lapkas onkologi kl

24
BAB 1 PENDAHULUAN I. LatarBelakang Kelenjar tiroid berfungsi mengatur proses oksidasi, pengeluaran karbondioksida, pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental, kelenjar ini juga mensekresi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang berasal dari yodium yang masuk ke dalam tubuh dari makanan dan air minum. Mengingat yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan hormon tiroid, maka harus selalu tersedia yodium yang cukup dan berkesinambungan. Yodium dalam makanan berasal dari makanan laut, susu, daging, telur, air minum, garam yang beryodium dan sebagainya. 1,3 Struma merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan yodium sebagai unsur utama dalam pembentukan hormon T3 dan T4 sehingga untuk mengimbangi kekurangan tersebut, kelenjar tiroid bekerja lebih aktif dan menimbulkan pembesaran yang mudah terlihat di kelenjar tiroid dan struma nodular serta berdasarkan klinis dibedakan atas struma toksik dan struma non toksik. Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. 2 1

Upload: chrisilia-meylita

Post on 21-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Onkologi Kl

BAB 1

PENDAHULUAN

I. LatarBelakang

Kelenjar tiroid berfungsi mengatur proses oksidasi, pengeluaran karbondioksida,

pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental, kelenjar ini juga mensekresi

hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang berasal dari yodium yang masuk ke

dalam tubuh dari makanan dan air minum. Mengingat yodium merupakan unsur pokok

dalam pembentukan hormon tiroid, maka harus selalu tersedia yodium yang cukup dan

berkesinambungan. Yodium dalam makanan berasal dari makanan laut, susu, daging,

telur, air minum, garam yang beryodium dan sebagainya. 1,3

Struma merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan yodium sebagai

unsur utama dalam pembentukan hormon T3 dan T4 sehingga untuk mengimbangi

kekurangan tersebut, kelenjar tiroid bekerja lebih aktif dan menimbulkan pembesaran

yang mudah terlihat di kelenjar tiroid dan struma nodular serta berdasarkan klinis

dibedakan atas struma toksik dan struma non toksik. Struma disebut juga goiter adalah

suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan

glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan

morfologinya. 2

Struma dapat diklasifikasikan berdasarkan eutirodisme, hipotiroidisme, dan

hipertiroidisme. Berdasarkan morfologi dibedakan atas struma hyperplastica diffusa dan

struma colloides diffusa. Struma dapat mempengaruhi letak organ-organ di sekitarnya.Di

bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat

mengarah kedalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga

terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan

pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka

akan member bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan

bernapas dan disfagia.1,2,3

Berdasarkan hasil Depkes RI tahun 2003 program pencegahan dan penanggulangan

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia PR struma difusa non

toksik (gondok) pada anak sekolah dasar di Indonesia sebesar 11,1%. Berdasarkan data

1

Page 2: Lapkas Onkologi Kl

Depkes tahun 2005, dari 56.890 kasus penyakit metabolik dan lainnya yang dirawat inap

di rumah sakit seluruh Indonesia sebanyak 913 kasus (1,6%) tirotoksikosis dengan CFR

(case fatality rate) 7,3% dan 4.065 kasus (7,14%) struma lainnya dengan CFR 3,6%. 1,2

Anatomi

Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini memiliki dua

bagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-masing berbetuk lonjong

berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20 gram.

Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme dan bertanggungjawab atas

normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi hormone tiroksin (T4) dan

triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon tersebut kedalam aliran darah.Terdapat 4

atom yodium di setiap molekul T4 dan 3 atom yodium pada setiap molekul T3. Hormon

tersebut dikendalikan oleh kadar hormone perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating

hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Yodium adalah bahan

dasar pembentukan hormon T3 dan T4 yang diperoleh dari makanan dan minuman

yang mengandung yodium. Gambaran anatomi tiroid dapat dilihat di bawah ini: 1,2,4,10

Gambar 1. Gambar Anatomi Kelenjar Tiroid

II. Fisiologi Kelenjar Tiroid

Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan

metabolisme energi. Fungsi utama kelenjar tyroid adalah memproduksi hormon

tiroxin yang berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Selain itu hormon tiroid

