation. United Kingdom. 2003; 225;2365-2377
8. Sternberg, D., Masionobe, T., Jurkat-Rott, K., et al., 2001, Hypokalaemic Periodic Paralysis type 2 caused by mutasions at codon 672 in the muscle sodium channel gene SCN4A. Barain. 124: 1091–9.
9. Sternberg, D., Tabt,i N., Haingue, B., Fontaine, B., 2004, Hypokalemic periodic Paralysis,. Gene Reviews. Funded by NIH University of Washington, Seattle 19 May, 1–22.
Lapkas Periodik Paralisi Hipokalemi Page 30