lapkas hernia
DESCRIPTION
Lapkas HerniaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Identitas
Nama : An. Y
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 2 tahun 2 bulan
Alamat : Kampung Guling Munding Cibanteng Sukaresmi
Cianjur
No Rekam Medik : 5803***
Dirawat : Kenanga, Kelas 3
MRS : 27-05-2013
2. Anamnesa
Alloanamnesa dengan Ibu pasien
Keluhan Utama : benjolan di kantung kemaluan
kanan
Riwayat Penyakit Sekarang : benjolan dikantung kemaluan kanan
sebesar bola kasti, sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit benjolan tidak
dapat dimasukan, benjolan timbul dari lipat paha kanan dan 3 bulan ini
turun ke kantung kemaluan kanan, nyeri (-) anak rewel, muntah (-),
demam (-). bak dan bab lancar, kentut (+),
Riwayat Penyakit Dahulu : awalnya benjolan timbul sejak 8
bulan yang lalu di lipat paha kanan, lama kelamaan benjolan semakin
membesar dan membuat kantung kemaluan membesar, nyeri (-) karena
anak sering memainkan benjolannya, benjolan masih dapat dimasukan
kembali.
1
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada yang menderita penyakit
yang sama
Riwayat Pengobatan : Belum diobati
Riwayat alergi : tidak ada alergi
Riwayat Imunisasi : menurut ibu Os. Imunisasi lengkap
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Gizi : BB = 12 kg
Tanda Vital :
Nadi : 100 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu : 37,4 oC
Kepala : Normochepal
Hidung : diameter pupil 2mm/2mm, reflex pupil +/+ isokor,
konjungtiva tidak anemis -/-, sclera tidak ikterik -/-.
Telinga : Normotia, tidak ada deformitas, secret -/-, darah -/-
Mulut : tidak pucat, tidak tampak adanya lesi
Hidung : Normotia, secret (-) bewarna jernih, darah -.
Leher : Pembesaran KGB -, Pembesaran tyroid -
Thorax :
Paru-paru :
Inspeksi : Normochest, pergerakan dada simetris,
tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : vocal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Auskultasi : vesicular (+/+), tidak ada suara tambahan,
ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung :
2
Bunyi jantung 1 dan 2 murni regular, murmur -, gallops -.
Abdomen :
Inspeksi : perut datar, tidak hiperemis, luka
bekas operasi - .
Palpasi : nyeri tekan (- ) di empat kuadran
abdomen ; tidak teraba pembesaran hepar,ginjal dan spleen
Perkusi : timpani di ke empat kuadran
abdomen
Auskultasi : bising usus +
EKSTREMITAS Atas dan Bawah : akral hangat, refill capillary < 2 detik,
edema (-/-), sianosis (-/-)
4. Status Lokalis
Regio a/r ingunal dextra
Inspeksi : tampak benjolan
di inguinal dextra dan scrotum,
tidak tampak hiperemis,
Palpasi : teraba benjolan
inguinal dextra, sebesar bola
kasti dengan diameter ±6cm,
nyeri tekan (-), benjolan tidak
dapat dimasukan kembali,
benjolan ditekan anak menangis, konsistensi kenyal, testis teraba,
kulit teraba hangat, kelenjar getah bening inguinal tidak membesar.
Auskulatasi : bising usus (+)
Pemeriksaan transiluminasi (-)
3
5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hasil Nilai Normal Satuan
Hemaglobin 12.9 13.5 – 17.5 g/dL
Hematokrit 48.4 37 – 47 %
Eritrosit 5.16 4.2 – 5.4 10^6/µL
Leukosit 16.9 4.8 – 10.8 10^3/µL
Trombosit 381 150 – 450 10^3/µL
MCV 74.4 80 – 94 fL
MCH 25.0 27 – 31 Pg
MCHC 33.6 33 – 37 %
RDW-SD 43.8 10 – 15 fL
PDW 10.5 9-14 fL
MPV 9.1 8 – 12 fL
Differential
LYM % 59.6 26 – 36 %
4
MXD % 0.6 0 – 11 %
NEU % 39.8 40 – 70 %
Absolut
LYM # 10.1 1.00 – 1.43 10^3/µL
MDX# 0.1 0 – 1.2 10^3/µL
NEU# 6.7 1.8 – 7.6 10^3/µL
6. Resume
An. Laki-laki, 2 tahun 2 Bulan, MRS dengan benjolan dikantung
kemaluan kanan sebesar bola kasti, sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit benjolan tidak dapat dimasukan, benjolan timbul dari lipat paha
kanan dan 3 bulan ini turun ke kantung kemaluan kanan. Pertama kali
benjolan timbul sejak 8 bulan sebelum masuk Rs di lipat paha kanan, lama
kelamaan benjolan semakin membesar dan membuat kantung kemaluan
membesar, nyeri (-) karena anak sering memainkan benjolannya, benjolan
dapat dimasukan kembali. Status generalis dalam batas normal.