2

Page 3: Lapkas Onkologi Kl

mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur

kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam

ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap

glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal

sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan

kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.1,10

Regulasi sekresi hormone tyroid di pengaruhi oleh system kerja balik antara

kelenjar hipofisis atau pituitary lobus anterior dan kelenjar tyroid.Lobus anterior

hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis

dan sekresi hormone tyroid, meningkatkan ukuran kelenjar tyroid.1

III. Patogenesis Struma

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuh kan untuk pembentukan

hormone tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam

sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjat tyroid. Dalam kelenjar,

iodium dioksidasi menjadi bentuk aktif yang distimulasi oleh TSH kemudian

disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.Senyawa yang

terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul

yoditironin (T3).Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpanbalik negative dari

sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropin hypofisis, sedang tyrodotironin (T3)

merupakan metabolic tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi

sintesis, pelepasandan metabolism tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4)

dan melalui rangsangan umpanbalik negative meningkatkan pelepasan TSH oleh

kelenjar hypofisis. Keadaan ini yang menyebab kan pembesaran kelenjar tyroid.8,10

Gambar.Mekanismeumpan balik12

3

Page 4: Lapkas Onkologi Kl

Struma juga dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang

menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia

(goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit

Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan

penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide,

sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma non

toksik (struma endemik).4

IV. Klasifikasi Struma

a. Berdasarkan Fisiologisnya

Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Eutiroidisme

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang

disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan

kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau

struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada

leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.1

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kelainan structural atau fungsional kelenjar tiroid

sehingga sintesis dari hormone tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari

kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.

Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi

atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ ablasi radioisotope

atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredardalam sirkulasi.

Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitive terhadap udara

dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar,

rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan

kemampuan bicara. Gambar penderita hipotiroidisme dapat terlihat di bawah

ini: 1,2

4

Page 5: Lapkas Onkologi Kl

Gambar Hipotiroidisme

Hipertiroidisme

Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan

sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid

yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibody

dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi

hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala

hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat

berlebihan, kelelahan, lebih suka udara dingin, sesak napas.Selain itu juga terdapat

gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot

(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan trofi otot. Gambar

penderita hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini: 1,4,13

Gambar Hipertiroidisme

5

Page 6: Lapkas Onkologi Kl

Berdasarkan Klinisnya

Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai

berikut :

a.Struma Toksik

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan

struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan

bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain.

Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan

benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler

toksik).5

Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena

jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.

Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmicgoiter),

bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme

lainnya. 1,13

Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap

selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam

sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid

hiperaktif.4

Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan

pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai

hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan

mencegah pembentuknya. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan

mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya

rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan

menelan, koma dan dapat meninggal.4,8

b. Struma Non Toksik

Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi

struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik

disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple

goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air

minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat

sintesa hormon oleh zat kimia.1

6

Page 7: Lapkas Onkologi Kl

Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka

pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda

hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya

tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular

pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada

hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan

kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya

gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas),

biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul. 2,9

Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya

endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan

seimbang maka yodium yang masuk kedalam tubuh hamper sama dengan yang

diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI

adalah endemik ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemic sedang 20

% - 29 % dan endemic berat di atas 30 %.9

VI. Determinan Struma

a. Host

Kasus struma lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki namun

dengan bertambah beratnya endemik, perbedaan seks tersebut hampir tidak ada. Struma

dapat menyerang penderita pada segala umur namun umur yang semakin tua akan

meningkatkan resiko penyakit lebih besar. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh

dan imunitas seseorang yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.2,4

b. Agent

Agent adalah faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang

terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau kekurangan. Agent kimia penyebab struma

adalah goitrogen yaitu suatu zat kimia yang dapat menggangu hormogenesis tiroid.