Pemeriksaan tanda-tanda vital nadi 100 x/menit, pernafasan 30 x/menit,
Suhu 37,4 oc. Status lokalis Tampak benjolan di lipat paha dan scrotum
dextra , tidak tampak hiperemis, teraba benjolan inguinal dan scrotum
dextra, sebesar bola kasti dengan diameter ±6cm, benjolan tidak dapat
dimasukan kembali, konsistensi kenyal, testis teraba, kulit teraba hangat.
Auskulatasi bising usus (+), Pemeriksaan transiluminasi (-). Pemeriksaan
laboratorium Leukosit 16.900 µL
7. Diagnosis banding :
Hernia scrotalis dextra irreponible
Hernia inguinalis dextra irreponible
Hidrokel
5
Diagnosis kerja :
Hernia scrotalis dextra irreponible
8. Penatalaksanaan
Operatif : Herniotomi
9. Prognosis
Quad Vitam : Ad Bonam
Quad Functionam : Ad Bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HERNIA
2.1 Anatomi Dan Fisiologi
EMBRIOLOGI INGUINAL
Hernia mungkin dapat disebabkan oleh faktor kongenital, terutama pada
anak-anak. Untuk mengetahui etiologi hernia maka perlu memahami
embriologi, terutama bagian inguinal untuk menentukan penatalaksanaan yang
tepat. Ligamentum gubernakulum turun pada kedua sisi abdomen dari polus
inferior gonad ke permukaan internal labium-skrotal. Gubernakulum berjalan
melewati dinding abdominal pada area yang nantinya akan menjadi kanalis
inguinalis. Prosesus vaginalis adalah evaginasi divertikular peritoneum yang
membentuk bagian ventral berhadapan dengan gubernakulum secara bilateral
dan melewati dinding abdomen bersama gubernakulum. Pada laki-laki, testis
umumnya terletak di peritoneal, dan dengan prosesus vaginalis, struktur-
struktur ini turun ke skrotum ketika gubernakulum berkontraksi. Pada
perempuan, ovarium turun ke pelvis dan menuju aspek inferior gubernakulum,
menjadi ligamentum rotundum, yang melewati lingkaran interna dan menuju
labia major. Prosesus vaginalis umumnya menutup, sehingga menghilangkan
perpanjangan kavitas peritoneum melewati lingkaran interna. Pada laki-laki,
sisa-sisa prosesus vaginalis menempel pada testis sehingga disebut tunika
vaginalis; jika prosesus vaginalis masih tetap ada, maka dapat terjadi hidrokel
dan hernia indirek. Jika prosesus vaginalis masih terbuka pada wanita, maka
akan memanjang menuju labia mayora sehingga disebut canal of Nuck.
Insidensi tetap terbukanya prosesus vaginalis adalah sebanyak 60% pada usia
2 bulan dan 40% pada umur 2 tahun.
7
Proses Desensus testis
Struktur Dinding Anterior Abdomen
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal
di sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang
garis lipatan ini akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan
insisi yang menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan
parut yang menonjol
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae.
a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan
dengan lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan
mungkin sangat tebal.
b. Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di
bagian inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan
8
di sini bersatu dengan fascia profunda pada satu jari di bawah
ligamentum inguinale.
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus
externus abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis. Otot dinding anterior abdomen:
a. Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua
lapisan: superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus
externus. Bersama dengan aponeurosis otot obliqus internus dan
transversus abdominis, mereka membentuk sarung rektus dan
akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus eksternus menjadi batas
superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak
dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.
Ligamentum inguinale (Poupart) merupakan penebalan bagian
bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari
SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare
(Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale
dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal
dari daerah Sias.
b. Muskulus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di
profunda muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon
yang terbawah bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari
muskulus transversus abdominis membentuk conjoined tendon.
c. Muskulus transversus abdominis
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda
muskulus obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya
berjalan horizontal ke depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu
9
dengan serabut tendo yang sama dari muskulus obliquus internus
abdominis membentuk conjoined tendon.
4. Fascia transversalis merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi
muskulus transversus abdominis. Fascia transversalis digambarkan
oleh Cooper memiliki 2 lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi
menjadi dua bagian, satu terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian
dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot
transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke
linea semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang
ramus pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum
Cooper adalah titik fiksasi yang penting dalam metode perbaika
laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.
5. Lemak extraperitoneal Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang
mengandung lemak dalam jumlah yang bervariasi dan terletak diantara
fascia transversalis dan peritoneum parietale.
6. Peritoneum parietale Merupakan membrana serosa tipis (pelapis
dinding abdomen) dan melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum
parietale yang melapisi rongga pelvis.
Seperti pada gambar dibawah ini
10
Lapisan-lapisan dinding abdomen
Saraf-saraf dinding anterior abdomen:
Ramus anterior enam nervus thorakal bagian bawah. Berjalan di
dalam celah antara muskulus obliquus internus abdominis dan
muskulus transversus abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit
dinding anterior abdomen, otot-otot (termasuk muskulus rectus
abdominis dan muskulus pyramidalis), dan peritoneum parietale.
Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding anterior vagina
muskuli recti abdominis.
Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak
masuk ke vagina muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk
sebagai nervus iliohypogastricus yang menembus aponeurosis
muskulus obliquus externus abdominis di atas anulus inguinalis
superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari anulus ini.
11
Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas
ligamentum inguinale dan symphisis pubica
Arteriae dinding anterior abdomen:
Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal
arteri thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding
anterior abdomen dan beranastomosis dengan arteria epigastrika
inferior
Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa
tepat diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah
dinding abdomen anterior dan beranastomosis dengan arteria
epigastika superior.
Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca
externa tepat diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian
lateral bawah dinding abdomen.
Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang
aorta descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta
abdominalis. Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.
Vena dinding anterior abdomen:
Vena epigastrika superior
Vena epigastrika inferior mengalirkan darah ke
vena thoracica
Vena circumflexa ilium profunda interna dan vena iliaca
externa
Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos
Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior
12
CANALIS INGUINALIS
Terdapat beberapa struktur di dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis mengandung korda spermatika pada pria dan ligamentum
rotundum pada wanita. Kanal ini terletak secara oblik diantara lingkaran
inguinal dalam atau interna, yang berasal dari fasia transversalis, dan
lingkaran inguinal superfisial atau eksterna yang berasal dari aponeurosis
oblikus eksterna.
Gambar Isi Korda Spermatika
Korda spermatika berjalan lingkaran interna melewati kanalis
inguinalis dan keluar menuju lingkaran eksterna untuk bergabung
dengan testis di dalam skrotum. Korda spermatika mengandung
beberapa struktur termasuk fasia spermatika superfisial (berasal dari
fasia Scarpa dan fasia Camper), fasia spermatika eksterna (berasal dari
muskulus oblikus eksternus), lapisan muskulus kremaster sirkumferens
13
(bersala dari muskulus oblikus internus), dan arteri spermatika
eksterna atau arteri kremaster, fasia spermatika interna (berasal dari
fasia transversalis), vas deferens dan arteri vas deferens, arteri
spermatika interna atau arteri testikular yang berasal dari aorta, tepat di
sebelah inferior arteri renalis, pleksus vena pampiniforme yang berasal
dari vena testicular dan berjalan menuju vena kava di sebelah kanan
dan vena renalis di sebelah kiri, nervus ilioinguinal, dan cabang genital
dari nervus genitofemoralis, dan serat simpatis dari pleksus
hipogastrikus.
Gambar Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis dapat dibagi berdasarkan batasannya. Di
anterior kanalis inguinalis terikat oleh aponeurosis oblikus eksternus,
di superior oleh oblikus internus dan muskulus aponeurosis abdominis
transversus, dan di bagian inferior oleh ligament lakunar dan inguinal.