Goitrogen menyebabkan membesarnya kelenjar tiroid seperti yang terdapat dalam

kandungan kol, lobak, padi-padian, singkong dan goitrin dalam rumput liar. Goitrogen

juga terdapat dalam obat-obatan seperti propylthiouraci, lithium, phenylbutazone,

aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium secara berlebih.4

Penggunaan terapi radiasi juga merupakan faktor penyebab struma yang

merupakan salah satu agen kimia karsinoma tiroid. Banyak terjadi pada kasus anak-

anak yang sebelumnya mendapatkan radiasi pada leher dan terapi yodium radioaktif

7

Page 8: Lapkas Onkologi Kl

pada tirotoksikosis berat serta operasi di tempat lain di mana sebelumnya tidak

diketahui. 5,6

c. Environment

Struma endemik sering terdapat di daerah-daerah yang air minumya kurang sekali

mengandung yodium. Daerah-daerah dimana banyak terdapat struma endemik adalah di

Eropa, pegunungan Alpen, pegunungan Andes, Himalaya di mana iodinasi profilaksis

tidak menjangkau masyarakat. Di Indonesia banyak terdapat di daerah Minangkabau,

Dairi, Jawa, Bali dan Sulawesi.2

V. Diagnosis

a. Inspeksi

Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada

pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika

terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu

lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat

pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.3

b. Palpasi

Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher

dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan

menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.3

c. Tes Fungsi Hormon

Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes

fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin

dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum

mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH

plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.7,10

Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid.

Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah

normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat

digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes

ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar

tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.7,10

d. Foto Rontgen leher

8

Page 9: Lapkas Onkologi Kl

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau

menyumbat trakea (jalan nafas). 11

e. Ultrasonografi (USG)

Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak

di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya

kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-

kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan

kemungkinan karsinoma.5,11

f. Sidikan (Scan) Tiroid

Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama

technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah

jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa

menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi

dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian tiroid.11

g. Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi

jarum halus bisa dilakukan dengan aspirasi dimana jarum dihubungkan dengan

silinder suntik 20ml yang diletakkan pada alat comeco-siringe. Biopsi aspirasi

jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel

ganas.Biopsi jarum halus adalah pemeriksaan yang invasif minimal, aman,

sederhana, dan mudah dikerjakan, relieble,efektif,dan murah. Memiliki akurasi

diagnostik tinggi, dan dianjurkan merupakan pemeriksaan penunjang pertama pada

diagnose tonjolan ultrasonografi atau sidikan tiroid. 6,7,9,11

Penatalaksanaan Medis

Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma yaitu :

a. Operasi/Pembedahan

Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering

dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien

hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak

dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang

dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.

9

Page 10: Lapkas Onkologi Kl

Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik

atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan

makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan

kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.1

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum

pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar

3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa

mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan

pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah

tindakan pembedahan.1,5

b. Yodium Radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar

tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi

maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %.

Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil

penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko

kanker, leukimia, atau kelainan genetik. Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk

kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,obat ini ini biasanya

diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.11

c. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini

bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu

untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga

diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi

pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini

adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.11

BAB II

10

Page 11: Lapkas Onkologi Kl

LAPORAN KASUS

Identitas PenderitaNama : Ny. NDUmur : 42 TahunJenis Kelamin : PerempuanSuku/Bangsa :Minahasa/IndonesiaAlamat : Buha banua asri politeknikAgama : IslamPekerjaan : Ibu rumah tanggaCM : 20. 39.36MRS : 29 November 2012

AnamnesisKeluhan benjolan di leher kanan. Benjolan dileher dialami penderita ± 2 tahun SMRS,

awalnya benjolan kecil seukuran bola pingpong yang lama kelamaan semakin membesar, tidak disertai nyeri. Riwayat gampang berkeringat , peningkatan napsu makan, berat badan turun, jantung berdebar-debar disangkal penderita

Status lokalis regio colli dextra tampak benjolan ukuran 8x8 cm, konsistensi kenyal, mobile (+).

Riwayat penyakit dahulu jantung, darah tinggi, asam urat, ginjal, paru-paru dan penyakit gula disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit keluarga, hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

PemeriksaanFisik- Status generalis

Keadaanumum : baikKesadaran : compos mentisTekanandarah : 120/80 mmHgNadi : 72 x/mRespirasi : 20 x/mSuhuBadan : 36,5 ºCKepala : - inspeksi : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-) ,

eksoftalmus (-) - palpasi : T.A.K

Leher : - Inspeksi : Regio colli anterior dextra : tampak masa ukuran 8x8 cm, warna sama dengan sekitar, konsistensi kenyal, mobile (+), nyeri tekan (-) - Palpasi : pembesaran KGB (-)

Thorax : - inspeksi : pergerakan nafas sismetris - auskultasi : SP rhonkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-) - Palpasi : SF kanan = kiri - perkusi : sonor kanan = kiri

11

Page 12: Lapkas Onkologi Kl

Abdomen : - inspeksi : datar, lemas - auskultasi : bising usus (+) normal - Palpasi : lemas, nyeri tekan (-) - perkusi : tymphani, pekak hepar (+)

Ekstremitas : akralhangatGenitalia : perempuan, tidakadakelainan

Lab saat MRS : - Leuko : 8500 - Eri : 4,82 - Hb : 13,5 - Hct : 40,1 - Trom : 277 - GDS : 92 - Cr : 0,7 - Ur : 19 - Alb : 4,1 - SGOT : 14 - SGPT : 14 - Na : 147 - K : 3,67 - Cl : 101,8 - TSHs : 1,504 - T3 : 0,76 - T4 : 6,40 - BT : 2’ - CT : 7’Hasil FNAB :tyroid cyst

Diagnosa kerja : Struma uninodosa non toksik

Tindakan : Pro isthmolobektomi dextra

Laporan operasi :

12

Page 13: Lapkas Onkologi Kl

Waktu operasi : 11 Desember 2012Jenis operasi : IsthmolobektomiJam mulai operasi : 10.00 a.m WITAJam selesai operasi : 11.30 a.m WITALama operasi : 1 jam 30 menit

Jalannya operasi :1. Pasien terlentang dengan general anastesi2. Diperdalam sampai m.plastisma3. Dibuat flap keatas dan bawah, flap ditegel4. Identifikasi midline dari m.pretekalis5. Identifikasi N.Laringeus recurent6. Identifikasi A.tiroidea inferior dan superior. Diligasi7. Jaringan tiroid dibebaskan dari trakea8. Kontrol perdarahan,pasang drain9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis10. Operasi selesai

Intruksi post operasi : IVFD RL : DS % = 2 : 2 = 2000cc/24 jamCeftriaxone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% 3 x 1 amp , drip dalam D5 100cc/8 jam Ranitidin 2 x 1 amp ivObservasi vital sign & produksi drainCek Hb post OP, transfusi bila Hb , 10 gr/dl

Follow Up12 Desember 2012S : Suara serak (-), parau (-)O : Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 92x, R : 28x, S: 36,60CRegio colli : luka terawat, drain produksi ±200/24 jam, sorose hemoragikA : Post Isthmolobektomi hari I P : IVFD RL : DS = 2 : 2 = 28 gtt/mntCeftriaxone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% 3 x 1 amp Ranitidin 2 x 1 amp ivDiet lunak

13 Desember 2012S : batukO : Vital sign dalam batas normalRegio colli : luka terawat, drain produksi minimalA : Post Isthmolobektomi hari II

13

Page 14: Lapkas Onkologi Kl

P : Rawat lukaAmbroksol syr 3 x C ICeftriaxone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% 3 x 1 amp (drips)Ranitidin 2 x 1 amp ivMobilisasi

14 Desember 2012S : batukO : Vital sign dalam batas normalRegio colli : luka terawat, drain produksi minimalA : Post Isthmolobektomi hari IIIP : Rawat lukaAmbroksol syr 3 x C ICeftriaxone 2 x 1 gr ivKetorolac 3% 3 x 1 amp (drips)Ranitidin 2 x 1 amp iv