Dinding inferiormya dibentuk oleh fasia transversalis. Jika terjadi
defek pada dinding ini, maka perioteneum dan isi dari kavitas
abdomen dapat mengalami herniasi.
14
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-
struktur yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari
atau ke testis menuju abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan,
canalis inguinalis yang lebih kecil memungkinkan ligamentum teres
uteri berjalan dari uterus menuju ke labium majus.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior
abdomen pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat
lemah. Tata letak canalis inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-
serabut muskulus obliquus internus abdominis tepat di depan
anulus inguinalis profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined
tendon tepat di belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus),
serabut-serabut paling bawah muskulus obliquus internus
abdominis dan muskulus transversus abdominis yang
melengkung berkontraksi sehingga atap yang melengkung
menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin
menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar sehingga
sebenarnya canalis inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi
dan partus, secara alamiah orang cenderung dalam posisi
jongkok, articulatio coxae fleksi, dan permukaan anterior
tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding abdomen.
Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen
dilindungi oleh tungkai atas.
SEGITIGA HASSELBACH
Segitiga Hasselbach dibentuk oleh ligamen inguinal pada sisi
lateral, selubung rektus di bagian medial, dan pembuluh darah epigastrik
15
inferior pada sisi superior. Hernia direk terjadi jika ada penonjolan
terhadap dinding kanalis inguinalis pada segitiga Hasselbach (medial
sampai inferior pembuluh darah epigastrik). Sehingga, hernia direk adalah
penonjolan peritoneum melewati fasia transversalis (berdekatan dengan
korda spermatika). Kantung hernianya keluar kanal bersamaan dengan
korda spermatika melewati lingkaran externa menuju ke skrotum. Kantung
hernia indirek umumnya ditemukan pada aspek anteromedial korda
spermatika.
Gambar Segitiga Hasselbach.
KANALIS FEMORALIS
Kanalis femoralis terletak medial dari v. Femoralis di dalam lakuna
varosum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. Safena magna
bermuara di dalam v. Femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi
yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum
inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum
iliopektinaele (ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh v. Femoralis dan
disebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis
16
keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan hernia femoralis.
2.2. Definisi Hernia
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia merupakan
penonjolan rongga abdomen melalui defek atau bagian yang lemah dinding
abdomen.
Hernia adalah benjolan / organ (massa) dari rongga abdomen yang
melewati dinding abdomen / perut yang lemah (locus minoris resistensi) dan
diselimuti oleh peritoneum. Hernia terdiri dari tiga bagian cincing hernia,
kantong hernia dan isi hernia.
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.
Bedasarkan letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral,
insisional (sering) dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang),
dll.
Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi
kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan.
Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia
ireponibel disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda
sumbatan usus.
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang
ireponibel, maka disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut
mengakibatkan gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.
Berikut adalah klasifikasi dari hernia :
1. Menurut Waktu
A. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya
testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga
17
terjadi penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi
penonjolan (prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir
akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapa masuk
melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis
inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus
(tidak mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia
inguinalis lateralis kongenital.
B. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui kantong dan isi hernia
Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen
yang kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi,
ascites) yang akan mendorong isi hernia ke annulus inguinalis
internus
Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau
kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah
appendiktomi
2. Menurut lokasi/letaknya
A. Hernia inguinalis
B. Hernia femoralis
C. Hernia umbilikalis
3. Menurut sifatnya
A. Hernia reponible: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat
berdiri atau mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong
masuk perut.
B. Hernia ireponible: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali
ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi
kantong kepada peritoneum kantong hernia.
18
C. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi.
D. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan
pasasse.
2.4. Patomekanisme Hernia
Kanalis inguinalis di batasi kraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari facia transversalis dan aponeurosis otot
transversus abdominis. Di medial bawah di batasi oleh annulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari apneurosis otot oblikus eksternus abdominis.
Atapnya ialah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dan di dasarnya
didapat ligamentum inguinale. Kanalis inguinalis berisi funikulus
spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia ingunalis lateralis karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke
dalam kanalis ingunalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
scrotum sehingga di sebut hernia scrotalis.
2.5. Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan
menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,
19
afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.
2.6. Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau
mengedan, dan menghilang saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai
turun berok, burut atau kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru muncul
kalau terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat
dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan
keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi
berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat.
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya,
dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi,
waktu jari masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau
ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika
bagian sisi jari yang menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong
hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain
sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi
organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan
pemeriksaan klinis yang teliti.
Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :
20
1. Hernia inguinalis medialis (direk)
Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui
trigonum hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar
melalui kanlis inguinalis dan tidak ke scrotum.
Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian
tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya
bilateral. Hernia inguinalis medialis memiliki leher yang lebar,
sulit direposisi dengan penekanan jari tangan. Jarang bahkan
hampir tidak pernah terjadi inkarserata dan strangulata (hanya
0.3% mengalami komplikasi). Lebih sering pada pria usia tua.
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,
secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke
skrotum.
2. Hernia inguinalis lateralis
Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu
yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia
medialis yang langsung menonjol di trigonum hasselbach.
Tonjolan pada tipe lateralis biasanya lonjong, sementara tipe
medialis biasanya bulat. Hernia indirek ini bisa dimasukkan
dengan tekanan jari di sekitar annulus eksternus (bila tidak ada
inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit. Banyak terjadi
pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.
Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus
sehingga seringkali turun ke dalam skrotum.
Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan
testis.
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri
dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu
21
diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan
atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat.
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia
dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus, pasien
diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia
inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti
hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung
tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba
usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.
Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik,
gejala klinis maupun pemeriksaan khusus. Bila benjolan tidak tampak,
pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan
berdiri. Bila hernia maka akan tampak benjolan, atau pasien diminta
berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan
intraabdominal.
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
22
2.6. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Untuk mendukung kearah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinin yang tinggi akibat muntah-muntah
dan menjadi dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis. Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu
yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran
ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah
suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of
hernia en masse:
Retropubic
23
Intra abdominal
Pre peritoneal
Pre peritoneal locule
2.7. Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang
isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke arah
cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi
reposisi.
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas
lebih jarang dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang
lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi
ini berhasil, anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil,
operasi segera.
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur
hidup. Ini tidak dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah
yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.
Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi maka
factor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus dicari dan
diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan
defek yang ada direkonstruksi.
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri
dari herniotomi dan hernioplasti.
24
Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan
pertemuan antara m. oblikus internus abdominis dan m. transverses internus
abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum inguinale poupart menurut
Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m. transverses abdominis, m.
oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper menurut McVay.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode
penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang
menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.
Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama
dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai
apakah vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan
anastomosis.
2.1.
2.2.
25
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8. Jenis Hernia
1) Hernia umbilikalis
Hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tetutup peritoneum
dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan tidak adanya fasia
umbilikalis. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini
lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Hernia umbilikalis merupakan
penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilikus, paling sering berisi omentum, bisa juga terisi usus
halus atau usus besar akibat peningkatan tekanan intraabdomen,
biasanya ketika bayi menangis.
Bila cincin hernia kurang dari 2 bulan diameternya, umumnya
regresi spontan akan terjadi sebelum bayi berumur enam bulan, kadang
cincin baru menutup ketika umur 1 tahun. Pada cincin hernia yang
lebih besar dari 2cm, jarange terjadi regresi spontan dan sukar
diperoleh penutupan dengan tindakan konservatif. Pada dewasa terapi
hernia umbilikalis hanya dengan pembedahan, caranya defek ditutup
dengan mesh, dapat melalui operasi terbuka maupun operasi
laparoskopi yang memberikan nyeri minimal dan pemulihan yang
cepat pasca operasi dibandingkan dengan operasi terbuka
2) Hernia paraumbilikalis
Hernia yang melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial
umbilikuus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan
jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan tindakan operasi untuk
koreksi.
3) Hernia epigastrika
Disebut juga hernia linca alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di linea alba antara umbilikus dan prosesus xiphoideus. Isi
26
hernia terdiri atas penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau
tanpa kantong peritoneum. Pasien sering mengeluh perut kurang enak,
mual, muntah mirip keluhan pada kelainan kandung empedu, tukak
peptikum,pankreatitis atau hernia hiatus esofagus. Pada pemeriksaan
abdomen teraba massa tidak nyeri bila ditekan. USG abdomen atau
CT-scan abdomen perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis
terutama pada pasien gemuk. Terapi bedah berupa reposisi isi hernia
dan penutupan defek di linea alba.