BAB III

14

Page 15: Lapkas Onkologi Kl

PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.Dari anamnesis didapatkan keluhan benjolan di leher kanan.Benjolan

dileher dialami penderita ± 2 tahun SMRS, awalnya benjolan kecil seukuran bola pingpong

yang lama kelamaan semakin membesar, tidak disertai nyeri, hal ini menandakan tidak

adanya gejala klinis hipertiroid. Riwayat gampang berkeringat , peningkatan napsu makan,

berat badan turun, jantung berdebar-debar disangkal penderita.1,3

Riwayat penyakit dahulu jantung, darah tinggi, asam urat, ginjal, paru-paru dan

penyakit gula disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit keluarga, hanya penderita yang

sakit seperti ini dalam keluarga.3

Pada pemeriksaan fisik, vital sign masih dalam batas normal. Didapatkan status lokalis

regio colli dextra tampak benjolan ukuran 8x8 cm, konsistensi kenyal, mobile (+).Hal ini

sesuai dengan kepustakaan dimana pada pemeriksaan fisik ditemukan pada inspeksi terdapat

pembengkakan atau nodul, dengan jumlah nodul tampak hanya satu (soliter). Kelenjar getah

bening sekitar tidak membesar. Dari tes fungsi hormone kadar TSH, T3 (triyodotirioin), T4

(tiroksin) dalam batas normal pada saat MRS.1,3

Untuk membedakan apakah tonjolan tiroid tersebut jinak atau ganas diperlukan

pemeriksaan penunjang yang memiliki akurasi diagnostik yang tinggi. Sehingga penilaian

fisik dilakukan FNAB dengan hasil tyroid cyst. Dengan demikian pada kasus ini didiagnosa

dengan struma uninodusa non toksik.3,6

Pada penatalaksanaan kasus ini direncanakan akan dilakukan ismolobektomi, yaitu

pengangkatan satu sisi lobus tiroid. Indikasi dari pembedahan ini adalah selain masalah

kosmetik, juga menghindari penekanan pada esophagus (disfagia) ataupun pada trakea

(gangguan bernafas) yang dapat disebabkan oleh semakin besarnya benjolan tersebut jika

tidak segera diangkat.6,9

Prognosis pada kasus ini dubia et bonam. Berdasarkan kepustakaan struma uni nodusa

non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid dengan jumlah nodul hanya satu pada penderita

eutiroid. Tidak berhubungan dengan suatu keganasan atau neoplasma. Sehingga tidak ada

kontraindikasi untuk dilakukan pembedahan.4

15

Page 16: Lapkas Onkologi Kl

DAFTAR PUSTAKA

1. Moeljanto Dj. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta:Interna Publishing

2. Schteingert David. 2005. Gangguan Kelenjar Tiroid. Patofisiologi. EdisiIV. Volume

2. Jakarta:ECG

3. Thyroid Federation International, Merck Serono. 2011. The Formation of a goiter:

What Everyone should Know Abaout Enlarge Thyroid. ITAW

4. Devita TV, Lawrence TS, Rosenberg SA. 2008. Cancer Principles and Practices of

Oncology. 8th Edition. Vol 2. Philadelphia : Lippincott williaws and wilkins

5. Coliibeseanu TD, Haerdden JA,dkk. 2009. Primary Intrathoracic Goiter. WJOES

Minnesota.

6. Reksoprawiro Sunarto. 2010. 1998. Akurasi Diagnostik dan Peran Biopsi Jarum

Halus pada Tonjolan Tunggal Tiroid. Folia Medica Indonesiana

7. Casciato AD, Lowitz BB. 2000 . Manual of Clinical Oncology. 4th Edition.

Philadelphia : Lippincott williaws and wilkins

8. Resheed H, Elahi S, Syed Z,dkk. 2009. Trend of Thyroid Dysfuntion Associated with

Visible Goiter. Department of Chemistry UET. Lahore

9. Frilling A, Liu C, Weber F. 2004. Benign Multinodular Goiter. Department of

General Surgery and Transplantation. University Hospital Essen. Germany.

10. Scanlon M, Toft A. 2000. Regulation of Thyrotropin Secretion. 8th Edition.

Lippincoth William & Wilkins. Philadelphia.

11. Hermus AD, Heymans DA. 2000. Clinical Manifestation and Treatment Diffuse and

Nodular Goiter. 8th Edition. Lippincoth William & Wilkins. Philadelphia.

12. Britt LD. Acute Care Surgery Principles and Practice. Spinger. Newyork

13. Mcardle Cs, Endocrine Tumours. Surgical Oncology. Butterworths. England.

16