4) Hernia ventralis
Nama umum dari hernia insisional dan hernia sikatriks. Yang
merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang
baru maupun lama. Sekitar 10% luka operasi menimbulkan hernia
insisional. Faktor predisposisi hernia sikatriks adalah infeksi luka
operasi, dehisensi luka, teknik penutupan luka operasi yang kurang
baik, jenis insisi, obesitas, distensi usus pasca bedah atau batuk.
Penatalaksanaan berupa pengelolaan konsevatif menggunakan alat
penyangga atau korset khusus yang dapat digunakan sementara. Terapi
operatif berupa herniotomi dan hernioplasti.
5) Hernia lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah
trigonum masing-masing trigonum kosto-limbalis superior berbentuk
segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum
ilioluumbalis berbentuk segitiga. Hernia di kedua trigonum ini jarang
dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di
pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII. Tatalaksanan dengan
herniotomi dan hernioplasti.
6) Hernia littre
Jarang dijumpai. Hernia yang berisi divertikulum meckel, dianggap
sebagai hernia sebagian dinding usus halus. Penatalaksanannya
disamping herniotomi dan hernioplasti, juga dilakukan dengan eksisi
divertikulum meckel.
7) Hernia spiegheli
27
Hernia spigelian melalui ligamen spigelian.yang terdiri dari lapisan
aponeurotic antara otot rektus media dan semilunaris lateral. Hampir
semua hernia spigelian terjadi dibawah garis arkuata.Kebanyakan
hernia spigelian kecil (diameter 1-2 cm). Pasien sering datang dengan
nyeri lokal di area tanpa tonjolan karena hernia terletak dibawah
aponeurosis m.oblikus. USG dan CT-Scan abdomen berguna untuk
menetapkan diagnosis.
8) Hernia obturatoria
Kanal obturatorium dibentuk oleh tulang kemaluan dan ischium.
Kanal ini ditutupi oleh membran di tusuk oleh n. Obturatorius
melemahnya membran ini dapat mengakibatkan pembesaran kanal dan
pembentukan kantung hernia.Pasien datang dengan adanya kompressi
saraf obturatorius yang menyebabkan nyeri pada aspek medial
paha(tanda howship- romberg). Hampir setengah hernia obturatorius
datang dengan obstruksi usus lengkap atau parsial.
9) Hernia perinealis
Tonjolan hernia pada perineum melalui otot dan fasia, lewat defek
dasar panggul. Hernia keluar melalui dasar panggul yanng terdiri atas
otot levator anus dan otot sakrokoksigeus. Gejala klinis berupa
benjolan di perineum yang dapat dimasukan kembali, dapat meuncul
dengan gejala nyeri, disuria disertai gejala obstruksi usus. Tatalaksana
operatif dianjurkan melakukan pendekatan transabdominal dengan
melakukan perbaikan fasia dan otot perineal secara adekuat.
10) Hernia pantalon
Kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada 2 sisi.
Tatalaksana dengan herniotomi dan hernioplasti dengan mesh.
28
BAB III
ANALISA
1.
2.
3.
3.1. Dasar diagnose
Hernia inguinalis lateralis tipe ini disebut juga indirek karena keluar
melalui dua pintu yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia
medialis yang langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe
lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat. Hernia
indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar annulus eksternus
(bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit. Banyak
terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.
Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga seringkali
turun ke dalam skrotum. Turunnya hernia ke scrotum di sebut hernia
scrotalis. Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis
peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis.
3.2. Alasan rencana penatalksanaan
Rencana penatalaksanaan yaitu dengan herniotomi, karena untuk
menjegah komplikasi, menjadi hernia yang mengganggu passase dan
vaskularisasi. Sehingga diperlukan tindakan operatif dengan tujuan
membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
29
3.3. Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini
dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini
tidak ada gejala klinis.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat
terjadi parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit,
kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah
sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia
akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa
terjadi perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.
30
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat
gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh
nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang peroitoneal.
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses
local. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan
butuh penanganan segera.
31
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill.
Norton, Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer.
Zinner, Michael J, seymour I. Schwartz dan harold ellis. 1997. Abdominal
Operations.
32